PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM KEGIATAN SAINS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK KELOMPOK B TK WARDAH SAMBIKEREP SURABAYA
ARTIKEL
Oleh : Chikmah Zunaidah,A.Ma NIM. 091684384
PENDIDIKAN GURU – PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2013
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM KEGIATAN SAINS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK KELOMPOK B TK WARDAH SAMBIKEREP SURABAYA Chikmah Zunaidah ABSTRAK Berdasarkan hasil observasi di TK Wardah kelompok B, Kecamatan sambikerep Surabaya, anak-anak menunjukkan kebosanan dan kesulitan dalam memahami materi pembelajaran sains, ditandai dengan kurangnya perhatian anak saat guru menerangkan, kurang antusiasnya anak dalam melakukan kegiatan dan anak kurang mampu dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Untuk menyikapi masalah yang terjadi guru menggunakan model pembelajaran yang berbeda dengan biasanya yaitu model pembelajaran kontekstual. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk mengetahui meningkatnya kemampuan kognitif anak kelompok B TK Wardah kecamatan sambikerep-surabaya melalui penerapan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran sains. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan terlihat dari lembar observasi serta grafik yang terdapat dalam bab IV. Dari hasil penelitian siklus I dan hasil penelitian siklus II menunjukkan peningkatan pada persentase serta ketuntasan. Prosentase aktivitas anak pada siklus I 57,5% pada siklus II sebesar 82,5%, Prosentase aktivitas guru pada siklus I 62,5% pada siklus II 82,5% dan prosentase kemampuan kognitif anak siklus I 73,7% pada siklus II 89,4%. Kesimpulan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah bahwa penerapan model pembelajaran dalam kegiatan sains dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B TK Wardah – Surabaya sesuai dengan yang diharapkan. kata kunci : model pembelajaran kontekstual, pembelajaran sains, kemampuan kognitif anak
THE APPLICATION OF CONTEXTUAL LEARNING MODEL IN SCIENCE ACTIVITIES TO ENCHANGE CHILDREN’S COGNITIVE ABILITIES AT GROUP B OF TK WARDAH SAMBIKEREP SURABAYA Chikmah Zunaidah ABSTRACT Based on the observation at Group B of TK Wardah Sambikerep Surabaya, children’s showed boredom and difficulty in understanding science learning material, signed by lack of attention from children’s when the teacher had explaining lesson, less enthusiastic of children’s in doing activity and unable to answer the questions from teacher. To solve the problems that occurred, teacher uses different learning models namely contextual learning. This study used Classroom Action Research (CAR) The purpose of the study was knowing that enhancing children’s kognitif ability of group B TK Wardah Sambikerep Surabaya by applying contextual learning model in science study. The result of research showed that there was development seen in form of observation sheet and graphic at chapter four. From first and second cycle research result showed development at percentage and completeness. Teacher activities percentage at 1st cycle was 62.5% at 2nd cycle was 82.5%, children’s activities percentage at 1st cycle 57.5% at 2nd 82.5% and children’s cognitive ability percentage 1st cycle 73.7% at 2nd cycle was 89.4%. The conclusion of this study was the application of contextual learning model in science activity able to enhance cognitive ability at group B TK Wardah Sambikerep Surabaya and worked properly. Keywords : contextual learning model, science activities, children’s cognitive abilities of learning .
PENDAHULUAN Usia 4 - 6 tahun merupakan masa peka bagi anak. Dalam masa ini terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi dari lingkungan dan menginternalisasikan ke dalam pribadinya, masa ini merupakan masa awal pengembangan kemampuan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan kemandirian, nilai moral dan agama. Oleh karena itu dibutuhkan upaya yang mampu memfasilitasi anak dalam tumbuh kembangnya agar pertumbuhan dan perkembangannya tercapai secara optimal, salah satunya berupa kegiatan belajar dan pembelajaran yang sesuai dengan usia, kebutuhan dan minat anak. Menurut Trianto, (2009 : 16) “Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir”. Sedangkan pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Th. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (14) dijelaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak ia lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak, agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dijelaskan pula dalam pasal 28 bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan informal. Taman Kanak – kanak adalah pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal. Keberadaan Pendidikan Taman Kanak-kanak sangat penting, karena anak merupakan penentu kehidupan pada masa mendatang. Pengembangan program pembelajaran merupakan salah satu upaya untuk mengoptimalkan perkembangan anak, disusun untuk mengembangkan seluruh potensi anak yang beragam selaras dengan tumbuh kembang anak melalui pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor di antaranya: sarana prasarana penunjang pembelajaran, guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, media pembelajaran yang digunakan, perangkat pembelajaran (kesesuaian kurikulum yang dibuat sekolah dengan kondisi dan keadaan sekolah), strategi pembelajaran, dan model pembelajarannya.
Peran guru sangat penting dalam keberhasilan pembelajaran, oleh karenanya sangat diharapkan bagi semua guru mempunyai cara/gaya mengajar yang mampu membuat anak-anak merasa nyaman selama pembelajaran berlangsung. Guru hendaknya mempunyai wawasan tentang tugas perkembangan sehingga mampu merencanakan program kegiatan belajar yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. Kesesuaian pemilihan model pembelajaran dengan materi yang ingin disampaikan amat sangat menunjang bagi tercapainya keberhasilan pembelajaran. Seorang guru harus pandai memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang ingin disampaikan agar tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan maksimal. Model pembelajaran kontekstual merupakan salah satu dari sekian banyak model-model pembelajaran yang sedang diterapkan. Materi pembelajaran di Taman Kanak - kanak yang rumit akan terasa lebih mudah tersampaikan dan dipahami oleh anak TK dengan model pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan prinsip pembelajaran di Taman Kanak – kanak (TK) “Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain”, oleh sebab itu diharapkan seorang pendidik khususnya guru TK hendaknya lebih kreatif dan inovatif agar anak TK bisa merasa senang, tenang, aman dan nyaman selama dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil observasi di TK Wardah kelompok B, Kecamatan sambikerep – Surabaya, anak-anak menunjukkan kebosanan dan kesulitan dalam memahami materi pembelajaran sains berupa pengenalan asal usul suatu benda, hubungan sebab akibat, dll…hal ini ditandai dengan kurangnya perhatian anak saat guru menerangkan, banyaknya anak yang berbicara/ngobrol dengan teman, dan kurang antusiasnya anak dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Kurangnya antusias anak dalam menjawab pertanyaan guru ini disebabkan karena anak belum paham dengan materi yang disampaikan. Semuanya terkait dengan strategi, metode dan model pembelajaran yang diterapkan guru dalam proses belajar mengajar. Pada awalnya guru TK Wardah memakai metode pembelajaran behavioristik dimana guru hanya memberikan beragam informasi kepada anak, pembelajaran terjadi hanya di dalam ruang kelas dan hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk pemberian tugas. Kurang adanya keterkaitan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lebih banyak guru yang memberikan informasi tanpa menggali pengetahuan yang dimiliki anak membuat proses belajar mengajar menjadi kaku dan menjemukan serta pada akhirnya tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai.
Untuk meningkatkan antusias anak dalam proses belajar mengajar khususnya kegiatan sains guru TK Wardah mencoba memilih model pembelajaran kontekstual, dengan mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara belajarnya sendiri dan menyusun sendiri pengetahuan serta ketrampilan barunya. Rumusan Masalah Penelitian Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B TK Wardah Sambikerep Surabaya ? 2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan kognitif anak kelompok B TK Wardah Sambikerep Surabaya setelah diterapkan model pembelajaran kontekstual ? Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin didapat dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B TK Wardah Sambikerep Surabaya. 2. Mengetahui bahwa kemampuan kognitif anak kelompok B TK Wardah Sambikerep Surabaya dapat ditingkatkan setelah menerapkan model pembelajaran kontekstual. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin didapat dari penelitian ini ialah: 1. Manfaat bagi anak didik : a. Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, menyenangkan berkesan dan bermakna. b. Memberikan pengalaman belajar yang nyata dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. c. Meningkatkan minat belajar sains 2. Manfaat bagi guru : a. Meningkatkan kreativitas guru dalam menemukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak. b. Meningkatkan peranan guru dalam mendampingi anak melakukan kegiatan pembelajaran 3. Manfaat bagi Sekolah : a. Memberi masukan bagi peningkatan mutu pembelajaran yang kreatif dan inovatif di Taman Kanak-kanak. b. Memberikan inspirasi untuk menggali dan mewujudkan model-model pembelajaran yang inovatif dengan mengoptimalkan potensi lingkungan sekitar Taman Kanak-kanak.
c.
Sebagai sarana pengembangan dan peningkatan profesionalisme guru.
Asumsi Asumsi yang didapat dari penelitian ini adalah : 1. Model pembelajaran kontekstual dapat diterapkan pada setiap jenjang pendidikan. 2. Kegiatan pembelajaran sains akan lebih mudah dipahami dan dimengerti apabila anak melakukan aktifitas belajar melalui model pembelajaran kontekstual. 3. Setiap anak akan lebih menyukai pembelajaran secara aktif (anak melakukan kegiatan) daripada hanya menghafalkan teori – teori. Batasan Penelitian 1. Penelitian ini dilakukan di Kelompok B TK Wardah (Jl.Candi Lontar Lor Blok: 44S no: 2122) 2. Penelitian tentang penerapan model pembelajaran kontekstual ini hanya dilakukan pada kegiatan sains. 3. Penelitian ini dilakukan pada semester I tahun pelajaran 2012 – 2013.
METODE PENELITIAN Setting Penelitian Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan,karena penelitian ini dilakukan oleh guru dalam kelas sebagai peneliti. Penelitian tindakan ini dapat menjembatani kesenjangan antara teori dengan praktek pendidikan. Mulyasa, (2011 : 3) menjelaskan penelitian tindakan adalah sebuah bentuk penelitian refleksi diri yang melibatkan para guru sebagai partisipan atas proses pendidikan yang mereka lakukan. Penelitian tindakan di dalam dunia pendidikan memposisikan guru sebagai seorang peneliti yang melakukan penelitian bersama para peserta didik dan orang-orang yang terlibat di sekitarnya, sehingga guru didorong untuk sadar terhadap apa yg dilakukannya dan bersikap kritis terhadap tindakannya serta siap melakukan perbaikan jika ia melakukan suatu kesalahan atau penyimpangan. Stenhouse dalam Mulyasa, (2011 : 7) mengemukakan bahwa penelitian tindakan harus dilakukan secara sistematis dan dibentuk oleh publik. Sebelum melakukan penelitian tindakan hendaknya peneliti atau guru memahami prinsip-prinsip penelitian tindakan agar penelitiannya memperoleh hasil yang baik. Arikunto, (2010 : 6) menjelaskan beberapa prinsip penelitian tindakan , di antaranya : (a) kegiatan yang diteliti merupakan kegiatan nyata dalam situasi rutin (b) penelitian dilakukan atas dasar
kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja (c) penelitian terdiri atas unsur kekuatan – kelemahan – kesempatan – ancaman yang dilihat dari sudut guru sebagai peneliti dan anak sebagai subyek yang diteliti (d) penelitian merupakan upaya empiris dan sistematis (e) penelitian mengikuti prinsip khusus – dapat dilaksanakan – dapat dicapai – realistis dan terencana. Penelitian Tindakan Kelas merupakan tiga kata yang terangkai dan mempunyai makna. menurut Arikunto (2010 : 3) Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tim penulis materi PLPG rayon 114 (2011 : 3) menyatakan Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar anak menjadi meningkat. Suhardjono (2010 : 61) menyatakan tujuan Penelitian Tindakan Kelas ialah meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan profesionalisme, dan menumbuhkan budaya akademik. Borg dalam Supardi (2010 : 107) juga menyebutkan tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah pengembangan ketrampilan proses pembelajaran yang dihadapi guru di kelasnya, bukan bertujuan untuk pencapaian pengetahuan umum dalam bidang pendidikan.
Desain/Rancangan Penelitian Beberapa ahli mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda namun secara garis besar tahapan yang dilakukan sama. Arikunto, (2010 : 20) mengemukakan empat tahapan penting dalam penelitian tindakan,yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Empat tahapan penting dalam penelitian tersebut merupakan unsur untuk membentuk siklus, yaitu kegiatan yang dilakukan satu putaran secara beruntun yang kemudian kembali ke langkah awal. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang baru selesai dilaksanakan dalam siklus satu maka guru menentukan rancangan untuk siklus dua. Berikut adalah bagan model penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Arikunto, (2010 : 16).
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
?
Gambar 3.1 Alur PTK Penelitian Tindakan Kelas Model Arikunto (2010) Tahap 1 : Menyusun rencana Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam menyusun rencana, peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Tahap 2: Pelaksanaan Tahap ini merupakan penerapan isi rencana, dalam tahap ini peneliti harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rencana tetapi harus pula berlaku wajar dan tidak dibuat-buat. Tahap 3: Pengamatan Dalam kegiatan ini sebenarnya kurang tepat apabila dipisahkan dengan pelaksanaan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Oleh karenanya pada saat pelaksanaan berlangsung peneliti mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya. Tahap 4: Refleksi Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini dilakukan setelah selesai peneliti pelaksanakan tindakan, kemudian berhadpan dengan peneliti lain untuk mendiskusikan penerapan rencana tindakan. Jika Penelitian Tindakan Kelas dilakukan melalui beberapa siklus maka dalam refleksi terakhir, peneliti
menyampaikan kepada peneliti lain rencana yang disarankan apabila dia menghentikan kegiatannya, dan membuat catatan – catatan penting secara rinci sehingga siapapun yang akan melaksanakan dalam kesempatan lain tidak akan mengalami kesulitan. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang baru selesai dilaksanakan dalam siklus satu, peneliti menentukan rencana untuk siklus kedua dan melakukan tahapan – tahapan sesuai dengan siklus pertama. Alur Penelitian Kegiatan penelitian ini mengikuti penelitian tindakan kelas model Arikunto Suharsimi, dengan alur sebagai berikut ; a. Perencanaan Dalam penelitian ini penulis mengambil tema “Penerapan Pembelajaran Kontekstual Dalam Kegiatan Sains Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Kelompok B TK Wardah” Langkah awal yang diambil setelah merumuskan masalah adalah membuat rencana pembelajaran berupa Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) yang dijabarkan melalui Rencana Kegiatan Harian (RKH), setelah itu membuat lembar kerja anak, sekaligus menyiapkan instrument penilaiannya. b. Pelaksanaan Pelaksanaan dalam penelitian ini berupa proses pembelajaran dari aplikasi perencanaan, di antaranya ; 1) Kegiatan Awal (30 menit) Guru bersama anak – anak melakukan kegiatan berbaris di depan kelas sambil bernyanyi, bertepuk dan bergerak sesuai musik/lagu yang dinyanyikan. Sebelum masuk kelas anak diminta untuk menirukan gerakan orang yang sedang berenang di kolam lalu langsung diajak masuk kelas. Setelah anak duduk di kursinya masingmasing mulailah guru mengajak anak berdo’a dan memberi salam kepada anak-anak. Dan meminta anak-anak untuk berkumpul di tengah ruangan untuk menunjukkan materi dan bahan yang akan diberikan. 2) Kegiatan Inti (60 menit) guru menyiapkan materi yang akan di berikan, lalu meminta anak untuk pembelajaran klasikal terlebih dahulu untuk menunjukkan ke anak semua materi dan bahan yang akan digunakan sebagai media belajar. Materi yang diambil dalam kegiatan sains saat penelitian ini,ialah : a) Mengenal sifat air, menggunakan media berupa ember, pipa air ukuran kecil, kain, benang, tissue, kapas, macam-macam
bentuk botol, gelas, spon/busa, semprotan air.
Gambar 3.2 Media mengenal sifat air b) Mengenal pencampuran warna, menggunakan media berupa waskom, sendok, kertas HVS, kain putih, benang kasur, kapas, lem kayu, pewarna cair warna dasar (merah, kuning, biru), air, gelas, cawan, tumbuhan/buah/bunga yang berwarna, krayon.
Gambar 3.3 Media mengenal pencampuran warna c) Mengenal berat benda, menggunakan media berupa waskom, batu, kertas/tissue, kayu/pensil, besi, daun, tali, balon, timbangan.
Gambar 3.4 Media mengenal berat benda Untuk tindakan awal saat kegiatan inti, guru mencoba menggali pengetahuan dasar yang sudah dimiliki oleh anak. Lalu guru mulai memberikan aturan-aturan dalam melakukan kegiatan, setelah itu guru membagi anak dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan jumlah media/alat membuktikan kebenaran dari pengetahuan dasar yang dimilikinya, kemudian anak mulai melakukan aktivitas sesuai petunjuk dan aturan yang sudah dibuat saat awal kegiatan sampai pada akhirnya anak dapat menyimpulkan apa yang sudah dibuktikan untuk dapat dijadikan pengetahuan baru yang mendasar.
3) Kegiatan Penutup (30 menit) Setelah anak – anak melakukan pembuktian terhadap materi yang sudah dipunyai, guru mengajak anak – anak tanya jawab mengenai alat dan bahan apa saja yang digunakan dalam kegiatan yang baru saja dilakukan oleh anak – anak, dan menanyakan runtutan kegiatan yang baru saja dilakukan anak – anak serta meminta anak – anak untuk menyimpulkan hasil pembuktian dari kegiatan hari itu. c. Pengamatan Kegiatan pengamatan tidak terpisah dengan pelaksanaan kegiatan karena yang diamati oleh peneliti adalah proses pembelajarannya, kejadian apa saja yang ditemui pada saat proses pembelajaran, antusias anak selama mengikuti pembelajaran, keaktifan anak dalam menjawab pertanyaan seputar kegiatan yang dilakukan dan hasil akhir yang dicapai anak setelah melakukan pembelajaran berupa kesimpulan yang dapat diambil oleh anak sebagai dasar teori pembelajaran. d. Refleksi Refleksi dilakukan dari hasil pengamatan, apabila dari hasil pengamatan anak sudah dapat menyimpulkan apa yang baru saja dikerjakan sesuai dengan target/tujuan pembelajaran maka guru dapat melakukan refleksi dan mulai merancang untuk siklus II sebagai pemantapan atau menguatkan hasil penelitian. Tempat, waktu dan subjek penelitian a. Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di TK Wardah, dengan alamat di jalan candi lontar lor blok: 44 S nomor: 21 – 22. Tepatnya dikelompok B2. b. Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2012 – 2013 tepatnya pada bulan desember 2012. c. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah seluruh anak dikelompok B2 TK Wardah yang berjumlah 19 anak, terdiri dari 10 anak laki – laki dan 9 anak perempuan. Sasaran Penelitian Dalam skripsi ini sasaran penelitian yang diambil ialah: Anak kelompok B2 TK Wardah Sambikerep Surabaya yang berjumlah 19 anak, terdiri dari 10 anak laki-laki dan 9 anak perempuan dengan latar belakang sosial ekonomi menengah. Harapan yang diinginkan dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual materi pembelajran sains dapat disukai dan dipahami oleh anak kelompok B TK Wardah Sambikerep
Surabaya, guru dapat lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam menyusun rencana pembelajaran dan media yang ingin digunakan. Rencana Tindakan Penelitian ini direncanakan menjadi dua siklus, Siklus I Siklus I terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observation), dan refleksi (reflecting) sebagai berikut ; a. Perencanaan (planning) 1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada anak dengan kegiatan pembelajaran. 2) Membuat rencana pembelajaran. 3) Membuat lembar kerja anak. 4) Membuat instrumen b. Pelaksanaan (acting) 1) Mengatur anak dalam pembelajaran klasikal agar perhatian anak terpusat pada satu pandangan ke guru. 2) Menyajikan materi pembelajaran. 3) Menunjukkan media yang digunakan. 4) Setelah guru menerangkan proses pembelajaran, guru memberi kesempatan pada anak untuk melakukan kegiatan pembelajaran. c. Pengamatan (observation) 1) Situasi kegiatan belajar mengajar 2) Keaktifan anak 3) Kemampuan anak dalam melakukan percobaan dan menyimpulkan pembelajaran d. Refleksi (reflecting) Penelitian dikatakan berhasil apabila memenuhi persyaratan yaitu ; 1) Sebagian besar anak (lebih dari 80% dari jumlah anak) dapat menyebutkan kembali media/peralatan yang telah dipakai dalam kegiatan 2) Lebih dari 80% dari jumlah anak aktif dalam melakukan kegiatan 3) Anak mampu menyimpulkan kegiatan yang dilakukan. Siklus II Siklus II dilakukan untuk memantapkan keberhasilan atau memperbaiki kelemahan atau hambatan pada siklus I, alurnya sama dengan siklus I, yaitu: a. Perencanaan (planning) Membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama b. Pelaksanaan (acting) Pada siklus II pelaksanaan tindakan secara garis besar sama dengan siklus I dengan adanya perbaikan mengurangi dominasi guru, kegiatan hanya diberi pengarahan/pengingat oleh guru
tentang kegiatan yang akan dilakukan kemudian anak memilih sendiri media yang ingin dipakai dan melakukan kegiatan sendiri c. Pengamatan (observation) Guru mengamati anak selama melakukan aktifitas d. Refleksi (reflecting) Melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II dan menganalisis serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran bidang pengembangan kognitif melalui kegiatan sains di TK Wardah Surabaya Teknik Pengumpulan Data Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam kegiatan sains yang diambil untuk penelitian ini mengharuskan peneliti memakai metode demonstrasi, metode pemberian tugas, dan metode tanya jawab oleh karenanya dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan alat penilaian berupa lembar observasi. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan setelah mengetahui hasil penilaian dari alat penilaian yang sudah dibuat oleh guru, lalu dilihat dan disimpulkan letak keberhasilan pembelajaran dan hambatan apa saja yang dialami pada saat proses pembelajaran kontekstual dilakukan. Beberapa data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil dari lembar observasi kegiatan, lembar observasi guru dan lembar observasi aktifitas anak. Data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis. Dalam penelitian ini penilaiannya menggunakan 4 tingkatan/tahapan, dengan menggunakan simbol bintang, di antaranya; 1 = Kurang 3 = Baik 2 = Cukup 4 = Sangat baik Analisis data ini dapat dihitung menggunakan rumus statistik sederhana yaitu mencari persentase kemampuan anak, dengan rumus : f P=
N
x 100 %
(Adaptasi dari sudijono, 2011) Keterangan : P = Hasil Prosentase F = Nilai keseluruhan yang diperoleh anak N = Skor maksimal dikalikan jumlah seluruh anak Anak yang dinyatakan tuntas (T) adalah yang mendapat 3 dan 4 sedangkan anak yang tidak tuntas ( TT )adalah anak yang mendapat 1 dan 2 Apabila lebih dari 75% dari jumlah keseluruhan anak mampu mencoba dan menceritakan tentang sifat air, apa yang terjadi jika warna dicampur, dan bendabenda dimasukkan ke dalam air maka penelitian ini dinyatakan berhasil. Apabila lebih dari 80% model pembelajaran kontekstual yang digunakan oleh
guru/peneliti mampu meningkatkan keaktifan anak dan keaktifan guru, maka penelitian ini juga dinyatakan berhasil dan bisa diulang pada siklus ke II sebagai pemantapan. HASIL PENELITIAN Penelitian ini menggunakan 2 siklus yang masing – masing siklus 2 pertemuan, dan diperoleh hasil sebagai berikut: Siklus I (Pertemuan 1) a. Perencanaan 1) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang sesuai dengan indikator yang hendak dicapai dalam kemampuan kognitif anak kelompok B. 2) Membuat langkah-langkah pembelajaran berdasarkan RKH. 3) Menyiapkan alat evaluasi yang terdiri dari lembar observasi kegiatan anak, lembar observasi guru, dan lembar observasi kemampuan kognitif anak. b. Pelaksanaan Pertemuan pertama dilakukan pada hari sabtu tanggal 15 Desember 2012 dengan indikator yang ingin dicapai adalah mencoba dan menceritakan tentang apa yang terjadi jika warna dicampur, proses pertumbuhan tanaman, balon ditiup lalu dilepaskan, benda-benda dimasukkan ke dalam air, benda-benda didekatkan magnit, mengamati benda dengan kaca pembesar, macam-macan rasa, mencium macam-macam bau, mendengar macam - macam bunyi. Kegiatan yang dilakukan yaitu percobaan mengenal sifat air dan percobaan mengenal pencampuran warna dan percobaan mengenal berat benda. c. Pengamatan Pengamatan ini dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat sebagai observer pada saat pelaksanaan penelitian. Dari hasil pengamatan didapatkan hasil observasi kegiatan anak mencapai 50%, observasi kegiatan guru mencapai 52,5% dan kemampuan kognitif anak mencapai 31,57%. Terdapat 6 anak yang tuntas belajar dan 13 anak tidak tuntas. d. Refleksi Solusi untuk memperbaiki permasalahan pada siklus I pertemuan 1 ini adalah dilakukan perencanaan perbaikan siklus I pertemuan 2 dengan perbaikan sebagai berikut: 1) Guru lebih menguasai materi yang ingin disampaikan. 2) Guru lebih meningkatkan pengetahuan mengenai model pembelajaran kontekstual. 3) Guru mendemonstrasikan kegiatan secara berurutan dan tidak tergesa-gesa.
4) Memotivasi anak agar lebih semangat dan anak merasa senang dengan kegiatan yang dilakukan. Siklus I (Pertemuan 2) a. Perencanaan Tidak berbeda dengan pertemuan pertama, perencanaan yang dilakukan awal ialah menyusun RKH, lalu membuat langkah-langkah pembelajaran berdasarkan RKH selanjutnya menyiapkan alat evaluasi. b. Pelaksanaan Pertemuan kedua dilakukan pada hari sabtu tanggal 17 Desember 2012 dengan kegiatan yang dilakukan yaitu percobaan mengenal pencampuran warna dan percobaan mengenal berat benda. c. Pengamatan Pengamatan ini dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat sebagai observer pada saat pelaksanaan penelitian sama halnya dengan pertemuan I. Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil kegiatan anak mencapai 57,5%, kegiatan guru mencapai 62,5%, dan kemampuan kognitif anak mencapai 73,7%. Terdapat 14 anak yang tuntas belajar dan ada 5 anak yang tidak tuntas. d. Refleksi Hasil observasi kegiatan anak, kegiatan guru dan kemampuan kognitif anak masih belum mencapai hasil yang diharapkan, oleh sebab itu dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan pembalajaran pada siklus II dengan perbaikan pada ; 1) Guru aktif mendemonstrasikan kegiatan secara berurutan sesuai tahapan pembelajaran. 2) Guru memberikan bimbingan bagi anak yang perlu dibimbing. 3) Guru memperjelas materi yang ingin disampaikan dan menjelaskan target pembelajaran. Siklus II (Pertemuan 1) a. Perencanaan 1) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang sesuai dengan indikator yang hendak dicapai dalam kemampuan kognitif anak kelompok B. 2) Membuat langkah-langkah pembelajaran berdasarkan RKH. 3) Menyiapkan alat evaluasi yang terdiri dari lembar observasi kegiatan anak, lembar observasi guru, dan lembar observasi kemampuan kognitif anak. b. Pelaksanaan Pertemuan ketiga dilakukan pada hari selasa tanggal 18 Desember 2012 dengan kegiatan yang dilakukan yaitu mencoba mengenal sifat air,
percobaan mengenal pencampuran warna, dan percobaan mengenal berat benda. c. Pengamatan Pengamatan ini juga dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat sebagai observer pada saat pelaksanaan penelitian. Dari hasil pengamatan didapatkan hasil observasi kegiatan anak mencapai 72,5%, observasi kegiatan guru mencapai 75% dan kemampuan kognitif anak mencapai 78,9%. Terdapat 15 anak yang tuntas belajar dan 4 anak yang tidak tuntas. d. Refleksi Hasil refleksi pada siklus II pertemuan 1 ini adalah sebagai berikut : 1) Hasil observasi aktivitas anak, pencapaian porsentase 72,5%. Jadi harus dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua. 2) Hasil observasi aktivitas guru, pencapaian porsentase 75%. Jadi harus dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua. 3) Hasil observasi kemampuan kognitif anak, pencapaian porsentase 78,9%. Jadi harus dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua. Dikarenakan pada siklus II pertemuan I hasil yang diperoleh masih belum sesuai harapan maka diadakan pertemuan kedua pada siklus II. Adapun perencanaan perbaikan siklus II pertemuan 2 sebagai berikut: 1) Guru memberikan bimbingan bagi anak yang perlu dibimbing. 2) Guru lebih memperjelas materi yang disampaikan dan media yang digunakan. 3) Guru lebih aktif dalam mendemonstrasikan kegiatan secara berurutan dan bertahap. 4) Guru membantu mencoba dan menyimpulkan tahapan pembelajaran bagi anak yang memerlukan bantuan. Siklus II (Pertemuan kedua) a. Perencanaan Tidak berbeda dengan pertemuan sebelumnya diawali dengan menyusun RKH yang sesuai dengan indikator yang hendak dicapai dalam kemampuan kognitif anak kelompok B, membuat langkah-langkah pembelajaran berdasarkan RKH, menyiapkan alat evaluasi yang terdiri dari lembar observasi kegiatan anak, lembar observasi guru, dan lembar observasi kemampuan kognitif anak. b. Pelaksanaan Pertemuan kedua dilakukan pada hari jum’at tanggal 21 Desember 2012, kegiatan yang dilakukan yaitu mengenal salah satu sifat air, mengenal pencampuran warna dan mengenal berat benda. c. Pengamatan
Pengamatan ini dilakukan oleh peneliti/guru kelompok B2 dan teman sejawat sebagai observer pada saat pelaksanaan penelitian. Dari pengamatan peneliti dan observer didapatkan hasil observasi kegiatan anak mencapai 82,5%, observasi kegiatan guru mencapai 82,5% dan kemampuan kognitif anak mencapai 89,4%. Terdapat 17 anak yang sudah tuntas belajar dan hanya 2 anak yang tidak tuntas belajar. d. Refleksi Hasil yang diperoleh pada siklus ke II pertemuan 2 ini sebagai berikut : 1) Hasil observasi aktivitas anak, mencapai porsentase 82,5%. 2) Hasil observasi aktivitas guru, pencapaian persentase 82,5%. 3) Hasil observasi kemampuan anak, pencapaian persentase 89,4 %. Jadi dapat dilihat bahwa kemampuan kognitif anak mengalami peningkatan dan mencapai porsentase yang diharapkan maka siklus berhenti pada siklus kedua saja. Pembahasan Selama pelaksanaan penelitian terjadi peningkatan kemampuan kognitif anak dalam kegiatan sains melalui model pembelajaran kontekstual. Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan kegiatan, observasi guru dan kemampuan kognitif anak dari siklus I mulai pertemuan pertama, kedua, ketiga sampai dengan siklus II terjadi peningkatan, hal ini dikarenakan model pembelajaran kontekstual selalu melibatkan anak secara aktif untuk melihat, mencoba dan menyimpulkan materi yang sedang diberikan oleh guru. Model pembelajaran kontekstual juga selalu dikaitkan dengan keadaan lingkungan sekitar anak sehingga akan lebih mudah dipahami anak. Model pembelajaran dengan pengamatan langsung sangat menyenangkan bagi anak sehingga meningkatkan keaktifan dan antusias anak dalam pembelajaran. 1. Aktifitas Kegiatan Anak Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa aktivitas anak selama kegiatan pembelajaran juga meningkat pada setiap siklusnya. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sekurang-kurangnya mencapai 75% . Prosentase kemampuan anak pada siklus I adalah 57,5% dan pada siklus II sebesar 82,5%. Dengan demikian indikator yang di capai dalam kemampuan kognitif anak dapat tercapai pada siklus II. Kurang optimalnya kemampuan pada siklus I dikarenakan anak masih merasa takut salah dan malu untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
Hal ini disebabkan karena pada awal-awal pertemuan anak masih merasa kegiatan pembelajaran hanya berupa kegiatan bermain,anak lebih tertarik dengan media pembelajaran untuk dipakai bermain saja,mereka belum mengetahui maksud guru menyediakan media dan maksud pembelajaran kontekstual. Dalam kegiatan pembelajaran sains melalui model pembelajaran kontekstual terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal ini disebabkan karena adanya pemberian motivasi dan cara guru mendemonstrasikan penggunaan media selama pelaksanaan siklus II. Sehingga anak cukup antusias dalam mencoba dan mempraktekkan kegiatan pembelajaran. 2. Aktifitas Guru Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran meningkat pada setiap siklusnya. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sekurang-kurangnya mencapai 80% . Prosentase aktivitas guru pada siklus I adalah 75% dan pada siklus II sebesar 82,5%. Dengan demikian aktivitas guru yang dicapai dalam penerapan model pembelajaran kontekstual melalui kegiatan sains dapat tercapai pada siklus II. Kurang optimalnya aktivitas guru pada siklus I dikarenakan guru masih belum memaksimalkan kemampuannya dan belum terbiasa untuk melakukan kegiatan pembelajaran dengan model kontekstual. Hal ini juga disebabkan di lingkungan sekolah belum terbiasa melakukan kegiatan dengan model pembelajaran kontekstual. 3. Kemampuan Kognitif Anak Berdasarkan hasil pengamatan dapat di ketahui bahwa kemampuan kognitif anak pada siklus I sampai dengan siklus ke II menunjukkan peningkatan. Siklus I sebesar 73,7 %, siklus II mencapai 89,4%. Berdasarkan pengamatan yang di lakukan oleh peneliti peningkatan kogitif anak di pengaruhi oleh ketertarikan dan minat anak dalam pembelajaran. Melalui model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam pembelajaran sains. anak diajak melakukan percobaan dan mempraktekkan materi sains secara berkelompok sehingga mengajarkan kebersamaan dan mengerti aturanaturan permainan yang sudah ditetapkan dan tentu masih banyak manfaat yang lain yang di dapat anak. Setelah melakukan penelitian dengan observasi maka dapat dilihat hasil penelitian pada grafik berikut ini.
Grafik 4.1 Hasil penelitian siklus I dan siklus II 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Siklus I Siklus II
Aktifitas Kegiatan Anak
Aktifitas Guru
Kemampuan Kognitif
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa perolehan porsentase aktivitas kegiatan anak siklus I adalah 57,5% dan siklus kedua 82,5%, perolehan porsentase aktivitas guru siklus I 62,,5% dan siklus kedua 82,5%, perolehan porsentase kemampuan kognitif anak siklus I 73,7% dan meningkat pada siklus kedua menjadi 89,4% Setelah melihat hasil penelitian yang terlihat pada grafik di atas maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual dalam kegiatan sains dapat meningkatkan kemampuan kognitif sesuai dengan yang diharapkan. Adapula beberapa manfaat dari penerapan model pembelajaran kontekstual selain peningkatan kemampuan kognitif anak juga meningkatnya kebersamaan dan sosialisasi anak, serta kepercayaan diri anak. Dengan penelitian ini, peneliti bisa membuktikan teori yang menjelaskan secara rinci tentang pembelajaran kontekstual adalah suatu pembelajaran yang menyeluruh yang dipakai untuk membantu guru menyampaikan materi dengan cara mempraktekkan dan mengaitkan dengan kehidupan anak sehari-hari secara bersama-sama sehingga menghasilkan makna yang luar biasa. Peneliti juga membuktikan bahwa karakter pembelajaran kontekstual yang berbeda dengan pembelajaran lain maka pembelajaran sains akan lebih mudah disampaikan guru dan dimengerti anak. Kesimpulan Dari penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B TK Wardah Sambikerep Surabaya melalui penerapan model pembelajaran kontekstual dapat berupa kegiatan sains yang sudah dibuktikan dengan beberapa kegiatan sains, diantaranya mengenalkan salah satu sifat air, percobaan pencampuran warna dan pengenalan berat benda. Dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran sains akan meningkatkan keaktifan anak melakukan kegiatan, meningkatkan keaktifan guru dan meningkatkan
kemampuan kognitif anak sesuai dengan harapan seperti yang sudah dibuktikan dalam penelitian di TK Wardah Sambikerep Kelompok B. Penerapan model pembelajaran kontekstual lebih diminati oleh anak-anak karena karakteristiknya yang berbeda dengan model pembelajaran lainnya. Manfaat lain yang diperoleh dengan penerapan model pembelajaran kontekstual sesuai dengan karakteristik yang dipunyai model pembelajaran kontekstual ialah pembelajaran akan lebih menyenangkan, mengasyikkan dan tidak membosankan sehingga membuat anak lebih semangat untuk belajar, dengan penerapan model pembelajaran kontekstual meningkatkan sosialisasi anak dengan teman dan lingkungan sekitar karena karakteristik model pembelajaran kontekstual salah satunya ialah kerjasama dan saling menunjang serta pembelajaran menggunakan berbagai sumber. Penelitian tindakan kelas berupa penerapan model pembelajaran kontekstual ini dilakukan untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan kognitif anak kelompok B TK Wardah Sambikerep Surabaya dan setelah dilakukan dalam beberapa pertemuan dengan dua siklus menurut Rencana Pembelajaran yang sudah dirancang sebelumnya dan diperoleh hasil bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual memang dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak sesuai dengan yang diharapkan. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak Kelompok B TK Wardah Sambikerep Surabaya. Maka peneliti sarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B dapat memilih model pembelajaran kontekstual dalam kegiatan sains sebagai salah satu alternative pembelajaran. 2. Karena Penelitian Tindakan Kelas sangat bermanfaat, hendaknya guru melakukan Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan proses dan hasil belajar yang lebih baik bagi guru dan anak juga demi meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik lagi. Daftar Pustaka Amri, Sofan dan Achmadi, Iif Khoiru (2010), Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif Dalam Kelas, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher Arikunto, Suharsimi, dkk (2010), Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara Depdikbud, (1994), Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanak- Kanak Johnson, Elaine, B, (2007), Contextual Teaching & Learning, Menjadikan Kegiatan Belajar –
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Bandung: Mizan Learning Center (MLC) Mulyasa, E, (2011), Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Remaja Rosdakarya Panitia Sertifikasi Guru (2011), Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Guru Kelas PAUD/TK, Jakarta: Kemendiknas Balitbang Pusat Kurikulum dan Perbukuan R, Moeslichatoen, (2004), Metode Pengajaran di Taman Kanak – Kanak, Jakarta: Rineka Cipta Sudijono, Anas, (2011), Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press Tim FMIPA (2007), Sains Dasar, Surabaya : Unesa University Press Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Undang-undang Republik Indonesia No. 20 ( 2003), Sistem Pendidikan Nasional