PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPTUAL UNDERSTANDING PROCEDURES (CUPs) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN CURIOSITY SISWA PADA PELAJARAN FISIKA skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
oleh Fera Ismawati 4201409105
JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi
yang
berjudul
“Penerapan
Model
Pembelajaran
Conceptual
Understanding Procedures (CUPs) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Curiosity Siswa pada Pelajaran Fisika” telah disetujui pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada: Hari
: Selasa
Tanggal
: 23 Juli 2013
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M. Si
Dra. Pratiwi Dwijananti, M.Si
NIP 19650107 198901 1 001
NIP 19620301 198901 2 001
ii
PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Semarang, 29 Juli 2013
Fera Ismawati 4201409105
iii
PENGESAHAN Skripsi yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Curiosity Siswa pada Pelajaran Fisika disusun oleh Fera Ismawati 4201409105 telah dipertahankan di hadapan siding Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 29 Juli 2013.
Panitia : Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Wiyanto, M. Si. NIP 19631012 198803 1 001
Dr. Khumaedi, M.Si. NIP 19630610 198901 1 002
Ketua Penguji
Sunarno, S. Si, M. Si. NIP 19720112 199903 1 003 Anggota Penguji/
Anggota Penguji/
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M. Si
Dra. Pratiwi Dwijananti, M.Si
NIP 19650107 198901 1 001
NIP 19620301 198901 2 001 iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto Barang siapa menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga (H.R. Muslim). Jangan mudah pasrah dan menyerah dengan alasan semua adalah kehendakNya, sebelum ada ikhtiar dan do’a yang maksimal.
Persembahan Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak dan Almarhum Ibu yang selalu menjadi motivasi saya, terimakasih atas do’a dan nasihat yang selalu mendampingi setiap langkah saya. Adek saya tersayang, terimakasih atas semangatnya. Segenap keluarga besar, terimakasih untuk semangat dan dukungannya. Para dosen dan guru saya. Sahabat-sahabat saya dan teman-teman fisika angkatan 2009 yang berjuang bersama saya. Semua pihak yang telah banyak membantu saya.
v
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan nikmat-Nya sehingga penulis diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Conceptual
Understanding
Procedures
(CUPs)
untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Curiosity Siswa pada Pelajaran Fisika”. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad saw. Selama penyusunan skripsi ini, penulis juga banyak memperoleh bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada. 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Wiyanto, M. Si., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. 3. Dr. Khumaedi, M.Si., Ketua Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. 4. Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si., Dosen Pembimbing Utama yang penuh kesabaran dan pengertian dalam memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dra. Pratiwi Dwijananti, M.Si., Dosen Pembimbing Pendamping yang penuh kesabaran dan pengertian dalam memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
vi
6. Bapak Isa Akhlis, S. Si, M. Si., Dosen wali yang telah membimbing selama penulis belajar di Jurusan Fisika UNNES. 7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis. 8. H. Muhammad Taufiq, S. Pd, Kepala SMP Negeri 2 Kudus yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 2 Kudus. 9. H. Suwarti, S.Pd., guru mata pelajaran IPA kelas 7A-7D yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian di SMP Negeri 2 Kudus. 10. Pak Agib Setiawan, yang telah memberikan motivasi dan semangat belajar untuk belajar fisika. 11. Pak Wawan dan Pak Selamet, yang banyak membantu saya demi kelancaran penelitian di SMP Negeri 2 Kudus 12. Seluruh siswa kelas 7B dan 7B SMP Negeri Negeri 2 Kudus tahun ajaran 2012/2013 yang telah menjadi subyek penelitian. 13. Sahabat, teman-teman, dan semua pihak yang telah membantu, terimakasih untuk bantuan dan semangatnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Kritik dan saran dari pembaca yang membangun akan penulis terima untuk perbaikan penulis di masa mendatang. Semarang, Juli 2013 Penulis
vii
ABSTRAK Ismawati, Fera. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Curiosity Siswa pada Pelajaran Fisika. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si. dan Pembimbing Pendamping Dra. Pratiwi Dwijananti, M.Si. Kata kunci : model pembelajaran CUPs, pemahaman konsep, curiosity. Observasi langsung terhadap proses pembelajaran di SMP Negeri 2 Kudus, menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran masih menggunakan metode ceramah dan jarang melakukan eksperimen. Kegiatan ceramah membuat siswa kurang aktif dan kurang tertarik pada pembelajaran, karena siswa hanya menerima transfer ilmu dan informasi. Siswa akan lebih mengingat pemahaman konsep yang diperoleh dari hasil mengkonstruksi pemahamannya sendiri dibandingkan secara informatif. Curiosity (rasa ingin tahu yang mendalam) siswa harus ditingkatkan saat kegiatan pembelajaran, agar siswa tertarik pada pelajaran, aktif, komunikatif, dan lebih mudah memahami konsep. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dapat meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa, dan keefektifan model pembelajaran CUPs dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi untuk meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa pada pelajaran fisika. Sampel penelitian adalah kelas 7B sebagai kelas eksperimen, dan kelas 7D sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen mendapat model pembelajaran CUPs, dan kelas kontrol mendapat model pembelajaran eksperimen verifikasi. Pengambilan data untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan curiosity menggunakan metode tes, angket, dan observasi. Teknik analisis data menggunakan uji gain dan uji-t pihak kiri. Hasil uji gain pemahaman konsep pada kelas eksperimen diperoleh sebesar 0,67 dan kelas kontrol sebesar 0,58. Hasil uji gain curiosity pada kelas eksperimen diperoleh sebesar 0,21 dan kelas kontrol sebesar 0,20. Hasil pengujian hipotesis peningkatan pemahaman konsep dan curiosity siswa menunjukkan bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , artinya Ho diterima dan Ha ditolak. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CUPs terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa pada pelajaran fisika. Model pembelajaran CUPs juga lebih efektif dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi dalam meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa pada pelajaran fisika. Bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian, sebaiknya memperhatikan karakteristik instrumen yang digunakan, agar diperoleh analisis data yang lebih baik. Guru hendaknya membiasakan siswa dengan kegiatan diskusi, kerja kelompok, dan presentasi agar dapat meningkatkan curiosity siswa pada materi pelajaran, sehingga siswa tidak hanya menerima transfer ilmu dan informasi dari guru. viii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .........................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................... iv MOTTO..............................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi ABSTRAK ......................................................................................................... viii DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................
6
1.3 Pembatasan Masalah .......................................................................
7
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................
8
1.5 Manfaat Penelitian ...........................................................................
8
1.6 Penegasan Istilah .............................................................................
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedure (CUPs) ............................................................................................ 11 ix
2.2 Pemahaman Konsep ........................................................................ 16 2.3 Curiosity ......................................................................................... 17 2.4 Tinjauan Materi Fisika di SMP ........................................................ 23 2.5 Materi Pemuaian ............................................................................. 26 2.6 Kerangka Berpikir ........................................................................... 28 2.7 Hipotesis ......................................................................................... 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi .......................................................................................... 32 3.2 Sampel ............................................................................................ 32 3.3 Variabel Penelitian .......................................................................... 32 3.4 Desain Penelitian ............................................................................ 33 3.5 Langkah-langkah Penelitian ............................................................ 33 3.6 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 38 3.7 Instrumen Penelitian ........................................................................ 39 3.8 Analisis Instrumen Penelitian .......................................................... 41 3.9 Metode Analisis Data ...................................................................... 45 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pretest dan Posttest Pemahaman Konsep .................................. 54 4.2 Perbandingan Tingkat Curiosity Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .................................................................................. 55 4.3 Hasil Observasi Peningkatan Curiosity Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran .................................................................................... 56 4.4 Uji Peningkatan Pemahaman Konsep ................................................ 57 4.5 Uji Peningkatan Curiosity ................................................................. 59 x
4.6 Hasil Uji Hipotesis Keefektifan Model Pembelajaran CUPs .............. 61 4.7 Hubungan Curiosity dengan Pemahaman Konsep ............................. 63 4.8 Pembahasan ...................................................................................... 65 4.9 Kendala dan Keterbatasan ................................................................. 82 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 84 5.2 Saran ................................................................................................ 85 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 86 LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
2.1 Sintaks Model Pembelajaran CUPs .............................................................. 14 2.2 Pengelompokkan Sikap Ilmiah Siswa ........................................................... 20 2.3 Indikator Rasa Ingin Tahu ............................................................................ 22 2.4 Indikator Curiosity Menurut Harlen ............................................................. 22 2.5 Indikator Pembelajaran Materi Pemuaian ..................................................... 24 3.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 33 3.2 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba ......................................................... 42 3.3 Hasil Analisis Taraf Kesukaran Soal Uji Coba ............................................. 43 3.4 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba ................................................ 45 3.5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Tes Pemahaman Konsep .......................... 47 3.6 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Angket Curiosity ..................................... 48 3.7 Hasil Perhitungan Uji Varians Tes Pemahaman Konsep ............................... 49 3.8 Hasil Perhitungan Uji Varians Angket Curiosity .......................................... 49 3.9 Deskripsi kualitatif koefisien korelasi ........................................................... 53 4.1 Peningkatan Curiosity Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Selama Kegiatan Pembelajaran .................................................................................. 57 4.2 Hasil Perhitungan Uji Gain Tes Pemahaman Konsep .................................... 58 4.3 Hasil Perhitungan Uji Uji Peningkatan Curiosity .......................................... 60 4.4 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Pemahaman Konsep ................................... 62 4.5 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Curiosity .................................................... 63 4.6 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Curiosity Selama Kegiatan Pembelajaran ... 63
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
2.1 Model Triplet ............................................................................................... 15 2.2 Pelaksanaan Diskusi Kelas ........................................................................... 15 2.3 Curiosity sebagai Pondasi Tiga Tingkatan Berpikir Siswa ............................ 21 2.4 Model Atom Mekanik .................................................................................. 26 2.5 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 30 3.1 Alur Penelitian ............................................................................................. 36 4.1 Diagram Hasil Pretest Pemahaman Konsep .................................................. 54 4.2 Diagram Hasil Posttest Pemahaman Konsep ................................................. 55 4.3 Diagram Perbandingan Tingkat Curiosity Siswa Sebelum Pembelajaran ...... 55 4.4 Diagram Perbandingan Tingkat Curiosity Siswa Setelah Pembelajaran ......... 56 4.5 Diagram Hasil Uji Gain Tes Pemahaman Konsep ditinjau dari Setiap Aspek Kognitif ............................................................................................. 59 4.6 Diagram Perbandingan Peningkatan Curiosity Hasil Observasi pada Pertemuan Pertama dan Ketiga ..................................................................... 61 4.7 Grafik hubungan peningkatan curiosity dengan peningkatan pemahaman konsep........................................................................................................... 64
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Silabus ......................................................................................................... 89 2. Hasil Analisis Soal Uji Coba ........................................................................ 92 3. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ................................................................ 96 4. Soal Pretest dan Posttest .............................................................................. 98 5. Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest ...................................................... 102 6. Indikator Curiosity ....................................................................................... 107 7. Kisi-kisi Angket Curiosity ............................................................................ 108 8. Pendoman Penilaian Lembar Observasi ........................................................ 109 9. Angket Curiosity .......................................................................................... 112 10. Nilai Ulangan Akhir Semester Gasal Kelas 7A-7D ....................................... 114 11. Uji Normalitas Nilai UAS ............................................................................ 115 12. Uji Homogenitas Populasi ............................................................................ 119 13. Lembar Kerja Individu Kelas Eksperimen .................................................... 120 14. Lembar Kerja Kelompok Kelas Eksperimen ................................................. 126 15. Lembar Kerja Kelompok Kelas Kontrol ....................................................... 133 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ...................... 139 17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ............................ 156 18. Hasil Tes Pemahaman Konsep ..................................................................... 172 19. Hasil Uji Normalitas Pretest Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen ........... 173 20. Hasil Uji Normalitas Posttest Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen .......... 174 21. Hasil Uji Normalitas Pretest Pemahaman Konsep Kelas Kontrol .................. 175 xiv
22. Hasil Uji Normalitas Posttest Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ................ 176 23. Hasil Uji Varians Tes Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen ...................... 177 24. Hasil Uji Varians Tes Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ............................ 178 25. Hasil Uji Gain Pemahaman Konsep .............................................................. 179 26. Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Pemahaman Konsep ................................... 182 27. Hasil Analisis Tingkat Curiosity Sebelum Pembelajaran .............................. 183 28. Hasil Analisis Tingkat Curiosity Setelah Pembelajaran ................................ 185 29. Hasil Analisis Observasi Peningkatan Curiosity Kelas Eksperimen .............. 187 30. Hasil Analisis Observasi Peningkatan Curiosity Kelas Kontrol ..................... 188 31. Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Curiosity dari Hasil Observasi .................... 189 32. Hasil Uji Normalitas Skor Angket Curiosity Sebelum Pembelajaran ............ 190 33. Hasil Uji Normalitas Skor Angket Curiosity Setelah Pembelajaran ............... 192 34. Hasil Uji Varians Skor Angket Curiosity Sebelum Pembelajaran .................. 194 35. Hasil Uji Varians Skor Angket Curiosity Setelah Pembelajaran ..................... 195 36. Hasil Uji Gain Curiosity ............................................................................... 196 37. Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Curiosity .................................................... 199 38. Hasil Analisis Korelasi Curiosity dan Pemahaman Konsep ........................... 200 39. Surat Keterangan Ijin Observasi ................................................................... 201 40. Surat Keterangan Ijin Penelitian ................................................................... 202 41. Surat Keputusan Penentuan Dosen Pembimbing ........................................... 203 42. Surat Keterangan Penelitian ......................................................................... 204 43. Dokumentasi ................................................................................................ 205
xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah mata pelajaran yang berkaitan
dengan cara mencari tahu tentang fenomena yang terdapat di alam sekitar secara sistematis, sehingga IPA tidak hanya berupa kumpulan serangkaian fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga suatu proses penemuan konsep. IPA merupakan ilmu dasar yang dikembangkan berdasarkan hasil penemuan ilmiah terkait peristiwa alam yang terjadi dalam keseharian. Sesuai dengan sifatnya maka orientasi pembelajaran IPA lebih ke arah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, pengembangan keterampilan sains, dan pengembangan keterampilan berpikir, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsipprinsip. Kelompok mata pelajaran IPA terbagi menjadi beberapa bidang sesuai dengan perbedaan bentuk dan cara pandang terhadap gejala alam. Fisika termasuk dalam salah satu mata pelajaran sains yang diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan fenomena yang terjadi di alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan salah satu tujuan pembelajaran IPA di SMP/ MTs berdasarkan KTSP 2006 yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep, dan prinsip IPA yang
1
2
bermanfaat serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu proses pembelajaran harus lebih ditekankan pada pemahaman konsep. Pelaksanaan pembelajaran fisika yang terjadi di lapangan masih banyak yang belum sesuai dengan tujuan KTSP. Observasi yang dilakukan oleh penulis saat melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di salah satu sekolah di kabupaten Semarang serta penuturan dari beberapa praktikan lainnya, menunjukkan bahwa: pertama, pembelajaran fisika yang dilakukan di sekolah sebagai tempat praktik masih bersifat konvensional, proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru dan lebih bersifat transfer pengetahuan; kedua, proses pembelajaran yang dilakukan di kelas lebih sering didominasi oleh guru, dan kurang memfasilitasi siswa dalam proses penemuan konsep, siswa hanya mendapatkan pengetahuan konsep-konsep yang bersifat informatif; ketiga, proses pembelajaran yang terkesan monoton membuat siswa menjadi bosan dan kurang berminat pada pelajaran fisika, sehingga berdampak pada pencapaian hasil belajar yang masih tergolong rendah. Didukung dari hasil observasi yang dilakukan penulis di salah satu kelas di sekolah PPL menunjukkan bahwa 67,75% siswa menginginkan adanya variasi pembelajaran supaya mereka tidak merasa bosan dan tegang, dan 31,25% siswa memilih pembelajaran fisika dengan kegiatan ceramah. Basili dan Sanford (1991) sebagaimana dikutip oleh Cakir (2008), menyatakan bahwa seorang guru tidak hanya diwajibkan untuk memperhatikan cara mengajar, tetapi juga harus memperhatikan bagaimana cara belajar siswa. Guru sains harus memberikan pembelajaran dengan melibatkan proses sains dan
3
memperhatikan isi materi supaya siswa dapat mengkonstruksi pemahamannya lebih baik daripada pemahaman yang diperoleh dari pemberian ceramah. Proses pembelajaran fisika dengan metode konvensional masih terjadi di sekolah lokasi penelitian. Pengamatan oleh penulis saat melakukan observasi langsung terhadap proses pembelajaran di kelas 7, menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran masih menggunakan metode ceramah. Kegiatan ceramah membuat siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa hanya menerima transfer ilmu dan informasi dari guru. Metode pembelajaran konvensional kurang memfasilitasi
siswa
untuk
mengembangkan
kemampuan
bertanya
dan
berpendapat. Hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan guru mata pelajaran, diperoleh informasi bahwa kemampuan siswa untuk bertanya masih sangat rendah, siswa hanya memperoleh informasi dari guru. Saat guru memberikan kesempatan bertanya, siswa menjawab sudah paham dan masih jarang yang mengajukan pertanyaan kepada guru. Berdasarkan informasi tersebut penulis menyimpulkan bahwa menumbuhkan curiosity (rasa ingin tahu yang mendalam) siswa dapat meningkatkan kemampuan bertanya siswa, sehingga siswa dapat menjadi lebih aktif dan komunikatif dalam kegiatan pembelajaran. Pemahaman konsep yang diperoleh siswa secara informatif, kurang memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan proses penemuan pemahaman konsep. Novak (1988) sebagaimana dikutip oleh Cakir (2008), menyatakan bahwa pengorganisasian proses perbelajaran sangat penting untuk membangun pemahaman konsep. Proses pembelajaran yang baik tidak hanya menyampaikan informasi tentang konsep, tetapi juga memperhatikan proses
4
penyampaian konsep. Pengorganisasian proses pembelajaran yang baik dapat menggunakan model pembelajaran yang baik dan sesuai dengan materi pelajaran. Cakir (2008) menyatakan bahwa pemahaman konsep merupakan hal yang sangat penting, dan harus menjadi fokus perhatian dalam proses pembelajaran sains, serta lebih diutamakan dibandingkan menghafal. Apabila proses pembelajaran fisika hanya menekankan pada menghafal, siswa dapat memiliki anggapan bahwa pelajaran fisika tidak ada keberkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Minat siswa terhadap pelajaran fisika cenderung rendah, untuk itu yang harus dilakukan oleh guru adalah membangkitkan motivasi siswa dalam pelajaran fisika. Motivasi siswa akan timbul apabila ditingkatkannya curiosity dalam diri siswa, karena curiosity adalah pondasi untuk melakukan proses pembelajaran. Binson (2009) menyatakan bahwa curiosity adalah bahan bakar yang dapat membangkitkan energi motivasi internal yang berguna dalam proses pembelajaran dan pemahaman. Ketika siswa tahu bahwa konsep fisika yang mereka pelajari sangat berguna dan memiliki peranan penting dalam perkembangan berbagai produk teknologi, maka minat belajar siswa dapat meningkat. Curiosity siswa terhadap pelajaran dapat membuat siswa akan lebih termotivasi dan antusias untuk belajar sains, khususnya fisika. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran fisika adalah Conceptual Understanding Procedures (CUPs). Gunstone et al., (2009) menyatakan bahwa CUPs merupakan model pembelajaran yang terdiri atas serangkaian kegiatan pembelajaran dan bertujuan untuk membantu meningkatkan pemahaman konsep siswa. Tiga fase
5
pembelajaran CUPs adalah, fase kerja individu, fase kerja kelompok, dan fase presentasi hasil kerja kelompok. Fase pertama diawali dengan penyajian demonstrasi sederhana oleh guru untuk menumbuhkan curiosity siswa. Salah satu contoh demonstrasi sederhana yang bisa dilakukan adalah pembuatan roket alkohol untuk menjelaskan konsep pemuaian gas. Selanjutnya masing-masing siswa diberi lembar kerja individu. Siswa ditugaskan untuk menjawab dan memberikan pendapat tentang hasil demonstrasi dan materi yang akan disampaikan. Fase kedua adalah fase kerja kelompok, siswa bekerja secara berkelompok dalam kegiatan eksperimen dan dilanjutkan dengan kegiatan diskusi kelompok,
siswa
membahas
hasil kegiatan eksperimen kelompok dan
mengerjakan lembar kerja kelompok. Pada fase ketiga, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi, guru bertindak sebagai fasilitator dan mengevaluasi hasil kerja kelompok. Hasil kerja kelompok siswa ditempel di papan tulis, siswa perwakilan kelompok mempresentasikan hasil dan siswa yang lainnya diberi kesempatan untuk memberikan pendapat. Penggunaan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Paoki (2012) menunjukkan bahwa terdapat peningkatan penguasaan konsep siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) yang lebih baik bila dibandingkan
dengan
peningkatan
penguasaan
pembelajaran dengan model pembelajaran tradisional.
konsep
siswa
melalui
6
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang implementasi model pembelajaran CUPs untuk meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa pada pelajaran fisika. Penelitian dilakukan dengan mengangkat judul "Penerapan Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk meningkatkan Pemahaman Konsep dan Curiosity Siswa pada Pelajaran Fisika". Materi fisika yang ditinjau dalam penelitian ini adalah materi pemuaian. Peristiwa pemuaian banyak terjadi di lingkungan sekitar, dan banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, baik manfaat dan dampak negatif. Pembelajaran materi pemuaian biasanya berupa penyampaian materi dan pemberian contoh, jarang pembelajaran yang menjelaskan proses penemuan konsep pemuaian dengan memperlihatkan bagaimana pemuaian terjadi. Pemahaman konsep yang diperoleh siswa secara informatif kurang maksimal dibandingkan pemahaman konsep
yang diperoleh dengan mengkonstruksi pemahamannya
sendiri.
Penyampaian materi pemuaian dengan model pembelajaran CUPs, bertujuan untuk menyampaikan konsep pemuaian agar lebih mudah dipahami siswa dan membuat siswa menikmati kegiatan pembelajaran.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah
yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah penerapan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dapat meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa pada pelajaran fisika?
7
2. Apakah model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) lebih efektif dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi dalam meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa?
1.3
Pembatasan Masalah Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap permasalahan dalam
penelitian ini, maka perlu diberikan batasan-batasan masalah seagai berikut: 1. Dalam penelitian ini yang dikaji adalah keefektifan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa pada pelajaran fisika yang diberikan pada kelas eksperimen, dan pada kelas kontrol akan diberikan model pembelajaran eksperimen veirifikasi. 2. Penguasaan konsep dalam penelitian ini hanya mencakup hasil belajar kognitif siswa. 3. Curiosity dibedakan menjadi tiga aspek curiosity yaitu physical curiosity, social curiosity, dan intellectual curiosity, dalam penelitian ini yang akan dikembangkan hanya intellectual curiosity yaitu sikap ingin tahu yang timbul karena diperolehnya informasi yang dilihat atau didengar. Peningkatan curiosity pada penelitian ini akan dikembangkan melalui penerapan model pembelajaran CUPs. Peningkatan curiosity dapat diketahui dari sikap yang ditunjukkan siswa seperti tidak ragu untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami serta mau mencari berbagai informasi dari berbagai sumber.
8
1.4
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman konsep dan curiosity siswa pada pelajaran fisika setelah diberi model pembelajaran Conceptual Understanding Procedure (CUPs). 2. Untuk
mengetahui
keefektifan
model
pembelajaran
Conceptual
Understanding Procedure (CUPs) dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi untuk meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa.
1.5
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: Bagi Siswa: 1. Membantu siswa untuk meningkatkan curiosity dan pemahaman konsep pada mata pelajaran fisika 2. Memberikan pengalaman belajar yang menarik 3. Meningkatkan motivasi belajar siswa Bagi Guru: 1. Memberikan informasi tentang alternatif model pembelajaran yang bisa diterapkan guna meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa 2. Mengembangkan kreativitas Guru dalam melakukan variasi pada proses pembelajaran.
9
Bagi Peneliti: 1. Mendapatkan pengalaman langsung dalam proses pembelajaran menggunakan
model
pembelajaran
Conceptual
Understanding
Procedure.
1.6
Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah-istilah dalam
penelitian ini, maka dilakukan penegasan istilah sebagai berikut: 1. Model Pembelajaran Concetual Understanding Procedures (CUPs) merupakan model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu meningkatkan pemahaman konsep yang memiliki prosedur pembelajaran CUPs meliputi tiga tahapan yaitu, fase kerja individu, fase kerja kelompok, dan diskusi kelas (persentasi hasil). 2. Pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep materi yang telah diberikan pada proses pembelajaran. Peningkatan pemahaman konsep diukur berdasarkan hasil belajar kognitif siswa. Aspek hasil belajar kognitif diukur menggunakan instrument test yang berpedoman pada taksonomi Bloom, dalam hal ini hanya dibatasi dari tahap pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Peningkatan pemahaman konsep diukur dengan hasil belajar kognitif yang berbentuk tes tulis jenis pilihan ganda. 3. Curiosity merupakan sikap yang harus dikembangkan dalam pendidikan sains. Curiosity didefinisikan sebagai kecenderungan untuk bertanya, menyelidiki atau mencari setelah mendapatkan pengetahuan. Hal tersebut
10
merupakan suatu kerangka berpikir mengenai sikap ingin tahu yang lebih mendalam mengenai sesuatu. Curiosity juga dapat menimbulkan motivasi internal yang menjadi dasar suatu pendidikan (Binson, 2009). Pada penelitian ini, curiosity siswa pada pelajaran fisika diukur dengan lembar angket dan lembar observasi.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1
Model Pembelajaran Concetual Understanding Procedures (CUPs) Conceptual Understanding Procedures atau (CUPs) adalah suatu prosedur
pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa memahami konsep-konsep sains (Gunstone et al., 1999). Cakir (2008) menyatakan bahwa setiap kegiatan pembelajaran sains harus mengutamakan pemahaman. Pembelajaran IPA harus mengutamakan pemahaman konsep, bukan hanya menghafal teori. Pemahaman konsep yang baik dapat membantu siswa dalam hal pemecahan masalah (problem solving). CUPs dikembangkan dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme, yaitu model pembelajaran yang didasarkan pada keyakinan bahwa siswa dapat membangun pemahaman konsep mereka sendiri dengan memperluas atau memodifikasi pengalaman yang dimiliki siswa. Carin (1997: 17) menyatakan bahwa konstruktivisme adalah kegiatan hands-on dan minds-on dalam pembelajaran
sains.
Pembelajaran
dengan
pendekatan
konstruktivisme
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri, dan tidak hanya menerima transfer ilmu dari guru. Model pembelajaran konstruktivisme memberikan beberapa wawasan tentang mengapa dan bagaimana sesuatu hal dapat terjadi (Gunstone et al., 1998). Pembelajaran konstruktivisme dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan rasa ingin tahu melalui kegiatan sains yang dilakukan di dalam kelas. Misalnya dengan melakukan percobaan, siswa dapat
11
12
menghubungkan pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Pengetahuan awal siswa mungkin dapat menumbuhkan miskonsepsi yang
dapat
mengganggu
pembelajaran
selanjutnya.
Siswa
membangun
pemahamannya sendiri, sedangkan guru tidak dapat mengawasi seluruh siswa dalam kelas. Solusi yang dapat dilakukan oleh guru untuk membuat setiap siswa membangun pengetahuan yang benar adalah dengan memperhatikan prosedur pembelajaran. Model pembelajaran CUPs dapat membantu mengembangkan pemahaman konsep sains dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme dan kegiatan diskusi. Correiro et al., (2008) menyatakan ada empat faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme, yaitu: (1) memberikan informasi awal sebelum pembelajaran, siswa dikenalkan pada materi yang akan dibahas; (2) menggali konsep awal yang dimiliki siswa yang berkaitan dengan materi pelajaran; (3) merancang desain eksperimen yang akan dilakukan (membuat rancangan kagiatan labolatorium atau pembagian kelompok); dan (4) kegiatan labolatorium, dapat berupa kegiatan eksperimen dan pembuatan laporan hasil eksperimen. Prosedur pelaksanaan model pembelajaran CUPs telah memenuhi empat faktor tersebut. Di awal pembelajaran siswa diberi demonstrasi sederhana, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi awal. Kegiatan demonstrasi membantu siswa menggali pengetahuan yang telah dimiliki tentang materi yang akan disampaikan. Selanjutnya, untuk mengetahui konsep awal yang dimiliki siswa digunakan lembar kerja individu. LKS individu berisi beberapa pertanyaan, diantaranya ada yang berhungan dengan demonstrasi yang dilakukan
13
guru, sesuai dengan faktor kedua. Tahap berikutnya siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, sesuai dengan faktor ketiga. Kegiatan terakhir siswa melakukan diskusi kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, sesuai dengan faktor keempat. Model pembelajaran CUPs juga memperkuat nilai pembelajarn kooperatif karena terdapat fase kerja kelompok. Indrawati dan Setiawan (2009: 78) menyatakan
bahwa
pembelajaran
kooperatif
merupakan
suatu
strategi
pembelajaran yang mengembangkan hubungan kerjasama di antara peserta didik dalam mengerjakan tugas-tugas akademik di dalam kelas. Johnson & Johnson (1999) sebagaimana dikutip oleh Johnson et al., (2000) menyatakan bahwa cooperative learning dapat dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompokkelompok untuk bekerja sama menyelesaikan suatu permasalahan atau bertukar pikiran dalam proses belajar. Setiap siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran apabila kelompok telah mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Salah satu faktor pendukung keberhasilan pembelajaran kooperatif adalah menekankan pemahaman konsep pada setiap variasi pembelajaran. Johnson et al., (2000) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif pada dasarnya adalah bentuk umun dari pengorganisasian siswa dalam kelas saat proses pembelajaran. Guru dapat menerapkan pembelajarn kooperatif, dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan kelas. Pada penerapan model pembelajaran CUPs, siswa dibagi dalam kelompokkelompok kecil. Setiap kelompok beranggotakan tiga siswa (triplet), namun pembagian kelompok dapat menyesuaikan jumlah siswa dalam kelas. Pembagian
14
kelompok
dilakukan
secara
heterogen,
artinya
setiap
kelompok
harus
beranggotakan minimal satu siswa putra. Kemampuan kognitif siswa dalam satu kelompok juga harus konvergen (rendah-sedang-tinggi) (Mariana dan Praginda, 2009: 52). Sintaks model pembelajaran CUPs dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Sintaks model pembelajaran CUPs Tahap Pembelajaran Fase 1 Siswa bekerja secara individu Fase 2 Siswa bekerja secara berkelompok
Fase 3 Diskusi kelas
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
Melakukan demonstrasi sederhana mengenai materi yang akan dipelajari Membagikan lembar kerja individu Membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil Membagikan lembar kerja kelompok Membagikan alat dan bahan untuk kegiatan eksperimen
Memperhatikan demonstrasi yang dilakukan oleh guru Mengerjakan lembar kerja individu Melakukan kegiatan eksperimen secara berkelompok Membuat laporan hasil eksperimen sederhana
Memfasilitasi siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok
Mempresentasikan hasil kerja kelompok
Kegiatan pokok dalam model pembelajaran CUPs terdiri atas tiga fase utama, sebagaimana terdapat pada Tabel 2.1. Pembelajaran diawali dengan demonstrasi sederhana untuk menggali informasi konsep awal yang dimiliki setiap siswa. Setelah guru selesai menyampaikan demonstrsi, siswa diberi lembar kerja individu. Siswa diarahkan untuk mengisi LKS individu dan diberi kebebasan untuk berpendapat. Diperoleh informasi tentang pemahaman konsep awal siswa terhadap materi pemuaian dari jawaban siswa. Pada tahap pembagian kelompok, posisi tempat duduk masing-masing kelompok ditentukan seperti ditunjukkan
15
pada Gambar 2.1. Kegiatan kelompok meliputi eksperimen dan diskusi hasil eksperimen. Hasil diskusi kelompok dibahas pada kegiatan diskusi kelas. Gambar 2.2. menunjukka kondisi kelas saat kegiatan presentasi hasil eksperimen.
2
5
6
7
1
3
4
Siswa
Guru Gambar 2.1. Model Triplet
1
2 5
3 6
7
4
3
1
7
6
5
Siswa
Guru
4
2
1
jawaban LKS Kelompok
Gambar 2.2. Pelaksanaan Diskusi Kelas
16
Saat kegiatan diskusi kelompok, guru memeriksa hasil diskusi kelompok, membandingkan persamaan dan perbedaan jawaban masing-masing kelompok. Diskusi kelas dimulai dengan memilih salah satu jawaban yang jawabannya dianggap mewakili seluruh jawaban yang ada. Guru meminta salah satu anggota kelompok yang jawabannya diambil untuk menjelaskan jawaban mereka. Jawaban kelompok lain yang berbeda dengan jawaban kelompok yang dipilih sebelumnya diminta untuk menjelaskan jawabannya. Berdasarkan kedua jawaban tersebut, maka diskusi kelas akan berlangsung dan guru harus memperhatikan waktu pelaksanaannya.
2.2
Pemahaman Konsep Pemahaman konsep (conceptual understanding) merupakan hal yang
sangat penting dan harus diutamakan dalam proses pembelajaran dibandingkan menghafal (Cakir, 2008). Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspekaspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada hal yang dipelajari oleh peserta didik. Apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep (Anni & Rifa’i, 2009: 85). Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan memperoleh makna dari suatu pengertian tertentu sebagai hasil dari proses belajar. Belajar menurut Slavin sebagaimana dikutip oleh Anni & Rifa’i (2009: 82) merupakan perubahan indivdu yang disebabkan oleh pengalaman.
17
Pemahaman konsep siswa dapat diketahui dari hasil belajar kognitif siswa. Hasil belajar kognitif siswa diukur dengan menggunakan teknik tes. Penentuan tes harus menyesuaikan indikator yang telah ditetapkan dalam SK dan KD. Bloom berpendapat bahwa tingkah laku dapat dibedakan menjadi tiga ranah (domain) yaitu
pengetahuan
(cognitive),
sikap
(afektive),
dan
psikomotorik
(psychomotoric). Bloom juga membedakan tingkah laku atas tingkatan-tingkatan kategori yang dikenal dengan istilah Taksonomi Bloom (Bloom’s Taxonomy). Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran
intelektual.
Ranah
kognitif
mencakup
kategori
pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation) (Anni & Rifa’i, 2009: 86). Tingkatan ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menetapkan SK dan KD yang akan dicapai melalui kegiatan belajar dan pembelajaran yang akan dilakukan. Hasil belajar siswa dapat digunakan untuk mengetahui apakah pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai dengan SK dan KD yang telah ditetapkan.
2.3
Curiosity Binson (2009) memberikan definisi curiosity sebagai kecenderungan
untuk bertanya, menyelidiki dan mencari setelah mendapatkan pengetahuan. Kecenderungan untuk bertanya, menyelidiki, dan mencari merupakan suatu kerangka berpikir mengenai sikap ingin tahu yang lebih mendalam mengenai sesuatu. Curiosity juga dapat menimbulkan motivasi internal yang menjadi dasar
18
suatu pendidikan. Carin (1997: 15) dalam bukunya yang berjudul Teaching Modern Science menyatakan bahwa “Human urges and needs are the forces that drive all of us to seek answers (some rational, some irrational) to questions about our world. These force are the catalysts for development of science”. Keinginan yang tinggi atau antusias seseorang untuk mencari jawaban dari suatu pertanyaan, adalah katalis untuk mengembangkan kemampuan sains seseorang. Litmann & Spielberger (2003) sebagaimana dikutip oleh Reio et al., (2006) menyatakan bahwa curiosity adalah keinginan untuk memperoleh informasi dan pengetahuan baru, serta pengalaman sensori baru yang dapat memotivasi perilaku untuk mencari tahu. Litmann & Spielberger membedakan curiosity menjadi dua tipe, yaitu: (a) information seeking, atau cognitive curiosity yang dapat distimulasi dengan informasi visual dan kegiatan eksplorasi, (b) sensory curiosity, yaitu curiosity yang dapat distimulasi dari kerja indra manusia melalui kegiatan eksplorasi. Dewey sebagaimana dikutip oleh Reio, et al., (2006) membedakan curiosity dalam tiga tipe, yaitu: (a) physical curiosity, merupakan sikap ingin tahu karena adanya dorongan dari dalam diri sendiri, (b) social curiosity, pada sikap ingin tahu tipe sosial adalah rasa ingin tahu ditimbulkan karena stimulus dari lingkungan sosial, dan (c) intellectual curiosity, adalah sikap ingin tahu yang timbul karena diperolehnya informasi yang dilihat atau didengar. Tipe intellectual curiosity adalah tipe yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan minat dalam penyelesaian masalah dan pengetahuan. Tipe curiosity yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah intellectual curiosity, karena dapat berpengaruh pada motivsi
19
belajar siswa. Curiosity sangat penting, karena curiosity dapat menimbulkan motivasi intrinsik untuk mencari informasi yang lebih mendalam, sehingga dapat mengembangkan passion for learning atau keinginan untuk belajar. Curiosity atau rasa ingin tahu merupakan salah satu sikap ilmiah yang harus dikembangkan dalam pembelajaran sain (Anwar, 2010). Pengelompokan sikap ilmiah oleh para ahli cukup bervariasi, meskipun kalau ditelaah lebih jauh hampir tidak ada perbedaan yang berarti. Variasi pengelompokan terdapat pada penempatan dan penamaan sikap ilmiah yang diutamakan. Misalnya, Gega (1977) memasukkan inventiveness (sikap penemuan) sebagai salah satu sikap ilmiah utama,
sedangkan
AAAS
(1993)
tidak
menyebut
inventiveness
tetapi
memasukkan open minded ( sikap terbuka) sebagai salah satu sikap ilmiah utama. Gega ( 1977) mengemukakan empat sikap pokok yang harus dikembangkan dalam Sains yaitu: (a) curiosity, (b) inventiveness, (c) critical thinking, dan (d) persistence. Keempat sikap ini sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya karena sating melengkapi. Sikap ingin tahu (curiosity) dapat mendorong penemuan sesuatu yang baru (inventiveness) yang dengan berpikir kritis (critical thinking) akan meneguhkan pendirian (persistence) dan berani untuk berbeda pendapat. American Association for Advancement of Science (AAAS: 1993) memberikan penekanan pada empat sikap yang perlu untuk tingkat sekolah dasar yaitu, honesty (kejujuran), curiosity (keingintahuan), open minded (keterbukaan), dan skepticism (ketidakpercayaan). Harlen (1996) membuat pengelompokkan
yang
lebih
lengkap
dan
hampir
mencakup
kedua
20
pengelompokkan yang telah dikemukakan. Berikut adalah pengelompokan sikap ilmiah siswa menurut para ahli yang disajikan dalam Tabel 2.2. (Anwar, 2010): Tabel 2.2. Pengelompokan Sikap Ilmiah Siswa Gegga (1977) Curiosity (sikap ingin tahu) Inventiveness (sikap penemuan) Critical Thinking (berpikir kritis) Presistence (sikap teguh pendirian)
Harlen (1996)
AAAS (1993)
Curiosity (sikap ingin tahu)
Honesty (sika jujur)
Respect for evidence (sikap peduli terhadap data) Critical reflection (sikap refleksi kritis) Perserverance (sikap ketekunan) Creativity and inventiveness (sikap kreatif dan penemuan) Open mindedness (sikap pemikiran terbuka) Cooperation with other (sikap bekerjasama dengan yang lain)
Curiosity (sikap ingin tahu) Open mindedness (sikap pemikiran terbuka) Skepticism (sikap keragu-raguan)
Berdasarkan pengelompokan sikap ilmiah tersebut, curiosity menjadi fokus utama dalam pembelajaran sains, yang harus dikembangkan dalam diri siswa. Curiosity adalah pondasi dalam proses pembelajaran sains, sebagaimana ditunjukkan pada diagram tingkatan berpikir (Binson, 2009). Curiosity sebagai pondasi belajar siswa agar siswa dapat mengembangkan kemampuan membaca dan mengdengar dengan baik, berpikir dengan baik, dan berkomunikasi dengan baik untuk mengeksplorasi pengalaman yang diperoleh. Curiosity sebagai pondasi tingkatan berpikir dijunjukkan pada Gambar 2.3.
21
Output communicate well Process think well Input Read & listen well Curiosity Gambar 2.3. Curiosity sebagai pondasi tiga tingkatan berpikir siswa (Binson, 2009) Kegiatan menyimak didukung dengan input read dan listen well. Siswa dapat menyimak dengan baik jika informasi yang diperoleh dari membaca atau mendengar dilakukan dengan baik. Hal yang disimak oleh siswa dapat membuat siswa berpikir dengan baik atau terjadi process think well. Hasil pemikiran yang baik akan mendukung siswa untuk mengkomunikasikannya dengan baik, atau output communicating well. Curiosity menjadi landasan dari ketiga tingkat berpikir siswa untuk memahami objek yang diamati, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.3. Indikator rasa ingin tahu (curiosity) untuk jenjang SMP dan SMA berdasarkan buku Panduan Budaya dan Karakter Bangsa disajikan pada Tabel 2.3. sebagai berikut (Kemendiknas, 2010).
22
Table 2.3. Indikator Rasa Ingin Tahu (Kemendiknas, 2010) INDIKATOR
NILAI
Kelas 7-9 SMP Bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaran.
Kelas 10-12 SMA Bertanya atau membaca Rasa ingin tahu: Sikap dan tindakan sumber di luar buku teks yang selalu berupaya tentang materi yang terkait untuk mengetahui dengan pelajaran. lebih mendalam dan Bertanya kepada sesuatu Membaca atau mendiskusikan meluas dari sesuatu tentang gejala alam yang gejala alam yang baru terjadi. yang dipelajari, dilihat, baru terjadi. dan didengar. Bertanya kepada guru Membaca atau mendiskusikan tentang sesuatu yang beberapa peristiwa alam, didengar dari ibu, bapak, sosial, budaya, ekonomi, teman, radio, atau politik, dan teknologi yang televisi. baru didengar. Sumber lain menyebutkan beberapa indikator yang berbeda. Berikut adalah indikator curiosity oleh Harlen (1996) sebagaimana dikutip oleh Anwar (2010) yang disajikan dalam Tabel 2.4. Tabel 2.4. Indikator curiosity menurut Harlen Sikap Rasa ingin tahu (curiosity)
Indikator Curiosity menurut Harlen -
Antusias mencari jawaban
-
Fokus pada objek yang diamati
-
Antusias pada proses sains
-
Menanyakan setiap langkah kegiatan
Sikap antusias mencari jawaban dapat diamati saat siswa menjawab LKS. Semakin banyak referensi yang digunakan menunjukkan antusias mencari jawaban semakin tinggi. Sikap fokus pada objek yang diamati dapat ditunjukkan pada saat siswa melakukan kegiatan eksperimen. Pengamatan objek yang baik
23
dapat mempengaruhi hasil eksperimen yang diperoleh siswa. Sikap antusias pada proses sains ditunjukkan ketika siswa dapat fokus saat kegiatan eksperimen. Siswa yang fokus akan memperhatikan prosedur kerja dengan baik dan tidak banyak bermain-main saat kegiatan eksperimen. Sikap menanyakan setiap langkah kegiatan dapat diamati ketika siswa dapat mengajukan pertanyaan tentang hal yang berhubungan kegiatan yang dilakukan siswa. Pemilihan indikator curiosity disesuaikan dengan materi pelajaran yang disampaikan. Indikator curiosity yang digunakan adalah perpaduan indikator curiosity oleh Harlen dan indikator rasa ingin tahu yang terdapat pada buku Panduan Budaya dan Karakter Bangsa, sebagaimana terdapat pada Tabel 2.3. dan 2.4. Empat indikator curiosity oleh Harlen digunakan semua. Indikator curiosity pada buku Panduan Budaya dan Karakter Bangsa yang digunakan adalah bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaran, dan bertanya kepada guru tentang sesuatu yang didengar dari ibu, bapak, teman, radio, atau televise Kemendiknas (2010).
2.4
Tinjauan Materi Pemuaian di SMP Materi pemuaian di SMP termasuk dalam kelompok mata pelajaran IPA.
Standar Kompetensi materi pemuaian di SMP adalah memahami wujud dan perubahan zat, dan Kompetensi Dasar melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. Materi pemuaian mencakup pemuaian zat padat, zat cair, dan gas. Pemuaian adalah proses alam yang banyak terjadi di lingkungan sekitar, dan banyak diaplikasikan dalam kehidupan seharihari, baik manfaat dan dampak negatif. Pembelajaran materi pemuaian biasanya
24
berupa penyampaian materi dan pemberian contoh, jarang pembelajaran yang menjelaskan konsep pemuaian dengan memperlihatkan bagaimana pemuaian terjadi. Proses pembelajaran IPA di SMP seharusnya mengutamakan pemahaman konsep dan proses penemuan konsep. Penelitian yang dilakukan adalah penerapan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) pada pokok bahasan pemuaian. Alasannya adalah model pembelajaran CUPs dikembangkan dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dan pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan karakteristik materi pemuaian di SMP. Indikator pembelajaran materi pemuain dibuat dengan mengacu SK dan KD disajikan dalam Tabel 2.5. Tabel 2.5. Indikator pembelajaran materi pemuaian Standar Kompetensi 3. Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompetensi Dasar 3.3 Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuain dalam kehidupan sehari-hari
Indikator 1. Mengamati proses pemuaian zat padat 2. Mengamati proses pemuaian zat cair 3. Mengamati proses pemuaian gas 4. Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan terjadinya pemuaian zat padat 5. Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan terjadinya pemuaian cair 6. Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan terjadinya pemuaian gas 7. Mengamati perbedaan proses pemuaian volume pada pemuaian beberapa jenis zat cair 8. Menerapan prinsip pemuaian zat padat dalam kehidupan sehari-hari 9. Menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat cair dalam kehidupan sehari-hari 10. Menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat gas dalam kehidupan sehari-hari
25
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, model pembelajaran CUPs terdiri atas tiga fase kegiatan. Fase pertama adalah kerja individu, pada fase ini pembelajaran yang dilakukan menggunakan pendekatan konstruktivisme. Hubungan materi pemuaian dengan pembelajaran konstruktivisme, dapat ditunjukkan dengan menggunakan indikator pertama, yaitu mengamati proses pemuaian zat padat, seperti yang terdapat pada Tabel 2.5. Proses pemuaian zat pada banyak terjadi di lingkungan sekitar, namun untuk mengamati prosesnya dibutuhkan waktu yang lama. Demonstrasi sederhana yang menjelaskan konsep pemuaian, membantu menjelaskan konsep pemuaian dengan lebih mudah. Siswa dapat menghubungkan antara pengetahuan yang sudah dimiliki, dengan informasi yang diperoleh dari demonstrasi pemuaian zat padat. Pembangunan pemahaman siswa difasilitasi dengan LKS individu. Siswa diarahkan untuk memberikan jawaban yang dapat membangun pemahaman konsep. Kegiatan demonstrasi juga dapat meningkatkan curiosity siswa. Curiosity sangat penting dalam suatu proses belajar, karena dapat menimbulkan motivasi internal siswa untuk lebih mendalami materi pemuaian. Fase kedua model pembelajaran CUPs adalah kerja kelompok, kegiatan ini sesuai dengan indikator keempat. Model pembelajaran CUPs memperkuat nilai pembelajaran kooperatif dengan kegiatan kelompok. Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan terjadinya pemuaian zat padat dilakukan oleh siswa secara berkelompok. Kegiatan kerja kelompok dapat membantu siswa mengkonstruksi pemahaman konsep yang telah dimiliki dengan cara bertukar pikiran dengan teman satu kelompok. Kesimpulannya adalah materi pemuaian di
26
SMP memiliki karakteristik yang bisa disampaikan dengan model pembelajaran CUPs.
2.5
Materi Pemuaian Hampir semua benda akan mengalami pertambahan volume ketika
dipanaskan. Pertambahan volume benda akibat dipanaskan disebut dengan pemuaian termal (thermal expansion). Pemuaian termal adalah suatu akibat dari berubahnya jarak rata-rata antar atom pada suatu benda. Model atom penyusun zat padat dapat diilustrasikan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Model atom mekanik. Atom-atom penyusun zat padat, dihubungkan oleh pegas yang kaku. Pada temperatur normal, atom-atom berosilasi pada daerah kesetimbangannya dengan amplitudo getaran mendekati 10 -1 m dan frekuensi getaran mendekati 1013 Hz. Jarak rata-rata antar atom sekitar 10-10 m. Ketika suhu di sekitar zat padat tersebut bertambah, atom-atom akan berosilasi dengan amplitudo yang lebih besar, akibatnya jarak rata-rata antar atom juga bertambah. Pertambahan jarak rata-rata antar atom menyebabkan volume benda bertambah, sehingga benda mengalami pemuaian (Halliday, 2001).
27
Sebuah benda memiliki panjang awal 𝐿𝑖 pada temperature 𝑇. Apabila suhu benda berubah sebesar ∆𝑇, perubahan panjang sebesar ∆𝐿 sebanding dengan ∆𝑇 dan panjang awal 𝐿𝑖 , maka persamaan yang dapat dituliskan sebagai berikut ∆𝐿 = 𝛼𝐿𝑖 ∆𝑇, dengan 𝛼 adalah koefisien muai linier. Besaran ini adalah rasio perubahan panjang terhadap perubahan temperature atau dapat dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut (Tippler, 1998: 568). 𝛼=
∆𝐿/𝐿𝑖 ∆𝑇
Koefisien muai linier pada suatu temperature tertentu 𝑇 dapat diperoleh dengan mengambil limit ∆𝑇 mendekati nol. ∆𝐿/𝐿𝑖 1 𝑑𝐿 = ∆𝑇→0 ∆𝑇 𝐿𝑖 𝑑𝑇
𝛼 = lim
Dimensi linier suatu benda dapat mengalami pemuaian jika dipanaskan, hal ini juga diikuti dengan perubahan luas dan volume benda ketika dipanaskan. Perubahan volume pada tekanan tetap sebanding dengan volume awal 𝑉𝑖 . maka persamaan yang dapat dituliskan sebagai berikut ∆𝑉 = 𝛽𝑉𝑖 ∆𝑇, dengan 𝛽 adalah koefisien muai volume. ∆𝑉/𝑉𝑖 1 𝑑𝑉𝑖 = ∆𝑇→0 ∆𝑇 𝑉𝑖 𝑑𝑇
𝛽 = lim
Apabila 𝑉𝑖 = 𝐿1 𝐿2 𝐿3 , dapat ditunjukkan bahwa untuk bahan tertentu koefisien muai volume sama dengan tiga kali koefisien muai panjang. Laju perubahan volume terhadap temperature adalah, 𝑑𝑉𝑖 𝑑 𝐿1 𝐿2 𝐿3 𝑑𝐿3 𝑑𝐿2 𝑑𝐿1 = = 𝐿1 𝐿2 + 𝐿1 𝐿3 + 𝐿2 𝐿3 𝑑𝑇 𝑑𝑇 𝑑𝑇 𝑑𝑇 𝑑𝑇
28
𝛽=
1 𝑑𝑉𝑖 1 𝑑𝐿3 1 𝑑𝐿2 1 𝑑𝐿1 = + + 𝑉𝑖 𝑑𝑇 𝐿3 𝑑𝑇 𝐿2 𝑑𝑇 𝐿1 𝑑𝑇
Setiap suku menunjukkan besarnya 𝛼, maka dapat disimpulkan bahwa 𝛽 = 3𝛼. Terdapat
zat
yang
mengalami
penyusutan
kerika
temperaturnya
bertambah. Zat seperti air mengalami penyusutan pada suhu tertentu ketika dipanaskan. Pada suhu 4oC volume air minimum dan kerapatannya maksimum. Jadi, bila air dipanaskan dari suhu 0 sampai 4 oC air menyusut. Pada temperatur di atas 4oC air menjadi lebih rapat jika mengalami pendinginan, sehingga mudah tenggelam. Pada temperatur di bawah 4oC air menjadi kurang rapat saat mengalami pendinginan, sehingga tetap berada di permukaan saat mengalami pendinginan. Oleh sebab itu es akan terbentuk mula-mula di bagian atas danau es (Tippler, 1998: 570).
2.6
Kerangka Berpikir Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang
memfasilitasi siswa untuk terlibat aktif dalam memahami konsep materi yang diajarkan. Pemahaman konsep yang diperoleh dari kegiatan mengkonstruksi pengetahuan oleh siswa lebih baik dibandingkan dengan pemahaman konsep yang diperoleh secara informatif. Diperlukan pengorganisasian proses pembelajaran yang baik agar siswa menikmati kegiatan pembelajaran, sehingga siswa menjadi aktif serta dapat mengkonstruksi pemahaman konsep dengan baik. Salah satu cara untuk membuat siswa menjadi aktif adalah dengan meningkatkan curiosity siswa pada materi pelajaran. Curiosity dapat membuat siswa tertarik dan menikmati
29
proses pembelajaran. Ketertarikan pada materi pelajaran dapat membantu siswa dalam proses belajar dan siswa lebih mudah memahami konsep. Pengorganisasian proses pembelajaran dapat
menggunakan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran. Sebelum menentukan desain pembelajaran yang sesuai, terlebih dahulu dilakukan peninjauan masalah. Materi pelajaran yang disampaikan juga harus ditinjau dengan mengacu pada SK dan KD. Materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi pemuaian. Karakteristik materi pemuaian di SMP dapat disampaikan dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme dan memperkuat
nilai
pembelajaran
kooperatif
adalah
model
pembelajaran
Conceptual Understanding Procedures (CUPs). Peristiwa pemuaian banyak terjadi di lingkungan sekitar, dan banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, baik manfaat dan dampak negatif. Pembelajaran materi pemuaian biasanya berupa penyampaian materi dan pemberian contoh, jarang pembelajaran yang menjelaskan proses penemuan konsep pemuaian dengan memperlihatkan bagaimana pemuaian terjadi. Penyampaian materi pemuaian dengan model pembelajaran CUPs, bertujuan untuk menyampaikan konsep pemuaian agar lebih mudah dipahami siswa dan membuat siswa menikmati kegiatan pembelajaran. Penerapan
model
pembelajaran
CUPs
pada
materi
pemuaian
menggunakan RPP dan ditunjang dengan LKS untuk meningkatkan curiosity dan membantu siswa memahami konsep. LKS yang digunakan pada model
30
pembelajaran CUPs terdiri atas dua macam, yaitu LKS individu dan LKS kelompok. Kerangka berpikir penelitian ini disajikan dalam Gambar 2.5. sebagai berikut.
Pembelajaran Konstruktivisme
Pemahaman Konsep Materi Pemuaian SMP
Meningkatkan Curiosity Siswa
Pembelajaran Kooperatif
Analisis SK dan KD
Indikator Curiosity
Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs)
Pembuatan Indikator
Disain Pembelajaran
Penyusunan Perangkat dan Instrumen Pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran
Peningkatan Curiosity
Pemahaman Konsep Pemuaian
Gambar 2.5. Kerangka Berpikir Model Pembelajaran CUPs
31
2.7
Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah: 1. Penerapan model pembelajaran Concetual Understanding Procedures (CUPs) dapat meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa. 2. Penerapan model pembelajaran Concetual Understanding Procedures (CUPs)
lebih
efektif
dibandingkan
dengan
model
pembelajaran
eksperimen verifikasi dalam meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 7A-7D SMP negeri 2
Kudus tahun pelajaran 2012/ 2013. Pemilihan populasi penelitian di sekolah tersebut disebabkan karena proses pembelajaran fisika di kelas 7A-7D mewakili rata-rata pelaksanaan pembelajaran fisika di SMP pada umumnya.
3.2
Sampel Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas 7B dan kelas 7D
SMP Negeri 2 Kudus yang diambil dengan teknik simple random sampling. Setelah dilakukan uji homogenitas pada hasil UAS semester ganjil, sampel dipilih secara acak. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa kelas 7A-7D memiliki varians yang sama atau homogen. Berdasarkan hasil observasi dan informasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran fisika, maka dipilih kelas 7B sebagai kelas eksperimen
yaitu
kelas
yang
diberi
model
pembelajaran
Conceptual
Understanding Procedures (CUPs), dan kelas 7D sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang diberi model pembelajaran eksperimen verifikasi.
3.3
Variabel Penelitian Variabel penelitian pada penelitian yang dilakukan adalah variabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Concetual Understanding Procedures
32
33
(CUPs) dan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran eksperimen verifikasi. Variabel terikat penelitian ini adalah pemahaman konsep siswa yang ditinjau dari hasil belajar secara kognitif dan peningkatan curiosity siswa.
3.4
Desain Penelitian Desai penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group
Design. Terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran CUPs dan kelas kontrol diberi perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran eksperimen verifikasi. Tabel 3.1. menunjukkan desain penelitian yang akan dilakukan. Tabel 3.1. Desain penelitian pretest-posttest control group Sampel
Kondisi Awal
Perlakuan
Kondisi Akhir
Kelas Eksperimen
O1
X
O2
Kelas Kontrol
O2
Y
O4
Keterangan:
3.5
O1 dan O3
: pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
O2 dan O4
: post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
X
: Perlakuan dengan model pembelajaran CUPs
Y
: Perlakuan dengan model Eksperimen verifikasi
Langkah-langkah Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tujuh
langkah, yaitu: studi pendahuluan, studi literatur, pembuatan perangkat dan
34
instrumen pembelajaran, uji coba instrumen, implementasi, teknik pengumpulan data, dan diakhiri dengan analisis hasil dan penyusunan laporan. 1. Studi Pendahuluan Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran fisika di salah satu SMP negeri di kabupaten Kudus. Studi pendahuluan dilaksanakan dengan mengobservasi pelaksanaan pembelajaran dan wawancara dengan guru fisika. Hasil yang ditemukan, saat proses pembelajaran siswa masih kurang aktif dan hanya menerima informasi dari guru. Proses pembelajaran kurang komunikatif dan masih berpusat pada guru, kegiatan eksperimen juga jarang dilakukan. Diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan bertanya siswa agar pembelajaran lebih komunikatif dan siswa bisa memahami konsep yang disampaikan. Minat bertanya siswa dapat ditumbuhkan dengan cara meningkatkan curiosity siswa. 2. Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan penelitian sebelumnya, mencari teori-teori yang berkaitan dengan indikator curiosity siswa, dan pemahaman konsep fisika terhadap standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang sudah ditentukan. SK dan KD dikaji agar diperoleh konsepkonsep pemuaian yang dituangkan dalam materi pemuaian melalui penjabaran indikator-indikator. Curiosity siswa dalam proses pembelajaran juga dijabarkan dalam kriteria-kriteria penilaian. Hasil studi literatur digunakan sebagai landasan penerapan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs).
35
3. Penyusunan Perangkat dan Instrumen Pembelajaran Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas eksperimen dan kelas kontrol, lembar kerja siswa (LKS) kelas eksperimen dan kelas kontrol. RPP dan LKS yang telah dibuat dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran fisika. Selanjutnya dari indikator-indikator hasil belajar kognitif dan curiosity siswa dibuat instrumen penilaian. Instrumen penilaian pemahaman konsep menggunakan tes pilihan ganda, dan penilaian curiosity siswa dengan menggunakan angket dan lembar observasi. 4. Uji Coba Instrumen Tes Instrumen tes sebelum digunakan, dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran. Pengujian Instrumen penelitian berupa tes pilihan ganda dilakukan uji coba pada siswa kelas 8F SMP negeri 2 kudus. Kelas 8F dipilih sebagai kelas untuk uji coba soal karena siswa kelas tersebut sudah pernah menerima materi pemuaian. Berdasarkan hasil uji coba butir soal diambil 20 soal yang selanjutnya akan digunakan untuk mengambil data. 5. Implementasi Penerapan model pembelajaran CUPs dilakukan pada kelas 7B dan sebagai pembanding digunakan model pembelajaran eksperimen verifikasi pada kelas 7D. Pada saat pelaksanaan pembelajaran dilakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui peningkatan curiosity siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi yang digunakan menggunakan kriteria penilaian yang disesuaikan dengan indikator curiosity. Observasi dilakukan oleh guru mata pelajaran fisika dan peneliti. Guru mata
36
pelajaran melakukan observasi pada semua kegiatan pembelajaran. Peneliti melakukan observasi saat kegiatan eksperimen, sehingga peneliti dapat mengetahui siswa yang aktif bertanya saat kegiatan eksperimen. 6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan pretest dan posttest untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep pemuaian sebelum dan sesudah pembelajaran. Angket pretest dan posttest untuk mengetahui peningkatan curiosity siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Teknik yang ketiga adalah lembar observasi yang digunakan pada setiap proses pembelajaran untuk mengamati peningkatan curiosity siswa. 7. Analisis Hasil dan Penyusunan Laporan Peneliti melakukan pengumpulan dan penskoran data yang telah diperoleh. Selanjutkan data dianalisis untuk memperoleh temuan penelitian dan pembahasan. Tahap terakhir adalah penyusunan laporan hasil penelitian. Gambar 3.1. menunjukkan bagan langkah-langkah penelitian dari kegiatan studi pendahuluan hingga tahap penyusunan laporan.
37
Studi Pendahuluan
Perumusan Masalah
Studi Literatur Model Pembelajaran CUPs, Pemahaman Konsep, dan Curiosity siswa Penyusunan Perangkat Pembelajaran
Penyusunan Instrumen
Tes Kognitif
Angket
Uji Coba dan Analisis: validitas, reliabilitas, daya beda, dan taraf kesukaran
Pretest Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Model Pembelajaran Eksperimen Verifikasi (Lembar Observasi Curiosity)
Model Pembelajaran CUPs (Lembar Observasi Curiosity)
Posttest
Analisis Data Kesimpulan Pembahasan
Gambar 3.1. Alur Penelitian
38
3.6
Metode Pengumpulan Data
3.6.1 Metode Wawancara Metode wawancara dilakukan peneliti saat melakukan observasi awal. Narasumber pada kegiatan wawancara adalah guru mata pelajaran fisika. Kegiatan wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi tentang respon siswa pada saat pembelajaran fisika. Wawancara yang dilakukan berupa wawancara tidak terstruktur. Peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan lisan kepada narasumber tentang hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran dan penelitian. 3.6.2 Metode Angket Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui seberapa besar peningkatan curiosity siswa pada pelajaran fisika setelah pembelajaran. Angket diberikan bersamaan dengan pretest dan posttest pemahaman konsep. Hasil angket dihitung gain untuk mengetahui peningkatan curiosity siswa. 3.6.3 Metode Observasi Metode observasi dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi pada setiap pelaksanaan pembelajaran. Lembar observasi digunakan untuk mengamati paningkatan curiosity siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan selama tiga kali pertemuan, pada setiap pertemuan aktivitas siswa diamati menggunakan lembar observasi. 3.6.4 Metode Tes Metode tes digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep pada materi pemuaian. Tes yang diberikan mencakup aspek kognitif pengetahuan
39
(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Pemberian tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pretest untuk mengetahui kondisi awal subjek penelitian, dan posttest untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep materi pemuaian. Hasil tes dihitung gain agar diperoleh informasi peningkatan pemahaman konsep siswa.
3.7
Instrumen Penelitian
3.7.1 Angket Angket digunakan untuk mengetahui peningkatan curiosity siswa. Isi angket mencakup beberapa indikator curiosity, yaitu: (a) antusias mencari jawaban; (b) perhatian (fokus) pada objek yang diamati; (c) antusias pada proses sains; (d) menanyakan setiap langkah kegiatan; (e) bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaranl; dan (f) mengajukan pertanyaan kepada guru mengenai peristiwa yang pernah diamati yang berhubungan dengan materi pemuaian. Angket diberikan setelah pretest dan posttest pemahaman konsep. Angket awal digunakan untuk mengetahui kondisi awal subjek penelitian, dan angket akhir digunakan untuk mengetahui peningkatan curiosity siswa. Hasil angket akan dihitung gain agar diperoleh informasi peningkatan curiosity siswa. Angket terdiri atas pernyataan positif dan negatif. Bobot untuk jawaban pernyataan positif adalah 4 untuk jawaban sangat setuju (SS), 3 untuk jawaban setuju (S), 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), dan 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS). Bobot untuk jawaban pernyataan negatif adalah 1 untuk jawaban sangat setuju (SS), 2 untuk jawaban setuju (S), 3 untuk jawaban tidak setuju (TS), dan 4 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS).
40
3.7.2 Lembar Observasi Lembar observasi digunakan sebagai instrumen untuk mengetahui peningkatan curiosity siswa selama kegiatan pembelajaran. Lembar observasi yang digunakan terdapat sejumlah daftar kegiatan yang dapat diamati selama proses pembelajaran. Kriteria penilaian observasi peningkatan curiosity terdapat pada Lampiran 8. 3.7.3 Soal Tes Tes digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman konsep setelah pembelajaran. Gain hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman konsep siswa. Nilai posttest digunakan untuk uji hipotesis keefektifan model pembelajaran Concetual Understanding Procedures (CUPs) dibandingkan dengan model pembelajaran eksperimen verifikasi, dalam meningkatkan pemahaman konsep.
3.8
Analisis Instrumen Penelitian Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini digolongkan ke dalam data
kuantitatif. Data yang diperoleh adalah skor tes siswa, skor angket, dan lembar observasi. Skor tes terdiri atas skor pretest dan posttest, skor angket diperoleh dari skor pretest dan posttest, dan skor dari lembar observasi pada setiap kegiatan pembelajaran yang diisi oleh observer. Data angket dan observasi akan dinyatakan dalam persentase untuk dideskripsikan. Analisis Instrumen meliputi validitas soal, reliabilitas tes, daya pembeda, dan taraf kesukaran.
41
3.8.1 Validitas Untuk mengetahui validitas isi digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar (Arikunto, 2002: 72): 𝑟𝑋𝑌 =
NXY − X Y NX 2 − X
2
NY 2 − Y
2
dengan : 𝑟𝑋𝑌 = koefisien korelasi antara variabel 𝑋 dan variabel 𝑌 𝑁 = jumlah siswa 𝑋 = skor butir soal (item) 𝑌 = skor total butir soal Apabila 𝑟𝑋𝑌 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka butir soal tersebut valid. Kriteria valid atau tidaknya butir soal dibandingkan dengan harga r pada table product moment dengan taraf signifikansi 5% . Kriteria validitas butir soal (Arikunto, 2002: 75): a. Antara 0,80 < rxy ≤1,00 : sangat tinggi b. Antara 0,60 < rxy ≤ 0,80 : tinggi c. Antara 0,40 < rxy ≤ 0,60 : cukup d. Antara 0,20 < rxy ≤ 0,40 : rendah e. Antara 0,00 < rxy ≤ 0,20 : sangat rendah Perhitungan validitas soal uji coba dengan menggunakan rumus korelasi product moment, diperoleh 29 soal valid dari total 40 soal. Hasil uji validitas dikonsultasikan dengan dengan = 5% dan n = 26 diperoleh rtabel = 0,388.
42
Perhitungan validitas ini dilakukan pada setiap butir soal. Hasil analisis validitas dapat dilihat pada Tabel 3.2. sebagai berikut. Tabel 3.2. Hasil analisis validitas soal uji coba Uji Validitas
Nomor Soal
Jumlah Soal
Valid
1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 34, 37, 38, 40
29
Tidak Valid
7, 11, 13, 15, 18, 25, 30, 33, 35, 36, 39
11
Jumlah
40
3.8.2 Reliabilitas Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diujikan pada subyek yang sama. Suatu tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat dipercaya dan konsisten. Untuk menghitung reliabilitas soal, digunakan rumus KR 21 (Arikunto, 2002: 103): 𝑟11 =
𝑛 𝑛−1
1−
𝑀 𝑛−𝑀 𝑛𝑆𝑡2
dengan : 𝑟11 = reliabilitas instrument 𝑛 = jumlah butir soal 𝑀 = rata-rata skor total 𝑆𝑡2 = varians skor total Kriteria pengujian reliabilitas yaitu setelah didapatkan harga r 11, kemudian harga r11 tersebut dikonsultasikan dengan harga r product moment pada tabel. Jika
43
r11 > rtabel maka item tes yang diujicobakan reliabel. Hasil perhitungan reliabilitas soal uji coba dapat dilihat pada Lampiran 7. 3.8.3 Taraf Kesukaran Untuk mencari daya pembeda dapat digunakan rumus berikut(Arikunto, 2007 : 208): 𝑃=
𝐵 𝐽𝑆
dengan: P = indeks kesukaran 𝐵 = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar 𝐽𝑆 = jumlah seluruh siswa peserta tes Klasifikasi taraf kesukaran sebagai berikut (Arikunto, 2002 : 210): a. soal dengan P= 0,00 sampai P= 0,30 adalah soal sukar b. soal dengan P= 0,31 sampai P= 0,70 adalah soal sedang c. soal dengan P= 0,71 sampai P= 1,00 adalah soal mudah Tingkat kesukaran soal uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Hasil analisis taraf kesukaran soal uji coba Taraf Kesukaran
Nomor Soal
Jumlah Soal
Mudah
2, 23, 24, 31, 37, 38
6
Sedang
1, 3, 4, 6, 9, 12, 14, 16, 20, 21, 22, 26, 27, 28, 32, 34
16
Sukar
5, 8, 10, 17, 19, 29, 40
7
Jumlah
29
44
3.8.4 Daya Pembeda Daya pembeda soal diperlukan untuk mengetahui seberapa akurat soal tersebut dalam membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Soal dianggap baik apabila siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa pandai lebih banyak dari siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa kurang pandai. Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal yaitu: 𝐷=
𝐵𝐴 𝐵𝐵 − = 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵 𝐽𝐴 𝐽𝐵
dengan : J = Jumlah peserta tes JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar. Indeks diskriminasi negatif berarti peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar lebih baik dibandingkan kelompok atas. Berikut ini klasifikasi daya pembeda (Arikunto, 2002: 218). a. D : 0,00 – 0,20 : jelek b. D : 0,21 – 0,40 : cukup c. D : 0,41 – 0,70 : baik d. D : 0,71 – 1,00 : baik sekali e. D : negatif, semuanya tidak baik,
45
Soal yang mempunyai nilai negatif sebaiknya dibuang saja. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 3.4. sebagai berikut. Tabel 3.4. Hasil analisis daya pembeda soal uji coba Taraf Kesukaran
Nomor Soal
Jelek
7, 11, 13, 15, 18, 25, 30, 33, 35, 36, 39
11
Cukup
1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 17, 19, 20, 23, 26, 27, 29, 37, 38, 40
21
Baik
16, 21, 22, 24, 28, 31, 32, 34,
8
Jumlah
3.9
Jumlah Soal
40
Metode Analisis Data
3.9.1 Analisis Data Awal (Uji Homogenitas) Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah populasi mempunyai varians (σ2) yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas populasi, digunakan uji Bartlett dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2005: 263): 𝑠2 =
(𝑛𝑖 − 1)𝑠𝑖2 (𝑛𝑖 − 1)
B = (log 𝑠 2 ) (𝑛𝑖 − 1)
2 = ln 10 B − 𝑛𝑖 − 1 log 𝑠 2
Ho diterima apabila 2 ≤ 21−α
(k−1)
46
dengan:
2 = chi kuadrat 𝑠 2 = varians gabungan dari semua sampel 𝑛𝑖 = sampel B = koefisien Bartlett Untuk menguji apakah varians tersebut sama atau tidak maka x 2 hitung dikonsultasikan dengan x 2 tabel dengan = 5% dengan derajat kebebasan (dk) banyaknya kelas dikurangi 1. Jika 2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka H0 diterima. Hal ini berarti sampel tersebut mempunyai varians yang sama atau dikatakan homogen. Data yang di uji homogenitasnya adalah nilai UAS semester ganjil kelas 7A sampai 7D. Uji homogenitas menggunakan uji Bartlett. Apabila kelas 7A-7D dinyatakan homogen, maka peneliti dapat mengambil kelas manapun yang akan dipilih sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil perhitungan dengan rumus Bartlett diperoleh nilai chi kuadrat hitung 0,809 dan dk = 4 1 = 3 dengan
= 5%, chi kuadrat tabel adalah 7,815. Diperoleh 2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka Ho diterima. Populasi mempunyai varians yang sama atau homogen. Penentuan kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan teknik simple random sampling. Diperoleh kelas 7B dan 7D sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3.9.2 Analisis Data Akhir 3.9.2.1
Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis
berdistribusi normal atau tidak. Uji ini diterapkan pada kedua kelas yang telah dipilih sebelumnya sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.
47
Hipotesis : Ho = data berdistribusi normal Ha = data tidak berdistribusi normal Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi kuadrat. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut (Sudjana, 2005: 280) : O i − Ei Ei
2 =
2
dengan: Oi = banyak data hasil penelitian Ei = banyak data yang diharapkan Pengujian hipotesis dengan menggunakan nilai 2 , apabila nilai 2 hitung < 2 tabel , maka Ho diterima, data berdistribusi normal. Data yang diuji normalitasnya dalah nilai pretest dan posttest pemahaman konsep serta angket pretest dan posttest. Hasil uji normalitas nilai tes pemahaman konsep dan angket kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada Tabel 3.5. dan 3.6. Tabel 3.5. Hasil perhitungan uji normalitas tes pemahaman konsep Nilai Pretest Sumber variasi
2hitung 2tabel Kriteria
Kelas Eksperimen 8,59
Kelas Kontrol 10,70
Nilai Posttest Kelas Kelas Kontrol Eksperimen 3,33 2,61
11,07
11,07
11,07
11,07
Data berdistribusi normal
Data berdistribusi normal
Data berdistribusi normal
Data berdistribusi normal
48
Tabel 3.6. Hasil perhitungan uji normalitas angket curiosity Skor Pretest Angket
Skor Posttest Angket
Sumber variasi
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
2hitung 2tabel
4,28
2,48
7,40
8,28
11,07
11,07
11,07
11,07
Data berdistribusi normal
Data berdistribusi normal
Data berdistribusi normal
Data berdistribusi normal
Kriteria
Hasil uji normalitas diperoleh bahwa data tes pemahaman konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal seperti ditunjukkan pada Tabel 3.2. Angket pretest dan posttest juga berdistribusi normal, seperti ditujkukkan pada Tabel 3.3. 3.9.2.2
Uji Varians Uji varians dilakukan untuk mengetahui apakah keadaan kelas eksperimen
dan kelas kontrol memiliki varians yang sama atau tidak. Rumus yang digunakan dalam uji varians adalah. 𝐹=
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Dalam hal ini berlaku ketentuan, bila 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka Ho diterima dan Ha ditolak. Ho diterima varians homogen (Sugiyono, 2010: 141). Data yang diuji variansya dalah nilai pretest dan posttest pemahaman konsep serta angket pretest dan posttest. Hasil uji varians nilai tes pemahaman konsep dan angket kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada Tabel 3.7. dan 3.8.
49
Tabel 3.7. Hasil perhitungan uji varians tes pemahaman konsep Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
2hitung 2tabel
1,12
1,01
1,96
1,96
Kriteria
Varians sama
Varians sama
Sumber variasi
Tabel 3.8. Hasil perhitungan uji varians angket curiosity
Sumber variasi
Skor Pretest Angket Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Skor Posttest Angket Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
1,26 1,96 Varians sama
1,40 1,96 Varians sama
2hitung 2tabel Kriteria
3.9.2.3
Uji Hipotesis Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan curiosity siswa
kelas eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t satu pihak. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut. Ho : μ1 μ2 (Penerapan model pembelajaran Concetual Understanding Procedures (CUPs) lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran
eksperimen
verifikasi
dalam
meningkatkan
pemahaman konsep dan curiosity siswa) Ha : μ1 μ2 (Penerapan model pembelajaran Concetual Understanding Procedures (CUPs) kurang efektif dibandingkan dengan model
50
pembelajaran
eksperimen
verifikasi
dalam
meningkatkan
pemahaman konsep dan curiosity siswa.) Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah (Sugiyono, 2010: 138): 𝑡=
𝑋1 − 𝑋2 𝑠12 𝑠22 𝑛1 + 𝑛2
dengan :
X 1 = rata-rata kelas eksperimen
X 2 = rata-rata kelas kontrol n1 = jumlah siswa kelas kontrol n2 = jumlah siswa kelas kontrol s12 = varians kelas eksperimen s22 = varians kelas kontrol Uji pihak kiri berlaku ketentuan bila harga thitung dengan dk = n1 + n2 2 dan taraf kesalahan 5% jatuh pada daerah penerimaan H o atau 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka Ho diterima dan Ha ditolak. 3.9.2.4
Uji Gain Untuk melihat peningkatan pemahaman konsep dan curiosity, dilakukan
uji gain pada hasil belajar kognitif dan angket curiosity. Persamaan yang digunakan adalah (Hake, 1998): 𝑔 =
𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 − 𝑆𝑝𝑟𝑒 100% − 𝑆𝑝𝑟𝑒
51
dengan: 𝑔
= gain normalisasi (gain normal)
Spost = nilai rata-rata pada hasil posttest Spost = nilai rata-rata pada hasil pretest Besarnya faktor <𝑔> dikategorikan sebagai berikut : Tinggi
= g > 0,7 atau dinyatakan dalam persen g > 70%
Sedang
= 0,3 ≤ g ≤ 0,7 atau dinyatakan dalam persen 30%≤ g ≤ 70%
Rendah
= g < 0,3 atau dinyatakan dalam persen 𝑔 < 30%
3.9.2.5
Analisis Angket dan Lembar Observasi Perhitungan data curiosity siswa dilakukan dengan menganalisis lembar
observasi dan angket dengan persamaan: 𝑃=
𝑆 𝑥 100% 𝑁
dengan: P = persentase S = skor yang diperoleh untuk seluruh aspek N = skor total
Hasil tersebut ditafsirkan dengan rentang kualitatif sebagai berikut (Arikunto, 2002: 245): 80% ≤ P ≤ 100%
= baik sekali
66% ≤ P ≤ 79%
= baik
56% ≤ P ≤ 65%
= cukup
40% ≤ P ≤ 55%
= kurang
P ≤ 39%
= gagal
52
3.9.2.6
Korelasi Product Moment Uji korelasi product moment digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara peningkatan curiosity dengan peningkatan pemahaman konsep. Curiosity sebagai variabel bebas, dan pemahaman konsep sebagai variabel terikat. Peningkatan curiosity diperoleh dari angket yang diberikan setelah siswa mengerjakan soal posttest. Peningkatan pemahaman konsep diperoleh dari nilai posttest. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2010: 228). 𝑛
𝑟𝑋𝑌 = 𝑛
𝑋𝑖 𝑌 −
𝑋𝑖2 −
𝑋𝑖
𝑋𝑖 2
𝑛
𝑌𝑖 𝑌𝑖2 −
𝑌𝑖
2
dengan: 𝑟𝑋𝑌 = korelasi antara variabel x dan variabel y 𝑋 = skor peningkatan curiosity 𝑌 = nilai tes pemahaman konsep Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut. Ho = tidak terdapat hubungan antara curiosity dan pemahaman konsep Ha = terdapat hubungan antara curiosity dan pemahaman konsep Apabila diperoleh harga 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Artinya terdapat hubungan antara curiosity dan pemahaman konsep. Hasil perhitungan koefisien korelasi ditafsirkan dengan rentang kualitatif, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.9. (Sugiyono, 2010: 231):
53
Tabel 3.9. Deskripsi kualitatif koefisien korelasi Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 0,199
Sangat rendah
0,20 0,399
Rendah
0,40 0,599
Sedang
0,60 0,799
Kuat
0,80 1,000
Sangat kuat
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Pretest dan Posttest Pemahaman Konsep Sebelum pelaksanaan pembelajaran, kelas eksperimen dan kelas kontrol
diberi pretest pemahaman konsep pemuaian, untuk mengetahui pemahaman konsep awal siswa. Pada saat pelaksanaan pembelajaran, kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen diberi model pembelajaran CUPs dan kelas kontrol diberi model pembelajaran eksperimen verifikasi. Posttest diberikan setelah materi selesai disampaikan, tujuannya untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi pemuaian. Hasil pretest dan posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam bentuk diagram, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.1. dan 4.2.
Nilai Pretest
100.0
80.0
85.0 70.0
60.0
46.3 45.2
40.0 20.0
20.0 20.0
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
0.0 Nilai Maks Milai Nilai Min Min Rata-rata
Gambar 4.1. Diagram hasil pretest pemahaman konsep pemuaian siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
54
55
95.0 95.0
Nilai Posttest
100.0
82.3
80.0
65.0 65.0
76.7
60.0 Kelas Eksperimen
40.0
Kelas Kontrol
20.0 0.0 Nilai Maks Milai Nilai Min Rata-rata
Gambar 4.2. Diagram hasil posttest pemahaman konsep pemuaian siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol Peningkatan rata-rata nilai posttest siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.1. dan 4.2. Analisis hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol secara lengkap terdapat pada Lampiran 34.
4.2
Perbandingan Tingkat Curiosity Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Peningkatan curiosity siswa sebelum dan setelah pembelajaran diukur
dengan menggunakan instrumen angket yang diberikan setelah pelaksanaan pretest dan posttest pemahaman konsep. Tingkat curiosity siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol, sebelum dan sesudah pembelajaran digambarkan dalam
Skor curiosity siswa sebelum pembelajaran
bentuk diagram seperti ditunjukkan pada Gambar 4.3. dan 4.4. 100.0 80.0
81.3
87.5 62.5 62.5
70.474.9
60.0 Kelas Eksperimen
40.0
Kelas Kontrol
20.0 0.0 Skor Maks Skor Min Rata-rata
Gambar 4.3. Diagram perbandingan tingkat curiosity siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum kegiatan pembelajaran
56
Skor curiosity siswa setelah pembelajaran
100.0 80.0
93.8 85.9 65.668.8
76.779.9
60.0
Kelas Eksperimen
40.0
Kelas Kontrol
20.0 0.0 Skor Maks Skor Min Rata-rata
Gambar 4.4. Diagram perbandingan tingkat curiosity siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah kegiatan pembelajaran Sebelum pelaksanaan pembelajaran, siswa kelas kontrol memiliki curiosity yang lebih tinggi dibandingkan siswa kelas eksperimen, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.3. Setelah pelaksanaan pembelajaran, diperoleh hasil yang menunjukkan tingkat curiosity siswa kelas kontrol lebih tinggi dari kelas eksperimen, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.4.
4.3
Hasil Observasi Peningkatan Curiosity Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran dilakukan selama tiga kali pertemuan. Setiap kegiatan
pembelajaran dilakukan observasi yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan curiosity siswa pada setiap kegiatan pembelajaran. Lembar observasi yang digunakan terdiri atas beberapa indikator curiosity beserta kriteria penilaiannya. Kriteria penilaian lembar observasi secara lengkap terdapat pada Lampiran 19. Hasil pengamatan peningkatan curiosity siswa selama kegiatan pembelajaran disajikan pada Tabel 4.1. sebagai berikut.
57
Tabel 4.1. Peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol selama kegiatan pembelajaran
No.
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
(%)
(%)
Pertemuan
Pertemuan
Aspek yang dinilai I
II
III
I
II
III
56,73
66,35
67,31
61,54
64,42
62,50
1
Antusias mencari jawaban
2
Perhatian (fokus) pada objek yang diamati
3
Antusias pada proses sains
96,15
97,12 100,00
98,08 100,00 100,00
4
Menanyakan setiap langkah kegiatan
55,77
63,46
74,04
70,19
72,12
63,46
5
Bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaran
55,77
60,42
64,42
62,50
61,54
65,38
6
Mengajukan pertanyaan kepada guru mengenai peristiwa yang pernah diamati yang berhubungan dengan materi pemuaian
64,42
63,46
66,35
59,62
58,65
66,35
Rata-rata
71,47
75,16
78,69
75,32
76,12
76,28
Kriteria
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa skor peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen berbeda dengan kelas kontrol. Skor peningkatan curiosity siswa kelas kontrol lebih tinggi dari siswa kelas eksperimen, namun peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen pada setiap pertemuan lebih tinggi dari kelas kontrol.
4.4
Uji Peningkata Pemahaman Konsep
4.4.1 Peningkatan Pemahaman Konsep Peningkatan pemahaman konsep diperoleh berdasarkan hasil uji gain terhadap rata-rata nilai pretest dan posttest hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum dilakukan uji gain, data telah diuji
58
normalitasnya. Hasil uji gain rata-rata nilai pretest dan posttest pemahaman konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Hasil perhitungan uji gain tes pemahaman konsep Rata-rata skor Pretest Posttest
Kelas Eksperimen 46.35 82.31
Gain
0.67
Kelas Kontrol 45.00 76.73 0.58
Rata-rata nilai posttest pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Gain peningkatan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih baik dari siswa kelas kontrol, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.2. Peningkatan pemahaman konsep siswa yang mendapat model pembelajaran CUPs lebih baik lebih baik dari siswa yang mendapat model pembelajaran eksperimen verifikasi. 4.4.2 Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa pada Setiap Aspek Kognitif Peningkatan pemahaman konsep siswa dapat diperoleh dari hasil uji gain terhadap skor tes yang diperoleh siswa. Skor tes pemahaman konsep siswa dikelompokkan berdasarkan pada setiap aspek kognitif. Setelah dikelompokkan sesuai dengan aspek kognitif, dilakukan uji gain untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep terhadap hasil tes pada setiap aspek kognitif. Empat aspek kognitif yang dimaksud adalah C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), dan C4 (analisis). Gain peningatan hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada setiap tingkatan aspek kognitif ditunjukkan pada Gambar 4.5.
59
1.00 0.80
0.88 0.75
0.91 0.79
0.83
0.66
Gain
0.60
0.40
Kelas Eksperimen
0.24
Kelas Kontrol
0.20 0.00 -0.20
C1
C2
C3 -0.16
C4
-0.40
Gambar 4.5. Diagram hasil uji gain pemahaman konsep ditinjau dari aspek setiap kognitif Penguasaan aspek pengetahuan (C1) siswa kelas kontrol lebih baik dari kelas eksperimen. Kemampuan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen pada aspek pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4) lebih baik dari kelas kontrol sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.5. Gain soal tipe C3 pada kelas kontrol menunjukkan hasil yang negatif, artinya tidak terjadi peningkatan. Gain negatif menunjukkan bahwa hasil posttest lebih rendah dari hasil pretest.
4.5
Uji Peningkatan Curiosity
4.5.1 Peningkatan Curiosity Peningkatan curiosity siswa diukur berdasarkan hasil uji gain terhadap skor tingkat curiosity siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Tingkat curiosity siswa diperoleh dengan menggunakan angket yang diberikan setelah pemberian pretest dan posttest pemahaman konsep. Hasil uji gain peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 4.3.
60
Tabel 4.3. Hasil perhitungan uji peningkatan curiosity Rata-rata skor Pretest Posttest Gain
Kelas Eksperimen 70,43 76,74 0,21
Kelas Kontrol 74,88 79,87 0,20
Sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran, siswa kelas kontrol memiliki tingkat curiosity lebih tinggi dari kelas eksperimen. Hal tersebut didukung dengan tingkat curiosity siswa kelas kontrol lebih tinggi dari kelas eksperimen, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.3. Setelah pelaksanaan pembelajaran, siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi angket untuk memperoleh informasi peningkatan curiosity. Hasil yang diperoleh adalah gain curiosity kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. 4.5.2 Peningkatan Curiosity Siswa pada Setiap Indikator Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dilakukan pengamatan untuk mengetahui peningkatan curiosity siswa dengan menggunakan lembar observasi. Peningkatan curiosity siswa selama kegiatan pembelajaran ditinjau dari pertemuan pertama dan ketiga, agar diperoleh informasi peningkatan curiosity siswa di awal dan akhir pembelajaran. Skor peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diuji gain pada setiap indikator curiosity. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi peningkatan curiosity pada setiap indikator selama kegiatan pembelajaran. Gambar 4.6. menunjukkan diagram perbandingan peningkatan curiosity pada pertemuan pertama dan ketiga antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada setiap indikator.
Peningkatan curiosity siswa pada pertemuan pertama dan ketiga
61
1.20
1.00 1.00
1.00 0.80 0.60 0.40 0.20
0.41 0.24
0.20 0.02
0.08
0.00 0.00
0.05
0.17
0.00 -0.20 -0.40
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 -0.23
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Gambar 4.6. Diagram peningkatan curiosity siswa pada pertemuan pertama dan ketiga Peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen pada indikator pertama, keempat, dan kelima lebih tinggi dari kelas kontrol. Peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen pada indikator kedua dan ketiga sama dengan siswa kelas kontrol. Peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen pada indikator keenam lebih rendah dari kelas kontrol, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.8.
4.6
Hasil Uji Hipotesis Keefektifan Model Pembelajaran CUPs
4.6.1 Keefektifan Model Pemahaman Konsep
Pembelajaran
CUPs
untuk
meningkatan
Pengujian hipotesis bertujuan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang menyatakan bahwa model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) lebih efektif dibanding model pembelajaran eksperimen verifikasi untuk meningkatkan pemahaman konsep. Uji hipotesis yang dilakukan menggunakan uji-t pihak kiri dengan sebesar 5%. Tabel 4.4. menunjukkan hasil perhitungan uji hipotesis pihak kiri terhadap hasil posttest untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran CUPs dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa.
62
Tabel 4.4. Hasil uji hipotesis peningkatan pemahaman konsep Sumber Data N Jumlah Rata-rata s2 S
Kelompok Eksperimen Kontrol 26,00 26,00 2140,00 1995,00 82,31 76,73 78,46 77,88 8,86 8,83
thitung
ttabel
2,274
2,009
Hasil pengujian hipotesis pada Tabel 4.4. menunjukkan bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Berdasarkan aturan pengujian hipotesis pihak kiri, keputusan yang diambil adalah penerimaan Ho dan penolakan Ha. Artinya model pembelajaran CUPs lebih efektif dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi dalam meningkatkan pemahaman konsep pemuaian siswa SMP. 4.6.2 Keefektifan Model Pembelajaran CUPs untuk meningkatan Curiosity Pengujian hipotesis bertujuan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang menyatakan bahwa model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) lebih efektif dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi untuk meningkatkan curiosity. Uji hipotesis yang dilakukan, menggunakan uji-t pihak kiri pada skor angket dan hasil observasi peningkatan curiosity, dengan = 5%. Tabel 4.5. menunjukkan hasil perhitungan uji hipotesis pihak kiri terhadap hasil posttest peningkatan curiosity siswa, dan Tabel 4.6. menunjukkan hasil perhitungan uji hipotesis pihak kiri terhadap hasil observasi peningkatan curiosity siswa selama kegiatan pembelajaran.
63
Tabel 4.5. Hasil uji hipotesis peningkatan curiosity Sumber Data N Jumlah Rata-rata s2 S
Kelompok Eksperimen Kontrol 26,00 26,00 1995,31 2076, 76,74 79,87 33,46 55,14 5,78 7,43
thitung
ttabel
1,693
2,009
Tabel 4.6. Hasil uji hipotesis peningkatan curiosity selama kegiatan pembelajaran Sumber Data N Jumlah Rata-rata s2 S
Kelompok thitung Eksperimen Kontrol 26,00 26,00 1952,78 1973,61 75,11 75,91 0,355 81,78 50,61 9,04 7,11
ttabel
2,009
Hasil pengujian hipotesis pada Tabel 4.5. dan 4.6. terhadap skor angket dan hasil observasi peningkatan curiosity, menunjukkan bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Berdasarkan aturan pengujian hipotesis pihak kiri, keputusan yang diambil adalah penerimaan Ho dan penolakan Ha. Artinya model pembelajaran CUPs lebih efektif dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi dalam meningkatkan curiosity siswa SMP.
4.7
Hubungan Curiosity dengan Pemahaman Konsep Salah satu tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk meningkatkan
pemahaman konsep dan curiosity siswa pada materi pemuaian dengan menerapkan model pembelajaran CUPs. Berdasarkan tujuan tersebut, dapat diperoleh hubungan antara peningkatan curiosity dengan peningkatan pemahaman
64
konsep setelah diberi model pembelajaran CUPs. Digunakan uji korelasi product moment untuk membuat keputusan apakah curiosity memiliki hubungan dengan pemahaman konsep atau tidak. Hubungan antara curiosity dan pemahaman konsep dapat dicari korelasinya dengan menghitung nilai 𝑟 atau koefisien korelasi. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai 𝑟 = 0,54045 dan diperoleh 𝑟0,95;24 = 0,404 dengan taraf nyata 𝛼 = 0,05 dan dk = 24 dari daftar distribusi 𝑟. Gambar 4.7. menunjukkan grafik hubungan antara curiosity dan pemahaman konsep. 100.00
Pemahaman Konsep
90.00 80.00
r = 0.54
70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
Curiosity
Gambar 4.7. Grafik hubungan peningkatan curiosity dengan peningkatan pemahaman konsep Diperoleh 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka Ho ditolak dan hipotesis yang diambil adalah terdapat hubungan positif antara peningkatan curiosity dan peningkatan pemahaman konsep. Peningkatan curiosity dapat mempengaruhi peningkatan pemahaman
konsep.
Hubungan
peningkatan
curiosity
dan
peningkatan
pemahaman konsep ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,540.
65
Peningkatan curiosity memiliki kontribusi sebesar 54% terhadap peningkatan pemahaman konsep.
4.8
Pembahasan
4.8.1 Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa kelas eksperimen mendapat pembelajaran dengan model CUPs, dan siswa kelas kontrol mendapat model pembelajaran eksperimen verifikasi. Peningkatan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diukur dengan menggunakan uji gain terhadap rata-rata nilai pretest dan posttest pemahaman konsep. Tabel 4.2. menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Model pembelajaran CUPs memiliki karakteristik pengembangan dari pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran konstruktivisme bertujuan agar siswa mampu mengkonstruksi pemahamannya sendiri. Pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang hiasanya dilakukan dengan cara membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil. Banyak penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan pembelajaran konstruktivisme dan kooperatif
untuk
meningkatkan
pemahaman
konsep.
Cakir
(2008),
mengemukakan bahwa agar siswa lebih memahami konsep materi yang disampaikan, siswa harus melalui beberapa prosedur yang dapat memberikan informasi untuk membantu siswa memahami konsep. Konsep tidak cukup disampaikan hanya dengan kata-kata, tetapi harus dengan beberapa proses. Pembelajaran konsep kepada siswa harus didukung dengan kegiatan hands on dan minds on agar tercipta pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa atau active
66
learning, sehingga siswa mampu mengkonstruksi pemahaman mereka dengan baik. Prosedur pembelajaran yang terdapat pada model pembelajaran CUPs telah mencakup kegiatan hands on dan minds on di setiap fase pembelajaran. Kegiatan hands on pada pembelajarn CUPs terjadi saat proses kerja kelompok atau saat eksperimen. Siswa akitf melakukan kegiatan eksperimen agar memperoleh data untuk menjawan LKS kelompok. Kegiatan minds on pada pembelajaran CUPs hampir dilakukan pada setiap sesi pembelajarn, misalnya pada saat siswa mengerjakan LKS individu. Siswa dilatih untuk menjawab pertanyaan sesuai pendapat yang mereka miliki, sebelum diterangkan dan mendapat materi dari guru. Kegiatan diskusi kelompok untuk menjawab LKS individu juga melatih siswa untuk aktif berpikir. Karakteristik lain pembelajaran CUPs adalah meningkatkan nilai pembalajaran kooperatif, karena pembelajarn kooperatif juga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Hasil penelitian Tanel dan Erol (2008), menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan pembelajaran yang lebih baik untuk membuat siswa lebih mudah memahami materi secara efektif. Pembentukan kelompok kecil dalam pembelajaran CUPs memudahkan siswa untuk memahami materi pemuaian. Jadi dapat disimpulkan karakteristik model pembelajaran CUPs dapat membantuk meningkatkan pemahaman konsep materi pemuaian siswa SMP. Penelitian yang senada tentang model pembelajaran CUPs dilakukan oleh Paoki (2012),
pembelajaran dengan
menggunakan
model
pembelajaran
Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dapat meningkatkan pemahaman
67
konsep siswa. Didukung juga dari hasil penelitian Gunstone et al. (1999), menyatakan bahwa model pembelajaran CUPs dengan menggunakan pendekatan cooperative learning memiliki prosedur pembelajarn yang memudahkan siswa untuk memahami konsep materi. 4.8.2 Peningkatan Pemahaman Konsep Berdasarkan Tinjauan Setiap Aspek Kognitif Soal pretest dan posttest yang digunakan berupa tes pilihan ganda. Setiap butir soal memiliki tingkat aspek kognitif yang berbeda-beda, yaitu terdiri atas empat aspek kognitif. Untuk memperoleh informasi peningkatan pemahaman konsep pada setiap aspek kognitif, setiap soal dikelompokkan dan diuji gain sesuai dengan aspek kognitifnya. Keempat aspek tersebut mecakup pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Hasil uji gain pada masing-masing aspek kognitif terdapat pada Gambar 4.5. Gain pemahaman konsep siswa kelas eksperimen pada aspek pengetahuan, lebih rendah dibandingkan dengan siswa kelas kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen siswa lebih diarahkan untuk lebih mengkonstruksi pemahaman konsep, meskipun siswa juga diberi informasi mengenai pengetahuan tentang pemuaian. Pada kelas kontrol, gain untuk tipe soal pengetahuan lebih tinggi dari kelas eksperimen, disebabkan karena saat kegiatan ceramah siswa banyak menerima informasi dari guru. Peningkatan pemahaman konsep pada aspek kognitif pengetahuan dapat menunjukkan perbedaan antara model pembelajaran CUPs dan eksperimen verifikasi, yaitu kegiatan ceramah lebih baik dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Didukung dengan temuan penelitian Wibowo
68
(2012), menunjukkan bahwa pembelajaran ceramah dapat meningkatkan aspek pengetahuan dengan kategori tinggi. Gain aspek pemahaman siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen lebih banyak mendapatkan hal baru yang bersifat hand on dan minds on, sehingga siswa memperoleh pengalaman nyata tentang dan lebih memahami materi pemuaian. Kegiatan kerja individu dapat menimbulkan kesalahan konsep awal siswa, tapi dapat diatasi setelah dilakukan pembahasan dan pembuktian dengan kegiatan kerja kelompok. Siswa kelas kontrol lebih banyak menerima informasi dari guru, meskipun pada kegiatan eksperimen siswa diharapkan dapat lebih memahami konsep yang telah diterangkan guru. Kesimpulan dari peningkatan pemahaman konsep pada aspek pemahaman adalah, model pembelajaran CUPs lebih baik dibandingkan model pembelajaran
eksperimen
verifikasi
dalam
meningkatkan
kemampuan
pemahaman siswa. Sesuai dengan pernyataan Gunstone et al., (1999) Conceptual Understanding Procedures atau (CUPs) adalah suatu prosedur pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa memahami konsep-konsep sains. Gain aspek penerapan siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Kemampuan mengaplikasikan atau menerapkan harus didukung dengan kemampuan memahami soal. Soal-soal tipe C3 biasanya berupa soal hitungan. Penyelesaian soal hitungan harus disertai dengan kemampuan mengidentifikasi informasi yang diberikan, agar dapat diperoleh solusi yang tepat. Kemampuan mencari solusi termasuk dalam kegiatan pemecahan masalah. Syarat
69
agar dapat menyelesaikan masalah dengan baik adalah dengan memahami konsep. Grafik pada Gambar 4.5. menunjukkan bahwa gain untuk soal tipe penerapan pada kelas kontrol diperoleh hasil negatif. Hasil gain negatif pada kelas kontrol dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya saat mengerjakan soal pretest siswa mengerjakan soal hitungan dengan cara menebak pilihan jawaban, tetapi jawaban yang dipilih adalah jawaban benar. Saat diberi soal posttest, siswa kelas kontrol sudah mengetahui bagaimana cara mengerjakan soal hitungan, tetapi siswa mengalami kesulitan atau masalah saat mengerjakannya. Faktor lain yang dapat menyebabkan gain peningkatan aspek penerapan kelas eksperimen dan kelas kontrol termasuk rendah adalah kesalahan hitung (Karina et al., 2013). Siswa tidak teliti ketika menjawab soal, kesalah yang dapat terjadi misalnya siswa menghitung pertambahan pemuaian panjang, padahal yang ditanyakan adalah panjang akhir setelah pemuaian. Kesimpulan dari data peningkatan pemahaman konsep pada aspek penerapan adalah, model pembelajaran CUPs lebih baik dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi, dalam meningkatkan kemampuan menerapkan atau mengaplikasikan konsep. Tipe soal C4 atau aspek analisis dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep untuk menganalisis suatu permasalahan dan bagaimana siswa menjawab permasalahan tersebut. Gain pemahaman konsep siswa untuk soal tipe analisis lebih tinggi kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen mempunyai kemampuan analisis yang lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol, karena siswa kelas eksperimen mengalami fase pembelajaran yang lebih variatif. Pada fase kerja individu, siswa diarahkan
70
mengerjakan LKS dengan menganalisis pertanyaan yang diberikan dan kegiatan demonstrasi, dan fase kerja kelompok membantu siswa untuk saling bertukar pikiran. Siswa kelas kontrol memiliki kemampuan analisis yang lebih rendah, karena kegiatan pembelajaran yang hanya meliputi ceramah dan eksperimen verifikasi. Berdasarkan analisis gain rata-rata tes pemahaman konsep siswa pada setiap tipe soal, dapat disimpulkan bahwa model pembalajaran CUPs lebih baik dibandingkan eksperimen verifikasi untuk meningkatkan pemahaman konsep pemuaian siswa. 4.8.3
Peningkatan Curiosity Siswa Siswa kelas eksperimen mendapatkan model pembelajaran CUPs yang
terdiri atas tiga fase pembelajaran. Setiap fase pembelajaran memiliki prosedur kerja yang tidak biasa bagi siswa. Hal ini dapat membuat peningkatan curiosity siswa menjadi lebih tinggi. Siswa kelas kontrol mendapat model pembelajaran eksperimen verifikasi yang terdiri atas kegiatan ceramah dan eksperimen. Kegiatan
eksperimen
bertujuan
untuk
memverifikasi
teori
yang
telah
disampaikan. Peningkatan curiosity siswa diukur dengan menggunakan uji gain terhadap rata-rata skor pretest dan posttest curiosity siswa. Hasil perhitungan yang diperoleh, menunjukkan bahwa peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.4. Didukung dengan temuan penelitian Gunstone et al.,(1999) menunjukkan bahwa respons ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran sains setelah diberi pembelajaran CUPs pada kelas pertama 93% menyatakan tertarik,
71
dan 95% siswa kelas kedua menyatakan tertarik. Sikap ketertarikan pada sesuatu dapat meningkatkan curiosity siswa. Ketertarikan siswa pada materi pelajaran dapat meningkatkan curiosity siswa pada materi pelajaran. Persamaan model pembelajaran CUPs dan eksperimen verifikasi adalah terdapat kegiatan eksperimen. Hasil observasi sebelum kegiatan pelaksanaan penelitian, diperoleh informasi bahwa baik siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen jarang melakukan kegiatan eksperimen. Siswa belum terbiasa dengan kegiatan eksperimen, hal tersebut membuat siswa banyak mengajukan pertanyaan saat kegiatan eksperimen. Perbedaan hasil gain tes curiosity siswa kelas eksperimen tidak terlalu signifikan dengan kelas kontrol. Didukung dengan kondisi siswa kelas kontrol memiliki curiosity yang lebih tinggi dari siswa kelas eksperimen, dan dibuktikan dengan hasil pretest curiosity dan hasil observasi. Rustaman (1995) sebagaimana dikutip oleh Parmin et al., (2012) menyatakan bahwa kegiatan eksperimen dapat membangkitkan motivasi belajar sains. Siswa yang termotivasi untuk belajar menjadi bersungguh-sungguh dalam mempelajari suatu hal. Melalui kegiatan eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Siswa menemukan pengetahuan baru melalui kegiatan eksplorasi pada kegiatan eksperimen karena dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Berdasarkan temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CUPs dan model pembelajaran eksperimen verifikasi, dapat meningkatkan curiosity siswa, karena terdapat kegiatan eksperimen.
72
4.8.4
Peningkatan Curiosity Siswa Berdasarkan Tinjauan setiap Indikator Curiosity Curiosity atau rasa ingin tahu yang mendalam, merupakan salah satu sikap
ilmiah yang perlu dikembangkan pada proses pembelajaran fisika. Rasa ingin tahu termasuk dalam salah satu karakter yang harus dikembangkan dalam proses bembelajaran. Indikator curiosity atau rasa ingin tahu yang terdapat dalam pedoman Pengenbangan Budaya dan Karakter Bangsa adalah siswa memiliki kemampuan bertanya yang baik. Kemampuan bertanya siswa dapat dijadikan sebagai indikator curiosity, karena dengan bertanya dapat menunjukkan bahwa rasa ingin tahu yang dimiliki siswa tinggi. Penelitian yang dilakukan menggunakan beberapa indikator rasa ingin tahu dalam buku Pedoman Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa, sebagai pedoman penilaian peningkatan curiosity siswa. Selain itu, indikator curiosity yang digunakan mengambil dari indikator curiosity oleh Harlen (Anwar, 2010). Sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan, siswa diberi pretest untuk mengetahui curiosit siswa sebelum pembelajaran. Saat pelaksanaan pembelajaran, dilakukan observasi untuk mengetahui peningkatan curiosity siswa pada setiap kegiatan pembelajaran. Setelah semua kegiatan pembelajaran selesai, siswa diberi posttest curiosity untuk mengetahui bagaimana peningkatan curiosity siswa. Hasil analisis pretest dan posttest curiosity ditunjukkan pada Gambar 4.3. dan 4.4. dan hasil observasi pada setiap pertemuan ditunjukkan pada Tabel 4.1. Hasil observasi yang diuji peningkatannya hanya pada pertemuan pertama dan ketiga, agar diperoleh informasi peningkatan curiosity di awal dan akhir pembelajaran. Secara umum curiosity siswa kelas kontrol lebih baik dari kelas eksperimen, tapi
73
peningkatan curiosity pada setiap indikator siswa kelas eksperimen pada setiap pertemuan lebih baik dari kelas kontrol. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang disajikan pada Tabel 4.1. Peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen pada indikator pertama lebih baik dari kelas kontrol, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.6. Siswa kelas eksperimen selalu diberi lembar kerja individu pada setiap kegiatan pembelajaran, kegiatan ini mendorongn antusiasme mencari jawaban siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari siswa kelas kontrol. Hasil observasi peningkatan curiosity kelas eksperimen menunjukkan bahwa, tingkat curiosity paling tinggi diperoleh saat pertemuan ketiga (terakhir), sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.1. Pada pertemuan terakhir materi yang disampaikan adalah pemuaian gas. Demonstrasi yang diberikan adalah pembuatan roket alkohol dengan menggunakan prinsip kerja konsep pemuaian gas. Pembelajaran yang menarik membuat antusiasme siswa untuk mencari jawaban LKS individu menjadi lebih tinggi. Siswa kelas kontrol hanya diberi LKS kelompok saat kegiatan eksperimen, dan dikerjakan dengan cara berkelompok. Temuan tersebut dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam menyampaikan pembelajaran dengan model pembelajaran CUPs. Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dapat mempengaruhi curiosity siswa. Demonstrasi menggunakan roket alkohol sederhana dapat membuat siswa tertarik pada materi pelajaran. Litman & Spierlberger (2003) sebagaimana dikutip oleh Reiro et al., (2006) menyatakan bahwa curiosity siswa dapat distimulasi dengan memberikan informasi visual. Curiosity siswa dapat ditingkatkan dengan memberikan informasi visual yang menarik.
74
Hasil uji gain curiosity siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada indikator kedua, menunjukkan hasil yang sama. Observasi peningkatan curiosity pada indikator kedua, diperoleh informasi bahwa curiosity siswa pada setiap pertemuan sudah sangat baik. Aktivitas fokus pada objek yang diamati, dapat diamati observer saat siswa kelas eksperimen memperhatikan demonstrasi, dan siswa kelas kontrol fokus mendengarkan ceramah. Harlen (1996) sebagaimana dikutip oleh Anwar (2009), menyatakan bahwa fokus atau perhatian pada objek yang diamati merupakan salah satu indikator curiosity. Fokus pada objek yang diamati dapat menimbulkan rasa ingin tahu yang mendalam tentang objek pengamatan. Peningkatan curiosity siswa pada indikator ketiga adalah fokus pada proses sains, pengamatan dilakukan oleh observer saat siswa melakukan eksperimen. Hasil uji gain curiosity pada indikator ketiga menunjukkan bahwa, peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen secara keseluruhan sama dengan kelas kontrol sebagaimana disajikan pada Gambar 4.6. dan berbeda pada setiap pertemuan. Peningkatan curiosity indikator ketiga siswa kelas eksperimen pada setiap pertemuan lebih tinggi dari kelas kontrol sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.2. Hasil kegiatan eksperimen kelompok pada kelas eksperimen disajikan pada kertas A3 untuk dipresentasikan dalam diskusi kelas, dan hasil kegiatan eksperimen siswa kelas kontrol disajikan dalam LKS seperti biasanya. Kegiatan penyajian hasil eksperimen dan diskusi kelompok pada pembelajaran CUPs dapat memacu antusias siswa pada proses sains, agar hasil yang mereka sajikan maksimal. Proses pembelajaran pada pertemuan pertama di kelas eksperimen
75
terkendala dengan keterbatasan waktu. Siswa belum terbiasa menyajikan hasil kerja kelompok ke dalam kertas A3. Temuan pada penelitian ini dapat dijadikan koreksi pada penelitian selanjutnya, yaitu instruksi yang diberkan pada setiap fase pembelajaran CUPs harus jelas, karena model pembelajaran yang tidak biasa akan membuat siswa menjadi bingung. Nilai positif yang dapat diambil adalah siswa yang merasa bingung akan berani untuk mengajukan pertanyaan, sehingga dapat meningkatkan curiosity siswa. Harlen (1996) sebagaimana dikutip oleh Anwar (2009), menyatakan bahwa antusias pada proses sains merupakan salah satu indikator curiosity. Peningkatan fokus siswa saat kegiatan eksperimen dapat membuat siswa antusias pada proses sains, dan dapat meningkatkan curiosity siswa. Peningkatan curiosity siswa pada indikator keempat adalah menanyakan setiap langkah kegiatan. Hasil observasi menunjukkan bahwa curiosity siswa pada indikator menanyakan setiap langkah kegiatan siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Model pembelajaran CUPs memiliki fase kegiatan yang lebih banyak dan siswa belum terbiasa dengan model CUPs. Siswa yang belum mengerti dapat mengajukan pertanyaan agar diperoleh penjelasan. Harlen (1996) sebagaimana dikutip oleh Anwar (2009), menyatakan bahwa kegiatan bertanya tentang langkah kegiatan merupakan salah satu indikator curiosity. Berdasarkan hasil uji gain curiosity pada indikator kelima, tingkat curiosity siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri, dan guru bertindak
76
sebagai fasilitator. Siswa mengkonfirmasi pengetahuan yang mereka dapat dengan mengajukan pertanyaan pada guru dan teman tentang materi pemuaian. Peningkatan curiosity pada indikator keenam lebih tinggi siswa kelas kontrol dibandingkan kelas eksperimen, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.6. Siswa kelas kontrol memperoleh konsep dari ceramah yang diberikan guru. Informasi yang diberikan guru mendorong siswa untuk menanyakan hubungan materi yang disampaikan dengan proses pemuaian dalam kehidupan nyata. Indikator curiosity kelima dan keenam adalah bertanya pada guru dan teman tentang materi pelajaran dan indikator keenam adalah mengajukan pertanyaan pada guru mengenai peristiwa yang pernah diamati yang berhubungan dengan materi pemuaian. Kedua indikator tersebut menunjukkan curiosity siswa yang berhubungan dengan kemampuan menganalisis materi dan peristiwa nyata tentang pemuaian, yang pernah diamati siswa. Curiosity atau rasa ingin tahu yang mendalam didefinisikan dalam buku Panduan Budaya dan Karakter Bangsa sebagai sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Kemendiknas, 2010). Siswa yang memiliki curiosity tinggi lebih banyak mengajukan pertanyaan kepada guru, baik tentang materi pelajaran atau peristiwa lain yang berkaitan dengan materi pelajaran. 4.8.5
Hubungan Curiosity dan Pemahaman Konsep Siswa Hubungan antara curiosity dan pemahaman konsep pada penelitian ini
dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Tujuannya adalah agar diperoleh informasi hubungan antara curiosity dan pemahaman
77
konsep. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi, diperoleh informasi bahwa terdapat hubungan positif antara curiosity dan peningkatan pemahaman konsep. Pengaruh peningkatan curiosity terhadap peningkatan pemahaman konsep termasuk dalam kategori sedang. Didukung oleh pernyataan Binson (2010), mengemukakan bahwa meningkatkan curiosity merupakan metode yang sangat baik untuk meningkatkan pengetahuan siswa. Pembelajaran yang menarik dapat membuat siswa termotivasi untuk belajar. Motivasi belajar sangat dibutuhkan agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Berdasarkan hasil observasi, diperoleh informasi bahwa peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen pada indikator pertama lebih tinggi dari kelas kontrol. Fase kerja individu pada model pembelajaran CUPs dapat membantu siswa untuk lebih antusias dalam mencari jawaban. Antusias mencari jawaban dapat meningkatan curiosity siswa. Apabila siswa memiliki curiosity rendah, siswa kurang antusias mencari jawaban LKS individu. Kegiatan mencari jawaban dapat mendorong siswa untuk memperoleh jawaban yang benar serta dapat meningkatkan pemahaman konsep. Pada indikator kedua dan ketiga, tidak ada perbedaan antara peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.6. Siswa kelas eksperimen fokus memperhatikan demonstrasi, dan siswa kelas kontrol fokus mendengarkan ceramah. Sikap fokus pada objek yang diamati dan antusias pada proses sains dapat membantu siswa untuk memperoleh informasi yang lebih baik serta dapat meningkatkan pemahaman konsep.
78
Indikator keempat menyatakan peningkatan curiosity ditinjau dari sikap siswa yang sering menanyakan setiap langkah kegiatan. Siswa kelas eksperimen lebih sering bertanya tentang langkah kegiatan dari siswa kelas kontrol, sedangkan peningkatan pada kelas kontrol adalah negatif. Siswa kelas eksperimen mendapat pembelajaran yang mendukung peningkatan kemampuan bertanya saat kegiatan demonstrasi, eksperimen kelompok, diskusi kelas, dan presentasi. Materi pembelajaran yang menarik saat pertemuan terakhir mendukung siswa kelas eksperimen untuk lebih sering bertanya. Siswa kelas kontrol sudah merasa bosan saat pertemuan terakhir, karena tidak ada demonstrasi yang menarik pada pertemuan terakhir. Jawaban-jawaban yang diperoleh siswa eksperimen dari hasil bertanya pada setiap kegiatan pembelajaran dapat membantu meningkatkan pemahaman konsep. Peningkatan curiosity siswa pada indikator curiosity kelima dan keenam secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan bertanya. Terdapat dua kemungkinan yang menyebabkan siswa bertanya. Kemungkinan pertama adalah siswa sudah memahami materi dan ingin mengkonfirmasi kebenaran pengetahuan yang sudah dimiliki. Kemungkinan kedua adalah siswa belum memahami materi dan siswa bertanya agar memperoleh penjelasan yang benar. Curiosity yang diperoleh dengan cara-cara tersebut termasuk dalam kelompok intellectual curiosity. Dewey sebagaimana dikutip oleh Reiro et al., (2006) menyatakan bahwa intellectual curiosity adalah sikap ingin tahu yang timbul karena diperolehnya informasi yang dilihat atau didengar. Intellectual curiosity adalah tipe curiosity yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran. Tujuannya adalah
79
membuat
siswa
termotivasi
untuk
memperoleh
informasi
agar
dapat
menyelesaikan masalah. Kemampuan memecahkan masalah harus disertai dengan pemahaman konsep materi yang berkaitan dengan masalah yang akan diselesaikan,
sehingga
dapat
disimpulkan
curiosity
dapat
membantu
meningkatkan pemahaman konsep. 4.8.6 Perbandingan Keefektifan Model Pembelajaran CUPs dan Eksperimen Verifikasi dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Curiosity Model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) terbukti lebih efektif dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi dalam meningkatkan pemahaman konsep pemuaian. Keefektifan CUPs dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa didukung dengan hasil pengujian hipotesis terhadap nilai posttest hasil belajar kognitif sebagaimana disajikan pada Tabel 4.4. Siswa kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran CUPs, dan siswa kelas
kontrol
mendapatkan pembelajaran eksperimen
pembelajaran
CUPs
dikembangkan
pembelajaran
konstruktivisme
dan
dengan kooperatif.
verifikasi.
menggunakan Tujuannya
Model
pendekatan
adalah
untuk
memudahkan siswa memahami konsep-konsep sains yang berkaitan dengan kehidupan nyata (Gunstone et al., 1999). Model pembelajaran CUPs terdiri atas tiga fase pembelajaran, yaitu: (1) fase kerja individu, pada fase ini setiap siswa dilatih untuk mengemukakan pendapat setelah memperhatikan demonstrasi, guru memfasilitasi LKS individu agar setiap siswa dapat berpendapat dan memberikan jawabannya; (2) fase kerja kelompok, pada fase ini siswa melakukan eksperimen dan diskusi kelompok, siswa dapat bertukan pikiran untuk membangun konsep
80
mereka; dan (3) presentasi hasil kerja kelompok, guru dapat mengetahui sejauh mana pemahaman konsep siswa berdasarkan jawaban setiap kelompok, sehingga guru dapat mengkonfirmasi jawaban setiap kelompok. Pada setiap fase pembelajaran, siswa kelas eksperimen dilatih untuk mengkonstruksi pemahaman konsep. Model pembelajaran eksperimen verifikasi terdiri atas kegiatan ceramah dan praktikum. Konsep yang diperoleh siswa dari pembelajaran eksperimen verifikasi bersifat informatif, yaitu dari ceramah yang disampaikan oleh guru. Kegiatan praktikum bertujuan untuk membuktikan teori yang telah diberikan saat kegiatan
ceramah.
Pemahaman
konsep
yang
diperoleh
dengan
cara
mengkonstruksi pemahaman lebih baik dari pemahaman konsep yang diperoleh secara informatif. Hasil ini didukung dengan rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol, sebagaimana ditunjukkan oleh grafik pada Gambar 4.1. dan 4.2 . Hasil penelitian Dirgantara (2008) menunjukkan peningkatan penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan kalor dengan penerapan model pembelajaran laboratorium berbasis inkuiri lebih tinggi dari penerapan model pembelajaran kerja laboratorium verifikasi. Peningkatan penguasaan konsep kelas eksperimen 44% dan kelas kontrol 33%. Pembelajaran inkuiri terimbing membantu siswa membangun pemahaman konsep mereka sendiri. Karakteristik pembelajaran inkuiri terbimbing hampir sama dengan model pembelajaran CUPs, yaitu mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi pemahaman konsep sendiri. Gunstone et al., (1999) menunjukkan bahwa 80% siswa kelas pertama dan 100% siswa kelas kedua menyatakan bahwa kegiatan kerja kelompok dalam model
81
pembelajaran CUPs sangat membantu dalam proses belajar. Proses belajar yang baik dapat membuat siswa memahami konsep dengan baik dan tercapainya hasil belajar yang baik. Peningkatan curiosity siswa yang diberi model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) terbukti lebih efektif dibandingkan siswa yang diberi model pembelajaran eksperimen. Keefektifan CUPs dalam meningkatkan curiosity siswa didukung dengan hasil pengujian hipotesis terhadap posttest curiosoty dan hasil observasi pada Tabel 4.5. dan 4.6. Mills et al., (1999) memaparkan bahwa siswa memberikan respon positif setelah mendapat pembelajaran CUPs. Respon positif yang dimaksud yaitu: (1) siswa sangat antusia dengan kegiatan pembelajaran CUPs, fase kerja individu dan kerja kelompok membuat siswa menikmati pembelajaran dan bebas untuk bertanya atau berpendapat, sikap antusias dapat meningkatkan curiosity; (2) siswa merasa nyaman saat mengikuti pembelajaran, kegiatan kerja kelompok membuat siswa tidak merasa tegang; (3) siswa memanfaatkan kegiatan diskusi untuk memodifikasi pengetahuan yang mereka miliki, kegiatan diskusi memfasilitasi siswa untuk saling bertukar pikiran dan mengkonstruksi pemahaman konsep mereka; (4) siswa memiliki kesadaran bahwa pemahaman konsep sangat penting, pembelajaran sains yang baik adalah yang mengutamakan pemahaman konsep, siswa yang belum memahami sesuatu dapat bertanya untuk menemukan jawaban, kegiatan bertanya muncul karena curiosity; (5) siswa memiliki kesadaran untuk memperbaiki cara belajar sains, khususnya sains fisika yang memiliki banyak konsep dasar, siswa dapat belajar dari berbagai sumber untuk menambah
82
pemahaman konsep yang sudah dimiliki, kegiatan mencari informasi dari berbagai sumber dapat meningkatkan curiosity siswa; (6) siswa memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi konsep awal yang sudah dimiliki, siswa dapat bereksplorasi melalui kegiatan eksperimen untuk mengkonfirmasi konsep yang dimiliki, kegiatan eksplorasi dan eksperimen dapat meningkatkan curiosity siswa.
4.9
Kendala dan Keterbatasan Fase pertama adalah penyajian demonstrasi sederhana oleh guru untuk
menumbuhkan curiosity siswa. Selanjutnya masing-masing siswa diberi lembar kerja individu. Siswa ditugaskan untuk menuliskan menjawab dan memberikan pendapat tentang hasil demonstrasi dan materi yang akan disampaikan. Kelebihan fase pertama adalah siswa lebih fokus dan antusias pada proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan curiosity siswa dan pemahaman konsep pada materi pemuaian. Kendala yang ditemukan adalah keterbatasan waktu yang digunakan untuk demonstrasi. Fase kedua adalah fase kerja kelompok, siswa bekerja secara berkelompok dalam kegiatan eksperimen dan dilanjutkan dengan kegiatan diskusi kelompok. Kelebihannya adalah siswa dapat bertukar pikiran untuk menguatkan pemahaman konsep mereka. Kendalanya adalah masih banyak siswa yang belum mengerti tentang penyajian hasil kerja kelompok ke dalam kertas A3. Pada pertemuan pertama belum semua jawaban dapat ditulis di lembar jawab A3. Banyak siswa yang belum percaya diri dengan hasil diskusi kelompok. Siswa merasa malu jika jawaban mereka salah. Hampir semua kelompok menulis hasil kerja kelompok
83
dikertas lain sebelum dipindah ke kertas A3, sehingga melebihi waktu yang direncanakan. Pada fase ketiga, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi, guru bertindak sebagai fasilitator dan mengevaluasi hasil kerja kelompok. Fase diskusi dan presentasi kelas membantu guru untuk mengkonfirmasi dan mengetahui sejauh mana pemahaman yang telah dicapai oleh siswa berdasarkan hasil kerja kelompok. Kendalanya adalah terbatasnya waktu presentasi hasil kerja kelompok pada pertemuan pertama, karena hampir semua kelompok lebih fokus untuk menulis hasil diskusi dalam kertas A3. Keterbatasan waktu pada pertemuan pertama menyebabkan belum semua hasil kerja setiap kelompok dapat dibahas. Pada pertemuan selanjutnya, kendala-kendala tersebut sudah bisa diatasi.
BAB V PENUTUP 5.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Model Conceptual Understanding Procedures (CUPs) terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa SMP pada pelajaran fisika. Peningkatan pemahaman konsep ditunjukkan oleh hasil uji gain terhadap nilai posttest pemahaman konsep siswa kelas eksperimen, hasil yang diperoleh sebesar 0,67 yang termasuk dalam kategori sedang. Peningkatan curiosity siswa ditunjukkan dengan hasil uji gain terhadap skor posttest peningkatan curiosity, hasil yang diperoleh sebesar 0,21 atau termasuk kategori rendah. b. Model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) terbukti lebih efektif dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi dalam meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa. Keefektifan model pembelajaran CUPs untuk meningkatkan pemahaman konsep didukung oleh hasil uji t satu pihak terhadap nilai posttest pemahaman konsep. Keefektifan model pembelajaran CUPs untuk meningkatkan curiosity ditunjukkan oleh hasil uji t satu pihak terhadap hasil angket dan observasi peningkatan curiosity. Hasi perhitungan menunjukkan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 artinya semua hipotesis yang diajukan diterima.
84
85
5.2.
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian tentang peningkatan curiosity, sebaiknya mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan kegiatan yang menarik. 2. Guru hendaknya membiasakan siswa dengan kegiatan diskusi, kerja kelompok, dan presentasi kelas agar dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya menerima pengetahuan dari guru. Siswa diharapkan terlibat aktif dan mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Guru bertindak sebagai fasilitator. 3. Model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dapat membantu siswa memahami konsep dengan lebih mudah dan membuat siswa lebih menikmati pembelajaran, sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran materi lainnya agar siswa lebih mudah memahami konsep materi.
86
DAFTAR PUSTAKA Anni, C.T & Rifa’I, A. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press Anwar, Herson. 2009. Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu, 2 (5): 103-113. Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Binson, Bussakorn. 2009. Curiosity Based Learning (CBL) program. US-China Education Review, 12 (6):13-22. Cakir, Mustafa. 2008. Constructivist Approaches to Learning in Science Their Implication for Science Pedagogy: A Literature Review. International Journal of Environmental & Science Education, 3 (4): 193-206. Carin, Arthur A. 1997. Teaching Modern Science. New Jersey: Merrill Publishing. Correiro, Elizabeth E; Griffin, Leanne R; & Hart, Peter E. 2008. A Constructivist Approach to Inquiry-Based Learning: A TUNEL Assay for thr Detection of Apoptosis in Check Cell. The American Biology Teacher, 70 (8):457-460. Dirgantara, Y., S. Redjeki, & A. Setiawan. 2008. Model Pembelajaran Laboratorium Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa MTS pada Pokok Bahasan Kalor. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, 2(1) : 87-97. Gunstone, R., McKrittrick, B., & Mulhall, P. 1999. Structure Cognitive Discussions in Senior High School Physics: Student and Teacher Perceptions. Research in Science Education, 29(4): 527-546. Gunstone, Dick., McKittrick, Brian., & Milhall, Pam. 2009. CUP - A Procedure for Developing Conceptual Understanding. Prosiding PEEL Conference. Australia: Monash University. Hake, Richard R. 1998. Interactive-engagement versus traditional methods: A sixthousand-student survey of mechanics test data for introductory physics course. American Association of Physics Teacher, 66(1): 6474. Halliday, David., Robert Resnick, dan Jearl Walker. 2001. Fundamentals of Physics, Sixth Editions. New York: John Wiley & Sons.
87
Indrawati & Setiawan. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Bandung: PPPPTK IPA. Johnson, DW., Johnson & Stanne. 2000. Cooperative Learning Methods: A MetaAnalysis. Minneapolis: University of Minnesota Karina Sulistyorini, A., Pujayanto, P., & Yusliana Ekawati, E. (2013). Analisis Pencapaian Kompetensi Kognitif Tingkatan Aplikasi (C3) dan Analisis (C4) dalam Pembelajaran Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Program RSBI. Jurnal Pendidikan Fisika, 1(1): 19-26. Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum. Mariana, I Made A., & Praginda Wandy. 2009. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA. Bandung: PPPPTK IPA. Mills, D., McKittrick, B., Mulhall, P., & Feteris, S. (1999). CUP: Cooperative Learning That Works. Physics Education, 34(1): 11-16. McKittrick & Mulhall. 2007. Using Conceptual Understanding Procedures (CUPs) in the Teaching of Motion. Online. Tersedia di www.education.monash.edu.au/research/groups/smte/projects/cups/ [diakses 20-9-2012]. Paoki, RGT. 2011. Implementasi Model Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika Siswa. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Parmin, et al. 2012. Bahan Modul Diklat Lab IPA. Semarang: FMIPA UNNES Reio, Thomas G, Jr; Petrosko, Joseph M; Wiswell, Albert K & Juthamas Thongsukmag. 2006. The Measurement and Conceptualization of Curiosity. The Journal of Genetic Psychology, 167 (2): 117-135. Sintia. 2008. Eksperinen Berbasis Inkuiri dan Eksperiment Berbasis Verifikasi. Online. Tersedia www.organisasi.org/eksperimen-berbasis-inkuiridan-eksperimen-berbasis-verifikasi [diakses 8-1-2013] Slavin, Robert E. 1996. Research on Cooperative Learning and Achievement: What We Know, What We Need to Know. Contemporary Educational Psychology. 21 (4): 43-69. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
88
________. 2010. Satistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Tanel, Zafer & Erol, Mustafa. 2008. Effects of Cooperative Learning on Instructing Magnetism: Analysis of an Experimental Teaching Squence. J. Phys. Educ, 2 (2): 124-136. Tim Penyusun. 2009. Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: UNNES PRESS. Tim Penyusun. 2011. Panduan Penulisan Skripsi dan Artikel Ilmiah. Semarang: FMIPA UNNES. Tippler. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik. Translate by Prasetyo dan Adi. 1998. Jakarta: Erlangga. Wasis & Irianto. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. Wibowo, F.C., 2012. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kreatif. Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Lampiran 1
SILABUS Satuan Pendidikan Kelas Semester Mata Pelajaran
: SMP N 2 Kudus : VII (Tujuh) :2 : IPA Fisika
Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya Kompetensi Dasar
Materi
3.3 Melakukan Pemuaian percobaan Zat yang berkaitan dengan pemuain dalam kehidupan sehari-hari
Nilai Budaya dan Karakter Bangsa
- Rasa ingin tahu
- Kerjasama - Komunikatif - Mandiri
Penilaian Kegiatan pembelajaran
- Mengamati proses pemuaian zat padat, cair dan gas
- Melakukan percobaan pemuaian zat padat, zat cair, dan zat gas
Indikator
Teknik
Bentuk Instrumen
- Mengamati - Observasi - Lembar observasi proses pemuaian zat padat, cair, dan gas
- Amatilah domonstrasi roket alkohol yang disampaikan oleh guru
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
4 × 40’
Buku IPA Fisika
- Apa yang terjadi dengan koin tersebut setelah lubang kuningan dipanaskan? - Perbedaan apa
89
- Melakukan percobaan - Diskusi, - LKS eksperime sederhana n untuk menunjukka n terjadinya pemuaian zat padat, cair, dan gas
Contoh Instrumen
- Menganalisis muai volume berbagai jenis zat cair
- Mengamati perbedaan - Diskusi, - LKS eksperime proses n pemuaian volume pada pemuaian beberapa jenis zat cair
- Menerapan prinsip n konsep pemuaian zat - Tes pemuaian dalam tertulis padat dalam kehidupan kehidupan sehari-hari sehari-hari
yang terjadi antara botol yang berisi minyak dan botol yang berisi air biasa?
- Mengaplikasika
- Pilihan ganda
- Menunjukka n penerapan prinsip pemuaian zat cair dalam kehidupan sehari-hari
90
- Menunjukka n penerapan prinsip pemuaian zat
gas dalam kehidupan sehari-hari Kudus, Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Hj. Suwarti, S. Pd NIP 19541006 197703 2 002
Maret 2013
Peneliti
Fera Ismawati NIM 4201409105
91
Lampiran 2
92
Tabel Analisis Data Perhitungan Validitas, Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Reliabilitas No.
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
UC-16 UC-20 UC-3 UC-13 UC-6 UC-5 UC-11 UC-26 UC-23 UC-17 UC-18 UC-4 UC-7 UC-10 UC-24 UC-2 UC-15 UC-12 UC-25 UC-1 UC-22 UC-8 UC-9 UC-19 UC-21 UC-14 benar rxy rtabel kriteria BA BB JA JB D kriteria B P
Validitas
Daya Pembeda
Taraf Kesukaran
kriteria
r11 rtabel kriteria Keterangan
Reliabilitas
Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 13 20 9 14 7 10 0.524 0.444 0.545 0.403 0.469 0.644 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 valid valid valid valid valid valid 9 12 6 9 6 7 4 8 3 5 1 3 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 0.385 0.308 0.231 0.308 0.385 0.308 cukup cukup cukup cukup cukup cukup 13 20 9 14 7 10 0.5 0.769 0.346 0.538 0.269 0.385 sedan muda sedan sedan sedan sukar g h g g g 0.95 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 karena r11 > rtabel maka instrumen reliabel pakai pakai pakai pakai pakai pakai
7 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 14 0.33 0.388 tidak 7 7 13 13 0 jelek 14 0.538 sedan g
8 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 7 0.41 0.388 valid 5 2 13 13 0.231 cukup 7 0.269
9 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 8 0.557 0.388 valid 6 2 13 13 0.308 cukup 8 0.308 sedan g
10 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0.634 0.388 valid 6 1 13 13 0.385 cukup 7 0.269
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
buang
pakai
pakai
pakai
buang
sukar
sukar
11 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 8 -0.09 0.388 tidak 4 4 13 13 0 jelek 8 0.308 sedan g
93
Nomor Soal 12 13 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 9 11 0.644 0.161 0.388 0.388 tidak valid 7 6 2 5 13 13 13 13 0.385 0.077
14 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 9 0.467 0.388 valid 7 2 13 13 0.385
15 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 5 0.145 0.388 tidak 3 2 13 13 0.077
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 16 0.4 0.388 valid 11 5 13 13 0.462
17 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 7 0.492 0.388 valid 6 1 13 13 0.385
cukup
jelek
cukup
jelek
baik
cukup
9 0.346 sedang
11 0.423 sedang
9 0.346 sedang
5 0.192 sukar
16 0.615 sedang
7 0.269 sukar
18 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 -0.31 0.388 tidak 1 3 13 13 -0.15 tidak baik 4 0.154 sukar
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
pakai
buang
pakai
buang
pakai
pakai
19 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0.647 0.388 valid 4 0 13 13 0.308
20 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 13 0.482 0.388 valid 8 5 13 13 0.231
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 16 0.551 0.388 valid 11 5 13 13 0.462
22 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0.677 0.388 valid 9 1 13 13 0.615
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 20 0.444 0.388 valid 12 8 13 13 0.308
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 19 0.511 0.388 valid 13 6 13 13 0.538
cukup
cukup
baik
baik
cukup
baik
4 0.154 sukar
13 0.5 sedang
16 0.615 sedang
10 0.385 sedang
20 0.769 mudah
19 0.731 mudah
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
buang
pakai
pakai
pakai
pakai
pakai
pakai
94
Nomor Soal 25 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 23 0.161 0.388 tidak 12 11 13 13 0.077
26 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 8 0.398 0.388 valid 6 2 13 13 0.308
27 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 17 0.446 0.388 valid 11 6 13 13 0.385
28 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0.633 0.388 valid 9 0 13 13 0.692
29 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 7 0.41 0.388 valid 5 2 13 13 0.231
30 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 17 0.237 0.388 tidak 9 8 13 13 0.077
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 20 0.543 0.388 valid 13 7 13 13 0.462
32 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 16 0.389 0.388 valid 11 5 13 13 0.462
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 24 0.26 0.388 tidak 13 11 13 13 0.154
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 18 0.521 0.388 valid 11 7 13 13 0.308
18 0.692 sedang
35 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 13 -0.06 0.388 tidak 6 7 13 13 -0.08 tidak baik 13 0.5 sedang
jelek
cukup
cukup
baik
cukup
jelek
baik
baik
jelek
cukup
23 0.885 mudah
8 0.308 sedang
17 0.654 sedang
9 0.346 sedang
7 0.269 sukar
17 0.654 sedang
20 0.769 mudah
16 0.615 sedang
24 0.923 mudah
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
buang
pakai
pakai
pakai
pakai
buang
pakai
pakai
36 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 20 0.344 0.388 tidak 11 9 13 13 0.154
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 20 0.456 0.388 valid 12 8 13 13 0.308
jelek
cukup
20 0.769 mudah
20 0.769 mudah
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
buang
pakai
buang
buang
pakai
95
Nomor Soal 38 39 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 20 13 0.382 0.272 0.388 0.388 tidak tidak 12 7 8 6 13 13 13 13 0.308 0.077 cukup jelek 20 13 0.769 0.5 mudah sedang
40 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0.624 0.388 valid 4 1 13 13 0.231 cukup 5 0.192 sukar
0.388
0.388
0.388
pakai
buang
pakai
Y
Y2
35 34 33 32 27 24 22 22 21 20 19 19 19 19 18 16 16 16 15 15 14 13 13 11 11 6 510 n M St2
1225 1156 1089 1024 729 576 484 484 441 400 361 361 361 361 324 256 256 256 225 225 196 169 169 121 121 36 11406 26 19.615 56.09
Lampiran 3
KISI-KISI SOAL PRETEST & POSTTEST A. Standar Kompetensi Memahami wujud zat dan perubahannya. B. Kompetensi Dasar Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. No.
Indikator
Tingkatan Berpikir C1
C2
1
C3
C4 4, 7
Jumlah
1
Mengamati proses pemuaian zat padat
2
Mengamati proses pemuaian zat cair
14
1
3
Mengamati proses pemuaian gas
15
1
4
Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan terjadinya pemuaian zat padat
5
Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan terjadinya pemuaian cair
6
Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan terjadinya pemuaian gas
7
Mengamati perbedaan proses pemuaian volume pada pemuaian beberapa jenis zat cair
9
3
13
1
6
1
2
1
1 96
8
Menerapan prinsip pemuaian zat padat dalam
19
3, 16
17
20
2
12
18
5
3
Jumlah
2
6
4
8
20
Persentasi
10%
30%
20%
40%
100%
kehidupan sehari-hari 9
Menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat cair dalam kehidupan sehari-hari
10
Menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat gas dalam kehidupan sehari-hari
8, 10, 11
6
97
Lampiran 4
98 SOAL PRETEST DAN POSTTEST Mata Pelajaran : Fisika Materi Pelajaran : Pemuaian Kelas/ Semester : VII/ 2 Waktu : 40 menit
Petunjuk Umum : 1. Kerjakan soal pada lembar jawaban yang tersedia 2. Tulis nama, kelas dan nomor absen pada kolom yang tersedia 3. Berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal 4. Kerjakan soal yang dianggap paling mudah terlebih dahulu 5. Bila kamu menjawab soal salah dan ingin memperbaikinya lakukan sebagai berikut : Jawaban : a b c d Pembetulan : a b c d Petunjuk Khusus : Berikan tanda silang () pada jawaban yang paling benar. 1. Musschenbroek adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan terjadinya pemuaian…. a. Berbagai macam zat b. Volume cairan c. Panjang zat padat d. Volume gas 2. Perhatikan gambar berikut! Botol kosong
100cm. Pertambahan panjang batang aluminium tersebut jika dipanaskan hingga suhunya menjadi 100 oC ( aluminium = 0,000026/ o C) adalah…. a. 0,182cm b. 100,182cm c. 0,975cm d. 0,125cm 4. Perhatikan gambar di bawah! a b Setelah dipanaskan bimetal menjadi :
Air panas Pernyataan yang sesuai dengan fenomena di atas adalah…. a. Balon akan meleleh karena terkena uap panas b. Balon akan membesar kaena udara dalam balon memuai c. Balon akan membesar karena terkena uap panas d. Balon tidak mengalami perubahan 3. Pada temperatur 30oC sebuah batang aluminiun memiliki panjang
a b Pada gambar di atas, dua jenis logan dibuat menjadi suatu bimetal. Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa…. a. Koefisien muai logan a sama dengan logam b b. Koefisien muai logan a lebih besar dibanding logam b c. Koefisien muai logan a lebih kecil dibanding logam b
99 d. Koefisien muai logan a tidak 7. Perhatikan tabel di bawah ini ! sama dengan logam b Bahan Panjang Koefisien 5. Sebuah balon berisi 4000cm3 udara awal muai berada pada ruangan yang bersuhu o panjang () 25 C. balon tersebut dibawa ke o suatu tempat yang bersuhu 40 C. Pyrex 1,5 m 0.000032/ oC Jika koefisien muai volum udara Aluminium 1,5 m 0.000024/ oC adalah 0,0036/oC. Berapakah Tembaga 2m 0.000017/ oC volume balon setelah dipanaskan…. Besi 2m 0.000012/ oC a. 4220cm3 Jika masing-masing bahan o 3 dipanaskan dari suhu 0 C hingga b. 4216cm 100oC, pertambahan panjang karena c. 4936cm3 proses pemuaian dari yang paling d. 4362cm3 besar hingga terkecil adalah…. 6. Perhatikan gambar di bawah ini! a. Besi, aluminium, tembaga, dan pyrex b. Aluminium, besi, pyrex, dan tembaga c. Pirex, aluminium, tembaga, dan Air besi biasa d. Tembaga, aluminium, pyrex, dan besi Air panas Pada gambar tersebut, terlihat 8. Perhatikan gambar di bawah ini! sebuah botol yang diberi sedotan kecil berisi air biasa, di masukkan ke dalam wadah yang berisi air panas, maka air akan keluar melalaui sedotan kecil tersebut. Hal apa yang menyebabkan peristiwa Dimasukka tersebut…. n ke dalam a. Air yang ada di dalam botol air memuai b. Air yang ada di dalam botol Apabila bagian bawah botol yang mengembun diikat dengan tali dimasukkan ke c. Air yang ada di dalam botol dalam air, apa yang akan terjadi… menguap a. Api akan padam karena d. Air yang ada di dalam botol dicelupkan ke dalam air mendidih b. Sumbu akan putus karena terbakar oleh api c. Botol akan terbelah menjadi dua bagian karena mengalami pemuaian akibat dipanaskan d. Tidak terjadi perubahan apapun
100 9. Berdasarkan hasil dari kegiatan 12. Peristiwa yang tidak menunjukkan eksperimen, diperoleh hasil bahwa terjadinya pemuaian gas jika minyak goreng akan lebih cepat dipanaskan adalah…. memuai dibandingkan dengan air. a. Balon meletus ketikan Hal tersebut disebabkan karena…. dipanaskan di tengah tanah a. Minyak goreng suhunya lebih lapang panas dibandingkan air b. Di dalam ruangan yang tidak b. Koefisien muai volume minyak ber ac, tubuh kita dapat terasa goreng lebih besar panas dibandingkan air c. Laying-layang terbang karena c. Koefisien muai volume minyak angin goreng lebih kecil dibandingkan d. Ban sepeda yang meletus ketika air dijemur seharian di bawah terik d. Koefisien muai volume minyak matahari goreng sama dengan air 13. Hal yang dapat dilakukan untuk 10. Perhatikan gambar di bawah ini! memasukkan koin ke dalam lubang kuningan tanpa menggunakan alat lainnya adalah…. Rp 100
Gambar tersebut menunjukan peristiwa…. a. Manfaat pemuaian zat padat b. Dampak negatif pemuaian zat padat c. Dampak negatif pemuaiam gas d. Tekanan zat padat 11. Pernyataan di bawah ini yang bukan merupakan solusi dari permasalahan akibat pemuaian adalah…. a. Membuat celah di antara rel kereta api b. Membuat celah pada ujung jembatan beton c. Memberi celah antara bingkai pada pemasangan jendela kaca d. Mengukur suhu tubuh manusia
a. b. c. d.
Memanaskan koin Memanaskan lubang kuningan Mamperkecil ukuran koin Memperbesar ukuran lubang kuningan 14. Pemuaian zat cair tidak bergantung pada…. a. Massa zat cair b. Volume zat cair c. Koefisien muai volume zat cair d. Perubahan suhu 15. Pernyataan di bawah ini yang dapat memperbesar pemuaian volum gas…. a. Memperbesar massa b. Memperkecil massa c. Memperbesar perubahan suhu d. Memperkecil suhu 16. Sebuah lempeng kuningan dengan luas 20cm2 memiliki suhu mula-
101 mula 30oC. Kuningan tersebut dipanaskan hingga bersuhu 80 oC. ( kuningan = 0,000018/oC), berapakah luas kuningan saat ini…. a. 20,014cm2 b. 20,114cm2 c. 20,036cm2 d. 20,336cm2 17. Perhatikan gambar di bawah!
19. Perhatikan
gambar
berikut!
Gambar tersebut adalah sambungan pada jembatan beton, celah tersebut bertujuan untuk…. a. Mencegah getaran pada jembatan b. Menghubungkan kedua jalan c. Mencegah pemanasan pada Gambar tersebut memanfaatkan sambungan prinsip kerja…. d. Mencegah keretakan jalan pada a. Pemuaian zat cair jembatan jika terjadi pemuaian b. Pemuaian zat padat 20. Minyak goreng memiliki koefisien c. Pemuaian gas muai volume sebesar 0,0012/oC. d. tekanan pada suhu 30oC volume minyak 18. Roket alkohol menggnakan prinsip goreng adalah 1 liter. Berapakan kerja…. volum minyak goreng setelah suhunya dinaikkan menjadi 90 o C…. liter. a. 0,072 b. 1,082 c. 1,076 d. 1,072
a. b. c. d.
Pemuaian gas Pemuaian zat padat Pemuaian zat cair Menyublim
Good Luck
Lampiran 5 No . 1
2
102 KUNCI JAWABAN SOAL PRETEST & POSTTEST Soal Pembahasan
Musschenbroek adalah alat yang digunakan untuk mengetahui adanya pemuaian…. Jawaban : c. panjang zat padat
Musschenbroek merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui adanya pemuaian panjang pada zat padat.
Perhatikan gambar berikut!
Ketika botol kosong (berisi udara) dipanaskan, udara yang ada di dalam botol akan mengalami pemuaian, sehingga volume udara dalam botol akan mengalami pertambahan dan akan balon akan mengembang, sehingga balon akan bertambah volumenya
Botol kosong
Air panas
3
Pernyataan yang sesuan dengan fenomena di atas adalah…. Jawaban : b. balon akan memperbesar karena udara di dalam balon mengalami pemuaian Pada temperatur 30oC sebatang aluminium memiliki panjang 125 cm. berapakan pertambahan panjang aluminium, jika suhunya dinaikkan menjadi 100 oC ( aluminium = 0,000026/ oC) … Jawaban : a. 0.2275cm
4
Perhatikan gambar di bawah! a 𝑏
a b Pada gambar di atas, dua jenis logan dibuat menjadi suatu bimetal. Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa…. Jawaban : b. koefisien muai panjang logam a lebih besar dari logam b
Ditanyakan pertambahan panjang aluminium.. ∆𝑙 = 𝑙𝑜 𝛼 ∆𝑇 ∆𝑙 = 125𝑐𝑚 0.000026 (100 − 30) ∆𝑙 = 0.2275𝑐𝑚 Kedua logam tersebut dihubungkan (bimetal), jika logam tersebut dipanaskan maka kedua logam tersebut akan memuai, karena koefisien muai panjang logam a lebih besar disbanding logam b, sehingga logam a akan lebih cepat memuai dibandingkan logam b, sehingga bimetal tersebut akan melengkung
103 5
Sebuah balon berisi 4000cm3 udara berada pada ruangan yang bersuhu 25oC. balon tersebut dibawa ke suatu tempat yang bersuhu 40oC. Jika koefisien muai volum udara adalah 0,00367/oC, berapakah volume balon saat ini… Jawaban : b. 4220,2cm3
Ditanyakan volume balon setelah dipanaskan.. 𝑉 = 𝑉𝑜 (1 + 𝛾 ∆𝑇) 𝑉 = 4000(1 + 0.00367 (40 − 25) 𝑉 = 4220,2𝑐𝑚3
6
Perhatikan gambar di bawah ini!
Air panas akan membuat air yang bersuhu normal yang berada di dalam botol mengalami kenaikan suhu, sehingga air tersebut akan memuai. Pertambahan volume air yang terjadi akan membuat air tersebut tumpah (keluar dari sedotan kecil tersebut)
Air biasa Air panas
7
Pada gambar tersebut, terlihat sebuah botol yang diberi sedotan kecil berisi air biasa, di masukkan ke dalam wadah yang berisi air panas, maka air akan keluar melalaui sedotan kecil tersebut. Hal apa yang menyebabkan peristiwa tersebut… Jawaban : a. Air yang ada di dalam botol memuai Perhatikan tabel di bawah ini ! Bahan
Panjang awal
Pyrex Aluminium Tembaga Besi
1,5 m 1,5 m 2m 2m
Koefisien muai panjang () 0.000032/ oC 0.000024/ oC 0.000017/ oC 0.000012/ oC
Jika masing-masing bahan dipanaskan dari suhu 0oC hingga 100oC, pertambahan panjang karena proses pemuaian dari yang paling besar hingga terkecil adalah…. Jawaban : c. pyrex, aluminium, tembaga, besi
Pyrex ∆𝑙 = 𝑙𝑜 𝛼 ∆𝑇 ∆𝑙 = 1.5 0.000032 (120 − 0) ∆𝑙 = 0.00576m Aluminium ∆𝑙 = 𝑙𝑜 𝛼 ∆𝑇 ∆𝑙 = 1.5 0.000024 (120 − 0) ∆𝑙 = 0.0045m Tembaga ∆𝑙 = 𝑙𝑜 𝛼 ∆𝑇 ∆𝑙 = 2 0.000017 (120 − 0) ∆𝑙 = 0.00408m Besi ∆𝑙 = 𝑙𝑜 𝛼 ∆𝑇 ∆𝑙 = 2 0.000012 (120 − 0) ∆𝑙 = 0.00288m
104 8
9
10
Perhatikan gambar di bawah ini!
Saat dimasukkan ke dalam air, bagian atas botol masih mengalami pemuaian tetapi bagian bawah tidak mengalami pemuaian, sehingga terjadi perubahan Dimasukka luas bagian dalam dan luar n ke dalam botol pada botol bagian atas air dan bawah, sehingga botol akan menjadi 2 bagian. Apabila bagian bawah botol yang diikat dengan tali dimasukkan ke dalam air, apa yang akan terjadi… Jawaban : c. Botol akan terbelah menjadi dua bagian karena mengalami pemuaian akibat dipanaskan Berdasarkan hasil dari kegiatan eksperimen, Alkohol memiliki koefisien diperoleh hasil bahwa minyak goreng akan muai volume yang lebih lebih cepat memuai dibandingkan dengan besar dibandingkan air, air. Hal tersebut disebabkan karena…. sehingga alkohol lebih cepat Jawaban : b. Koefisien muai volume mamuai dibandingkan minyak goreng lebih besar dibandingkan air dengan air Perhatikan gambar di bawah ini!
Gambar tersebut menunjukan peristiwa…. Jawaban : dampak negative pemuaian zat padat 11
Pernyataan di bawah ini yang bukan merupakan solusi dari permasalahan akibat pemuaian adalah…. Jawaban : d. mengukur suhu tubuh manusia
12
Peristiwa yang tidak menunjukkan terjadinya pemuaian gas jika dipanaskan adalah…. Jawaban: c. layang-layang terbang karena tertiup angin
Fenomena tersebut merupakan salah satu dampak negative pemuaian, jika gelas kaca mengalami perubahan suhu secara tibatiba, gelas tersebut akan mengalami pemuaian secara cepat (pada bagian dalam gelas), sehingga luas permukaan bagian dalam akan bertambah lebih cepat dibandingkan dengan bagian permukaan luar, sehingga gelas tersebut akan pecah Pernyataan a c adalah solusi dari permasalahan akibat pemuaian, sedangkan pernyataan d adalah manfaat dari pemuaian Pada peristiwa terbangnya layang-layang tidak menggunakan prinsip kerja pemuaian
105 13
14
Hal yang dapat dilakukan untuk Apabila lubang kuningan memasukkan koin ke dalam lubang tersebut dipanaskan, maka kuningan tanpa menggunakan alat lainnya kuningan tersebut akan adalah…. memuai dan uang koin tersebut dapat memasuki Rp 100 kuningan gtersebut
Jawaban : b. memanaskan lubang kuningan Pemuaian zat cair tidak bergantung pada…. Jawaban : a. massa zat cair
15
Pernyataan di bawah ini yang dapat memperbesar pemuaian volum gas…. c. memperbesar perubahan suhu
16
17
Sebuah lempeng kuningan dengan luas 16cm2 memiliki suhu mula-mula 30oC. Kuningan tersebut dipanaskan hingga bersuhu 80oC. ( kuningan = 0,000018/oC), berapakah luas kuningan saat ini…. Jawaban : c. 16,0288cm2 Perhatikan gambar di bawah!
18
Gambar tersebut memanfaatkan prinsip kerja…. Jawaban : a. pemuaian zat cair Roket alkohol menggnakan prinsip kerja….
Jawaban : a. pemuaian gas
Massa tidak mengalami perubahan saat benda dipanaskan Ketika kenaikan suhunya diperbesar, maka pemuaian volume akan menjadi lebih besar 𝐴 = 𝐴𝑜 (1 + 𝛽 ∆𝑇) 𝐴= 16[1 + 0,000018 (80 − 30)] 𝐴 = 16,0288cm2 Thermometer menggunakan prinsip kerja pemuaian zat cair
Apabila alkohol dipanaskan, maka udara dalam botol akan menjadi panas dan mengalami pemuaian, sehingga udara dalam botol akan mengalami pertambahan volume dan menekan keluar, sehingga botol dapat meluncur
106 19
Perhatikan gambar berikut!
Untuk mencegah dampah negatif pemuaian zat padat
Gambar tersebut adalah sambungan pada jembatan beton, celah tersebut bertujuan untuk…. Jawaban : d. Mencegah keretakan jalan pada jembatan jika terjadi pemuaian 20
Kerosene(minyak tanah) memiliki koefisien muai volume sebesar 0,0012/oC. pada suhu 30oC volume gliserin adalah 1 liter. Berapakan volum kerosen setelah suhunya dinaikkan menjadi 90 oC…. liter Jawaban : d. 1,072
𝑉 = 𝑉𝑜 (1 + 𝛾 ∆𝑇) 𝑉 = 1[1 + 0,0012 90 −
30] 𝑉 = 1,072liter
Lampiran 6
107
INDIKATOR CURIOSITY C. Standar Kompetensi Memahami wujud zat dan perubahannya. D. Kompetensi Dasar Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan seharihari.
No.
Indikator Curiosity
1
Antusias mencari jawaban pada tahap kerja kelompok
2
Fokus pada objek yang diamati
3
Fokus saat kegiatan eksperimen
4
Menanyakan setiap langkah kegiatan
5
Bertanya kepada guru dan teman tentang materi pemuaian
6
Mengajukan pertanyaan kepada guru mengenai peristiwa yang pernah diamati yang berhubungan dengan materi pemuaian
Lampiran 7
108
KISI-KISI LEMBAR ANGKET CURIOSITY SISWA E. Standar Kompetensi Memahami wujud zat dan perubahannya. F. Kompetensi Dasar Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.
No.
Nomor butir
Indikator Curiosity
Positif
Negatif
1
Antusias mencari jawaban
4, 13
16
2
Perhatian (fokus) pada objek yang diamati
1, 3, 6
2
3
Antusias pada proses sains
7, 11
5, 8,
4
Menanyakan setiap langkah kegiatan
9
10
5
Bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaran
12
15
6
Mengajukan pertanyaan kepada guru mengenai peristiwa yang pernah diamati yang berhubungan dengan materi
14
pemuaian
Jumlah
10
6
Keterangan skor pernyataan: Positif
Negatif
SS (Sangat Setuju)
:4
SS (Sangat Setuju)
:1
S (Setuju)
:3
S (Setuju)
:2
TS (Tidak Setuju)
:2
TS (Tidak Setuju)
:3
STS (Sangat Tidak Setuju)
:1
STS
(Sangat
Tidak : 4
Setuju) Nilai yang diperoleh: 𝑃=
𝑆 (𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘) 𝑥 100% 𝑁 (𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙)
Hasil tersebut ditafsirkan dengan rentang kualitatif sebagai berikut (Arikunto, 2002: 245): 80% ≤ P ≤ 100%
= baik sekali
66% ≤ P ≤ 79%
= baik
56% ≤ P ≤ 65% = cukup 40% ≤ P ≤ 55% = kurang
P ≤ 39%
= gagal
A. Standar Kompetensi Memahami wujud zat dan perubahannya
Lampiran 8
KRITERIA PENILAIAN LEMBAR OBSERVASI CURIOSITY SISWA
B. Kompetensi Dasar Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari No 1
Indikator Curiosity Antusias mencari jawaban
Skor 4
pada tahap kerja kelompok
Kriteria - Aktif mencari jawaban dari beberapa sumber (LKS sekolah, buku referensi, internet) dan berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk menemukan jawaban
3
- Mencari jawaban dari beberapa sumber (LKS sekolah, buku referensi) dan jarang berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk menemukan jawaban
2
- Kurang aktif mencari jawaban dari beberapa sumber (hanya dari LKS sekolah) dan jarang berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk menemukan jawaban
1
- Tidak mau mencari jawaban dan tidak berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk menemukan jawaban
2
Fokus pada objek yang
4
diamati
- Memperhatikan objek yang diamati saat kegiatan eksperimen dan memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan
3
- Memperhatikan objek yang diamati saat kegiatan eksperimen dan memperoleh hasil 109
kurang sesuai dengan yang diharapkan
2
- Kurang memperhatikan objek yang diamati saat kegiatan eksperimen dan memperoleh hasil kurang sesuai dengan yang diharapkan
1
- Tidak memperhatikan objek yang diamati saat kegiatan eksperimen dan memperoleh hasil tidak sesuai dengan yang diharapkan
3
Fokus saat kegiatan
4
eksperimen
- Memperhatikan prosedur kerja dan melakukan eksperimen secara berkelompok dengan baik/ tidak bermain-main saat melakukan eksperimen
3
- Memperhatikan prosedur kerja dan melakukan eksperimen secara berkelompok dengan kurang baik/ terkadang masih senang bermain saat kegiatan eksperimen
2
- Kurang memperhatikan prosedur kerja dan melakukan eksperimen secara berkelompok dengan kurang baik
1
- Tidak memperhatikan prosedur kerja dan melakukan eksperimen secara berkelompok tidak sesuai prosedur
4
Menanyakan setiap langkah
4
kegiatan
- Mengajukan pertanyaan pada guru dan teman mengenai prosedur kerja kelompok dan pertanyaan yang disampaikan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan
3
- Mengajukan pertanyaan pada guru dan teman mengenai prosedur kerja kelompok dan pertanyaan yang disampaikan kurang sesuai dengan kegiatan yang dilakukan - Mengajukan pertanyaan hanya pada teman mengenai prosedur kerja kelompok
1
- Tidak pernah mengajukan pertanyaan pada guru maupun teman mengenai prosedur kerja kelompok
110
2
5
Bertanya kepada guru dan
4
teman tentang materi pemuaian
- Mengajukan pertanyaan pada guru dan teman untuk memperoleh penjelasan mengenai materi pemuaian serta pertanyaan yang diberikan sesuai dengan materi
3
- Mengajukan pertanyaan pada guru dan teman untuk memperoleh penjelasan mengenai materi pemuaian serta pertanyaan yang diberikan kurang sesuai dengan materi
2
- Hanya bertanya kepada teman untuk memperoleh penjelasan mengenai materi pemuaian
6
Mengajukan pertanyaan
1
- Tidak pernah mengajukan pertanyaan kepada guru maupun teman
4
- Aktif bertanya dan mengemukakan pendapat serta apa yang disampaikan tepat baik
mengenai peristiwa yang pernah diamati yang
dalam kegiatan kelompok maupun diskusi kelas 3
berhubungan dengan materi pemuaian
- Aktif bertanya dan mengemukakan pendapat serta apa yang disampaikan kurang tepat baik dalam kegiatan kelompok maupun diskusi kelas
2
- Kurang aktif bertanya dan mengemukakan pendapat, namun pernah melakukannya walau hanya sekali.
1
- Tidak aktif bertanya dan tidak pernah mengemukakan pendapat dalam kegiatan kelompok maupun diskusi kelas
111
Lampiran 9
112
LEMBAR SKALA SIKAP
Nama :
Kelas :
No. Absen :
Aspek Siswa : Curiosity (Rasa Ingin Tahu) Waktu
: 15 menit
Petunjuk 1. Angket ini hanya untuk kepentingan ilmiah dan tidak akan berpengaruh terhadap reputasi maupun nilai Kamu di sekolah ini (silakan mengisi dengan sejujur-jujurnya dan sebenar-benarnya berdasarkan pikiran Kamu dan sesuai dengan yang Kamu alami). 2. Tulislah nama dan nomor urut Kamu di sudut kanan atas pada lembar jawaban. 3. Bacalah setiap nomor dengan seksama. 4. Tuliskan pendapat Anda terhadap setiap pernyataan dengan cara memberikan tanda centang/check ( √ ) pada kolom yang sesuai. Keterangan : SS = Sangat Setuju S = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju No.
Pertanyaan
1
Saya merasa materi fisika sangat menarik dan menumbuhkan rasa ingin tahu karena banyak berkaitan dengan kejadian di lingkungan sekitar
2
Saya tidak tertarik pada pelajaran fisika, karena membosankan dan berupa rumus-rumus
3
Pembelajaran fisika dengan diawali demonstrasi membuat saya semakin tertarik pada pelajaran fisika
4
Pemberian demonstrasi tentang salah satu materi yang akan disampaikan dapat membuat saya semakin penasaran mengenai materi yang akan disampaikan
5
Saya lebih senang diterangkan daripada kegiatan eksperimen dan kerja kelompok
SS
S
TS
STS
113 6
Kurang memperharikan kegiatan saat pelajaran dapat membuat pelajaran fisika menjadi sulit
7
Saya sangat senang dengan kegiatan eksperimen karena dapat memperjelas materi fisika yang sedang dipelajari
8
Kegiatan eksperimen menurut saya sangat membosankan, karena hanya membuang-buang waktu saja
9
Saya selalu bertanya kepada guru ketika tidak mengerti mengenai langkah kerja saat kegiatan kelompok
10
Saya lebih senang diam dan membiarkan teman satu kelompok yang melakukan kerja kelompok
11
Kegiatan diskusi kelas dapat meningkatkan ketertarikan saya dalam pembahasan materi fisika
12
Saya selalu ingin bertanya pada guru mengenai penjelasan guru yang belum saya mengerti
13
Mencari artikel di internet dapat menambah wawasan dan informasi saya mengenai materi pelajaran di sekolah
14
Saya selalu menanyakan penerapan materi pelajaran yang disampaikan pada kehidupan sehari-hari
15
Saya lebih senang mengerjakan tugas sendiri dari pada berdiskusi dengan teman
16
Saya mencari acara televisi lainnya ketika channel yang saya saksikan sedang menayangkan program pengetahuan
terimakasih
Lampiran 10
114
NILAI ULANGAN AKHIR SEMESTER Mata Pelajaran :IPA Kelas/Semester : VII/ 1 Tahun Pelajaran : 2012/2013 No. Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Rata-rata Varians
NILAI UJIAN TENGAH SEMESTER 7A 7B 7C 7D 86 88 87 85 86 88 82 90 87 87 83 88 88 83 87 85 89 84 81 88 86 90 86 85 86 86 83 84 80 88 86 91 86 85 86 90 90 87 86 83 84 85 83 84 86 85 90 87 83 84 83 89 87 85 88 82 85 90 92 85 91 89 84 84 85 85 89 90 86 87 80 83 86 84 84 86 86 80 90 85 88 90 80 87 87 83 86 84 91 86 83 85 81 80 87 81 83 83 89 83 90 84 85 80 85 83 86.11 85.62 85.38 85.54 7.28 7.53 10.01 8.50
Lampiran 11
115
UJI NORMALITAS NILAI UAS KELAS 7A Hipotesis Ho : data berdistribusi normal Ha : data berdistribusi tidak normal Pengujian Hipotesis Menggunakan rumus
= 2
k
(Oi E i )2
i =1
Ei
å
Kriteria Ho diterima jika 2hitung < 2tabel Pengujian Hipotesis Nilai maksimal 91.00 Nilai minimal 80.00 Rentang 11 Banyak Kelas 6 Kelas Interval 80 82 84 86 88 90 92
-
81 83 85 87 89 91 93
Batas Kelas 79.50 81.40 83.31 85.21 87.12 89.02 91.50
Panjang kelas Rata-rata s n Z untuk batas kelas -2.45 -1.74 -1.04 -0.33 0.37 1.08 2.00
Peluang untuk Z 0.49 0.46 0.35 0.13 0.15 0.36 0.48
2 86.11 2.70 28 Luas untuk Z 0.03 0.11 0.22 0.28 0.21 0.12 0.48
Ei
Oi
0.94 2 3.06 3 6.17 4 7.72 12 5.99 3 3.28 4
(Oi-Ei)² Ei 1.20 0.00 0.76 2.37 1.49 0.16
2 = Untuk a = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh c² tabel =
5.99
11.07
11.07
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
5.99
116 UJI NORMALITAS NILAI UAS KELAS 7B Hipotesis Ho : data berdistribusi normal data berdistribusi tidak Ha : normal Pengujian Hipotesis Menggunakan rumus
= 2
k
(Oi E i )2
i =1
Ei
å
Kriteria Ho diterima jika 2hitung < 2tabel Pengujian Hipotesis Nilai maksimal 90.00 Nilai minimal 80.00 Rentang 10 Banyak Kelas 6 Kelas Interval 80 82 84 85 87 89 91
-
81 83 84 86 88 90 91
Panjang kelas Rata-rata s n
Batas Z untuk Kelas batas kelas 79.50 -2.23 81.26 -1.59 83.03 -0.94 84.79 -0.30 86.56 0.34 88.32 0.99 90.08 1.63
Peluang Luas untuk Z untuk Z 0.49 0.04 0.44 0.12 0.33 0.21 0.12 0.25 0.13 0.20 0.34 0.11 0.45 0.45
2 85.62 2.74 26 Ei
Oi
1.22 3.26 5.86 7.06 5.71 3.09
2 3 9 5 4 3
2 =
(Oi-Ei)² Ei 0.50 0.02 1.69 0.60 0.51 0.00 3.32
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel = 11.07
3.32
11.07
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
117
UJI NORMALITAS NILAI UAS KELAS 7C Hipotesis Ho : data berdistribusi normal data berdistribusi tidak Ha : normal Pengujian Hipotesis Menggunakan rumus
2 =
k
(Oi E i )2
i =1
Ei
å
Kriteria Ho diterima jika 2hitung < 2tabel Pengujian Hipotesis Nilai maksimal 92.00 Nilai minimal 80.00 Rentang 12 Banyak Kelas 6 Kelas Interval 80 82 84 86 88 91 93
-
81 83 85 87 90 92 94
Batas Kelas 79.50 81.62 83.73 85.85 87.97 90.08 92.20
Panjang kelas Rata-rata s n Z untuk batas kelas -1.86 -1.19 -0.52 0.15 0.82 1.49 2.15
Peluang untuk Z 0.47 0.38 0.20 0.06 0.29 0.43 0.48
2 85.38 3.16 26
Luas untuk Z 0.09 0.18 0.26 0.23 0.14 0.05 0.48
Ei
Oi
2.39 5.15 7.21 6.56 3.88 1.49
3 6 3 8 3 3
2 =
(OiEi)² Ei 0.16 0.14 2.46 0.32 0.20 1.54 4.81
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel = 11.07
4.81 11.07 Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
118
UJI NORMALITAS NILAI UAS KELAS 7D Hipotesis Ho : data berdistribusi normal data berdistribusi tidak Ha : normal Pengujian Hipotesis Menggunakan rumus
= 2
k
(Oi E i )2
i =1
Ei
å
Kriteria Ho diterima jika 2hitung < 2tabel Pengujian Hipotesis Nilai maksimal 91.00 Nilai minimal 80.00 Rentang 11 Banyak Kelas 6 Kelas Interval 80 82 84 86 88 90 92
-
81 83 85 87 89 91 93
Batas Kelas 79.50 81.44 83.38 85.32 87.26 89.20 91.14
Panjang kelas Rata-rata s n Z untuk batas kelas -2.07 -1.41 -0.74 -0.07 0.59 1.26 1.92
Peluang untuk Z 0.48 0.42 0.27 0.03 0.22 0.40 0.47
2 85.54 2.92 26
Luas untuk Z 0.06 0.15 0.24 0.25 0.17 0.08 0.47
Ei
Oi
1.70 2 4.19 4 6.74 10 7.07 3 4.84 3 2.16 4
(OiEi)² Ei 0.05 0.01 1.58 2.34 0.70 1.57
2 = Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel = 11.07
6.25 11.07 Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
6.25
Lampiran 12
119 UJI HOMOGENITAS POPULASI
Pengujian Hipotesis Hipotesis : Ho : 1 = 2 = 3 = Ha : 1 ≠ 2 ≠ 3 ≠ Kriteria : Ho diterima jika, 2hitung < 2tabel
2(1-)(k1)
Kelas VIII-A VIII-B VIII-C VIII-D
ni 28 26 26 26
dk = ni1 27 25 25 25
Jumlah
106
102
s2 =
7.28 7.53 10.01 8.50
(dk) si2 196.68 188.15 250.15 212.46
log 0.86 0.88 1.00 0.93
(dk) log si2 23.28 21.91 25.01 23.23
33.32
847.45
3.67
93.44
si2
(ni 1) si2 (ni 1)
si2
B = (log s2) (ni ) B = (log 8,308) (102)
s2 =
847.45 102
s2 =
8.308
B = 93.790
2 = (ln 10) {B (ni 1) log si2} 2 = 0.809 Untuk = 5% dengan dk = k-1 = 4-1 = 3 diperoleh 2tabel = Karena 2hitung < 2tabel Jadi, populasi mempunyai varians yang sama (homogen)
0.809
7,815
7.815
Lampiran 13
120
Lembar Kerja Individu Pemuaian Zat Padat Masalah :
waktu : 15 menit
Gambar a Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut inipada lembar yang telah disediakan! 1. Suatu ketika, jika kita ingin memasukkan barang berukuran lebih besar dibandingkan lubang pada mulut botol, langkah yang dapat dilakukan adalah dengan kegiatan pada gambar a. Setelah tali dibakar bagian bawah botol dimasukkan ke dalam air dan botol akan terbelah. Menurutmu apa yang menyebabkan peristiwa tersebut? Jelaskan pendapatmu! ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. Pada siang hari yang sangat panas, kabel litrik yang ada di tepi jalan terlihat melengkung padahal pada malam hari kabel tersebut terlihat lurus. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… Rp 100
Gambar b
logam
121 3. Dengan memperhatikan gambar b, hal apa yang dapat dilakukan agar koin tersebut dapat memasuki lubang kuningan tersebut? Berikan pendapatmu! ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… Rp 100
logam
Gambar c 4. Berdasarkan hal yang dilakukan sesuai dengan gambar c, kemungkinan apa yang bisa terjadi pada koin ketika dimasukkan ke dalam lubang tersebut? Kemukakan pendapat kalian! ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
no success without effort ………………………… ………………………… ………………………… …………………………
122
Lembar Kerja Individu Pemuaian Zat Cair Masalah :
waktu : 15 menit
Perhatikanlah penjelasan yang disampaikan oleh Guru di depan kelas mengenai termometer!
Gambar a Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut inipada lembar yang telah disediakan! 1. Apa kegunaan dari thermometer? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. Zat apa yang ada didalam thermometer? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 3. Bagaimana prinsip kerja thermometer? Jelaskan dengan konsep fisika yang kamu pahami! ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
Air
minyak
Air panas Gambar b
123 4. Perhatikan gambar b, apa yang akan terjadi pada air dan minyak apabila botol yang berisi air dan minyak dimasukkan ke dalam baskom yang berisi air panas?
Kemukakan
pendapatmu
dan
berikan
alasannya!
………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 5. Perbedaan apa yang terjadi antara botol yang berisi air dan botol yang berisi minyak? Kemukakan pendapatmu dan berikan alasannya! ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
no success without effort ………………………… ………………………… ………………………… …………………………
124
Lembar Kerja Individu Pemuaian Gas Masalah :
waktu : 15 menit
Perhatikanlah penjelasan yang disampaikan oleh Guru di depan kelas mengenai roket alkohol!
Gambar a Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut inipada lembar yang telah disediakan! 1. Setelah memperhatikan demonstrasi yang dilakukan oleh Guru dengan roket alkohol, bagaimana kalian dapat menjelaskan roket tersebut dapat meluncur? Jelaskan sesuai dengan pengetahuan yang kalian miliki! ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. Apa yang terjadi pada udara yang ada di dalam roket tersebut? ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
Botol koson g Air panas Gambar b
125 3. Perhatikan gambar b, apa yang terjadi pada balon jika balon tersebut dipasang pada botol kosong, kemudian botol kosong tersebut dimasukkan ke dalam baskom berisi air panas? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. Setalah beberapa saat botol tersebut disiram dengan air dingin. Apa yang terjadi? Kemukakan hipotesis (jawaban sementara) kalian dan berikan alasannya! ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
no success without effort ………………………… ………………………… ………………………… …………………………
Lampiran 14
126
Lembar Kerja Kelompok Pemuaian Zat Padat Kelompok
: …………………………
Kelas
: …………………………
waktu : 30 menit
Bahan Kegiatan 1 1. Uang koin
1 buah
2. Lempeng kuningan
1 buah
3. Pembakar spiritus
1 buah
4. Penjepit kayu
1 buah
Kegiatan 2 1. Gambar sambungan pada rel kereta api
Permasalahan 1. Dapatkah kamu memasukkan uang koin kedalam lubang yang lebih sempit tanpa mengubah ukuran lubang atau koin tersebut? ……………………………………………………………………………………………… 2. Pada sambungan rel kereta api, mengapa pada sambungan tersebut diberi sedikit celah? ……………………………………………………………………………………………… Prosedur Kerja Kelompok Kegiatan 1 Untuk menjawab permasalahan yang diberikan, lakukan percobaan berikut: Rp 100
a) Letakkan uang logam diatas lubang kuningan yang telah diberi penjepit kayu, kemudian coba masukkan koin ke dalam lubang yang lebih sempit tersebut (lihat gambar). Apakah koin tersebut dapat memasuki lubang logam kuningan tersebut? …………………………………………………………………………………………(1)
127 b) Ambil koin tersebut dari lubang kuningan, kemudian panaskan kuningan tersebut dengan pembakar spiritus (pembakaran 2 menit). Masukkan kembali koin tersebut ke dalam lubang kuningan. (lakukan beberapa kali dan berhati-hatilah).
c) Apa yang terjadi dingan koin tersebut setelah kuningan dipanaskan? Jelaskan jawabannya! …………………………………………………………………………………………(2)
Kegiatan 2 Untuk menjawab permasalahan pertama yang diberikan, amatilah gambar berikut:
a) Mengapa pada sambungan rel kereta api tersebut diberikan sedikit celah? …………………………………………………………………………………………(3) b) Menurut kalian, apa yang terjadi jika pada sambungan rel tersebut tidak diberikan sedikit celah? Jelaskan jawaban kalian menurut konsep fisika yang kalian pahami! …………………………………………………………………………………………(4)
128 c) Apa yang dapat kalian simpulkan dari hasil kegiatan tersebut? …………………………………………………………………………………………(5) Pertanyaan diskusi! -
Diskusikan hasil pengamatan kelompok kalian, kemudian tuliskan jawaban tersebut pada lembar yang telah disediakan!
-
Bersadarkan hasil pengamatan yang telah kalian lakukan, berikan satu contoh lain dalam kehidupan sehari-hari yang memanfaatkan konsep tersebut serta jelaskanlah penerapan konsepnya! (6)
129
Lembar Kerja Kelompok Pemuaian Zat Cair Kelompok
: …………………………
Kelas
: …………………………
waktu : 30 menit
Bahan Kegiatan 1 1. Botol kecil
2 buah
2. Sedotan kecil
2 buah
3. Air
1 botol
4. Minya goreng
1 botol
5. Baskom
1 buah
6. Air panas
secukupnya
Kegiatan 2 Peristiwa merebus air Permasalahan 1. Bagaimana caranya untuk mengeluarkan cairan yang ada di dalam botol tampa harus membuka botol atau menyedot cairan tersebut? ……………………………………………………………………………………………… 2. Saat merebus air atau memasak sayur yang terlalu penuh, air dapat tumpah. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? ……………………………………………………………………………………………… Prosedur Kerja Kelompok Kegiatan 1 Untuk menjawab permasalahan yang diberikan, lakukan percobaan berikut:
Air
Minyak goreng
a) Masing-masing botol yang telah disediakan diisi degan air yng diberi warna merah dan botol yang lain dengan minyak goreng, tutup kedua botol dengan sumbat karet yang telah dilubangi bagian tengahnya serta masukkan sedotan kecil ke dalam lubang botol tersebut!
130 Coba balik botol tersebut apakan cairan yang ada di dalam botol dapat tumpah? …………………………………………………………………………………………(1) b) Coba letakkan kedua botol ke dalam wadah yang berisi air panas? Amati perubahan yang terjadi! …………………………………………………………………………………………(2) c) Perbedaan apa yang terjadi antara botol yang berisi minyak dan botol yang berisi air biasa? Berikan pendapat kalian dan tuliskan alasannya! …………………………………………………………………………………………(3)
minyak
Air Air panas
Kegiatan 2 Untuk menjawab permasalahan pertama yang diberikan, amatilah peristiwa berikut: Merebus air dalam keadaan penuh d) Ketika merebus air atau sayur dalam panci dengan keadan air yang sangat penuh, jika air telah mendidih maka akan terjadi air tumpah dan membuat tutup terangkat. Menurut kalian apa yang terjadi pada air tersebut? Kemukakan pendapat kalian dan berikan alasannya sesuai dengan konsep fisika yang kalian pahami! …………………………………………………………………………………………(4) e) Apa yang dapat kalian simpulkan dari hasil pegamatan tersebut? …………………………………………………………………………………………(5) Pertanyaan diskusi! -
Diskusikan hasil pengamatan kelompok kalian, kemudian tuliskan jawaban tersebut pada lembar yang telah disediakan!
-
Berikan contoh lain dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan prinsip pemuaian zat cair! (6)
131 Lembar Kerja Kelompok Pemuaian Gas Kelompok
: …………………………
Kelas
: …………………………
waktu : 30 menit
Bahan Kegiatan 1 7. Botol
1 buah
8. Balon
1 buah
9. Baskom
1 buah
10. Air panas
secukupnya
Kegiatan 2 -
Balon
Permasalahan 1. Bagaimana caranya untuk meniup balon tanpa kita tiup atau menggunakan pompa? ……………………………………………………………………………………………… 2. Apa yang akan terjadi pada balon apabila dipanaskan? ……………………………………………………………………………………………… Prosedur Kerja Kelompok Kegiatan 1 Untuk menjawab permasalahan yang diberikan, lakukan percobaan berikut:
Botol kosong
Air panas
Botol kosong
Air panas
a) Perhatikan gambar di atas, apa yang terjadi pada balon jika balon tersebut dipasang pada botol kosong besar dan kecil, kemudian botol kosong tersebut dimasukkan ke dalam baskom berisi air panas? …………………………………………………………………………………………(1) b) Apa perbedaan yang terjadi pada kedua botol setelah direndam dalam air panas selama 2
132 menit? …………………………………………………………………………………………(2) c) Setalah beberapa saat botol tersebut disiram dengan air dingin. Apa yang terjadi? Kemukakan pendapat kalian dan berikan alasannya! …………………………………………………………………………………………(3)
Kegiatan 2 Untuk menjawab permasalahan pertama yang diberikan, perhatikan kegiatan berikut!
Balon
(dilakukan oleh guru/ demonstrasi) d) Apa yang terjadi jika balon tersebut dipanaskan? Jelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi! …………………………………………………………………………………………(4) e) Apa yang dapat kalian simpulkan dari hasil pegamatan tersebut? …………………………………………………………………………………………(5)
Pertanyaan diskusi! -
Diskusikan hasil pengamatan kelompok kalian, kemudian tuliskan jawaban tersebut pada lembar yang telah disediakan!
-
Bersadarkan hasil pengamatan yang telah kalian lakukan, berikan contoh lain dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan konsep pemuaian gas serta jelaskanlah penerapan konsepnya! (sebutkan kerugian dan manfaat dari proses pemuaian gas dalam kehidupan sehari-hari) (6)
Lampiran 15
133
Lembar Kerja Kelompok Pemuaian Zat Padat Kelompok
: …………………………
Kelas
: …………………………
Anggota
: …………………………
waktu : 20 menit
………………………… ………………………… ………………………… Bahan 1. Uang koin
1 buah
2. Lempeng kuningan
1 buah
3. Pembakar spiritus
1 buah
4. Penjepit kayu
1 buah
Prosedur Kerja Kelompok Rp 100
d) Letakkan uang logam diatas lubang kuningan yang telah diberi penjepit kayu, kemudian coba masukkan koin ke dalam lubang yang lebih sempit tersebut (lihat gambar). Apakah koin tersebut dapat memasuki lubang logam kuningan tersebut dengan mudah? …………………………………………………………………………………………(1) e) Ambil koin tersebut dari lubang kuningan, kemudian panaskan kuningan tersebut dengan pembakar spiritus (pembakaran 2 menit). Masukkan kembali koin tersebut ke dalam lubang kuningan. (lakukan beberapa kali dan berhati-hatilah).
f) Apa yang terjadi dengan koin tersebut setelah kuningan dipanaskan? Jelaskan jawabannya! …………………………………………………………………………………………(2)
134 g) Setelah beberapa saat biarkan suhu kuningan kembali ke keadaan awal, kemudian coba masukkan kembali koin tersebut, apa yang terjadi? Jelaskan pendapat kalian! ……………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………(3) h) Berdasarkan teori yang telah kalian pelajari, jelaskan peristiwa apa yang terjadi pada hasil pengamatan kalian! ……………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………(4) i) Bersadarkan hasil pengamatan yang telah kalian lakukan, berikan contoh lain dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan konsep pemuaian zat padat serta jelaskanlah penerapan konsepnya! ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………(5)
135
Lembar Kerja Kelompok Pemuaian Zat Cair Kelompok
: …………………………
Kelas
: …………………………
Anggota
: …………………………
waktu : 20 menit
………………………… ………………………… ………………………… Bahan 1. Botol kecil
2 buah
2. Sedotan kecil
2 buah
3. Air
1 botol
4. Minya goreng
1 botol
5. Baskom
1 buah
6. Air panas
secukupnya
Prosedur Kerja Kelompok
Air
Minyak goreng
a) Isilan dua buah botol, botol pertama air biasa yang telah diberi warna merah, dan botol kedua dengan minyak goreng. b) Masing-masing botol yang telah disediakan diisi degan air yang diberi warna merah dan botol yang lain dengan minyak goreng, tutup kedua botol dengan sumbat karet yang telah dilubangi bagian tengahnya serta masukkan sedotan kecil ke dalam lubang botol tersebut! Coba balik botol tersebut apakan cairan yang ada di dalam botol dapat tumpah? …………………………………………………………………………………………(1) c) Coba letakkan kedua botol ke dalam wadah yang berisi air panas? Amati perubahan yang terjadi!
136
minyak
Air Air panas
……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… d) Perbedaan apa yang terjadi antara botol yang berisi minyak dan botol yang berisi air biasa? Berikan pendapat kalian dan tuliskan alasannya! ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………(2) e) Berdasarkan teori yang telah kalian pelajari, jelaskan peristiwa apa yang terjadi pada hasil pengamatan kalian! ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………(3) f) Berikan beberapa contoh penerapan peristiwa yang kalian amati dalam kehidupan seharihari! (sebutkan manfaat dan kerugiannya) ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………(4)
137
Lembar Kerja Kelompok Pemuaian Gas Kelompok
: …………………………
Kelas
: …………………………
Anggota
: …………………………
waktu : 20 menit
………………………… ………………………… ………………………… Bahan 1. Botol
1 buah
2. Balon
1 buah
3. Baskom
1 buah
4. Air panas
secukupnya
Prosedur Kerja Kelompok
Botol kosong Botol kosong
Air panas
Air panas
a) Tutupkan balon pada lubang atas botol kosong (botol besar dan kecil). b) Masukkan botol kosong yang telah ditutup dengan balon tersebut ke dalam wadah yang berisi air panas. c) Amati selama beberapa waktu, perhatikan perubahan yang terjadi. Apa yang terjadi pada balon jika balon tersebut dipasang pada botol kosong, kemudian botol kosong tersebut dimasukkan ke dalam baskom berisi air panas? ……………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………(1) d) Apakah terjadi perbedaan antara botol kecil dan botol besar? Jika terjadi perbedaan jelaskan mengapa bisa demikian!
138 ……………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………(2) e) Setalah beberapa saat botol tersebut disiram dengan air dingin. Perubahan apa yang terjadi? Kemukakan pendapat kalian dan berikan alasannya! ……………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………(3) f) Berdasarkan teori yang telah kalian pelajari, jelaskan peristiwa apa yang terjadi pada hasil pengamatan kalian! ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………(4) g) Bersadarkan hasil pengamatan yang telah kalian lakukan, berikan contoh lain dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan konsep yang sesuai dengan hasil pengamatan serta jelaskanlah penerapan konsepnya! (sebutkan kerugian dan manfaat dari proses pemuaian zat gas dalam kehidupan sehari-hari) ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………(5)
Lampiran 16
139 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN Satuan Pendidikan
: SMP N 2 Kudus
Mata Pelajaran
: IPA-Fisika
Pokok Bahasan
: Pemuaian
Kelas/ Semester
: VII/ 2
Alokasi Waktu
: 2 40 menit
Pertemuan
:I
A. Standar Kompetensi -
Memahami wujud zat dan perubahannya
B. Kompetensi Dasar -
Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari
C. Indikator 1. Kognitif a. Produk
Mengamati proses pemuaian zat padat dari kegiatan demonstrasi yang dilakukan guru
Melakukan
percobaan
sederhana
untuk
menunjukkan
terjadinya pemuaian zat padat
Menerapan prinsip pemuaian zat padat dalam kehidupan sehari-hari
b. Proses Melakukan percobaan untuk mengamati pemuaian pada zat padat 2. Afektif a. Karakter : rasa ingin tahu (curiosity) b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) D. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif a. Produk
Siswa dapat mengamati proses pemuaian zat padat dari kegiatan demonstrasi yang dilakukan guru
140
Siswa
dapat
melakukan
percobaan
sederhana
untuk
menunjukkan terjadinya pemuaian zat padat
Siswa dapat menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat padat dalam kehidupan sehari-hari
b. Proses Disediakan seperangkat alat percobaan pemuaian zat padat, siswa dapat melakukan percobaan untuk mengamati proses pemuaian panjang dan luas pada zat padat 2. Afektif a. Karakter : terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan menunjukkan sikap rasa ingin tahu (curiosity) b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) dalam kegiatan eksperimen E. Materi Hampir semua benda akan mengalami pemuaian jika dipanaskan. Beberapa zat seperti air dan bismuth akan mengalami penyusutan pada suhu tertentu ketika dipanaskan, tetapi pada umumnya benda ketika dipanaskan akan mengalamu tiga kemungkinan yaitu, suhunya bertambah, memuai, dan mengalamu perubahan bentuk. Pemuaian dapat diartikan sebagai bertambahnya ukuran suatu benda karena dipanaskan tetapi massanya tetap. Terdapat tiga macam pemuaian yaitu, pemuaian zat padat, zat cair, dan gas. Pemuaian Zat Padat Pemuaian zat padat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: a) Pemuaian Panjang Alat yang digunakan untuk menghitung pemuaian panjang dinamakan Mussechenbroek. Pada proses pemuaian panjang, masing-masing benda memiliki koefisien muai panjang yang berbeda-beda bergatung pada jenis bahannya. Faktor yang memperngaruhi pertambahan panjang pada muai panjang adalah 1. Panjang awal 2. Perubahan suhu
141 3. Koefisien muai panjang Koefisien muai panjang suatu zat didefinisikan sebagai faktor yang berpengaruh
pada
pertambahan
panjang
zat
padat
ketika
temperaturnya naik sebesar 1oC. 𝑙𝑜 = panjang benda sebelum dipanaskan
𝑇1 𝑙𝑜
∆𝑙
𝑙𝑡 = panjang benda setelah dipanaskan
𝑇2 𝑙𝑡 Keterangan:
Pertambahan panjang:
𝑙𝑜 = panjang awal (m)
∆𝑙 = 𝑙𝑜 . 𝛼. ∆𝑇
∆𝑙 = pertambahan panjang (m)
Panjang akhir setelah dipanaskan:
𝛼 = koefisien muai panjang(/oC)
𝑙𝑡 = 𝑙𝑜 + ∆𝑙
𝑙𝑡 = panjang akhir (m) ∆𝑇 = 𝑇2 − 𝑇1 = perubahan suhu (oC) 𝑇1 = suhu awal ( oC)
b) Pemuaian Luas
𝑇2 = suhu akhir (oC) Faktor yang memperngaruhi pertambahan luas pada muai luas adalah 1. luas awal 2. Perubahan suhu 3. Koefisien muai luas 𝐴𝑜
𝑇1
𝐴𝑡
𝑇2
Keterangan:
Pertambahan luas:
𝐴𝑜 = luas awal (m2)
∆𝐴 = 𝐴𝑜 . 𝛽. ∆𝑇
∆𝐴 = pertambahan luas (m2)
𝛽 = 2𝛼
𝛽 = koefisien muai luas(/oC) ∆𝑇 = 𝑇2 − 𝑇1 = perubahan suhu (oC) 𝑇1 = suhu awal ( oC) 𝑇2 = suhu akhir (oC)
142 c) Pemuaian Volume Faktor yang memperngaruhi pertambahan luas pada muai luas adalah 1. luas awal 2. Perubahan suhu 3. Koefisien muai luas Pertambahan luas:
Keterangan:
∆𝑉 = 𝑉𝑜 . 𝛾. ∆𝑇
𝑉𝑜 = luas awal (m3)
𝛾 = 3𝛼
∆𝑉 = pertambahan luas (m3) 𝛾 = koefisien muai luas(/oC) ∆𝑇 = 𝑇2 − 𝑇1 = perubahan suhu (oC) 𝑇1 = suhu awal ( oC) 𝑇2 = suhu akhir (oC)
F. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran: Conceptual Understanding Procedures (CUPs) 2. Metode Pembelajaran: a. Ceramah
c. Diskusi kelas
b. Kerja kelompok
d. Eksperimen
G. Alat dan Bahan -
Lubang kuningan
-
Pembakar spiritus
-
Uang logam
H. Sumber Belajar 1. LKS 2. Internet I. Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan 1. KEGIATAN AWAL a. Pembuka
Alokasi
Aspek yang
Waktu
dikembangkan
10 menit - Memperhatikan
143 Guru
membuka
pelajaran
dengan
guru
mengucapkan salam dan menyampaikan tujuan pembelajaran. b. Motivasi dan apersepsi :
- Menggali
1) Mengapa pemasangan kaca di jendela
informasi,
rumah diberi sedikit ruang? Mengapa
meningkatkan
ukuran kayu tidak dibuat pas dengan
curiosity
ukuran kaca?
diawal
2) Mengapa kabel listrik pada siang hari
siswa kegiatan
pembelajaran
terlihat melengkung? 2. KEGIATAN INTI Eksplorasi 15 menit
(Fase kerja individu) a. Guru
memberikan
penjelasan
awal
- Memperhatikan guru
mengenai materi pemuaian zat padat, menyampaikan diselesaikan
masalah secara
yang
harus
individu
dan
kelompok. b. Guru membagikan LKS pada masingmasing siswa yang dikerjakan secara individu. Elaborasi 30 menit
(Fase kerja kelompok) c. Guru membagi siswa menjadi beberapa
kebersamaan dan
kelompok heterogen yang terdiri dari tiga siswa
(triplet)
untuk
- Melatih
kerjasama
melaksanakan
pengamatan dan eksperimen mengenai materi yang disampaikan dan masalah yang sudah menjadi tugas individu. d. Guru
membimbing
siswa
belajar,
- Akademik Skill
melakukan pengamatan, dan eksperimen. (Diskusi kelas)
20 menit
144 e. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil
- Mengolah
yang didapat secara berkelompok. Hasil
informasi
kerja kelompok ditempel di depan kelas f. Guru meminta masing-masing kelompok
- Menggali
mempresentasikan hasil pengamatan dan
informasi
eksperimennya. g. Guru memberikan kesempatan kepada
- Melatih
siswa untuk berdiskusi dan memberikan
mengemukakan
komentar
pendapat
atas
apa
yang
sedang
dipresentasikan. Konfirmasi h. Guru memberi penegasan dan penjelasan tentang pemuaian zat padat.
- Mendengarkan
i. Guru memberikan kesempatan pada siswa
guru
untuk melakukan tanya-jawab. 3. KEGIATAN AKHIR a. Guru
membimbing
5 menit siswa
menarik
- Menyimpulkan
kesimpulan dari materi yang baru saja dipelajari. b. Guru memberikan tugas rumah untuk
- Memperhatikan
mempelajari materi selanjutnya.
guru
c. Guru memberikan salam penutup.
- Menjawab salam
J. Penilaian 1. Teknik penilaian : a. Tes tulis 2. Bentuk instrumen : a. Soal Pilihan Ganda
c. Lembar Observasi
b. LKS
d. Angket
145 3. Instrumen
:
Perhatikan gambar di bawah! a b Setelah dipanaskan bimetal menjadi : a
b
Pada gambar di atas, dua jenis logan dibuat menjadi suatu bimetal. Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa…. e. Koefisien muai logan a sama dengan logam b f. Koefisien muai logan a lebih besar dibanding logam b g. Koefisien muai logan a lebih kecil dibanding logam b h. Koefisien muai logan a tidak sama dengan logam b Kudus,
Maret 2013
Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Peneliti
Hj. Suwarti, S. Pd
Fera Ismawati
NIP 19541006 197703 2 002
NIM 4201409105
146 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN Satuan Pendidikan
: SMP N 2 Kudus
Materi Pelajaran
: IPA-Fisika
Pokok Bahasan
: Pemuaian
Kelas/ Semester
: VII/ 2
Alokasi Waktu
: 2 40 menit
Pertemuan
: II
A. Standar Kompetensi -
Memahami wujud zat dan perubahannya
B. Kompetensi Dasar -
Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari
C. Indikator 1. Kognitif a. Produk
Mengamati proses pemuaian zat cair
Melakukan
percobaan
sederhana
untuk
menunjukkan
terjadinya pemuaian zat cair
Mengamati perbedaan proses pemuaian volume pada pemuaian zat cair
Menerapan prinsip pemuaian zat cair dalam kehidupan sehari-hari
b. Proses Melakukan percobaan untuk mengamati pemuaian pada zat cair 2. Afektif c. Karakter : rasa ingin tahu (curiosity) d. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) D. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif
147 a. Produk
Siswa dapat mengamati proses pemuaian zat cair
Siswa
dapat
melakukan
percobaan
sederhana
untuk
menunjukkan terjadinya pemuaian zat cair
Siswa mengamati perbedaan proses pemuaian volume pada pemuaian zat cair
Siswa dapat menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat cair dalam kehidupan sehari-hari
b. Proses Disediakan seperangkat alat percobaan pemuaian zat padat, siswa dapat melakukan percobaan untuk mengamati proses pemuaian panjang dan luas pada zat padat 2. Afektif a. Karakter : terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan menunjukkan sikap rasa ingin tahu (curiosity) b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) dalam kegiatan eksperimen E. Materi Pemuaian volume pada zat cair, terjadi apabila zat cair tersebut dipanaskan. Pemuaian volum zat cair bergantung pada koefisien muai zat cair. F. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran: Conceptual Understanding Procedures (CUPs) 2. Metode Pembelajaran: a. Ceramah
c. Diskusi kelas
b. Kerja kelompok
d. Eksperimen
G. Alat dan Bahan 1. Botol kecil 2. Sedotan kecil 3. Air
148 4. Minya goreng 5. Baskom 6. Air panas H. Sumber Belajar 1. LKS 2. Internet I. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan
Alokasi
Aspek yang
Waktu
dikembangkan
10 menit
- Memperhatikan
1. KEGIATAN AWAL a. Pembuka Guru
membuka
pelajaran
dengan
guru
mengucapkan salam dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
- Menggali
b. Motivasi dan apersepsi
:
informasi,
3) Apa manfaat termometer?
meningkatkan
4) Bagaimana prinsip kerja termometer?
curiosity
siswa
2. KEGIATAN INTI
diawal
kegiatan
Eksplorasi
pembelajaran
(Fase kerja individu) a. Guru
memberikan
mengenai
materi pemuaian zat
menyampaikan diselesaikan
penjelasan
masalah secara
awal cair,
yang
harus
individu
dan
15 menit
- Memperhatikan guru
kelompok. b. Guru membagikan LKS pada masingmasing siswa yang dikerjakan secara individu. Elaborasi (Fase kerja kelompok) a. Guru membagi siswa menjadi beberapa
- Melatih kebersamaan dan
149 kelompok heterogen yang terdiri dari tiga siswa
(triplet)
untuk
30 menit
melaksanakan
kerjasama - Akademik Skill
pengamatan dan eksperimen mengenai materi yang disampaikan dan masalah yang sudah menjadi tugas individu. b. Guru
membimbing
siswa
belajar,
melakukan pengamatan, dan eksperimen. - Mengolah
(Diskusi kelas) a. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil yang didapat secara berkelompok. Hasil
informasi 20 menit
kerja kelompok ditempel di depan kelas
- Menggali
b. Guru meminta masing-masing kelompok
informasi
mempresentasikan hasil pengamatan dan eksperimennya. c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan memberikan komentar
atas
apa
yang
sedang
- Melatih
dipresentasikan.
mengemukakan pendapat
Konfirmasi d. Guru memberi penegasan dan penjelasan tentang pemuaian zat cair. e. Guru memberikan kesempatan pada siswa
- Mendengarkan
untuk melakukan tanya-jawab.
guru
3. KEGIATAN AKHIR d. Guru
membimbing
siswa
menarik
kesimpulan dari materi yang baru saja dipelajari.
5 menit - Menyimpulkan
a. Guru memberikan tugas rumah untuk mempelajari materi selanjutnya. b. Guru memberikan salam penutup.
- Memperhatikan guru - Menjawab salam
150 J. Teknik Penilaian 1. Teknik penilaian : a. Tes tulis 2. Bentuk instrumen : a. Soal Pilihan Ganda
c. Lembar Observasi
b. LKS
d. Angket
3. Instrumen
:
Perhatikan gambar di bawah ini! Pada gambar tersebut, terlihat sebuah botol yang diberi sedotan
Air biasa Air panas kecil berisi air biasa, di masukkan ke dalam wadah yang berisi air panas, maka air akan keluar melalaui sedotan kecil tersebut. Hal apa yang menyebabkan peristiwa tersebut…. a. Air yang ada di dalam botol memuai b. Air yang ada di dalam botol mengembun c. Air yang ada di dalam botol menguap d. Air yang ada di dalam botol mendidih Kudus,
Maret 2013
Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Peneliti
Hj. Suwarti, S. Pd NIP 19541006 197703 2 002
Fera Ismawati NIM 4201409105
151 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN Satuan Pendidikan
: SMP N 2 Kudus
Materi Pelajaran
: IPA-Fisika
Pokok Bahasan
: Pemuaian
Kelas/ Semester
: VII/ 2
Alokasi Waktu
: 2 40 menit
Pertemuan
: III
A. Standar Kompetensi -
Memahami wujud zat dan perubahannya
B. Kompetensi Dasar -
Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari
C. Indikator 1. Kognitif a. Produk
Mengamati proses pemuaian zat gas
Melakukan
percobaan
sederhana
untuk
menunjukkan
terjadinya pemuaian zat gas
Menerapan prinsip pemuaian zat gas dalam kehidupan seharihari
b. Proses Melakukan percobaan untuk mengamati pemuaian pada zat gas 2. Afektif a. Karakter : rasa ingin tahu (curiosity) b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) D. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif a. Produk
Siswa dapat mengamati proses pemuaian zat gas
152
Siswa
dapat
melakukan
percobaan
sederhana
untuk
menunjukkan terjadinya pemuaian zat gas
Siswa dapat menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat gas dalam kehidupan sehari-hari
b. Proses Disediakan seperangkat alat sederhana percobaan pemuaian zat cair, siswa dapat melakukan percobaan untuk mengamati proses pemuaian volum pada zat gas. 2. Afektif a. Karakter : terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan menunjukkan sikap rasa ingin tahu (curiosity) b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) dalam kegiatan eksperimen E. Materi Pemuaian gas F. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran: Conceptual Understanding Procedures (CUPs) 2. Metode Pembelajaran: a. Ceramah
c. Diskusi kelas
b. Kerja kelompok
d. Eksperimen
G. Alat dan Bahan 1. Botol 2. Balon 3. Baskom 4. Air panas H. Sumber Belajar 1. LKS 2. Internet
153 I. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan
Alokasi
Aspek yang
Waktu
dikembangkan
10 menit
- Memperhatikan
1. KEGIATAN AWAL a.
Pembuka Guru
membuka
pelajaran
dengan
guru
mengucapkan salam dan menyampaikan tujuan pembelajaran. b.
Motivasi dan apersepsi
:
- Menggali
5) Memberikan demonstrasi tentang roket
informasi,
alkohol.
meningkatkan
6) Mengajukan
beberapa
pertanyaan
curiosity
mengenai prinsip kerja balon udara.
diawal
2. KEGIATAN INTI
siswa kegiatan
pembelajaran
Eksplorasi 15 menit - Memperhatikan
(Fase kerja individu) a. Guru
memberikan
mengenai
materi
menyampaikan diselesaikan
penjelasan pemuaian
masalah secara
zat
awal
guru
gas,
yang
harus
individu
dan
kelompok. b. Guru membagikan LKS pada masingmasing siswa yang dikerjakan secara individu. Elaborasi 30 menit
(Fase kerja kelompok) a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen yang terdiri dari tiga siswa
(triplet)
untuk
melaksanakan
pengamatan dan eksperimen mengenai materi yang disampaikan dan masalah yang sudah menjadi tugas individu.
- Melatih kebersamaan dan kerjasama
154 b. Guru
membimbing
siswa
belajar,
melakukan pengamatan, dan eksperimen.
- Akademik Skill 20 menit
(Diskusi kelas) a. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil yang didapat secara berkelompok. Hasil
- Mengolah
kerja kelompok ditempel di depan kelas
informasi
b. Guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan
- Menggali
eksperimennya.
informasi
c. Guru memberikan kesempatan kepada - Melatih
siswa untuk berdiskusi dan memberikan komentar
atas
apa
yang
mengemukakan
sedang
pendapat
dipresentasikan. Konfirmasi a. Guru memberi penegasan dan penjelasan
- Mendengarkan
tentang pemuaian zat gas.
guru
b. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan tanya-jawab. 3. KEGIATAN AKHIR a. Guru
membimbing
5 menit siswa
menarik
kesimpulan dari materi yang baru saja
- Menyimpulkan
dipelajari. b. Guru memberikan tugas rumah untuk mempelajari materi selanjutnya. c. Guru memberikan salam penutup.
- Memperhatikan guru - Menjawab salam
J. Teknik Penilaian 1. Teknik penilaian : a. Tes tulis
155 2. Bentuk instrumen : c. Soal Pilihan Ganda
c. Lembar Observasi
d. LKS
d. Angket
3. Instrumen
:
Perhatikan gambar berikut!
Botol kosong
Air panas Pernyataan yang sesuai dengan fenomena di atas adalah…. e. Balon akan meleleh karena terkena uap panas f. Balon akan membesar kaena udara dalam balon memuai g. Balon akan membesar karena terkena uap panas h. Balon tidak mengalami perubahan Kudus,
Maret 2013
Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Peneliti
Hj. Suwarti, S. Pd NIP 19541006 197703 2 002
Fera Ismawati NIM 4201409105
Lampiran 17
156 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS KONTROL Satuan Pendidikan
: SMP N 2 Kudus
Mata Pelajaran
: IPA-Fisika
Pokok Bahasan
: Pemuaian
Kelas/ Semester
: VII/ 2
Alokasi Waktu
: 2 40 menit
Pertemuan
:I
A. Standar Kompetensi -
Memahami wujud zat dan perubahannya
B. Kompetensi Dasar -
Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari
C. Indikator 1. Kognitif a. Produk
Mengamati proses pemuaian zat padat dari kegiatan demonstrasi yang dilakukan guru
Melakukan
percobaan
sederhana
untuk
menunjukkan
terjadinya pemuaian zat padat
Menerapan prinsip pemuaian zat padat dalam kehidupan sehari-hari
b. Proses Melakukan percobaan untuk mengamati pemuaian pada zat padat 2. Afektif a. Karakter : rasa ingin tahu (curiosity) b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) D. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif a. Produk
Siswa dapat mengamati proses pemuaian zat padat dari kegiatan demonstrasi yang dilakukan guru
157
Siswa
dapat
melakukan
percobaan
sederhana
untuk
menunjukkan terjadinya pemuaian zat padat
Siswa dapat menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat padat dalam kehidupan sehari-hari
b. Proses Disediakan seperangkat alat percobaan pemuaian zat padat, siswa dapat melakukan percobaan untuk mengamati proses pemuaian panjang dan luas pada zat padat 2. Afektif a. Karakter : terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan menunjukkan sikap rasa ingin tahu (curiosity) b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) dalam kegiatan eksperimen E. Materi Hampir semua benda akan mengalami pemuaian jika dipanaskan. Beberapa zat seperti air dan bismuth akan mengalami penyusutan pada suhu tertentu ketika dipanaskan, tetapi pada umumnya benda ketika dipanaskan akan mengalamu tiga kemungkinan yaitu, suhunya bertambah, memuai, dan mengalamu perubahan bentuk. Pemuaian dapat diartikan sebagai bertambahnya ukuran suatu benda karena dipanaskan tetapi massanya tetap. Terdapat tiga macam pemuaian yaitu, pemuaian zat padat, zat cair, dan gas. Pemuaian Zat Padat Pemuaian zat padat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: a) Pemuaian Panjang Alat yang digunakan untuk menghitung pemuaian panjang dinamakan Mussechenbroek. Pada proses pemuaian panjang, masing-masing benda memiliki koefisien muai panjang yang berbeda-beda bergatung pada jenis bahannya. Faktor yang memperngaruhi pertambahan panjang pada muai panjang adalah 1. Panjang awal 2. Perubahan suhu
158 3. Koefisien muai panjang Koefisien muai panjang suatu zat didefinisikan sebagai faktor yang berpengaruh
pada
pertambahan
panjang
zat
padat
ketika
temperaturnya naik sebesar 1oC. 𝑙𝑜 = panjang benda sebelum dipanaskan
𝑇1 𝑙𝑜
∆𝑙
𝑙𝑡 = panjang benda setelah dipanaskan Keterangan:
𝑇2
𝑙𝑜 = panjang awal (m)
𝑙𝑡
∆𝑙 = pertambahan panjang (m) Pertambahan panjang:
𝛼 = koefisien muai panjang(/oC)
∆𝑙 = 𝑙𝑜 . 𝛼. ∆𝑇
𝑙𝑡 = panjang akhir (m)
Panjang akhir setelah dipanaskan:
∆𝑇 = 𝑇2 − 𝑇1 = perubahan suhu (oC)
𝑙𝑡 = 𝑙𝑜 + ∆𝑙
𝑇1 = suhu awal ( oC) 𝑇2 = suhu akhir (oC)
b) Pemuaian Luas Faktor yang memperngaruhi pertambahan luas pada muai luas adalah 1. luas awal 2. Perubahan suhu 3. Koefisien muai luas 𝐴𝑜
𝐴𝑡
Keterangan: 𝐴𝑜 = luas awal (m2) ∆𝐴 = pertambahan luas (m2) 𝛽 = koefisien muai luas(/oC)
𝑇1
𝑇2
∆𝑇 = 𝑇2 − 𝑇1 = perubahan suhu (oC)
Pertambahan luas:
𝑇1 = suhu awal ( oC)
∆𝐴 = 𝐴𝑜 . 𝛽. ∆𝑇
𝑇2 = suhu akhir (oC)
𝛽 = 2𝛼 c) Pemuaian Volume Faktor yang memperngaruhi pertambahan luas pada muai luas adalah 1. luas awal 2. Perubahan suhu 3. Koefisien muai luas
159 Pertambahan luas:
Keterangan:
∆𝑉 = 𝑉𝑜 . 𝛾. ∆𝑇
𝑉𝑜 = luas awal (m3)
𝛾 = 3𝛼
∆𝑉 = pertambahan luas (m3) 𝛾 = koefisien muai luas(/oC) ∆𝑇 = 𝑇2 − 𝑇1 = perubahan suhu (oC) 𝑇1 = suhu awal ( oC) 𝑇2 = suhu akhir (oC)
F. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran: Conceptual Understanding Procedures (CUPs) 2. Metode Pembelajaran: a. Ceramah
c. Diskusi kelas
b. Kerja kelompok
d. Eksperimen
G. Alat dan Bahan -
Lubang kuningan
-
Pembakar spiritus
-
Uang logam
H. Sumber Belajar 1. LKS 2. Internet I. Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan
Alokasi
Aspek yang
Waktu
dikembangkan
10 menit
- Memperhatikan
1. KEGIATAN AWAL a.
Pembuka Guru
membuka
pelajaran
dengan
guru
mengucapkan salam dan menyampaikan tujuan pembelajaran. b.
Motivasi dan apersepsi
:
- Menggali
1) Mengapa pemasangan kaca di jendela
rumah
diberi
sedikit
ruang? Mengapa ukuran kayu
informasi, meningkatkan curiosity
siswa
160 tidak dibuat pas dengan ukuran
diawal
kegiatan
kaca?
pembelajaran
2. KEGIATAN INTI 25 menit
Eksplorasi a. Guru
memberikan
penjelasan
awal
- Memperhatikan guru
mengenai materi pemuaian zat padat, dengan media power point. 20 menit
Eksplorasi a. Guru membagi siswa menjadi beberapa
kebersamaan dan
kelompok heterogen yang terdiri dari empat
siswa
pengamatan
untuk
dan
- Melatih
kerjasama
melaksanakan
eksperimen
untuk
melakukan verifikasi teori yang telah diberikan. b. Guru
membimbing
siswa
belajar,
- Akademik Skill
melakukan pengamatan, dan eksperimen. c. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil
- Mengolah
yang didapat secara berkelompok. Hasil
informasi
kerja kelompok ditempel di depan kelas
20 menit
d. Guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan eksperimen.
- Menggali informasi
e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan memberikan komentar
atas
apa
yang
sedang
dipresentasikan.
- Melatih mengemukakan pendapat
Konfirmasi a. Guru memberi penegasan dan penjelasan tentang pemuaian zat padat.
- Mendengarkan guru
b. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan tanya-jawab.
- Menyimpulkan
161 3. KEGIATAN AKHIR a. Guru
membimbing
5 menit siswa
menarik
- Memperhatikan
kesimpulan dari materi yang baru saja
guru
dipelajari. b. Guru memberikan tugas rumah untuk mempelajari materi selanjutnya. c. Guru memberikan salam penutup.
- Menjawab salam
J. Penilaian 1. Teknik penilaian : a. Tes tulis 2. Bentuk instrumen : a. Soal Pilihan Ganda
c. Lembar Observasi
b. LKS
d. Angket
3. Instrumen : Perhatikan gambar di bawah! a b Setelah dipanaskan bimetal menjadi : a b Pada gambar di atas, dua jenis logan dibuat menjadi suatu bimetal. Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa…. a. Koefisien muai logan a sama dengan logam b b. Koefisien muai logan a lebih besar dibanding logam b c. Koefisien muai logan a lebih kecil dibanding logam b d. Koefisien muai logan a tidak sama dengan logam b
Kudus,
Maret 2013
Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Peneliti
Hj. Suwarti, S. Pd
Fera Ismawati
NIP 19541006 197703 2 002
NIM 4201409105
162 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS KONTROL Satuan Pendidikan : SMP N 2 Kudus Materi Pelajaran
: IPA-Fisika
Pokok Bahasan
: Pemuaian
Kelas/ Semester
: VII/ 2
Alokasi Waktu
: 2 40 menit
Pertemuan
: II
A. Standar Kompetensi -
Memahami wujud zat dan perubahannya
B. Kompetensi Dasar -
Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari
C. Indikator 1. Kognitif a. Produk
Mengamati proses pemuaian zat cair
Melakukan
percobaan
sederhana
untuk
menunjukkan
terjadinya pemuaian zat cair
Mengamati perbedaan proses pemuaian volume pada pemuaian zat cair
Menerapan prinsip pemuaian zat cair dalam kehidupan sehari-hari
b. Proses Melakukan percobaan untuk mengamati pemuaian pada zat cair 2. Afektif a. Karakter : rasa ingin tahu (curiosity) b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) D. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif
163 c. Produk
Siswa dapat mengamati proses pemuaian zat cair
Siswa
dapat
melakukan
percobaan
sederhana
untuk
menunjukkan terjadinya pemuaian zat cair
Siswa mengamati perbedaan proses pemuaian volume pada pemuaian zat cair
Siswa dapat menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat cair dalam kehidupan sehari-hari
d. Proses Disediakan seperangkat alat percobaan pemuaian zat cair, siswa dapat melakukan percobaan untuk mengamati proses pemuaian panjang dan luas pada zat cair 2. Afektif a. Karakter : terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan menunjukkan sikap rasa ingin tahu (curiosity) b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) dalam kegiatan eksperimen E. Materi Pemuaian volume pada zat cair, terjadi apabila zat cair tersebut dipanaskan. Pemuaian volum zat cair bergantung pada koefisien muai zat cair. F. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran: Conceptual Understanding Procedures (CUPs) 2. Metode Pembelajaran: a. Ceramah
c. Diskusi kelas
b. Kerja kelompok
d. Eksperimen
G. Alat dan Bahan 1. Botol kecil 2. Sedotan kecil 3. Air 4. Minya goreng
164 5. Baskom 6. Air panas H. Sumber Belajar 1. LKS 2. Internet I. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan
Alokasi
Aspek yang
Waktu
dikembangkan
10 menit
- Memperhatikan
1. KEGIATAN AWAL a.
Pembuka Guru
membuka
pelajaran
dengan
guru
mengucapkan salam dan menyampaikan tujuan pembelajaran. b.
- Menggali
Motivasi dan apersepsi
:
informasi,
1) Apa manfaat termometer?
meningkatkan
2) Bagaimana prinsip kerja termometer?
curiosity diawal
2. KEGIATAN INTI
siswa kegiatan
pembelajaran.
Eksplorasi a. Guru
memberikan
penjelasan
awal
25 menit
mengenai materi pemuaian zat cair,
- Memperhatikan guru
dengan media power point. Elaborasi a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen yang terdiri dari empat
siswa
pengamatan
untuk
dan
melaksanakan
eksperimen
20 menit
- Melatih kebersamaan dan kerjasama
untuk
melakukan verifikasi teori yang telah diberikan. b. Guru
membimbing
siswa
belajar,
melakukan pengamatan, dan eksperimen. c. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil
- Akademik Skill
165 yang didapat secara berkelompok. Hasil
- Mengolah
kerja kelompok ditempel di depan kelas
informasi
d. Guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan
20 menit
eksperimen.
- Menggali informasi
e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan memberikan komentar
atas
apa
yang
- Melatih
sedang
mengemukakan
dipresentasikan.
pendapat
Konfirmasi a. Guru memberi penegasan dan penjelasan tentang pemuaian zat cair.
- Mendengarkan
b. Guru memberikan kesempatan pada siswa
guru.
untuk melakukan tanya-jawab.
- Menyimpulkan
3. KEGIATAN AKHIR a. Guru
membimbing
siswa
menarik
kesimpulan dari materi yang baru saja dipelajari.
5 menit
- Memperhatikan guru
b. Guru memberikan tugas rumah untuk mempelajari materi selanjutnya.
- Menjawab salam
c. Guru memberikan salam penutup.
J. Teknik Penilaian 1. Teknik penilaian : a. Tes tulis 2. Bentuk instrumen : a. Soal Pilihan Ganda b. LKS
c. Lembar Observasi d. Angket
166 3. Instrumen : Perhatikan gambar di bawah ini! Pada gambar tersebut, terlihat sebuah botol yang diberi sedotan
Air biasa Air panas kecil berisi air biasa, di masukkan ke dalam wadah yang berisi air panas, maka air akan keluar melalaui sedotan kecil tersebut. Hal apa yang menyebabkan peristiwa tersebut…. e. Air yang ada di dalam botol memuai f. Air yang ada di dalam botol mengembun g. Air yang ada di dalam botol menguap h. Air yang ada di dalam botol mendidih Kudus,
Maret 2013
Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Peneliti
Hj. Suwarti, S. Pd NIP 19541006 197703 2 002
Fera Ismawati NIM 4201409105
167 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS KONTROL Satuan Pendidikan
: SMP N 2 Kudus
Materi Pelajaran
: IPA-Fisika
Pokok Bahasan
: Pemuaian
Kelas/ Semester
: VII/ 2
Alokasi Waktu
: 2 40 menit
Pertemuan
: III
A. Standar Kompetensi -
Memahami wujud zat dan perubahannya
B. Kompetensi Dasar -
Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari
C. Indikator 1. Kognitif a. Produk
Mengamati proses pemuaian zat gas
Melakukan
percobaan
sederhana
untuk
menunjukkan
terjadinya pemuaian zat gas
Menerapan prinsip pemuaian zat gas dalam kehidupan seharihari
b. Proses Melakukan percobaan untuk mengamati pemuaian pada zat gas 2. Afektif a. Karakter : rasa ingin tahu (curiosity) b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) D. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif a. Produk
Siswa dapat mengamati proses pemuaian zat gas
168
Siswa
dapat
melakukan
percobaan
sederhana
untuk
menunjukkan terjadinya pemuaian zat gas
Siswa dapat menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat gas dalam kehidupan sehari-hari
b. Proses Disediakan seperangkat alat sederhana percobaan pemuaian zat cair, siswa dapat melakukan percobaan untuk mengamati proses pemuaian volum pada zat gas. 2. Afektif a. Karakter : terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan menunjukkan sikap rasa ingin tahu (curiosity) b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) dalam kegiatan eksperimen E. Materi Pemuaian gas F. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran: Conceptual Understanding Procedures (CUPs) 2. Metode Pembelajaran: a. Ceramah
c. Diskusi kelas
b. Kerja kelompok
d. Eksperimen
G. Alat dan Bahan 1. Botol 2. Balon 3. Baskom 4. Air panas H. Sumber Belajar 1. LKS 2. Internet
169
I. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan 1. KEGIATAN AWAL a.
Alokasi
Aspek yang
Waktu
dikembangkan
10 menit
Pembuka Guru
- Memperhatikan
membuka
pelajaran
dengan
guru
mengucapkan salam dan menyampaikan tujuan pembelajaran. b.
- Menggali
Motivasi dan apersepsi 3) Mengajukan
:
beberapa
informasi, pertanyaan
meningkatkan
mengenai prinsip kerja balon udara.
curiosity diawal
2. KEGIATAN INTI
25 menit
kegiatan
pembelajaran. - Memperhatikan
Eksplorasi a.
siswa
Guru
memberikan
penjelasan
awal
guru
mengenai materi pemuaian zat gas, dengan media power point.
20 menit
Elaborasi a. Guru membagi siswa menjadi beberapa
- Melatih
kelompok heterogen yang terdiri dari
kebersamaan dan
empat
kerjasama
siswa
pengamatan
untuk
dan
melaksanakan
eksperimen
untuk
melakukan verifikasi teori yang telah diberikan. b. Guru
membimbing
siswa
belajar,
- Akademik Skill
melakukan pengamatan, dan eksperimen. c. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil yang didapat secara berkelompok. Hasil
20 menit
- Mengolah informasi
kerja kelompok ditempel di depan kelas d. Guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan
- Menggali informasi
170 eksperimen. e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan memberikan komentar
atas
apa
yang
- Melatih
sedang
mengemukakan
dipresentasikan.
pendapat
Konfirmasi a. Guru memberi penegasan dan penjelasan
- Mendengarkan
tentang pemuaian zat gas.
guru
b. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan tanya-jawab.
- Menyimpulkan
3. KEGIATAN AKHIR a. Guru
membimbing
siswa
menarik
kesimpulan dari materi yang baru saja
5 menit
dipelajari.
- Memperhatikan guru
b. Guru memberikan tugas rumah untuk mempelajari materi selanjutnya. c. Guru memberikan salam penutup. - Menjawab salam
J. Teknik Penilaian 1. Teknik penilaian : a. Tes tulis 2. Bentuk instrumen : a. Soal Pilihan Ganda
c. Lembar Observasi
b. LKS
d. Angket
171 3. Instrumen
:
Perhatikan gambar berikut! Botol kosong
Air panas Pernyataan yang sesuai dengan fenomena di atas adalah…. i.
Balon akan meleleh karena terkena uap panas
j.
Balon akan membesar kaena udara dalam balon memuai
k. Balon akan membesar karena terkena uap panas l.
Balon tidak mengalami perubahan Kudus,
Maret 2013
Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Peneliti
Hj. Suwarti, S. Pd NIP 19541006 197703 2 002
Fera Ismawati NIM 4201409105
Lampiran 18
172
HASIL TES PEMAHAMAN KONSEP KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL KELAS EKSPERIMEN (VII B) No Kode 1 E-01 2 E-02 3 E-03 4 E-04 5 E-05 6 E-06 7 E-07 8 E-08 9 E-09 10 E-10 11 E-11 12 E-12 13 E-13 14 E-14 15 E-15 16 E-16 17 E-17 18 E-18 19 E-19 20 E-20 21 E-21 22 E-22 23 E-23 24 E-24 25 E-25 26 E-26 Jumlah Mean S2 S Maks Min
KELAS KONTROL (VII D)
Pre test
Post test
Beda
No Kode
60 40 30 30 30 50 30 55 35 55 50 55 40 65 70 55 55 60 45 20 65 45 30 30 55 50 1205 46.35
90 85 70 80 75 90 85 65 70 80 90 90 75 85 90 90 75 90 75 65 90 75 90 85 90 95 2140 82.31
30.0 45.0 40.0 50.0 45.0 40.0 55.0 10.0 35.0 25.0 40.0 35.0 35.0 20.0 20.0 35.0 20.0 30.0 30.0 45.0 25.0 30.0 60.0 55.0 35.0 45.0 935 35.96
185.12 78.46 13.61 8.86 70.00 95.00 20.00 65.00
148.04 12.17
1 K-01 2 K-02 3 K-03 4 K-04 5 K-05 6 K-06 7 K-07 8 K-08 9 K-09 10 K-10 11 K-11 12 K-12 13 K-13 14 K-14 15 K-15 16 K-16 17 K-17 18 K-18 19 K-19 20 K-20 21 K-21 22 K-22 23 K-23 24 K-24 25 K-25 26 K-26 Jumlah Mean S2 S Maks Min
Pre test
Post test
Beda
65 55 55 45 25 25 40 55 40 35 45 55 60 55 35 60 85 40 40 40 40 20 55 45 35 25 1175 45.19
70 70 70 85 85 65 85 85 80 65 80 75 95 80 90 80 70 80 90 70 65 75 65 80 75 65 1995 76.73
5.0 15.0 15.0 40.0 60.0 40.0 45.0 30.0 40.0 30.0 35.0 20.0 35.0 25.0 55.0 20.0 -15.0 40.0 50.0 30.0 25.0 55.0 10.0 35.0 40.0 40.0 820 31.54
212.96 77.88 285.54 14.59 8.83 16.90 85.00 95.00 20.00 65.00
Lampiran 19
173
UJI NORMALITAS NILAI PRETEST PEMAHAMAN KONSEP KELAS EKSPERIMEN Hipotesis Ho : data berdistribusi normal data berdistribusi tidak Ha : normal Pengujian Hipotesis Menggunakan rumus
= 2
k
(Oi E i )2
i =1
Ei
å
Kriteria Ho diterima jika 2hitung < 2tabel Pengujian Hipotesis Nilai maksimal 70 Nilai minimal 20 Rentang 50 Banyak Kelas 6 Kelas Interval 20 29 38 47 56 65 74
-
Batas Kelas 28 37 46 55 64 73 82
19.50 28.50 37.50 46.50 55.50 64.50 73.50
Panjang kelas Rata-rata s n Z untuk batas kelas -1.97 -1.31 -0.65 0.01 0.67 1.33 2.00
Peluang untuk Z 0.48 0.41 0.24 0.00 0.25 0.41 0.48
9 46.35 13.61 26 Luas untuk Z 0.07 0.16 0.25 0.24 0.16 0.07 0.48
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel =
(Oi-Ei)²
Ei
Oi Ei
1.84 4.24 6.41 6.37 4.15 1.77
1 8 3 9 2 3
0.38 3.34 1.82 1.09 1.11 0.85
2 =
8.59
11.07
8.59 11.07 Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
Lampiran 20
174
UJI NORMALITAS NILAI POSTTEST PEMAHAMAN KONSEP KELAS EKSPERIMEN Hipotesis Ho : data berdistribusi normal data berdistribusi tidak Ha : normal Pengujian Hipotesis Menggunakan rumus
= 2
k
(Oi E i )2
i =1
Ei
å
Kriteria Ho diterima jika 2hitung < 2tabel Pengujian Hipotesis Nilai maksimal Nilai minimal Rentang Banyak Kelas
Kelas Interval 65 70 76 81 86 91 97
- 69 - 75 - 80 - 85 - 90 - 96 - 101
95 65 30 6
Batas Kelas 64.50 69.79 75.08 80.37 85.67 90.96 96.25
Panjang kelas Rata-rata s n Z untuk batas kelas -2.01 -1.41 -0.82 -0.22 0.38 0.98 1.57
Peluang untuk Z 0.48 0.42 0.29 0.09 0.15 0.34 0.44
5 82.31 8.86 26
Luas untuk Z 0.06 0.13 0.21 0.23 0.19 0.11
Untuk = 1%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel =
10.70
(Oi-Ei)²
Ei
Oi
1.47 3.34 5.36 6.09 4.89 2.77
2 7 2 4 9 2
0.19 4.00 2.11 0.72 3.47 0.22
2 =
10.70
Ei
11.07
11.07
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
Lampiran 21
175
UJI NORMALITAS PRETEST PEMAHAMAN KONSEP KELAS KONTROL Hipotesis data berdistribusi Ho : normal Ha : data berdistribusi tidak normal Pengujian Hipotesis Menggunakan rumus
= 2
k
(Oi E i )2
i =1
Ei
å
Kriteria Ho diterima jika 2hitung < 2tabel Pengujian Hipotesis Nilai maksimal 85 Nilai minimal 20 Rentang 65 Banyak Kelas 6
Kelas Interval 20 31 42 53 64 75 86
-
30 41 52 63 74 85 96
Batas Kelas 19.50 30.50 41.50 52.50 63.50 74.50 85.50
Panjang kelas Rata-rata s n Z untuk batas kelas -1.77 -1.01 -0.24 0.52 1.28 2.05 2.81
Peluang untuk Z 0.46 0.34 0.10 0.20 0.40 0.48 0.50
11 45.00 14.42 26
Luas untuk Z 0.12 0.25 0.29 0.20 0.08 0.02 0.50
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel =
(Oi-Ei)²
Ei
Oi
3.09 6.42 7.65 5.24 2.06 0.47
4 8 5 7 1 1
0.27 0.39 0.92 0.59 0.55 0.61
2 =
3.33
Ei
11.07
3.33 11.07 Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
Lampiran 22
176
UJI NORMALITAS NILAI POSTTEST PEMAHAMAN KONSEP KELAS KONTROL Hipotesis data berdistribusi Ho : normal Ha : data berdistribusi tidak normal Pengujian Hipotesis Menggunakan rumus
= 2
k
(Oi E i )2
i =1
Ei
å
Kriteria Ho diterima jika 2hitung < 2tabel Pengujian Hipotesis Nilai maksimal Nilai minimal Rentang Banyak Kelas
Kelas Interval 65 70 76 81 86 91 97
- 69 - 75 - 80 - 85 - 90 - 96 - 101
95 65 30 6
Batas Kelas 64.50 69.79 75.08 80.37 85.67 90.96 96.25
Panjang kelas Rata-rata s n Z untuk batas kelas -1.39 -0.79 -0.19 0.41 1.01 1.61 2.21
5 76.73 8.83 26 (Oi-Ei)²
Peluang untuk Z
Luas untuk Z
Ei
Oi Ei
0.42 0.28 0.07 0.16 0.34 0.45 0.49
0.13 0.21 0.23 0.18 0.10 0.04 0.49
3.46 5.46 6.09 4.79 2.66 1.04
5 8 6 4 2 1
0.69 1.18 0.00 0.13 0.16 0.00
2 =
2.16
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel = 11.07
2.16 11.07 Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
Lampiran 23
177
UJI VARIANS DATA HASIL PRETEST PEMAHAMAN KONSEP KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL Hipotesis : Ho : Ha :
1 = 2 1 ≠ 2
Kriteria : Ho diterima jika, Fhitung < Ftabel Sumber Data N Jumlah Rata-rata s2 s
Kelompok Fhitung Eksperimen Kontrol 26 26 1205.00 1170.00 46.35 45.00 1.124 185.12 208.00 13.61 14.42
1.124
Ftabel
1.955
1.955
Karena Fhitung < Ftabel , maka nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang sama
Lampiran 24
178
UJI VARIANS DATA HASIL POSTEST PEMAHAMAN KONSEP KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL Hipotesis : Ho : Ha :
1 = 2 1 ≠ 2
Kriteria : Ho diterima jika, Fhitung < Ftabel Sumber Data N Jumlah Rata-rata s2 s
Kelompok Fhitung Eksperimen Kontrol 26 26 2140.00 1995.00 82.31 76.73 1.007 78.46 77.88 8.86 8.83
1.007
Ftabel
1.955
1.955
Karena Fhitung < Ftabel , maka nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang sama
Lampiran 25
179
UJI GAIN PEMAHAMAN KONSEP KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL KELAS EKSPERIMEN (VII B) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Kode
E-01 E-02 E-03 E-04 E-05 E-06 E-07 E-08 E-09 E-10 E-11 E-12 E-13 E-14 E-15 E-16 E-17 E-18 E-19 E-20 E-21 E-22 E-23 E-24 E-25 E-26 Jumlah Mean s2 s Maksimal Minimal
Pre-test
Post-test
Gain
Kriteria
60 40 30 30 30 50 30 55 35 55 50 55 40 65 70 55 55 60 45 20 65 45 30 30 55 50 1205 46.35
90 85 70 80 75 90 85 65 70 80 90 90 75 85 90 90 75 90 75 65 90 75 90 85 90 95 2140 82.31
0.75 0.75 0.57 0.71 0.64 0.80 0.79 0.22 0.54 0.56 0.80 0.78 0.58 0.57 0.67 0.78 0.44 0.75 0.55 0.56 0.71 0.55 0.86 0.79 0.78 0.90 17.39 0.67
Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
185.12 13.61 70 20
78.46 8.86 95 65
0.02 0.15
180
KELAS KONTROL (VII D) No
Kode
1 K-01 2 K-02 3 K-03 4 K-04 5 K-05 6 K-06 7 K-07 8 K-08 9 K-09 10 K-10 11 K-11 12 K-12 13 K-13 14 K-14 15 K-15 16 K-16 17 K-17 18 K-18 19 K-19 20 K-20 21 K-21 22 K-22 23 K-23 24 K-24 25 K-25 26 K-26 Jumlah Mean s2 s Maksimal Minimal
Pre-test
Posttest
Gain
Kriteria
65 55 45 45 25 25 40 55 40 35 45 55 60 55 35 60 85 45 40 40 40 20 55 45 35 25 1170 45.00
70 70 70 85 85 65 85 85 80 65 80 75 95 80 90 80 70 80 90 70 65 75 65 80 75 65 1995 76.73
0.14 0.33 0.45 0.73 0.80 0.53 0.75 0.67 0.67 0.46 0.64 0.44 0.88 0.56 0.85 0.50 -1.00 0.64 0.83 0.50 0.42 0.69 0.22 0.64 0.62 0.53 13.47 0.52
Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Rendah Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang
208.00 14.42 85 20
77.88 8.83 95 65
0.13 0.36
181
UJI GAIN PEMAHAMAN KONSEP KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
=
<Spre> <Spost>
<Spost> 100.00% = =
<Spre> <Spre>
skor rata-rata tes awal (%) skor rata-rata tes akhir (%)
Kriteria nilai > 0,7 tinggi 0,3 ≤ ≤ 0,7 sedang < 0,3 rendah UJI GAIN KELAS EKSPERIMEN
=
=
82.31% 100.00%
-
46.35% = 46.35%
67%
-
45.00% = 45.00%
58%
Sedang
UJI GAIN KELAS KONTROL
=
= Sedang
76.73% 100.00%
Lampiran 26
182
UJI HIPOTESIS PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP Hipotesis : Ho : Ha :
1 ≥ 2 1 < 2
Kriteria : Ho diterima jika, thitung > ttabel Pengujian hipotesis dengan menggunakan persamaan berikut
Sumber Data N Jumlah Rata-rata s2 s
-2.009
Kelompok thitung ttabel Eksperimen Kontrol 26 26 2140.00 1995.00 82.31 76.73 2.274 2.009 78.46 77.88 8.86 8.83
2.274
Karena thitung > ttabel , maka kurva berada di daerah penerimaan Ho, peningkatan pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol
No .
Pernyataan
Kode 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Skor
Skor Maks
(%) Tanggapan
Ket
1
E-01
3
3
3
4
2
3
4
3
3
4
3
3
3
2
4
4
51
64
79.69
baik
2
E-02
3
2
4
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
46
64
71.88
baik
3
E-03
3
2
2
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
2
3
3
43
64
67.19
baik
4
E-04
4
2
3
2
3
1
3
3
4
4
3
3
4
3
3
2
47
64
73.44
baik
5
E-05
2
2
2
3
3
3
3
3
2
2
3
3
2
3
2
2
40
64
62.50
cukup
6
E-06
4
4
3
3
1
2
2
1
3
3
3
2
4
2
3
1
41
64
64.06
cukup
7
E-07
4
1
2
4
3
4
2
3
2
4
4
4
4
2
3
3
49
64
76.56
baik
8
E-08
2
2
2
2
3
4
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
47
64
73.44
baik
9
E-09
3
2
2
3
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
43
64
67.19
baik
10
E-10
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
0
3
44
64
68.75
baik
11
E-11
3
3
3
3
4
3
4
4
2
2
4
2
3
2
3
3
48
64
75.00
baik
12
E-12
3
4
3
2
3
3
4
4
3
3
4
3
4
3
3
3
52
64
81.25
baik sekali
13
E-13
2
2
2
3
2
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
42
64
65.63
cukup
14
E-14
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
46
64
71.88
baik
15
E-15
2
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
43
64
67.19
baik
16
E-16
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
49
64
76.56
baik
17
E-17
2
2
2
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
43
64
67.19
baik
18
E-18
3
2
2
3
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
4
4
50
64
78.13
baik
19
E-19
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
43
64
67.19
baik
20
E-20
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
64
70.31
baik
21
E-21
3
3
3
4
2
4
3
2
3
3
3
3
3
2
2
2
45
64
70.31
baik
22
E-22
2
2
3
2
1
3
3
3
3
3
3
3
3
2
4
3
43
64
67.19
baik
23
E-23
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
48
64
75.00
baik
24
E-24
3
2
2
0
3
3
3
3
2
3
3
2
3
2
3
3
40
64
62.50
cukup
25
E-25
2
2
3
2
2
3
3
1
2
2
3
2
3
3
4
4
41
64
64.06
cukup
26
E-26
Jumlah (%) Tanggapan Keterangan
2
2
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
3
43
64
67.19
baik
73 65.1 8 cuku p
63
67
69
68
72
75 66.9 6
70.43
baik
70.43
baik
baik
64.29 cuku p
77 68.7 5
1664
64.29 cuku p
82 73.2 1
1172
60.71 cuku p
80 71.4 3
67
61.61 cuku p
78 69.6 4
73
59.82 cuku p
79 70.5 4
72
56.25 cuku p
77 68.7 5
baik
baik
baik
baik
baik
65.18 cuku p
baik
59.82 cuku p
Lampiran 27
ANALISIS ANGKET CURIOSITY AWAL SISWA KELAS EKSPERIMEN
183
ANALISIS PRETEST ANGKET CURIOSITY AWAL SISWA KELAS KONTROL
Skor Maks
(%) Tanggap an
Ket
3
48
64
75.00
baik
4
1
43
64
67.19
baik
3
3
49
64
76.56
baik
2
3
3
46
64
71.88
baik
3
3
3
3
46
64
71.88
baik
4
3
3
4
48
64
75.00
baik
4
4
4
3
3
53
64
82.81
baik sekali
1
3
4
3
4
4
53
64
82.81
baik sekali
3
3
4
2
3
4
49
64
76.56
baik
4
4
3
3
3
4
4
51
64
79.69
baik
3
3
3
3
4
3
3
4
47
64
73.44
baik
3
4
3
3
4
3
3
3
51
64
79.69
baik
3
2
3
3
2
3
2
3
3
45
64
70.31
baik
4
3
4
4
3
3
3
3
4
56
64
87.50
baik sekali
3
3
2
3
3
2
3
2
3
3
45
64
70.31
baik
4
4
4
4
4
3
3
4
3
4
2
55
64
85.94
baik sekali
3
3
3
3
3
3
0
4
3
4
4
45
64
70.31
baik
4
3
3
4
1
3
3
3
3
2
3
2
46
64
71.88
baik
3
4
1
4
4
3
4
4
3
4
3
1
4
50
64
78.13
baik
3
2
3
4
3
4
4
2
3
3
3
1
2
44
64
68.75
baik
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
46
64
71.88
baik
3
3
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
4
56
64
87.50
baik sekali
2
2
0
2
3
4
3
3
4
0
4
3
0
3
3
40
64
62.50
cukup
2
2
2
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
43
64
67.19
baik
3
2
2
2
3
3
4
3
3
3
3
3
3
2
2
1
42
64
65.63
cukup
K-26
3
2
3
3
1
3
3
4
3
4
4
3
3
3
3
4
49
64
76.56
baik
Jumlah (%) Tanggapan
77
64
71
67
74
86
64
74
78
1246
1664
74.88
baik
59.82
66.07
74 66.0 7
71
77.68
76.79
57.14
66.07
69.64
74.88
baik
cukup
baik
baik
baik
baik
baik
64.29 cuku p
63.39
Keterangan
63.39 cuku p
85 75.8 9
72
57.14
88 78.5 7
87
68.75
66 58.9 3 cuku p
cukup
baik
cukup
baik
baik
baik
Kode 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
1
K-01
4
3
2
2
2
4
4
3
2
3
3
3
4
3
3
2
K-02
4
3
1
3
3
1
4
4
3
4
1
2
4
1
3
K-03
3
3
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3
2
4
K-04
2
2
4
3
4
3
4
3
2
3
3
2
3
5
K-05
3
3
3
3
3
1
3
3
3
3
3
3
6
K-06
3
2
2
3
2
3
3
3
4
3
2
4
7
K-07
4
1
2
3
3
4
4
3
4
3
4
8
K-08
3
3
4
3
4
2
4
4
3
4
9
K-09
3
3
3
3
1
3
3
4
3
4
10
K-10
3
3
2
2
2
3
4
4
3
11
K-11
2
2
2
3
3
3
3
3
12
K-12
3
3
3
3
4
3
4
2
13
K-13
3
3
3
3
3
3
3
14
K-14
4
4
3
3
3
4
4
15
K-15
3
3
2
3
3
4
16
K-16
4
4
3
4
1
17
K-17
3
3
2
2
2
18
K-18
3
3
3
3
19
K-19
4
2
2
20
K-20
3
2
2
21
K-21
2
3
22
K-22
3
23
K-23
4
24
K-24
25
K-25
26
cukup
184
Skor
Pernyataan
No.
No.
Pernyataan
Kode 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Skor
Skor Maks
(%) Tanggapan
Ket
1
E-01
3
3
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
2
4
4
51
64
79.69
baik
2
E-02
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
50
64
78.13
baik
3
E-03
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
45
64
70.31
baik
4
E-04
3
2
2
3
4
2
4
4
3
4
4
3
3
3
3
2
49
64
76.56
baik
5
E-05
4
3
4
4
3
4
4
1
4
3
3
4
3
4
2
2
52
64
81.25
baik sekali
6
E-06
4
3
3
3
1
2
2
3
2
3
4
3
4
2
3
3
45
64
70.31
baik
7
E-07
3
3
3
3
4
4
3
4
3
4
4
3
3
3
4
3
54
64
84.38
baik sekali
8
E-08
3
2
2
2
2
4
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
47
64
73.44
baik
9
E-09
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
2
1
42
64
65.63
cukup
10
E-10
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
48
64
75.00
baik
11
E-11
3
3
3
3
3
4
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
51
64
79.69
baik
12
E-12
4
3
3
3
3
3
4
3
3
4
3
4
4
3
3
4
54
64
84.38
baik sekali
13
E-13
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
46
64
71.88
baik
14
E-14
3
3
3
3
3
4
3
3
4
4
3
4
4
3
4
4
55
64
85.94
baik sekali
15
E-15
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
45
64
70.31
baik
16
E-16
3
3
3
2
3
2
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
48
64
75.00
baik
17
E-17
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
3
46
64
71.88
baik
18
E-18
3
2
2
3
4
4
4
4
3
4
4
3
3
3
4
4
54
64
84.38
baik sekali
19
E-19
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
2
44
64
68.75
baik
20
E-20
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
2
3
45
64
70.31
baik
21
E-21
3
3
4
4
2
3
3
3
4
4
3
4
4
2
3
3
52
64
81.25
baik sekali
22
E-22
3
3
3
2
3
3
4
4
3
3
4
3
4
3
3
3
51
64
79.69
baik
23
E-23
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
50
64
78.13
baik
24
E-24
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
48
64
75.00
baik
25
E-25
2
2
4
2
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
4
55
64
85.94
baik sekali
3 80 71. 43 bai k
3 71 63.3 9 cuku p
3 78 69. 64 bai k
3 75 66. 96 bai k
3 77 68. 75 bai k
4 83 74. 11 bai k
3 87 77. 68 bai k
3 82 73. 21 bai k
3 77 68. 75 bai k
3 84 75. 00 bai k
3 85 75. 89 bai k
3 80 71. 43 bai k
4 87 77. 68 bai k
3 73 65.1 8 cuku p
3 80 71. 43 bai k
3 78 69. 64 bai k
50 1277
64 1664
78.13 76.74
baik baik
26
E-26 Jumlah (%) Tanggapan
Keterangan
Lampiran 28
ANALISIS POSTTEST ANGKET CURIOSITY AKHIR SISWA KELAS EKSPERIMEN
76.74 baik
185
ANALISIS POSTTEST ANGKET CURIOSITY AKHIR SISWA KELAS KONTROL
No.
Pernyataan
Kode 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Skor
Skor Maks
(%) Tanggapan
Ket
1
K-01
3
3
2
2
3
3
4
3
3
4
4
3
3
3
4
3
50
64
78.13
baik
2
K-02
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
3
3
4
2
3
1
48
64
75.00
baik
3
K-03
3
4
3
3
3
4
3
4
3
4
3
3
3
2
3
3
51
64
79.69
baik
4
K-04
2
2
3
3
3
4
4
3
3
2
4
2
4
2
4
3
48
64
75.00
baik
5
K-05
3
3
4
3
3
4
4
4
3
3
3
3
4
3
4
4
55
64
85.94
baik sekali
6
K-06
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
48
64
75.00
baik
7
K-07
4
2
4
4
1
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
57
64
89.06
baik sekali
8
K-08
4
3
4
4
4
2
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
60
64
93.75
baik sekali
K-09
3
2
3
3
3
3
3
4
3
3
4
2
4
4
4
3
51
64
79.69
baik
K-10
3
2
3
3
3
4
4
4
3
4
3
3
3
3
4
3
52
64
81.25
baik sekali
11
K-11
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
46
64
71.88
baik
12
K-12
4
3
3
3
4
3
3
4
3
4
3
3
4
3
4
4
55
64
85.94
baik sekali
13
K-13
4
4
4
4
3
3
4
4
2
3
3
3
3
3
3
4
54
64
84.38
baik sekali
14
K-14
4
4
4
2
4
4
4
4
3
4
4
3
4
2
3
4
57
64
89.06
baik sekali
15
K-15
3
3
3
3
3
3
3
4
2
3
3
3
3
2
3
3
47
64
73.44
baik
16
K-16
3
4
3
4
4
4
3
4
3
4
3
4
3
3
4
4
57
64
89.06
baik sekali
17
K-17
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
2
4
2
2
1
45
64
70.31
baik
18
K-18
3
3
3
3
3
3
1
3
3
2
3
3
3
3
3
2
44
64
68.75
baik
19
K-19
4
4
3
3
3
2
4
4
3
4
4
3
0
3
4
4
52
64
81.25
baik sekali
20
K-20
3
3
3
3
2
3
4
3
3
3
3
3
3
2
2
3
46
64
71.88
baik
21
K-21
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
48
64
75.00
baik
22
K-22
4
3
4
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
59
64
92.19
baik sekali
23
K-23
4
3
3
3
3
4
4
3
4
4
4
3
3
3
4
3
55
64
85.94
baik sekali
24
K-24
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
46
64
71.88
baik
25
K-25
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
45
64
70.31
baik
26
K-26
3
2
3
4
3
3
4
4
3
4
3
3
4
3
3
4
53
64
82.81
baik sekali
82 73. 21 bai k
75
81
79
75
79
85
89
77
84
83
75
82
71
83
79
1329
1664
79.87
baik
66.96
72.32
70.54
66.96
70.54
75.89
79.46
68.75
75.00
74.11
66.96
73.21
63.39
74.11
70.54
79.87
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
cukup
baik
baik
baik
Jumlah (%) Tanggapan Keterangan
186
9 10
HASIL OBSERVASI PENINGKATAN CURIOSITY SISWA KELAS EKSPERIMEN Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
E-1 E-2 E-3 E-4 E-5 E-6 E-7 E-8 E-9 E-10 E-11 E-12 E-13 E-14 E-15 E-16 E-17 E-18 E-19 E-20 E-21 E-22 E-23 E-24 E-25 E-26
Jumlah Persentase (%)
Observasi I A 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 5 9 5 7
B 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 10 4 10 0
C 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 10 0 96
D 4 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 5 8 5 6
Observasi II
E 4 4 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 8 5 6
F 3 4 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 4 2 3 2 2 2 3 2 4 2 2 4 2 3 6 7 6 4
22 22 16 16 16 16 18 16 19 17 17 16 19 15 17 16 16 16 17 15 19 17 15 18 16 19 446 71. 5
A 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 4 2 3 3 2 2 4 3 2 3 3 3 6 9 6 6
B 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 10 4 10 0
C 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 10 1 97
D 4 4 2 2 3 4 2 2 2 4 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 4 2 2 2 3 2 6 6 6 3
E 4 4 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 4 2 2 2 3 2 6 3 6 1
F 4 4 2 2 3 2 2 2 3 2 4 2 3 2 4 2 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 6 6 6 3
23 23 16 17 20 19 16 16 19 18 18 16 18 15 24 16 17 17 16 15 24 18 15 17 19 17 469 75. 2
Observasi III A
B
C
D
E
F
3 4 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 4 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 7 0 6 7
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 10 4 10 0
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 10 4 10 0
4 4 2 2 3 4 2 2 3 4 4 2 2 3 4 2 3 2 3 3 4 3 3 2 3 4 7 7 7 4
4 4 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 4 2 2 2 2 2 4 2 2 2 3 2 6 7 6 4
4 4 2 2 3 3 2 2 3 4 4 2 3 2 4 2 2 2 2 2 4 2 2 2 3 2 6 9 6 6
Skor Perolehan
Skor Maks
Persentase (%)
Keterangan
23 24 16 18 19 20 17 16 20 21 21 16 19 17 24 16 18 17 17 17 23 18 18 17 20 19
68 69 48 51 55 55 51 48 58 56 56 48 56 47 65 48 51 50 50 47 66 53 48 52 55 55
72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72
94.44 95.83 66.67 70.83 76.39 76.39 70.83 66.67 80.56 77.78 77.78 66.67 77.78 65.28 90.28 66.67 70.83 69.44 69.44 65.28 91.67 73.61 66.67 72.22 76.39 76.39
sangat baik sangat baik baik baik baik baik baik baik sangat baik baik baik baik baik cukup sangat baik baik baik baik baik cukup sangat baik baik baik baik baik baik
1406
1872
75.11
baik
491
Lampiran 29
No .
78. 7
187
N o.
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
K-1 K-2 K-3 K-4 K-5 K-6 K-7 K-8 K-9 K-10 K-11 K-12 K-13 K-14 K-15 K-16 K-17 K-18 K-19 K-20 K-21 K-22 K-23 K-24 K-25 K-26 Jumlah
Persentase (%)
Observasi I A 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 6 4 6 2
B 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 10 4 10 0
C 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 10 2 98
D 3 4 4 4 2 3 4 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 4 2 2 3 3 3 3 2 7 3 7 0
E 3 2 2 4 2 3 4 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 6 5 6 3
F 3 2 2 4 2 3 4 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 6 2 6 0
S 20 18 19 23 17 20 23 15 19 16 17 15 16 16 20 16 19 19 20 17 17 19 17 17 18 17 470 452
Observasi II A 3 3 3 4 3 3 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 6 7 6 4
B 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 10 4 10 0
C 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 10 4 10 0
D 4 4 3 4 2 3 4 2 4 3 3 2 2 2 3 2 3 3 4 2 2 3 3 3 3 2 7 5 7 2
E 3 3 2 4 2 3 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 4 2 2 3 2 2 2 2 6 4 6 2
F 3 2 2 3 2 3 4 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 6 1 5 9
S 21 20 18 23 17 20 24 16 20 17 17 16 16 16 19 16 19 18 21 17 17 19 17 17 17 17 475 457
A 3 2 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 6 5 6 3
B 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 10 4 10 0
Observasi III C D 4 2 4 3 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 2 4 2 4 3 4 2 4 2 4 2 4 2 4 4 4 3 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 10 6 4 6 10 6 0 3
E 2 3 4 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 4 3 2 2 2 3 2 3 2 6 8 6 5
F 2 2 4 2 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 6 9 6 6
S
Skor Perolehan
Skor Maks
Persentase (%)
Keterangan
17 18 23 18 18 20 21 19 20 18 18 17 18 18 19 17 17 21 20 18 17 16 18 16 17 17
58 56 60 64 52 60 68 50 59 51 52 48 50 50 58 49 55 58 61 52 51 54 52 50 52 51
72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72
80.56 77.78 83.33 88.89 72.22 83.33 94.44 69.44 81.94 70.83 72.22 66.67 69.44 69.44 80.56 68.06 76.39 80.56 84.72 72.22 70.83 75.00 72.22 69.44 72.22 70.83
sangat baik baik sangat baik sangat baik baik sangat baik sangat baik baik sangat baik baik baik baik baik baik sangat baik baik baik sangat baik sangat baik baik baik baik baik baik baik baik
476
1421
1872
75.91
Lampiran 30
HASIL OBSERVASI PENINGKATAN CURIOSITY SISWA KELAS KONTROL
baik
458
188
Lampiran 31
189
UJI HIPOTESIS HASIL OBSERVASI PENINGKATAN CURIOSITY Hipotesis : Ho : Ha :
1 ≥ 2 1 < 2
Kriteria : Ho diterima jika, thitung > ttabel Pengujian hipotesis dengan menggunakan persamaan berikut
Sumber Data N Jumlah Rata-rata s2 s
-2.009
Kelompok thitung ttabel Eksperimen Kontrol 26 26 1952.78 1973.61 75.11 75.91 2.009 0.355 81.78 50.61 9.04 7.11
-0.355
Karena thitung > ttabel , maka kurva berada di daerah penerimaan Ho, peningkatan curiosity siswa berdasarkan hasil observasi kelas eksperimen lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol
Lampiran 32
190
UJI NORMALITAS SKOR ANGKET CURIOSITY AWAL KELAS EKSPERIMEN Hipotesis Ho : data berdistribusi normal data berdistribusi tidak Ha : normal Pengujian Hipotesis Menggunakan rumus
= 2
k
(Oi E i )2
i =1
Ei
å
Kriteria Ho diterima jika 2hitung < 2tabel Pengujian Hipotesis Nilai maksimal 81.25 Nilai minimal 62.50 Rentang 18.75 Banyak Kelas 6
Kelas Interval 63 66 69 72 76 79 82
-
65 68 71 75 78 81 85
Batas Kelas 62.00 65.31 68.61 71.92 75.23 78.54 81.84
Panjang kelas Rata-rata s n Z untuk batas kelas -1.59 -0.96 -0.34 0.28 0.90 1.52 2.14
Peluang untuk Z 0.44 0.33 0.13 0.11 0.32 0.44 0.48
3 70.43 5.32 26.00
Luas untuk Z 0.11 0.20 0.24 0.21 0.12 0.05 0.48
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel =
Ei
Oi
(OiEi)²
2.89 5.16 6.34 5.36 3.11 1.24
4 8 3 6 3 2
0.43 1.56 1.76 0.08 0.00 0.46
2 =
4.28
Ei
11.07
4.28 11.07 Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
191
UJI NORMALITAS SKOR ANGKET CURIOSITY AWAL KELAS KONTROL Hipotesis Ho : data berdistribusi normal Ha : data berdistribusi tidak normal Pengujian Hipotesis Menggunakan rumus
= 2
k
(Oi E i )2
i =1
Ei
å
Kriteria Ho diterima jika 2hitung < 2tabel Pengujian Hipotesis Nilai maksimal 87.50 Nilai minimal 62.50 Rentang 25 Banyak Kelas 6 Kelas Interval 63 67 71 76 80 85 89
-
66 70 75 79 84 88 92
Batas Kelas 62.00 66.41 70.82 75.23 79.64 84.05 88.46
Panjang kelas Rata-rata s n Z untuk batas kelas -1.92 -1.26 -0.60 0.05 0.71 1.37 2.02
Peluang untuk Z 0.47 0.40 0.23 0.02 0.26 0.41 0.48
4 74.88 6.72 26.00
Luas untuk Z 0.08 0.17 0.25 0.24 0.15 0.06 0.48
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel =
(Oi-Ei)²
Ei
Oi Ei
1.98 4.40 6.45 6.24 3.98 1.68
2 6 7 4 4 3
0.00 0.58 0.05 0.80 0.00 1.04
2 =
2.48
11.07
2.48 11.07 Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
Lampiran 33
192
UJI NORMALITAS SKOR ANGKET CURIOSITY AKHIR KELAS EKSPERIMEN Hipotesis Ho : data berdistribusi normal data berdistribusi tidak Ha : normal Pengujian Hipotesis Menggunakan rumus
= 2
k
(Oi E i )2
i =1
Ei
å
Kriteria Ho diterima jika 2hitung < 2tabel Pengujian Hipotesis Nilai maksimal 85.94 Nilai minimal 65.63 Rentang 20.3125 Banyak Kelas 6
Kelas Interval 66 69 73 76 80 84 87
-
68 72 75 79 83 86 90
Batas Kelas 65.13 68.71 72.29 75.87 79.46 83.04 86.62
Panjang kelas Rata-rata s n Z untuk batas kelas -2.01 -1.39 -0.77 -0.15 0.47 1.09 1.71
Peluang untuk Z 0.48 0.42 0.28 0.06 0.18 0.36 0.46
Luas untuk Z 0.06 0.14 0.22 0.24 0.18 0.09 0.46
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel =
4 76.74 5.78 26.00
Ei
Oi
(OiEi)²
1.56 3.60 5.71 6.25 4.71 2.45
1 7 4 4 5 5
0.20 3.22 0.51 0.81 0.02 2.64
2 =
7.40
Ei
11.07
7.40 11.07 Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
193 UJI NORMALITAS SKOR ANGKET CURIOSITY AKHIR KELAS KONTROL Hipotesis Ho : data berdistribusi normal data berdistribusi tidak Ha : normal Pengujian Hipotesis Menggunakan rumus
= 2
k
(Oi E i )2
i =1
Ei
å
Kriteria Ho diterima jika 2hitung < 2tabel Pengujian Hipotesis Nilai maksimal 93.75 Nilai minimal 68.75 Rentang 25 Banyak Kelas 6 Kelas Interval 69 73 78 82 86 91 95
-
72 77 81 85 90 94 99
Batas Kelas 68.25 72.66 77.07 81.48 85.89 90.30 94.71
Panjang kelas Rata-rata s n Z untuk batas kelas -1.56 -0.97 -0.38 0.22 0.81 1.40 2.00
Peluang untuk Z 0.44 0.33 0.15 0.09 0.29 0.42 0.48
4 79.87 7.43 26.00
Luas untuk Z 0.11 0.19 0.23 0.21 0.13 0.06 0.48
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel =
(Oi-Ei)²
Ei
Oi Ei
2.78 4.87 6.05 5.34 3.35 1.49
6 5 5 2 6 2
3.72 0.00 0.18 2.09 2.11 0.18
2 =
8.28
11.07
8.28 11.07 Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
Lampiran 34
194
UJI VARIANS ANGKET CURIOSITY AWAL KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL Hipotesis : Ho : Ha :
1 = 2 1 ≠ 2
Kriteria : Ho diterima jika, Fhitung < Ftabel Sumber Data N Jumlah Rata-rata s2 s
Kelompok Fhitung Ftabel Eksperimen Kontrol 26 26 1831.25 1946.88 70.43 74.88 1.262 1.955 28.31 45.10 5.32 6.72
1.262
1.955
Karena Fhitung < Ftabel , maka nilai pretest angket curiosity kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang sama
Lampiran 35
195
UJI VARIANS ANGKET CURIOSITY AKHIR KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL Hipotesis : Ho : Ha :
1 = 2 1 ≠ 2
Kriteria : Ho diterima jika, Fhitung < Ftabel Sumber Data N Jumlah Rata-rata s2 s
Kelompok Fhitung Ftabel Eksperimen Kontrol 26 26 1995.31 2076.56 76.74 79.87 1.396 1.955 28.31 55.14 5.32 7.43
1.396
1.955
Karena Fhitung < Ftabel , maka nilai posttest angket curiosity kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang sama
Lampiran 36
196
UJI GAIN HASIL ANGKET CURIOSITY KELAS EKSPERIMEN (VII B) No
Kode
Pre-test
Post-test
Gain
Kriteria
1 E-01 2 E-02 3 E-03 4 E-04 5 E-05 6 E-06 7 E-07 8 E-08 9 E-09 10 E-10 11 E-11 12 E-12 13 E-13 14 E-14 15 E-15 16 E-16 17 E-17 18 E-18 19 E-19 20 E-20 21 E-21 22 E-22 23 E-23 24 E-24 25 E-25 26 E-26 Jumlah Mean s2 s Maksimal Minimal
80 72 67 73 63 64 77 73 67 69 75 81 66 72 67 77 67 78 67 70 70 67 75 63 64 67 1831.25 70.43
80 78 70 77 81 70 84 73 66 75 80 84 72 86 70 75 72 84 69 70 81 80 78 75 86 78 1995.313 76.74
0.00 0.22 0.10 0.12 0.50 0.17 0.33 0.00 -0.05 0.20 0.19 0.17 0.18 0.50 0.10 -0.07 0.14 0.29 0.05 0.00 0.37 0.38 0.13 0.33 0.61 0.33 5.29 0.20
Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang
28.31 5.32 81.25 62.5
33.46 5.78 85.9375 65.625
0.03 0.18
197
UJI GAIN CURIOSITY KELAS KONTROL (VII D) No
Kode
1 K-01 2 K-02 3 K-03 4 K-04 5 K-05 6 K-06 7 K-07 8 K-08 9 K-09 10 K-10 11 K-11 12 K-12 13 K-13 14 K-14 15 K-15 16 K-16 17 K-17 18 K-18 19 K-19 20 K-20 21 K-21 22 K-22 23 K-23 24 K-24 25 K-25 26 K-26 Jumlah Mean s2 s Maksimal Minimal
Pre-test
Post-test
Gain
Kriteria
75 78 67 75 77 80 72 75 72 86 75 75 83 89 83 94 77 80 80 81 73 72 80 86 70 84 88 89 70 73 86 89 70 70 72 69 78 81 69 72 72 75 88 92 63 86 67 72 66 70 77 83 1946.875 2076.563 74.88 79.87
0.13 0.24 0.13 0.11 0.50 0.00 0.36 0.64 0.13 0.08 -0.06 0.31 0.47 0.13 0.11 0.22 0.00 -0.11 0.14 0.10 0.11 0.38 0.63 0.14 0.14 0.27 5.28 0.20
Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah
45.10 6.72 87.5 62.5
55.14 7.43 93.75 68.75
0.04 0.19
198
UJI GAIN CURIOSITY KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
=
<Spre> <Spost>
<Spost> 100.00% = =
<Spre> <Spre>
skor rata-rata tes awal (%) skor rata-rata tes akhir (%)
Kriteria nilai > 0,7 tinggi 0,3 ≤ ≤ 0,7 sedang < 0,3 rendah UJI GAIN KELAS EKSPERIMEN 76.74% 100.00%
=
= Rendah
-
70.43% = 70.43%
21.34%
-
74.88% = 74.88%
19.86%
UJI GAIN KELAS KONTROL 79.87% 100.00%
=
= Rendah
Lampiran 37
199
UJI HIPOTESIS PENINGKATAN CURIOSITY Hipotesis : Ho : Ha :
1 ≥ 2 1 < 2
Kriteria : Ho diterima jika, thitung > ttabel Pengujian hipotesis dengan menggunakan persamaan berikut
Sumber Data N Jumlah Rata-rata s2 s
-2.009
Kelompok thitung ttabel Eksperimen Kontrol 26 26 1995.31 2076.56 76.74 79.87 -1.693 2.009 33.46 55.14 5.78 7.43
-1.693
Karena thitung > ttabel , maka kurva berada di daerah penerimaan Ho, peningkatan curiosity siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol
Lampiran 38
200
ANALISIS KOEFISIEN KORELASI ANTARA CURIOSITY DAN PEMAHAMAN KONSEP No
Curiosity (X)
Pemahaman Konsep (Y)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Jumlah Rata-rata
79.6875 78.1250 70.3125 76.5625 81.2500 70.3125 84.3750 73.4375 65.6250 75.0000 79.6875 84.3750 71.8750 85.9375 70.3125 75.0000 71.8750 84.3750 68.7500 70.3125 81.2500 79.6875 78.1250 75.0000 85.9375 78.1250 1995.3125 76.7428
90.0000 85.0000 70.0000 80.0000 75.0000 90.0000 85.0000 65.0000 70.0000 80.0000 90.0000 90.0000 75.0000 85.0000 90.0000 90.0000 75.0000 90.0000 75.0000 65.0000 90.0000 75.0000 90.0000 85.0000 90.0000 95.0000 2140.0000 82.3077
Xi2
Yi2
Xi .Yi
Xi - X
6350.0977 6103.5156 4943.8477 5861.8164 6601.5625 4943.8477 7119.1406 5393.0664 4306.6406 5625.0000 6350.0977 7119.1406 5166.0156 7385.2539 4943.8477 5625.0000 5166.0156 7119.1406 4726.5625 4943.8477 6601.5625 6350.0977 6103.5156 5625.0000 7385.2539 6103.5156 153962.4023
8100.0000 7225.0000 4900.0000 6400.0000 5625.0000 8100.0000 7225.0000 4225.0000 4900.0000 6400.0000 8100.0000 8100.0000 5625.0000 7225.0000 8100.0000 8100.0000 5625.0000 8100.0000 5625.0000 4225.0000 8100.0000 5625.0000 8100.0000 7225.0000 8100.0000 9025.0000 178100.0000
7171.8750 6640.6250 4921.8750 6125.0000 6093.7500 6328.1250 7171.8750 4773.4375 4593.7500 6000.0000 7171.8750 7593.7500 5390.6250 7304.6875 6328.1250 6750.0000 5390.6250 7593.7500 5156.2500 4570.3125 7312.5000 5976.5625 7031.2500 6375.0000 7734.3750 7421.8750 164921.8750
2.9447 1.3822 -6.4303 -0.1803 4.5072 -6.4303 7.6322 -3.3053 -11.1178 -1.7428 2.9447 7.6322 -4.8678 9.1947 -6.4303 -1.7428 -4.8678 7.6322 -7.9928 -6.4303 4.5072 2.9447 1.3822 -1.7428 9.1947 1.3822 0.0000
Koefisien Korelasi dalam Regresi Linier n (XiYi) (Xi) (Yi) r
r rhitung
{n Xi2 ( Xi)2}{(n Yi2 (Yi)
= = >
0.540 rtabel
rtabel
=
0.404
Ho ditolak
Jadi, terdapat hubungan positif antara curiosity dan pemahaman konsep sebesar 0,540
(Xi - X)2 8.6713 1.9105 41.3486 0.0325 20.3150 41.3486 58.2507 10.9249 123.6052 3.0373 8.6713 58.2507 23.6954 84.5427 41.3486 3.0373 23.6954 58.2507 63.8847 41.3486 20.3150 8.6713 1.9105 3.0373 84.5427 1.9105 836.5572
Lampiran 43
205 DOKUMENTASI PENELITIAN
A.
KELAS EKSPERIMEN
206 B.
KELAS KONTROL