e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV Ni Wayan Febri Yuliariska1, I Wayan Suwatra2, Ni Nyoman Garminah3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Manggissari tahun pelajaran 2015/2016 setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check.Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas.Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV di SD Negeri 2 Manggissari tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 15 orang.Data hasil belajar dikumpulkan dengan instrumen berbentuk tes uraian yang berjumlah 6 butir.Data yang terkumpul selanjutnya dinanalisis dengan menggunakan metode analisis statistik diskriptif.Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 10 dari rata-rata 74 pada siklus I menjadi 84 pada siklus II.Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check dalam pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 2 Manggissari tahun pelajaran 2015/2016 dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Peningkatan terjadi karena siswa termotivasi untuk belajar dengan adanya diskusi kelompok berpasangan yang membuat siswa lebih leluasa dalam mengemukakan pendapat. Kata kunci: Hasil belajar,Pair Check Abstract The purposes of this study are to know the increase of the learning achivement in natural science of the four th grade student of SD Negeri 2 Manggissari in academic year 2015/2016 applied by using cooperative learning method type Pair Check. The present study made use of a classroom action research. The subjects of the present study was four th grade student of SD Negeri 2 Manggissari in academic year 2015/2016 which consists of 15 student. The data of learning achievement collected with multiple choise instrument which consists of 6 items. The accumulate of data were analyzed by using descriptive statistical analysis method. The result of the study showed that the increased average learning achivement around 10 from average 74 inthe cycle I becoming 84 in the cycle II. Based on the result of the study that applied of cooperative learning method Pair Check in natural science learning of four th grade student of SD Negeri 2 Manggissari in academic 2015/2016 could be increased the student learning achivement. The increase occurred because students are motivated by the discussion group pairs that make students more freedom to express their opinions. Keywords: Learning achivement, Pair Check
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 PENDAHULUAN Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional harus mampu meningkatkan mutu dan relevansi serta efisiensi pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahrasa, olahpikir, dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) yang berkembang pesat memunculkan tuntutan baru dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam sistem pendidikan. Salah satu tuntutan dalam sistem pendidikan adalah perubahan paradigma atau reorientasi terhadap proses pembelajaran. Kurniasih & Berlin Sani (2015) menyatakan bahwa “pendidikan dan pembelajaran merupakan bidang yang cukup kompleks,sebab dipengaruhi oleh berbagai hal. Salah satu faktor yang berpengaruh tersebut adalah guru”. Dengan tidak mengesampingkan peranan siswa dalam pembelajaran guru memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan proses pembelajaran sangat di tentukan oleh guru. Rampengan (Trianto:2007) menyatakan terbatasnya metode yang digunakan membawa akibat terhadap pesan yang diberikan oleh guru. Pendidikan merupakan keharusan bagi manusia, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial (Arbi & Syahniar Sharun 2011: 1). Ki Hajar Dewantara (dalam Hartoto:2010) menyatakan bahwa “pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani siswa, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan siswa yang selaras dengan alam dan masyarakatnya”. Pendidikan di sekolah merupakan pendidikan secara formal yang juga menggunakan acuan atau pedoman dalam proses pembelajaran.Wahyudin (2002:6.19) menyatakan bahwa “pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik
untuk mengembangkan hidupnya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan selanjutnya”. Terlebih lagi untuk anak SD.Acuan tersebut sangat memepengaruhi proses belajar dan mengajar untuk anak-anak. Hal ini dikarenakan siswa SD bagaikan masih kertas putih yang akan ditulisi dengan berbagai pengetahuan yang belum mereka ketahui. Untuk itu, peran guru sangat membantu dalam proses pembelajaran siswa. Dalam proses ini guru hendaklah mempersiapkan dengan matang sebelum mengajar dikelas, dengan acuan maupun pedoman yang ada serta kreativitas guru yang menyenangkan sangat diperlukan untuk membantu proses belajar siswa yang maksimal. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak dan meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas serta memiliki pola piker yang tinggi yang diharapkan mampu untuk menjawab tantangan pada masa yang akan datang. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu pembaruan dalam bidang pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional terutama pada proses pembelajaran. Pembelajaran dirancang sebagai upaya guru dalam memberikan materi pelajaran kepada siswa agar dapat menguasai beberapa keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotor.Dalam dunia pendidikan pengelolaan kegiatan pembelajaran harus mendapatkan perhatian yang serius. Kelancaran proses pembelajaran didukung oleh banyak faktor, baik dari faktor luar maupun faktor dalam. Dalam proses pendidikan, diperlukan adanya pengelolaan kegiatan pembelajaran yang efektif pasa semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan IPTEK. Trianto (2010:141) menyatakan, Ilmu Pengetahuan Alam merupakan “ilmu pengetahuan yang 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah, yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal”.
sejak usia dini dengan belajar lewat lingkungan sekitar. Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Dalam pembelajaran IPA di SD seorang guru harus memperhatikan tahap perkembangan anak dan memperhatikan cara penyajiannya dalam proses pembelajaran, agar fungsi dan tujuan IPA di SD dapat tercapai. Saat ini pembelajaran IPA yang digunakan di beberapa Sekolah Dasar (SD) masih menggunakan pendekatan konvensional. Pembelajaran IPA masih didominasi metode ceramah dan pemberian tugas. Siswa kurang dilibatkan sepenuhnya dalam pembelajaran dan kurang dilatih untuk menggali dan mengolah informasi, mengambil keputusan secara tepat, dan memecahkan masalah. Siswa juga kurang dilatih untuk mengkonstruksi dan menemukan sendiri konsep dan rumus yang ada. Siswa cendrung lebih banyak sebagai penerima informasi sehingga membuat kecakapan berpikir siswa rendah atau dengan kata lain pembelajaran dirasakan kurang bermakna, dari proses pembelajaran ini menimbulkan dampak bagi siswa yakni kurangnya perhatian dalam pembelajaran, siswa yang menghafal konsep-konsep IPA sehingga banyak siswa yang kurang memahami konsep-konsep tersebut jika konsep tersebut diterapkan pada situasi yang berbeda pada permasalahan yang sejenis, serta siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang terlihat dari masih adanya siswa yang bermain-main pada saat pembelajaran berlangsung. Untuk menumbuhkan dan mengoptimalkan pemahaman, interaksi dan kerjasama siswa dalam memecahkan suatu masalah, maka perlu menggunakan seting kelas pembelajaran dengan teknik belajar kooperatif. Salah satu teknik pembelajaran kooperatif yang dipilih yaitu kooperatif tipe Pair Check. Pembelajaran kooperatif tipe Pair Check adalah sebuah alur diskusi dimana siswa diminta bekerja berpasangan dan menerapkan susunan pengecekan berpasangan untuk memecahkan masalahmasalah yang ada dalam proses
Tujuan pembelajaran IPA disekolah yaitu “memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia hidup, cara bersikap serta menanamkan sikap hidup ilmiah, memberikan ketrampilan untuk melakukan pengamatan, mendidik siswa unutk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuan penemunya” (Trianto, 2010:141). Kardi & Nur (dalam Trianto, 2010:142) menyatakan bahwa “hakikat IPA mesti tercermin dalam tujuan pendidikan dan metode mengajar yang digunakan”. IPA adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk diberikan kepada semua siswa, mulai dari sekolah dasar sampai pada perguruan tinggi.Rendahnya prestasi belajar siswa tersebut terkait dengan komponenkomponen pembelajaran IPA di sekolah, diantaranya kurikulum, media, pendekatan, model, dan evaluasi. Samawato (2010: 3) menyatakan, Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA).Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan.Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam.Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa di alam ini. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA tidak hanya mengumpulkan pengetahuan melainkan juga memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. Belajar tentang IPA sudah dimulai dari 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 pembelajaran. Sanjaya (2012:132) menyatakan “pembelajaran Pair Check adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang berpasangan (kelompok sebangku) yang bertujuan untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajarinya”. Melalui kegiatan diskusi ini, siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, diharapkan mampu saling membantu satu sama lainya, sehingga menghasilkan efek yang positif terhadap peningkatan respon siswa dalam memecahkan masalah. Melalui penerapan susunan pengecekan berpasangan, memungkinkan tumbuhnya sikap kritis dan saling menukarkan perbedaan pemikiran yang menantang siswa untuk semakin mengoreksi dan mengembangkan pengetahuan yang telah dibentuknya. Dengan pembelajaran ini siswa dituntut untuk menghargai dan menerima saran sesama teman sehingga tidak memungkinkan adanya dominasi dalam kelompok. Melalui pembelajaran ini siswa akan memiliki rasa tanggung jawab dan saling mengisi dalam menemukan pemecahan masalah sehingga pada akhirnya akan mampu meningkatkan hubungan positif antar individu. Pada intinya model pembelajaran Pair Check adalah model pembelajaran berpasangan untuk mendalami suatu konsep/topik dalam pembelajaran. Hasil belajar siswa yang maksimal tidak lepas dari peran guru dalam proses pembelajaran. Peran guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah sangat tinggi. Peran guru tersebut terkait dengan peran siswa dalam belajar. Dimyanti & Mudjiono (2009:37) menyatakan Guru adalah subjek pembelajaran siswa. sebagai subjek pembelajaran guru berhubungan langsung dengan siswa. guru dapat menggolonggolongkan motivasi belajar siswa tersebut, kemudian guru melakukan penguatan-penguatan pada motivasi instrumental, motivasi sosial, motivasi berprestasi dan motivasi intrinsik siswa.
tertulis, lengkap dan menyeluruh, meningkatkan diri untuk menjadi seorang guru yang berkepribadian utuh, bertindak sebagai guru yang mendidik, meningkatkan profesionalitas keguruan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri 2 Manggissari pada pembelajaran IPA di kelas IV kurang bermakna dan menyenangkan. Hal ini disebabkan oleh guru masih menggunakan pembelajaran konvensional. Meski sudah menggunakan media atau alat peraga namun siswa masih saja pasif dalamproses pembelajaran karena media yang digunakan tidak menarik bagi siswa. Selanjutnya, hasil wawancara dengan wali kelas IV yang dilakukan di SDNegeri2 Manggissari, membuktikan bahwa pembelajaran IPA di kelas IV kurang menarik dan membosankan, sehingga siswa kurang berpatisipasi dalam pembelajaran.Selama kegiatan pembelajaran guru kurang menerapkan model atau metode pembelajaran yang inovatif karena guru hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran.Hal tersebut mengakibatkan suasana kelas menjadi membosankan, siswa tidak memperhatikan penjelasan guru dan siswa kurang tanggap terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru, sehingga berperngaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.Sesuai dengan pencatatan dokumen mengenai hasil UTS IPA siswa yang masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 63, sedangkan KKM yang ditetapkan sekolah adalah 65. Dari 15 siswa hanya 5 orang yang memperoleh nilai di atas KKM, sedangkan 10 orang memperoleh nilai di bawah KKM. Berdasarkan masalah tersebut, solusi yang dapat digunakan adalah menerapkan model pembelajaran Pair Check yang nantinya diharapkan mampu membuat siswa lebih tertarik dalam proses pembelajaran dengan cara belajar berpasangan. Model pembelajaran Pair Check adalah proses belajar yang lebih mengutamakan kerjasama dalam kelompok, setiap anggota kelompok harus memiliki kemandirian dan harus memiliki kemampuan dalam menyelesaikan persoalan uang diberikan (Huda, 2014).
Guru memiliki peran penting dalam pembelajaran. Peran guru tersebut antara lain membuat desain pembelajaran secara 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Siswa belajar dalam berpasangan dapat saling bertukar pendapat, dengan cara ini siswa akan mampu menemukan konsep yang dipelajari bersama pasangannya, dengan demikian pembelajaran akan menjadi lebih bermakna dan pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru. Salah satu keunggulan metode ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep/topik dalam suasana yang menyenangkan, metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia. Jadi model pembelajaran Pair Check (kelompok sebangku) merupakan salah satu model pembelajaran siswa berpasangan. Pembelajaran kooperatif tipe Pair Check dapat memotivasi siswa untuk berpikir lebih kritis dan kreatif, terbuka, dan mampu bekerjasama, berkompetensi dalam pembelajaran IPA serta berkomunikasi logis dan argumentatif, sehingga proses pembelajaran berlangsung secara bermakna dan alamiah dalam bentuk kegiatan bekerja dan mengalami (berfokus pada siswa), bukan transfer dari pikiran guru ke pikiran siswa. Dengan kata lain, siswa tidak selalu menganggap guru sebagai satu-satunya sumber belajar, sehingga pada akhirnya akan membantu meningkatkan penguasaan kompetensi dasar sains siswa. Salah satu keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep/topic dalam suasana yang menyenangkan, model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia. Jadi model pembelajaran Pair Check merupakan salah satu model pembelajaran siswa berpasangan. Pembelajaran Pair Check ini juga melatih rasa sosial siswa, kerjasama, dan kemampuan memberikan penilaian kepada teman lainnya dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Pada prinsipnya, model pembelajaran Pair Check sangat mengedepankan teknik-teknik berpasangan, salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan, dan pengecekan kebenaran jawaban dilakukan dengan bertukar peran.Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check adalah dapat meningkatkan
kemandirian siswa, meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan pemikiran karena merasa leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya, membentuk kelompoknya lebih mudah dan lebih cepat, dan melatih kecepatan berpikir siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas IV tahun ajaran 2015/2016 setelah penerapan model pembelajaran Pair Check di SDN 2 Manggissari Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada semester genap di SD Negeri 2 Manggissari pada tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Manggissari semester genap tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 15 orang siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Objek penelitian tindakan kelas ini adalah hasil belajar IPA pada siswa kelas IV semester genap SD Negeri 2 Manggissari tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam 2 siklus yang tiap siklus dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan.Pertemuan pertama hingga ketiga untuk pembahasan materi, sedangkan pertemuan keempat untuk pemberian tes evaluasi. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi dan refleksi. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif sebab menggambarkan penerapan suatu pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Model penelitian tindakan kelas ada empat tahapan pada satu siklus penelitian. Tahap yang dilakukan dalam setiap siklus meliputi: (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) observasi dan evaluasi tindakan, dan (d) refleksi. Keempat kegiatan yang ada pada setiap siklus adalah: 1) perencanaan yang meliputi persamaan persepsi dengan guru tentang model yang akan digunakan; 2) pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan; 3) observasi dan evaluasi 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 tindakan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, observasi untuk mengetahui kelemahan dan keunggulan model pembelajaran, evaluasi mengenai segala komponen yang memengaruhi proses pembelajaran. Hasil refleksi siklus I dijadikan dasar perencanaan tindakan siklus berikutnya, baik berupa perencanaan ulang maupun melanjutkan proses pembelajaran berikutnya. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode tes, dengan instrumen yang digunakan yaitu berupa tes hasil belajar.Dalam penelitian ini tes yang digunakan berbentuk esai yaitu suatu tes yang menuntut siswa untuk mampu mengingat materi yang telah diajarkan. Metode tes ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada ranah kognitif siswa sehingga dari hasil belajar
siswa tersebut nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam membuat kesimpulan Soal esai yang digunakan sebagai instrumen berjumlah 6 butir. Setiap soal yang dijawab dengan benar oleh siswa akan diberikan skor 3. Penyusunan instrumen tes hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berpedoman pada kisi-kisi tes yang telah disusun berdasarkan kompetensi yang akan dicapai. Menentukan data hasil belajar dapat menghitung nilai hasil belajar individu, ratarata nilai hasil belajar siswa dan dan persentase rata-rata hasil belajar.Data yang telah terkumpul dianalisis dengan analisis statistik deskriptif.Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa dilakukan dengan membandingkan ratarata berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima pada tabel 1.
Tabel 1. Pedoman Konversi Skala Lima tentang Peningkatan Hasil Belajar Persentase
Katagori
Persentase 90-100 80-89 65-79 55-64 0-54
Katagori Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
Kriteria keberhasilan yang ditetapkan peneliti adalah (1) ketuntasan belajar menimal 80% dan berpedoman pada Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima, (2) setelah penerapan model pmebelajaran kooperatif tipe Pair Check hasil belajar siswa cenderung meningkat ke katagori baik atau sangat baik dan apabila indikator
keberhasilan tercapai, penelitian dihentikan dan dijadikan simpulan dan pembahasan bahwa siklus tersebut telah mencapai ratarata persentase hasil belajar IPA secara keseluruhan mencapai minimal 80%. Untuk menentukan keberhasilan tindakan meningkatkan hasil belajar digunakan kriteria berikut.
Tabel 2. Kriteria Peningkatan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran IPA Kriteria Peningkatan Gains Skor
Predikat
≥ 0,7 0,3 sd < 0,7 < 0,3
Tinggi Sedang Rendah 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini ditandai dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Manggissari. Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah sebagai berikut. (1)Persentase rata-rata belajar siswa berada pada rentang 80 ≤ M < 90 dengan kriteria “Aktif”. (2) Persentase rata-rata hasil belajar berada pada rentang 80 ≤ M < 90 dengan kriteria “Tinggi”. (3) Kualitas peningkatan keberhasilan hasil belajar IPA siswa berada pada rentangan 0,3 sd < 0,7 yakni mencapai predikat minimal ”Sedang Jadwal penelitian disesuaikan dengan kalender akademik yang digunakan di sekolah tempat penelitian berlangsung. Mulai bulan februari adalah kegiatan persiapan penelitian, bulan maret sampai bulan april adalah kegiatan pelaksanaan penelitian siklus I dan siklus II, bulan mei adalah penyusunan laporan hasil penelitian.
kegiatan pembelajaran. (2) Siswa masih kesulitan dalam mengidentifikasi materi yang akan dipelajari. Siswa cendrung hanya sekedar membaca. (3) Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok ataupun dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok masih rendah. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang mau memberikan pendapat dalam diskusi maupun dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan masih minim dan cendrung siswa yang sama. (4) Sebagian besar siswa belum mampu mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. (5) Siswa dalam mengikuti pembelajaran sudah disiplin, tidak ada lagi siswa yang rebut ataupun bermain-main disaat pembelajaran berlangsung. Selain kendala yang ditemui selama pelaksanaan siklus I terdapat juga beberapa kelebihan setelah pelaksanaan siklus I yaitu sebagai berikut. (1) Terjadi peningkatan hasil belajar dari prasiklus ke siklus I. (2) Siswa berpatisipasi aktif dalam proses pembelajaran karena rasa ingin tahu dan kompetisi kelompok untuk menjawab pertanyaan. (3) Siswa memiliki kesempatan yang sama dalam bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengemukakan pendapat. Berdasarkan hasil refleksi tersebut, perbaikan tindakan yang diambil untuk dilaksanakan pada siklus II adalah sebagai berikut. (1) Guru mensosialisasikan kembali pembelajaran yang sedang diterapkan guru sehingga siswa lebih paham terhadap cara kerja dan tugas mereka dalam pembelajaran. (2) Guru lebih intensif membimbing siswa baik dalam meneliti materi ajar. (3) Guru menuntun siswa dengan cara memberikan pertanyaan atau informasi yang dapat dijadikan acuan dalam berpendapat atau menjawab pertanyaan. (4) Guru memberikan latihan-latihan soal pada akhir pembelajaran terkait dengan materi yang telah dipelajari, sehingga siswa terbiasa untuk menyelesaikan soal-soal yang akan diberikan. (5) Lebih menanamkan rasa kerjasama siswa dalam mengerjakan tugas kelompok. Dengan menerapkan hal terserbut di atas, diharapkan hasil belajar siswa lebih
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan, yaitu 3 kali pertemuan untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi hasil belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 April sampai tanggal 28 April 2016 pada siswa kelas IV di SD N 2 Manggissari. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa kelas IV setelah penerapan model pembelajaran Pair Check. Data hasil belajar yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis sesuai dengan metode analisis data yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama pemberian tindakan pada siklus I, terdapat beberapa kendala yang menyebabkan kurang optimalnya pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut. (1) Siswa belum terbiasa dalam mengikuti pembelajaran yang diterapkan guru, mereka masih menggunakan metode belajar lama yang menggunakan metode ceramah sehingga siswa terlihat kebingungan, dan belum aktif dalam
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 meningkat sehingga bisa memenuhi KKM yang telah ditentukan. Refleksi dari siklus II, penerapan model pembelajaran Pair Check dalam pembelajaran dapat meningkatan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Manggissari dan telah memenuhi
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sehingga penelitian ini dapat dihentikan. Persentase dan kualitas peningkatan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Manggissari dari prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabael 3 dan 4 di bawah ini.
Tabel 3. Ringkasan Persentase Peningkatan Hasil Belajar IPA Tahap Prasiklus Siklus I Siklus II
Persentase Hasil Belajar IPA 71% 74% 84%
Kriteria Hasil Belajar IPA Cukup Cukup Tinggi
Tabel 4. Ringkasan Peningkatan Hasil Belajar IPA Perbandingan Prasiklus dan Siklus I Siklus I dan Siklus II
Kriteria Peningkatan Hasil Belajar IPA 0,07
Hasil Belajar IPA Rendah
0,34
Sedang
Pemilihan dan penerapan strategi pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar pada proses pembelajaran yang diterapkan, terbukti bahwa penerapan model pembelajaran Pair Check dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV semester I SD Negeri 2 Manggissari. Berasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penelitian ini dihentikan pada siklus II karena hasil penelitian sudah mampu mencapai hasil belajar yang optimal. Berdasarkan temuan dalam pembelajaran, hasil penelitian pada siklus I belum memenuhi kriteria yang ditetapkan sehingga perlu diadakan perbaikanperbaikan pada siklus selanjutnya. Dari analisis data hasil belajar siswa selama penerapan model pembelajaran Pair Check pada siklus I hasil belajar siswa termasuk dalam predikat cukup, dengan nilai rata-rata sebesar 74.1 dan nilai presentase hasil belajarnya hanya mencapai 74%, yang berarti belum mencapai kriteria yang ditetapkan yaitu pada predikat tinggi.
Predikat
Setelah proses pembelajaran berlangsung sampai siklus II, hasil belajar IPA siswa sudah mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan terlihat dari analisis data hasil belajar siswa pada siklus II, hasil belajar siswa berada pada kriteria tinggi, dimana nilai rata-rata sebesar 84.4 dan nilai presentasenya mencapai 84%. Berdasarkan data yang telah diperoleh, tidak ada lagi ditemukan kendala-kendala pada siklus II karena sudah dilakukan tindakan-tindakan berupa perbaikan sehingga penelitian dihentikan pada siklus II. Berdasarkan hasil tersebut, ternyata penerapan model pembelajaran Pair Check dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Manggissari. Peningkatan hasil belajar yang terjadi pada siklus II terjadi karena penerapan model pembelajaran Pair Check yang dilaksanakan dapat menimbulkan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini terbukti dengan (1) siswa benar-benar memperhatikan materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru, aktif 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 dalam kerja kelompok dan berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang disampaikan teman-temannya. (2) siswa sudah mampu mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Pair Check. (3) pembentukan kelompok yang dipilih oleh guru membuat siswa tidak memilih atau membeda-bedakan teman dalam menentukan kelompok, sehingga tidak banyak waktu yang terbuang dalam pembentukan kelompok. (4) pemberian penghargaan (reward), dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan sebaikbaiknya. Penghargaan yang diberikan berupa tepuk tangan, pujian, ataupun pemberian hadiah khusus. Pemberian penghargaan seperti ini dapat memotivasi siswa untuk menciptakan suasana belajar yang menumbuhkan semangat belajar siswa dan meningkatkan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan teori Lie(2010) bahwa “teknik mencari pasangan sambil belajar akanmampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan”.Terjadinya peningkatan hasil belajar dari siklus I sampai siklus II, menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Pair Check untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Oleh sebab itu, penerapan model pembelajaran yang demikian sangat perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yantiani tahun 2013 yang menyatakan bahwa model pembelajaran Pair Check adalah model yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena melalui penerapan model ini siswa diajak untuk belajar secara menyenangkan dalammemecahkan permasalahan yang diberikan, sehingga terjadi diskusi dan saling bertukar informasi maupun pengetahuan yang mampu meningkatkan pemahaman siswa.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV semester genap Sekolah Dasar Negeri 2 Manggissari tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang diproleh siswa pada siklus I bahwa nilai hasil belajar IPA lebih baik dari pada nilai hasil belajar sebelum diadakan penelitian dan hasil belajar setelah diadakan penelitian yaitu di siklus I, rata-rata hasil belajar siswa yang masih mencapai 74.1 yang berada pada kategori tinggi dan ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal adalah 74.1%. Namun setelah dilanjutkan ke siklus II dengan melakukan perbaikan pembelajaran dan pemecahan masalah dari refleksi siklus I, maka rata-rata hasil belajar siswa meningkat sebanyak 9.8 menjadi 83.9 yang berada pada kategori baik dan ketuntasan hasil belajar IPA siswa secara klasikal meningkat sebanyak 9.8% menjadi 86%. Peningkatan dari siklus I ke siklus II telah dapat memenuhi kriteria keberhasilan pelaksanaan penelitian ini. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. (1) siswa-siwa di sekolah dasar agar lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran dan terus mengembangkan pemahamannya dengan membangun sendiri pengetahuan tersebut melalui pengalaman. (2) guru-guru di sekolah dasar agar lebih berinovasi dalam pembelajaran dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang inovatif untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. (3) sekolah-sekolah yang mengalami permasalahan terhadap hasil belajar IPA, disarankan untuk mengambil tindakan yang tepat dengan upaya menerapkan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. (4) peneliti yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran Pair Check dalam bidang ilmu IPA maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai agar memperhatikan kendalakendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 DAFTAR PUSTAKA Arbi, Zanti Sultan dan Syahniar Syahrun. 1993. Dasar Dasar Kependidikan. Jakarta: Depdikbud. Arikunto, S., dkk. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kurniasih, Imas dan Berlin Sani.2015.Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalisme Guru. Jakarta: Kata Pena. Lie,
A. 2010. Cooperative Learning (Memprakrikkan Cooperative Learning di Ruang Kelas). Jakarta: Gramedia.
Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. -------. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Wahyudin, Dinn. H, dkk. 2002. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
10