ISSN Cetak 2476-9886 ISSN Online 2477-0302
Jurnal EDUCATIO Jurnal Pendidikan Indonesia
Akses Online : http://jurnal.iicet.org
Volume 2 Nomor 1, April 2016 6, Hlm 59-64
Dipublikasi Dipublikasikan oleh : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET)
Info Artikel: Diterima: 25/02/2016
Direvisi: 31/03/2016
Dipublikasikan:: 04/04/2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF Number Head Together (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV Raini* * SDN 19 IV Koto Aur Malintang Kabupaten Padang Pariaman Abstract Based on observation, it was known that learning achievement for Social subject of the fourth grade students at SDN 19 IV Koto Aur Malintang Kabupaten Padang Pariaman was not satisfied yet. It was assumed as the effect of ineffective learning model used in classroom. Cooperative learning model of NHT not only gives students the knowledge and understanding, but also educates them to socialize well in heterogenic groups. This research was aimed to improve students’ learningachievement of Social subject by implementing implementing cooperative learning model of NHT. Data were obtained through observation and students’ test. Data were analyzed qualitatively and quantitatively. This research was held in two cycles. Researcher set the standard of students’ learning achievement as 75%. After cycle I, students’ learning achievement is 56,7%. After cycle II, students’ learning achievement is 80%. Based on the research result, it can be concluded that cooperative learning model of NHT can improve the learning achievement for Social subject of the fourth grade students at SDN 19 IV Koto Aur Malintang Kabupaten Padang Pariaman. Keywords: leaning achievement, cooperative learning model of NHT Copyright © 2016 IICET - All Rights Reserved Indonesian Institute for Counseling Counseling, Education and Therapy (IICET) PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa di SD yang mengkaji tentang sosial kemasyarakatan yang berguna bagi kehidupan siswa kelak. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat (BNSP, 2005). Jadi, mata pelajaran IPS berguna bagi siswa dalam menjalani kehidupan dalam bermasyarakat yang disusun secara sistematis dan terpadu. Pembelajaran IPS akan dapat terlaksana dengan baik apabila diajarkan dengan menggunakan atau memilih model pembelajaran yang tepat dan relevan dengan tuntutan materi yang akan diajarkan. Saripudin mengungkapkan bahwa model odel pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran serta para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan akan aktifitas belajar mengajar (Solihatin, 2006).
Volume 2 Nomor 1, April 2016 Akses Online : http://jurnal.iicet.org
Jurnal EDUCATIO Jurnal Pendidikan Indonesia
Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti dengan guru kelas IV SD Negeri 19 IV Koto Aur Malintang pada mata pelajaran IPS, diketahui beberapa permasalahan sebagai berikut: 1) pembelajaran IPS masih bersifat konvensional sehingga kurang dapat menarik perhatian dan motivasi siswa dalam belajar; 2) ketika proses pembelajaran guru kurang mengoptimalkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa; 3) dalam pembelajaran IPS yang seharusnya menitik beratkan pada keterampilan bersosial belum begitu nampak dalam praktek keseharian siswa terutama ketika dalam proses pembelajaran dalam kelompok (lingkup sosial kecil); dan 4) penilaian yang diberikan dalam belajar kelompok seringkali berupa penilaian kelompok tanpa memperhitungkan penilaian terhadap individu. Permasalahan-permasalahan tersebut di atas tentu saja akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Banyak model pembelajaran yang dapat dipilih oleh seorang guru dalam menyampaikan materi, untuk itu guru harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat. Di antara model yang dapat diandalkan oleh seorang guru dalam mengajarkan mata pelajaran IPS sebagai suatu mata pelajaran yang menekan kepada keterampilan sosial dan sikap adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan (Kunandar, 2008). Setiap kelompok dituntut untuk memberikan pendapat, ide dan pemecahan masalah sehingga tercapai tujuan belajar dalam interaksi yang baik. Model pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tipe, salah satunya yaitu tipe NHT. Model NHT melibatkan siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut (Nurhadi, 2003). Model NHT dapat dipakai guru dalam setiap materi pembelajaran untuk menguji pemahaman siswa setelah pembelajaran berlangsung dalam kelompoknya. Selain itu model NHT mampu memotivasi siswa agar lebih giat dalam belajar karena model NHT menuntut setiap siswa untuk mengemukakan jawaban dari pemahaman yang diterimanya ketika belajar kelompok. Penggunaan model NHT akan dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan sehingga siswa akan mendapatkan hasil belajar yang memuaskan setelah pembelajaran berlangsung. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada permasalahan rendahnya hasil belajar IPS siswa serta upaya meningkatkannya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di kelas IV SDN 19 IV Koto Aur Malintang Kabupaten Padang Pariaman dalam dua siklus. Data penelitian dikumpulkan melalui dua cara, yaitu observasi dan tes. Adapun hal yang diobservasi adalah proses pembelajaran. Sedangkan tes dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar soal. Prosedur Penelitian Deskripsi Awal Berdasarkan refleksi awal, diketahui beberapa kondisi dan permasalahan sebagai berikut: 1) pembelajaran IPS masih bersifat konvensional sehingga kurang dapat menarik perhatian dan motivasi siswa dalam belajar; 2) ketika proses pembelajaran guru kurang mengoptimalkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa; 3) dalam pembelajaran IPS yang seharusnya menitik beratkan pada keterampilan bersosial belum begitu nampak dalam praktek keseharian siswa terutama ketika dalam proses pembelajaran dalam kelompok (lingkup sosial kecil); dan 4) penilaian yang diberikan dalam belajar kelompok seringkali berupa penilaian kelompok tanpa memperhitungkan penilaian terhadap individu. Perencanaan Pada tahap ini disusun perencanaan yang akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan penelitian. Rencana yang akan dilakukan tersebut adalah: 1) menyusun rancangan tindakan berupa model pembelajaran yang meliputi tujuan pembelajaran, memilih dan menetapkan materi, waktu pelaksanaan pembelajaran, memilih dan menetapkan media/ sumber belajar serta evaluasi sesuai model pembelajaran kooperatif tipe NHT; 2) menyiapkan alat perekam data berupa pedoman observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi; dan 3) mendiskusikan dengan guru kelas tentang tata cara pengumpulan data dalam pelaksanaan observasi saat kegiatan dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan dalam pengambilan data. Pelaksanaan Tahap pelaksanaan meliputi aktivitas berikut: 1) penyampaian materi kepada siswa; dan 2) melakukan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
60
Volume 2 Nomor 1, April 2016 Akses Online : http://jurnal.iicet.org
Jurnal EDUCATIO Jurnal Pendidikan Indonesia
Pengamatan Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses belajar mengajar. Aktivitas siswa tersebut akan dicatat pada lembaran pengamatan oleh observer yaitu guru kelas IV. Pengamatan ini dilakukan secara intensif, objektif, dan sistematis. Dalam kegiatan yang direncanakan, peneliti dan observer berusaha mengenal, merekam dan mendokumentasikan semua indikator dari proses hasil perubahan yang terjadi. Kegiatan ini berguna dalam memutuskan tindakan pada siklus berikutnya. Refleksi Hasil pengamatan di kelas dievaluasi setelah proses pembelajaran berlangsung. Kelemahan-kelemahan dan kendala yang akan ditemukan pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II dan kekuatan yang ada direkomendasikan pada siklus II. Berdasarkan pada kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada siklus I akan disusun kembali perencanaan untuk pelaksanaan siklus II. Indikator Kinerja Peneliti menetapkan bahwa penelitian ini dianggap berhasil jika tercapai persentase ketuntasan siswa sebesar ≥ 75%. Persentase ketuntasan siswa diperoleh dengan formula sebagai berikut. ℎ % = 100% ℎ HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Deskripsi Siklus I Perencanaan Peneliti membuat persiapan yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Diskusi Kelompok (LDK). Sedangkan instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas guru dan siswa, penilaian kognitif, afektif dan psikomotor dalam pembelajaran serta lembaran kuis/ tes dilengkapi oleh kunci jawaban. Setelah siklus I selesai dilaksanakan, peneliti akan mengadakan diskusi dengan observer. Diskusi bertujuan untuk merefleksi tindakan yang telah dilaksanakan, termasuk refleksi prosedur dan teknik evaluasi. Hasil refleksi siklus I, khususnya mengenai prosedur dan teknik evaluasi yang akan membawa perubahan pada; (1) rancangan pembelajaran yang telah dibuat, (2) prosedur pelaksanaan pembelajaran oleh praktisi, (3) prosedur penilaian pelaksanaan pembelajaran dan (4) hasil yang diperoleh oleh siswa. Hasil refleksi ini nantinya dapat diimplementasikan pada siklus II. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pengamatan Pada siklus I, hasil belajar yang diperoleh oleh siswa 56,7% dan persentase ini belum dapat memenuhi kriteria ketuntasan yaitu 75% sehingga perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Refleksi Hasil dari observasi, pencatatan lapangan, wawancara dan tes yang dihasilkan selama pelaksanaan pembelajaran, data tersebut dianalisis dan didiskusikan dengan pengamat sehingga diperoleh hal-hal sebagai berikut: 1) Siswa kurang teratur dan kurang bekerjasama ketika bergabung dalam kelompok yang telah dibagi guru secara heterogen. Hal ini memakan waktu yang banyak supaya siswa kembali tenang dan termotivasi dalam diskusi. Hal ini disebabkan siswa harus berpindah tempat dan mendengarkan dulu pembagian kelompok oleh guru. Untuk selanjutnya peneliti tidak membuang-buang waktu dan lebih mengontrol masing masing kelompok dengan aturan yang mendidik seperti memberikan reward kepada siswa yang tertib; 2) Siswa kesulitan dalam pengisian LDK, hal ini disebabkan siswa kurang memahami cara pengisian LDK dan belum memahami materi dengan baik. Untuk tindakan selanjutnya peneliti perlu memberikan penjelasan yang lebih jelas tentang materi dan cara pengisian LDK; 3) Siswa kurang dapat bekerja sama dalam kelompoknya masing-masing. Hal ini tampak dalam kegiatan siswa dikelompoknya, yaitu siswa yang pintar tampak lebih aktif dari pada siswa yang lainnya. Untuk tindakan selanjutnya peneliti perlu memberikan motivasi dan penguatan yang lebih kepada semua siswa, serta meminta agar siswa yang mampu dalam belajar membantu teman yang tidak mampu; 4) Peneliti kurang memperhatikan pembagian waktu dalam setiap langkah-langkah pembelajaran dan adanya langkah pembelajaran yang tumpang tindih sehingga pada siklus I ini, terpakai jadwal pelajaran lain. Untuk tindakan selanjutnya peneliti akan memberikan batas waktu dalam setiap langkah-langkah pembelajaran sehingga proses pembelajaran berlangsung efektif. Pembelajaran yang diharapkan pada siklus I belum mencapai kategori keberhasilan yang diharapkan. Hal ini berdasarkan pengamatan, tes, dan catatan lapangan yang telah dilaksanakan. Dengan demikian untuk
61
Volume 2 Nomor 1, April 2016 Akses Online : http://jurnal.iicet.org
Jurnal EDUCATIO Jurnal Pendidikan Indonesia
meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT perlu dilanjutkan siklus II. Deskripsi Siklus II Perencanaan Hasil analisis refleksi pada siklus I menunjukkan belum keseluruhan subjek penelitian mencapai tujuan pembelajaran khususnya yang diharapkan sebagaimana telah dijabarkan pada hasil refleksi siklus I. Oleh karena itu pembelajaran dilanjutkan ke siklus II sesuai perencanaan berdasarkan refleksi. Pelaksanaan siklus II ini merupakan perbaikan dari hasil refleksi siklus I dimana langkah-langkah pembelajaran yang dianggap kurang terlaksana dengan baik dilakukan kembali sesuai refleksi siklus I pada siklus II ini. Untuk itu siklus II dilaksanakan dengan satu kali pertemuan karena pada siklus I penulis melaksanakan kedelapan langkah tipe NHT sebanyak dua kali langkah berturut-turut. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan siklus II ini peneliti tetap bertindak sebagai guru (praktisi) seperti dalam siklus I. Tindakan yang dilaksanakan yakni; 1) Memperbaiki cara pembagian kelompok dengan cara mengurutkan siswa berdasarkan skor dasar yang telah ada agar siswa lebih teratur dan mau bekerjasama dalam kelompok tanpa memperhatikan perbedaan dalam kelompok, 2) Mempertegas dan memperjelas penyampaian materi serta cara pengisian LDK agar tidak ada keragu-raguan siswa dalam mengisinya, 3) Memperbaiki cara memotivasi siswa agar dapat ikut aktif dalam berdiskusi, dengan menekankan pemberian nomor pada tiap anggota kelompok, 4) Berusaha memaksimalkan pemakaian waktu dalam pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran, dan 5) Memperbaiki langkah-langkah yang tumpang tindih antara kegiatan membagi kelompok dengan menyampaikan materi. Penilaian siklus II ini pun sama dengan penilaian siklus I yaitu berdasarkan skor yang didapatkan pada kuis/ tes, afektif dan psikomotor. Sedangkan penentuan skor awal dari siklus II ini melalui kuis dan materi yang disajikan adalah lanjutan dari materi pada siklus I. Tujuan materi disajikan materi lanjutan tidak menimbulkan kejenuhan pada siswa dan cakupan materi pembelajaran IPS luas dan banyak pada masingmasing kompetensi dasarnya. Pengamatan Pada siklus II, hasil belajar yang diperoleh oleh siswa adalah sebesar 80% dan persentase ini sudah memenuhi kriteria ketuntasan, yaitu 75%. Berikut uraian dari hasil observasi pengamat: 1) penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran IPS sudah mencapai keberhasilan; 2) penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran dan meningkatkan rasa sosial siswa; 3) hasil tes pada siklus II menunjukan bahwa jawaban sudah sesuai dengan apa yang diharapkan; 4) berdasarkan pengamatan, tes, dan catatan lapangan, tujuan pembelajaran yang diharapkan pada pembelajaran siklus II sudah mencapai target yang diinginkan. Refleksi Berdasarkan hasil kolaborasi peneliti dengan observer, peneliti menyimpulkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT telah terlaksana dengan baik. Pada siklus II tidak ditemukan lagi kesalahan-kesalahan yang mendasar karena praktisi sudah mencoba sebaik mungkin untuk mengikuti langkah pembelajaran. Dari analisis dan refleksi pada siklus II, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran telah berjalan sesuai yang diharapkan, jadi tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. PEMBAHASAN Siklus I Rencana pelaksanaan pembelajaran ini dirancang berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooeratif tipe NHT. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Spencer sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai, 2) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau awal, 3) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4–5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama, 4) Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok, 5) Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok, 6) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran, 7) Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual, 8) Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya(terkini) (Amelia, 2008).
62
Volume 2 Nomor 1, April 2016 Akses Online : http://jurnal.iicet.org
Jurnal EDUCATIO Jurnal Pendidikan Indonesia
Kegiatan pembelajaran dibagi dalam 4 tahap pembelajaran sebagai berikut: 1) Pra KBM; 2) Kegiatan awal (pra Cooperative); 3) Kegiatan inti (saat Cooperative). Pembelajaran dilanjutkan dengan manyampaikan materi pembelajaran secara sederhana. Kemudian dilanjutkan dengan kuis serta pembagian kelompok secara heterogen berdasarkan tingkat kemampuan siswa. Kemudian peneliti membagikan LDK untuk didiskusikan. Setelah itu membimbing siswa berdiskusi sampai melaporkan hasil diskusi ke depan kelas. Lalu memberikan kuis dilanjutkan dengan memberikan penghargaan bagi yang berprestasi dan meningkat hasil belajarnya; dan 4) Kegiatan akhir. Pada kegiatan akhir ini siswa di bawah bimbingan peneliti menyimpulkan pembelajaran, dan memberikan evaluasi. Peneliti menemukan ketuntasan hasil belajar sebesar 56,7% dan hasil belajar yang diharapkan adalah dengan ketuntasan di atas 75%. Apalagi jumlah siswa yang di bawah rata-rata lebih banyak dari yang hasilnya di atas rata-rata. Dengan demikian, peneliti harus melanjutkan pembelajaran pada siklus II sesuai dengan hasil refleksi siklus I. Siklus II Rencana pelaksanaan pembelajaran ini dirancang sebagaimana rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus I yaitu delapan langkah yang dikemukakan Spencer Kagen yang telah direfleksi. Sehingga untuk rencana pelaksanaan pembelajaran harus memperhatikan/ memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada siklus I. Kegiatan pembelajaran juga dibagi dalam 4 tahap pembelajaran sebagai berikut: 1) Pra KBM; 2) Kegiatan awal (pra Cooperative); 3) Kegiatan inti (saat Cooperative). Pada tahap ini peneliti memulai dengan menyampaikan materi terkait dengan pembelajaran di siklus II. Kemudian dilakukan pembagian kelompok secara heterogen dengan anggota 4-5 siswa serta penetapan nomor berbeda tiap anggota kelompok. Hal ini berdasarkan pendapat Nur (Nur, 2005) yakni; “Tipe Number-Head-Together pada dasarnya merupakan sebuah varian diskusi kelompok, yang ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya itu. Cara yang disampaikan tersebut dapat menjamin keterlibatan total semua siswa. Sehingga rasa tanggung jawab dari siswa akan tumbuh dengan sendirinya”. Setelah itu dilanjutkan dengan menyebutkan permasalahan serta menugaskan siswa berdiskusi tentang permasalahan yang diberikan. Kemudian peneliti menugaskan siswa untuk melaporkan ke depan kelas berdasarkan nomor (nama) yang terpanggil; dan 4) Kegiatan akhir. Pada kegiatan akhir ini siswa di bawah bimbingan peneliti menyimpulkan pembelajaran, dan memberikan evaluasi. Pada akhir siklus II diperoleh ketuntasan belajar siswa sebesar 80%. Jadi, dapat dikatakan bahwa peneliti sudah berhasil dalam membelajarkan siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi siswa. Selain itu, perilaku siswa pun berubah menjadi lebih aktif dalam berdiskusi tanpa mengharapkan teman yang berpotensi lebih, berani menyatakan pendapat dan dapat menerapkan konsep pembelajaran IPS yang menekankan konsep sosial dalam bermasyarakat. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Abror (Harun, 2007) bahwa hasil belajar adalah perubahan keterampilan dan kecakapan, kebiasaan sikap, pengertian, pengetahuan, dan apresiasi, yang dikenal dengan istilah kognitif afektif, dan psikomotor melalui perbuatan belajar. Hasil penelitian dan pembahasan di atas dengan jelas memperlihatkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas IV SDN 19 IV Koto Aur Malintang Kabupaten Padang Pariaman. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan paparan data, hasil penelitian serta pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Pada siklus I diperoleh ketuntasan belajar siswa sebesar 56,7%. Nilai ketuntasan siswa masih di bawah kriteria ketuntasan yang peneliti takarkan, yaitu 75%. Jadi, pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT harus dilanjutkan pada siklus II. 2. Pada siklus II, Rata-rata ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 80%. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan tidak perlu dilanjutkan karena ketuntasan yang diharapkan sudah melampaui standar yang ditetapkan. Terkait hasil penelitian yang telah dijabarkan, peneliti mengajukan beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai saran, yaitu sebagai berikut. 1. Kepala sekolah, untuk dapat berupaya meningkatkan sarana dan prasarana yang menunjang keberhasilan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
63
Volume 2 Nomor 1, April 2016 Akses Online : http://jurnal.iicet.org
Jurnal EDUCATIO Jurnal Pendidikan Indonesia
2.
3.
Guru, agar dapat mencobakan dan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan tujuan agar siswa dapat memahami pembelajaran dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang diberikan dengan baik. Untuk pembaca dapat menambah wawasan tentang model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa di sekolah dasar.
DAFTAR RUJUKAN BNSP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pebdidikan. Jakarta: Depdiknas Solihatin, Etin. 2005. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara Kunandar. 2008. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannnya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang Amelia, Rika. 2008. Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Bidang Studi IPS Kelas V SDN 02 Tarandam Kecamatan Padang Timur. Skripsi Tidak Diterbitkan. Padang: FIP UNP Nur, Mohamad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Jawa Timur:LPMP R., Harun dan Mansur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima
64