PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM INDUSTRI BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Bioteknologi merupakan sebuah revolusi teknologi yang dapat memberikan kontribusi penting dalam pencapaian Sasaran Pembangunan Milenium PBB dengan mengurangi setengah angka kemiskinan di tahun 2015. Kini, semakin banyak peralatan bioteknologi merupakan temuan aplikasi di bidang pertanian dan manajemen sumberdaya alam. Petani dan konsumen diuntungkan dari teknik-teknik kloning yang memungkinkan perbanyakan massal tanaman-tanaman sehat, perbaikan turunan hewan dan sumberdaya konservasi biologi. Pupuk biologi dan biopestisida menawarkan pilihan yang aman lingkungan dan input pertanian yang lebih murah. Kit diagnostik memungkinkan pencegahan dan pengobatan lebih baik penyakit tanaman dan hewan sementara pemuliaan dengan bantuan penanda molekuler memungkinkan pengembangan tanaman dan hewan unggul dalam waktu yang lebih singkat. Rekayasa genetika tanaman, hewan dan mikroorganisme memberikan pilihan tambahan dalam perbaikan hasil, manajemen hama dan penambahan nilai dalam produksi makanan dan proses pasca produksi. Asia Tenggara kaya akan sumberdaya hayati yang dapat dimanfaatkan bagi industry-industri yang berbasis sumberdaya. Sumberdaya ini, jika dimanfaatkan dengan bijaksana untuk industri-industri berbasis pertanian dan ilmu hayati, akan memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan di wilayah tersebut. Dampak dari bioteknologi pertanian sangat baik dalam penerapannya dalam menjamin keamanan dan ketahanan pangan. Tercatat 14 juta petani kecil dan besar di 25 negara menanam 134 juta hektar (330 juta akre) tanaman biotek di tahun 2009, suatu penambahan 7 persen atau 9 juta hektar (22 juta akre) melampaui 2008. Hal ini mengakibatkan tanaman biotek menjadi teknologi tanaman yang paling cepat 1
diadopsi dalam sejarah pertanian di masa kini; dan merefleksikan keyakinan serta kepercayaan jutaan petani di dunia yang secara konsisten terus menanam lebih banyak tanaman biotek tiap tahunnya sejak tahun 1996, dikarenakan manfaat berlipat dan penting yang ditawarkannya. Inisiatif dalam pengembangan kemampuan, komunikasi dan bertukar pengetahuan mengenai bioteknologi pertanian diakui untuk
adopsi yang belum
pernah terjadi sebelumnya dari Utara ke Selatan. Inisiatif ini membentuk blok bangunan bagi manajemen pengetahuan di bidang bioteknologi pertanian yang melibatkan perpaduan promosi belajar dan budaya pembelajaran, penggunaan pengetahuan melalui perbaikan akses terhadap sumber daya pengetahuan, dan penciptaan pengetahuan melalui platform yang memungkinkan pertukaran dan sintesis pengetahuan. Di Asia, pengalaman dan pelajaran yang diperoleh dari riset dan pengembangan bioteknologi baik dalam sector public maupun swasta sebagian besar tidak didokumentasikan. Sejumlah tacit knowledge substantive tetap berada dalam pikiran manajer, pengusaha dan praktisioner. Dalam era ekonomi pengetahuan seperti sekarang ini, manajemen pengetahuan proaktif menjadi penting sehingga dapat menghadapi tantangan dalam keamanan dan ketahanan pangan di dunia yang sangat cepat berubah ini. Tacit Knowledge adalah pengetahuan yang pada umumnya belum terdokumentasi karena pengetahuan ini masih ada pada keahlian atau pengalaman seseorang. Pada umumnya, tacit knowledge masih berhubungan dengan hal – hal yang bersifat praktek, dimana transfer knowledge tersebut masih dilakukan dengan cara sosialisasi langsung. Tacit Knowledge dapat didokumentasikan, tetapi membutuhkan penjelasan rinci agar tidak terjadi kesalahpahaman kepada orang yang membaca dokumentasi dari pengetahuan tersebut. Contohnya adalah cara melatih gajah. Akan sulit mengajarkannya jika hanya melalui teori, si pemilik knowledge lebih baik mengajarkan langsung kepada si penerima knowledge. Isu mengenai implementasi Manajemen Pengetahuan atau Knowledge Management (KM) sebagai hal penting untuk meningkatkan kinerja perusahaan, belakangan semakin banyak dibicarakan dalam kaitan manajemen modern. 2
Knowledge Management (KM) sebagaimana yang didefinisikan oleh Amrit Tiwana dalam bukunya The Knowledge Management Toolkit (2000) adalah pengelolaan pengetahuan organisasi untuk menciptakan nilai dan menghasilkan keunggulan bersaing atau kinerja yang prima. KM dipandang penting, karena implementasinya memberi manfaat pada bidang operasi dan pelayanan, dapat meningkatkan kompetensi personal, memelihara ketersediaan knowledge dan inovasi serta pengembangan produk. Sebuah contoh betapa pentingnya peran KM adalah apabila perusahaan menghadapi kasus pengunduran diri dari karyawan yang memiliki knowledge menonjol, sementara pada saat itu belum ada transfer knowledge bagi penggantinya. Bisa terjadi kepindahan karyawan itu diikuti dengan kepindahan pelanggan. Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management) merupakan sumber atau penempatan dari sekurang-kurangnya empat jenis asset pengetahuan (orang, proses, struktur dan stakeholder atau dukungan dari luar organisasi, dan teknologi) sehingga mereka dapat menciptakan nilai bagi individu, organisasi, komunitas dan masyarakat. KM mendefiniskan “pengetahuan” sebagai kemampuan untuk tindakan efektif – “apa yang berperan” dan tidak hanya “apakah itu” (informasi). Inisiatif KM yang diterapkan bagi pertanian dan pembangunan pedesaan melalui pembelajaran social dan aplikasi lapangan; jaringan dan peer mentoring; workshop untuk refleksi dan sintesis; serta pengembangan dan publikasi pengetahuan dan materi pembelajaran dalam berbagai bentuk. Teknologi informasi dan komunikasi (ICT) sangat menonjol dalam inisiatif-inisiatif ini.
1.2. Tujuan Melihat penerapan manajemen pengetahuan (knowledge management) dalam industri bioteknologi pertanian.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Knowledge Manajement dan Penerapannya Randeree (2006) menyatakan bahwa manajemen pengetahuan semakin berperan penting dalam bisnis dari banyak organisasi, karena mereka menyadari bahwa daya saing tergantung pada manajemen sumber daya intelektual yang efektif. Sejalan dengan Renderee, Palacios et. al. (2009) memahami manajamen pengetahuan sebagai sebagai sebuah sistem manajemen yang menangkap aspek model mapan organisasi dan memperluasnya untuk menyediakan metodologi praktis. Mereka mendefinisikan
kandungan dari manajemen pengetahuan yang terdiri dari dua
dimensi: prinsip dan praktek. Konsep khusus mereka mengenai manajemen pengetahuan adalah sebagai alat manajemen yang ditandai dengan seperangkat prinsip bersama dengan serangkaian praktek dan teknik melalui prinsip-prinsip yang diperkenalkan, tujuannya yakni untuk membuat, mengubah, menyebarkan dan memanfaatkan pengetahuan. Definisi ini memungkinkan kita untuk memverifikasi apakah sebuah fungsi sistem manajemen didasarkan atas kepercayaan dan nilai-nilai yang terkandung dalam prinsip-prinsip KM. Analisis apakah prinsip-prinsip ini terwujud dalam seperangkat praktik dan teknik dalam perilaku rutin perusahaan juga merupakan suatu hal penting. Setiap perusahaan mengembangkan prinsip-prinsip KM dalam konteks yang berbeda. Namun, harus mempertimbngkan apakah sesuai untuk menentukan seperangkat prinsip umum yang perlu dipadukan kedalam suatu sistem KM. Natarajan dan Shekar (2000) dalam Jamaliah Abdul Hamid (Understanding Knowledge Management, 2003) mendefinisikan Manajemen Pengetahuan sebagai kegiatan
terstruktur
dari
organisasi
dalam
rangka
memperbaiki
kapasitas
organisasinya. Caranya adalah dengan memperoleh, membagi, dan memanfaatkan 4
pengetahuan untuk meningkatkan derajat kelangsungan hidup dan keberhasilan organisasi. David dan Associate (1997) mengatakan bahwa manajemen pengetahuan adalah suatu proses
yang sistematik dalam menciptakan, mengumpulkan,
mengorganisasikan, mendifusikan, memanfaatkan, dan mengeksploitasi pengetahuan. Dari definisi tersebut maka ada empat subsistem dari manajemen pengetahuan yakni mendapatkan,
menciptakan,
menyimpan,
dan
mentransfer-memanfaatkan
pengetahuan. Sistem yang diciptakan merupakan suatu keterkaitan yang komprehensif dari informasi dan pengetahuan dari beragam sumber seperti kalangan praktisi, ilmuwan, dan pengamat. Data dan informasi diolah, dianalisis, dan sejauh mungkin disintesis yang kemudian dipakai untuk menyusun strategi bisnis perusahaan. Keberhasilan penerapan manajemen pengetahuan sangat bergantung pada beberapa faktor. Faktor pertama adalah kualitas pemimpin perusahaan yang didukung semua lini. Dalam hal ini pemimpin, contohnya manajemen menengah, haruslah berkomitmen dan taat akan asas dalam menerapkan dan mengembangkan sistem secara partisipatif dan integral. Kedua adalah dukungan budaya kerja berbasis pengetahuan di kalangan manajemen dan karyawan. Secara eksplisit budaya pengetahuan akan memperkuat budaya kerja yang ada. Dan yang ketiga, karena sebagai sistem maka manajemen pengetahuan harus merupakan sistem bisnis perusahaan yang total. Artinya subsistem manajemen pengetahuan berkaitan dengan subsistem lainnya seperti dengan subsistem-subsistem manajemen SDM, manajemen finansial, manajemen kompensasi, manajemen produksi, manajemen pemasaran (Mangkuprawira, 2008). Ada beberapa hambatan bagi introduksi KM efektif, menurut Yu (2002) diantaranya adalah (1) absennya suatu budaya yang mengatasi resistensi para anggota dalam sebuah organisasi untuk berbagi pengetahuan; (2) kurangnya atau tidak cukupnya komunikasi kepada para karyawan mengenai konsep KM dan manfaatnya; (3) sebuah hierarki yang menghindari difusi pengetahuan serta proses pembelajaran; (4) suatu struktur organisasi dengan fleksibilitas langka yang menghalangi transfer pengetahuan internal; (5) teknologi kuno atau sangat rumit;
5
(6) kesalahan dalam memadukan KM dengan praktek kerja yang lazim; (7) kurangnya pelatihan. Sistem knowledge management yang efektif akan membuat karyawan secara cepat dan mudah menemukan data, informasi, dan pengetahuan lainnya. Sehingga memungkinkan
mereka
untuk
menganalisis
informasi
secara
mudah
dan
berkolaborasi dengan karyawan lain serta pihak ketiga tanpa dibatasi oleh lokasi serta perbedaan waktu.KM dapat berkontribusi bagi keberlangsungan keunggulan kompetitif, memungkinkan pengembangan kompetensi-kompetensi berbeda (Media Indonesia, 26 Agustus 1999). Gloet and Terziovski (2004) menganggap KM sebagai penggerak utama dibalik seperangkat kompetensi dalam sebuah organisasi. Khususnya, implementasi KM dapat memungkinkan penyebaran inovasi kompetensi. Cara
organisasi
mengembangkan
kebijaksanaannya
dan
meregenerasi
pengetahuannya adalah dengan langsung dikondisikan oleh alam dan kepentingan sistem manajemen ini. Sejalan dengan hal ini, Zollo dan Winter (2002) dalam Palacios et. al. (2009) menyatakan bahwa organisasi mengembangkan kompetensi-kompetensi dinamis ketika tiga mekanisme bersamaan ada. Ketiganya antara lain akumulasi pengalaman, artikulasi pengetahuan dan kodifikasinya. Suatu sistem KM meliputi ketiga hal tersebut. Pengenalan sistem KM memungkinkan perolehan pengetahuan baru, yang menciptakan rutinitas baru, model mental dan inovasi. Dalam Manajemen Pengetahuan (KM) dikenal istilah Tacit Knowledge dan Explicit Knowledge. Tacit knowledge adalah pengetahuan yang pada umumnya belum terdokumentasi karena pengetahuan ini masih ada pada keahlian atau pengalaman seseorang. Pada umumnya, Tacit Knowledge masih berhubungan dengan hal-hal yang bersifat praktek, dimana transfer knowledge tersebut masih dilakukan dengan cara sosialisasi langsung. Tacit Knowledge dapat didokumentasikan, tetapi membutuhkan penjelasan rinci agar tidak terjadi kesalahpahaman kepada orang yang membaca dokumentasi dari pengetahuan tersebut. Sebaliknya explicit knowledge adalah pengetahuan yang formal, sistematis dan mudah untuk ditransfer atau dibagikan ke orang lain dalam bentuk dokumentasi karena umumnya merupakan pengetahuan yang 6
bersifat teori dimana memudahkan para ahli untuk membagi pengetahuannya kepada orang lain melalui buku, artikel dan jurnal tanpa harus datang langsung untuk mengajari orang tersebut. Contohnya adalah pelajaran knowledge manajemen, di mana setiap mahasiswa dapat belajar dari modul-modul yang disediakan dosen. Transfer antara tacit knowledge dan explicit knowledge kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi atau perusahaan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: 1. Socialization (tacit to tacit): tacit knowledge di share kepada orang lain dengan cara mengamati,mencontoh dan melatih tanpa mendokumentasikan dan mempublikasikan knowledge tersebut. 2. Externalization (tacit to explicit): tacit knowledge di share dengan cara mendokumentasikan secara logis dan konseptual, sehingga mudah untuk dimengerti orang lain. 3. Combination (explicit to explicit): explicit knowledge yang sudah dimiliki dan eksternal knowledge dikombinasikan untuk mengembangkan explicit knowledge yang sudah ada. 4. Internalization (explicit to tacit) : explicit knowledge yang sudah ada dipelajari dan dipraktekkan untuk mendapatkan tacit knowledge yang baru dan bermanfaat. Adopsi KM memiliki dampak positif terhadap proses organisasional yang menciptakan, menyimpan, mendistribusikan dan menginterpretasikan pengetahuan serta rekrutmen, retensi dan keterlibatan aktif para karyawan bertalenta. KM juga memiliki dampak positif terhadap kemampuan perusahaan dalam mengelola proyek-proyek riset dan pengembangan guna mengangkat kemampuan internal bagi pengenalan pengetahuan dan untuk meningkatkan stok pengetahuan yang tersedia Gloet dan Terziovski (2004) dalam Palacios et. al. (2008). Perkembangan budaya organisasi yang mendorong pertuikaran pengetahuan mendorong dialog mengenai pekerjaan dan kesalahan yang telah dilakukan. Dalam hal ini, perusahaan yang dimiliki oleh suatu kelompok dapat menggunakan sumberdaya secara bersama. Sumberdaya seperti pengetahuan pengolahan khusus dan 7
kemampuan teknis dapat ditukarkan dalam bentuk suatu “budaya” umum dari keunggukan dan intelejen teknis terkemuka. Konteks organisasional dan budaya seperti ini dapat menarik orang-orang bertalenta, sehingga meningkatkan modal manusia dengan pengetahuan tacit yang relevan. Pembelajaran terus menerus dan budaya inovatif memiliki dampak positif bagi pertumbuhan stok pengetahuan. (Scarbrough, 2003). Akuisisi pengetahuan adalah pengumpulan data-data dari seorang pakar ke dalam suatu sistem (program komputer). Bahan pengetahuan dapat diperoleh melalui buku, jurnal ilmiah, literatur, seorang pakar, browsing internet, laporan dan lain-lain. Sumber pengetahuan dari buku, jurnal ilmiah, literatur, seorang pakar, browsing internet, laporan dijadikan dokumentasi untuk dipelajari, diolah dan dikumpulkan dengan terstruktur menjadi basis pengetahuan (knowledge base). Sumber-sumber pengetahuan yang diperoleh agar menghasilkan data-data yang baik
maka
perlu diolah dengan kemampuan yang baik pula sehingga dapat menghasilkan solusi yang efisien. Karena kemampuan yang menjadi hal yang pokok/wajib dibutuhkan oleh seorang pengembang sistem. Dalam membangun sistem besar, seseorang memerlukan knowledge engineer atau pakar elisitasi pengetahuan untuk berinteraksi dengan satu atau lebih pakar manusia dalam membangun basis pengetahuan (Rahmat, 2010).
2.2. Perkembangan Bioteknologi Pertanian Bioteknologi berasal dari dua kata, yaitu ‘bio’ yang berarti makhuk hidup dan ‘teknologi yang berarti cara untuk memproduksi barang atau jasa. Dari paduan dua kata tersebut European Federation of Biotechnology (1989) mendefinisikan bioteknologi sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari organisme hidup, dan/atau analog molekuler untuk menghasilkan produk dan jasa (Goenadi & Isroi, 2003). Seperti halnya teknologi-teknologi yang lain, aplikasi bioteknologi untuk pertanian selain menawarkan berbagai keuntungan juga memiliki potensi risiko kerugian. Keuntungan potensial bioteknologi pertanian antara lain: potensi hasil 8
panen yang lebih tinggi, mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida, toleran terhadap cekaman lingkungan, pemanfaatan lahan marjinal, identifikasi dan eliminasi penyakit di dalam makanan ternak, kualitas makanan dan gizi yang lebih baik, dan perbaikan defisiensi mikronutrien (Jones, 2003). Satu pendekatan baru yang sedang mendapatkan banyak perhatian adalah Bio-farming , seperti antibiotika dalam buah pisang. Bioteknologi dapat diaplikasikan salah satunya di bidang pertanian. Perkembangan
bioteknologi
di
bidang
pertanian
sangatlah
pesat
dengan
pemanfaatannya secara meluas hampir di seluruh negara di dunia. Berdasarkan laporan Global Status of Commercialized Biotech/GM Crops: 2009, di tahun 2009, 14 juta petani menanam 134 juta hektar (330 juta akre) tanaman biotek di 25 negara, meningkat dari 13,3 juta petani dan 125 juta hektar (7 persen) di 2008. 13 dari 14 juta petani, atau 90 persennya adalah petani kecil dan bersumberdaya rendah dari negaranegara berkembang. Brasil melampaui Argentina sebagai penanam tanaman biotek terbesar kedua secara global. Pertumbuhan yang mengesankan dari 5,6 juta hektar menjadi 21,4 juta hektar, meningkat 35% dibanding tahun 2008, ini merupakan pertumbuhan tertinggi untuk semua negara di tahun 2009. Ada delapan negara tertinggi di dunia yang sampai tahun 2009 masing-masing menanam lebih dari 1 juta hektar tanaman biotek diantaranya adalah Amerika Serikat (64,0 juta hektar), Brasil (21,4 juta ha), Argentina (21,3 juta ha), India (8,4 juta ha), Kanada (8,2 juta ha), China (3,7 juta ha), Paraguay (2,2 juta ha), dan Afrika Selatan (2,1 juta ha).
Negara-negara yang tersisa termasuk: Uruguay, Bolivia, Filipina,
Australia, Burkina Faso, Spanyol, Meksiko, Chile, Kolombia, Honduras, Republik Ceko, Portugal, Rumania, Polandia, Kosta Rika, Mesir dan Slovakia. Banyak perusahaan di dunia yang kini sedang mengembangkan produk bioteknologi. Penerapannya yang semakin meluas membuka peluang bagi berbagai perusahaan lainnya untuk turut berperan dalam pengembangan produk-produk seperti ini. Perusahaan-perusahaan raksasa dunia seperti Monsanto, DuPont, Syngenta, Bayer dan lainnya menguasai hampir seluruh aspek pengembangan produk bioteknologi
9
pertanian, dikarenakan modalnya yang besar yang didukung oleh sumberdaya yang memadai. Sebuah invensi bioteknologi pada dasarnya merupakan ide atau solusi bagi sebuah masalah teknis. Oleh karena itu adalah sangat penting untuk memperoleh perlindungan hukum sebelum mengkomersialkannya. Dalam beberapa kasus, penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan sebelum sebuah invensi dapat diwujudkan dalam bentuk produk yang dapat dipasarkan atau proses yang dapat diterapkan dalam produksi komersial. Bahkan setelah produksi dari invensi baru dilaksanakan, upaya lebih lanjut masih dibutuhkan untuk memasarkannya, yang juga memerlukan dukungan sumberdaya manusia, investasi, waktu, dan kerja kreatif. Riset pengembangan merupakan tahapan yang sangat penting sebelum sebuah hasil penelitian bioteknologi dapat menjadi sebuah produk atau proses. Walaupun banyak tahapan yang dapat ditempuh, pengalaman penulis menunjukkan bahwa riset pengembangan menentukan keyakinan pihak investor dalam mengkomersialisasikan teknologi yang dihasilkan. Salah satu kunci keberhasilan komersialisasi produk bioteknologi adalah adanya kebutuhan pasar dan mutu produk yang dihasilkan cukup memadai. Produkproduk berbasis bioteknologi memperoleh apresiasi pasar karena masyarakat lebih sadar terhadap pentingnya produk hayati. Oleh karena itu, produk-produk pupuk hayati, pelapuk hayati, dan tanaman hasil kultur jaringan relatif mudah memperoleh tanggapan positif dari pasar. Faktor kunci lainnya adalah jenis produk yang dihasilkan harus mampu menawarkan peningkatan efisiensi pada tingkat harga yang layak. Memasarkan produk pupuk hayati, yang mampu menghemat penggunaan pupuk kimia pada saat harga pupuk terus meningkat dan subsidi oleh pemerintah dihapus akan sangat efektif. Di samping aspek produk tersebut di atas, pengenalan terhadap segmen pasar adalah sangat penting artinya agar invensi yang diciptakan mampu secara potensial memiliki pasar utama (captive market). Untuk itu diperlukan strategi mengamankan pasar produk melalui keterkaitan yang erat antara produsen dan konsumen. Salah satunya adalah bahwa produsen adalah sekaligus bertindak sebagai konsumen utama (LRPI, 2005). 10
11
III.
PEMBAHASAN
Bidang bioteknologi merupakan suatu bidang yang tepat untuk mempelajari kewirausahaan berbasis pengetahuan semenjak 2 dekade terakhir dikarenakan munculnya banyak perusahaan-perusahaan baru. Selain itu, tak terbantahkan bahwa perusahaan-perusahaan baru itu berbasis pengetahuan dikarenakan industri ini dikenal luas sebagai industri berbasis sains dan bahkan industri yang digerakkan oleh ilmu pengetahuan Sciascia et. al. (2006) dalam Palacios et. al. (2009). Gambaran menarik lain dari perusahaan-perusahaan baru hampir selalu murni kasus kewirausahaan, yang artinya bahwa mereka adalah perusahaan berbasis teknologi baru. Perusahaan dibangun atas penggunaan teknologi baru atau pembuatan produk baru. Mereka biasanya tidak menggunakan teknologi generik yang sudah banyak dikembangkan di tempat lain. Dalam industri bioteknologi pertanian, kecepatan dan banyaknya sumber informasi membuat pelanggan menjadi semakin cerdas dan kritis, hal ini pun berlaku bagi semua bidang bisnis. Jika perusahaan tidak dapat terus memenuhi tuntutan pelanggan maka hal tersebut dapat menjadi ancaman bagi sebuah bisnis. Namun apabila perusahaan segera menyusun kekuatan knowledge (pengetahuan ditambah dengan pengalaman) dan memposisikan knowledge sebagai aset utama untuk menghasilkan solusi bagi pelanggan maka hal tersebut dapat menjadi sebuah kekuatan baru dalam pengembangan bisnis. Membangun knowledge berarti selalu belajar dari berbagai sumber pengetahuan. Namun belajar pun tidak cukup jika tidak segera diikuti dengan menambah ‘jam terbang’ penerapan pengetahuan itu. Pengalaman menerapkan pengetahuan baru akan menambah nilai knowledge menjadi semakin tinggi. Dengan demikian Widayana (2004) menyebutkan siklus membangun knowledge yang terdiri dari: 1. Belajar (dari berbagai sumber pengetahuan) 2. Menjadi Pengetahuan dan dianalisa 3. Bertindak/Menerapkan 4. Hasil tindakan (Gagal/Sukses) 12
5. Pengalaman 6. Hasil pengalaman menjadi pengetahuan yang telah diperbarui. Berbagai tuntutan untuk selalu belajar di era informasi yang semakin cepat dan deras ini merupakan sebuah kebutuhan yang sangat mendesak dan tak terelakkan lagi. Keadaan serba cepat menuntut perubahan atau bahkan revolusi dalam cara belajar yang dimulai paling tidak dari diri kita sendiri. Dikarenakan berbagai perubahan di zaman ini diakibatkan oleh kecepatan informasi, maka cara belajar yang paling efektif adalah dengan mengikuti irama kecepatan informasi itu sendiri dan menganalisanya dalam waktu yang cepat pula. Kecepatan menganalisa informasi pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas tindakan berdasarkan informasi itu. Membongkar sekat arus pengetahuan. Perubahan bahkan yang sangat radikal dalam alur kerja organisasi bisnis menuntut keberanian dari pemimpin organisasi itu. Dalam sebuah perusahaan, karyawan perlu diajak berpikir dan bertindak sebagaimana layaknya seorang wiraswasta. Artinya, dimensi pemikiran dan tindakannya tidak bisa lagi terkotak-kotak dalam fungsi dan tugas bagiannya sendiri, melainkan semua memandang bahwa kepentingan profit perusahaan adalah tanggung jawab semua pihak. Pertukaran knowledge (knowledge-sharing) dijadikan sebagi suatu budaya untuk menghasilkan inovasi. Pembangunan knowledge organisasi perusahaan tidak lah membutuhkan modal yang besar, namun hanya modal kemauan yang besar untuk selalu maju, mengkomunikasikan maksud baik untuk maju, dan siap berubah. Berbagi knowledge tidak akan membuat seseorang akan kehilangan kekuasaan atau kekuatannya. Apabila semua orang melakukakn hal ini maka lambat laun akan disadari bahwa aset knowledge adalah aset terbesar kita dan bukan lagi sumber daya fisik dan materi. Menurut Prasetya (2010), Knowledge Management Feature dapat terdiri atas: a. Produk knowledge Memetakan keterangan dari produk-produk yang di jual kepada consumer, sehingga fungsi dan cara penggunaan yang benar dapat diketahui secara detail. 13
b. Riset data knowledge Menyimpan data-data hasil riset untuk digunakan kembali apabila akan melakukan riset yang baru dan masih berhubungan dengan riset yang lama. c. Discussion forum Ide-ide kreatif / usul / saran dari para pegawai tingkat bawah maupun tingkat atas untuk membuat suatu inovasi baru dalam perusahaan. d. Employee yellow pages Kumpulan data para expert perusahaan dalam bidang yang ada untuk menjadi sebuah referensi untuk perusahaan. e. Case Base Reasoning Mendokumentasikan kasus-kasus yang pernah terjadi juga di sertakan pemecahan masalah nya (Q &A). Agar bila kasus serupa terjadi, bisa dapat langsung di atasi. f. Budaya Tendensius Pelanggan Memahami budaya dari setiap daerah pelanggan dan mendokumentasi kan nya, sehingga mengetahui perbedaan pelanggan dari masing-masing wilayah dan juga mengetahui karakteristik dari masing-masing pelanggan. Sehingga dengan ini dapat melakukan pemasaran iklan yang baik dan juga menaikkan kepercayaan pelanggan kembali. g. Customer care Sebuah fitur yang mempermudah proses penanganan komplain dari customer. h. Arsip Hak Paten Dari problem monsanto yang ada, jika hak patennya itu berakhir maka setiap hak paten yang dimiliki perusahaan harus di dokumentasikan. Agar ketika hak paten itu berakhir, perusahaan dapat mengetahui dan bisa melakukan langkahlangkah antisipasi dengan melakukan pendaftaran hak paten baru agar masalah yang pernah terjadi tidak terulang kembali. Dibawah ini gambaran Knowledge Management Goal yang dapat diterapkan oleh industri bioteknologi pertanian:
14
Gambar. Knowledge Management Goal pada level yang berbeda Dengan semakin berkembangnya industri bioteknologi pertanian di dunia, maka semakin banyak perusahaan-perusahaan bioteknologi pertanian di dunia yang perlu memperkenalkan inovasinya kepada masyarakat luas. Dalam hal ini, salah satu pihak yang paling membutuhkan transfer knowledge yaitu petani. Berbagai inovasi di bidang bioteknologi pertanian tidak hanya milik perusahaan/industri swasta melainkan dapat dihasilkan oleh berbagai lembaga penelitian di suatu negara. Petani dianggap sebagai pelanggan dari inovasi bioteknologi yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Adapun tujuan pengetahuan (knowledge goal) dari industri bioteknologi pertanian seperti yang dijelaskan oleh Prasetya (2010) dapat terdiri dari: 1. Normative a.
Menghubungkan knowledge antar karyawan
b.
Membuat dan mengaktifkan lingkungan belajar dan budaya saling berbagi 15
Menghubungkan karyawan melalui teknologi informasi
c.
2. Strategi a. Menciptakan produk yang sehat b. Meningkatkan respon terhadap pelanggan c. Menyimpan knowledge karyawan agar dapat diolah menjadi sebuah knowledge management 3. Operational a. Menyebarkan knowledge secara merata kepada karyawan b. Mempermudah proses penanganan komplain dari customer c. Memberi informasi berita-berita / pengumuman ter-update kepada karyawan maupun pelanggan. d. Pendokumentasian
knowledge
untuk
mempermudah
proses
sharing Dalam
hal
identifikasi
pengetahuan (knowledge
identification),
dapat
meliputi: a. Structural •
Profil perusahaan (visi dan misi)
•
Prosedur pemakaian teknologi genetik
•
Data produk
•
Resep pembuatan produk
b. Functional •
Pelatihan dan konseling pegawai
•
Rapat Dewan dan Komite
c. Behavioural • Dibawah
Reward untuk karyawan ini
beberapa
contoh
penerapan
knowledge
acquisition
(akuisisi
pengetahuan) oleh beberapa perusahaan bioteknologi pertanian, diantaranya: a. Pada tahun 1998 monsanto bergabung dengan perushaan delco and pine land untuk mendapatkan teknologi genetika yang dimiliki oleh delco and pine land.
16
b. Pada tahun 1998 monsanto melakukan pembelian Cargill seed business, sebuah perusahaan benih yang sudah berdiri dibeberapa benua dengan pengoprasian dan distribusi ke 51 negara di amerika tengah dan selatan, eropa, asia dan afrika dalam rangka meningkatkan akses yang lebih cepat pada pasar di negara-negara tersebut. c. Pada tahun 1999 monsanto bergabung dengan perusahaan farmasi terkemuka Pharmacia & UpJohn bertujuan untuk berbagi berbagai macam bidang ilmu untuk menemukan solusi dari peningkatan kebutuhan pangan dan kesehatan. d. Pada tahun 1999 tepatnya bulan juli perusahaan monsanto dan cynamid AHP mengadakan penandatanganan perjanjian multi yaitu perusahaan cynamid AHP memungkinkan untuk membeli glukosat untuk penggunaan di Extremetm, karena produk itu bisa digunakan dalam conjuction dengan biji glyphosateimmune dijual oleh monsanto. e. Pada 12 juli 1999 monsanto menandatangani perjanjian yang menjadikan scott’s company satu-satunya agen pemasaran dan distribusi roundup di Amerika Serikat. Scott’s company merupakan agen paling terkenal untuk produk taman di amerika serikat. f. Pada tahun 2006, Monsanto mengakuisisi Delta & Pine Land, perusahaan yang bergerak di bidang riset genetika bersama dengan Departemen Pertanian, Amerika Serikat. Setelah penggabungan dengan Delta & Pine Land, Monsanto banyak memproduksi benih terminator, yaitu benih yang hanya bisa ditanam satu kali sehingga petani tidak dapat menyimpan dan menggunakan hasilnya untuk penanaman selanjutnya. Perusahaan-perusahaan bioteknologi dapat menggelar aktivitas seperti Farmer Field Day untuk bertukar pengetahuan (knowledge sharing) dengan pelanggannya (dalam hal ini para petani). Hal ini dapat membentuk persepsi petani mengenai manfaat potensial dan ancaman introduksi suatu teknologi, contohnya kultur jaringan pisang dalam sistem pertanian mereka. Petani dapat memilih varietas dan karakteristik yang diinginkannya. Beberapa jenis aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini meliputi pertukaran informasi mengenai akuisisi benih, 17
pembukaan lahan, crop husbandly, nilai tambah (contohnya pematangan pisang) dan pemasaran. Petani dapat mengungkapkan pengalamannya dalam menanam varietas tradisional maupun kultur jaringan atau rekayasa genetika lainnya. Pengenalan program KM dalam industri bioteknologi sangat berdampak positif dalam membangun hubungan antara industri dan pelanggannya. Kemampuan yang dapat dibantu oleh KM dalam sebuah industri adalah keahlian dalam investasi dan manajemen alur pengetahuan, pengenalan pengetahuan internal, transfer pengetahuan, penyebaran dan penerapan intrenal akumulasi pengetahuan serta peningkatan varietas memori organisasional. Dalam hubungan antara industri dan petani, KM sangat terkait dengan kemampuan inovasi dari perusahaan itu sendiri yang dapat menguntungkan petani dimanapun. Perusahaan perlu melakukan berabagai tindakan yang memungkinkan pengembangan dan pembaruan aset strategis lainnya.
18
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan Dalam industri bioteknologi pertanian, kecepatan dan banyaknya sumber informasi membuat pelanggan menjadi semakin cerdas dan kritis, hal ini pun berlaku bagi semua bidang bisnis. Dengan semakin berkembangnya industri bioteknologi pertanian di dunia, maka semakin banyak perusahaan-perusahaan bioteknologi pertanian di dunia yang perlu memperkenalkan inovasinya kepada masyarakat luas. Dalam hal ini, salah satu pihak yang paling membutuhkan transfer knowledge yaitu petani. Berbagai inovasi di bidang bioteknologi pertanian tidak hanya milik perusahaan/industri swasta melainkan dapat dihasilkan oleh berbagai lembaga penelitian di suatu negara. Petani dianggap sebagai pelanggan dari inovasi bioteknologi yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Pengenalan program KM dalam industri bioteknologi sangat berdampak positif dalam membangun hubungan antara industri dan pelanggannya. Kemampuan yang dapat dibantu oleh KM dalam sebuah industri adalah keahlian dalam investasi dan manajemen alur pengetahuan, pengenalan pengetahuan internal, transfer pengetahuan, penyebaran dan penerapan intrenal akumulasi pengetahuan serta peningkatan varietas memori organisasional.
4.2. Saran Knowledge Management merupakan sebuah hal yang sangat penting dalam menjaga hubungan perusahaan baik internal maupun eksternal. Dengan semakin berkembangnya zaman, transfer pengetahuan haruslah berjalan dengan baik agar tujuan yang diinginkan oleh kedua pihak dalam hal ini industri dan pelanggan dapat tercapai dengan baik. Perusahaan perlu melakukan berabagai tindakan yang memungkinkan pengembangan dan pembaruan aset strategis lainnya sehingga dapat terus memajukan inovasi yang dapat menguntungkan semua pihak terutama pelanggannya.
19
V. DAFTAR PUSTAKA Goenadi, D.H. dan Isroi. 2003. Aplikasi Bioteknologi dalam Upaya Peningkatan Efisiensi Agribisnis yang Berkelanjutan. Makalah Lokakarya Nasional Pendekataan Kehidupan Pedesaan dan Perkotaan dalam Upaya Membangkitkan Pertanian Progresif, UPN “Veteran” Yogyakarta, 8-9 Desember 2003. Jones, D.D. 2003. Food and Agricultural Biotechnology for the 21 st Century. www.apctt.org/publication . Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. 2005. Komersialisasi Produk Bioteknologi Pertanian Di Indonesia, Mungkinkah?. http://www.ipard.com/art_perkebun/apr03-05_dhg+isr.asp. Accessed 23 January 2011. Widayana, Lendy. 2004. Memajukan Perusahaan dengan Knowledge. http://knownetwork.blogspot.com/2004/03/artikel-memajukan-perusahaandengan.html. dimuat pada Harian Radar Malang tanggal 09 Maret 2004. Mangkuprawira, Tb. Sjafri. 2008. Mengapa Membutuhkan Sistem Manajemen Pengetahuan. http://ronawajah.wordpress.com/2008/03/30/mengapa-membutuhkan-sistemmanajemen-pengetahuan/. Accessed 22 January 2011. Palacios, D., E. Ignacio Gil, E. Fernando Garrigos. 2009. The impact of knowledge management on innovation and entrepreneurship in the biotechnology and telecommunications industries. Small Bus Econ, 32:291-301. DOI 10.1007/s11187-008-9146-6 Prasetya, Taufan. 2010. Knowledge Management. http://taufanprasetya.blog.binusian.org/. Accessed 23 January 2011. Rahmat. Akuisisi Pengetahuan. http://blog.re.or.id/akuisisi-pengetahuanknowledge-acquisition.htm. Accessed 23 January 2010. Randeree, E. 2006. Knowledge management: securing the future. Journal of Knowledge Management, 10(4), 145-156. doi:10.1108/13673270610679435. Yu, C. M. (2002) Socialising knowledge management: The influence of the opinion leader. Journal of Knowledge Management Practice, 3. www.tlainc.com/jkmp3.htm.
20
Scarbrough, H. (2003). Knowledge Management, HRM and the innovation process. International Journal of Manpower, 24 (5), 501-516. doi:10.1108/01437720310491053.
21