JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 8 No. 1, April 2008 : 9 - 16
PENERAPAN KEBIJAKAN HARGA TRANSFER BAHAN BAKU UNTUK PENGUKURAN PRESTASI DIVISI PADA PT. HONORIS INDUSTRY Oleh: Bambang Pamungkas* dan Nunuk Yuliati *Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor
ABSTRACT In a big company, where there is more and more longer process of production, usually the main functional activities are carried out by separated organization unit named division. If a division buys basic commodity from other division in the same company, transfer price need to be fixed. It is not easy to fix transfer price. The purpose of this research is to find out transfer price policy application of basic commodity in behalf of division performance measurement at PT Honoris Industry Bogor. The outcome of this research shows that transfer price fixation utilized by the company to electronic division and camera division is cost plus method, namely standard variable cost plus mark up 30%. This transfer price must be fixed by top management, in this case is production director. Division manager has only right to propose the best price. The fixation of accurate method can be as a way of division performance measurement. The principle of performance evaluation conducted to both of the divisions encompasses: (a) periodical profit, (b) product quality, and (c) production efficiency. Keywords: Transfer price fixation; Basic commodity; Performance measurement;
PENDAHULUAN Dalam perusahaan yang besar, dimana semakin banyak atau semakin panjangnya proses produksi, biasanya kegiatan-kegiatan fungsional utamanya dilaksanakan oleh unit organisasi tersendiri yang terpisah, yang disebut divisi. Tiap divisi yang ada di perusahaan akan melakukan suatu kegiatan produksi tertentu saja dan bukan kegiatan secara keseluruhan. Tiap-tiap divisi yang dibentuk akan memiliki tanggungjawab dan wewenang untuk melakukan pengambilan keputusan tertentu yang disebut sebagai desentralisasi. Manajer pusat laba yang terdesentralisasi mempunyai wewenang untuk memilih bahan baku bagi pusat labanya. Manajer tersebut dapat menentukan apakah lebih
menguntungkan membeli bahan baku dari pemasok diluar perusahaan atau membeli dari pusat laba lainnya dalam perusahaan itu sendiri. Jika suatu pusat laba membeli bahan bakunya dari pusat laba lain dalam perusahaan yang sama, maka perlu ditetapkan suatu harga transfer. Penetapan harga transfer ini tidak hanya terbatas pada barang, tetapi juga jasa yang diberikan oleh suatu pusat laba kepada pusat laba yang lain. Harga produk yang ditransfer merupakan penghasilan bagi pusat laba yang mengirim dan merupakan biaya bagi pusat laba yang menerimanya. Untuk memindahkan atau mentransfer suatu produk dari divisi yang satu ke divisi yang lain diperlukan adanya suatu kebijakan perusahaan mengenai besarnya harga yang harus dibebankan oleh divisi pembuat atas produk yang diprosesnya. Untuk menerapkan
PAMUNGKAS dan YULIATI, Penerapan Kebijakan Harga Transfer Bahan Baku
dan menetapkan suatu harga transfer dapat digunakan beberapa alternatif atau metode harga transfer. Metode yang digunakan oleh perusahaan merupakan suatu kebijakan perusahaan itu sendiri, dimana telah dipertimbangkan kebaikan atau kelebihan dari pemanfaatan metode yang dipakai. Penentuan harga transfer dalam perusahaan yang terdesentralisasi sering menimbulkan berbagai masalah, terutama yang menyangkut : a) Penentuan harga transfer yang adil bagi semua pusat laba yang terlibat, dimana adakalanya pusat laba satu dengan pusat laba lainnya berusaha memaksimalkan labanya sendiri dan bertentangan dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. b) Masalah pengukuran prestasi manajer suatu pusat laba. Penetapan harga transfer yang tidak adil dapat menyesatkan penilaian terhadap prestasi manajer suatu pusat laba. c) Masalah motivasi manajer suatu pusat laba. Manajer suatu pusat laba mungkin tidak termotivasi untuk melakukan transfer intra perusahaan bila penetapan harga transfer itu sendiri tidak adil. d) Tercapainya tujuan dari penetapan harga transfer itu sendiri. Tujuan yang diharapkan dari penggunaan harga transfer yaitu untuk mengevaluasi kinerja segmen dan apabila harga transfer yang ditetapkan tidak adil, maka baik manajer divisi pembelian maupun manajer divisi penjualan tidak dapat mengambil keputusan-keputusan yang serasi sehingga tujuan perusahaan secara keseluruhan tidak dapat tercapai. Jadi suatu penetapan harga transfer sebenarnya tidak mudah karena perusahaan harus memperhatikan bukan saja tujuan perusahaan secara keseluruhan, tetapi juga kehendak atau keinginan dari divisi-divisi yang ada di perusahaan tersebut, agar divisi-divisi yang ada bekerja dengan efisien dan efektif.
METODE PENELITIAN Dengan tidak terlepas dari uraian yang telah ada sebelumnya, yaitu yang berhubungan dengan penerapan kebijakan harga transfer untuk pengukuran prestasi divisi pada PT. Honoris Industry, maka penelitian yang 10
dilakukan adalah dengan mengidentifikasikan faktor-faktor yang berpengaruh dalam merumuskan harga transfer berdasarkan metode-metode yang diterapkan di dalam perusahaan. Setelah data terkumpul, kemudian data tersebut dianalisis untuk mengungkapkan permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Permasalahan akan dianalisis dengan membandingkan metode yang dipakai perusahaan dengan landasan teoritis dalam penetapan harga transfer bahan baku.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Penerapan Kebijakan Sistem Harga Transfer Bahan Baku di PT. Honoris Industry
PT. Honoris Industry mempunyai 6 divisi yaitu divisi kamera, divisi elektronik, divisi kawai, divisi plastik, divisi covac dan divisi lensa. Dalam pembahasan ini akan dibahas penetapan harga transfer antara produk elektronik di divisi elektronik dengan produk kamera di divisi kamera. Metode harga transfer yang digunakan oleh PT. Honoris Industry adalah metode cost plus yaitu biaya variabel standar ditambah mark up sebesar 30%. Selain menjual elektronik ke divisi kamera, divisi elektronik juga menjual produk ke pelanggan luar yaitu Sony dan Aiwa. Harga transfer sebesar biaya variabel standar ditambah mark up 30% ditentukan oleh manajemen puncak dalam hal ini Direktur Produksi. Meski ditentukan oleh manajemen puncak, para manajer divisi masih mempunyai hak untuk mengusulkan harga yang terbaik. Alasan mark up ditentukan manajemen puncak adalah agar harga produk yang dijual oleh divisi elektronik tidak menjadi terlalu mahal dan bisa bersaing di pasaran. 2.
Analisis Terhadap Metode Harga Transfer Bahan Baku Yang Mungkin Diterapkan Pada PT. Honoris Industry
Dalam pembahasan berikut ini, untuk perusahaan secara keseluruhan perhitungan margin kontribusinya hanya terdiri dari penjualan kamera, sedang margin kontribusi
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 8 No. 1, April 2008
untuk penjualan elektronik ke pelanggan luar tidak dimasukkan dalam perhitungan mengingat jumlahnya hanya 10% dari produksi. a.
Variabel Cost-Based Transfer Pricing Menurut metode ini, harga transfer ditetapkan berdasarkan biaya variabel standar yaitu sebesar 3.698 yen. Harga transfer yang ditetapkan sama dengan biaya variabel tidak memenuhi kriteria kesamaan tujuan. Divisi elektronik tidak memperoleh laba (tidak dapat menutup biaya tetap) dan mengalami kerugian sebesar 1.436 yen per peace (90% x biaya tetap 1.595). Sebaliknya, harga transfer ini memberikan margin kontribusi sebesar 27.203 yen per unit baik untuk divisi kamera maupun perusahaan secara keseluruhan. Divisi kamera akan termotivasi dengan harga transfer ini karena dapat menekan biaya variabelnya, yang akan berpengaruh pada margin kontribusi. Jadi, secara tidak langsung divisi kamera akan memenuhi penilaian prestasi.
b. Incremental Cost-Plus Fixed Fee Berdasarkan metode ini, maka harga transfer ditetapkan sebesar biaya variabel standar yaitu sebesar 3.698 yen. Walaupun divisi elektronik mentransfer produk ke divisi kamera sebesar biaya variabel standar, tetapi setiap bulan sebanyak 90% dari biaya tetap divisi elektronik akan dibebankan ke divisi kamera. Pembebanan sebesar 90% dari biaya tetap divisi elektronik ini merupakan harga yang harus dibayar oleh divisi kamera karena sebagian besar produksi divisi elektronik (90%) diutamakan untuk divisi kamera. Persentase ini (90%) mencerminkan berapa persen kapasitas produksi yang dikhususkan untuk divisi kamera. Jadi berarti hanya 10% dari kapasitas produksi divisi elektronik yang dapat dijual keluar. Persentase ini (90%) diperoleh dari rencana order per hari divisi kamera. Manfaat digunakannya metode ini : a. Divisi elektronik dapat menutup sebagian biaya tetapnya.
b.
Harga transfer ditetapkan sebesar biaya variabel standar sehingga divisi elektronik termotivasi untuk meningkatkan efisiensi produksi. c. Divisi kamera akan termotivasi untuk jujur dalam menentukan pesanan. Jadi hanya jumlah ynag benar-benar dibutuhkan saja yang dipesan, karena kalau memesan terlalu banyak pembebanan biaya tetap dari divisi elektronik juga akan bertambah. Ini merupakan harga yang harus dibayar oleh divisi kamera karena pengorbanan divisi elektronik yang yang penjualan keluarnya menjadi berkurang. Pembebanan sebagian biaya karena pemesanan yang terlalu banyak merupakan hal yang tepat, karena kalau tidak maka kapasitas produksi akan dialokasi oleh divisi elektronik untuk penjualan keluar. Maka laba divisi ini menjadi : Margin kontribusi divisi kamera ...27.203 Biaya tetap divisi kamera .……… 6.949 Biaya tetap dari divisi elektronik (90% X 1.595) 1.436 + Total biaya tetap 8.385 _ Laba per unit kamera 18.818 Kelemahan metode ini adalah jika divisi kamera memesan terlalu sedikit, maka jika ternyata pesanan kurang, tidak bisa minta tambahan dari divisi elektronik. Jelas ini bukan yang terbaik bagi perusahaan secara keseluruhan karena perusahaan akan lebih mementingkan penjualan divisi kamera yang akan menghasilkan laba yang lebih besar daripada laba yang dihasilkan oleh divisi elektronik dari penjualan keluar. Dengan kata lain, kapasitas produksi tidak lagi dipentingkan untuk penggunaan yang paling menguntungkan. c.
Full Cost Transfer Pricing Berdasarkan metode ini, harga transfer ditetapkan sama dengan biaya total sebesar 5.293 yen. Harga transfer yang ditetapkan sama dengan biaya total masih cukup memenuhi kiteria kesamaan tujuan. Dengan adanya transfer internal, divisi kamera dan perusahaan akan memperoleh 11
PAMUNGKAS dan YULIATI, Penerapan Kebijakan Harga Transfer Bahan Baku
margin kontribusi masing-masing sebesar 25.608/unit dan 7.203/unit. Divisi kamera akan termotivasi karena margin kontribusinya sebesar 66,4% dari harga jual dan persentase ini cukup menghasilkan laba bagi divisi kamera maupun perusahaan. Dari persentase diatas, divisi kamera masih akan setuju dengan metode full cost meski persentase tersebut sedikit lebih rendah dibanding margin kontribusi perusahaan (70,6%). Disisi lain, bagi divisi elektronik, divisi ini dengan harga transfer sebesar 5.923 tidak memperoleh laba sama sekali (0) sehingga tidak memenuhi kriteria penilaian prestasi. Akibatnya, divisi elektronik tidak termotivasi untuk melakukan transfer ke divisi kamera. d. Full Cost-Plus Transfer Pricing Berdasarkan metode ini, harga transfer akan ditetapkan sebesar biaya total (full cost) ditambah mark up sebesar 30%. Perhitungan harga transfernya adalah sebagai berikut : Biaya total elektronik 5.293 Mark up (30% X 5.293) 1.588 + Harga Transfer 6.881 Harga transfer yang ditetapkan sama dengan biaya total ditambah mark up 30% ini tidak memenuhi kriteria kesamaan tujuan. Jika dilakukan transfer internal divisi kamera dan perusahaan akan memperoleh margin kontribusi masingmasing sebesar 4.020/unit atau 62,3% dan 27.203/unit atau 70,6%. Divisi kamera akan memperoleh margin kontribusi yang lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan metode biaya total (full cost), padahal dengan harga transfer sebesar biaya total saja divisi kamera sudah merasa laba divisinya sedikit berkurang. Jadi divisi kamera kurang puas dengan metode ini dan menginginkan negoisasi serta campur tangan manajemen puncak sehingga kriteria prestasi tidak terpenuhi.
e.
12
Dual Transfer Pricing (Harga Transfer Ganda)
Menurut metode ini, terjadi perbedaan pencatatan harga transfer oleh kedua divisi, yaitu : a. Divisi elektronik mencatat harga transfer sebesar harga jual produk ke pelanggan luar. b. Divisi kamera mencatat harga transfer berdasarkan biaya standar. Margin kontribusi elektronik per peace dan kamera per unit : Divisi elektronik 9.877 Divisi kamera 27.203+ Total 37.080 Dikurangi penyesuaian untuk selisih karena penetapan harga transfer ganda (13.575 – 3.698) 9.877 _ Margin kontribusi perusahaan /unit 27.203 Harga transfer sebesar 13.575/unit bagi divisi elektronik dan harga transfer sebesar 3.698/peace bagi divisi kamera menghasilkan margin kontribusi sebesar 27.203 bagi perusahaan secara keseluruhan. Penetapan harga transfer ganda ini memenuhi kriteria kesamaan tujuan karena laba perusahaan secara keseluruhan (27.203) merupakan kontribusi dari laba divisi sesudah dikurangi dengan penyesuaian selisih harga transfer. Karena memperoleh laba dari transfer internal ini, maka divisi elektronik akan termotivasi untuk melakukan transfer internal dan divisi kamera akan termotivasi melakukan penjualan. Kedua divisi akan memenuhi kriteria penilaian prestasi karena memperoleh laba dari transfer internal tersebut. Kriteria otonomi juga akan tercapai jika manajemen puncak menyetujui pemakaian metode harga transfer ganda ini. Tetapi metode ini mempunyai beberapa kelemahan yang menyolok sehingga menghalangi metode ini diimplementasikan dalam praktek. Dengan metode ini, laba divisi menjadi lebih besar daripada laba perusahaan secara keseluruhan. Dalam situasi yang ekstrim, divisi pembeli dan penjual dapat memperlihatkan laba, sementara perusahaan secara keseluruhan mengalami kerugian (karena terjadi penyesuaian
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 8 No. 1, April 2008
selisih harga transfer yang besar). Jadi laba tinggi yang dihasilkan oleh divisi sebenarnya semu, dapat menyesatkan karena dalam kenyataannya belum tentu laba perusahaan akan tinggi. Metode ini juga mendorong divisi lebih menekankan penjualan dan pembelian internal pada syarat-syarat yang paling menguntungkan bagi divisi masing-masing. Divisi pembeli, karena membeli harga transfer standar, tidak termotivasi untuk melakukan pengamatan atas harga pasar, padahal ada kemungkinan biaya variabel standar lebih tinggi daripada harga pasar yang normal. Selain itu, dikhawatirkan manajer divisi menjadi tidak bergairah untuk mengendalikan biaya. Jadi, walaupun metode ini memenuhi keempat kriteria penetapan harga transfer optimal, tetapi jarang digunakan karena kelemahannya. Dari berbagai alternatif metode harga transfer yang diuraikan tersebut diatas, terlihat bahwa dalam kondisi perusahaan saat ini (produk yang dihasilkan tidak mempunyai harga pasar) metode yang dapat memberikan harga transfer yang paling menguntungkan bagi perusahaan secara keseluruhan adalah Cost Plus Method karena metode ini menimbulkan masalah yang paling sedikit dibandingkan dengan metode lainnya. Walaupaun divisi elektronik tidak bisa meningkatkan labanya lebih besar lagi, penilaian prestasi bisa ditingkatkan pada hal efisiensi dengan cara penggunaan budget (anggaran). Jadi penilaian prestasi lebih ditekankan untuk memenuhi budget. Alternatif ini digunakan jika divisi elektronik ingin dipertahankan sebagai pusat laba. Jika divisi elektronik tidak ingin dipertahankan sebagai pusat laba, maka digunakan alternatif kedua yaitu menjadikan divisi elektronik sebagai pusat biaya (cost center) karena sebagian besar produknya (90%) ditransfer ke divisi kamera, sehingga divisi elektronik hanya 10% menjual produknya ke luar. Produk yang ditransfer ke divisi kamera akan dinilai sebesar biaya total standar. Sebenarnya incremental cost-plus fixed fee method juga merupakan metode yang dapat memberikan harga transfer yang paling
baik. Tetapi metode ini tidak dapat diterapkan dalam PT. Honoris Industry karena kondisi divisi kamera yang hanya diperbolehkan membeli produk dari divisi elektronik. Jika suatu saat, misalnya ada pesanan yang yang lebih besar secara mendadak, maka divisi kamera tidak bisa meminta tambahan pesanan dari divisi elektronik. Akibatnya, perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan lebih, mengingat perusahaan memperoleh margin kontribusi yang lebih besar dari penjualan kamera (28.025/unit) dibanding penjualan divisi kamera ke pelanggan luar (26.094). Hal ini jelas bukan bukti yang baik bagi perusahaan secara keseluruhan. 3.
Penerapan Kebijakan Harga Transfer Bahan Baku Untuk Pengukuran Prestasi Divisi Pada PT. Honoris Industry
Pada umumnya, setiap perusahaan melakukan segala aktivitasnya dengan tujuan memperoleh laba usaha yang sebesar-besarnya. Dan untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari beberapa faktor, salah satunya adalah penetapan harga transfer antar divisi. Harga transfer menjadi masalah yang penting jika jumlah produk yang ditransfer jumlahnya cukup besar dan laba merupakan pertimbangan penting dalam pengukuran prestasi divisi. Dasar penilaian prestasi yang dilakukan terhadap divisi kamera maupun divisi elektronik adalah mencakup 1. Laba Periodik 2. Kualitas Produk 3. Efisiensi Produksi Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa divisi elektronik harus mentransfer 90% produknya untuk memenuhi kebutuhan divisi kamera dan 10% untuk di jual ke pelanggan luar, sehingga dapat diketahui margin kontribusi per unit untuk divisi elektronik, divisi kamera dan perusahaan secara keseluruhan adalah sebagai berikut : Margin kontribusi perunit Elektronik Kamera Perusahaan 1.109 26.094 27.203
13
PAMUNGKAS dan YULIATI, Penerapan Kebijakan Harga Transfer Bahan Baku
Sedangkan jika divisi elektronik menjual seluruh produknya ke pelanggan luar, maka margin kontribusi yang diperoleh adalah sebesar 8.224 yen. Berdasarkan perhitungan tersebut, diketahui bahwa dengan menjual seluruh produknya ke pelanggan luar, divisi elektronik memperoleh margin kontribusi yang lebih besar (8.224), tetapi pada kenyataannya divisi elektronik hanya menjual 10% produknya ke pelanggan luar sehingga margin kontribusi yang diperoleh divisi elektronik (1.109) jauh lebih kecil dibanding dengan margin kontribusi yang diperoleh divisi kamera (26.094). Dengan kondisi seperti itu, untuk pengukuran prestasi divisi berdasarkan laba periodik, baik divisi elektronik maupun divisi kamera memenuhi kriteria pengukuran prestasi karena masing-masing memperoleh laba meskipun divisi kamera yang lebih diuntungkan karena mempunyai laba yang lebih besar. Sedangkan untuk pengukuran prestasi berdasarkan kualitas produk, divisi elektronik maupun divisi kamera memenuhi kriteria pengukuran prestasi karena dalam sourcing decision, divisi kamera harus membeli dari divisi elektronik dan tidak diperbolehkan membeli produk dari luar perusahaan karena harga dari divisi elektronik relatif lebih murah dan kualitas produk dapat dipertahankan. Dengan demikian kualitas produk dari masingmasing divisi tersebut dapat dipertahankan dan bahkan dapat ditingkatkan. Untuk pengukuran prestasi divisi berdasarkan efisiensi produksi, divisi elektronik akan terdorong untuk meningkatkan efisiensinya karena harga transfer ditetapkan berdasarkan biaya variabel standar, dimana ketidakefisienan divisi elektronik tidak boleh dibebankan ke divisi kamera, sehingga divisi kamera akan terdorong untuk selalu meningkatkan efisiensinya.
1.
2.
3.
4.
Penerapan Kebijakan Sistem Harga Transfer Bahan Baku di PT. Honoris Industry Selama ini, PT. Honoris Industry menggunakan harga transfer bahan baku berdasarkan metode biaya variabel standar ditambah mark up 30%. Harga transfer ini ditentukan oleh manajemen puncak. Metode Harga Transfer di PT Honoris Industry Dalam kondisi perusahaan saat ini, metode yang paling baik digunakan adalah Cost Plus Method (biaya variabel standar dengan mark up 30%) karena masalah yang ditimbulkan paling minimum dibandingkan dengan metode yang lain. Permasalahan Penerapan Metode Harga Transfer di PT. Honoris Industry Penetapan harga transfer yang optimal harus dapat memenuhi empat kriteria, yaitu kesamaan tujuan, motivasi, otonomi dan penilaian prestasi. Untuk itu, dalam menerapkan metode harga transfer harus diketahui apakah telah memenuhi keempat kriteria penetapan harga transfer yang optimal tersebut. Beberapa Kemungkinan Penerapan Metode Harga Transfer Bahan Baku di PT. Honoris Industry a)
b)
KESIMPULAN Melalui hasil analisa penerapan kebijakan harga transfer bahan baku di PT. Honoris Industry, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
14
c)
Variabel Cost-Based Transfer Pricing Metode ini tidak memenuhi kriteria kesamaan, dengan demikian divisi elektronik tidak akan menyetujui metode ini karena divisi elektronik tidak dapat menutup biaya tetap sehingga mengalami kerugian dan tidak memperoleh laba. Incremental Cost-Plus Fixed Fee Metode ini tidak dapat diterapkan di PT. Honoris Industry karena keterbatasan divisi kamera dalam hal pembelian produk Full Cost Transfer Pricing Metode ini tidak akan disetujui oleh divisi elektronik karena menyebabkan divisinya tidak memperoleh laba sama sekali,
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 8 No. 1, April 2008
5.
sehingga tidak memenuhi kriteria penilaian prestasi. d) Full Cost-Plus Transfer Pricing Metode ini tidak akan disetujui oleh divisi kamera karena menyebabkan margin kontribusinya lebih kecil dibanding margin kontribusi dengan metode harga variabel standar. Akibatnya, akan dilakukan negoisasi yang jika tidak terselesaikan akan menimbulkan konflik yang merugikan perusahaan secara keseluruhan. e) Metode Dual Pricing Walaupun memenuhi keempat kriteria penetapan harga transfer yang optimal, metode ini juga sulit diterapkan karena kelemahan yang sangat menyolok. Penerapan Kebijakan Harga Transfer Bahan Baku Untuk Pengukuran Prestasi Divisi Pada PT. Honoris Industri a) Laba Periodik Dengan menggunakan metode harga transfer cost plus method, pengukuran prestasi divisi berdasarkan laba periodik, baik divisi elektronik maupun divisi kamera akan memenuhi kriteria pengukuran prestasi divisi karena masing-masing menghasilkan laba meskipun divisi kamera memperoleh laba lebih besar. b) Kualitas Produk Pengukuran prestasi berdasarkan kualitas produk, baik divisi elektronik maupun divisi kamera dapat mempertahankan kualitas produknya karena divisi kamera tidak diperbolehkan untuk membeli produk dari luar karena produk dari divisi elektronik kualitasnya lebih bagus. c) Efisiensi Produksi Pengukuran prestasi divisi berdasarkan efisiensi produksi, divisi elektronik akan terdorong untuk meningkatkan efisiensinya karena
harga transfer ditetapkan berdasarkan biaya variabel standar, dimana ketidakefisienan divisi elektronik tidak boleh dibebankan ke divisi kamera, sehingga divisi kamera akan terdorong untuk selalu meningkatkan efisiensinya.
DAFTAR PUSTAKA Anthony, Dearden, Bedford, Sistem Pengendalian Manajemen, Edisi Kedua, Binarupa Aksara, Yogyakarta, 1995. Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess, Accounting, 18th Edition, South Western Publishing, Co, 1996. Garrison, R.H, Akuntansi manajemen, Edisi Ketiga, Penerbit AK Group Yogyakarta, 1995. Horngren, Charles T, Cost Accounting A Managerial Emphasis, Tenth Edition, Prentice-Hall International, Inc, 2000. Horngren, Charles T, Pengantar Akuntansi Manajemen, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1993. Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 1999. Matz Adolph, Milton F. Usry and Lawrence H. Hammer, Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian, Edisi Kesepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta1997. Mulyadi, Akuntasi Biaya, Edisi Kelima, Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta, 1992. Mulyadi, Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi Ketiga, Salemba Empat, Jakarta, 2001. R.A Supriyono, Akuntansi Biaya : Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok, Edisi Kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 2000. Saudi Arif, Sistem Pengendalian manajemen, Edisi Kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 1999. William K. Carter, Milton F. Usry, Lawrence H. Hammer, Cost Accounting , 11th Edition, Penerbit South Western Publishing Co, 2002.
15