1
PENERAPAN ERGONOMI DI HOTEL BALI SANUR BUNGALOWS Sutjana, D.P Disampaikan pada Sehari Ergonomi dan Fisiologi Olahraga 18 Nopember 1998 Di Denpasar Bali Indonesia ABSTRAK Bali Sanur Bungalows adalah salah satu hotel berbintang dua di kawasan wisata Sanur. Dalam usaha untuk lebih menarik wisatawan, hotel dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti bangunan dengan arsitektur Bali, kolam renang, perlengkapan dapur dan kamar serta cara pelayanan oleh karyawan dengan standar internasional . Dengan usaha tersebut ternyata hunian hotel meningkat dari sebelumnya menjadi rata-rata di atas 40 % sepanjang tahun. Di lain pihak di beberapa bagian fasilitas tersebut ternyata masih kurang memperhitungkan keterbatasan dan kemampuan kerja karyawan dalam melaksanakan tugasnya memberikan pelayanan kepada wisatawan. Di samping itu fasilitas untuk karyawan sendiri kurang diperhatikan. Banyak dijumpai karyawan bekerja dengan sikap paksa, lingkungan kerja yang kurang nyaman, pergantian giliran kerja yang panjang, sehingga menimbulkan keluhan muskulosekeletal dan keluhan subyektif, mangkir kerja dan efisiensi rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut telah dilakukan perbaikan sesuai dengan prinsip ergonomi melalui pendekatan partisipasi. Hasil yang diperoleh antara lain mangkir kerja berkurang, keluhan muskuloskeletal dan keluhan subyektif di beberapa bagian menurun dan efisiensi kerja meningkat.
Kata kunci: ergonomi, pendekatan partisipasi, hotel Abstract Bali Sanur Bungalows is one of the two stars hotel at Sanur Tourist Resort. To attract the tourists, the hotel were equipped by facilities such as Balinese interior, pool, kitchen equipment and international standard of services. With those efforts, the occupation rate of the hotel increased to 40 % on average every years. On the other hand the employees capacities have not matched to those facilities. Hence there were many employee work with bad working posture, uncomfortable environment, long shift work and at last caused musculoskeletal disorder and other subjective complaint, absenteeism, & low efficiency. To overcome these problems, an improvement had been conducted,
2
based on ergonomics participatory approach. The a results found are: decreased of absenteeism, subjective and muskuloskeletal complaint, but increased of work efficiency. Key words : ergonomic, participatory approach, hotel
PENDAHULUAN Bali Sanur Bungalows adalah salah satu hotel bintang dua di kawasan wisata Sanur. Dalam usaha meningkatkan daya tarik dan pelayanan kepada wisatawan telah dibangun berbagai fasilitas seperti bangunan type cattages dengan arsitektur tradisional Bali, kolam renang, fasilitas dapur dan kamar dengan standard internasional serta peningkatan pelayanan karyawan. Dari usaha tersebut terbukti hunian hotel meningkat melampaui 40% sepanjang tahun. Dilain pihak ternyata dengan pembangunan fasilitas tersebut karyawan mengalami berbagai kendala dalam memberikan pelayanan. Di antaranya terjadi sikap paksa pada waktu bekerja, lingkungan kerja kurang nyaman. Di samping itu juga terjadi pergantian giliran kerja yang panjang serta asupan makanan kurang memadai selama kerja. Kondisi demikian akan cepat menimbulkan kelelahan, keluhan subyektif serta penurunan kemampuan kerja dan peningkatan mangkir kerja ( Manuaba, 1985; Grandjean, 1988; Pheasant, 1991). Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan intervensi ergonomi melalui pendekatan partisipasi. Dengan tujuan melalui penerapan prinsip ergonomi akan tercipta kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan efisien (Manuaba, 1996). Dengan demikian akan dapat mengurangi timbulnya kelelahan, keluhan subyektif, mangkir kerja, dan meningkatkan efisiensi kerja.
BAHAN DAN CARA
Subyek : sebagai subyek dalam penelitian ini adalah semua karyawan hotel BSB khususnya di bagian personalia, accounting, house keeping, food and baverage, satpam, binatu. Cara kerja : dalam penerapan ergonomi ini memakai pendekatan partisipasi dengan tahapan sbb:
3
1.
observasi ke tempat kerja untuk melihat cara, sikap dan lingkungan kerja
2.
wawancara mengenai keluhan subyektif dan keluhan muskuloskeletal
3.
ceramah dan diskusi bersama manajemen dan karyawan mengenai cara-cara perbaikannya terhadap masalah yang dihadapi
4.
melakukan perbaikan disertai evaluasi hasil perbaikan bersama-sama karyawan
Analisis : hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASANNYA 1. Gizi atau asupan makanan Untuk dapat bekerja dengan baik dan murah senyum selama 8 jam kerja, asupan makanan yang cukup dan bergizi sangat diperlukan karyawan. Untuk tujuan tersebut pihak manajemen telah memberikan uang makan sebesar Rp 500,- per hari kerja yang diberikan bersamaan dengan gaji setiap akhir bulan. Apabila uang Rp 500,- itu dibelikan makanan seluruhnya bisa mendapat satu bungkus nasi dengan lauk pauk yang cukup (berisi daging dan sayur termasuk 1 gelas teh manis). Tetapi karena diberikan bersamaan dengan gaji, uang itu dipakai untuk keperluan lain. Untuk makan setiap hari kerja mereka membawa atau membeli nasi di warung seadanya, yang dari sudut gizi dan kebersihan kurang memenuhi syarat. Di samping itu karena warung jauh dari hotel sering mereka makan meliwati jam istirahat untuk makan (lebih 1 jam). Dan kalau saat itu diperlukan sangat sulit dihubungi sehingga sering mengganggu kelancaran pelayanan hotel. Untuk mengatasi masalah tersebut setelah melalui diskusi dengan pihak manajemen, karyawan dan dokter hotel, disepakati uang makan diganti dengan memberi makan sekali setiap giliran kerja. Untuk itu kemudian dibangun tempat makan atau EDR (Employee dining room) yang cukup baik (gambar 1). Tempat itu di samping untuk tempat makan bisa juga untuk tempat istirahat dan ngobrol di antara karyawan baik mengenai masalah pribadi maupun masalah pekerjaan. Dengan memberikan makanan dengan gizi 4 sehat dan menu 10 hari, kebersihan terjamin. Apabila sewaktu-waktu diperlukan bisa cepat dihubungi dan waktu istirahat makan tidak lebih dari waktu yang telah ditetapkan. Dan setelah dihitung biayanya ternyata Rp.350,- per orang per hari. Berarti bisa ngirit Rp 150,- per orang per hari.
4
Gambar : Tempat makan karyawan
2. Giliran kerja Semula pengaturan giliran kerja tidak teratur dengan pergantian setiap 5-7 hari. Dengan demikian tugas malam lebih dari 3 hari berturut-turut. Selesai tugas malam tidak diikuti libur tetapi langsung tugas pagi sehingga tidak sempat mengaso. Giliran tugas malam hanya di bagian SATPAM dan engineering. Dari 22 orang (semua laki-laki dengan usia 28-45 tahun) 22,7 % (5 orang) sering mengeluh badan lemes, kepala terasa kosong, pusing, mual-mual dan sering sakit dan absen. Untuk mengatasi masalah tersebut telah disepakati pengaturan giliran kerja dengan rotasi 2.2.2 dan setiap habis tugas malam libur 1 hari. Setelah menerapkan sistem tersebut keluhan berkurang menjadi sekitar 9% (2 orang) dan sakit berkurang.
3. Operator komputer di bagian personalia dan akun Karyawan personalia dan akun paling sering mengoperasikan komputer. Hampir selama jam kerjanya mereka duduk di depan komputer untuk mengurus surat-surat serta perhitungan belanja hotel setiap hari. Penempatan monitor komputer lebih tinggi dari tinggi mata operator waktu duduk (gambar 2a). Selama bekerja selalu menengadah, apalagi untuk mereka yang memakai kaca mata ganda (usia di atas 40 tahun) sehingga mereka sering mengeluh kekakuan atau sakit pada otot leher, bahu dan disertai pusing. Sebagai akibatnya mereka sering mengaso, sehingga efisiensinya kurang. Untuk mengatasi masalah tersebut tinggi monitor komputer diturunkan sampai tepi atas monitor sesuai tinggi mata operator waktu duduk (gambar 2b). Dengan
5
perbaikan tersebut keluhan leher 71,4% dan bahu berkurang 75% ( Sutjana, 1998) dan waktu mengaso berkurang sehingga efisiensi kerja meningkat.
Gambar 2a : Sikap kerja operator sebelum diperbaiki Tepi atas motnitor lebih tinggi dari tinggi mata
Gambar 2b: Sikap kerja operator setelah diperbaiki Tinggi tepi atas monitor setinggi mata operator
5. Tinggi kompor dan meja kerja di dapur Juru masak (cook) di hotel sangat penting dan sering menentukan kualitas pelayanan hotel. Mereka harus mampu menyiapkan makanan yang enak, bersih, estetis dengan cepat. Pekerjaan mereka akan dilihat pada saat tamu ramai seperti waktu sarapan pagi, makan siang maupun makan malam. Dengan tinggi meja kerja atau kompor yang tidak sesuai (gambar 3a) menyebabkan mereka sering merasa cepat lelah, merasa sakit pada bahu dan lengan. Oleh karena lama berdiri mereka sering mengeluh sakit pinggang dan pegel pada kaki. Sebagai akibatnya mereka sering beristirahat
sehingga hasil
kerjanya lebih lambat. Untuk mengatasi masalah tersebut tinggi meja dikurangi menjadi sekitar 68 cm (gambar 3b) (disesuaikan dengan tinggi siku karyawan yang tertinggi, yang pendek bisa pakai dingklik). Dengan perbaikan tersebut waktu istirahat curian dan keluhan berkurang.
6
Gambar 3a: Tinggi meja kerja (kompor) agak tinggi sehingga siku harus diangkat
Gambar 3b: Tinggi meja kerja (kompor) setinggi siku 5. Suhu lingkungan di dapur dan laundry. Kedua tempat kerja tersebut (dapur dan laundry) adalah tempat kerja yang memerlukan panas. Suhu lingkungan kerja mencapai 38-400C dengan kelembaban sekitar 75-80%. Pada kondisi lingkungan kerja seperti itu tenaga kerja kepanasan (gambar 4a) bekerja dengan banyak mengeluarkan keringat sehingga cepat merasa lelah. Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan perbaikan sbb (gambar 4b).: - membuat ventilasi silang - memasang pengisap udara - menyediakan air minum yang cukup di tempat kerja
7
Gambar 4a: Ruang kerja panas, karyawan tanpa baju karena kepanasan
Gambar 4b: Ruang kerja sudah diperbaiki, antara lain dengan ventilasi silang 6. Bangunan cottanges dengan arsitektur Bali. Dengan jenis bangunan arsitektur Bali terdapat banyak undagan, mulai dari lantai lobi, jalan meliwati candi bentar maupun masuk ke kamar. Sementara tamu yang “cek in” atau “cek out” selalu membawa barang atau koper lebih dari satu dengan berat sekitar 25 - 40 Kg. Akibatnya karyawan sulit untuk mengangkut dengan troli (gambar 5a) dan apabila diangkat cukup berat dan kurang efisien. Di samping itu setelah mengangkut karyawan mengeluhsakit pada otot-otot bahu dan leher bahkan ada sampai menderita HNP. Walaupun berat, mereka pasti akan memaksakan diri sebab akan ada imbalan “this for you” yang lumayan. Untuk mengatasi masalah tersebut pada tepi lantai lobi dan beberapa undagan diberi ram (gambar 5b) sehingga bisa dilalui troli atau kursi roda. Dengan perbaikan tersebut pengangkutan barang lebih mudah dan lebih cepat. Keluhan karyawan setelah mengangkut barang juga dapat berkurang sekitar 20%.
8
Gambar 5a: Cara pengangkutan barang memakai troli melalui undagan
Gambar 5b: Cara pengangkutan barang melalui ram, lebih mudah 7. Tangga ke lantai dua Pada bangunan tipe lumbung berlantai dua. Tangga ke lantai dua sangat sempit dengan lebar 65 cm dan sudut 800 sehingga sangat sulit pada waktu membawa barang atau koper ke atau dari lantai dua (gambar 6a), apalagi kalau membawa bed tambahan. Untuk mengatasi masalah tersebut untuk bangunan baru telah dibuat tangga dengan lebar 120cm, dengan sudut 300 dengan disertai bordes. Dengan perbaikan tersebut karyawan lebih mudah untuk mengangkut barang atau koper ke atau dari lantai dua (gambar 6b).
9
Gambar 6a: Membawa barang melalui tangga sempit (sebelum diperbaiki)
Gambar 6b: Membawa barang melalui tangga yang lebih lebar (setelah diperbaiki)
8. Undagan ke pantai Dengan dibangunya jalan (trotoir) sepanjang pantai sanur dari depan Grand Bali Beach sampai Hotel Sanur Beach, ternyata menimbulkan masalah pada beberapa hotel yang diliwati, karena jalan itu lebih tinggi dari halaman hotel. Akibatnya apabila mau ke pantai harus naik ke jalan (trotoir) kemudian baru turun tanpa melalui undagan yang baik. Di sebelah Barat ada undagan dengan tinggi anak undagan masing-masing 30 cm. Di sebelah Timur (mengarah ke pantai) tidak ada undagan tetapi hanya kemiringan saja sehingga sangat sulit dilalui terlebih-lebih bagi tamu yang berusia lanjut. Untuk mengatasi masalah tersebut pada undagan di sebelah barat trotoir ditambah anak undagannya sehingga tinggi anak undagan menjadi 15 cm (gambar 7a). Di sebelah timur trotoir dibangun undagan (gambar 7b). Dengan perbaikan tersebut para tamu lebih mudah ke pantai.
10
Gambar 7a: Anak undagan ditambah sehingga tingginya masing-masing 15 cm
Gambar 7b: Undagan ke pantai 9. Sikap kerja petugas tata graha Karyawan petugas tata graha mendapat tugas 10-12 kamar per orang. Mereka harus membersihkan dan merapikan kamar setiap hari. Dalam melakukan tugas tersebut mereka sering melakukan sikap paksa seperi membungkuk atau jongkok sampai berjamjam (gambar 8), sering sering mengeluh sakit pinggang. Untuk mengatasi masalah tersebut untuk sementara dianjurkan untuk melakukan istirahat setiap 30 menit kerja.
Gambar 8: Sikap kerja petugas house keeping
11
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Di hotel Bali Sanur Bungalows dijumpai beberapa masalah yang berpengaruh buruk terhadap kelancaran serta kenyamanan pelayanan terhadap tamu,
sehingga
karyawan merasa cepat lelah dan menimbulkan keluhan subyektif. Dengan penerapan ergonomi terbukti dapat mengurangi kelelahan, keluhan subyektif, mengurangi absensi dan meningkatkan kelancaran pelayanan. Perbaikan tersebut bisa sangat sederhana dengan biaya murah apalagi dilakukan sejak perencanaan, tetapi bisa juga memerlukan biaya yang cukup besar apabila harus memperbaiki yang sudah ada.
SARAN Prinsip ergonomi perlu selalu diperhatikan untuk mengurangi dampak negatif pembangunan di hotel.
KEPUSTAKAAN Manuaba, A. 1985. Some Ergonomic Problems in Hotels in Bali. Dalam Proceedings of The 22nd Annual Conference of The Ergonomics Society of Australia And New Zealand. DDIAE. Toowoomba, QLD. December. Manuaba, A. 1996. Penerapan Ergonomi di Industri. Disampaikan pada Serasehan K3, 23-24 Mei di Jakarta. Garandjean, E. 1988. Fitting The Task To The Man. A textbook of Occupational Ergonomics. 4th Edition. London. Taylor & Francis Pheasant, S. 1991. Ergonomics, Work And Health. London. Macmillan Academic And Profesional LTD. Sutjana, D.P. 1998. Penyesuaian Tinggi Monitor Komputer Mengurangi Keluhan Leher dan Bahu Operator. Denpasar MKU.in Press.