PENENTUAN PRIORITAS INDUSTRI POTENSIAL UNTUK DIKEMBANGKAN DI KAWASAN INDUSTRI LAMONGAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA INPUT OUTPUT DAN ELECTRE III Fajar Budi Satriyo, Udisubakti Ciptomulyono, Naning Aranti Wessiani Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email:
[email protected];
[email protected];
[email protected]
Abstrak Peranan sektor industri dalam pembangunan ekonomi sangat penting , namun dalam struktur perekonomian Kabupaten Lamongan kontribusi sektor ini masih relatif kecil. Untuk itu telah dilakukan suatu kajian tentang dibangunnya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Dalam menentukan sektor industri apa yang seharusnya dikembangkan, perlu dilakukan suatu studi akademik sehingga nantinya sektor yang dikembangkan dapat memberikan manfaat yang optimal. Penelitian ini menggunakan Location Quotient dalam menentukan sektor industri basis. Metode ELECTRE III digunakan untuk merangking alternatif sektor industri dan alternatif industri potensial dimana nilai performansi masing-masing alternatif sektor industri diperoleh dari analisa input output. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri pengalengan ikan dan industri pengeringan/penggaraman ikan yang menduduki peringkat teratas dalam perangkingan prioritas pengembangan industri yang dilakukan. Kata Kunci : Analisa Input Output, ELECTRE III, Location Quotient.
Abstract Eventhough the role of industrial sector in economic development is very important, the economic structure of Lamongan District contribution of this sector is still relatively small. This study aims to determine priority of potential industries to be development in the Lamongan District.. This research proposed to utilize Location Quotient to determined a base sector. The base sector would be an alternative of potential industrial sectors which is turn to be prioritized by ELECTRE III approach. Input output analysis is expected to be alternatives priority potential.The research output shows that the top of the higher priority industries that is fish canning industry and industrial drying / salting of fish. Keywords: ELECTRE III, Input Output Analysis, Location Quotient.
sektor industri dari 5,17% (2004) menjadi 5,43% (2008). Sektor Industri yang merupakan sektor strategis oleh karena sumber daya sektor ini dapat diperbarui secara cepat dan dapat menyerap tenaga kerja lebih besar, namun dalam struktur perekonomian Kabupaten Lamongan kontribusi sektor ini masih relatif kecil. Untuk itu telah dilakukan suatu kajian tentang dibangunnya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Dalam menentukan sektor industri apa yang seharusnya dikembangkan, perlu dilakukan suatu studi ilmiah sehingga nantinya sektor yang dikembangkan dapat memberikan manfaat yang optimal baik dari segi memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, menyediakan barang dan jasa yang bermutu dengan harga yang bersaing dipasar dalam negeri ataupun luar negeri, meningkatkan ekspor dan menghemat
1. Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Peranan sektor industri dalam pembangunan ekonomi sangat penting , karena secara strategis dapat menggerakkan usaha-usaha terciptanya landasan pembangunan yang kokoh bagi tahap pembangunan dalam jangka panjang. Hal ini sesuai dengan pattern of development yang dikemukakan oleh Chenery (1979) yang dalam Kuncoro (2007), bahwa perekonomian suatu negara akan bergeser dari semula yang mengandalkan sektor pertanian menuju sektor industri. Fenomena ini dapat kita lihat di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Kabupaten Lamongan. Kontribusi sektor primer utamanya sektor pertanian cenderung menurun yakni dari 42,91% (2004) menjadi 38,45% (2008) diikuti kenaikan kontribusi
1
biaya, menunjang pembangunan daerah dan sektor-sektor lainnya.
berupa buku teks, artikel, ataupun jurnal yang bersumber dari media cetak maupun media elektronik. Adapun studi literatur ini meliputi Analisa Input Output (Nazara, 1997), Ekonomi Regional (Tarigan, 2005), MCDM (Figueira et all, 2005), dan ELECTRE (Buchanon et all, 1999). 2. Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan dengan kunjungan langsung ke instansi-instansi terkait dengan pengembangan industri di Kabupaten Lamongan seperti BAPPEDA Lamongan, Disperindagkop Kabupaten Lamongan, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan transmigrasi Kabupaten Lamongan dan Badan Penelitian dan pengembangan kabupaten Lamongan. Dalam studi lapangan ini brainstroming dengan pihak yang terkait dengan penelitian. 3. Perumusan Masalah Setelah dilakukan studi literatur dan studi lapangan dapat dilakukan perumusan masalah. Perumusan masalah merupakan masalah yang akan dibahas dan diselesaikan dalam penelitian ini. 4. Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data dibedakan menjadi dua bagian besar yakni pengumpulan data I dan pengumputan data II. Pengumpulan data I merupakan pengumpulan data-data awal yang diperlukan untuk pengolahan data awal. Meliputi data input output Jawa Timur, PDRB Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten Lamongan, data ketenagakerjaan Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten Lamogan dan data-data terkait dengan analisa input output lainnya. Sedangkan untuk tahap pengumpulan data II merupakan tahap pengumpulan data lanjutan tentang preferensi pihak-pihak terkait dengan pembangunan industri di KIL yang dilakukan setelah didapatkan hasil dari pengolahan data dengan metode LQ dan analisa input output. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner. Kuisioner ini nantinya akan diisi oleh perwakilan dari pihak BAPPEDA Lamongan, Dinas Perindustrian Lamongan, Departemen Tenaga Kerja Lamongan, dan perwakilan dari akademisi dengan bidang Ekonomi/Industri, dimana pengisian kuisioner berlangsung dua kali yaitu untuk pemilihan sektor industri dan pemilihan industri potensial. 5. Penentuan Sektor Basis Pada tahap ini digunakan metode Location Quotient. Pada pengolahan data dengan Loction
2. Timjauan Pustaka Dalam pemilihan sektor industri mana yang akan dijadikan alternatif untuk dikembangkan di suatu wilayah hendaknya dipilih dari sektor industri yang menjadi basis. Dimana Tarigan (2007) menyatakan bahwa investor kurang berminat untuk menanamkan modal pada sektor yang bukan merupakan sektor basis. Selain itu sektor yang menjadi basis tersebut apabia dikembangkan juga akan mendorong kenaikan investasi di sektor lainnya yang disebut induced investment (Tambunan, 2001). Hal ini akan menjadi pedoman penting baik bagi pemerintah maupun investor seperti dikemukakan oleh Rudana (2008). Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan sektor basis adalah dengan metode Location Quotient. Dalam melaksanakan perencanaan pembangunan industri mengetahui industri basis saja belum cukup, perlu dilakukan perencanaan sektor-sektor industri yang dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar dengan mempertimbangkan penggunaan input antara dari satu sektor usaha lain dan juga perlu dipertimbangkan kondisi ekspor (Aprilina, 2001). Untuk itu perlu dilakukan suatu analisa keterkaitan sektor-sektor industri basis tersebut dengan sektor-sektor lainnya dengan menggunakan Input-Output Analysis. Karena dalam melaksanakan perencanaan pembangunan industri kita tidak hanya terpaku pada satu faktor saja, dimana satu alternatif industri yang memiliki nilai lebih dari sektor industri yang lain, dimungkinkan memiliki nilai yang lebih rendah untuk faktor-faktor yang lain. Maka dalam penelitian ini pemilihan alternatif sektor industri terbaik dan pemilihan produk industri terbaik akan dilakukan suatu analisa pengambilan keputusan multi kriteria. 3. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan gambaran penelitian secara keseluruhan sehingga diketahui proses, metode dan hasil yang diperoleh dalam penelitian. 1. Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi dan teori-teori penunjang yang berkenaan dengan permasalahan yang diteliti. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber pustaka, baik 2
Quotient akan dilakukan screening untuk mengetahui sektor-sektor industri basis yang ada di Kabupaten Lamongan. Dengan metode LQ ini kita membandingkan data PDRB suatu sektor ditingkat Kabupaten Lamongan terhadap PDRB semua sektor industri yang ada ditingkat Kabupaten Lamongan dengan PDRB suatu sektor ditingkat Propinsi Jawa Timur terhadap PDRB semua sektor industri yang ada di Jawa Timur. 6. Perangkingan Alternatif Program Pemasaran Pada pengolahan data dengan analisa input output dilakukan agregasi sektor, updating dan konversi tabel input output Jawa Timur menjadi tabel input output Kabupaten Lamongan dengan , dan kemudian dilakukan analisa pengaruh (impact analysis) dari sektor-sektor industri basis yang didapatkan dari hasil screening dengan metode LQ terhadap kriteria-kriteria yang dipertimbangkan dalam penentuan sektor industri potensial. Setelah itu dilakukan metode pengambilan keputusan berdasarkan preferensi pihak-pihak terkait dalam pemilihan sektor industri yang akan dikembangkan di KIL. Berdasarkan data hasil impact analysis pada analisa input output dapat dilakukan pengolahan data selanjutnya dengan software ELECTRE III. Tahap implementasi ELECTRE III ini dilakukan dua kali, untuk perangkingan alternatif sektor industri dan perangkingan alternatif industri hasil breakdown dari sektor industri terpilih (rangking tertinggi).
8. Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan secara umum dari hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan. Serta diberikan saran baik untuk perusahaan maupun untuk penelitian selanjutnya 4. Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada bagian ini dilakukan pengumpulan dan pengolahan data yang digunakan dalam penelitian. Data yang telah diperoleh kemudian diolah untuk mendapatkan penyelesaian permasalahan. 4.1 Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data dibedakan menjadi dua bagian besar yakni pengumpulan data I dan pengumputan data II. Pengumpulan data I merupakan pengumpulan data-data awal yang diperlukan untuk pengolahan data awal. Meliputi data input output Jawa Timur, PDRB Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten Lamongan, data ketenagakerjaan Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten Lamogan dan data-data terkait dengan analisa input output lainnya. Sedangkan untuk tahap pengumpulan data II merupakan tahap pengumpulan data lanjutan tentang preferensi pihak-pihak terkait dengan pembangunan industri di KIL yang dilakukan setelah didapatkan hasil dari pengolahan data dengan metode LQ dan analisa input output. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner. Kuisioner ini nantinya akan diisi oleh perwakilan dari pihak BAPPEDA Lamongan, Dinas Perindustrian Lamongan, Departemen Tenaga Kerja Lamongan, dan perwakilan dari akademisi dengan bidang Ekonomi/Industri.
7. Analisa dan Interpretasi Hasil Pada tahap ini akan dilakukan analisa dan interpretasi hasil pengolahan data. Analisa yang dilakukan antara lain : a. Analisa sektor basis b. Analisa nilai pengganda output c. Analisa nilai pengganda pendapatan d. Analisa nilai pengganda tenaga kerja e. Analisa pembobotan kriteria f. Analisa penilaian alternatif pada tiap kriteria g. Analisa pengolahan ELECTRE III. Analisa ini merupakan analisa dari output hasil pengolahan, yaitu analisa ranking matrix dan final graph. h. Analisa sensitivitas nilai threshold dan bobot kriteria
4.2 Pengolahan Data Pengolahan data yang dilakukan meliputi pengolahan data dengan Location Quotient, Analisa Input Output, dan perankingan alternatif menggunakan metode ELECTRE III baik untuk pemilihan sektor industri maupun pemilihan industri potensial. Location Quotient (LQ) Dengan metode LQ ini kita membandingkan data PDRB suatu sektor ditingkat Kabupaten Lamongan terhadap PDRB semua sektor industri yang ada ditingkat Kabupaten Lamongan dengan PDRB suatu sektor ditingkat Propinsi Jawa Timur terhadap PDRB semua sektor industri yang ada di Jawa Timur.
3
Perhitungan dengan metode LQ sendiri dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Agregasi Sektor Agregasi sektor yang dilakukan berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia dan Klasifikasi Komoditi Indonesia yang disusun Badan Pusat Statistik berdasar kesamaan komoditi. Dalam penelitian ini, agregasi sektor untuk sektor industri pengolahan dilakukan berdasarkan KLUI dua digit. Dengan demikian, rincian subsektor-subsektor dalam industripengolahan terdiri dari 9 (sembilan) subsektor. Sedangkan untuk sektor-sektor lainnya digunakan berdasarkan KLUI satu digit.
dimana : Nmi : PDRB di Kabupaten-Kota “m” dalam Industri “i” Nm : Total PDRB di Kabupaten-Kota “m” di seluruh Industri Ni : PDRB nasional dalam industri “i” N : PDRB nasional dalam seluruh industri
Hasil dari perhitungan LQ disajikan pada tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Hasil Perhitungan LQ
Tabel 4.3 Tabel agregasi 18 sektor
Karena pengembangan industri merupakan rencana jangka menengah, maka perlu dilakukan peramalan tentang nilai LQ untuk beberapa tahun ke depan. Pada penelitian ini peramalan yang digunakan dengan metode time series mengikuti tren. Dengan menggunakan bantuan software Microsoft excel didapatkan hasil seperti disajikan pada table 4.2 berikut. b. Regionalisasi Tabel Input Output Dikarenakan tabel input output yang ada hanya sampai tabel input output propinsi, dan tidak adanya tabel input output untuk tingkat kabupaten, maka dalam melakukan penelitian dalam lingkup kabupaten perlu dilakukan disagregasi tabel input output propinsi menjadi tabel input output kabupaten. c. Nilai Pengganda Output Analisis pengganda Output (Output Multiplier) bertujuan untuk melihat dampak perubahan permintaan akhir suatu sektor terhadap semua sektor yang ada tiap satuan perubahan jenis pengganda. Hasil perhitungan nilai pengganda output dapat dilihat pada tabel 4.4. d. Nilai Pengganda Pendapatan Analisis pengganda pendapatan merupakan suatu alat analisis untuk melihat pengaruh dari perubahanperubahan permintaan akhir di dalam satu sektor terhadap pendapatan di
Tabel 4.2. Hasil Peramalan Nilai LQ
Analisa Input Output Pada pengolahan data dengan analisa input output ini akan dilakukan agregasi sektor dan regionalisasi tabel input output Jawa Timur menjadi tabel input output Kabupaten Lamongan dengan , dan kemudian dilakukan analisa nilai pengganda dan keterkaitan antar sektor dari sektor-sektor industri basis yang didapatkan dari hasil screening dengan metode LQ terhadap kriteria-kriteria yang dipertimbangkan dalam penentuan sektor industri potensial.
4
sektor tersebut di dalam perekonomian (yang tercermin dalam nilai tambah bruto pada Table I-O).Hasil perhitungan nilai pengganda output dapat dilihat pada tabel 4.5.
merupakan keterkaitan dengan bahan mentah dan dihitung menurut kolom, dan (2) keterkaitan ke depan (forward linkages) yang merupakan keterkaitan penjualan barang jadi dan dihitung menurut baris. Hasil perhitungan disajikan pada tabel 4.7 :
Tabel 4.4 Nilai Pengganda Output
Tabel 4.6 Nilai Pengganda Tenaga Kerja
Tabel 4.5. Nilai pengganda pendapatan
Tabel 4.7. Nilai Keterkaitan
e. Nilai Pengganda Tenaga Kerja Pengganda tenaga kerja (employment multiplier) menunjukkan efek total dari perubahan lapangan pekerjaan akibat adanya satu unit uang perubahan permintaan akhir di suatu sektor tertentu. Hasil perhitungan nilai pengganda output dapat dilihat pada tabel 4.6 f.
Perangkingan Alternatif Sektor Industri Dalam pengolahan data perangkingan alternatif, dilakukan beberapa tahap terlebih dahulu, berikut adalah tahap-tahap yang dilakukan dalam merangking alternatif pengembangan: - Pembobotan Kriteria Pembobotan kriteria penilaian dilakukan menggunakan metode entropi. Berikut adalah bobot dari tiap kriteria:
Keterkaitan Keterkaitan untuk menentukan strategi kebijakan pembangunan. Dikenal dua jenis keterkaitan, yaitu (1) keterkaitan ke belakang (backward linkages) yang
5
Tabel 4.8. Bobot dan Kode Kriteria Penilaian Sektor Industri
- Penilaian Alternatif pada Tiap Kriteria Pengolahan hasil penilaian alternatif menggunakan normalisasi. Berikut adalah penilaian alternatif pada tiap kriteria:
Gambar 4.1 Final Graph
Perangkingan Alternatif Industri - Pembobotan Kriteria Pembobotan kriteria penilaian dilakukan menggunakan metode entropi. Berikut adalah bobot dari tiap kriteria:
Tabel 4.9 Penilaian Alternatif pada Tiap Kriteria
Tabel 4.12. Bobot dan Kode Kriteria Penilaian Sektor Industri
Keterangan : -
Industri makanan, minuman dan tembakau (A1). Industri tekstil, barang kulit dan alas kaki (A2). Industri barang kayu dan hasil hutan lainnya (A3). Industri semen dan bahan galian bukan logam (A4). Industri pengolahan lainnya (A5).
- Penilaian Alternatif pada Tiap Kriteria Pengolahan hasil penilaian alternatif menggunakan metode entropi. Berikut adalah penilaian alternatif pada tiap kriteria:
- Penentuan Threshold Value
Dalam pengolahan ELECTRE III ini juga membutuhkan nilai threshold yang dibedakan menjadi tiga yaitu indifference threshold (qj), veto threshold (vj), dan preference threshold (pj) untuk setiap kriteria gj. Berikut adalah nilai threshold dari tiap kriteria.
Tabel 4.13 Penilaian Alternatif pada Tiap Kriteria
Tabel 3.10 Nilai Threshold Tiap Kriteria
Keterangan : -
- Output Pengolahan Dari hasil pengolahan menggunakan software ELECTRE III dihasilkan 2 output yaitu Ranking matrix dan Final Graph. Berikut adalah hasil pengolahan yang dilakukan:
-
Tabel 4.11 Ranking Matrix
-
6
Industri Rokok (A0001) Industri Pengalengan Ikan (A0002) Industri Penggaraman/Pengeringan (A0003) Industri Kerupuk (A0004) Industri Furnitur (A0005) Industri Kerajinan Anyaman (A0006) Industri Batu Bata (A0007) Industri Gerabah (A0008) Industri Kapur (A0009)
Ikan
- Penentuan Threshold Value
bukan logam; serta sektor industri pengolahan lainnya.
Tabel 4.14 Nilai Threshold Tiap Kriteria
-
5.2 Analisa Input Output Pembahasan hasil pengolahan data untuk analisa input output meliputi analisa terhadap nilai pengganda output, nila pengganda pendapatan, nilai pengganda lapangan pekerjaan dan nilai keterkaitan antar sektor industri di Kabupaten Lamongan. Dari hasil pengolahan yang dilakukan dapat diketahui : Efek maksimal dalam hal output akan tercipta bila setiap satuan uang untuk permintaan akhir diprioritaskan dibelanjakan untuk membeli output sektor industri kayu dan hasil hutan lainnya dibandingkan dengan sektorsektor lainnya. Efek maksimal dalam hal pendapatan rumah tangga akan tercipta bila setiap satuan uang untuk permintaan akhir diprioritaskan dibelanjakan untuk membeli output sektor industri kertas dan barang cetakan dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Efek maksimal dalam hal peningkatan jumlah lapangan pekerjaan akan tercipta bila setiap satuan uang untuk permintaan akhir diprioritaskan dibelanjakan untuk membeli output sektor industri semen dan bahan galian bukan logam. Sektor nomor 5 (industri pupuk, kimia dan bahan dari karet) yaitu sebesar 2,2245. Nilai tersebut menunjukkan bahwa sektor industri pupuk, kimia dan bahan dari karet mempunyai kemampuan yang kuat untuk menarik pertumbuhan industri hulu dan mendorong perkembangan industri hilirnya karena untuk setiap satu-satuan peningkatan permintaan akhir pada sektor industri pupuk, kimia dan bahan dari karet akan mendorong peningkatan output pada sektor-sektor lainnya sebesar 2,2245 dengan rincian 1,4278 output pada sektor industri hulu yang digunakan sebagai input dan 0,7966 pada sektor industri hilir yang menggunakan output industri pupuk, , kimia dan bahan dari karet sebagai inputnya.
Output Pengolahan Tabel 4.15 Ranking Matrix
Gambar 4.2 Final Graph
5. Analisa dan Pembahasan Bagian ini dilakukan menganalisa hasil yang diperoleh. 5.1 Analisa Sektor Basis Dari hasil perhitungan nilai LQ yang telah dilakukan seperti yang telah ditunjukkan pada tabel 4.1 dan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa yang menjadi sektor basis di Kabupaten Lamongan adalah sektor-sektor industri yang memiliki nilai LQ ≥ 1, yaitu sektor industri makanan, minuman dan tembakau; sektor industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki; sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya; sektor industri semen dan bahan galian 7
Perangkingan Sektor Industri
5.3 Analisa
alas kaki. Oleh karena itu, alternatif sektor industri makanan, minuman dan tembakau menjadi alternatif terbaik menurut penilaian pengambil keputusan.
Alternatif
Pada sub bab ini akan dilakukan pembahasan penentuan alternatif sektor industri untuk dikembangkan di Kawasan Industri Lamongan sehingga diperleh solusi ideal alternatif sektor yang mengakomodasii kriteria-kriteria yang ditentukan. 5.3.1 Analisa Pembobotan Kriteria Kriteria peniliaian pada penelitian ini didapatkan dengan cara penyebaran kuisioner kepada pihak-pihak yag terkait dengan pengembangan industri di Kabupaten Lamongan.Pembobotan kriteria dilakukan dengan menggunakan entropi. Hasil dari pembobotan tingkat kepentingan masing-masing kriteria dengan metode entropi seperti disajikan pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa kriteria pendapatan memiliki bobot paling tinggi yaitu 0,3198 diikuti kriteria tenaga kerja (29,47), Output (0,2152) dan keterkaitan (0,1702). Hal ini dikarenakan menurut para pengambil keputusan, pengembangan industri di Kabupaten Lamongan lebih difokuskan untuk meningkatkan kesejahterahan masyarakat Lamongan, yaitu dengan peningkatan jumlah pendapatan dan ketersediaan lapangan pekerjaan.
5.3.3 Analisa Pengolahan ELECTRE III Pengolahan yang dilakukan menggunakan software ELECTRE III didapatkan dua output utama yaitu Ranking Matrix dan Final Graph. Pada hasil output ranking matrix, ada beberapa yang terjadi indifference pada dua alternatif yang dibandingkan, seperti pada perbandingan alternatif 1 dan 4. Hal ini berarti preferensi dari penilai yang dalam hal ini adalah pengambil keputusan, adalah bernilai sama. Untuk perbandingan alternatif 2 dan 3 memiliki nilai P, ini berarti alternatif 3 lebih disukai dibandingkan alternatif 2 menerut preferensi pengambil keputusan. Hal ini berarti jika perbandingan alternatif 2 dan 3 memiliki nilai P, maka perbandingan alternatif 3 dan 2 memiliki nilai sebaliknya yaitu P. Output kedua adalah final graph hasil perangkingan. Dari gambar hasil perangkingan seperti ditunjukkan pada gambar 3.1, terlihat bahwa prioritas utama dalam pemilihan alternatif sektor industri adalah pada alternatif 1 (sektor industri makanan, minuman dan tembakau), 3 (sektor industri barang kayu dan hasil hutan lainnya) dan 4 (sektor industri semen dan bahan galian bukan logam) yang menempati posisi teratas. Hal ini sudah sesuai dengan kondisi sebenarnya, karena jika dilihat pada tabel 4.1, alternatif ke-1 memiliki nilai preferensi tertinggi untuk kriteria 3 (pendapatan) dimana kriteria ini memiliki bobot terbesar (0,3138). Hal ini juga berlaku untuk alternatif ke-2 yang memiliki nilai performansi tertinggi untuk kriteria output dan keterkaitan serta alternatif 4 yang memiliki nilai tertinggi untuk performansi pada kriteria tenaga kerja.
5.3.2 Analisa Penilaian Alternatif pada Tiap Kriteria Berikut ini adalah tabel penilaian alternatif pada setiap kriteria yang merupakan nilai input pada penghitungan dengan ELECTRE III. Tabel 5.1 Penilaian Alternatif pada Tiap Kriteria
Keterangan : Alternatif terburuk Alternatif terbaik
5.3.4 Analisa Sensitivitas Untuk melihat kekuatan dari hasil perangkingan, maka dilakukan analisa sensitivitas. Analisa sensitivitas ini dilakukan untuk melihat kriteria mana yang kritis artinya perubahan nilai threshold maupun bobot dari kriteria pada dapat merubah urutan alternatif pengembangan program pemasaran atau tidak. Berikut ini adalah analisa sensitivitas nilai threshold yang telah dilakukan.
Dari tabel diatas bisa diketahui bahwa alternatif yang memiliki penilaian total tertinggi dengan ke-empat kriteria tersebut sebagai faktor penilaian adalah pada alternatif ke-1 yaitu sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Sedangkan alternatif yang mendapatkan penilaian total terkecil adalah pada alternatif ke5 yaitu sektor industri tekstil, barang kulit dan
8
Tabel 5.2 Analisa Sensitivitas Nilai Threshold
berubah. Hal ini mengindikasikan bahwa hasil yang didapat sudah cukup baik. 5.4 Analisa Perangkingan Alternatif Industri Pada sub bab ini akan dilakukan pembahasan penentuan alternatif sektor industri untuk dikembangkan di Kawasan Industri Lamongan sehingga diperleh solusi ideal alternatif industri yang mengakomodasii kriteria-kriteria yang ditentukan. 5.4.1 Analisa Pembobotan Kriteria Hasil dari pembobotan tingkat kepentingan masing-masing kriteria dengan metode entropi seperti disajikan pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa kriteria pendapatan dan sarana prasarana memiliki bobot paling tinggi yaitu 0,144. Dan kriteria output memiliki bobot yang paling rendah yaitu 0,097. Hal ini dikarenakan menurut para pengambil keputusan, pengembangan industri di Kabupaten Lamongan selain karena difokuskan untuk meningkatkan kesejahterahan masyarakat, juga harus memperhatikan ketersedian sarana prasarana yang ada di Kabupaten Lamongan. 5.4.2 Analisa Penilaian Alternatif pada Tiap Kriteria Berikut ini adalah tabel penilaian alternatif pada setiap kriteria yang merupakan nilai input pada penghitungan dengan ELECTRE III.
Berdasarkan hasil sensitivitas threshold dapat diketahui bahwa kriteria keterkaitan merupakan kriteria yang kritis. Adanya perubahan urutan perangkingan dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut.
Tabel 5.4 Penilaian Alternatif pada Tiap Kriteria
Gambar 5.1 Perubahan Urutan Perangkingan alternatif sektor industri
Analisa sensitivitas yang kedua adalah analisa bobot kriteria, seperti tampak pada tabel berikut ini: Tabel 5.3 Analisa Sensitivitas Bobot Kriteria
Keterangan : Alternatif terburuk Alternatif terbaik Dari tabel diatas bisa diketahui bahwa alternatif yang memiliki penilaian total tertinggi dengan ke-empat kriteria tersebut sebagai faktor penilaian adalah pada alternatif ke-2 yaitu industri pengalengan ikan. Sedangkan alternatif yang mendapatkan penilaian total terkecil adalah pada alternatif ke-5 yaitu industri furnitur. Oleh karena itu, alternatif industri pengalengan ikan menjadi alternatif terbaik menurut penilaian pengambil keputusan.
Untuk analisa sensitivitas dengan mengubah bobot dari kriteria penilaian dengan cara menaikkan dan menurunkan setiap bobot kriteria, hasil perangkingan alternatif juga tidak
9
Tabel 5.2 Analisa Sensitivitas Nilai Threshold
5.4.3 Analisa Pengolahan ELECTRE III Pengolahan yang dilakukan menggunakan software ELECTRE III didapatkan dua output utama yaitu Ranking Matrix dan Final Graph. Pada hasil output ranking matrix. Pada hasil output ranking matrix, seperti ditunjukkan pada tabel 4.16, alternatif 1 tidak lebih disukai dibandingkan dengan alternatif 2 dan 3 tetapi lebih disukai bila dibandingan alternatif 4 sampai dengan 9. Alternatif 2 dan 3 sama-sama disukai (indefference), dan juga sama-sama lebih disukai dibandingkan dengan alternatifalternatif lainnya.alternatif 4 lebih disukai apabila dibandingkan dengan alternatif 5, 7, 8 dan 9 tetapi tidak lebih disukai bila dibandingkan dengan alternatif 1, 2, 3 dan 6. Alternatif 5, 7 dan 8 bersifat indefference bila dibandingkan satu dengan yang lain, dan tidak lebih disukai apabila dibandingkan dengan alternatif lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa alternatif yang paling disukai adalah alternatif 2 dan 3, sedangkan alternatif yang paling tidak disukai adalah alternatif 5, 7 dan 8. Output kedua adalah final graph hasil perangkingan. Dari gambar hasil perangkingan seperti ditunjukkan pada gambar 3.2, terlihat bahwa prioritas utama dalam pemilihan alternatif industri adalah pada alternatif 2 (industri pengalengan ikan) dan alternatif 3 (industri pengeringan/penggaraman ikan). Hal ini sudah sesuai dengan kondisi sebenarnya, karena jika dilihat pada tabel 5.2, alternatif yang memiliki penilaian total tertinggi dengan keempat kriteria tersebut sebagai faktor penilaian adalah pada alternatif ke-2. Jika dilihat perkriteriapun, kedua alternatif tersebut memiliki nilai performansi yang tertinggi dibandingkan dengan alternatif-alternatif yang lain. Selain itu solusi ini feasible mengingat di kawasan kabupaten Lamongan bagian utara berbatasan dengan laut Jawa sehingga bahan baku untuk industri ini melimpah. Selain itu sarana dan prasarana untuk industri ini cukup memadai karena ditunjang adanya pelabuhan.
Berdasarkan hasil sensitivitas threshold dapat diketahui bahwa kriteria transfer teknologi merupakan kriteria yang kritis. Adanya perubahan urutan perangkingan dapat dilihat pada gambar 5.2 berikut.
5.2.4 Analisa Sensitivitas Sama seperti pada pemilihan sektor industri, pada pemilihan industri potensial juga dilakukan analisa sensitivitas terhadap threshold dan bobot kriteria. Gambar 5.2 Perubahan urutan perangkingan alternatif Industri
10
dikembangkan. Sehingga nantinya industri sektor-sektor terkait, terutama yang berhubungan dengan rantai pasok dapat ikut berkembang.
Dari hasil analisa sensitivitas bobot dengan mengubah bobot kriteria transfer teknologi dikombinasikan dengan kriteria-kriteria lainnya secara berpasangan, tidak terdapat perubahan urutan perangkingkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model perangkingan yang telah dihasilkan sudah cukup baik.
6. Daftar Pustaka Aprilina, Nur. 2001. Integrasi Metode Input Output dan Goal Programming untuk Optimasi Perencanaan Sektor Industri yang Berwawasan Lingkungan di Propinsi Jawa Timur. Laporan Penelitian Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri ITS, Surabaya.
5. Kesimpulan dan Saran Dari pengolahan dan analisa data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
Amir, Hidayat dan Nazara, Suahasil. 2005. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi (Economic Landscape) dan Kebijakan Strategi Pembangunan Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000:Analisis InputOutput. Jurnal Ekonomi Pembangunan Indonesia, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
1. Sektor industri basis yang ada di Kabupaten Lamongan berdasarkan hasil pengolahan data dengan metode Location Quotient antara lain : sektor industri makanan, minuman dan tembakau; sektor industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki; sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya; sektor industri semen dan bahan galian bukan logam; serta sektor industri pengolahan lainnya. 2. Berdasarkan hasil perangkingan alternatif sektor industri yang telah dilakukan dengan menggunakan metode ELECTRE III diperoleh kesimpulan bahwa sektor industri potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Lamongan yaitu : sektor industri makanan, minuman dan tembakau; sektor industri barang kayu dan hasil hutan lainnya; dan sektor industri semen dan bahan galian bukan logam. 3. Berdasarkan hasil perangkingan alternatif industri yang telah dilakukan dengan menggunakan metode ELECTRE III diperoleh kesimpulan bahwa alternatif industri yang potensial untuk dikembangkan di Kawasan Industri Lamongan adalah industri pengalengan ikan dan industri pengeringan/penggaraman ikan.
Badan
Pusat Statistik Jawa Timur Lamongan (Berbagai terbitan)
dan
Buchanon, John et all. 1999. Project Ranking Using ELECTRE III. New Zelland. Hennytasari, Evanindya. 2009. Pemilihan Alternatif Perbaikan KinerjaLingkungan Sektor Industri Potensial di Jawa Timur dengan Metode Input Output Life Cycle Assesment (EIO-LCA) dan Analitic Network Process (ANP). Laporan Penelitian Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri ITS, Surabaya. Kuncoro,
Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta : Erlangga.
Kuncoro, Mudrajad. 2007. Ekonomika Industri Indonesia : Menuju Negara Industri Baru 2030?. Yogyakarta : Andi. Kunhadi, Dedi. 2001. Aplikasi Metode Input Output untuk Pemilihan Sektor Industri yang Potensial Dikembangkan pada Tahun 2005 di Gerbangkertasusila. Laporan Penelitian Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri ITS, Surabaya. Pratama, Aris Setyo. 2009. Penerapan Metode Markov Chain dan ELECTRE III dalam Perangkingan Alternatif
Penelitian selanjutnya perlu dilakukan suatu analisa klaster industri yang akan 11
Pengembangan Program Pemasaran Telkom Flexi PT. TELKOM DIVRE V. Laporan Penelitian Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri ITS, Surabaya.
Laporan Penelitian Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri ITS, Surabaya. Wardaya, Anissa V. P. 2004. Perumusan Strategi dan Prioritas Pemilihan Alternatif Pengembangan Industri Sepatu dengan ELECTRE III. Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik Industri. Surabaya: ITS.
Nazara, Suahasil. 1997. Analisis Input Output. Jakarta : LPFEUI Nino Prasetyo. 2002. Pemilihan Sektor-Sektor Industri Potensial di Jawa Barat untuk Dikembangkan pada Tahun 2004 dengan Metode Input Output , Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri FTI ITS. Surabaya. Pratiwi, Jessica Nina. 2009. Implementasi Model Input Output dalam Penentuan Prioritas Pengembangan Industri Kreatif di Jawa Timur. Laporan Penelitian Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri ITS, Surabaya. Miller, Ronald E. and Blair, Peter D..1985. Input Output Analysis. Prentice-Hall, Inc., New Jersey. Rudana, Nyoman. 2008. Analisa LQ ( Location Quotient ) di Propinsi Bali Dalam Menentukan Sektor Ekonomi Unggulan. Magister Administrasi Publik Manajemen Pembangunan Daerah STIA LAN, Jakarta. Pratiwi, Reni A. B.. 2003. Perumusan Prioritas Pengembangan industri Pengolahan yang Sustainable dengan Pendekatan ELECTRE dan AHP. Laporan Penelitian Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri ITS, Surabaya. Tabucanon, Mario. T. 1988. Multiple Criteria Decision Making in Industri. Amsterdam : Elsevier Science. Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Bumi Aksara. Tambunan, Tulus T.H.. 2001. Perekonomian Indonesia : Teori dan Temuan Empiris. Jakarta : Ghalia Indonesia. Utama,
Putri Paramita. 2007. Evaluasi Pemilihan Teknik pengolahan Sampah Padat di Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode ELECTRE III.
12