ISSN : 2252-9608
Jurnal RAT Vol.3.No.2.Mei 2014
PENENTUAN NATRIUM SAKARIN, ASAM BENZOAT, DAN KAFEIN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASA BALIK Determination of Sodium Saccharine, Benzoic Acid and Caffeine Using Reverse Phase High Performance Liquid Chromatography Fitri Mairizki Dosen Fakultas Teknik Universitas Islam Riau Jl. Kaharuddin Nasution 113, Pekanbaru 28284 Riau Telp: 0761-72126 ext. 123, Fax: 0761674681 E-mail :
[email protected] [Diterima Febuari 2014; Disetujui Maret 2014] ABSTRACT Sodium saccharine, benzoic acid and caffeine were determined using Reverse Phase High Performance Liquid Chromatography (HPLC). The optimum analytical condition was C18 column (150 x 4,6 mm i.d) as stationary phase at 40 oC, methanol and acetate buffer (15:85) with pH 5,5 as mobile phase, 1 mL/min of flow rate and UV-Vis detection system at 230 nm. This method showed good precision, good accuration and acceptable linearity. The calibration curve showed linear relationships between the peak area and the concentration. This method was applied to determine the content of sodium saccharine, benzoic acid, and caffeine in soft drink. The content of these three compounds were not over the permitted maximum limit based on SNI 01-0222-1995 for sodium saccharine and benzoic acid and SNI 01-6684-2002 for caffeine. Under the optimum condition, the RSD for sodium saccharine, benzoic acid and caffeine based on the retention time were 0,15%, 0,11%, 0,08% and based on the peak area were 0,57%, 0,96%, 0,94%. The recovery were 94,9% for sodium saccharine, 97,2% for benzoic acid and 92,1% for caffeine. Keyword : sodium saccharine, benzoic acid, caffeine, HPLC, soft drink PENDAHULUAN Perkembangan industri pangan dan minuman di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Salah satu contohnya adalah terjadinya peningkatan produksi minuman ringan yang beredar di masyarakat. Hal ini juga disebabkan perubahan gaya hidup masyarakat sehingga permintaan akan produk minuman ringan mengalami peningkatan. Pada minuman ringan sering ditambahkan pemanis buatan, pengawet dan kafein yang kadarnya http://rat.uir.ac.id
perlu diperhatikan karena apabila konsumsinya berlebihan dapat membahayakan kesehatan. Natrium sakarin merupakan salah satu pemanis buatan. Di dalam kategori produk pangan, pemanis buatan termasuk ke dalam golongan bahan tambahan kimia selain bahanbahan lainnya seperti antioksidan, pemutih, pengawet, dan pewarna. Pada dasarnya pemanis buatan merupakan senyawa yang secara substansial memiliki tingkat kemanisan 463
Jurnal RAT Vol.3.No.2.Mei 2014
lebih tinggi dibandingkan sukrosa. Industri pangan dan minuman lebih menyukai menggunakan pemanis buatan karena harganya relatif lebih murah dan tingkat kemanisan pemanis buatan jauh lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Hal tersebut mengakibatkan terus meningkatnya penggunaan pemanis buatan terutama natrium sakarin. Pada saat ini, industri pangan dan minuman umumnya juga menggunakan bahan pengawet seperti asam benzoat agar produk yang dihasilkan dapat mempertahankan kualitasnya dan memiliki umur simpan lebih lama sehingga memperluas jangkauan distribusinya. Dari satu sisi, pemakaian bahan pengawet menguntungkan. Dengan penggunaan bahan pengawet, bahan pangan dan minuman dapat dibebaskan dari mikroba yang bersifat patogen yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan dan mikroba nonpatogen yang dapat menyebabkan pembusukan. Namun disisi lain, penggunaan bahan pengawet dapat menimbulkan kerugian bagi pemakainya baik kerugian yang bersifat langsung ataupun bersifat tidak langsung (komulatif) apabila kadar pemakaian bahan pengawet tidak diatur dan diawasi. Pada minuman ringan juga sering ditambahkan kafein. Kafein berfungsi sebagai pemberi efek stimulan. Kafein bekerja di dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin dalam sel syaraf yang akan memacu hormon adrenalin dan menyebabkan peningkatan tekanan darah, sekresi asam lambung, dan aktifitas otot serta perangsangan hati untuk melepaskan senyawa gula pada aliran darah untuk menghasilkan energi ekstra. Jika terlampau banyak mengkonsumsi kafein akan menyebabkan sakit mag, susah tidur, diuresis, pusing, dan gemetaran. http://rat.uir.ac.id
ISSN : 2252-9608
Pada penelitian ini penentuan natrium sakarin, asam benzoat dan kafein di dalam minuman ringan menggunakan metoda Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) karena analisis dengan KCKT cepat, daya pisah baik, peka, penyiapan sampel mudah, dan dapat dihubungkan dengan detektor yang sesuai. Metoda KCKT fasa balik merupakan metoda untuk penentuan natrium sakarin, asam benzoat dan kafein karena ketiga senyawa tersebut bersifat polar sehingga sulit dipisahkan menggunakan KCKT fasa normal yang menggunakan fasa diam bersifat polar dan fasa gerak yang bersifat nonpolar. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kondisi optimum penentuan natrium sakarin, asam benzoat dan kafein dengan metoda KCKT fasa balik 2. Berapa kadar natrium sakarin, asam benzoat dan kafein dalam sampel minuman ringan. 3. Bagaimana ketelitian dan ketepatan dari metoda KCKT dalam penentuan natrium sakarin, asam benzoat dan kafein. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui kondisi optimum penentuan natrium sakarin, asam benzoat dan kafein dengan metoda KCKT fasa balik 2. Mengetahui kadar natrium sakarin, asam benzoat dan kafein dalam sampel minuman ringan 3. Mengetahui ketelitian dan ketepatan metoda KCKT dalam penentuan natrium sakarin, asam benzoat dan kafein. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi informasi dasar dalam penentuan natrium sakarin, asam benzoat dan kafein dengan metoda KCKT fasa balik sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat, 464
ISSN : 2252-9608
Jurnal RAT Vol.3.No.2.Mei 2014
pemerintah dan berbagai industri yang ingin menggunakan metode ini nantinya. METODE PENELITIAN Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Shimadzu) dengan kolom C18 (150 mm x 4,6 mm i.d.) dan detektor UV-Vis, pengaduk ultrasonik (Branson 1510), saringan filter eluen (0,45 µm) dan sampel (0,2 µm), spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu), neraca analitis (Mettler), pH meter (Mettler), magnetik stirer serta peralatan gelas yang biasa digunakan di laboratorium. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bahan baku pembanding : natrium sakarin, asam benzoat, kafein, metanol HPLC grade, asam asetat glasial, ammonium asetat p.a, akuades ultra pure (UP) dan sampel minuman ringan. Sebanyak 0,1000 g natrium sakarin, asam benzoat dan kafein masing-masingnya dilarutkan dalam 100 mL akuades UP untuk mendapatkan larutan induk 1000 mg/L. Ketiga larutan dengan konsentrasi masing-masing 10 mg/L diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dan ditentukan panjang gelombang untuk analisis. Campuran ketiga larutan diinjeksikan sebanyak 20 µL ke dalam kolom KCKT dengan laju alir 1 mL/menit menggunakan fasa gerak campuran dari metanol dan buffer asetat pH 4,0 ; 4,5 ; 5,0 ; 5,5 ; 6,0 dengan komposisi metanol dan buffer asetat (10:90) pada panjang gelombang analisis yang telah ditentukan sebelumnya. Kemudian ditentukan pH buffer asetat yang menghasilkan pemisahan paling baik. Campuran larutan natrium sakarin, asam benzoat dan kafein diinjeksikan sebanyak 20 µL ke dalam kolom KCKT dengan laju alir 1 mL/menit menggunakan komposisi fasa gerak metanol dan buffer asetat 12,5:87,5 ; 15:85 ; http://rat.uir.ac.id
17,5:82,5 ; 20:80 dengan pH buffer asetat yang telah ditentukan sebelumnya pada panjang gelombang analisis. Kemudian ditentukan komposisi fasa gerak yang menghasilkan pemisahan paling baik. Campuran larutan natrium sakarin, asam benzoat dan kafein dengan sederetan konsentrasi diinjeksikan sebanyak 20 µL ke dalam kolom KCKT menggunakan kondisi optimum analisis yang telah ditentukan sebelumnya. Kurva kalibrasi dibuat berdasarkan konsentrasi (mg/L) dan luas puncak yang dihasilkan. Kadar ketiga senyawa tersebut dalam sampel minuman ringan ditentukan berdasarkan persamaan regresi dari kurva kalibrasi Campuran larutan natrium sakarin, asam benzoat dan kafein 40 mg/L diinjeksikan sebanyak 20 µL ke dalam kolom KCKT dengan 6 kali pengulangan (n = 6) menggunakan kondisi optimum analisis. Standar deviasi relatif ditentukan berdasarkan waktu retensi dan luas puncak. dihasilkan dengan menggunakan rumus : S SDR x100% …………………………...(1) x
xx S n 1
2
............................................(2)
Keterangan : SDR = Standar deviasi relatif S = Standar deviasi/ simpangan baku x = Nilai rata-rata Penentuan perolehan kembali dilakukan dengan menggunakan sampel yang telah diketahui konsentrasinya kemudian dilakukan adisi standar dengan konsentrasi tertentu. Persen perolehan kembali diperoleh dari perbandingan konsentrasi sampel setelah adisi dengan sejumlah konsentrasi standar dan sampel. % perolehan kembali dihitung dengan rumus : 465
Jurnal RAT Vol.3.No.2.Mei 2014
% perolehan kembali = B x100% ……………..…….………..(3) AC Keterangan : B = Konsentrasi sampel setelah adisi A = Konsentrasi sampel C = Konsentrasi standar yang ditambahkan HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Panjang Gelombang Secara Spektrofotometri UV Hasil pengukuran panjang gelombang optimum atau kompromis dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar.1: Spektrum UV natrium sakarin, asam benzoat dan kafein (masingmasing 10 mg/L Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa pada panjang gelombang 230 nm, masing-masing senyawa dapat menyerap dengan baik sehingga panjang gelombang 230 nm dapat dijadikan sebagai panjang gelombang optimum atau kompromis pemisahan. Jika panjang gelombang optimum pemisahan berada di atas 230 nm, maka serapan natrium sakarin dan asam benzoat akan menjadi kecil. Sebaliknya, jika panjang gelombang optimum http://rat.uir.ac.id
ISSN : 2252-9608
pemisahan berada di bawah 230 nm, maka serapan asam benzoat akan menjadi kecil. Pengaruh pH Buffer Asetat Terhadap Pemisahan Natrium Sakarin, Asam Benzoat dan Kafein Fasa gerak yang digunakan adalah campuran dari metanol dan buffer asetat (pH 4,0 ; 4,5 ; 5,0 ; 5,5 ; 6,0) dengan variasi komposisi metanol dan buffer asetat yaitu 10:90 menggunakan kolom C18 dengan laju alir 1 mL/menit dan waktu retensi 30 menit. Dari hasil pengukuran didapatkan data seperti yang terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh pH buffer asetat terhadap pemisahan natrium sakarin, asam benzoat, dan kafein. pH Buffer Waktu Retensi (menit) Asetat Natrium Asam Kafein Sakarin Benzoat 4,0 10,817 4,5 10,781 23,354 5,0 10,489 19,938 26,930 5,5 10,105 13,742 24,834 6,0 9,818 Dari data hasil pengukuran di atas, diperoleh bahwa pada pH 5,0 dan 5,5 telah terjadi pemisahan yang baik terhadap natrium sakarin, asam benzoat dan kafein. Pada pH 5,0 ketiga senyawa sudah terpisah dengan baik, tetapi waktu retensi ketiga senyawa tersebut lebih lama dibandingkan waktu retensi ketiga senyawa pada pH 5,5. Dengan demikian, pH 5,5 dijadikan pH untuk buffer asetat sebagai komponen fasa gerak karena menghasilkan pemisahan yang baik dengan waktu retensi yang lebih cepat. Penentuan Komposisi Fasa Gerak Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa pada komposisi fasa gerak metanol dan buffer asetat pH 5,5 (10:90) telah terjadi pemisahan yang baik untuk natrium sakarin, asam benzoat dan kafein. Namun, ketiga senyawa tersebut masih mempunyai waktu retensi yang cukup lama. 466
Jurnal RAT Vol.3.No.2.Mei 2014
Oleh karena itu, dilakukan penambahan volume metanol sehingga komposisi fasa gerak menjadi 12,5:87,5 ; 15:85 ; 17,5:82,5 dan 20:80. Hal ini bertujuan agar diperoleh
ISSN : 2252-9608
pemisahan yang baik dengan waktu retensi yang lebih cepat. Dari hasil pengukuran didapatkan data seperti yang terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Waktu retensi dan luas puncak natrium sakarin, asam benzoat dan kafein pada berbagai komposisi fasa gerak. Fasa Gerak Natrium Sakarin Asam Benzoat Kafein ( Metanol : Buffer Waktu Luas Waktu Luas Waktu Luas Asetat pH 5,5) Retensi Puncak Retensi Puncak Retensi Puncak 12,5 : 87,5 4,831 857.368 6,275 1.227.608 18,755 1.182.705 15 : 85 4,200 885.209 5,662 1.233.013 14,053 1.167.255 17,5 : 82,5 3,689 2.521.052 5,052 1.248.030 10,537 1.179.587 20 : 80 3,266 2.052.612 4,595 1.249.575 8,292 1.183.845 Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa waktu retensi puncak pelarut sehingga menyebabkan retensi ketiga senyawa pada komposisi fasa luas puncak untuk natrium sakarin menjadi gerak metanol dan buffer asetat pH 5,5 lebih besar. Hal ini juga terjadi pada (12,5:87,5) lebih lama dibandingkan dengan komposisi fasa gerak metanol dan buffer asetat waktu retensi ketiga senyawa pada komposisi pH 5,5 (17,5:82,5). fasa gerak lainnya. Sebaliknya, waktu retensi Pengelusian yang baik terjadi pada ketiga senyawa pada komposisi fasa gerak komposisi fasa gerak metanol dan buffer asetat metanol dan buffer asetat pH 5,5 (20:80) lebih pH 5,5 (15:85) dimana pemisahan ketiga cepat dibandingkan dengan waktu retensi senyawa dapat terlihat dengan jelas walaupun ketiga senyawa pada komposisi fasa gerak waktu retensi ketiga senyawa lebih lama lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan dibandingkan dengan waktu retensi ketiga bahwa semakin besar volume metanol yang senyawa pada komposisi fasa gerak metanol digunakan, maka waktu retensi setiap senyawa dan buffer asetat pH 5,5 (17,5:82,5 dan 20:80). semakin cepat. Oleh karena itu, komposisi fasa gerak metanol Pada komposisi fasa gerak metanol dan dan buffer asetat pH 5,5 (15:85) dipilih buffer asetat pH 5,5 (20:80) terjadi sebagai komposisi fasa gerak optimum untuk pengelusian yang cepat untuk setiap senyawa. penentuan natrium sakarin, asam benzoat dan Namun, puncak natrium sakarin mempunyai kafein seperti terlihat pada Gambar 2. waktu retensi yang berdekatan dengan waktu
http://rat.uir.ac.id
467
Jurnal RAT Vol.3.No.2.Mei 2014
ISSN : 2252-9608
Gambar 2. Kromatogram pemisahan natrium sakarin, asam benzoat dan kafein dengan fasa gerak campuran metanol dan bufffer asetat pH 5,5 (15:85); kolom C18 (150 mm x 4,6 mm) ; sistem deteksi UV 230 nm ; laju alir 1 mL/menit ; volume ineksi 20 µL. 1. Natrium Sakarin 2. Asam Benzoat 3. Kafein Pembuatan Kurva Kalibrasi Natrium Sakarin, Asam Benzoat dan Kafein Dari hasil pengukuran sederetan larutan standar natrium sakarin, asam benzoat dan kafein didapatkan kurva kalibrasi seperti yang terlihat pada Gambar 3. Dari hasil pengukuran sederetan larutan standar natrium sakarin, didapatkan persamaan regresi dari natrium sakarin y = 30.796,8 + 45.826,44 x dengan nilai koefisien determinasi (R2) 0,9996. Nilai koefisien determinasi yang diperoleh menunjukkan hasil yang baik karena mendekati nilai 1. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang linear antara konsentrasi natrium sakarin dan luas puncak yang terukur dimana semua titik hasil pengukuran terdapat pada satu garis. Dari hasil pengukuran sederetan larutan standar asam benzoat, didapatkan persamaan
http://rat.uir.ac.id
regresi dari asam benzoat y = 46.590,8 + 64.891,355 x dengan nilai koefisien determinasi (R2) 0,9994. Nilai koefisien determinasi yang diperoleh mendekati 1 sehingga dapat dikatakan terdapat hubungan yang linear antara konsentrasi asam benzoat dan luas puncak yang terukur dimana semua titik hasil pengukuran terdapat pada satu garis lurus. Dari hasil pengukuran sederetan larutan standar kafein, didapatkan persamaan regresi dari kefein y = 66.513 + 30.971,87 x dengan nilai koefisien determinasi (R2) 0,9844. Nilai koefisien determinasi yang diperoleh cukup baik sehingga dapat dikatakan terdapat hubungan yang cukup linear antara konsentrasi kafein dan luas puncak yang terukur.
468
Jurnal RAT Vol.3.No.2.Mei 2014
ISSN : 2252-9608
Gambar 3. Kurva kalibrasi natrium sakarin, asam benzoat dan kafein Asam Benzoat Kafein Natrium Sakarin Penentuan Kadar Natrium Sakarin, diperbolehkan yaitu berdasarkan SNI 01-0222Asam Benzoat dan Kafein dalam Sampel 1995 untuk natrium sakarin dan asam benzoat serta SNI 01-6684-2002 untuk kafein. Hasil Minuman Ringan Dari persamaan regresi natrium sakarin, pengukuran kadar natrium sakarin, asam asam benzoat dan kafein dapat ditentukan benzoat dan kafein dalam sampel dapat dilihat kadar natrium sakarin, asam benzoat dan pada Tabel 3. kafein pada sampel minuman ringan. Pada Tabel 3. Hasil pengukuran kadar natrium penelitian ini dilakukan penentuan kadar sakarin, asam benzoat, dan kafein pada ketiga senyawa tersebut pada enam buah sampel minuman ringan sampel minuman ringan bersoda Kadar (mg/L) Nama menggunakan kondisi yang telah ditentukan. Natrium Asam Kafein Sampel Dari hasil pengukuran dapat diketahui Sakarin Benzoat bahwa semua sampel tidak mengandung Sampel A 92 natrium sakarin sebagai pemanis. Sampel Sampel B 150 93 B,D,E dan F mengandung asam benzoat Sampel C 105 sebagai pengawet dimana kadar tertingi Sampel D 106 118 terdapat pada sampel F yaitu 384 mg/L dan Sampel E 322 55 terendah terdapat pada sampel D yaitu 106 Sampel F 384 89 mg/L. Semua sampel mengandung kafein Penentuan Standar Deviasi Relatif sebagai pemberi efek stimulan dimana kadar Penentuan standar deviasi relatif (SDR) tertinggi terdapat pada sampel D yaitu 118 bertujuan untuk melihat ketelitian suatu mg/L dan terendah terdapat pada sampel A metode pada kondisi operasi yang sama dalam yaitu 92 mg/L. interval waktu yang tidak lama. Penentuan Kadar natrium sakarin, asam benzoat standar deviasi relatif dilakukan pada larutan dan kafein yang ditemukan pada sampel tidak natrium sakarin, asam benzoat dan kafein 40 melewati batas maksimum penggunaan yang mg/L dengan 6 kali pengulangan (n=6). http://rat.uir.ac.id
469
ISSN : 2252-9608
Jurnal RAT Vol.3.No.2.Mei 2014
Standar deviasi relatif ditentukan berdasarkan waktu retensi dan luas puncak seperti yang tertera pada Tabel 4. Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai SDR natrium sakarin adalah 0,15% berdasarkan waktu retensi dan 0,57% berdasarkan luas puncak. Nilai SDR asam benzoat adalah 0,11% berdasarkan waktu retensi dan 0,96% berdasarkan luas puncak. Nilai SDR kafein adalah 0,08% berdasarkan waktu retensi dan 0,94% berdasarkan luas puncak. Hasil yang memenuhi syarat untuk nilai standar deviasi relatif yaitu lebih kecil dari 5,3%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode ini mempunyai ketelitian yang cukup baik. Tabel 4. Hasil pengukuran standar deviasi relatif larutan natrium sakarin, asam benzoat dan kafein Standar Deviasi Relatif (%) Nama Senyawa Waktu Luas Retensi Puncak Natrium Sakarin 0,15 0,57 Asam Benzoat 0,11 0,96 Kafein 0,08 0,94 Penentuan Perolehan Kembali Penentuan perolehan kembali bertujuan untuk mengetahui tingkat ketepatan metode yang dilakukan dengan cara membandingkan konsentrasi sampel setelah adisi dengan sejumlah konsentrasi standar dan sampel. Nilai perolehan kembali yang mendekati 100% menunjukkan tingkat kesesuaian dari rata-rata suatu pengukuran yang sebanding dengan nilai sebenarnya. Penentuan perolehan kembali dilakukan pada sampel D. Hasil perolehan kembali untuk natrium sakarin, asam benzoat dan kafein dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil pengukuran perolehan kembali natrium sakarin, asam benzoat dan kafein Nama Senyawa Perolehan Kembali http://rat.uir.ac.id
(%)
Natrium 94,9 Sakarin Asam Benzoat 97,2 Kafein 92,1 Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai perolehan kembali yang didapatkan untuk natrium sakarin adalah 94,9%, perolehan kembali untuk asam benzoat adalah 97,2% dan perolehan kembali untuk kafein adalah 92,1%. Hasil yang memenuhi syarat untuk uji perolehan kembali adalah 90-107%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode ini memiliki ketepatan yang cukup baik. KESIMPULAN Metode KCKT Fasa Balik dapat digunakan untuk penentuan natrium sakarin, asam benzoat dan kafein. Kondisi optimum yang diperoleh adalah menggunakan kolom C18 (150 mm x 4,6 mm), fasa gerak campuran metanol dan buffer asetat pH 5,5 (15:85), laju alir 1 mL/menit dengan sistem pendeteksian UV pada panjang gelombang 230 nm. Metode ini mempunyai ketelitian yang cukup baik dimana nilai SDR yang diperoleh untuk natrium sakarin, asam benzoat dan kafein berdasarkan waktu retensi masing-masing adalah 0,15%, 0,11%, 0,08% dan berdasarkan luas puncak masing-masing adalah 0,57%, 0,96%, 0,94%. Metode ini juga mempunyai ketepatan yang cukup baik dimana nilai perolehan kembali yang diperoleh adalah 94,9% untuk natrium sakarin, 97,2% untuk asam benzoat, dan 92,1% untuk kafein. Natrium sakarin tidak ditemukan dalam semua sampel, asam benzoat ditemukan dalam empat sampel dengan kadar tertinggi 384 mg/L dan kafein ditemukan dalam semua sampel dengan kadar tertinggi 118 mg/L. Kadar natrium sakarin, asam benzoat dan kafein yang terkandung dalam masing-masing sampel tidak melebihi batas maksimum yang 470
Jurnal RAT Vol.3.No.2.Mei 2014
diizinkan menurut SNI 01-0222-1995 untuk natrium sakarin dan asam benzoat serta SNI 01-6684-2002 untuk kafein. DAFTAR PUSTAKA Ahmad H.A, Ali F.A dan Abdurrahman A.A. 2005. Determination of Content Levels of Some Food Additives Beverages Consumed in Riyadh City. Journal King Saud University, 18 (2) : 99-109. Bahruddin S, Md. Fazlul B, Muhammad I. S, Kamarudzaman A, Mohd. Khairuddin dan Mohd. Talib. 2005. Simultaneous Determination of Preservatives (Benzoic Acid, Sorbic acid, Metylparaben and Propylparaben) in Foodstuffs Using High-Perfomance Liquid Chromatography. Journal of Chromatography A, 1073 : 393-397. Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Depkes RI, Jakarta. Gritter, Bobbit dan Schwarting A.E. 1985. Pengantar Kromatografi, Terjemahan K. Padmawinata. ITB, Bandung. Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metoda dan Cara Penghitungannya. Majalah lmu Kefarmasian, 1(3) : 114 – 135. Hayun, Yahdiana H, dan Citra N.A. 2004. Penetapan Kadar Sakarin, Asam Benzoat, Asam Sorbat, Kafein dan Aspartam di dalam Beberapa Minuman Ringan Bersoda Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Majalah Ilmu Kefarmasian, 1 (3) : 148-159. Heftman E. 1992. Chromatography : Part A Fundamental and Technique. Elsevier, Amsterdam. Johnson dan Stevenson. 1991. Dasar Kromatografi Cair, Terjemahan K.Padmawinata. ITB, Bandung. Khalida K, Muhammad N, Muhammad J.A, Muhammad A. 2006. Extraction and Chromatographic Determination of http://rat.uir.ac.id
ISSN : 2252-9608
Caffein Content in Commercial Beverages. Journal of Apllied Sciences, 6 (4) : 831-834. Khopkar S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press, Jakarta. Khosrokhavar R,et al. 2010. Simultaneous Determination of Preservatives (Sodium Benzoate and Potassium Sorbate) in Soft Drinks and Herbal Extracts Using HighPerfomance Liquid Chromatography. Journal of Medicinal Plant, 9 (35) : 80-87. Md.Abdul M,et al. 2006. Determination and Characterization of Caffeine in Tea, Coffee and Soft Drinks by Solid Phase Extraction and High Performance Liquid Chromatography (SPE-HPLC). Malaysian Journal of Chemistry, 8(1) : 045-051. Mulja M. 1995. Analisis Instrumental. ITB, Bandung. Nour V, Trandafir I, dan Ionica M.E. 2008. Quantitative Determination of Caffeine in Carbonated Beverages by an HPLC Method. Journal of Agroalimentary Processes and Technologies, 14 : 123-127. Sastrohamidjojo. 1985. Kromatografi. Liberty, Yogyakarta. Subani. 2008. Penentuan Kadar Natrium Benzoat, Kalium Sorbat, dan Natrium Sakarin dalam Sirup dengan Metoda KCKT di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Medan. Sudarmi. 1997. Kafein Dalam Pandangan Farmasi. FMIPA USU, Medan. Winarno F.G. 1990. Bahan Tambahan Makanan. IPB, Bogor. Wisnu C. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara, Jakarta.
471
Jurnal RAT Vol.3.No.2.Mei 2014
http://rat.uir.ac.id
ISSN : 2252-9608
472