Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2014
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO 1,2,3)
Veny Rachmawati 1), Rachmat Boedisantoso2) dan Joni Hermana3) Environmental Engineering, FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember Sukolilo, Surabaya, 6011, Jawa Timur e-mail:
[email protected])
ABSTRAK Sejak tahun 1750 sampai tahun 2005 GRK mengalami peningkatan khususnya CO 2 dan CH4 . Sehingga dalam rangka memenuhi amanat Perpres 61/2001 dan 71/2011 mengenai aksi penurunan emisi dan inventarisasi gas rumah kaca, maka dibutuhkan datadata seperti halnya FES dari permukiman yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan inventarisasi emisi di tingkat daerah, pada penelitian ini khususnya dilaksanakan pada wilayah Kabupaten Sidoarjo. Perhitungan emisi CO 2 dihitung dengan menggunakan faktor emisi default IPCC. Dari hasil analisis data dan hasil survei, dilakukan pengembangan faktor emisi didapatkan FES untuk sektor pemukiman dan sektor persampahan. Emisi yang dihasilkan dari sektor pemukiman kemudian dipetakan untuk mengetahui tapak karbon di Kabupaten Sidoarjo. FES dari penggunaan bahan bakar pedesaan adalah 0,995 ton CO 2 /rumah tangga.tahun dan perkotaan sebesar 0,417 tonCO 2 /rumah tangga.tahun. Sedangkan FES LPG perkotaan 0,4165 ton CO 2 /rumah tangga.tahun, LPG pedesaan 0,359 ton CO 2 /rumah tangga.tahun, minyak tanah 0,851 ton CO 2 /rumah tangga.tahun dan kayu bakar 3,326 tonCO 2 /rumah tangga.tahun. Dari hasil pemetaan emisi CO 2 primer dari kegiatan pemukiman berdasarkan kepadatan tingkat emisi tertinggi dihasilkan dari Kecamatan Waru dan terkecil dari Kecamatan Jabon. Sedangkan emisi terbesar CO 2 primer dari kegiatan pemukiman berdasarkan jumlah rumah tangga dihasilkan dari Kecamatan Waru dan emisi terendah di Kecamatan Krembung. Kata kunci: Faktor Emisi, Bahan Bakar, Emisi CO 2 .
PENDAHULUAN Pada era industri sejak tahun 1750 sampai tahun 2005 gas-gas tersebut mengalami peningkatan dengan jumlah yang pesat secara global. Gas CO 2 mempunyai persentase sebesar 50% dalam total Gas Rumah Kaca (Rukaesih.2004). Tingkat perubahan lahan terbesar terjadi di Kabupaten Sidoarjo yaitu seluas 166,6 Ha atau kondisi lahan pertanian yang sebelumnya 23.369,8 Ha menjadi 23.203,2 Ha. Disertai dengan tingkat laju pertumbuhan penduduk di kabupaten sidoarjo diatas 2% tepatnya 2,21 % yang menyebabkan peningkatan jumlah penduduk dan berakibat pada meningkatnya kebutuhan lahan untuk permukiman (SLHD Provinsi Jawa Timur, 2010). Dengan meningkatnya jumlah permukiman di Kabupaten Sidoarjo akan berakibat pada peningkatan emisi yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga. Selain itu dikarenakan telah dikeluarkannya dua peraturan presiden untuk mengatur pelaksanaan langkah aksi penurunan emisi dan inventarisasi gas rumah kaca yaitu Perpres 61/2001 dan 71/2011. Dalam rangka memenuhi amanat Perpres 71/2011, maka dibutuhkan data-data seperti halnya faktor ISBN : 978-602-70604-1-8 A-60-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2014
emisi spesifik dari permukiman dan persampahan yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan inventarisasi emisi di tingkat daerah, pada penelitian ini khususnya dilaksanakan pada wilayah Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan latar belakang tersebut dilakukan penelitian dengan tujuan menganalisis penentuan faktor emisi spesifik yang dihasilkan dari permukiman berdasarkan status wilayah dan penggunaan bahan bakar di wilayah Kabupaten Sidoarjo dan menganalisis hasil pemetaan tapak karbon yang di hasilkan dari kegiatan permukiman dan persampahan di wilayah Kabupaten Sidoarjo. METODE Pada penelitian ini data primer yang digunakan pada penelitian ini adalah penggunaan bahan bakar (LPG, minyak gas, dan kayu bakar) meliputi volume penggunaannya, dan cara pengelolaan sampah rumah tangga. Data primer tersebut diperoleh dari survei lapangan dan kuisioner yang dilakukan pada bulan Oktober 2014. Data sekunder yang dibutuhkan pada penelitian ini yaitu jumlah penduduk, jumlah KK dan anggota jiwa, status wilayah (pedesaan dan perkotaan), penggunaan bahan bakar (LPG, minyak gas, dan kayu bakar), dan peta rupa bumi Kabupaten Sidoarjo. Data sekunder yang berkaitan dengan sektor persampahan di peroleh dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sidoarjo, Badan Lingkungan Hidup, Data jumlah penduduk, jumlah rumah tangga berdasarkan status wilayah, penggunaan bahan bakar diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo, Bapekab Sidoarjo. data yang telah diperoleh akan dianalisis menggunakan Inter Governmental Panel on Climate Change (IPCC) dengan pendekatan faktor emisi dan Net Calorific Volume (NCV) yang bersumber dari IPCC. Penelitian emisi CO 2 menggunakan menggunakan tier 2 dalam IPCC. Persamaan umum yang digunakan untuk perhitungan emisi CO 2 adalah sebagai berikut : Emisi CO 2 = Data Aktivitas x Faktor Emisi Perhitungan emisi yang dihasilkan dari bahan bakar tersebut menggunakan pendekatan nilai faktor-faktor emisi dan Net Calorific Volume (NCV) bahan bakar LPG, minyak tanah seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Faktor Emisi dan NCV Bahan Bakar Faktor Emisi NCV Bahan Bakar (gr/MJ) (MJ/Kg) LPG 63,1 47,3 Minyak Tanah 71,9 43,8 Kayu Bakar 112 15 Perhitungan emisi masing-masing bahan bakar menggunakan persamaan yang bersumber dari IPCC (2006), seperti dibawah ini : Pey = Fcy x EF x NCV Dimana: Pey = Total emisi CO 2 (gr) Fcy = Konsumsi bahan bakar (kg) EF = Faktor emisi bahan bakar (gr/MJ) NCV = Nilai Kalor bahan bakar (MJ/kg) Kemudian dari hasil analisis data dan hasil survei, dilakukan pengembangan faktor emisi sehingga didapatkan faktor emisi spesifik. Selanjutnya dilakukan perhitungan emisi CO 2 setiap kecamatan dengan menggunakan faktor emisi spesifik. Dari hasil perhitungan
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-60-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2014
emisi tiap kecamatan tersebut maka dilakukan pemetaan sebaran emisi CO 2 per kecamatan di wilayah Kabupaten Sidoarjo. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan faktor emisi spesifik dari penggunaan bahan bakar pedesaan adalah 0,995 ton CO 2 /rumah tangga.tahun dan perkotaan sebesar 0,417 tonCO 2 /rumah tangga.tahun. Sedangkan FES LPG perkotaan 0,4165 ton CO 2 /rumah tangga.tahun, LPG pedesaan 0,359 ton CO 2 /rumah tangga.tahun, minyak tanah 0,851 ton CO 2 /rumah tangga.tahun dan kayu bakar 3,326 tonCO 2 /rumah tangga.tahun. FES dipedesaan lebih besar dikarenakan di Kabupaten Sidoarjo wilayah pedesaan masih menggunakan kayu bakar dan minyak tanah. Faktor emisi spesifik dari kayu bakar lebih besar dibandingkan dengan dua bahan bakar lainnya. Hal tersebut dikarenakan faktor emisi dari kayu bakar lebih besar dibandingkan dengan faktor emisi dari kayu bakar dan LPG. Hasil perhitungan emisi CO 2 dari penggunaan bakan bakar di Kabupaten Sidoarjo wilayah pedesaan sebesar 42.867,13 tonCO 2 /tahun. Sedangkan untuk wilayah perkotaan sebesar 196.746,04 tonCO 2 /tahun. Sehingga didapatkan total emisi CO 2 dari penggunaan bahan bakar untuk memasak di Kabupaten Sidoarjo sebesar 239.613,17 tonCO 2 /tahun. Kecamatan Waru merupakan penyumbang emisi terbesar di Kabupaten Sidoarjo berdasarkan penggunaan bahan bakar memasak. Pada tahun 2012 Kecamatan Waru turut menyumbangkan emisi CO 2 sebesar 27.625,983 ton CO 2 /tahun atau sebesar 11,53% dari total emisi yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar di Kabupaten Sidoarjo. Pada Gambar 1 menunjukkan perbandingan emisi CO 2 yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar untuk memasak tiap Kecamatan.
Gambar 1. Perbandingan emisi CO 2 yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar untuk memasak tiap Kecamatan Berdasarkan hasil perhitungan emisi CO 2 di Kabupaten Sidoarjo maka dibuat skenario untuk dapat mengetahui penurunan emisi yang dapat dicapai dengan penerapan skenario tersebut di Kabupaten Sidoarjo. Ada tiga skenario yang digunakan pada penggunaan bahan bakar untuk memasak di Kabupaten Sidoarjo. Skenario satu merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan emisi CO 2 di Kabupaten Sidoarjo
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-60-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2014
adalah dengan melakukan penggantian dari penggunaan minyak tanah menjadi LPG. Konversi 100% minyak tanah ke LPG berdasarkan Peraturan Presiden No 104 Tahun 2007 mengenai konversi minyak tanah ke LPG 3 kg. Skenario dua yaitu dengan melakukan penggantian dari penggunaan minyak tanah menjadi LPG beserta penggantian 25% pengguna kayu bakar menjadi LPG. Hal tersebut dikarenakan hanya 25 persen dari responden yang mau untuk mengganti penggunaan kayu bakar dengan LPG. Skenario tiga yaitu dengan melakukan penggantian dari penggunaan minyak tanah menjadi LPG beserta penggantian 100% pengguna kayu bakar menjadi LPG. Berdasarkan hasil perhitungan emisi CO 2 menggunakan skenario didapatkan penurunan emisi CO 2 sebesar 2,8% atau sebesar 232.890,54 ton CO 2 /tahun dari skenario 1. Dari skenario 2 didapatkan penurunan emisi CO 2 sebesar 5,25% atau sebesar 227.035 ton CO 2 /tahun. Sedangkan dari skenario 3 didapatkan penurunan emisi CO 2 terbesar yaitu sebanyak 12,58% atau sebesar 209.469 ton CO 2 /tahun. Berdasarkan aspek lingkungan dari ketiga skenario tersebut masing-masing sudah dapat menghasilkan penurunan emisi CO 2 dan penurunan emisi terbesar dihasilkan dari skenario 3. Dari aspek ekonomis memperhitungkan segi ekonomis dari penerapan ketiga skenario yang telah diperhitungkan penurunan emisinya pada aspek teknis. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rata-rata penggunaan LPG, minyak tanah, dan kayu bakar dari hasil survei. Penggunaan rata-rata bahan bakar tiap rumah tangga berupa LPG sebesar 132,2 kg/tahun, minyak tanah 270,2 kg/tahun, dan kayu bakar 1980 kg/tahun. Harga jual yang digunakan untuk masing-masing bahan bakar yaitu LPG sebesar Rp 6.876 /kg. minyak tanah Rp 10.000/liter dan kayu bakar sebesar Rp. 600/kg. Apabila dilihat dari segi ekonomis skenario 2 menghasilkan penurunan biaya paling besar bila dibandingkan dengan skenario lainnya yaitu sebesar 6,21%. Tetapi peorsentase penurunan tersebut hanya memiliki selisih sebesar 0,63% dengan skenario 3. Sedangkan prosentase penurunan emisi dari skenario 3 lebih besar bila dibandingkan dengan scenario 2 dengan selisih prosentase penurunan emisi sebesar 7,3%. Sehingga baik dari segi ekonomis maupun lingkungan skenario 3 lebih baik dibandingkan 2 skenario lainnya. Pada Tabel 1 merupakan hasil perhitungan emisi CO 2 dari penggunaan bakan bakar memasak permukiman tiap kecamatan di Kabupaten Sidoarjo. Pada Gambar 2 merupakan hasil pemetaan tapak karbon emisi CO 2 dari penggunaan bahan bakar untuk memasak tiap Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo. Tabel 1. Hasil Perhitungan Emisi tiap Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo Berdasarkan Penggunaan Bahan Bakar untuk Memasak Emisi (ton Emisi (ton Total Emisi CO2/tahun) CO2/tahun) No Nama Kecamatan (ton CO2/tahun) Perkotaan Perdesaan 1 Tarik 3.729,03 7.288,93 11.017,96 2 Prambon 5.802,43 4.236,87 10.039,30 3 Krembung 5.041,88 2.627,28 7.669,16 4 Porong 5.179,33 3.489,78 8.669,10 5 Jabon 3.257,12 4.681,55 7.938,67 6 Tanggulangin 7.862,08 1.731,96 9.594,03 7 Candi 14.939,03 1.699,13 16.638,16 8 Tulangan 9.034,14 871,449 9.905,59 9 Wonoayu 6.548,40 2.392,51 8.940,91
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-60-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2014
No 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama Kecamatan Sukodono Sidoarjo Buduran Sedati Waru Gedangan Taman Krian Balong Bendo Jumlah
Emisi (ton CO2/tahun) Perkotaan 11.222,50 21.043,85 9.188,25 9.537,29 27.042,03 16.341,84 23.727,85 11.505,72 5.743,28 196.746,04
Emisi (ton CO2/tahun) Perdesaan 1.751,85 0 3.459,93 1.946,83 583,95 0 0 2.816,29 3.288,82 42.867,13
Total Emisi (ton CO2/tahun) 12.974,35 21.043,85 12.648,18 11.484,12 27.625,98 16.341,84 23.727,85 14.322,02 9.032,11 239.613,17
Gambar 1 Peta Tapak Karbon Emisi CO 2 Primer dari Kegiatan Permukiman di Kabupaten Sidoarjo Berdasarkan pemetaan menggunakan emisi CO2 primer dari kegiatan memasak permukiman yang ditampilkan pada Gambar 1 menunjukkan bahwa Kecamatan Waru, Taman, dan Sidoarjo tergolong kecamatan dengan emisi sedang. Ketiga kecamatan tersebut menghasilkan emisi tertinggi dari penggunaan bahan bakar permukiman dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Hal tersebut dikarenakan ketiga kecamatan tersebut merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar. Jumlah penduduk besar akan mengakibatkan penggunaan bahan bakar untuk memasak juga menjadi tinggi. Pada Tabel 3 merupakan hasil perhitungan emisi CO2 dari penggunaan bakan bakar memasak permukiman tiap kecamatan di Kabupaten Sidoarjo berdasarkan kepadatan di tiap kecamatan. Sedangkan pada Gambar 3 menunjukkan tapak karbon emisi CO2 primer dari kegiatan memasak permukiman berdasarkan kepadatan di tiap kecamatan.
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-60-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2014
Tabel 3. Emisi CO 2 Primer dari Kegiatan Permukiman Berdasarkan Kepadatan di Kabupaten Sidoarjo
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama Kecamatan
Jumlah Rumah Tangga
Sidoarjo 50.524 Buduran 25.538 Candi 37.575 Porong 15.943 Krembung 14.746 Tulangan 22.566 Tanggulangin 20.617 Jabon 12.526 Krian 30.455 Balongbendo 17.095 Wonoayu 18.127 Tarik 16.280 Prambon 18.190 Taman 56.968 Waru 65.512 Gedangan 39.235 Sedati 24.855 Sukodono 28.705 Jumlah 515.457
Luas Total (Ha)
Kepadatan Rumah/Ha
6.256 4.103 4.067 2.982 3.121 2.955 3.229 8.100 3.250 3.140 3.392 3.606 3.423 3.154 3.032 2.406 7.943 3.268 71.424
8 6 9 5 5 8 6 2 9 5 5 5 5 18 22 16 3 9 147
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-60-6
FES ton CO 2 /rumah tangga 0,41650 0,70575 0,70575 0,70575 0,70575 0,70575 0,70575 0,70575 0,70575 0,70575 0,70575 0,70575 0,70575 0,41650 0,70575 0,41650 0,70575 0,70575 0,70575
Emisi Pemukiman (ton CO 2 /ha.tahun) 3,4 4,4 6,5 3,8 3,3 5,4 4,5 1,1 6,6 3,8 3,8 3,2 3,8 7,5 15,2 6,8 2,2 6,2 91,5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2014
Gambar 3. Peta Tapak Karbon Emisi CO 2 Primer dari Kegiatan Permukiman di Kabupaten Sidoarjo Berdasarkan Kepadatan Perhitungan emisi CO2 berdasarkan kepadatan total tiap Kecamatan seperti pada Tabel 3 menunjukkan bahwa Kecamatan Waru sebagai penyumbang emisi terbesar yaitu 15,2 ton CO2/ha.tahun. Selanjutnya kecamatan ke dua dan ke tiga sebagai penyumbang emisi terbesar adalah Kecamatan Taman dan Kecamatan Gedangan. Sedangkan penyumbang emisi CO2 terkecil yaitu Kecamatan Jabon dengan emisi sebesar 1,1 ton CO2/ha.tahun. Berdasarkan Gambar 3. Menunjukkan Kecamatan Waru merupakan kecamatan dengan emisi terbesar. KESIMPULAN DAN SARAN FES dari penggunaan bahan bakar pedesaan adalah 0,995 ton CO 2 /rumah tangga.tahun dan perkotaan sebesar 0,417 tonCO 2 /rumah tangga.tahun. Sedangkan FES LPG perkotaan 0,4165 ton CO 2 /rumah tangga.tahun, LPG pedesaan 0,359 ton CO 2 /rumah tangga.tahun, minyak tanah 0,851 ton CO 2 /rumah tangga.tahun dan kayu bakar 3,326 tonCO 2 /rumah tangga.tahun. Dari hasil pemetaan emisi CO 2 primer dari kegiatan pemukiman berdasarkan kepadatan tingkat emisi tertinggi dihasilkan dari Kecamatan Waru dan terkecil dari Kecamatan Jabon. Sedangkan emisi terbesar CO 2 primer dari kegiatan pemukiman berdasarkan jumlah rumah tangga dihasilkan dari Kecamatan Waru dan emisi terendah di Kecamatan Krembung. Saran untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk menghitung emisi dengan menggunakan jenis rumah yaitu sederhana, menengah, dan mewah untuk mendapatkan faktor emisi spesifik berdasarkan jenis rumah. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan jumlah timbulan sampah yang dihasilkan tiap rumah sehingga diperoleh faktor emisi spesifik DAFTAR PUSTAKA Achmad, Rukaesih. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi Badan Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Timur. 2010. “Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Timur 2010”. Surabaya: BLH Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC). (2006). “Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories”. Institute for global environmental strategies (IGS), Hayama, Japan
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-60-7