Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR 1,2,3)
Qorry Nugrahayu1), Rachmat Boedisantoso2) dan Joni Hermana3) Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Salah satu sektor terbesar penyumbang emisi karbon di udara adalah sektor transportasi. Semakin pesat perkembangan sektor transportasi, semakin besar pula emisi karbon yang dihasilkan sehingga menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Maka negara melalui Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 mewajibkan pemerintah provinsi dan kabupaten untuk melakukan inventarisasi Gas Rumah Kaca salah satunya adalah perhitungan emisi karbon. Tujuan penelitian ini adalah menentukan Faktor Emisi Spesifik (FES) dan estimasi tapak karbon dari sektor transportasi dan industri dengan fungsi pengembangan wilayah pertanian/hortikultura di Kabupaten Sumenep - Jawa Timur serta memetakan tapak karbon yang telah diperoleh. Selain itu penelitian ini akan menentukan rekomendasi yang dihasilkan dari aspek lingkungan dan aspek hukum. Hasil dari penelitian ini adalah tapak karbon dari sektor transportasi yaitu 207.083,66 ton CO 2 /tahun dan 1692,60 ton CO 2 /tahun. Lalu FES dari sektor transportasi, 4,34 ton CO 2 /SMP (Satuan Mobil Penumpang) bahan bakar gasolin, 14,39 ton CO 2 / SMP bahan bakar solar dan 5,94 ton CO 2 / SMP. Pada aspek lingkungan skenario terbaik untuk sektor transportasi adalah skenario 1 dengan besar penurunan adalah sebesar 21,6% bila dibandingkan dengan emisi karbon eksisting. Pada aspek hukum diharapkan pemerintah Kabupaten Sumenep memiliki perda mengenai penggunaan CNG untuk sektor transportasi yang mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 64 Tahun 2012. Kata kunci: Faktor Emisi Spesifik, Sumenep, Tapak Karbon, Transportasi.
PENDAHULUAN Salah satu sektor terbesar penyumbang emisi karbon di udara adalah sektor transportasi. Semakin pesat perkembangan sektor transportasi, semakin besar pula emisi karbon yang dihasilkan sehingga menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Kegiatan transportasi mempunyai kontribusi terhadap polusi udara atmosfir. Setiap liter bahan bakar yang dibakar akan mengemisikan sekitar 100 gram Karbon Monoksida; 30 gram Oksida Nitrogen; 2,5 kg Karbon Dioksida dan berbagai senyawa lainnya termasuk senyawa sulfur (Hickman, 1999). Maka negara melalui Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 mewajibkan pemerintah provinsi dan kabupaten untuk melakukan inventarisasi Gas Rumah Kaca salah satunya adalah perhitungan emisi karbon. Tujuan penelitian ini adalah menentukan Faktor Emisi Spesifik (FES) dan estimasi tapak karbon dari sektor transportasi dan industri dengan fungsi pengembangan wilayah pertanian/hortikultura di Kabupaten Sumenep - Jawa Timur serta memetakan tapak
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-54-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
karbon yang telah diperoleh. Nilai FES yang diperoleh nantinya dapat digunakan untuk membantu daerah berkarakteristik sejenis dan memiliki fungsi pengembangan daerah yang sama dengan Kabupaten Sumenep untuk melakukan inventarisasi emisi, dimana daerah tersebut belum memiliki data yang valid dan lengkap. Selain itu penelitian ini akan menentukan rekomendasi yang dihasilkan dari aspek lingkungan dan aspek hukum. Parameter dari penelitian ini adalah CO 2 . Data perhitungan yang digunakan adalah data tahun 2012 dan emisi CO 2 yang dihitung adalah emisi primer. Dan sektor transportasi yang dihitung adalah transportasi darat. Menurut Pirkko dan Nyronen (1990) kontribusi emisi karbondioksida terhadap efek rumah kaca sebesar 48% yang diikuti oleh sumber emisi lain seperti Freon (26%), ozon (10%), metan (8%), dinitrogendioksida (6%) dan gas lain (2%). Faktor Emisi Spesifik (FES) berdasarkan IPCC (2006) merupakan faktor emisi yang diperoleh dari perhitungan menggunakan data aktivitas dari suatu negara atau daerah. Sehingga faktor emisi spesifik yang telah diperoleh dapat digunakan untuk menghitung emisi di negara atau daerah yang sejenis atau setipe dengan negara atau daerah asal perhitungan faktor emisi spesifik. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung emisi karbon berdasarkan IPCC (2006) adalah sebagai berikut: Emisi CO 2 = ∑ FC x CEF x NCV……………………………………………….1 Keterangan: Emisi CO 2 ∑ FC CEF NCV
= Jumlah emisi CO 2 (Satuan Massa) = Jumlah bahan bakar fosil yang digunakan (massa) = Carbon Emission Factor (ton CO 2 /TJ) = Nilai Net Calorific Volume (energy content) per unit massa atau volume bahan bakar (TJ/ton fuel)
Nilai dari faktor emisi dan nilai kalor tergantung pada bahan bakar yang digunakan. Untuk menghitung faktor emisi spesifik rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: : Data FES = Emisi Karbon (CO 2 ) Aktivitas……………………………………2 METODE Metode yang digunakan terdiri dari: 1. Pengambilan data dilapangan Data meliputi data sekunder. Data sekunder yang dibutuhkan adalah: • Jumlah kendaraan untuk tiap jenis kendaraan dan tiap kecamatan Jumlah kendaraan untuk tiap jenis kendaraan dan tiap kecamatan diperoleh dari Dinas Pendapatan Kabupaten Sumenep • Jumlah penggunaan BBM di sektor transportasi Jumlah penggunaan BBM di sektor transportasi diperoleh dari Disperindag Kabupaten Sumenep. Data ini merupakan data penjualan BBM di tiap SPBU di Kabupaten Sumenep, dimana penjualan BBM ditiap SPBU merupakan konsumsi BBM di sektor transportasi, karena semua pasokan BBM yang masuk ke tiap SPBU (penjualan) akan habis dikonsumsi masyarakat. • Peraturan-peraturan pemerintah daerah terkait penggunaan BBG (Bahan Bakar Gas) 2. Aspek Penelitian • Aspek Teknis
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-54-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
•
•
Aspek ini terdiri dari Pada aspek teknis akan dilakukan penjelasan mengenai perhitungan sesuai dengan pengolahan data yang telah dilakukan. Yaitu mulai dari perhitungan estimasi tapak karbon menggunakan Tier 1, perhitungan faktor emisi spesifik dan memetakan tapak karbon yang telah dihitung. Dari pemetaan tapak karbon yang telah digambar, dapat digunakan untuk menyusun langkah strategis guna mengurangi emisi CO 2 atau tapak karbon yang telah tersebar. Aspek Lingkungan Pada aspek lingkungan ini akan ditentukan beberapa skenario-skenario. Pembuatan skenario berfungsi sebagai upaya atau langkah alternatif dalam rangka mengurangi emisi karbon di Kabupaten Sumenep berdasarkan emisi karbon eksisting yang dihasilkan. Dari alternatif skenario-skenario yang ditentukan, dapat diketahui penurunan emisi sebagai bahan pertimbangan pemilihan alternatif. Adapun skenario-skenario dari tiap sektor adalah sebagai berikut. Skenario 1 : Berapa emisi CO 2 yang dihasilkan apabila seluruh masyarakat di Kabupaten Sumenep menggunakan BBG (Bahan Bakar Gas) sebagai bahan bakar kendaraan menggantikan BBM. Menimbang pemerintah sedang dalam proses mengganti BBM menjadi BBG karena persediaan BBM yang semakin menipis. Skenario 2 : Berapa emis CO 2 yang dihasilkan apabila hanya kendaraan yang menggunakan bahan bakar gasolin yang menggunakan BBG (Bahan Bakar Gas) sebagai bahan bakar kendaraan menggantikan BBM. Skenario 3 : Berapa emis CO 2 yang dihasilkan apabila hanya kendaraan yang menggunakan bahan bakar solar yang menggunakan BBG (Bahan Bakar Gas) sebagai bahan bakar kendaraan menggantikan BBM. Aspek Hukum Aspek hukum akan menjelaskan mengenai hukum/peraturan di Kabupaten Sumenep yang mengatur mengenai sektor transportasi. Dari kondisi eksisting tersebut akan dibuat suatu rekomendasi peraturan yang lebih baik terkait emisi yang dihasilkan oleh sektor transportasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Aspek Teknis • Perhitungan Tapak Karbon Perhitungan emisi dihitung berdasarkan konsumsi BBM di Kabupaten Sumenep yaitu Jenis gasolin dan solar. Perhitungan tapak karbon ini menggunakan persamaan (1) dengan nilai faktor emisi dan NCV masing-masing bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Faktor Emisi dan NCV Masing-Masing Bahan Bakar Bahan Bakar Faktor Emisi (kg CO2/TJ) Nilai Kalor (TJ/L) Gasolin 69.300 33 x 10-6 Solar 74.100 36 x 10-6 Sumber: KLH (2012)
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-54-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh tapak karbon dari penggunaan bahan bakar gasolin adalah sebesar 127.471,81 ton CO 2 /tahun, bahan bakar solar sebesar 79.627,860 ton CO 2 /tahun. Sehingga emisi total yang dihasilkan dari sektor transportasi adalah sebesar 207.099,67 ton CO 2 /tahun. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Emisi Sektor Transportasi Berdasarkan Bahan Bakar Jenis Bahan Bakar Emisi Total (ton CO 2 /tahun) Gasolin 127.471,81 Solar 79.627,860 Total 207.099,67 Sumber : Hasil Perhitungan Dari hasil perhitungan terlihat bahwa emisi CO 2 yang dihasilkan dari bahan bakar gasolin lebih besar dibandingkan dengan nilai emisi CO 2 yang dihasilkan dari bahan bakar solar. Hal ini disebabkan karena jumlah pasokan atau konsumsi bahan bakar gasolin lebih banyak dibandingkan solar. •
Perhitungan Faktor Emisi Spesifik (FES) Perhitungan FES diperoleh setelah menghitung tapak karbon. Dari tapak karbon yang telah diperoleh selanjutnya dibagi dengan data aktivitas. Data aktivitas yang digunakan adalah jumlah kendaraan. Jumlah kendaraan tersebut dikonversi kedalam bentuk SMP (Satuan Mobil Penumpang). Perhitungan FES sektor transportasi ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perhitungan FES Sektor Transportasi Bahan Bakar
Gasolin Solar Total
Emisi CO2 (Ton CO2/tahun) [A] 127.471,81 79.611,85 207.083,66
Jumlah Kendaraan (SMP) [B] 29.358 5.532 34.890
FES (ton CO2/tahun.SMP) [C]=[A]/[B] 4,34 14,39 5,94
Sumber: Hasil Perhitungan Dari hasil perhitungan FES untuk jenis bahan bakar gasolin dan solar, diperoleh bahwa FES untuk bahan bakar solar lebih besar dibandingkan dengan FES bahan bakar gasolin. Hal ini dikarenakan jumlah kendaraan berbahan bakar solar lebih kecil dibandingkan dengan jumlah kendaraan berbahan bakar gasolin. Selain itu jumlah konsumsi bahan bakar solar tersebut tidak semuanya digunakan untuk transportasi darat. Berdasarkan perekonomian, sebagian besar masyarakat Kabupaten Sumenep bermata pencarian dibidang pertanian, perburuan dan perikanan. Hal ini didukung dengan luasnya lautan yang dimiliki Kabupaten Sumenep. Untuk melaut, para nelayan banyak yang menggunakan bahan bakar solar. Solar tersebut diperoleh dari beberapa SPBU di Kabupaten Sumenep. Akibatnya nilai FES yang diperoleh untuk bahan bakar solar jauh lebih besar dibandingkan FES bahan bakar gasolin. FES bahan bakar solar ini
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-54-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
dapat digunakan untuk mengetahui emisi dari perkapalan yang dinyatakan dalam bentuk satuan mobil penumpang, begitu juga dengan FES transportasi yang diperoleh. FES ini dapat digunakan untuk daerah dengan fungsi pengembangan wilayah pertanian/hortikultura yang memiliki perairan atau pesisir pantai. •
Pemetaan Tapak Karbon Pemetaan tapak karbon ini merupakan pemetaan emisi karbon yang dihasilkan tiap kecamatan. Dibutuhkan data mengenai jumlah kendaraan tiap kecamatan yang selanjutnya dikonversi kedalam bentuk SMP. Lalu nilai SMP tiap kecamatan tersebut dikali dengan nilai FES transportasi sehingga diperoleh emisi total dari tiap kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perhitungan Emisi Karbon Tiap Kecamatan Sektor Transportasi No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Sumenep Kalianget Manding Bluto Saronggi Lenteng Guluk-guluk Ganding Pragaan Ambunten Pasongsongan Dasuk Rubaru Batu Putih Batang-batang Dungkek Gapura Batuan
Total (SMA) [A]
FES Transportasi (Ton CO2/SMA) [B]
Emisi (Ton CO2) [C]=[A]*[B]
10635 2593 1507 1786 1928 2305 753 904 1315 1433 967 1215 1325 1454 1426 933 1524 852
5.94 5.94 5.94 5.94 5.94 5.94 5.94 5.94 5.94 5.94 5.94 5.94 5.94 5.94 5.94 5.94 5.94 5.94
63172.79 15401.83 8950.99 10606.46 11454.40 13693.78 4471.63 5372.14 7810.21 8513.21 5741.31 7217.40 7867.83 8637.95 8470.44 5543.80 9053.15 5059.10
Sumber: Hasil Perhitungan Berdasarkan perhitungan pada Tabel 4 kecamatan yang memiliki emisi CO 2 paling besar adalah Kecamatan Sumenep yaitu sebesar 63.172,79 Ton CO 2 , hal ini karena emisi CO 2 yang dihasilkan sebanding dengan jumlah kendaraan yang dimiliki di tiap kecamatan. Kecamatan Sumenep memiliki jumlah kendaraan paling besar dibanding kecamatan-kecamatan lain. Sedangkan kecamatan yang memiliki emisi CO 2 paling kecil adalah Kecamatan Gulukguluk dengan jumlah sebesar 4471.63 ton CO 2 . Hal ini karena total kendaraan di Kecamatan Batuan paling sedikit dibanding kecamatan lainnya. Selanjutnya dilakukan pemetaan terhadap total emisi CO 2 tiap kecamatan-kecamatan tersebut agar dapat terlihat tingkat konsentrasi CO 2 di tiap kecamatan di Kabupaten Sumenep dari sektor transportasi. Pemetaan ini berfungsi untuk
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-54-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
memudahkan melihat total dan tingkat emisi ditiap kecamatan melalui warna. Melalui warna tersebut dapat diketahui dengan mudah kecamatan mana yang memiliki emisi paling besar dan paling kecil. Pemetaan emisi CO 2 atau tapak karbon dari sektor transportasi dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pemetaan Emisi Karbon Sektor Transportasi Kabupaten Sumenp 2. Aspek Lingkungan Adapun hasil perhitungan dari beberapa skenario yang ditetapkan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perbandingan Nilai-Nilai Skenario dengan Emisi Eksisting Emisi Karbon Persentasi Penurunan (ton CO 2 /tahun) (%) Eksisting
207.083,66
-
Skenario 1
162.397,05
21,6
Skenario 2
179.989
13
Skenario 3
189.491,71
8,5
Sumber: Hasil Perhitungan Dari hasil perhitungan skenario, terlihat bahwa scenario 1 merupakan scenario terbaik karena menghasilkan penurunan emisi paling besar yaitu sebesar 21,6%. 3. Aspek Hukum Aspek hukum berfungsi sebagai pendukung implementasi scenario yang dipilih. Pada saat ini belum ada perda Kabupaten Sumenep mengenai kewajiban menggunakan CNG sebagai bahan bakar sektor transportasi. Saat ini peraturan yang
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-54-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
mengatur mengenai penyediaan dan pendistribusian BBG masih dikeluarkan oleh presiden melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 64 Tahun 2012 Tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga Bahan Bakar Gas Untuk Transportasi Jalan. Oleh karena itu diharapkan pemerintah Kabupaten Sumenep memiliki perda yang mengacu pada Perpres No. 64 Tahun 2012. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil dari penelitian ini adalah tapak karbon dari sektor transportasi yaitu 207.083,66 ton CO 2 /tahun dan 1692,60 ton CO 2 /tahun. Lalu FES dari sektor transportasi, 4,34 ton CO 2 /SMP (Satuan Mobil Penumpang) bahan bakar gasolin, 14,39 ton CO 2 / SMP bahan bakar solar dan 5,94 ton CO 2 / SMP. Pada aspek lingkungan skenario terbaik untuk sektor transportasi adalah skenario 1 dengan besar penurunan adalah sebesar 21,6% bila dibandingkan dengan emisi karbon eksisting. Pada aspek hukum diharapkan pemerintah Kabupaten Sumenep memiliki perda mengenai penggunaan CNG untuk sektor transportasi yang mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 64 Tahun 2012. Saran Diperlukan penelitian lanjutan untuk menghitung emisi karbon sekunder dan emisi dari seluruh sektor transportasi baik darat, laut dan udara. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Perguruan Tinggi melalui program beasiswa freshgraduate dan LPPM ITS yang sudah mau mendanai penelitian PUPT 2014. DAFTAR PUSTAKA Hickman A J. (1999). Methodology for Calculating Transport Emissions and Energy Consumption. Transport Research Laboratory. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). (2006). Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. Hayama, Japan. Kementrian Lingkungan Hidup. (2012). Pedoman Inventori Gas Rumah Kaca. Peraturan Presiden No.71. (2011). Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional. Peraturan Presiden No.64. (2012). Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga Bahan Bakar Gas Untuk Transportasi Jalan. Pirkko, S., Nyronen. 1990. The Carbon Dioxide Emissions and Peat Production. International Conference on Peat Production and Use. Jiväskylä Finland. 1:150157
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-54-7