Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KOTA MALANG Asri Hayyu Rinpropadebi1), Joni Hermana1 dan Rachmat Boedisantoso 1 1) Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Pesatnya perkembangan penduduk di Kota Malang berbanding lurus dengan peningkatan timbulan sampah dan emisi karbon sehingga berakibat negatif untuk pengembangan kota. Diperlukan inventarisasi emisi karbon menggunakan pendekatan Faktor Emisi Spesifik (FES) yang mengacu Pedoman IPCC (Intergovernmental Panel on Climate) 2006. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji dan menganalisis aspek teknis, lingkungan dan ekonomi mengenai estimasi emisi tapak karbon dengan menggunakan pendekatan nilai Faktor Emisi Spesifik melalui perhitungan yang mengacu pada Pedoman IPCC 2006 dari penggunaan bahan bakar tiap tipe rumah yang dihasilkan Kota Malang. Diharapkan hasil penelitian ini dapat diterapkan di kota lain dengan fungsi pengembangan wilayah yang sama. Aspek teknis digunakan untuk estimasi karbon kondisi sebenarnya per tahun. Aspek lingkungan menggunakan dua skenario yaitu (I) penggantian LPG ke Gas Alam untuk semua tipe, (II) penggantian LPG ke Gas Alam untuk rumah mewah dan menengah. Sedangkan aspek ekonomi meninjau efisiensi biaya konsumsi energi per bulan. Aspek teknis di sektor permukiman menunjukkan Kecamatan Blimbing memiliki nilai tertinggi (142.241,44 CO 2 /tahun). Untuk skenario I pada estimasi aspek lingkungan, nilai maksimum diberikan oleh Kecamatan Blimbing (585,90 CO 2 /tahun). Skenario II didapatkan nilai maksimum 200.527,93 CO 2 /tahun untuk Kecamatan Lowokwaru. Sedangkan Aspek Ekonomi, didapatkan Rp.30.000 sebagai estimasi biaya konsumsi perbulan untuk setiap rumah. Kata kunci: Aspek Teknis, Aspek Lingkungan, Permukiman, Kota Malang
Aspek
Ekonomi,
Emisi
Karbon,
PENDAHULUAN Pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di sektor permukiman merupakan hal yang penting dalam upaya global untuk mengurangi dampak perubahan iklim sesuai Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) Penurunan Emisi GRK. Oleh karena itu, inventarisasi emisi juga merupakan langkah awal dalam upaya penurunan emisi GRK. Inventarisasi emisi dapat dilakukan melalui perhitungan estimasi emisi karbon dengan menggunakan metode perhitungan yang mengacu pada Pedoman IPCC (Intergovernmental Panel on Climate) 2006 yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar LPG pada aktivitas rumah tangga di Kota Malang. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji dan menganalisis aspek teknis, lingkungan dan ekonomi mengenai estimasi emisi karbon dari penggunaan bahan bakar tiap tipe rumah di Kota Malang berdasarkan IPCC 2006. Kota Malang belum melakukan inventarisasi emisi CO 2 yang sesuai dengan ketersediaan data dan karakteristik wilayah. Sumber emisi primer yang diinventarisasi diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi kota lain yang memiliki pola pengembangan wilayah yang sama yaitu pendidikan dan pariwisata. ISBN : 978-602-70604-1-8 A-40-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
METODE Gambaran Umum Perhitungan emisi karbon mengacu pada Pedoman IPCC 2006 berdasarkan variabel tertentu, setelah itu hasil estimasi emisi karbon digunakan untuk menentukan Faktor Emisi Spesifik (FES) sesuai dengan ketersediaan data yang diperoleh. Aspek yang digunakan dalam analisis data antara lain aspek teknis, lingkungan dan ekonomi. Hasil dari ketiga aspek tersebut kemudian dipetakan berdasarkan Peta Kota Malang. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. IDE PENELITIAN Penentuan Faktor Emisi Spesifik untuk Estimasi Tapak Karbon dan Pemetaannya dari Sektor Permukiman dan Persampahan di Kota Malang
STUDI LITERATUR PENGUMPULAN DATA
DATA PRIMER - Jumlah rumah tangga yang menggunakan LPG berdasarkan tiap tipe rumah - Jenis penggunaan LPG di rumah tangga
-
DATA SEKUNDER - Jumlah penduduk dan rumah tangga - Jumlah dan tipe rumah (sederhana, menengah, mewah)
PENGOLAHAN DATA Perhitungan estimasi emisi CO2 menggunakan faktor emisi default IPCC Perhitungan faktor emisi spesifik berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya dan sifat data Perhitungan emisi CO2 tiap kecamatan menggunakan faktor emisi spesifik Pemetaan tapak karbon
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Analisis aspek teknis, lingkungan dan ekonomi mengenai hasil perhitungan estimasi tapak karbon dan FES yang sesuai dengan IPCC dan sifat data. 2. Mengkaji dan menganalisis emisi CO2 yang sesuai dengan kondisi eksisting dan peta RTRW di Kota Malang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Pengambilan Data Pengambilan data primer adalah sebagai berikut: - Penentuan jumlah sampel - Penentuan lokasi titik sampling - Survey lapangan dan kuesioner (berdasarkan tipe rumah) Penentuan jumlah sampel melalui 2 tahapan yaitu jumlah sampel di Kota Malang dan jumlah sampel menurut tipe rumah. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan menggunakan rumus Krejcie dan Morgan (1970) dalam Pradiptya (2011) pada persamaan 1 dan 2. Metode yang digunakan adalah metode sampling stratifikasi. n=
(1)
Dimana: n = Jumlah total sampel wilayah studi (rumah) N = Jumlah populasi dalam wilayah studi (rumah) X2 = Nilai standart error yang berhubungan dengan tingkat kepercayaan (jika selang kepercayaan 95 % maka X = 1,64; jika 99 % maka X = 2,58) P = Proporsi populasi (0,5 – 0,99) ISBN : 978-602-70604-1-8 A-40-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
d
= Galat pendugaan/batas error (5-10%) n i = n ( ) (2) Dimana: Ni = Jumlah populasi pada masing-masing wilayah studi N = Jumlah total populasi wilayah studi n = Jumlah total sampel wilayah studi n i = Jumlah sampel pada masing-masing wilayah studi Perhitungan Jumlah Sampel: = 67 sampel Hasil penentuan jumlah sampel tiap tipe rumah di Kota Malang disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Jumlah Sampel Tiap Tipe Rumah di Kota Malang No 1 2 3
Tipe Rumah Mewah Menengah Sederhana Total
Jumlah Rumah 10.086 57.797 188.764 256.647
Jumlah Sampel 3 15 49 67
(Sumber: Hasil perhitungan)
Perhitungan Emisi Karbon Perhitungan emisi CO 2 untuk satu sampel rumah yang menggunakan bahan bakar LPG mengacu pada persamaan (3) sebagai berikut: Pey = Fcy x EF LPG x NCV LPG (3) Setelah mendapatkan nilai emisi total CO 2 , selanjutnya untuk dilakukan perhitungan emisi CO2 yang sesuai dengan fungsi pengembangan wilayah berdasarkan data tipe rumah berdasarkna persamaan (4) Etr = ∑ (Ntr x FEtr) (4) dimana: Etr = emisi CO2 berdasarkan tipe rumah (ton/tahun), Ntr = jumlah tipe rumah (unit), FEtr=faktor emisi CO2 berdasarkan tipe rumah (ton/unit.tahun) Nilai FEtr merupakan nilai rata-rata faktor emisi berdasarkan tipe rumah yang kemudian disebut dengan Faktor Emisi Spesifik (FES). FES dihitung dengan menggunakan persamaan (5) FES = E tot / N (5) dimana: E tot = emisi CO2 total (ton/tahun), N = jumlah rumah HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Perhitungan konsumsi LPG rumah sederhana dan data mengenai jumlah penggunaan bahan bakar tiap tipe rumah berdasarkan hasil survei tersaji pada Tabel 2 dan prosentase penggunaan bahan bakar tiap tipe rumah dapat dilihat pada Gambar 2. Tabel 2. Rata-rata Konsumsi Bahan Bakar Berdasarkan Tipe Rumah Tipe Rumah
Mewah Menengah Sederhana
Jumlah Sampel (Unit)
Konsumsi Bahan Bakar (Kg/Bulan) 52,5 225 588
3 15 49
(Sumber: Hasil survey 2014) ISBN : 978-602-70604-1-8 A-40-3
Rata-rata Konsumsi Bahan Bakar (Kg/Bulan) 17,5 15 12
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Gambar 2. Rata-rata Penggunaan LPG Tiap Tipe Rumah Pada Tabel 2. menununjukkan tingginya prosentase penggunaan LPG dikarenakan adanya ragamaktifitas yakni penggunaan heater water dan jumlah menu serta frekuensi memasak yang cukup tinggi. Berdasarkan persamaan (3), Faktor Emisi Default yang dihasilkan satu sampel rumah yang menggunakan bahan bakar LPG adalah 0,54 ton CO2/tahun. Hasil perhitungan emisi total CO2 berdasarkan tipe rumah mewah, menengah dan sederhana dengan nilai FE default dapat dilihat di Tabel 3. Tabel 3. Emisi CO2 dengan Nilai FE Default di Kota Malang Tipe Rumah Mewah Menengah Sederhana
Jumlah Sampel (unit) 3 15 49
Rata-rata Konsumsi per Tahun (kg) 210 176 139
Emisi CO2 (ton/tahun) 1,88 7,90 20,37
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Penentuan Faktor Emisi Spesifik (FES) berdasarkan tipe rumah menggunakan persamaan (4) dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Nilai Faktor Emisi Spesifik di Kota Malang Tipe Rumah Mewah Menengah Sederhana
Jumlah Sampel (unit) 3 15 49
Emisi CO2 (ton/tahun) 1,89 7,90 20,37
FES (ton/unit.tahun) 0,63 0,53 0,42
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Setelah didapatkan nilai FES, maka dapat dihitung emisi CO2 Kota Malang berdasarkan tipe rumah selengkapnya yang tersaji pada Tabel 5 dan Gambar 3. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa nilai faktor emisi spesifik tipe rumah sederhana sebesar 0,42 ton CO2/unit.tahun lebih kecil dibandingkan dengan nilai FES tipe rumah mewah sebesar 0,63 ton CO2/unit.tahun dan tipe rumah menengah sebesar 0,53 ton CO2/unit.tahun. Namun rumah sederhana menyumbang nilai emisi terbanyak terhadap total emisi CO2 yang dihasilkan di Kota Malang, hal ini disebabkan oleh jumlah rumah sederhana lebih banyak dibandingkan dengan tipe rumah mewah dan menengah. Total emisi CO2 tiap tipe rumah Kota Malang berdasarkan nilai FES tersaji pada Tabel 6.
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-40-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Tabel 5. Emisi CO2 berdasarkan tipe rumah setiap kecamatan di Kota Malang No.
Kecamatan
Tipe Rumah
FES (ton/unit.tahun)
1
Kedungkandang
2
Klojen
3
Blimbing
4
Lowokwaru
5
Sukun
Mewah Menengah Sederhana Mewah Menengah Sederhana Mewah Menengah Sederhana Mewah Menengah Sederhana Mewah Menengah Sederhana
0,63 0,53 0,42 0,63 0,53 0,42 0,63 0,53 0,42 0,63 0,53 0,42 0,63 0,53 0,42
Total
Jumlah Rumah (unit) 2728 12005 42892 2695 8052 23412 8750 31821 16964 12338 31509 5320 1935 11739 44487 256647
Emisi CO2 (ton/tahun) 1710,06 6320,57 17828,24 1697,77 4298,1 9866,67 5512,49 16986,3 7149,01 7772,7 16819,74 2242,02 1218,91 6266,31 18748,32 124437,2
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Gambar 3. Emisi CO2 Tiap Tipe Rumah di Kota Malang (ton CO2/tahun) Tabel 6 Total Emisi CO2 Tiap Tipe Rumah di Kota Malang Tipe Rumah Mewah Menengah Sederhana
Jumlah Rumah Emisi (unit) CO2(ton/tahun) 28446 17912 95127 50691 133075 55834
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini, dimana tipe rumah mewah memiliki ragam aktivitas penggunaan energi (LPG) lebih banyak dibandingkan dengan tipe rumah menengah dan sederhana. Hasil analisis penggunaan energi di sektor permukiman Kota Malang memiliki hasil yang sama dengan Kota Surabaya, dimana nilai FES yang dihasilkan di tipe rumah mewah sebesar 0,63 ton CO2/tahun (Boedisantoso, 2014).
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-40-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Tabel 7. Total Emisi CO2 pada sektor Permukiman Kota Malang Kecamatan
Jumlah Penduduk (jiwa) Kedungkandang 128921 128819 Sukun 73257 Klojen 122333 Blimbing 135471 Lowokwaru 588800 Total
Jumlah Rumah Emisi LPG (unit) (ton CO2/tahun) 57625 58161 34159 57535 49167 256647
25858,86 26233,54 15862,54 29647,80 26834,46 124437,20
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Pada Tabel 7 dan Gambar 4 menunjukkan Kecamatan Blimbing menghasilkan Emisi CO 2 yang tertinggi dibandingkan dengan kematana lain di Kota Malang. Kecamatan Blimbing merupakan kecamatan dengan wilayah dan jumlah penduduk yang terbesar di Kota Malang. Sedangkan Emisi CO 2 yang terendah dihasilkan oleh Kecamatan Klojen dengan wilayah dan penduduk yang terkecil dibandingkan kecamatan lain.
Gambar 4. Pemetaan Estimasi Emisi CO2 dari Sektor Permukiman Aspek Lingkungan Berikut merupakan upaya penurunan emisi di sektor permukiman skenario 1 dan 2 yang tersaji dalam Tabel 8 dan 9 serta Gambar 5.
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-40-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Tabel 8. Emisi CO2 pada Skenario 1 Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Total
128921 128819 73257 122333 135471 588800
Jumlah Rumah (Unit) 57625 58161 34159 57535 49167 256647
Emisi LPG (ton CO 2 /tahun) 471,14 466,88 291,98 585,90 558,26 2374,16
Total (ton CO 2 /tahun) 471,14 175555,22 291,98 585,90 558,26 177462,5
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Tabel 9. Emisi CO2 pada Skenario 2 Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa) Kedungkandang 147278 147162 Sukun 83688 Klojen 139753 Blimbing 154761 Lowokwaru 588800 Total
Jumlah Rumah (Unit) 57625 58161 34159 57535 49167 256647
Emisi LPG (ton CO 2 /tahun) 4372,71 3478,90 4812,55 14241,44 20527,93 47433,53
Total (ton CO 2 /tahun) 4372,71 203498,9 4812,55 14241,44 20527,93 247453,53
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Gambar 5. Pemetaan Estimasi Emisi CO2 dari Skenario 1 dan 2 Berdasarkan hasil perhitungan dan pemetaan dari setiap skenario, didapatkan nilai emisi yang paling rendah yang dihasilkan dari skenario 1. Hal ini dikarenakan adanya peralihan penggunaan bahan LPG ke Gas Alam di seluruh tipe rumah yang ada di Kota Malang.
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-40-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Aspek Ekonomi Berikut merupakan perhitungan efisiensi biaya penggunaan bahan bakar pada sektor permukiman di Kota Malang berdasarkan nilai kesetaraan jumlah konsumsi energi. Tersaji selengkapnya pada Tabel 10. Tabel 10 Efisiensi Biaya Bahan Bakar Pada Sektor Permukiman Jenis LPG (kg) 12 dan 3 3
Jumlah Konsumsi (kg/bulan) 15 15
Biaya Jumlah Konsumsi Gas (Rupiah/bulan) Alam (m3/bulan) 134.000 6 m3 70.000 6 m3
Biaya (Rupiah/bulan) 30.000 30.000
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Peralihan penggunaan LPG menjadi Gas Alam memiliki nilai efisiensi secara ekonomi pada setiap konsumen pengguna bahan bakar di tiap rumah. Berdasarkan hasil perhitungan diatas, rumah yang menggunakan LPG 12 kg dan 3 kg selama 1 bulan dengan tarif sebesar Rp. 134.000,- lalu berganti menggunakan Gas Alam, memiliki jumlah konsumsi energi sebesar 5-6 m3/bulan/rumah dengan tarif Rp. 30.000,-. Hal ini menunjukkan adanya efisiensi biaya konsumsi energi yakni sebesar Rp. 104.000,KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini yaitu Rumah sederhana memiliki nilai tertinggi dalam menghasilkan emisi karbon sebesar 55.891 Ton CO 2 /tahun, rumah menengah 50.412 Ton CO 2 /tahun dan rumah mewah menghasilkan 17.921 Ton CO 2 /tahun. Aspek teknis di sektor permukiman menunjukkan Kecamatan Blimbing memiliki nilai tertinggi sebesar 29.647,80 CO 2 /tahun. Skenario I pada estimasi aspek lingkungan untuk sektor permukiman, nilai maksimum terdapat pada Kecamatan Blimbing hanya sebesar 585,90 CO 2 /tahun. Skenario II didapatkan nilai maksimum sebesar 20.527,93 CO 2 /tahun untuk Kecamatan Lowokwaru. Aspek Ekonomi, pada sektor permukiman memiliki jumlah konsumsi energi sebesar 5-6 m3/bulan/rumah dengan tarif Rp. 30.000,-. Hal ini menunjukkan adanya efisiensi biaya konsumsi energi yakni sebesar Rp. 104.000,Saran agar penelitian ini dapat berlanjut antara lain diperlukan kajian mengenai faktor emisi hasil aktivitas jenis rumah tangga seperti rumah tinggal, ruko dan apartemen. Serta kajian spesifik mengenai dampak pola pengembangan wilayah lain terhadap perubahan emisi yang dihasilkan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara. Astari, G. 2012. Studi Jejak Karbon dari Aktivitas Permukiman di Kecamatan Pademangan Kotamadya Jakata Utara. Jakarta: Universitas Indonesia. Badan Pusat Statistik. 2007. Kota Malang Dalam Angka: Statistik dan Permukiman, Modul Perumahan Susenas. Surabaya. Badan Pusat Statistik. 2014 . Kota Malang Dalam Angka. Malang. Boedisantoso, R. 2014. Pengembangan Metode Perhitungan Emisi CO2-e dari Limbah Tinja dan Penggunaan Bahan Bakar LPG Aktivitas Rumah Tangga. Surabaya: Teknik Lingkungan ITS. Kerkhof, A. et all. 2009, Determinants of Variation in Household CO2 Emissions between and within Countries. Energy Policy, 37: 1509-517 ISBN : 978-602-70604-1-8 A-40-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41. 1999. Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta, Indonesia. Schmidt, A. 2005. Treatment of Sludge from Domestic on Site Sanitation Systems Septic Tanks and Latrines. Conference Proceeding: International Seminar on Biogas Technology for poverty Reduction and Sustainable Development. Beijing, October 1720,2005. pp. 199-207. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman. Jakarta, Indonesia.
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-40-9