KAJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAIY PANAS PADA RUANG SISTEM PENGBRING/PENGASAPAN DENGAN ENERGI PANAS DARI BAHAN BAKAR Nawawi Juhan, Zamanhuri, Farel Napitupulu' Ahmad Syuhada
Email : Jenne
[email protected] Jurusan Tcknik Mcsin, Politeknik Negeri Lhokseumawe
ABSTRAK Penggunaan lemqri pengering tutuk pengeringan masih mempurryai kelemahqn, yqitu temperqtur pengering di dalqm lemari pengering sering tidak seragqm atau tidak sama di setiap rak yang terdapat dalam lemari pengering, dimqna temperqtur udara panas pada rak-rak pengering yang bejauhan dengan sutnber panas atau pada rak-rak makin ke atas semakin menurun. Jika ketidaksamaan temperatur fuida pengering pada setiap rak dslqm lemari pengering tersebfi tidak teratasi, maka hasil pengering akan menurun kualitasnya yang diakibatkon oleh tidak merata-ry,-a stthu pengering ysng diterima setiap produk ltang dikeringkan. Masalah ini dPakini dapat diatasi dengan menahan laju gas panas keluar dari ruang pengering dengan membuat sudut cerobong gas panas keluar yang tepat. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan berapa sudul cerobong gas panas keluar peralatan pengering yang tepat sehingga didapat keseragaman temperatur di setiap rak yang lerdapat dalam lemari pengering. Disamping itu juga untuh melihat pengaruh pengarah awal terhadap distribusi temperatur di dalam saluran peralatan pengering. Pengujionnya dilakukan dengan membuat suatu sistem peralatan pengering dengan sistem aliran gas psnas alamiah, yang terdiri atas lima bagian utama yaitu ruang pembakaran, pengarah awal 2 buah tidak berlubang dan berlubang dibuat berbentuk f/ dengan sudut 3f, saluran alirqn udqra panas, ruang pengeringan dengan 7 buah rak pengeringan, dan cerobong 3 buah dengan sudut masing-mastng l5o, 25n, dqn 35". Pengkajian lebih lanjut dilakukan terhadap karakteristik perpindahan panos dan pola aliran fluida pada Ruang Sistem Pengering/Pengasapan untuk mendapatkan sistim dan peralatan pengering yang optimal dengan menggunakan energi bahan bakar dan temperalur yang lebih merata pada setiap rak di dalqm lemari pengering. Hasil penelitian menunjukkan, bahwu sudut cerobong sangat berpengaruh terhadap keseragaman distribusi temperature di dalam ruang pengering. Peralatqn pengering dengan cerobong bersudut I5u dapat menghasikan distribusi temperatur ysng teratur, gradient temperature yang terjadi kecil di owal pemanasan dan setelah kestabilan tercapai distribusi temperoture menjadi seragam di setiap rak dalam ruang pengering. Disamping itu Pengarah m,val juga berpengaruh terhadap diistribusi di dalan saluran pemanas, dimana distribusi temperatur pada saluran pemanas dengan pengarah awal berlubang dan tidak berlubang sangat berbeda, ini disebobkan oleh pola aliran yang terjadi terutama pada sudut atap cerobongyang l5o. yang mana turbulensinya lebih besar dengan pengarah awal tidakberlubang. Karakteristik perpindahan panas yqng terjadi seperti Grashof number, Rayleigh number, Nusselt number, dan koffisien perpindahan panas yang terjadi di dalom peralatan pengering dipengaruhi oleh ketinggian karakteristik, lebar kqrakteristik, dan geometri saluran (sudut saluran).
Kata Kunci : Pengering, Grashof Number, Rayleigh Number, Perpindahan Panas
PENDAI{ULUAN
Penggunaan lemari pengering untuk pengeringan jrgu masih mempunyai kelemahan, yaitu temperatur pengering di dalam lemari pengering sering tidak seragam atau tidak sama di setiap rak yang terdapat dalam lemari pengering, dimana temperatur udara panas pada rak-rak pengering yang bejauhan dengan sumber panas atau pada rakrak makin ke atas semakin menurun. Jika ketidaksamaan temperatur fuida pengering
pada setiap rak dalam lemari pengering tersebut tidak teratasi, maka hasil pengering akan menurun kualitasnya yang diakibatkan oleh tidak meratanya suhu pengering yang diterima setiap produk yang dikeringkan. Masalah ini diyakini dapat diatasi dengan menahan laju gas panas keluar dari ruang pengering dengan membuat sudut cerobong gas panas keluar yang sesuai. Pengkajian lebih
lanjut dilakukan terhadap karakteristik perpindahan panas fluida pengengering pada peralatan pengering untuk mendapatkan sistim 532
dan peralatan pengering yang optimal dengan
panas, ruang pengeringan/pengasapan, dan
menggunakan energi bahan bakar temperatur yang lebih merata pada setiap rak
cerobong.
dan
di dalam lemari pengering.
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan berapa sudut cerobong gas panas keluar peralatan pengering yang tepat sehingga didapat keseragaman temperatur di setiap rak
yang terdapat dalam lemari
pengering.
Disamping itu juga untuk melihat pengaruh pengarah awal terhadap distribusi temperatur
di dalam saluran
peralatan pengering. Pengujiannya dilakukan dengan membuat
suatu sistem peralatan pengering/pengasapan dengan sistem aliran gas panas alamiah, yang terdiri atas empat bagian utama yaitu ruang
pembakaran, pengarah awal 2 buah tidak berlubang dan berlubang dibuat berbenluk V dengan sudut 30o, saluran aliran udara panas, ruang pengeringarlpengasapan dengan 7 buah rak pengeringan, dan cerobong 3 buah dengan oC. oC, oC, dan 35 25 sudut masing-masing 15
Untuk menganalisa sistem tersebut digunakan teori perpindahan panas konveksi alamiah. Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui karakteristik perpindahan panas dan pola aliran
pada Ruang Sistem fluida Pengering/Pengasapan hasil pertanian dan perikanan dengan Energi Panas dari Bahan Bakar. Dengan diketahuinya karakteristik perpindahan panas dan pola aliran fluida akan diperoleh peralatan yang optimum.
-
Ruang Pembakaran Ruangan pembakaran (dapur) bagian atas berukuran 100 x 100 cm2, bagian bawah
berukuran 150
x
150 cmt dan tinggi
totalnya 75 cm. Pada bagian bawah dibuat lubang laluan udara pembakaran berukuran 150 x 150 x l0 cm'. Seluruh bagian atas
ditutup dengan pelat seng 2 mm dengan tujuan untuk mempertahankan panas didalam sekaligus menghindari terjadinya kecelakaan seperti kebakaran. Ruang pembakaran dibuat dengan ukuran yang lebih besar dari ruang pengasapan ini bertujuan agar proses pembakaran dapat berlangsung dalam ruang yang cukup' oksigon. Pada bagian depan, belakang, kiri dan kanan ruang pembakaran dibuat pintu
yang dapat dibuka tutop, pintu ini berfungsi untuk memasukkan bahan bakar
dan untuk mensuplai udara sebanyakbanyaknya jika sewaktu-waktu temperatur didalam ruang pengasapan terlalu tinggi. Pada keempat sisi pintu diberi sekat karet unfuk mencegah kebocoran panas dari ruang pembakaran.
METODOLOGI PENELTTIAN 1. Metode Pengujian di lakukan dengan tanpa bahan uji untuk masing-masing variasi sudut cerobong yaitu 15o, 25o,35o. Pengujian dengan variasi sudut tersebut dilakukan dua perlakuan dengan menggunakan pengarah awal tanpa berlubang dan dengan menggunakan pengarah awal berlubang. Pengambilan data meliputi data distribusi temperatur dan penurunan berat bahan uji pada pengujian sampel.
2
Rancansan Peralatan Penguiian Peralatan untuk pengujian dirancang seperti diperlihatkan pada gambar 1. Konstruksi
Peralatan ini dibuat dengan dua mateial utama yaitu kayu dan pelat seng. Alat ini terdiri atas lima bagian utama yaitu ruang pembakaran, pengarah awal, saluran udara 533
Gambar
l.
Desain Peralatan Pengasapan
dimensi 100 x 100 x 100 cm dan terbuat dari pelat 2 mm. Pada sisi kanan dan kiri bagian luarnya dilapisi dengan papan yang memiliki ketebalan 2 cm, yang bertujuan untuk mengisolasi perpindahan panas keluar dari lemari pengering. Sedangkan pada sisi depan dan belakang dipasang kaca yang mempunyai ketebalan 5 mm supaya cahaya dari luar dapat masuk sehingga proses pengeringan/pengasapan dapat diamati dengan jelas. Sedangkan Rak disini berfungsi untuk tempat dudukan bahan yang akan dikeringkanidiasapkan, rak ini dibagi dua bagian, dimana tiap bagiannya terdapat 7 rak yang masingmasing berukuran 92 x 40 x 3 cm dengan jarak l0 cm tiap rak, yang terbuat dari kawat jaring.
Keterangan:
1. 2. 3. 4. 5.
-
RuangBakar Pengarah Awal
Saluran Aliran Gas Panas
dan
Pengarah Kecepatan
Ruang PengeringlPengasapan dan Rak Cerobong
Pengarah awal Pengarah awal dibuat berbentuk V dengan
sudut 30o, berfungsi untuk meningkatkan
keseragaman distribusi panas
dan
kecepatan alirannya, membuat aliran udara
panas menjadi turbulen,
serta
mengarahkan aliran udara panas dari ruang pembakaran sebelum masuk ke dalam ruang pengering/pengasapan. Bagian ini di letakan di atas ruang pembakaran, dibuat
2 mm, dan dalam dua bentuk. Bentuk pertama tanpa dilubangi dan bentuk yang kedua dilubangi dengan diameter 2 cm dan berjarak 4 cm antara tiap lubang. dari pelat seng
- Saluran Aliran Udara Panas
-
cerobong, berfungsi sebagai
awal sama dengan dimensi ruang pengering/pengasapan 100 x 100 cm dan
dan
Saluran aliran udara panas ini berfungsi sebagai penyeragam temperatur yang terdiri dari saluran udara panas dan pengarah aliran udara panas ke lemari.
pada bagian atasnya terdapat lubang yang diperkecil dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm. Bila sudut cerobong dibuat sedemikian
Saluran udara panas terletak pada bagian
diperkecil, maka panas didalam lemari pengering tidak terlalu cepat keluar dan
rupa dan dimensi bagian
samping dan tengah lemari. Saluran udara
panas berukuran 5 x 95 x 95 cm yang berfungsi untuk mengalirkan udara panas kedalam lemari pengasapan. Di bagian dalam dinding saluran udara dibuat lubang berukuran 2 x 95 cm yang berfungsi sebagai lubang pendistribusian udara panas
masuk
ke dalam lemari
atasnya
aliran udara didalam lemari dapat mengalir dengan baik. Dalam pembuatan peralatan cerobong ini meliputi 2 bagian yaitu: pembuatan dinding miring dari cerobong dengan variasi sudut l5o,25o dan 35o dan pembuatan saluran pembuangan gas panas.
pengering/
pengasapan. Pada bagian atas lubang masuk udara dipasang Pengarah kecepatan berbentuk spin berukuran 5 x 95 cm yang terbuat dari pelat seng 2 mm berfiungsi untuk mengarahkan dan menyeragamkan kecepatan aliran udara panas yang masuk
dari ruang pembakaran sehingga didapat temperatur yang seragam ditiap rak. Jumlah pengarah disetiap saluran udara pemanas adalah I buah yang jarak pemasangan l0 cm disepanjang saluran.
-
lubang
keluaran campuran udara panas dan uap hasil pengeringan yang memiliki dimensi
Pengarah kecepatan
'
Cerobong Pada bagian atas ruang pengering terdapat
3
Variabel Yane Diamati Variabel yang akan diamati adalah sebagai berikut:
1. 2. J.
4.
Temperatur pada saluran pengarah Temperatur pada rak penering pada bagian tepi dan tengah Temperafur Iuar dinding pengarah, ruang pengering dan cerobong Temperatur proses pengeringan pisang dan penurun berat pisang.
Ruang Pengering/Pengasapan dan Rak
Ruang
Pengering/Pengasapan adalah
tempat untuk mengeringkan/mengasapkan
pisang yang akan disale, yang memiliki 534
I
PEMBAHASAII Dari hasil pengujian dan pengukuran distribusi temperatur gas panas panas di dalam saluran aliran pada peralatan pengeringan telalt diperoleh. Pengukuran temperatur ini dilakukan di beberapa bagian tertentu yang
diangap mempegaruhi prestasi peralatan pengeringan selama waktu 2-3 jam dengan selang waktu pengukuran 15 menit. Titik pengukuran tersebut dapat dilihat gambar 2 di bawah ini. Pada penulisan ini distribusi temperatur pada daerah yang akan di kaji merupakan daerah saling mempengaruhi antar daerah tesebut
seperti pada
yaitu; 1. Distribusi temperatur pada saluran
2.
pengarah Gamtrar
(3) inenjelaskan pengaruh
pengarah
awal tidak berlubang terhadap pola distribusi temperatur pada saluran pengarah dan gambar (4). menjelaskan pengaruh pengarah awal berlubang terhadap pola distribusi temperatur pada saluran pengarah.
Dengan pengarah awal tidak
berlubang
distribusi temperatur di saluran pengarah tidak teratur. Ketidak teraturan distribusi temperature ini terjadi dikarenakan pola aliran gas panas didalam saluran yang kecepatan dan
temperature selalu berubah disetiap titik
pengarah
pengukuran. Karena seluruh massa gas panas
Distribusi temperatur pada ruang
hasil pembakaran bahan bakar menuju ke ruang pengering melalui saluran pengarah yang berakibatkan turbulensi aliran yang tinggi. Turbulensi aliran yang tinggi ini selain disebabkan kecepatan aliran tinggi di dalam saluran juga oleh gangguan aliran oleh sudu
pengering
3.
Pengaruh Pengarah Awal Terhadap Distribusi Temperatur pada Saluran
Distribuisi temperatur pada corobong.
Pengaruh Pengarah Awal Terhadap Distribusi Temneratur Pengaruh pengarah awal yang berlubang dan
pengarah alirah ke ruang pengering.
tidak berlubang Sdalah sangatlah nyata terutama pada saluran pemanas dan ruang pengering.
1
2 3 4 5 6 1
,2
3 4 5 €;
7
-ul--:l-{ *-z -z * 5-b -3--r-:e-'6 1 .b --z --z -1.
l-r------------.,* -( .y
1
2 3 4 5 6
Gambar 2. Titik Pengukuran temperatur pada peralatan pengering.
535
2
Disbibusi Temperatrr Pada Saluran Pengarah dengan Cercbong 15, Pengarah Awal tidak berlubang d.n Temper.trr rebtcnsi 85 C
Pengaruh Pengarah Awal Terhadap Distribusi Temperaiur pada Ruang
Pengering Pengaruh pengarah awal terhadap distribusi
+Titikl e lltik 4 Tiik 6
Gambar 3. Distribusi temperatur pada saluran pengarah dengan cerobong bersudut atap 15o dan pengarah awal tidak berlubang. Dbbibusi Temperatur Pada Saluran Pengarah dedgen Cerobong 15, Pengarah Awal bedubang dan Temperafur nbrcnsi 85 G
temperatur pada ruang pengering tergantung lewat mana aliran gas panas di lewati. Jika dengan pengarah awal tidak berlubang, aliran gas panas hanya masuk ke ruang pengering dari saluran pengarah pemanas sehingga mempengruhi pola aliran dan distribusi temperatur di ruang pengering. Hal ini juga terjadi pada pengarah awal belubang, dengan pengarah awal berlubang saluran masuk gas panas ada 2 jalur yaitu secara vertikal keatas dari lubang-lubang di pengarah awal dan lainnya adalah lewat lubang pengarah samping dari saluran pemanas, dengan demikian pengaruh terhadap pola aliran dan distribusi temperatur di dalam ruang pengaring. Pengaruh pengarah awal terhadap {istribusi
temperatur di ruang pengering pada posisi titik pengukuran 5 cm dari dinding saluran pemanas
l5o ditunjukkan oleh gambar (5) dan (6). Gambar (5), menjelaskan pola distribusi temperature di
dengan sudut atap cerobong
ruang pengering dengan pengarah awal tidak berlubang dan gambar (6) menjelaskan pola
Gambar 4. Pengaruh pengarah awal berlubang terhadap distribusi temperatur pada saluran pengarah dengan cerobong bersudut atap 15".
distribusi temperature
Sedangkan dengan pengarah awal belubang aliran di saluran pemanas lebih laminar
tenperatur antata rak I sampai rak 6 depgan pengarah awal tidak berlubang dicapai setelah
sehingga distribusi temperature
sangat
teraturdan hampir mendekati seragam pada semua titik, hal ini dapat terjadi karena sebahagian besar massa gas panas hasil pembakaran bahan bakar naik menuju ke pengering melewati lubang-lubang pengarah awal yang dipengaruhi oleh gaya apung.
Sehingga massa aliran melalui saluran pemanas sudah sedikit dan menyebabkan aliran menjadi laminar. Karena massa gas panas yans mengalir melalui saluran pengarah kecil dari pada peralatan dengan pengarah
awal tidak berlubang dan panas yang di bawa oleh gas panas juga sedikit maka gradient temperature antara titik I dan titik 6 juga tidak begitu besar di bandingkan dengan yang terjadi
pada saluran dengan pengarah awal tidak berlubang.
di ruang pengering dengan pengarah awal berlubang. Dari gambar (5) dapat kita lihat pemanasan
bahwa
keseragaman
90 menit, yang
mana
pemanasan gradient temperafure antara dan rak 6 mencapai 6-7' C.
pada
rak
I
DlstrlbuC T.mpcEtrr Prda REng Pangcrin t3pi (5 m drri Saluran Pengarah) Cerobong 15 d.ngan Pcng.rah Aw.l Tidrk b.rlubrng dtn Tompcratur
reteFrg
o
EZe
,!u
+R.kl
?" :--t-**1-----:
l-?;.-. E? fi, -;
ri
85 C
.
-
i5 30 45 60 75 g0 i05 i20
135 150
Rak4
i65 tgo
Waklu pcngukur.n (m.nitl
Gambar 5 Distribusi temperatur di ruang pengering pada posisi 5 cm dari dinding saluran pemanas dengan sudut cerobong l5o dan pengarah awal tidak berlubang.
536
Oisfribusi Temperatur
Temperatur reterensi 85 aO @aF
[F
15
6 1
20
+Rak1 - a Rak4 Rak I
s9+.ep"a
5
I !
s.
l
' '- ' ; ' '
--
1@
C
@
^-+---<*-------
40
o
Dblribusi TcmpanturPadr Ccrgbong'15 dcngan P.ngaEh Awal lidek bcrlEb.nE den TampcEturrrtucnsi E6 6
Pad. Rueng Pengoring
iepi (5 cm dari Saluran Pengarah) Gerobong dengan Pongar.h Awal berlqbang dan
I
;
I
I
I--
I
--
r ttk4 rrk 6
40 1o 2o
10. o,-
+ I r : - I 15 S 45 & 75 S 16 w.h
120 135
1$
i i
I
r165 1&
Paryukuran (heniQ
w.ktu p.ngukqr.n (m.nit)
Gambar 6. Pengaruh pengarah awal berlubang terhadap distribusi temperatur di ruang pengering pada posisi 5 cm dari dinding saluran pemanas dengan sudut cerobong l5o.
Garrtbar 7. Distribusi iemperaiure di oerobong dengan sudut l5o dan pengarah awal tidak berlubang. Oktribusi Temporatur Pada Corobong lS dengan Ponganh Awal bsrlubang d.n TrmpoEtjr
Sedanglran keseragaman temperatur dengan pengarah awal berlubang dapat dicapai setelah
pemanasan
50 menit, seperti terlihat
pada
gambar (6). Gradient temperature antara rak I dan rak 6 pada pemanasan awal sama dengan gadien pada pengarah awal tidak berlubang. Keseragaman temperatur ini yang diinginkan
1@-
-
l
i 9 i r-'*++**-3-*
[€: EE *FE l izo ' o'r.'; ; ;-r; * ,;,,or;lr;:;ir;
{
rrik1
rtik6 r
f
untuk proses pengeringan dan hal ini merupakan pengaruh sudut atap cerobong
pembuangan
gas buang.
temperatur antar rak
Keseragaman
di ruang pengeringan ini
merupakan hal yang di tuju pada kakian ini.
3
Pengaruh Pengarah Awal Terhadap Distribusi Temperatur pada Cerobong Pola aliran pada cerobong asap j,rga
dipengaruhi oleh bentuk pengarah awal yang berlubang atau tidak berlubang. Disaibusi temperatur pada cerobong pembuangan gas
panas dari pengering dengan sudut atap cerobong 15" dijelaskan pada gambar (7) dan gambar (8). Gambar (7) memperlihatkan pola distribusi temperatur pada cerobong dengan pengarah awal tidak berlubang dan gambar (8) menjelaskan pola distribusi temperature untuk pengering dengan pengarah awal berlubang. Dari gambar (7\ nampak bahwa gradien temperatur antara titik 1 sampai titik 6 dengan pengarah awal tidak berlubang mencapai capai 15-21'C.
Gambar 8. Pengaruh pengarah awal berlubang terhadap distribusi temperature di cerobong dengan sudut l50.
Gambar (8)
menunjukkan distribusi temperature pada cerobong dengan pengarah awal berlubang yang mana distribusi temperature agak teratur dengan temperatur
titik I
dan
temperature
4 agak sama, sedang dengan di titik 6 jauh di bawah
temperature titik di titik 1 dan 4. Gradient temperature antare titik 1 dan titik 6 mencapai l2-15 0C.
Pensaruh Sudut Cerobong Terhadap Distribusi Temoeratur Hasil pengukuran temperatur di setiap saluran yang saling mempengaruhi terhadap cerobong bersudut 15o,25o dan 25o, menunjukkan bahwa
sudut atap cerobong gas buang
sangat
pola aliran dan distribusi tempentur baik di dalam saluran
menentukan
pengarah/pemanas,
di dalam
ruang pengering
maupun di cerobong gas panas keluar. Disamping mempengaruhi pola aliran gas panas. besarnya sudut atap cerobong ini juga menentukan besarnya gradien temperatur antara titik yang berbeda letaknya secara vertikal di dalam saluran pemanas, di ruang pengering maupun di dalam cerobong gas panas sisa.
537
I
Pengaruh Sudut Cerobong Terhadap Distribusi Temperatur pada Saluran Pengarah/Pemanas
dengan variasi sudut atap cerobong. Gambar (11) menunjukkan distribusi temperatur pada
ruang pengering dengan pengarah awal berlubang di posisi pengukuran 5 cm dari dinding pemairas dengan variasi sudut atap cerobong.
T.BFrdur p.dr TRlk adl &lurin hng.t.h dcngrn hng.r.h Aw.l brbbng d.n T.mFrnut
Strlbst
r.L.cnsi
I J
F
l6 tI E
1oo-
I :;
il ;:+: l*::* 40
85 C
'j'.'.
+G.obry15 ' a erobns
t)ltribusi T.mpcrrtur p.d. Ak 4 dl tu.ne tun9..i^A Tapl (6 cm derl $turan EnC.rrh) d.ngrn turg.rrh awll tld.k b.alvbtng c.n Tespcrtur rgtsiensi 86 c, 25
gg-uryls,
m
I I
n
o
&o
16f,p_.f".9"f kklu p.neulura. (m.ni|
I
2s
Grobono
$
II !
Gambar 9. Pengaruh sudut cerobong terhadap distribusi temperatur pada saluran pengarah (pemanas) dengan pengarah awal berlubang.
Dengan pengarah awal tidak berlubang distribusi temperatur di dalam saluran pengaraVpemanas pada sudut atap 15o agak teratur dan pola aliran laminar. Akan tetapi berbeda dengan sudut atap 25o dan 35o dimana distribusi temperatur tidak teratur dan pola aliranpun agak turbulensi. Sedangkan dengan pengarah awal berlubang distribusi temperafur di dalam saluran pengaraVpemanas pada sudut atap l5o, 25o dan 35o agak teratur dan pola aliran laminar.
15
Sktu tungukur.n (mrnft)
Gambar l0 Pengaruh sudut cerobong terhadap distribusi temperature pada ruang pengering di posisi 5 cm dari dinding saluran pengarah dan dan pengarah awal tidak berlubang.
1m
r9
m-
tl t!
6r+
Fr
a-
4i o
'
-+
)
-:-
"ep+"fe^€ kkto
2,
+erobory * erobonS
Flngutuan (fr!nfrl
Pengaruh Sudut Cerobong Terhadap
Distribusi Temperatur pada Ruang Pengering
Sudut atap cerobong gas buang
sangat
menentukan pola aliran dan distribusi temperatur di dalam ruang pengering. Disamping mempengaruhi pola aliran gas panas, besarnya sudut atap cerobong ini juga rnenentukan besarnya gradien temperatur antara tjtik yang berbeda letaknya secara vertikal di ruang pengering.
Pensaruh Sudut Cerobons Terhadap
distribusi temperatur pada Ersisi pengukuran 5 cm dari dinding pemanas Gambar ( l0) menunjukkan distribusi temperatur pada ruang pengering de-ngan pengarah awal tidak berlubang di posisi pengukuran 5 cm dari dinding pemanas
Gambar I I Pengaruh sudut cerobong dan pengarah awal tidak berlubang terhadap distribusi temperature pada ruang pengering di posisi 5 cm dari dinding saluran pengarah. Dengan pengarah awal tidak berlubang seperti
ditunjukkan gambar (10), bahwa pada awal pemanasan distribusi temperatur agak berbeda diantara besaran sudut atap, akan tetapi setelah pemanasan mencapai 100 menit distribusi temperatur pada ketiga variasi besaran sudut cenderung menuju sama.
Kecenderungan kesamaan distribusi temperatur ini setelah sekian lama pemanasan karena pemanasan ini telah mencapai keadaan stedi. Dengan demikian
sebelum keadaan stedi pengaruh besaran sudut
atap cerobong
mempengaruhi distribusi titik ukur
temperature diruang pengering pada 5 cm dari dinding pemanas.
s38
Sedangkan dengan pengarah awal berlubang seperti ditunjukkan gambar (il), bahwa pada awal pemanasan distribusi temperatur agak
Dengan pengarah awal berlubang pada awal pemanasan gradien temperature di ketiga tipe cerobong hampir sama dengan yang terjadi
berbeda diantara besaran sudut
pada pengarah awal tidak berlubang dan sampai akhir pemanasan masih terjadinya
atap,
akan
ietapi setelah pemanasan mencapai 55 menit
distribusi temperatur pada ketiga variasi besaran sudut cenderung menuju sama. Dengan demikian sebelum keadaan stedi pengaruh besaran sudut atap cerobong dan pengarah awal berlubang juga mempengaruhi distribusi temperature diruang pengering pada titik ukur 5 cm dari dinding pemanas.
gradien temperatur antara cerobong 15o dan cerobong 25o dan 35o, ini menunjukkan disamping sudut cerobong, pengarah awal berlubang juga mempengaruhi distribusi tempertur di ruang pengering.
qstrtDugl Tcmrrnur pS. gX a Ot tu$e hntcrlne Tong.h (26 cm da.i Slur.n Fene.r.h) dcngan P€ngarah
Aw.l brlub.ng din Yamp.rdur r.f.rcn3l S
Pensaruh Sudut Cerobons Terhadap
distribusi temperatur pada
posisi
pengukuran 25 cm dari dinding pemanas
Gambar
(12)
memperlihatkan distribusi
temperatur pada rak 4 yangjarak ukur 25 cm dari dinding saluran pemanas untuk ketiga sudut cerobong. Gradien temperature di ketiga
tipe cerobong lebih kecil dari posisi pengukuran 5 cm dari dinding saluran pemanas,
ini terjadi karena gerakan gas panas
di posisi ini lebih stabil akibat posisi
pengukuran jauh dari lubang masuk pada dinding saluran pemanas dan keseragaman temperatur dari ketiga cerobong juga lebih cepat yaitu 75 menit dari awal pemanasan. Sedangkan Gambar (13) menunjukkan distribusi temperafirr pada ruang pengering dengan pengarah awal berlubang di posisi pengukuran 25 cm dari dinding pemanas dengan variasi sudut atap cerobong. u.t.ltr.r t.-p"r.tur prde hk 4 qt tu.rt RngGrtng T.ngth (25 am dri &luHr hngrr.h) d.n9.n P.hgrr.h aw.l tld.k b. rlubrng d.n t. n pr rdur r.br.nsl A6 C. too 6-
iT
it
il
ao.-..-7f ao .T :: zo:
-&.obons !5
* e'obone
E
e
-=.-
*j-'-:--+t-i+-i'
ff
€
i
C
+Grcbry15 r tu&ng
2s
_&ry!9nq1s
m o
t)
9p"e€^€ Ulktu p.trgskurl8 (h.ril)
Gambar 13. Pengaruh sudut cerobong dan pengarah awal tidak berlubang terhadap distribusi temperature pada ruang pengering di posisi 25 cm dari dinding saluran pengarah.
Pensaruh Sudut Cerobons Terhadap Distribusi Temperatur pada Cerobong ( 14) menunjukkan distribusi temperature pada ketiga tipe sudut atap
Gambar
dititik 4 dengan pengarah awal tidak berlubang. Sedangkan gambar (15) cerobong
menunjukkan distribusi temperature pada ketiga tipe sudut atap cerobong di titik 4 dengan pengarah awal berlubang. Dari kedua gambar tersebut dapat kita lihat bahwa jenis aliran gas panas kurang laminar sehingga distribusi temperatur di ketiga jenis carobong ini kurang teratur.
25
; i i-"e-J"" W.ktu p.ngukur.n
I
r lo I I
lm
p.d. titik a di C.'obo^a d.^c.n O.r.ibuti T.rp.r.tur P.na.r.h Awrl tid.k b.rlub.ne d.n t mP.r.t{. ..1...n.1 S C.
{m.nlt)
+Grobo^C e Grobong erobong
Gambar 12. Pengaruh sudut cerobong terhadap distribusi temperature pada ruang pengering di posisi 25 cm dari dinding saluran pengarah dan dan pengarah awal tidak berlubang.
15 25 39
Gambar 14. Distribusi temperatur di titik 4 pada cerobong dengan pengarah awal tidak berlubang.
539
I
T.np.itur H.krrE hnqorh bngJr {26d dri gCurs F.nesdr) C..obong t5 derEm F.ngd.h Awd Tidak b.ilub{.9 ds T.np.raur .cfGr.nsi 85C
Dltribu.i T.iltsr.ts! tsd. n(k 4 dl arob663 d.rFn hng.r.h Aw.l bdub.ng drn T.mP..*ur r.t r.nsl S c.
Dbtlbusi
I i
_ a^^
100
Lo
il "; ---'-:'--
t
59; oo
n
t I
T
Er
"6p(,ep"e hktu p.rguku..n
'
€.
Rak6
15 30 € m 75 90 (m.nn)
106 120 135 150 165
180
W.ktu p.nguksrs (m.nfl)
Gambar 15. Distribusi temperatur di titik 4 pada cerobong dengan pengarah awal berlubang.
Penentuan Sudut Cerobong nada Sistem Peralatan Pensering Yans Dirancans Penenfuan sudut cerobong pada sistem peralatan pengering yang dirancang ini dapat
kita tentukan dengan melihat distribusi temperatur ukur yang paling seragam atau terdistribusi merata di setiap rak yang terjadi di ruang pengering pada ketiga
cerobong tersebut. Distribusi temperatur pada nloing pengering di ukur pada 2 posisi di setiap rak untuk kedua jenis pengarah, yaitu pada posisi titik 5 cm dari dinding dalam saluran pemanas dan posisi lain adalah pada titik berjarak 25 cm
dari dinding luar saluran pemanas.
Berdasarkan distribusi temperature ukur yang terjadi di dalam ruang pengering untuk ketiga sudut cerobong, maka didapat hasil bahwa peralatan pengering dengan cerobong bersudut 15" dapat menghasikan distribusi temperatur yang teratur, gradient temperature yang terjadi kecil di awal pemanasan dan setelah kestabilan tercapai distribusi temperature menjadi seragam di setiap rak dalam ruang pengering.
Distribusi temperatur ukur di ruang pengering pada posisi titik 25 cm dari dinding luar saluran pemanas dengan sudut atap cerobong l5o dijelaskan pada gambar (16) dan gambar (17). Gambar (16) untuk pengering dengan pengarah awal tidak berlobang dan gambar (17) menjelaskan pola distribusi temperature
untuk pengering dengan pengarah aw'al berlubang. Dari gambar (16) menjelaskan bahwa keseragaman tenperatur antata rak sampai rak 6 dengan pengarah awal tidak 1
berlubang dicapai setelah pemanasan 90 menit, yang mana pada pemanasan awal gradient temperature antara rak 1 dan rak 6 mencapai 30C. 4
Gambar l6 Distribusi temperatur di ruang pengering pada posisi 25 cm dari dinding luar saluran pemanas dengan cerobong sudut 15o dan pengarah tidak awal berlubang. T.mFr.t6 Paa RsE P.@dhbryh BHki cm Afr guen turq.r.h) Qr&E l5 &qn r.ibf.cl hrEarah Aw.l ard&E &n Tlmtsrau
o
!l
(25 85
100
ao .. -! 60 -1o 20
o
\bp.(o^e^&e kktu
Fheuku..h
(m.^it)
Gambar 17 Distribusi temperatur di ruang pengering pada posisi 25 cm dari dinding luar saluran pemanas dengan cerobong sudut l5o dan pengarah awal berlubang. Sedangkan keseragaman temperatur dengan pengarah awal berlubang seperti ditunjukkan gambar (17) dapat dicapai setelah pemanasan 40 menit. Gradient temperatur allitara rak 1 dan rak 6 pada pemanasan awal sekitar l-z."C.
Analisa Karakteristik Peroindahan Panas Mengalirnya gas asap hasil pepbakaran melalui bagian-bagian sistem pem4nas pada peralatan pengering/pengasapan ini, menyebabkan terjadinya karakteristik perpindahan panas. Gas panas mengalir akibat adanya gaya apung,yangterjadi akibat adanya
perbedaan densitas
fluida gas
asap.
Berdasarkan temperatur yang telah didapatkan
pada titik-titk pengukuran, maka' dengan menggunakan rutnus-rumus yang telah dibahas pada bab 2, dihitung karakteristik perpindahan panas local yang tejadi pada peralatan pengering/pengasapan bersudut atap cerobong l5o dan temperatur referensi 85" disepanjang ketingian karakteristik bahagian-bahagian tersebut (atau dalam arah y), hasilnya
ditabelkan dan dibuat dalam bentuk grafik, selanjutnya grafik hasil dikaji daerah yang saling mempengaruhi antar daerah tersebut.
540
I
Karakteristik Perpindahan Panas pada
Saluran pengarah Gambar (18) rnenunjukkan Distribusi Grashof number dan Rayleigh number disepanjang ketinggian saluran pengarah. Dari grafik gambar (18), dapat dilihat bahwa angka Grashof naik mendekati berbanding lurus tiengan naiknya ketinggian saluran pengarah. Ketidak linearan ini dipengaruhi oleh gradien temperatur yang berbeda di ketinggian saluran 0,54 m. Dari grafik gambar (18), juga dapat dilihat bahwa aliran yang terjadi disepanjang ketinggian saluran pengarah adalah dimulai dengan aliran transisi di dasar saluran dan berubah kealiran turbulen. naiknya ketinggian saluran pengarah atau naiknya angka Grashof akan menaikkan angka Rayleigh (Rayleigh number). Angka Rayleigh yang merupakan fungsi Grl dan Pr naik mendekati berbanding lurus dengan meningkatnya tinggi saluran pengarah.
Gambar (19) menunjukkan Distribusi Nusselt
number dan koefiisien perpindahan panas disepanjang ketinggian saluran pengarah. Dari grafik gambar (19), dapat dilihat bahwa naiknya ketinggian ruang dapur meningkatnya kenaikan angla Nusselt (Nusselt number).
Angka Nusselt yang merupakan indikator besarnya laju perpindahan panas konveksi bebas. naik dengan naiknya ketinggian karakteristik saluran pengarah.
Di3tibusi Nusolt numbor dan koeltrsbn pgrpln.lahan panes dbop.Rj.ng koungghn saluran pongaEh
E€g rre
e---.-- -: iU s ; -
!:t-i o 2E'
o34
os4
ou
llnggi k ralorislik sluEn p.ngrnh (m)
c
Nuse,itumLs
: K€Ts:1'
pspindahan pans
Gambar l9 Distribusi Nusselt number dan koeffi sien perpindahan panas disepajang ketinggian saluran pengarah.
Dari grafik gambar (19), juga dapat dilihat bahwa meningkatnya ketinggian saluran pengarah akan terjadi penurunan besarnya angka koeffisien perpindahan panas konveksi
disepanjang ketinggian saluran pengarah. Koeffisien perpindahan panas konveksi yang
merupakan indikator besarnya
laju perpindahan panas konveksi bebas menurun secara linear yang menyebabkan perpindahan panas yang terjadi juga menurun.
2
Karakteristik Perpindahan Panas pada Ruang Pengering
-
Analisa Perpindahan Panas pada Ruang' Pengering bagian tepi Gambar (20) menunjukkan Distribusi Grashof dan Rayteigh number disepanjang ketinggian ruang pengering. Dari srafik gambar (20),
dapat dilihat bahwa ketinggian
DisUibui Gndrof number alan Rryloigh numbor dis.penjane kctinggian S.lunn Pongarah
+ e..
GEshof numbs
Tinggi 8rlur.n ptngrah {m}
Gambar l8 Distribusi Grashof numU"r Oun Rayleigh number disepajang ketinggian saluran pengarah.
I
Rayleigh number:
ruang
pengering sangat berpengaruh pada besarnya angka Grashof (Grashoff number) dan angka Rayleigh (Rayleigh number). Angka Grashoff yang merupakan indikator jenis aliran yang terjadi pada perpindahan panas konveksi
bebas, naik mendekati garis linear dengan meningkatnya ketinggian ruang pengering. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi temperatur di setiap rak ruang pengering mendekati seragam. Ketidak linearan terjadi akibat gradien temperatur sebesar 3 oC antara rak paling atas (rak 1) dan rak paling bawah (rak 6) yang dipengaruhi oleh pembalikan gas panas oleh atap cerobong pada rak 1 dan oleh transper panas pada pengarah awal. Kondsi ideal yang diinginkan adalah distribusi temperatur yang seragam sepanjang ketinggian ruang pengering atau di setiap rak pengering.
Pada kasus di atas, dapat
dikatakan
penyeragam temperatur hampir berfungsi optimal walaupun ada sedikit ketidak linearan demikian juga dengan fungsi sudut cerobong. 541
,
Dari grafik tersebut dapat dilihat juga bahwa garis angka Grashof (Grashoff number) dalam arah x atau yang terjadi pada tepi (0,05 m) dan tengah numg pengering (0,2 m) hampir dapat dikatakan mendekati sama, walaupun ada sedikit ketidak samaan yang dipengaruhi oC pada oleh perbedaan temperatur sebesar I rak pengering bawah (rak 6) dan rak paling atas (rak l).
Dari grafik gambar (21), juga dapat dilihat bahwa meningkatnya ketinggian ruang pengering akan terjadi penurunan besarnya angka koeflisien perpindahan panas konveksi
disepanjang ketinggian saiuran pengering. Koeffisien perpindahan panas konveksi yang
merupakan indikator besarnya
laju perpindahan panas konveksi bebas menurun secara linear yang menyebabkan perpindahan
panas yang terjadi juga menurun. Oiat-ibqst Gr.shof Can R.!i.igh nsitfur drs.p.nr.ng k.ahgglrn ru.ry pE.ddg d3tdburl p-+lnd.h.h
!!
I
,/ 1
/,
5CCOOOOOO
./:
t
N
i
i r
I
Nus3-tl p.h.. ru..C
t::::::
b6s'an Fn9€h Ray6ish n!ftb€r basi€n top, Ra9€,sh nu6bs. baqi.n t€no6h
bahwa dalam ruang pengering jenis aliran yang terjadi adalah aliran turbulen. Angka Rayleigh (Rayleigh number) yang merupakan fungsi Grl
dan Pr, naik mendekati garis linear dengan semakin meningkatnya tinggi ruang pengering. Dari grafik tersebut dapat dilihat juga bahwa garis angka Rayleigh (Rayleigh number) dalam arah
m) dan
x
-,
.
:.
rn
c Nu3seilnuFF ba€ran rFnseh
l
a4 0000
p€erndah6n p.nss
ry
Gambar 20 Distribusi Grashof dan Rayleigh number disepaj ang ketinggian ruang pengering.
I
-1 ia-
I7
ko.fl3lch k.tlneel.n
me,""
ioooom
o55
Dari grafik gambar (20), juga dapat dilihat
nutu.r drn dl$p.nl.ne F-ng..lng
kar.brEdk rs4 F.Efrl(m)
baoi€n lepi
9.Dhdahan bnsah
Gambar 2l Distribusi Nusselt number dan koeffi sien perpindahan panas disepaj ang ketinggian ruang pengering.
3
Karakteristik Perpindahan Panas pada
cerobong Gambar (22) menuniukkan distribusi Grashof
number dan koeffisien perpindahan
panas
disepanjang ketinggian cerobong. Okiribusi Gnshofaan nayf6n numOor dbepenjang ketinggian cercbong
atau yang terjadi pada tepi (0,05
I
tengah ruang pengering (0,2 m)
hampir dapat dikatakan mendekati sama. Gambar (21) menunjukkan Distribusi Nusselt
number dan koeflisien perpindahan
panas
f-l
disepanjang ketinggian ruang pengering. Dari
grafik gambar (21), dapat dilihat ketinggian ruang pengering
bahrva sangat
berpengaruh. pada besarnl'a angka Nussetl
(Nusselt
number) Angka
Gambar 22 Distribusi Grashof number dan koeffi sien perpindahan panas disepajang ketinggian cerobong.
Nusselt yang
merupakan indikator besarn-va laju perpindahan panas konreksi bebas. naik berbanding lurus dan mendekati garis linear dengan meningkatnya ketinggian ftrang pengering. Dari grafik tersebut dapat dilihat j.rgu bahwa garis angka Nusselt (Nusselt number) dalam arah x atau yang terjadi pada tepi (0,05 m) dan tengah ruang pengering (0,2 m) hampir dapat dikatakan mendekati sama.
Dari grafik gambar (22), dapat dilihat bahwa ketinggian cerobong sangat berpengaruh pada besarnya angka Grashof (Grashoff number) . Angka Grashoff yang merupakan indikator
jenis aliran yang terjadi pada perpindahan panas konveksi bebas, pada ketinggian cerobong 0,05 - 0,41 m naik secara perlahan, hal ini menunjukkan bahwa ada sebagian udara panas yang balik kembali ke ruang pengering
akibat penguruh sudut atap cerobong yang dibuat. Dari ketinggian 0,41 - 0.51 m angka Grashofnaik perlahan karena dipengaruhi oleh 542
geometri sudut atap cerobong. Sedangkan dari ketigian 0,51 - A,7 m, naik berbanding lurus dengan ketinggian cerobong.
ketinggian tersebut karena semua panas sisa
Dari grafik gambar (22), juga dapat dilihat bahwa dalam ruang cerobong aliran yang terjadi adalah aliran turbulen. Angka Rayleigh (Rayleigh number) yang merupakan fungsi Grl
KESIMPULAN
pengeringan keluar dari cerobong.
1. Distribusi
temperatur pada saluran pemanas dengan pengarah awal berlubang dan tidak berlubang sangat berbeda, ini disebabkan oleh pola aliran
dan Pr, pada ketinggian cerobong 0,05 - 0,41 0,51 m angka Grashof naik secara perlahan. Sedangkan dari ketigian 0,51 - 0,7 m, naik tajam dan berbanding lurus dengan ketinggian cerobong.
Gambar (23) menunjukkan distribusi Nusselt
number dan koeffisien perpindahan
yang terjadi terutama pada sudut atap
cerobong yang l5o. yang mana turbulensinya lebih besar dengan pengarah awal tidak berlubang.
2. Distribusi
disepanjang ketinggian cerobong. Distribssi Nusselt numbor dan koetfisbn
porplnd.han panas disopanjang kgtinggien corcbong 1
50. OOO
-
rm.m
r
i
50.ooo
-
l
6
mencapai 6-7o C. keseragaman temperatur
'i*$ Gambar 23 Distribusi Nusselt number dan koeffi sien perpindahan panas disepajang ketinggian cerobong.
1
perpindahan panas secara perlahan disepanjang
s43
pengarah awal berlubang dapat dicapai setelah pemanasan 50 menit. Gradient temperature antara rak I dan rak 6 pada pemanasan awal sama dengan gradien pada pengarah awal tidak berlubang.
Posisi titik 25 cm dari dinding saluran dengan sudut atap cerobong l5o
temperatur dengan pengarah
berlubang dapat dicapai
awal
setelah
40 menit. Gradient temperafure antara rak I dan rak 6 pada pemansan awal sekitar 1-2.oC. pemanasan
4.
Peralatan pengering dengan cerobong
bersudut l5o dapat menghasikan distribusi temperatur yang teratur,
bahwa pada cerobong bagian bawah atau pada ketinggian cerobong 0,05 - 0,41 m, terjadinya penurunan angka koeffisien perpinda}an panas seeara tajam disepanjang ketinggian tersebut disebabkan sebahagian panas yang menyentuh dinding cerobong bagian bawah balek ke ruang
temperatur di ruang pengering bagian atas merata. Sedangkan pada cerobong bagian atas atau pada ketinggian cerobong 0,41 - 0,71 m, terjadinya kenaikan angka koeffisien
Sedangkan dengan
gradient temperature antara rak I dan ra 6 mencapai 3-4'C. Sedangkan keseragaman
sudut atap cerobong.
pengering sehinga didapatkan distribusi
ruang
keseragaman tenperatur antata rak l sampai rak 6 dengan pengarah awal tidak berlubang dicapai setelah pemanasan 90 menit, yang mana pada pemanasan awal
Dari grafik gambar (23), dapat dilihat bahwa ketinggian ruang cerobong diikuti oleh kenaikan besarnya angka Nussetl (Nusselt number) Angka Nusselt yang merupakan indikator besarnya laju perpindahan panas konveksi bebas, naik dan tidak linear dengan meningkatnya ketinggian cerobong. Hal ini menunjuklian bahwa gradien temperafur di ruang cerobong dipengaruhi oleh geometri
Dari grafik gambar (23), juga dapat dilihat
temperatur dalam
pengering dengan sudut atap cerobong 15o bahwa keseragaman tenperatur pada pada posisi 5cm dari dinding antara rak I sampai rak 6 dengan pengarah awal tidak berlubang dicapai setelah pemanasan 90 menit, yang mana pada awal pemanasan gradient temperature antara rak 1 dan rak
panas
gradient temperature yang terjadi kecil di awal pemanasan dan setelah kestabilan tercapai distribusi temperature mendekati seragam dalam ruang pengering. Karakteristik perpindahan panas y4ng terjadi seperti Grashof number. Rqyleigh r
5.
number, Nusselt number, dan koeffisien perpindahan panas yang terjadi di dalam peralatan pengering dipengaruhi oleh ketinggian karakteristik, lebar
karakteristik,
6.
dan geometri
saluran
(sudut saluran). Prosespengasapan/pengeringanterhadap
pisang uwak (pisang monyet) dengan menggunakan cerobong sudut 15o, pengarah awal tidak berlubang dan
bahan bakar serbuk
gergaji. membutuhkan waktu pemanasanl2 jarn,
dapat menerunkan kadar air pisang sekitar l0 %, disampig rasa pisang sale yang manis, aromanya harum serta wamanya bagus.
DAFTAR PUSTAKA
tll. l2l. t3l.
Bejan, A., Convection Hectt Transfer, John Wiley & Sons, Inc.l994. Frank. P. Incopera & David P. Dewitt, Intrudution to heat Transfer. Hirota, M., Fujita, H., Syuhada, A., Yanagida, M., and Kajita, A., Heat /Mass for Sharp l8}-Degree Turning FIow in Rectangular Channels with Inclinecl Paetition Wall, Proc. Of the 5'h ASME/JSME Joint Thermal Engineering Cocf, San Diego, AJTE99-6453 (in CDROM).1999a.
I4l.
Hirota, M., Fujita, H., Syuhada, A., Araki, S., Yanagida,M., and Tanaka, T., Heat /Mass Transfer Characteristics in Serpentine Flow-Passage with a Sharp
Turn, (InJluence of
Entrance
Configuration), Proc. Compact Heat
Exchangers and Technologt
for
Enhancement Proces Industries, Bonff.
pp.159-166.1999b.
l5l.
Hirota, M., Fujita, H., Syuhada, A., Araki. S.. Yosida, T. and Tanaka, T., Heat /Mass Trans-fer Characteristics in Two-Pass Smooth Channels with a Sharp |S0-Degyee Turn, Int. J. of Heat and Mass Transfeer, vol. 42.pp.3751-
tgl.
Mills, A. F. Heat and lvktss
TransJbr,
Richard D. Irwin, lNC, Chicago. 1 995.
fl0l. Syuhada, A., Solar heater dengan absorber pasir dan kat:at kasa yang dipusang sejajar dengan laluun alirun udara, Fakultas Teknik Unsyiah. I 992a [11]. Syuhada, A., Performance of a Direct Type Solur Copra Dyer, prosiding Seminar Hasil Penelitian SDPF, HEDSDIKTI-JICA, 29 juni-l Juli 1993.1993. [2]. Syuhada, A., Peralatan Penyeragam Temperatur untuk Lemari Pengering Dengan Menggtmakan Bahan Bakor Briket Batu Bara, Lab. Teknik Konversi Energi, Teknik Mesin Unsyiah.2000b. $3]. Syuhada, Saluran Udara Panas untuk Lemari Pengering dengan men ggmakanr Bahan Bakar Gas,Lab. Teknik Konversi Energi, Tekn ik Mesin Unsyiah.2000c. [l4]. Syuhada, Sistem Pengering lkan dengan Menggttnakan Bahan Bakar Gas sebagai Zneigt Pengering, Lab. Teknik K6nversi Energi, Teknik Mesin Unsyiah.2002. Syuhada, A., Heat (Mass) Transfer 5]. [l Characteristics in Rectangular Serpentine Chctnnels with a Sharp Turn, Nagoya University.2000a [16]. Syuhada, Sistem dan Peralatan Pengering Kayu dengan Mengpgtnakan Bahan Bakar Ampas Serbuk Kayu, Lab. Teknik Konversi Energi, Teknik Mesin Unsyiah.200l. [ 7]. Tanda, G. Natural Convection Heat Transfer in Vertical Channels with and without Transverse Square Ribs, Int. Journal of Heat and Mass Transfer, Vol. 10, No. 9, pp. 2173-2185, PergamonElsevier, Oxford, U.K. I 997. [l8]. Winarno, F. G., (1993), Pengantar
Telvtologi Bahan,
PT.
Gramedia,
lakarta.1993.
3770.1998.
t6l. Holman, J.P.
Perpindahan Kalor,
Penerbit Erlangga, J akarta.l 997
t7l.
Kastoer A Raldi, Perpindahan Kalor Konve ks i, Laboratorium Perpindahan Kalor Fakultas Tcknik Universitas Indonesia, Jakarta, 1998. Frank, Prinsip-prinsip Perpindahan Panas, terjemahan Arko Prijono, Penerbit briangga.1991.
t8l. Kteith
544