UPAYA REDUKSI EMISI GAS DI TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK REWULU Woro Rukmi Hatiningrum1, Sri Lestari2 , Ivan Hasovan3, Moh Khotip4 1,2
3,4
STEM “Akamigas”, Jl. Gajah Mada No. 38, Cepu PT. Pertamina (Persero) MOR IV, HSSE, S&D Region IV, Semarang E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Industri minyak dan gas bumi di Indonesia tidak hanya berkewajiban untuk melakukan perhitungan beban emisi gas dan melaporkan hasil pemantauannya tetapi juga berkewajiban untuk mengelola sumber emisi dalam artian mencegah dan mengurangi emisi dari sumbernya. Emisi gas dari terminal BBM berasal dari emisi tangki yang terdiri dari standing storage and breathing losses dan working losses. Disamping itu terdapat emisi fugitive yang berasal dari pengoperasian peralatan di area TBBM. Upaya untuk mengurangi emisi gas di area TBBM dilakukan dengan melakukan redesain tangki timbun, merubah sistem pengisian dan pengosongan mobil tangki serta melakukan redesain pipa intertank. Kata kunci: emisi gas, breathing losses, working losses.
ABSTRACT Oil and gas industries in Indonesia are not only obliged to determine gas emission load and to report their monitoring result but also to manage their emission resources in term of avoidance and reduction. Gas emission from TBBM origins from tank farm consisting of standing storage and breathing losses and working losses. The emission is also due to an operation of equipment in the area. Reductions of emission are conducted by redesigning the tank, changing the method for loading and unloading and redesigning intertank pipe. Key words: gas emission, breathing losses, working losses.
1.
Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi Pasal 6 dan Pasal 7 mewajibkan setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan minyak dan gas bumi yang beroperasi di Indonesia melakukan inventarisasi emisi, mencakup identifikasi sumber emisi dan perhitungan beban emisi parameter utama dan CO2 dari sumber emisi tersebut. Metoda penghitungan beban emisi mengacu pada lampiran 1 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012 tentang Pedoman Penghitungan Beban Emisi Industri Minyak dan Gas Bumi dimana metoda ini sesuai dengan metoda yang dimuat pada US EPA-AP-42,1998. Kewajiban industri sektor
PENDAHULUAN
Dampak perubahan iklim akibat pemanasan global semakin nyata di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Industri penghasil emisi gas termasuk industri minyak dan gas bumi tergerak untuk ikut berperan aktif dalam upaya pengurangan emisi gas dari sumbernya. Upaya pengurangan emisi gas diawali dengan penghitungan beban emisi gas yang di lepaskan ke udara. Data tersebut akan menjadi base-line bagi upaya pengurangan emisi gas ditahun-tahun berikutnya. Lebih lanjut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun 2009 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak 72
Hatiningrum, Upaya Reduksi Emisi Gas...
minyak dan gas bumi bukan terbatas pada melakukan inventarisasi beban emisi dan melaporkan hasil pemantauan emisi, tetapi lebih dari itu adalah melakukan pengelolaan terhadap sumber-sumber emisi yang berpotensi sebagai sumber emisi (termasuk emisi fugitive) dari segi mencegah dan mengurangi emisi gas dari sumbernya. Tulisan ini dimaksudkan untuk menjabarkan upaya yang telah, sedang dan seharusnya untuk dilakukan oleh industri minyak dan gas khususnya di area Terminal BBM minyak yang merupakan hasil pengamatan lapangan di 2 (dua) area Terminal BBM di Indonesia dilengkapi dengan data sekunder yang diperoleh selama pengamatan di lapangan. Tulisan ini merupakan hasil kerjasama penelitian antara STEM Akamigas dengan PT. Pertamina (Persero) S&D Region 4 Area Jawa Bagian Tengah.
yang merupakan jenis tangki dengan tingkat emisi yang paling rendah1). Sumber emisi di area TBBM terdiri dari 1) Emisi dari tangki berupa Standing Storage and Breathing Losses (Ls atau LB) serta Loading dan unloading losses atau working losses (Lw) dan 2) Fugitive emission. Standing Storage and Breathing losses adalah emisi dari tangki yang terjadi ketika suhu atau tekanan barometrik udara sekitar berubah1). Ketika tekanan diluar tangki turun, uap terdorong keluar. Sebaliknya ketika tekanan di luar tangki naik, udara segar cenderung tertarik kedalam tangki. Selanjutnya pada saat udara tersebut jenuh dengan uap maka akan menempati volume yang lebih besar dan sebagian udara akan terdorong keluar tangki. Perubahan temperatur sekitar tangki mengakibatkan perubahan tekanan uap fluida dalam tangki yang akan memberikan mekanisme yang sama seperti terjadinya perubahan tekanan dalam tangki. Pada beberapa kasus, pengoperasian tekanan internal dalam tangki yang lebih rendah memungkinkan penurunan standing storage and breathing losses pada fixed roof tank1). Tangki yang lebih sempit dan tangki berisolasi dapat menurunkan fluktuasi temperatur dalam tangki. Sehingga redesain tangki penimbunan minyak bentuk fixed roof dapat menurunkan emisi gas yang dihasilkan. Jenis emisi tangki kedua adalah emisi akibat kegiatan loading unloading BBM, disebut sebagai working losses. Uap dalam tangki yang terdesak keluar pada operasi loading dan off loading merupakan sumber emisi uap hydrocarbon yang penting. Diestimasikan sebesar 12 lb senyawa organik hilang untuk setiap 1000 gallon transfer premium menggunakan railcar dan tank-truck1). Terbentuknya uap hydrocarbon akan lebih rendah selama operasi bila menggunakan sistem submerged atau bottom loading dibanding top atau splash loading. Perangkat vapor recovery yang dapat menjebak dan mengkondensasi uap hydrocarbon yang terbentuk selama proses loading unloading dapat mengurangi losses dari tangki fixed roof sebesar 90-98%. Vapor Balance, yaitu uap hydrocarbon dari tangki yang diisi
2. METODE A. Sumber Emisi Area TBBM dan Metoda Pengurangan Emisi Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) berfungsi untuk menampung sementara bahan bakar minyak dari kilang minyak dalam negeri dan atau luar negeri (impor) sebelum disalurkan kepada konsumen industri dan masyarakat melalui SPBU. Penerimaan bahan bakar minyak dilakukan melalui saluran pipa, kereta api (Rail Tank Wagon) dan atau kapal tanker melalui SBM (Single Buoy Moring). Sedangkan penyaluran BBM ke SPBU menggunakan mobil tangki BBM yang selanjutnya digunakan oleh konsumen. BBM yang ditampung dalam tangki timbun di TBBM adalah jenis avtur, pertamax, premium, kerosene dan solar (biosolar) yang tentu saja masing-masing memiliki sifat fisik seperti tekanan uap yang berbeda beda. Jenis tangki timbun yang digunakan umumnya jenis fixed roof (flat, dome atau cone roof), meskipun sebenarnya terdapat 6 (enam) desain dasar tanki yang dapat digunakan untuk penyimpanan larutan organik, yaitu: fixed roof (vertical and horizontal), external floating roof, domed external (or covered) floating roof, internal floating roof, variable vapor space, dan pressure (low and high) 73
Jurnal ESDM, Volume 5, Nomor 2, Nopember 2013, hlm. 72-79
atau Tier34). Pemilihan Tier tergantung pada ketersediaan data yang ada dilapangan. Terminal BBM diseluruh Indonesia telah dilengkapi software untuk menghitung jumlah emisi gas yang dihasilkan per tahunnya, dimana software tersebut dikembangkan berdasar persamaan matematik Tier2 untuk emisi dari tangki timbun dan Tier3 untuk emisi fugitive sehingga hasilnya cukup akurat. Namun software tersebut baru mengakomodir perhitungan emisi tangki jenis fixed roof.
untuk dimasukkan ke dalam tangki yang dikosongkan, merupakan metoda lain yang dapat diaplikasikan untuk mengurangi emisi dari tangki fixed roof. Sumber emisi ketiga di area TBBM adalah emisi fugitive. Emisi fugitive adalah semua jenis emisi gas dari kegiatan industri minyak dan gas kecuali emisi dari pembakaran bahan bakar2). Sumber emisi fugitive dari TBBM terdiri dari penguapan dari peralatan seperti pengoperasian pompa, flashing loss, venting, accidental release (pipe lines, flange, fitting, valve). Penyederhanaan sistem pada perpipaan transportasi BBM merupakan upaya untuk memperkecil fugitive emission3).
3. PEMBAHASAN A. Pengurangan Emisi pada Tangki Timbun Pengurangan Standing storage and breathing losses dapat dilakukan dengan merubah desain dasar tangki yang dioperasikan. Hampir semua tangki penimbunan minyak yang digunakan di dua lokasi studi merupakan tangki fixed roof, dimana jenis tangki timbun ini memiliki tingkat emisi yang paling tinggi1). Fixed roof tank terdiri dari silinder baja dengan atap permanen dengan desain atap bervariasi dari cone, atau dome atau flat. Emisi dari tangki fixed roof disebabkan oleh perubahan temperatur, tekanan dan level cairan5). Fixed roof dapat dilengkapi freely vented atau dilengkapi dengan pressure/vacuum vent yang berfungsi pada tangki memungkinkan tangki beroperasi pada tekanan sedikit vacuum dan mencegah lepasnya uap saat terjadi perubahan temperatur, tekanan atau tinggi permukaan cairan. Kelebihan dari fixed roof adalah merupakan tangki yang paling murah meski merupakan tangki yang paling tidak memenuhi syarat untuk menyimpan cairan organik. Pemasangan floating roof meminimalkan kehilangan uap hydrocarbon sebagai emisi gas5). TBBM Rewulu, Yogyakarta sebagai salah satu lokasi studi saat ini sedang menyelesaikan pembuatan internal floating roof tank (IFRT) di tangki T15 yang merupakan tangki terbesar di TBBM Rewulu yang digunakan untuk penimbunan produk premium. Semula tangki T15 merupakan
B. Metoda Perhitungan Beban Emisi Standing storage, breathing losses dan working losses dari tanki serta fugitive emission di area TBBM dapat diestimasi menggunakan persamaan yang dimuat pada lampiran Per Men LH no 12 tahun 20121,4). Secara garis besar, terdapat beberapa pilihan untuk menghitung beban emisi yang dipilih berdasarkan ketersediaan data input sebagai berikut: faktor emisi yang dipublikasikan (published), faktor emisi peralatan dari manufacture, perhitungan teknis, simulasi proses atau pemodelan komputer, pemantauan terhadap berbagai kondisi dan faktor emisi yang mempengaruhinya, pemantauan emisi atau parameter yang diperlukan untuk menghitung emisi secara periodik atau terus menerus. Dalam perhitungan beban emisi, tingkat akurasi hasil perhitungan ditentukan oleh keakurasian data input. Oleh karenanya, untuk memudahkan perkiraan tingkat akurasi hasil perhitungan beban emisi, digunakan konsep Tier. Semakin tinggi tingkat Tier akan semakin tinggi akurasinya. Sebagai contoh, Tier 1 akan lebih rendah tingkat akurasinya dibanding Tier2 dan juga Tier3. Semakin banyak data yang dikumpulkan semakin akurat hasil perhitungan emisi. Tier1 menjabarkan persamaan matematik yang paling sederhana yang dapat digunakan untuk menghitung emisi gas. Hasil perhitungan yang lebih akurat dapat menggunakan persamaan matematik kategori Tier2 74
Hatiningrum, Upaya Reduksi Emisi Gas...
potensi penguapan BBM3). Penggantian jenis tangki di beberapa lokasi TBBM lainnya mereduksi penguapan hydrocarbon sebesar 60-90%. Dari enam unit tangki jenis fixed roof yang diubah menjadi floating roof pada tahun 2011 yang telah dibangun di beberapa TBBM di Indonesia, telah berkontribusi terhadap penurunan emisi gas sebesar 2410,27 ton CO2 equivalent.
cone fixed roof, dilengkapi pressure/vacuum vent. Diharapkan tangki ini sudah dapat dioperasikan pada akhir tahun 2013. IFRT merupakan tangki yang memiliki fixed roof dan floating roof didalamnya. Terdapat dua tipe IFRT, yang pertama adalah tangki dimana fixed roof disangga oleh kolom vertikal dalam tangki. Jenis IFRT kedua adalah tangki dengan self supporting fixed roof dan tidak dilengkapi penyangga internal. Jenis IFRT yang ada di TBBM Rewulu adalah jenis self supporting fixed roof. Deck pada internal floating roof tank naik turun sesuai dengan tinggi muka cairan di dalamnya. Deck dapat mengapung langsung diatas permukaan cairan (contact deck) atau berada diatas pontoon beberapa inchi diatas cairan (non contack deck). IFRT di TBBM Rewulu merupakan IFRT jenis non contack deck. Deck yang kontak maupun yang tidak kontak dilengkapi dengan rim seals dan deck fitting. Total emisi dari floating roof merupakan penjumlahan dari withdrawal losses dan standing storage losses. Withdrawal losses terjadi ketika tinggi muka cairan dan floating roof turun. Terdapat sedikit cairan yang berada tetap pada dinding tangki bagian dalam dan menguap. Untuk tangki internal floating roof yang memiliki penyangga fixed roof, terdapat cairan yang menempel pada kolom penyangga dan menguap. Losses karena penguapan tetap terjadi sampai tangki terisi kembali dan dinding tangki tertutup cairan kembali. Standing storage losses dari floating roof terdiri dari rim seal dan deck fitting losses dan pada internal floating roof termasuk deck seam losses. Perhitungan total emisi gas tangki T15 menggunakan software berdasar formula matematika Tier24) bila dioperasikan sebagai fixed roof adalah sebesar 271673,5 kg /6 bl operasi3). Pada saat tangki T15 dioperasikan sebagai internal floating roof, maka emisi gasnya bila dihitung berdasar formula matematika Tier 1 (Tabel 1) turun tinggal 1%3). Penggantian tangki jenis fixed roof menjadi tangki floating roof menurunkan emisi gas karena pada tangki jenis floating roof tidak terdapat vapour space sehingga mengurangi
Gambar 1. Internal floating roof jenis supported tank6). Tabel 1. Faktor Emisi nmVOC untuk Tangki Timbun. Tipe BBM
Tipe Tangki
Faktor Emisi VOC (Faktor komposisi 100%)
Premium
Vertical fixed roof (White)
3.4205 10-1
Ton/103 Barrel
3.7379 10-3
Ton/103 Barrel
Internal floating roof white) Sumber : Tabel IX-34)
Unit
Bila tangki floating roof T15 telah dioperasikan maka emisi tangki timbun TBBM Rewulu akan berkurang sebesar 22.8%, merupakan 14.6% dari keseluruhan emisi gas yang dihasilkan di TBBM Rewulu. B. Pengurangan Emisi Gas Pada Pengisian Mobil Tangki di Filling Shed Perubahan top loading menjadi bottom loading mengurangi terbentuknya uap hydro carbon karena berkurangnya splashing se75
Jurnal ESDM, Volume 5, Nomor 2, Nopember 2013, hlm. 72-79
lama proses pengisian mobil tangki berlangsung. Sejak tahun 2010, TBBM Rewulu sebagai salah satu lokasi studi telah melaksanakan program pengoperasian bottom loading untuk produk premium, solar dan pertamax. Saat ini seluruh armada mobil tangki yang dioperasikan di TBBM Rewulu 100% telah menggunakan system bottom loading. Tantangan yang dihadapi pada saat melaksanakan program ini adalah membentuk pola pikir positif para agen mobil tangki untuk bersedia melakukan perbaikan sistem pengisian BBM ke mobil tangki dengan system bottom loading, mengingat operasional pada pengisian bahan bakar minyak di filling shed TBBM umumnya dan di Rewulu khususnya dilakukan langsung oleh sopir dan pembantu sopir (kenek) mobil tangki yang merupakan pekerja PT. Pertamina Training and Consulting (PT. PTC). Perubahan top loading menjadi bottom loading mengurangi terbentuknya vapour karena berkurangnya splashing hydrocarbon selama proses pengisian mobil tangki berlangsung. Hal ini juga ditunjukkan dengan penurunan angka Saturation Factor (S) seperti pada Tabel 2 dimana, angka Saturation Factor untuk kegiatan top loading (splash loading) adalah 1.45 dan untuk bottom loading (submerged loading) adalah 0.605). Penggantian top loading menjadi bottom loading pada fasilitas pengisian mobil tangki BBM di beberapa Terminal BBM Indonesia tahun 2011 berhasil memberikan kontribusi penurunan emisi gas sebesar 1306,45 ton VOC3). Dengan merubah sistem pengisian BBM dari sistem top loading menjadi bottom loading maka TBBM Rewulu perioda Januari sampai Juni tahun 2013 telah melakukan reduksi emisi uap hydrocarbon sebesar 933,77 ton VOC/6 bulan (perhitungan berdasar data lapangan) atau sebesar 33,69% dari seluruh emisi TBBM bila menggunakan top loading.
ors, serta kebocoran dari komponen lainnya. Metoda penghitungan fugitive emission mengikuti Per Men LH No 12 tahun 2012. Parameter beban emisi yang dihitung dari sumber fugitive adalah parameter emisi gas methane dan non methane uap hydrocarbon (nmVOC). Tabel 2. Faktor Saturasi untuk Menghitung Petroleum Liquid Loading Losses6).
Gambar 2. Pengisian Mobil Tangki dengan Bottom Loading. Faktor emisi pada level komponen dari US EPA AP-42 berlaku untuk kegiatan minyak dan gas bumi di sektor hilir sebagaimana ditampilkan pada Tabel 3 dibawah ini. Upaya untuk mengurangi emisi fugitive telah dilakukan oleh Terminal BBM Rewulu, pada awal tahun 2013 dengan melakukan desain ulang jalur pipa sirkulasi BBM yang ada di
C. Penurunan Fugitive Emission Sumber emisi fugitive dari TBMM terdiri dari penguapan peralatan meliputi kebocoran katup, flense (flange), pompa, alat pelepas tekanan, open ended lines, connect76
Hatiningrum, Upaya Reduksi Emisi Gas...
area tanki timbun Terminal BBM Rewulu. Secara operasional, jalur pipa sirkulasi digunakan untuk pergerakan BBM antar tangki atau biasa disebut intertank (data lapangan). Tabel 3. Faktor Emisi untuk Perkiraan Emisi Fugitive Kegiatan Hilir Minyak Tier 3. Rata rata faktor emisi untuk perkiraan emisi fugitive Faktor emisi TOC kg/jam, sumber Tipe peralatan
Service
Katup
Cairan ringan
0.00403
4.3 10 -5
Segel pompa
Cairan ringan
0.0199
5.4 10 -4
Fitting (konektor dan flange)
Cairan ringan
0.00183
8 10 -6
Jalur open ended
semua
0.0017
-
Koneksi sampling
Semua
0.0150
-
SOCMI
Terminal Marketing
Sebelum
Sumber: Tabel VIII-136)
Desain ulang jalur pipa sirkulasi dilakukan dengan cara penghilangan atau pembongkaran jalur pipa intertank yang ada, selanjutnya secara operasional kegiatan intertank dilakukan melalui jalur utama inlet dan outlet tanki timbun. Manfaat pertama kegiatan desain ulang jalur pipa adalah instalasi jalur pipa semakin ramping dan sederhana karena adanya sejumlah pipa yang dihilangkan. Gambar 3 menunjukkan instalasi jalur pipa sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan.
Sesudah Gambar 3. Jalur Pipa Intertank Sebelum dan Sesudah Redesain. Manfaat kedua dari redesain ini adalah berkurangnya emisi fugitive atau emisi yang dihasilkan dari peralatan. Berdasarkan data material hasil pembongkaran perpipaan dan sarananya diperoleh pengurangan emisi fugitive ditunjukkan seperti Tabel 4. Hal serupa juga telah dilakukan pada tahun 2012 dengan mengurangi valve sebanyak 61 buah dan fitting sebanyak 90 buah sehingga mampu mengurangi emisi sebesar 0.05 ton CO2 eq per tahun. Dengan redesain pipa intertank mampu reduksi emisi gas sebesar 0.06176 ton CO2 eq atau setara 0.0034% dari total emisi gas TBBM. Meskipun pengurangan emisi dengan metoda redesain tangki menghasilkan reduksi yang kecil, namun hal ini tetap dilakukan untuk menunjukkan besarnya komitmen peru-
77
Jurnal ESDM, Volume 5, Nomor 2, Nopember 2013, hlm. 72-79
sahaan dalam menurunkan emisi gas sesuai targetnya.
sumen di SPBU. Kedua hal tersebut belum dilakukan baik di TBBM maupun di SPBU.
Tabel 4. Pengurangan Emisi Fugitive sebagai Hasil dari Redisain Pipa intertank.
No
Material hasil pembongkaran
Jumlah
Pengurangan emisi fugitive Kg CO2eq/tahun
1
Flange
90 pasang
6.48
2
Gate valve
14 unit
5.28
Total pengurangan emisi fugitive
11.76
Gambar 4. Hose sebagai Fasilitas untuk Recovery Uap Hydrocarbon pada Mobil Tangki BBM yang belum difungsikan secara Optimal. Alasan belum dilakukannya recovery uap hydrocarbon adalah belum tersedianya fasilitas untuk vapor recovery and liquefaction yang diperlukan untuk menangkap uap hydrocarbon, mencairkan dan mengembalikan kedalam mobil tangki.
Sumber : Data lapangan, 2013
Pengurangan emisi fugitive dapat juga dilakukan dengan merubah pola suplai BBM dari Terminal Transit BBM ke Inland TBBM (TBBM yang berada di darat dan jauh dari pelabuhan). Hal ini telah dilakukan di Terminal BBM Balongan3). Terminal BBM Balongan, selain melakukan penyaluran BBM ke SPBU, juga berperan sebagai Supply Point bagi Terminal BBM Cikampek dan Terminal BBM Plumpang. TBBM Plumpang disamping menerima suplai BBM melalui jalur pipa juga menerima suplai melalui Kapal Tanker berkapasitas 30.000kL dengan frekuensi loading 25 kali per tahun. Pola transportasi BBM dengan tanker ini memberikan kontribusi emisi sebesar 35.299 ton CO2 per tahun. Untuk mengatasi inefisiensi biaya dan sekaligus sebagai upaya penurunan emisi gas rumah kaca, telah dilakukan penambahan jalur pipa suplai BBM ke Plumpang yang pengoperasiannya sudah efektif sejak tahun 2011. Dengan program tersebut mampu mereduksi emisi gas sebesar 6751,6 ton CO2e/tahun (turun 20%).
4. SIMPULAN Perhitungan dan pelaporan emisi gas yang dihasilkan oleh industri minyak dan gas bumi umumnya dan Terminal BBM khususnya dilakukan dalam rangka memenuhi peraturan pemerintah yang dituangkan dalam PerMen LH No 13 tahun 2009 dan PerMen LH No 12 tahun 2012. Lebih lanjut in dustri migas termasuk TBBM juga berkewajiban mencegah dan menurunkan emisi gas yang dihasilkan. Emisi gas dari area TBBM dapat diturunkan dengan mengubah desain tangki dari jenis fixed roof menjadi floating roof (internal floating roof). Disamping itu merubah sistem pengisian tangki dari top loading menjadi bottom loading juga akan menurunkan emisi tangki. Untuk menurunkan emisi fugitive area TBBM dilakukan dengan cara merubah/redesain perpipaan intertank. Ketiga metoda ini ketika diterapkan di TBBM Rewulu sebagai salah satu lokasi studi mampu menurunkan emisi sebesar 48.3% dari
D. Recovery Uap Hydrocarbon Untuk lebih memperkecil emisi gas yang dihasilkan dari kegiatan penerimaan, penyimpanan dan distribusi BBM, upaya recovery hydrocarbon dapat dilakukan saat loading BBM kedalam mobil tangki maupun saat refueling BBM ke mobil milik kon-
78
Hatiningrum, Upaya Reduksi Emisi Gas...
keseluruhan emisi gas yang dihasilkan pada perioda Januari – Juni 2013. 5. DAFTAR PUSTAKA 1. Allen, David T dan Rosselot, Kirsten Sinclair. Pollution Prevention for Chemical Processes. John Wiley $ Sons, Inc. Meinheim. 1997. 2. Eggleston HS, Buendia L, Miwa K, Ngara T, Tanabe K (eds). IPCC. Guidelines for National Green House Gas Inventories. Prepared by the National Green House Inventories Programme. IGES. Japan. 2006. 3. HSSE Pertamina, Laporan Program Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca 2011. Pertamina. 2012. 4. Kementerian LH. Permen LH no 12/ 2012 – tentang Pedoman Perhitungan Beban Emisi Kegiatan Industri Minyak dan Gas Bumi. Kementrian LH. 2012. 5. US EPA. Tank Emission AP-42–7th Chapter. US EPA. USA. 1998. 6. Kementerian LH. Permen LH no 13/ 2009 – tentang Baku Mutu Emisi Sumber tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi, Kementrian LH. 2009.
79