1
PENENTUAN DAUR OPTIMAL HUTAN NORMAL JATI (Kasus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur)
GRACE TRI APRILINA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Daur Optimal Hutan Normal Jati (Kasus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013 Grace Tri Aprilina NIM E14070020
4
ABSTRAK GRACE TRI APRILINA. Penentuan Daur Optimal Hutan Normal Jati (Kasus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur). Dibimbing oleh SUDARSONO SOEDOMO. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara yang mengelola hutan negara di Pulau Jawa. Jenis tanaman utama yang dikelolanya adalah jati. Penelitian ini bertujuan menentukan daur optimal hutan normal kelas perusahaan jati (Tectona grandis L.f) dengan menggunakan analisis finansial dengan metode NPV (Net Present Value). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabel Tegakan Normal Jati Wolff von Wulfing, harga jual kayu jati, biaya pengelolaan hutan, luas dan kerapatan bidang dasar (KBD) hutan jati KPH Nganjuk Perhutani Unit II Jawa Timur tahun 2005. Daur dipilih ketika NPV bernilai maksimal. NPV dihitung dengan persamaan berikut, [ ( ) - - ] . Dengan menggunakan suku bunga 2.5 %, luas 13,710.8 ha, dan biaya pengelolaan Rp2 450 451 per ha, hasilnya adalah daur optimal tidak ditemukan. Kata kunci: daur optimal, jati, NPV, Perhutani.
ABSTRACT GRACE TRI APRILINA. Determination of The Optimal Rotation of Teak Normal Forest . Supervised by SUDARSONO SOEDOMO. Perum Perhutani is the State Owned Enterprise which manages state forests in Java. It manages the forests with teak as the main stands. This research aims to determine the optimal rotation for normal forest of teak (Tectona grandis L.f) by using financial analysis of NPV (Net Present Value). The data that used in this research are the WvW Tables, the price of teak timber, the forest management costs, the width of productive area and basal area of KPH Nganjuk Perhutani Unit II of East Java in 2005. The rotation is selected when NPV reaches maximum value. NPV is calculated by the following equation, [ ( ) - - ] . By using interest rate of 2.5 %, productive area 13,710.8 ha, and management costs Rp2 450 451 per ha, the optimal rotation is not found. Keywords: NPV, optimal rotation, Perhutani, teak.
5
PENENTUAN DAUR OPTIMAL HUTAN NORMAL JATI (Kasus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur)
GRACE TRI APRILINA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
6
7
Judul Skripsi : Penentuan Daur Optimal Hutan Normal Jati (Kasus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur) Nama : Grace Tri Aprilina NIM : E14070020
Disetujui oleh
Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc Ketua Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan
Tanggal lulus:
Judul Skripsi: Pen . : _ Nama NIM
: Gr
r Optimal Hutan Nonnal J ati (Kasus di Perum Ja wa Timur)
~e
: EI
Disetujui oleh
Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Tanggal lulus:
29 ~UG 2m3
---
8
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder, dengan judul Penentuan Daur Optimal Hutan Normal Jati (Kasus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur). Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc dan Bapak Ir. Siswoyo, Msi sebagai dosen penguji di ujian skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan dukungan yang diberikan tanpa henti-henti. Terima kasih kepada para sahabat atas dukungan dan dorongan semangat, juga kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2013
Grace Tri Aprilina
9
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
METODE PENELITIAN
6
Bahan
6
Alat
6
Metode Pengolahan dan Analisis Data
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Pembuatan Kurva Pertumbuhan
8
Perhitungan Pengeluaran dan Pendapatan
9
Penentuan Daur Optimal Hutan Normal
11
SIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
15
RIWAYAT HIDUP
23
10
DAFTAR TABEL
1 2 3 4
Rekapitulasi biaya pengelolaan hutan jati Persentasi produksi tebang habis jati per sortimen per kelas umur Harga jual dasar (HJD) tiap sortimen Harga jual kayu jati tiap kelas umur
9 10 10 11
DAFTAR GAMBAR
1 2 3 4 5
Kurva hubungan volume (V) dan umur tegakan (t) Kurva pertumbuhan tegakan jati pada bonita 3 Kurva pertumbuhan harga kayu jati Kurva pertumbuhan rata-rata Kurva MAI dan CAI
3 9 11 12 13
DAFTAR LAMPIRAN
6 7 8 9
Lampiran 1 nilai Ln umur (T) dan Ln volume (V) kayu jati bonita 3.5 Lampiran 2 volume kayu jati bonita 3.5 Lampiran 3 rekapitulasi biaya pengelolaan hutan jati Lampiran 4 nilai NPV jati bonita 3.5
15 17 18 21
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pengaturan hasil merupakan inti strategi manajemen jangka panjang dalam mencapai kelestarian hasil pengusahaan hutan. Tujuan pengelolaan di hutan produksi adalah mencapai hasil kayu yang lestari, ditunjukkan oleh panen yang merata sepanjang waktu. Penebangan seharusnya tidak melebihi riap agar tercapai hasil kayu yang lestari. Sementara masalah yang terjadi adalah penurunan luas dan kualitas hutan sehingga mengakibatkan jumlah kayu untuk panenan siklus tebang berikutnya lebih rendah dari yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh pemanenan yang berlebihan, kesalahan perhitungan dalam penentuan AAC (Annual Allowable Cut) dan pertumbuhannya kembali. Pulau Jawa dengan luas 131.412 km2 memiliki hutan dengan persentase 14% dari luas daratannya (FWI 2003). Sebagian besar kawasan hutannya adalah untuk produksi. Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani) adalah Badan Usaha Milik Negara sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969, yang bidang usahanya berada dalam lingkup tugas dan kewenangan Menteri, dimana seluruh modalnya dimiliki oleh negara berupa kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. Perhutani terbagi atas tiga unit, yaitu Unit I yang meliputi wilayah Jawa Tengah, Unit II meliputi Jawa Timur, dan Unit III meliputi Jawa Barat serta Banten. Perhutani mengelola hutan negara dengan jenis tanaman utama jati. Jati dengan peruntukan sebagai furnitur memiliki nilai kelas awet dan kelas kuat yang tinggi, sehingga memerlukan waktu yang lama untuk tumbuh mencapai ukuran yang telah ditetapkan. Direktorat Perencanaan dan Produksi Perum Perhutani (2008) dalam Ma’ruf (2009), bermaksud merubah daur jati berdasarkan kondisi umur rata-rata struktur kelas hutan yang terjadi saat ini. Perhutani memberlakukan daur yang tidak seragam di sluruh wilayah kerjanya, yaitu dari 40 sampai dengan 80 tahun (Soejono 1985 dalam Anggraini 2006). Jati dengan ciri tanaman tumbuh di daerah kering pada ketinggian tempat 0-700 mdpl dengan curah hujan 1200-2000 mm/tahun, memiliki riap pertumbuhan tanaman yang lebih rendah dibanding tanaman yang tumbuh di daerah subur, curah hujan cukup, dan kelembaban tinggi. Dengan ciri tersebut, timbul pemikiran apakah daur 40-80 tahun merupakan daur finansial terbaik untuk pengusahaan jati saat ini. Apakah cara penentuan daur yang konvensional tersebut masih relevan saat ini? Selain itu, hasil produksi maksimum belum tentu memberikan keuntungan finansial yang maksimum. Dengan demikian, bila ditambahkan informasi harga, berapakah daur terbaik untuk pengusahaan jati saat ini? Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui daur optimal kelas perusahaan jati.
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan daur optimal hutan normal kelas perusahaan jati (Tectona grandis L. f) dengan menghitung jumlah nilai kini dari penerimaan bersih (Net Present Value). Daur optimal yang akan dipilih adalah umur pada saat NPV mencapai nilai maksimum.
2
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini yakni: 1. Bagi Perhutani, dapat digunakan sebagai referensi untuk menentukan daur finansial dalam usaha pengelolaan hutan jati. 2. Bagi mahasiswa, sebagai referensi untuk penelitian yang terkait dengan penentuan daur hutan normal.
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Penyebaran Alami, dan Syarat Tumbuh Jati adalah jenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Jati dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m, berdaun besar yang gugur di musim kemarau. Pohon jati tumbuh di daerah kering, terutama pada tanah yang mengandung kapur, dengan curah hujan rata-rata 1200-2000 mm/tahun, dan pada ketinggian tempat 0700 mdpl (Martawijaya et al. 1981 dalam Anggraini 2006). Jati tumbuh secara alami di India, Myanmar, Thailand, dan Vietnam. Penyebaran jati di Indonesia meliputi seluruh Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sumbawa, Maluku, dan Lampung (Nurhasybi 2000 dalam Pratiwi 2010). Sifat fisika yang terpenting dari kayu jati adalah nilai banding antara kayu teras dan kayu gubalnya. Untuk mendapatkan kayu jati dengan dekorasi yang bagus, sebaiknya jati ditebang setelah berumur 40 tahun atau lebih. Hal ini disebabkan persentase kayu teras sudah mencapai 75 %. Seperti yang diungkapkan oleh Pandit (2002), kayu masak tebang dan baik untuk furnitur adalah kayu yang telah memiliki persentase kayu teras sebesar 75 - 80 %. Fungsi Pertumbuhan Rivella (1974) dalam Murdowo (2012) menjelaskan bahwa pertumbuhan hutan tanaman sejenis dan seumur dipengaruhi oleh umur, tapak (bonita), kerapatan tegakan dan intensitas penjarangan. Secara fungsional, fungsi pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai berikut: G = f(A, Si, Sd, M) Keterangan : G = pertumbuhan tegakan hutan A = umur tegakan Si = kualitas tempat tumbuh Sd = kerapatan tegakan M = intensitas penjarangan Pola pertumbuhan tegakan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva pertumbuhan. Bentuk kurva pertumbuhan yang ideal akan mengikuti bentuk ideal bagi pertumbuhan organisme, yaitu berbentuk sigmoid (Suhendang, 1990 dalam Patricia, 2006). Dengan menggunakan persamaan pertumbuhan yang khusus, pola
3
volume (m3/tahun)
pertumbuhan tegakan akan membentuk kurva sigmoid. Apabila digambarkan dalam kurva, pertumbuhan tegakan membentuk kurva seperti pada Gambar 1 berikut.
umur (tahun)
Gambar 1 Kurva hubungan volume (V) dan umur tegakan (t) Kurva berbentuk sigmoid pada Gambar 1 menunjukkan hubungan antara umur dan volume tegakan. Pada awalnya tegakan mengalami pertumbuhan yang lambat, kemudian tumbuh dengan sangat cepat dan kemudian melambat di umur selanjutnya atau bahkan tidak mengalami pertumbuhan lagi. Menurut Fauzan (2011), pertambahan diameter jati adalah sekitar 2 cm hingga 3.5 cm per tahun.
Bonita Bonita adalah kualitas lahan tempat tumbuh. Bonita dapat ditentukan dari tinggi pohon dan umur hutan tanamannya. Dalam tabel normal hutan jati, terdapat 11 kelas bonita, mulai dari kelas terburuk yaitu bonita I, sampai dengan bonita terbaik yaitu bonita VI (Putri 2006).
Daur Daur adalah jangka waktu antara penanaman hingga pemanenan. Secara ideal, hutan normal terdiri atas kelompok tegakan yang seumur yang mempunyai potensi sama. Masalah penentuan daur sangat berkaitan dengan cara menentukan waktu yang diperlukan oleh suatu jenis tegakan untuk mencapai kondisi masak tebang. Lamanya waktu tersebut tergantung pada sifat pertumbuhan jenis yang diusahakan, tujuan pengelolaan dan pertimbangan ekonomi (Departemen Kehutanan 1992 dalam Permana 2006). Penggunaan daur yang panjang akan menghasilkan kayu dengan kualitas tinggi sehingga harga jualnya juga akan tinggi
4
yang pada akhirnya akan memberikan penerimaan yang besar bagi perusahaan, tetapi belum tentu menjadi penerimaan maksimum. Pengelolaan hutan dengan daur yang panjang memerlukan perencanaan yang lebih cermat dan teliti karena permasalahan yang akan dihadapi lebih kompleks jika dibandingkan dengan daur yang pendek. Menurut Pratiwi (2010), pada tegakan hutan seumur, ada beberapa macam daur yang ditetapkan berdasarkan sifat tegakan dan disesuaikan dengan tujuan pengelolaan hutan yang bersangkutan, yaitu: a. Daur fisik, yaitu umur yang diperlukan suatu spesies untuk tumbuh hingga mati. b. Daur silvikultur, yaitu umur yang diperlukan suatu spesies hingga mampu bereproduksi. c. Daur teknis, yaitu umur dimana tegakan mencapai ukuran yang telah ditetapkan untuk dapat dipanen untuk penggunaan tertentu. d. Daur volume produksi tertinggi, yaitu umur dimana produksi tahunan mencapai hasil tertinggi. e. Daur pendapatan tertinggi, yaitu umur dimana tegakan dapat menghasilkan pendapatan tertinggi. f. Daur finansial, yaitu umur dimana tegakan dapat menghasilkan keuntungan terbesar. Davis (1966) menyatakan bahwa lama daur ditentukan oleh interaksi dari beberapa faktor, antara lain: 1. Kecepatan pertumbuhan yang ditentukan oleh: a. Spesies (jenis tanaman). b. Tanah dan faktor penentu tempat tumbuh atau kesuburan tanah. 2. Karakteristik spesies, seperti jangka waktu kehidupan alami, umur pada saat mencapai kulminasi pertumbuhan, dan umur dimana kualitas kayu telah mulai menurun. 3. Respon tanah terhadap beberapa perubahan karena penggunaan yang terus menerus. 4. Faktor ekonomi, yang tergantung dari kombinasi : a. Elemen biaya. b. Harga dari beberapa ukuran kayu. c. Waktu yang diperlukan oleh pohon untuk mencapai ukuran tertentu. Pada hutan seumur, faktor penentu daur tegakan adalah kecepatan pertumbuhan, karakteristik spesies, respon tanah, dan pertimbangan ekonomi. Pada daerah yang subur, curah hujan cukup dan kelembaban tinggi, riap pertumbuhan tanaman akan lebih tinggi dibandingkan dengan riap tanaman yang tumbuh pada daerah kurang subur, curah hujan rendah dan kering (Tim Fahutan IPB 1994). Daur di Perum Perhutani tidak sama dan tidak seragam untuk seluruh wilayah kerja Perum Perhutani, yaitu dari 40 sampai dengan 90 tahun (Soejono 1985 dalam Anggraini 2006). Daur optimal kelas perusahaan jati ditentukan dengan menggunakan faktor finansial.
5
Analisis Finansial Analisis finansial memberikan informasi finansial mengenai proyek-proyek individual, rencana-rencana, atau kebijakan-kebijakan bagi pembuat keputusan mengenai layak atau tidaknya proyek tersebut. Dalam menilai kelayakan suatu usaha, beberapa kriteria yang sering digunakan antara lain: NPV (Net Present Value), BCR (Benefit Cost Ratio), dan IRR (Internal Rate of Retun). a. Net Present Value Net Present Value (NPV) merupakan nilai kini dari keuntungan bersih yang akan diperoleh pada masa datang. NPV adalah metode untuk menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Dalam evaluasi suatu proyek, kriteria keputusan layak dinyatakan oleh NPV yang lebih besar atau sama dengan nol. Jika NPV lebih kecil dari nol berarti proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan dan oleh karena itu proyek dinyatakan tidak layak dan pelaksanaannya harus ditolak. -
∑
(1)
b. Internal Rate of Return Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat pengembalian yang diberikan oleh suatu dana yang ditanamkan untuk suatu kegiatan investasi, dimana manfaat (berupa bunga) yang diberikannya dapat menutupi seluruh korbanan biaya tersebut. IRR adalah tingkat discount rate dimana nilai kini dari pendapatan sama dengan nilai kini dari biaya yang dikeluarkan selama jangka waktu proyek, dengan kata lain NPV = 0. Nilai IRR bisa digunakan sebagai tolok ukur sejauh mana kelayakan ekonomi dari proyek itu dibandingkan dengan suku bunga yang berlaku. Makin tinggi nilai IRR, makin tinggi kelayakan ekonomi dari proyek yang sedang dinilai. Priasukmana dalam Proceedings Lokakarya Pembangunan Timber Estates (1984) menyatakan bahwa IRR digunakan sebagai alat analisa penentuan riap dan harga optimal. ∑
-
(2)
c. Benefit Cost Ratio (BCR) Nilai BCR didapat dengan membagi jumlah hasil diskonto pendapatan dengan jumlah hasil diskonto biaya. Proyek dikatakan layak apabila nilai BCR lebih besar dari satu. ∑ (
)
(
)
∑
Keterangan: Bt = pendapatan yang diterima pada tahun ke-t Ct = biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t
(3)
6
t n i
= interval waktu = periode investasi = suku bunga Harga Jual Kayu Jati
Kayu jati adalah komoditas yang memiliki nilai jual yang tinggi baik di pasar nasional maupun internasional. Selain kuat, kayu jati terkenal berserat halus. Oleh karena kualitas inilah harga kayu jati menjadi tinggi, apalagi yang sudah berukir-ukir rumit. Dalam tulisan Aruan (2007), disebutkan bahwa tingginya harga jual kayu jati dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya: 1. Tidak adanya lagi kayu ilegal yang beredar di pasaran. 2. Tingginya permintaan dibandingkan dengan persediaan yang ada. 3. Terjaganya kelestarian hutan. 4. Biaya produksi yang tinggi. Kayu jati memiliki harga jual yang berbeda untuk tiap sortimennya. Biasanya semakin besar diameter kayu akan semakin tinggi pula nilai jual kayu tersebut. Harga jati diukur berdasarkan ukuran per sortimen, dimana sortimen AI mempunyai interval diameter 4 – 19 cm, sortimen AII mempunyai interval 22 – 29 cm dan sortimen AIII mempunyai interval 30 cm up (Aruan 2007).
METODE PENELITIAN Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari koleksi skripsi Departemen Manajemen Hutan. Data yang digunakan antara lain: a. Tabel Tegakan Normal Jati Wolff von Wulfing b. Luas hutan jati KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur tahun 2005 c. Kerapatan Bidang Dasar (KBD) areal hutan jati KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur tahun 2005 d. Harga Jual Dasar (HJD) kayu bundar jati tahun 2012 e. Biaya pengelolaan hutan Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah komputer dengan aplikasi Microsoft Office Excel 2007. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data dari hasil penelitian sebelumnya yang berlokasi di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Pencarian data dilakukan pada Juli 2012.
7
Metode Pengolahan dan Analisis Data Pembuatan Kurva Pertumbuhan Pembuatan kurva pertumbuhan bertujuan mengetahui besar volume kayu jati pada daur yang memberikan keuntungan finansial paling besar. Untuk membuat model pertumbuhan tegakan, digunakan tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing. Dari data tersebut dapat diketahui riap jati sehingga dapat dibuat hubungan antara umur dan volume tegakan. Dari tabel akan diperoleh volume normal yang kemudian dikalikan dengan KBDrata-rata sehingga diperoleh volume tegakan. Data yang digunakan dibatasi hanya pada bonita 3, bonita 3.5, dan bonita 4. Rumus yang digunakan adalah: rata-rata
∑
(4)
∑
Keterangan: KBDi = kerapatan bidang dasar rata-rata kelas umur ke-i Li = luas hutan dengan KBDi Volume tegakan = volume normal x KBDrata-rata
(5)
Keterangan: Volume normal = volume yang diperoleh dari tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing Menurut Murdowo (2012), dalam perencanaan hutan yang dilakukan oleh Perum Perhutani, KBD memiliki peran yang vital karena diperlukan untuk: a. Menetapkan kelas hutan b. Menetapkan intensitas penjarangan c. Memproyeksikan volume tegakan untuk kepentingan penentuan Etat dalam penjadwalan tebangan. Perhitungan Pendapatan dan Pengeluaran Pendapatan diperoleh dari hasil penjualan kayu. Untuk menentukan harga jual kayu, Harga Jual Dasar (HJD) dikurangi dengan biaya pemanenan. Pengeluaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan persemaian, penanaman, perawatan, dan pengamanan. Pada penelitian ini, diasumsikan biaya konstan sepanjang daur. Penentuan Daur Optimal Penentuan daur optimal menggunakan kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV) yang diformulasikan sebagai berikut: ma
ma
[ ( )
-
- ]
Penurunan rumus di atas terhadap T akan menghasilkan persamaan berikut:
(6)
8
-
[
( )
-
( )
- ]
-
( )
-
-
(7)
Dengan demikian: ( ) Dimana,
( )
( )
-
(8)
-
(9)
Keterangan: H = luas hutan T = daur optimal V(T) = volume tegakan per hektar pada umur daur = harga kayu p r = tingkat suku bunga
Daur optimal diperoleh dengan cara menurunkan persamaan NPV terhadap T dan menetapkan nilai sama dengan nol. Solusi terhadap turunan tersebut adalah daur optimal yang dicari. Asumsi Dasar Perhitungan Dalam suatu analisis finansial diperlukan beberapa asumsi dasar dengan melihat kondisi sekarang dan kecenderungan yang mungkin terjadi di masa mendatang. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi berbagai kendala dan kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang. Asumsi–asumsi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Penanaman akan selalu berhasil. 2. Semua komponen biaya selama periode perhitungan (daur) adalah konstan serta tidak ada pengeluaran yang tidak terduga (irregularly). 3. Harga Jual Dasar yang digunakan adalah Harga Jual Dasar kayu bundar jati. 4. Semua produksi yang dihasilkan merupakan kayu perkakas. 5. Produksi yang dihasilkan dapat dijual habis. 6. Suku bunga yang digunakan adalah konstan, yaitu 2.5 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Kurva Pertumbuhan Kurva pertumbuhan menggambarkan hubungan antara umur dan volume tegakan. Pertumbuhan tegakan jati dilihat dari pertambahan volume dari tahun ke tahun. Dari proses pengolahan data, diperoleh hasil bahwa pertumbuhan tegakan
9
jati pada bonita 3, bonita 3.5, dan bonita 4 membentuk kurva logaritma. Bentuk persamaan kurva pertumbuhan pada bonita 3 adalah V = 10.8147(T)0.5587 (1) Pada bonita 3.5, bentuk persamaan kurva pertumbuhannya adalah V = 12.5706(T)0.566 (2) Pada bonita 4, bentuk persamaan kurva pertumbuhannya adalah (3) V = 15.1049(T)0.5676 Sebagai contoh, Gambar 2 berikut adalah kurva pertumbuhan tegakan jati yang dibentuk dari persamaan (1). 160 Volume (m3/tahun)
140 120 100 80 60 40 20 0 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89 Umur (tahun)
Gambar 2 Kurva pertumbuhan tegakan jati pada bonita 3 Gambar 2 merupakan kurva hubungan antara umur dan volume tegakan jati. Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa kurva pertumbuhan jati membentuk kurva logaritma yang dihasilkan oleh garis yang selalu naik. Hal ini disebabkan tegakan jati yang terus tumbuh hingga umur 89 tahun. Dalam kasus ini, pertambahan volume mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Perhitungan Pengeluaran dan Pendapatan Pengeluaran Dalam pengadaan hutan tanaman, pengusaha hutan melakukan kegiatan pembangunan dan pemeliharaan hutan. Secara garis besar, kegiatan yang dilakukan dalam pengusahaan hutan terdiri dari persemaian, penanaman, perawatan, pengamanan, dan pemanenan. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, dibutuhkan biaya yang besar. Bahkan untuk memanen pohon juga dibutuhkan biaya. Semua biaya tersebut diklasifikasikan sebagai pengeluaran. Tabel 1 Rekapitulasi biaya pengelolaan hutan jati Satuan No. Kegiatan
Biaya
Persemaian Penanaman Perawatan
554 556.58 1 697 027.79 194 475.17
1 2 3
Rp/Ha/Th Rp/Ha/Th Rp/Ha/Th
10
4 5
Pengamanan Pemanenan
Rp/Ha/Th Rp/m3
4 392.32 125 015.46
Sumber: Aruan (2007) Untuk memudahkan pengolahan data, biaya kegiatan pemanenan dengan satuan Rp/m3 digunakan secara terpisah. Biaya kegiatan pemanenan digunakan dalam perhitungan harga jual kayu. Jadi harga jual kayu yang akan dibahas berikutnya adalah harga yang telah dikurangi dengan biaya panen. Pendapatan Pendapatan yang diperoleh pengusaha hutan berasal dari hasil penjualan kayu. Perhitungan harga kayu dalam penelitian ini menggunakan Harga Jual Dasar (HJD) Kayu Bundar Jati tahun 2012. Harga Jual Dasar kayu jati berbeda untuk tiap sortimen. Semakin besar diameter kayu, berarti kelas sortimennya semakin tinggi. Nilai jualnya juga semakin tinggi. Ada 3 kategori sortimen, yaitu sortimen AI, AII, dan AIII. Sortimen AI adalah kayu dengan interval diameter 4 – 19 cm, AII dengan interval diameter 22 – 29 cm, AIII dengan diameter lebih dari 30 cm. Tabel 2 Persentasi produksi tebang habis jati per sortimen per kelas umur Sortimen KU AI (%) AII (%) AIII (III) I II III IV V VI VII
100 100 90 60 58 55 45
0 0 10 34 34 34 25
0 0 0 6 8 11 30
Sumber: Aruan (2007) Tegakan jati pada KU VIII dan KU IX memiliki persentasi sortimen yang sama dengan jati pada KU VII. Tabel 3 Harga jual dasar (HJD) tiap sortimen Sortimen Harga jual dasar (Rp/m3) AI 1 070 000 AII 2 069 000 AIII 3 524 000 Dalam perhitungan harga jual kayu, Harga Jual Dasar (HJD) setiap umur dikurangi dengan biaya pemanenan. Dari pengolahan data, diperoleh hasil seperti dalam Tabel 4.
11
Tabel 4 Harga jual kayu jati tiap kelas umur Harga jual (Rp/m3)
Kelas Umur I II III IV V VI VII VIII IX
944 985 944 985 1 044 885 1 431 885 1 480 965 1 554 585 1 930 935 1 930 935 1 930 935
Harga jual yang dimaksud dalam Tabel 4 adalah harga kayu yang dikenakan oleh pengusaha hutan apabila hendak menjual tegakannya sesuai dengan kelas umur di atas. Pertumbuhan harga pada tabel di atas membentuk kurva linier seperti pada Gambar 3 berikut. 2500000 y = 14828x + 845347 R² = 0.921
Harga (Rp/m3)
2000000 1500000 1000000 500000 0
5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89 Umur (tahun)
Gambar 3 Kurva pertumbuhan harga kayu jati Gambar 3 adalah grafik garis yang menggambarkan hubungan antara umur tegakan dan harga kayu per m3. Semakin tinggi kelas umur, semakin tinggi pula nilai jualnya.
Penentuan Daur Optimal Hutan Normal Tahap terakhir dalam penentuan daur optimal adalah menghitung penerimaan bersih. Dalam hal ini, metode yang digunakan adalah dengan menghitung Net Present Value (NPV). Hipotesis awal adalah daur yang menghasilkan NPV terbesar adalah daur yang akan dipilih sebagai daur optimal, dengan pemikiran bahwa nilai NPV bertambah seiring dengan bertambahnya
12
umur tanaman dan mencapai maksimum pada umur tertentu dan kemudian menurun pada umur selanjutnya. Perhitungan NPV menggunakan tingkat suku bunga sebesar 2.5 % dengan biaya pengelolaan hutan dalam satu daur adalah Rp 2 450 451 per ha. Setelah melalui proses pengolahan data, diperoleh hasil bahwa nilai NPV ternyata berkurang seiring bertambahnya umur tanaman. Hal ini disebabkan volume ratarata yang terus menurun dengan semakin tuanya umur tanaman. Pada Gambar 2, dapat dilihat kurva pertumbuhan jati yang berbentuk kurva logaritma. Dari data tersebut, apabila dihitung pertumbuhan rata-rata, maka hasilnya adalah pertumbuhan rata-rata yang polanya terus menurun. Bila digambarkan, pertumbuhan rata-rata tegakan akan membentuk kurva seperti pada Gambar 4.
Volume rata-rata (m3/ha/th)
8 7 6 5 4 3 2 1 0 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89 Umur (tahun)
Gambar 4 Kurva pertumbuhan rata-rata
Dalam perhitungan NPV, ada faktor pengali yang disebut dengan tingkat diskon (e-rT). Semakin bertambah umur tegakan (T), nilai faktor diskon akan berubah dan selalu menurun. Ketika volume rata-rata tidak mampu mengimbangi perubahan nilai faktor diskon, nilai NPV akan terus menurun. Dengan demikian, daur optimal tidak ditemukan pada penelitian ini. Hal ini juga berlaku untuk hutan dengan skenario Faustmann. Pada hutan tanaman dengan skenario Faustmann, proses pengelolaan yang terjadi adalah hutan dengan luasan sekian ditanami dan dipanen secara serempak setelah tegakan mencapai umur daur. Proses pengelolaan seperti ini dilakukan berulang-ulang sampai tak berhingga. Oleh karena NPV tegakan dinilai di awal daur pertama, maka ada faktor diskon (1/1 – e-rT). Nilai (1/1 – e-rT) akan semakin kecil ketika umur bertambah. Nilai ini ketika dikalikan dengan harga akan menghasilkan nilai NPV terus menurun sehingga daur optimal tidak ditemukan. Demikian pula untuk hutan dengan penentuan daur secara konvensional, yaitu menentukan daur dengan menghitung nilai CAI (Current Annual Increment) dan MAI (Mean Annual Increment). Daur dipilih ketika nilai CAI sama dengan MAI. CAI adalah nilai turunan dari volume pertumbuhan terhadap umur. CAI menggambarkan besarnya pertambahan volume setiap pertambahan satu satuan
13
umur. Apabila menggunakan data penelitian ini, daur optimal tidak ditemukan. Hal ini disebabkan kurva CAI tidak pernah berpotongan dengan kurva MAI. Dalam kasus ini titik awal CAI sama dengan MAI. Ketika nilai CAI menurun, nilai MAI juga menurun dan kurva CAI berada di bawah MAI. Nilai CAI menurun karena pertambahan volumenya semakin kecil setiap pertambahan satu satuan umur. Bila digambarkan dalam kurva, kurva CAI tidak berpotongan dengan kurva MAI. Gambar 5 merupakan kurva CAI dan MAI yang tidak berpotongan, dimana titik awal CAI sama dengan MAI. 8 MAI/CAI (m3/tahun)
7 6 5 4
MAI
3
CAI
2 1 0 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89 Umur (tahun)
Gambar 5 Kurva MAI dan CAI
SIMPULAN Pada hutan normal jati, daur optimal tidak ditemukan apabila menggunakan data dan metode seperti pada penelitian ini. Pola pertumbuhan jati membentuk kurva logaritma, yang berarti tidak terjadi suatu periode dimana tegakan jati awalnya tumbuh lambat, kemudian tumbuh sangat cepat dan kemudian melambat di umur selanjutnya. Dengan kata lain, tidak terjadi pertumbuhan maksimum. Ketika dihitung pertumbuhan rata-ratanya (V/T), polanya selalu menurun. Pola yang menurun ini ketika dikalikan dengan harga dan faktor diskon juga akan tetap menurun. Hasilnya adalah nilai kini penerimaan bersih (NPV) selalu menurun dengan bertambahnya umur. Dengan demikian, daur optimal tidak ditemukan.
DAFTAR PUSTAKA Anggraini D. 2006. Kajian kelestarian produksi hasil hutan kayu jati (Tectona Grandis L. f) KPH Jatirogo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
14
Aruan MR. 2007. Penentuan daur optimal dengan faktor pencurian kayu di KPH Bojonegoro Perum Perhutani II Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Davis Kenneth P. 1966. Forest management : Regulation and Valuation. New York: McGraw Hill, Inc.. Fauzan. 2011. Harga Kayu Jati. [diunduh 2012 Feb 2]. Tersedia pada: http:// www.kebun-jati.blogspot.com/2012/02/harga-kayu-jati.html Forest Watch Indonesia [FWI]. 2003. Kisah Seputar Hutan Jawa. [diunduh 2012 Juni 15]. Tersedia pada: http://fwi.or.id/publikasi/intip_hutan/hutan1.pdf Ma’ruf F. 9. engaturan Hasil. [diunduh Okt 4]. Tersedia pada: http://perhutanibrainonline.wordpress.com/ 2009/04/08/pengaturan-hasil/ Murdowo B. 2012. Pemodelan Pertumbuhan Volume Tegakan Acacia mangium. [diunduh 2012 Okt 24]. Tersedia pada: http://images.institutyogyakarta. multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SOq5TgoKCncAABxPhW01/ PEMODELAN PERTUMBUHAN VOLUME Tegakan.pdf?key= institutyogyakarta:journal:13&nmid=116 015236 Pandit IKN. 2002. Anatomi Kayu: Pengantar Sifat Kayu sebagai Bahan Baku. Bogor (ID): Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Patricia V. 2006. Kurva bonita tegakan hutan tanaman Akasia (Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex Benth), studi kasus di areal gambut Hutan Tanaman PT. Wirakarya Sakti Jambi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Permana D. 2006. Penentuan daur optimum kelas perusahaan Acacia mangium Willd. di Kesatuan Pemangkuan Hutan Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pratiwi A. 2010. Penentuan daur finansial kelas perusahaan jati (Tectona grandis L. f.) dengan menggunakan analisis kelayakan finansial di KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Putri AL. 2006. Pengujian ketelitian penggunaan Tabel Tegakan Wolf Von Wulfing di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Syawaluddin P. 2007. Evaluasi perubahan kelas hutan produktif tegakan jati (Tectona grandis L.f.) (Kasus di Kesatuan Pemangkuan Hutan Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tim Fahutan IPB. 1994. Tinjauan Sifat dan Penggunaan Jati Jawa Barat. Duta Rimba XX: 163-164. [diunduh 2011 Okt 24]. Tersedia pada: http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/ 19163164944043. pdf
15
Lampiran 1 Nilai Ln umur (T) dan Ln volume (V) bonita 3.5 Umur Volume tegakan Ln T Ln V 5 20.648 1.60944 3.02763 6 26.035 1.79176 3.25943 7 31.421 1.94591 3.44749 8 35.910 2.07944 3.58102 9 38.603 2.19722 3.65334 10 42.194 2.30259 3.74229 11 55.910 2.39790 4.02375 12 59.199 2.48491 4.08091 13 62.488 2.56495 4.13497 14 65.777 2.63906 4.18627 15 69.066 2.70805 4.23506 16 72.354 2.77259 4.28158 17 74.547 2.83321 4.31143 18 76.740 2.89037 4.34042 19 80.028 2.94444 4.38238 20 83.317 2.99573 4.42266 21 72.974 3.04452 4.29010 22 74.845 3.09104 4.31542 23 77.652 3.13549 4.35223 24 79.523 3.17805 4.37604 25 81.394 3.21888 4.39930 26 83.265 3.25810 4.42203 27 85.136 3.29584 4.44425 28 87.943 3.33220 4.47669 29 89.814 3.36730 4.49774 30 91.685 3.40120 4.51836 31 89.629 3.43399 4.49567 32 91.421 3.46574 4.51548 33 93.214 3.49651 4.53490 34 95.006 3.52636 4.55394 35 96.799 3.55535 4.57264 36 98.592 3.58352 4.59099 37 100.384 3.61092 4.60900 38 102.177 3.63759 4.62670 39 103.969 3.66356 4.64409 40 105.762 3.68888 4.66119 41 97.372 3.71357 4.57853 42 98.994 3.73767 4.59506 43 100.617 3.76120 4.61132 44 102.240 3.78419 4.62732 45 103.863 3.80666 4.64307 46 105.486 3.82864 4.65858
16
47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
107.109 108.732 110.354 111.977 112.154 113.768 115.382 116.188 117.802 119.416 121.030 122.643 123.450 124.257 124.288 125.882 127.475 129.069 130.662 132.255 133.052 134.646 135.442 137.036 135.734 136.514 138.074 138.854 140.414 141.194 142.754 143.534 145.094 146.655 151.400 152.201 153.803 154.604 156.206 157.007 157.808 159.410 160.211 161.813
3.85015 3.87120 3.89182 3.91202 3.93183 3.95124 3.97029 3.98898 4.00733 4.02535 4.04305 4.06044 4.07754 4.09434 4.11087 4.12713 4.14313 4.15888 4.17439 4.18965 4.20469 4.21951 4.23411 4.24850 4.26268 4.27667 4.29046 4.30407 4.31749 4.33073 4.34381 4.35671 4.36945 4.38203 4.39445 4.40672 4.41884 4.43082 4.44265 4.45435 4.46591 4.47734 4.48864 4.49981
4.67384 4.68888 4.70370 4.71830 4.71987 4.73416 4.74824 4.75521 4.76901 4.78261 4.79604 4.80928 4.81584 4.82235 4.82260 4.83534 4.84792 4.86034 4.87261 4.88474 4.89074 4.90265 4.90855 4.92024 4.91069 4.91642 4.92779 4.93342 4.94460 4.95014 4.96112 4.96657 4.97739 4.98808 5.01992 5.02520 5.03567 5.04087 5.05118 5.05629 5.06138 5.07148 5.07649 5.08644
17
REGRESI PERTUMBUHAN SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.976135787 R Square 0.952841074 Adjusted R Square 0.952279658 Standard Error 0.090414323 Observations 86 ANOVA df 1 84 85
SS 13.87427557 0.686678981 14.56095456
Coefficients 2.531627013 0.566031576
Standard Error 0.051256848 0.013739557
Regression Residual Total
Intercept X Variable 1
Ln V = 2.53162 + 0.56603 Ln(T)
Lampiran 2 Volume kayu jati bonita 3.5 Umur Ln V Volume 5 3.4426 31.258 6 3.5458 34.655 7 3.6331 37.815 8 3.7087 40.783 9 3.7753 43.595 10 3.8350 46.273 11 3.8889 48.838 12 3.9382 51.303 13 3.9835 53.681 14 4.0254 55.980 15 4.0645 58.209 16 4.1010 60.375 17 4.1353 62.482 18 4.1677 64.537 19 4.1983 66.542 20 4.2273 68.502 21 4.2549 70.420
Umur 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64
Ln V 4.72285 4.73452 4.74596 4.75716 4.76816 4.77894 4.78952 4.79990 4.81010 4.82012 4.82997 4.83964 4.84916 4.85851 4.86772 4.87677 4.88569
Volume 112.433 113.753 115.061 116.358 117.644 118.919 120.184 121.438 122.683 123.918 125.144 126.361 127.568 128.767 129.958 131.140 132.314
18
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
4.2813 4.3064 4.3305 4.3536 4.3758 4.3972 4.4178 4.4376 4.4568 4.4754 4.4933 4.5108 4.5277 4.5441 4.5600 4.5755 4.5906 4.6053 4.6196 4.6336 4.6473 4.6606 4.6736 4.6863 4.6988 4.7109
72.299 74.141 75.949 77.724 79.468 81.184 82.872 84.535 86.172 87.787 89.378 90.948 92.498 94.028 95.539 97.033 98.508 99.967 101.410 102.837 104.249 105.647 107.030 108.400 109.757 111.101
Lampiran 3 Rekapitulasi biaya pengelolaan hutan jati No Kegiatan Biaya (Rp/Ha/Th) Persemaian 1. 554 556.58 2. Penanaman 1 697 027.79 3. Perawatan 194 475.17 4. Pengamanan 4 392.32 Total Biaya Biaya Per Ha
65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
4.89446 4.90310 4.91162 4.92000 4.92826 4.93641 4.94444 4.95236 4.96016 4.96786 4.97546 4.98296 4.99036 4.99766 5.00487 5.01199 5.01902 5.02597 5.03283 5.03961 5.04631 5.05293 5.05947 5.06594 5.07234 5.07866
Biaya Seluruh Areal (Rp/Th) 7 603 414 357.06 23 267 608 623.13 2 666 410 160.84 60 222 221.06 33 597 655 362.09 2 450 451.86
133.480 134.639 135.790 136.933 138.069 139.198 140.320 141.435 142.544 143.646 144.741 145.830 146.913 147.990 149.061 150.126 151.185 152.238 153.286 154.329 155.366 156.398 157.425 158.446 159.463 160.474
19
Umur
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Volume per Ha (m3/Ha)
31.2576 34.6553 37.8147 40.7833 43.5946 46.2733 48.8380 51.3033 53.6808 55.9803 58.2094 60.3750 62.4825 64.5369 66.5423 68.5023 70.4203 72.2990 74.1410 75.9486 77.7238 79.4683 81.1841 82.8724 84.5347 86.1724 87.7865 89.3782 90.9485 92.4982 94.0282 95.5394 97.0325 98.5082 99.9671 101.4099 102.8370 104.2492 105.6468 107.0304 108.4005
Sortimen (x 100%)
Harga
AI
(Rp/m3)
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.58 0.58 0.58 0.58 0.58
AII
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34
AIII
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08
1.070.000 1.070.000 1.070.000 1.070.000 1.070.000 1.070.000 1.070.000 1.070.000 1.070.000 1.070.000 1.070.000 1.070.000 1.070.000 1.070.000 1.070.000 1.070.000 1.169.900 1.169.900 1.169.900 1.169.900 1.169.900 1.169.900 1.169.900 1.169.900 1.169.900 1.169.900 1.556.900 1.556.900 1.556.900 1.556.900 1.556.900 1.556.900 1.556.900 1.556.900 1.556.900 1.556.900 1.605.980 1.605.980 1.605.980 1.605.980 1.605.980
Biaya panen (Rp/m3)
125.015.46
Harga - Biaya Panen (Rp/m3)
944.984.54 944.984.54 944.984.54 944.984.54 944.984.54 944.984.54 944.984.54 944.984.54 944.984.54 944.984.54 944.984.54 944.984.54 944.984.54 944.984.54 944.984.54 944.984.54 1.044.884.54 1.044.884.54 1.044.884.54 1.044.884.54 1.044.884.54 1.044.884.54 1.044.884.54 1.044.884.54 1.044.884.54 1.044.884.54 1.431.884.54 1.431.884.54 1.431.884.54 1.431.884.54 1.431.884.54 1.431.884.54 1.431.884.54 1.431.884.54 1.431.884.54 1.431.884.54 1.480.964.54 1.480.964.54 1.480.964.54 1.480.964.54 1.480.964.54
20
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89
109.7573 111.1014 112.4332 113.7530 115.0611 116.3580 117.6438 118.9189 120.1837 121.4383 122.6831 123.9182 125.1440 126.3607 127.5684 128.7674 129.9579 131.1401 132.3142 133.4804 134.6388 135.7896 136.9330 138.0691 139.1980 140.3200 141.4352 142.5436 143.6455 144.7410 145.8301 146.9130 147.9898 149.0607 150.1257 151.1849 152.2385 153.2865 154.3290 155.3662 156.3980 157.4247 158.4463 159.4629
0.58 0.58 0.58 0.58 0.58 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45
0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25
0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3
1.605.980 1.605.980 1.605.980 1.605.980 1.605.980 1.679.600 1.679.600 1.679.600 1.679.600 1.679.600 1.679.600 1.679.600 1.679.600 1.679.600 1.679.600 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950 2.055.950
1.480.964.54 1.480.964.54 1.480.964.54 1.480.964.54 1.480.964.54 1.554.584.54 1.554.584.54 1.554.584.54 1.554.584.54 1.554.584.54 1.554.584.54 1.554.584.54 1.554.584.54 1.554.584.54 1.554.584.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54 1.930.934.54
21
REGRESI HARGA SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.960025314 R Square 0.921648603 Adjusted R Square 0.920715848 Standard Error 108594.4686 Observations 86 ANOVA df 1 84 85
SS 1.16523E+13 9.90592E+11 1.26429E+13
Coefficients
Standard Error
786.036 14.828
25281.91875 471.7153541
Regression Residual Total
Intercept X Variable 1
y = 14842x + 786036
Lampiran 4 Nilai NPV jati bonita 3.5 Umur 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
NPV 27909378.52 27979415.20 27969662.66 27904713.50 27799326.80 27663022.13 27502295.73 27321787.63 27124939.87 26914388.80 26692209.56 26460074.52 26219359.25 25971215.47 25716622.46 25456424.18
Umur 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
NPV 17604673.32 17336974.56 17071404.99 16808029.33 16546907.29 16288093.82 16031639.37 15777590.11 15525988.15 15276871.73 15030275.46 14786230.42 14544764.43 14305902.14 14069665.24 13836072.55
22
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
25191356.52 24922067.71 24649133.83 24373070.78 24094343.64 23813374.13 23530546.49 23246212.37 22960694.73 22674291.15 22387276.53 22099905.41 21812413.93 21525021.47 21237932.17 20951336.09 20665410.42 20380320.36 20096220.05 19813253.31 19531554.32 19251248.28 18972451.94 18695274.15 18419816.29 18146172.73 17874431.24
64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
13605140.24 13376881.89 13151308.66 12928429.40 12708250.77 12490777.38 12276011.82 12063954.84 11854605.43 11647960.88 11444016.89 11242767.67 11044206.01 10848323.34 10655109.83 10464554.46 10276645.07 10091368.43 9908710.34 9728655.62 9551188.23 9376291.31 9203947.19 9034137.52 8866843.23 8702044.66 8539721.53
23
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ambon pada tanggal 3 April 1989 dari ayah Ir. Alim Hamonangan Tampubolon dan ibu Linda Pangaribuan, BA. Penulis adalah anak ketiga dari 4 bersaudara. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Katolik Sibolga dan lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada tahun yang sama. Penulis diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan angkatan 44. Selama masa perkuliahan, penulis bergabung dalam organisasi kemahasiswaan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB. Pada tahun 2009, penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cagar Alam Pangandaran dan Cagar Alam Papandayan. Pada tahun 2010, penulis melakukan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Gunung Walat, Sukabumi. Pada tahun 2011 penulis melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Suka Jaya Makmur, Pontianak (Kalimantan Barat). Untuk meraih gelar sarjana, penulis menyusun karya ilmiah yang berjudul Daur Optimal Hutan Normal Jati (Kasus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur) di bawah bimbingan Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS.