Riptek, Vol.3, No.2, Tahun 2009, Hal.: 1 - 10
PENEMPATAN POHON PADA JALUR PEJALAN KAKI BERBASIS PANAS MATAHARI DI KOTA SEMARANG Wardianto,G *, Budihardjo,E **, Soetomo, S**, Prianto, E **) Abstrak Dalam berbagai referensi perancangan jalur pejalan kaki pada umumnya memperhatikan secara seksama persyaratan terhadap faktor iklim. Tetapi tidak dijumpai adanya persyaratan spesifik yang dirumuskan untuk jalur pejalan kaki berkaitan dengan kondisi panas matahari. Pohon merupakan elemen utama yang dibutuhkan pejalan kaki untuk berlindung dari panas matahari. Penempatan pohon-pohon secara benar di jalur pejalan kaki akan memberikan perlindungan yang optimal kepada pejalan kaki terhadap panas matahari. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menyusun suatu persyaratan spesifik penempatan pohon-pohon dalam hubungannya dengan pengaruh panas matahari terhadap jalur pejalan kaki khususnya di Semarang. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada observasi visual pada jalur pejalan kaki yang sudah ada yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian ini. Persyaratan untuk penempatan pohon-pohon secara benar sebagai elemen peneduh pada jalur pejalan kaki di Semarangmerupakan hasill dari penelitian ini. Dan hasil penelitian ini akan memberikan manfaat untuk mengevaluasi jalur pejalan kaki yang sudah ada atau untuk merancang jalur pejalan kaki yang baru yang dapat memberikan perlindungan yang optimal kepada pejalan kaki terhadap panas matahari. Kata kunci : pohon peneduh, panas matahari, jalur pejalan kaki, Kota Semarang
Pendahuluan Pemerintah kota pada umumnya berpendapat bahwa kendaraan bermotor mempunyai hak yang lebih dibanding dengan pejalan kaki dalam penggunaan ruang publik, sehingga penggunaan jalan lebih diutamakan bagi kendaraan bermotor (Litman, Todd., 2004). Infrastruktur dan pelayanan bagi pejalan kaki di kota-kota di negara berkembang seringkali kurang mendapatkan perhatian dalam perencanaan dan penganggaran oleh pemerintah kota (Krambeck, Holly dan Shah, Jitendra., 2006). Demikian juga kecenderungan perkembangan kawasan urban di Indonesia sampai dengan saat ini lebih memprioritaskan kepentingan pergerakan kendaraan bermotor dengan segala fasilitasnya, dan mengabaikan ragam aktivitas manusia. Padahal kehidupan sebuah kota tercermin dari ragam aktivitas kehidupan manusia dalam kawasan koridor tersebut. Kualitas kenyamanan koridor semakin menurun, termasuk kenyamanan termal sebagai akibat dari pengaruh panas matahari (Kusumawanto, 2004). Matahari merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Sinarnya memberikan penerangan dan panasnya dapat memberikan energi serta mengandung unsur-unsur yang memberikan kehidupan bagi manusia, binatang, tumbuhan, dan
mahluk hidup lainnya. Panas matahari dalam kadar tertentu memberikan kenyamanan tetapi sebaliknya dalam kadar tertentu dapat juga menimbulkan rasa tidak nyaman bagi manusia. Dengan teknologi yang dimilikinya, manusia dapat mengatasi rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh panas matahari dengan melindungi dirinya dalam bangunan-bangunan gedung untuk melakukan aktivitasnya. Dan selanjutnya kemajuan teknologi memungkinkan manusia untuk mengatur kenyamanan didalam ruangan sesuai dengan tingkat kenyamanan yang diinginkannya dengan sistim pengkondisian udara (air conditioning). Kemajuan teknologi telah menjadikan manusia mampu untuk terus menerus memperbaiki kualitas kenyamanan termal di ruang tertutup. Namun masalah besar yang timbul adalah semakin sukses manusia menciptakan kenyamanan di ruang tertutup maka ketertarikan untuk beraktivitas di ruang terbuka semakin menurun (Whyte, 1988). Di ruang terbuka kota seperti halnya di jalur pejalan kaki manusia melindungi dirinya terhadap panas matahari antara lain dengan berlindung dibawah pohon. Oleh karena itu pohon adalah merupakan elemen penting di jalur pejalan kaki untuk memberikan
*) Mahasiswa Program Doktor Teknik Arsitektur dan Perkotaan (PDTAP) Undip Semarang **) Promotor dan Co-promotor PDTAP
Penempatan Pohon Pada Jalur Pejalan Kaki Berbasis Panas Matahari di Kota Semarang perlindungan bagi pejalan kaki terhadap panas matahari. Tetapi pada kenyataannya banyak dijumpai di jalur pejalan kaki yang sudah ada, penempatan pohon-pohon tidak diperhitungkan terhadap panas matahari sehingga tidak memberikan perlindungan yang optimal kepada pejalan kaki. Fenomena seperti ini terjadi juga di kota Semarang. Dibeberapa jalur pejalan kaki di jalur jalan utama kota seperti di jalan Pandanaran, jalan Pemuda, dan jalan Gajah Mada dijumpai jalur pejalan kaki yang lintasannya tidak terlindung dari panas matahari. Perlindungan terhadap panas matahari di ruang terbuka seperti jalur pejalan kaki khususnya diperlukan pada periode panas matahari tertinggi. Panas matahari terutama pada periode panas tertinggi menimbulkan rasa tidak nyaman kepada para pejalan kaki di ruang terbuka kota antara lain dengan timbulnya keringat, rasa haus, dan rasa lelah. Sedangkan pada periode tersebut banyak warga kota yang harus melakukan aktivitasnya berjalan kaki di jalur pejalan kaki ruang terbuka seperti antara lain pulang sekolah, keluar makan siang, atau pulang kerja. Para pejalan kaki pada periode tersebut memerlukan jalur pejalan kaki yang dapat mengurangi atau mengatasi rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh panas matahari. Di daerah yang beriklim tropis lembab seperti di Indonesia panas tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah tengah hari, karena pada saat itu radiasi matahari langsung bergabung dengan temperatur udara yang sudah tinggi. Sebagai patokan dapat dianggap bahwa temperatur tertinggi sekitar 1 – 2 jam setelah posisi matahari tertinggi (Lippsmeier, 1994). Penelitian ini akan mengungkap fakta-fakta adanya penempatan pohon-pohon di jalur pejalan kaki yang tidak memberikan perlindungan yang optimal kepada pejalan kaki. Kemudian dilakukan kajian terhadap fakta-fakta tersebut untuk mendapatkan jawaban bagaimana penempatan pohon-pohon yang benar yang dapat memberikan perlindungan optimal kepada pejalan kaki. Selanjutnya jawaban-jawaban tersebut dirumuskan sebagai persyaratan penempatan pohon yang berbasis pengaruh panas matahari. Metoda penelitian Penelitian ini dilakukan pada periode panas matahari tertinggi. Oleh karena itu harus ditetapkan terlebih dahulu antara jam berapa sampai jam berapa periode panas matahari terjadi. Kemudian diambil data visual berupa foto-foto dari beberapa jalur pejalan kaki yang dipilih sebagai lokasi penelitian pada periode panas matahari tertinggi.
2
(Wardianto dkk) Kusumawanto dalam penelitian disertasinya pada tahun 2005 di jalan Maliobobro Yogyakarta dengan menggunakan metoda pengukuran temperatur udara dan kelembaban antara jam 08.00 sampai jam 19.30 mendapatkan bahwa periode panas tertinggi adalah antara jam 12.00 – 17.00. Wardianto dalam penelitiannya tahun 2007 di jalan Pandanaran, jalan Pemuda dan jalan Gajah Mada secara kualitatif berdasarkan jawaban pejalan kaki di lokasi penelitian diperoleh pernyataan bahwa panas tertinggi yang dirasakan adalah antara jam 11.00 sampai jam 15.00. Sedangkan berdasarkan data tahunan tahun 2007 dari Badan Metereologi kota Semarang diperoleh bahwa panas matahari tertinggi terjadi antara jam 10.00 – jam 16.00. Untuk penelitian ini pengambilan data visual dilakukan diantara jam 11.00 – jam 15.00 yaitu ketika terdapat banyak pejalan kaki. Diluar periode tersebut panas matahari sudah tidak memberikan efek yang mengganggu terhadap pejalan kaki. Untuk penelitian ini dipilih jalan utama kota yaitu di kawasan segitiga emas kota Semarang meliputi jalan Pandanaran, jalan Pemuda dan jalan Gajah Mada, karena berdasarkan observasi di jalan-jalan tersebut dijumpai banyak pejalan kaki pada periode panas tertinggi yang semestinya memerlukan perlindungan terhadap panas matahari. Studi ini menggunakan metoda pengamatan visual langsung terhadap fakta empirik di lapangan. Fakta empirik diambil dari lokasi studi di kota Semarang di jalan Pandanaran, jalan Pemuda, dan jalan Gajah Mada yang membentuk segitiga sehingga masing-masing jalan berada pada posisi orientasi yang berbeda terhadap lintasan matahari. Perletakan pohon-pohon peneduh di masing-masing jalur pejalan kaki juga berbeda sehingga dapat memperkaya fakta empirik sebagai obyek penelitian. Pengamatan pada lokasi studi dibagi dalam segmen-segmen yang didasarkan pada pengelompokan fungsi bangunan, sistim aktivitas, dan khususnya perbedaan konfigurasi fisik jalur pejalan kaki yang akan berpengaruh pada efek bayangan yang terjadi pada jalur pejalan kaki dimasing-masing segmen. Kunci untuk mengurangi atau mengatasi rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh panas matahari di ruang terbuka kota tropis adalah adanya bayangan (Lippsmeier, 1994; Golany, 1995; Rohinton, 2005; Nikolopoulou, 2003). Pohon merupakan salah satu elemen utama pada jalur pejalan kaki yang dapat memberikan
Riptek, Vol.3, No.2, Tahun 2009, Hal.: 1 - 10 efek bayangan yang dapat memberikan perlindungan bagi pejalan kaki terhadap panas matahari (Rapoport, 1969; Shirvani, 1985; Rubenstein, 1992). Bayangan yang terjadi pada permukaan tanah ditentukan oleh dua hal yaitu, sudut datang sinar matahari dan posisi pohon terhadap arah datangnya sinar matahari.
14.00
13.00
15.00
12.00
11.00
Matahari bergerak sepanjang hari dari arah Timur ke Barat dengan perubahan sudut datang 15° setiap 1 jam, berada di puncak pada waktu tengah hari yaitu pada jam 12.00 dan mencapai panas tertinggi 2 jam setelah matahari mencapai puncaknya (Lippsmeier, 1994).
EFEK BAYANGAN PADA JALUR PEJALAN KAKI YANG POSISI LINTASANNYA ARAH UTARA-SELATAN
10.00 09.00
16.00
08.00
17.00
PEJALAN
07.00
18.00
06.00 DIAGRAM SUDUT DATANG MATAHARI
KAKI TIDAK TERLINDUNG EFEK BAYANGAN JAM 15..00 TERHADAP PANAS
PEJALAN KAKI TERLINDUNG TERHADAP PANAS EFEK BAYANGAN JAM 11..00 MATAHARI
MATAHARI
Hal lain yang memberikan pengaruh pada efek bayangan yang terjadi sepanjang lintasan jalur pejalan kaki adalah posisi lintasan jalur pejalan kaki terhadap lintasan matahari. Merujuk kepada arah lintasan matahari dari timur ke barat. Maka jalur pejalan kaki yang lintasannya sejajar dengan lintasan matahari (timur – barat) efek bayangan akan selalu jatuh pada posisi yang relatif sama di permukaan lintasan jalur pejalan kaki sepanjang hari. Sedangkan jalur pejalan kaki yang lintasannya pada posisi tegak lurus terhadap lintasan matahari (utara – selatan) maka efek bayangan tidak selalu jatuh pada posisi
yang sama di lintasan jalur pejalan kaki seperti yang terjadi pada gambar tersebut diatas. Selanjutnya efek bayangan pada lintasan jalur pejalan kaki ditentukan oleh penempatan pohon-pohon terhadap lebar lintasan. Apakah ditempatkan disisi dalam (pada batas persil) atau disisi luar (pada batas jalur kendaraan bermotor). Data visual yang diambil akan memperlihatkan variasi efek bayang yang terjadi pada permukaan lintasan jalur pejalan kaki.
LOKASI PENELITIAN :
3
Penempatan Pohon Pada Jalur Pejalan Kaki Berbasis Panas Matahari di Kota Semarang
(Wardianto dkk) POSISI TERHADAP SUDUT DATANG DAN LINTASAN MATAHARI
Jl. Pandanaran Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3
PASAR JOHAR
C
Jl. Pemuda
6
Segmen 4 Segmen 5 Segmen 6
Jl. Gajah Mada
7
SUDUT DATANG PERIODE PANAS TERTINGGI
Segmen 7 Segmen 8 Segmen 9
5
Jl. PEMUDA Posisinya diagonal terhadap arah lintasan matahari
8
4
B
TUGU MUDA
Jl. PANDANARAN Posisinya relatif searah terhadap arah lintasan matahari
3 2
9
Jl. GAJAH MADA Posisinya relatif tegak lurus terhadap arah lintasan matahari
1
A U
Data visual direkam dengan menggunakan camera foto digital. Dilakukan pada bulan Oktober 2007. Dipilih bulan Oktober karena berdasarkan analisa data klimatologi selama periode 30 tahun (1971 – 2000) yang diambil dari Stasiun Klimatologi Semarang oleh Badan Metereologi Kota Semarang diperoleh data bahwa suhu udara tertinggi di kota Semarang terjadi pada bulan September-Nopember dengan puncaknya pada bulan Oktober. Data visual berupa foto-foto diambil di masingmasing jalur pejalan kaki berdasarkan pembagian segmen yang telah ditentukan. Selanjutnya dilakukan analisis secara deskriptif berdasarkan data visual (foto-foto) dan berdasarkan pengalaman visual peneliti ketika melakukan pengambilan data visual di
4
SIMPANG LIMA
lapangan mengenai penempatan pohon-pohon dan efek bayangan yang terjadi di setiap segmen di lokasi penelitian pada periode panas matahari tertinggi. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi posisi penempatan pohon-pohon pada jalur pejalan kaki yang ada dan menghasilkan efek bayangan yang berbeda-beda. Demikian juga terlihat bahwa posisi jalur pejalan kaki terhadap arah lintasan matahari dan sudut datang matahari pada periode panas matahari menghasilkan efek bayangan yang berbeda-beda.
Riptek, Vol.3, No.2, Tahun 2009, Hal.: 1 - 10
Jalan Pandanaran SEGMEN 1,2, 3
SEGMEN 1
SISI SELATAN
SEGMEN 2
SISI SELATAN
SEGMEN 3
SISI SELATAN
Disepanjang jalur pejalan kaki di jalan Pandanaran pohon-pohon ditempatkan pada sisi jalur kendaraan bermotor. Karena orientasi jalan Pandanaran searah dan hampir sejajar dengan arah lintasan matahari maka perubahan sudut datang sinar matahari tidak berpengaruh secara signifikan pada perubahan jatuhnya bayangan ke permukaan jalur pejalan kaki. Sinar matahari jam 11.00-15.00 terhalang pohon-pohon sepanjang jalan. Bayangan pohon jatuh di permukaan jalur pejalan kaki sepanjang hari.
Efek bayangan
Efek bayangan
SEGMEN 1
SISI UTARA
SEGMEN 2
SISI UTARA SISI UTARA
SEGMEN 3
SISI UTARA
Jalan Pemuda SEGMEN 4
SEGMEN 4
sisi dalam
SISI BARAT
sisi luar
Disepanjang jalur pejalan kaki di jalan Pemuda segmen 4 pohon-pohon ditempatkan pada sisi pagar halaman bangunan. Karena orientasi jalan Pemuda hampir tegak lurus terhadap arah lintasan matahari maka perubahan sudut datang sinar matahari sangat berpengaruh secara signifikan pada perubahan jatuhnya bayangan ke permukaan jalur pejalan kaki. Sinar matahari jam 12.00 tidak terhalang pohonpohon sepanjang jalan. Sinar matahari jam 15.00 pada jalur pejalan kaki sisi barat dapat terhalang pohon sedangkan disisi timur tidak terhalang pohon. Bayangan pohon jatuh dipermukaan jalur pejalan kaki hanya di jalur pejalan kaki sisi barat setelah jam 13.00.
Jalan Pandanaran
SEGMEN 4
sisi luar
SISI TIMUR
sisi dalam
5
Penempatan Pohon Pada Jalur Pejalan Kaki Berbasis Panas Matahari di Kota Semarang
(Wardianto dkk)
SEGMEN 5
SEGMEN 5
SISI BARAT
Disepanjang jalur pejalan kaki di jalan Pemuda segmen 5 pohon-pohon ditempatkan pada sisi jalur kendaraan bermotor. Karena orientasi jalan Pemuda hampir tegak lurus terhadap arah lintasan matahari maka perubahan sudut datang sinar matahari sangat berpengaruh secara signifikan pada perubahan jatuhnya bayangan ke permukaan jalur pejalan kaki. Sinar matahari jam 12.00 tidak terhalang pohonpohon sepanjang jalan. Sinar matahari jam 15.00 pada jalur pejalan kaki sisi timur dapat terhalang pohon sedangkan disisi barat tidak terhalang pohon. Bayangan pohon jatuh dipermukaan jalur pejalan kaki hanya di jalur pejalan kaki sisi timur setelah jam 13.00.
SEGMEN 5
SISI TIMUR
Efek bayangan Sisi dalam
sisi luar
sisi luar
sisi dalam
SEGMEN 6
SEGMEN 6
SISI BARAT
Disepanjang jalur pejalan kaki di jalan Pemuda segmen 6 pohon-pohon ditempatkan pada sisi jalur kendaraan bermotor. Karena orientasi jalan Pemuda hampir tegak lurus terhadap arah lintasan matahari maka perubahan sudut datang sinar matahari sangat berpengaruh secara signifikan pada perubahan jatuhnya bayangan ke permukaan jalur pejalan kaki. Sinar matahari jam 12.00 tidak terhalang pohonpohon sepanjang jalan. Sinar matahari jam 15.00 pada jalur pejalan kaki sisi timur dapat terhalang pohon sedangkan disisi barat tidak terhalang pohon, tetapi terhalang oleh bangunan yang menghasilkan bayangan memanjang pada setengah lebar permukaan jalur pejalan kaki. Bayangan pohon jatuh dipermukaan jalur pejalan kaki di jalur pejalan kaki sisi timur dan sebagian jalur pejalan kaki sisi barat setelah jam 13.00.
SEGMEN 6
SISI TIMUR
Efek bayangan
Sisi dalam
sisi luar
sisi luar
Jalan Gajah Mada
6
sisi dalam
Riptek, Vol.3, No.2, Tahun 2009, Hal.: 1 - 10
SEGMEN 7
SEGMEN 7
SISI BARAT
Efek bayangan
Disepanjang jalur pejalan kaki di jalan Gajah Mada segmen 7 pohon-pohon ditempatkan pada sisi jalur kendaraan bermotor. Karena orientasi jalan Gajah Mada hampir tegak lurus terhadap arah lintasan matahari maka perubahan sudut datang sinar matahari sangat berpengaruh secara signifikan pada perubahan jatuhnya bayangan ke permukaan jalur pejalan kaki. Sinar matahari jam 12.00 terhalang pohonpohon dan kanopi bangunan sepanjang jalan. Sinar matahari jam 15.00 pada jalur pejalan kaki sisi timur dapat terhalang pohon sedangkan disisi barat tidak terhalang pohon, tetapi terhalang oleh bangunan yang menghasilkan bayangan pada permukaan jalur pejalan kaki. Bayangan pohon jatuh dipermukaan jalur pejalan kaki di jalur pejalan kaki sisi timur dan sebagian jalur pejalan kaki sisi barat setelah jam 13.00.
Efek bayangan
Efek bayangan
sisi dalam
SISI TIMUR
SEGMEN 7
Efek bayangan
sisi luar
sisi luar
sisi dalam
SEGMEN 8
SEGMEN 8
SISI TIMUR
Disepanjang jalur pejalan kaki di jalan Gajah Mada segmen 8 pohon-pohon ditempatkan pada sisi jalur kendaraan bermotor. Karena orientasi jalan Gajah Mada hampir tegak lurus terhadap arah lintasan matahari maka perubahan sudut datang sinar matahari sangat berpengaruh secara signifikan pada perubahan jatuhnya bayangan ke permukaan jalur pejalan kaki. Sinar matahari jam 12.00 tidak terhalang pohonpohon dan kanopi bangunan sepanjang jalan. Sinar matahari jam 15.00 pada jalur pejalan kaki sisi timur dapat terhalang pohon sedangkan disisi barat tidak terhalang pohon. Bayangan pohon jatuh dipermukaan jalur pejalan kaki di jalur pejalan kaki sisi timur setelah jam 13.00. Pohon di sisi timur terlalu tinggi dan tidak rindang sehingga tidak optimal menghalangi sinar matahari dengan sudut datang miring.
SEGMEN 8
SISI BARAT
Efek bayangan
sisi dalam
sisi luar
sisi luar
sisi dalam
7
Penempatan Pohon Pada Jalur Pejalan Kaki Berbasis Panas Matahari di Kota Semarang
(Wardianto dkk)
SEGMEN 9
SEGMEN 9
SISI TIMUR
Disepanjang jalur pejalan kaki di jalan Gajah Mada segmen 9 pohon-pohon ditempatkan pada sisi jalur kendaraan bermotor. Karena orientasi jalan Gajah Mada hampir tegak lurus terhadap arah lintasan matahari maka perubahan sudut datang sinar matahari sangat berpengaruh secara signifikan pada perubahan jatuhnya bayangan ke permukaan jalur pejalan kaki. Sinar matahari jam 12.00 tidak terhalang pohonpohon dan kanopi bangunan sepanjang jalan. Sinar matahari jam 15.00 pada jalur pejalan kaki sisi timur dapat terhalang pohon sedangkan disisi barat tidak terhalang pohon. Bayangan pohon jatuh dipermukaan jalur pejalan kaki di jalur pejalan kaki sisi timur setelah jam 13.00.
SEGMEN 9
SISI BARAT
Efek bayangan
sisi dalam
sisi luar
Dari hasil penelitian tersebut diatas didapati hal-hal yang penting berkaitan dengan keberadaan pohon dan efek bayangan di jalur pejalan kaki pada periode panas matahari tertinggi. 1. Terdapat dua tipologi jalur pejalan kaki berkaitan dengan keberadaan pohon-pohon dan bangunan. Pertama, adalah jalur pejalan kaki yang berada di kawasan dimana antara bangunan dan jalur pejalan kaki dipisahkan oleh adanya halaman, berbatasan dengan pagar hal;aman. Bangunan berada pada jarak yang cukup jauh dari jalur pejalan kaki sehingga efek bayangannya tidak sampai pada lintasan jalur pejalan kaki. Efek bayangan dapat terjadi dari keberadaan pagar halaman dengan tinggi tertentu. Pada tipologi ini efek bayangan didapat dari keberadaan pohonpohon dan pagar halaman bila tingginya cukup. Termasuk dalam tipologi ini adalah jalur pejalan kaki segmen 1, 2, 3, 4, 5, 8, dan 9. Kedua, adalah jalur pejalan kaki yang berada di kawasan dimana bangunan berbatasan langsung dengan jalur pejalan kaki. Sehingga bangunan pada posisi tertentu dan jam tertentu dapat memberikan efek bayangan pada lintasan jalur pejalan kaki. Pada tipologi ini efek bayangan didapat dari keberadaan pohon-pohon dan bangunan. Termasuk dalam tipologi ini adalah jalur pejalan kaki segmen 6 dan 7.
8
sisi luar
sisi dalam
2. Pohon-pohon pada semua segmen jalur pejalan kaki ditempatkan secara simetri terhadap keberadaan jalur kendaraan bermotor. Yaitu ditempatkan disisi luar seperti pada segmen 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8 dan 9 atau disisi dalam seperti pada segmen 4. Penempatan pohon secara simetri menghasilkan efek bayangan yang berbeda pada masing-masing jalur pejalan kaki di kiri dan kanan jalan kendaraaan bermotor bila posisi jalur pejalan kaki tidak searah dengan lintasan matahari. yaitu seperti yang terjadi pada segmen 5, 6, 7, 8, dan 9. Pada satu sisi terjadi efek bayangan sedangkan pada sisi yang lain tidak ada efek bayangan. Sedangkan pada jalur pejalan kaki yang posisinya sejajar dengan arah lintasan matahari efek bayangan pada jalur pejalan kaki di dua sisi relatif sama seperti pada segmen 1, 2, dan 3, efek bayangan terjadi sepanjang hari pada lintasan jalur pejalan kaki. Dari hasil penelitian dan pembahasan tersebut diatas didapatkan bahwa agar penempatan pohonpohon di jalur pejalan kaki dapat memberikan efek bayangan untuk memberikan perlindungan yang optimal kepada pejalan kaki, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: i) tipologi jalur pejalan kaki berkaitan dengan keberadaan bangunan di sepanjang lintasan, ii) posisi jalur pejalan kaki terhadap arah lintasan matahari, iii) sudut jatuh sinar matahari pada periode panas matahari tertinggi.
Riptek, Vol.3, No.2, Tahun 2009, Hal.: 1 - 10 Kesimpulan
1. Untuk mendapatkan efek bayangan yang sama di dua sisi jalur pejalan kaki penempatan pohon-pohon tidak harus simetri diantara kedua sisi terutama pada jalur pejalan kaki yang posisinya tegak lurus terhadap arah lintasan matahari.
Dalam merancang penempatan pohon-pohon pada suatu jalur pejalan kaki, agar dapat berfungsi memberikan perlindungan terhadap panas matahari bagi pejalan kaki harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Sudut datang matahari jam 11.00 Sudut datang matahari jam 15.00 EFEK
EFEK
BAYAN
BAYAN
GAN
GAN
sisi barat
sisi timur
Dengan penempatan pohon yang tidak simetris maka diperoleh efek bayangan optimal pada periode panas matahari tertinggi (jam 11.00 – 15.00) yang sama di sisi barat dan sisi timur
Bila jalur pejalan kaki cukup lebar dapat ditempat dua deretan pohon di setiap sisi jalur pejalan kaki.
EFEK BAYAN GAN sisi barat
2. Harus diketahui tipologi jalur pejalan kaki berkaitan dengan keberadaan bangunan di sepanjang jalur pejalan kaki. Apakah bangunan berbatasan langsung dengan jalur pejalan kaki atau terpisah oleh halaman dan jalurpejalan kaki berbatasan dengan pagar halaman. Hal ini untuk dapat merancang kombinasi efek bayangan yang dihasilkan oleh pohon dan oleh bangunan atau pagar halaman agar diperoleh perlindungan yang optimal terhadap panas matahari bagi pejalan kaki. Tipologi jalur pejalan kaki ini dapat diketahui dari peta tata guna tanah dan Rencana Umum Tata Ruang Kota. 3. Harus diketahui posisi jalur pejalan kaki terhadap arah lintasan matahari sehingga dapat diperkirakan efak bayangan yang akan terjadi berdasarkan sudut jatuh sinar matahari pada periode panas matahari tertinggi terhadap pohon-pohon dan bangunan atau pagar halaman. Untuk mengetahui sudut jatuh
EFEK BAYAN GAN
sisi timur
Dengan penempatan dua pohon jalur pejalan kaki mendapatkan perlindungan maksimal terhadap panas matahari
sinar matahari disarankan untuk melakukan observasi langsung di lapangan karena ketepatan terjadinya efek bayangan akan lebih akurat berdasarkan fakta sebenarnya. Hal ini dipertimbangkan karena pada kenyataannya posisi lintasan jalur pejalan kaki terhadap arah lintasan matahari variasinya sangat banyak dan setiap perbedaan posisi menghasilkan efek bayangan yang berbeda. Ucapan terima kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada para pembimbing Program Doktor Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro Semarang yang telah menjadi patner selama melakukan penelitian jenjnag strata III ini dan Pemerintah Kota Semarang yang memberi kesempatan untuk mempublikasikan hasil penelitian ini, semoga hasil tulisan ini bermanfaat.
9
Penempatan Pohon Pada Jalur Pejalan Kaki Berbasis Panas Matahari di Kota Semarang
DAFTAR PUSTAKA Golany, Gideon S, 1995, Ethics and Urban Design, New York : John Wiley&Sons, Inc. Kusumawanto, Arif., 2005, Pengendalian Arsitektural Terhadap Kondisi Kenyamanan Termal Ruang Luar di Kawasan Urban, Studi Kasus : Koridor Kawasan Malioboro Yogyakarta, Disertasi Institut Teknologi Bandung. Krambeck, Holly dan Shah, Jitendra., 2006, The Global Walkability Index, Dept. of Civil and Environmental Engineering & Dept. Urban Studies and Planning, Massachusetts Insitute of Technology, USA Lippsmeier, George, 1994, Bangunan Tropis, alih bahasa Syahmir Nasution, Jakarta : Penerbit Erlangga. Litman, Todd., 2004, Whose Road?Defining Bicyclists’ and Pedestrians’ to Use Public Roadways, Victoria Transport Policy Institute, Victoria, Canada Nikolopoulou, Marialena,2003, Thermal Comfort in Outdoor Spaces: Field Studies in Greece, Centre for Renewable Energy Sources, Greece. Rapoport, 1969, House Form and Culture, London : Prentice Hall International, Inc. Rohinton, M, Emmanuel., 2005, An Urban Approach To Climate-Sensitive Design Strategies For The Tropics, Spoon Press, Oxon OX14 4RN, Great Britain. Rubenstein, Harvey M, 1992, Pedestrian Malls, Streetscape, and Urban Spaces, New York : John Wiley & Sons, Inc. Shirvani Hamid, 1985, The Urban Design Process, New York : Van Nostrand Reinhold Company. Whyte, William, W.,1988, City Rediscovering The Center, New York : Anchor Books Doubleday. -------------------, 2007, Data Klimatologi Kota Semarang Tahun 2007, Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Semarang.
10
(Wardianto dkk)