BAB II KERANGKA TEORITIS
2.1. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan NO.: 011/T/Bt/1995 Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari : a) Trotoar b) Penyeberangan (a) jembatan penyeberangan (b) zebra cross (c) pelican cross (d) terowongan c) Non Trotoar Menurut Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. : SK.43/AJ 007/DRJD/97 bahwa jenis fasilitas pejalan kaki untuk menyusuri jalan (pada sisi jalan) dapat berupa trotoar. Fasilitas pejalan kaki untuk menyeberang pada ruas jalan meliputi : 1. Zebra crossing, dengan pelindung maupun tanpa pelindung 2. Pelican crossing, dengan pelindung maupun tanpa pelindung 3. Jembatan penyeberangan atau terowongan penyeberangan. Menurut Asian Development Bank (1996) fungsi fasilitas pejalan kaki dapat ditinjau dari : 4
SYAIFUL HUDA, ANALISIS KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN JALAN (STUDI KASUS JALAN JEND. A. YANI KAWASAN INDUSTRI MUKAKUNING), 2009 UIB Repository©2013
5
1. Pejalan kaki yaitu untuk memberi kesempatan bagi lalu lintas orang, sehingga dapat berpapasan pada masing-masing arah atau menyiap dengan rasa aman dan nyaman; 2. Lalu lintas yaitu untuk menghindarkan bercampurnya pejalan kaki dengan kendaraan. Menurut Washington SDT (1997) fasilitas penyeberangan bagi pejalan kaki dapat disediakan secara bertahap sesuai dengan tingkat kebutuhan dan pertimbangan kebijakan lalulintas.
Fasilitas bagi pejalan kaki pada tingkatan
yang paling sederhana berupa marka penyeberangan (zebra crossing), kemudian tingkatan di atasnya adalah penyeberangan dengan pengendalian lampu lalulintas (pelican crossing), dan selanjutnya jembatan penyeberangan (bridge crossing) atau terowongan.
2.2. LANDASAN TEORI Fasilitas pejalan kaki dibutuhkan : 1. pada daerah-daerah perkotaan secara umum yang jumlah penduduknya tinggi. 2. pada jalan-jalan yang memiliki rute angkutan umum yang tetap. 3. pada daerah-daerah yang memiliki aktivitas kontinyu yang tinggi, seperti misalnya jalan-jalan pasar dan perkortaan. 4. pada lokasi-lokasi yang memiliki kebutuhan / permintaan yang tinggi dengan periode pendek, seperti misalnya stasiun-stasiun bis dan kereta api, sekolah, rumah sakit, lapangan olah raga.
SYAIFUL HUDA, ANALISIS KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN JALAN (STUDI KASUS JALAN JEND. A. YANI KAWASAN INDUSTRI MUKAKUNING), 2009 UIB Repository©2013
6
5. pada lokasi yang mempunyai permintaan yang tinggi untuk hari-hari tertentu, misalnya lapangan / gelanggang olah raga, tempat ibadah. 6. pada deerah-daerah rekreasi. Pergerakan Pejalan Kaki dapat dibedakan menjadi pergerakan : 1. Menyusuri Jalan 2. Memotong Jalan (pada ruas jalan) 2.2.1
Pergerakan Menyusuri Jalan
Pada beberapa daerah yang mempunyai aktivitas tinggi seperti pada jalanjalan pusat pertokoan dan pasar, maka suatu pertimbangan harus diberikan untuk membuat suatu daerah khusus pejalan kaki. Perlu tidaknya trotoar dapat diidentifikasikan oleh: 1. Volume para pejalan kaki yang berjalan 2. Volume arus lalu lintas pada ruas jalan 3. Tingkat kecelakaan 4. Pengaduan/permintaan masyarakat. Trotoar disarankan untuk direncanakan dengan tingkat pelayanan serendahrendahnya C. Pada keadaan tertentu yang tidak memungkinkan, trotoar dapat direncanakan sampai dengan tingkat pelayanan E.
Tingkat pelayanan trotoar
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
SYAIFUL HUDA, ANALISIS KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN JALAN (STUDI KASUS JALAN JEND. A. YANI KAWASAN INDUSTRI MUKAKUNING), 2009 UIB Repository©2013
7
Tabel 2.1 Tingkat Pelayanan Trotoar Modul/Space
Volume
(m2/orang)
(orang/meter/menit)
A
≥ 3,25
≤ 2,3
B
2,3 – 3,25
23 – 33
C
1,4 – 2,3
33 – 50
D
0,9 – 1,4
50 – 66
E
0,45 – 0,9
66 – 82
F
≥ 0,45
≥ 82
Tingkat Pelayanan
Lebar trotoar berdasarkan kelas jalan menurut Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan 1992 adalah: Tabel 2.2 Lebar Trotoar Berdasarkan Kelas Jalan Standar minimum
Lebar minimum
(m)
pengecualian (m)
Kelas 1
3,0
1,5
Kelas 2
3,0
1,5
Kelas 3
1,5
1,0
Klasifikasi rencana
Tipe II
Lebar minimum digunakan hanya pada jembatan dengan bentang 50 meter atau lebih pada daerah terowongan dengan volume lalulintas pejalan kaki 300 – 500 orang per 12 jam. Lebar trotoar berdasarkan lokasi menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 65 tahun 1993 adalah:
SYAIFUL HUDA, ANALISIS KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN JALAN (STUDI KASUS JALAN JEND. A. YANI KAWASAN INDUSTRI MUKAKUNING), 2009 UIB Repository©2013
8
Tabel 2.3 Lebar Trotoar Berdasarkan Lokasi Lebar Trotor No.
Lokasi Trotoar Minimal (m)
1.
Jalan di daerah perkotaan atau kaki lima
4
2.
Diwilayah perkotaan utama
3
3.
Di wilayah industri
4.
a. pada jalan primer
3
b. pada jalan akses
2
Di wilayah pemukiman a. Pada jalan primer
2,75
b. Pada jalan akses
2
Bila jumlah pejalan kaki yang melalui suatu jalan tinggi, maka lebar trotoar yang dianjurkan adalah menurut Keputusan Menteri Perhubungan No, KM 65 tahun 1993 adalah : Tabel 2.4 Lebar Trotoar Berdasarkan Jumlah Pejalan Kaki No.
Jumlah pejalan kaki/detik/meter
Lebar Trotor (m)
1.
6
2,3 – 5,0
2.
3
1,5 – 2,3
3.
2
0,9 – 1,5
4.
1
0,6 – 0,9
Ruang bebas diatasnya harus sekurang-kurangnya 2,5 meter.
SYAIFUL HUDA, ANALISIS KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN JALAN (STUDI KASUS JALAN JEND. A. YANI KAWASAN INDUSTRI MUKAKUNING), 2009 UIB Repository©2013
9
Menurut Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan NO.: 011/T/Bt/1995 Lebar alinyemen jalur pejalan kaki harus leluasa, minimal bila berpapasan, salah satu diantaranya tidak harus turun ke jalur lalulintas kendaraan, untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada pejalan kaki maka jalur harus diperkeras dan diberi pembatas. Perkerasan dapat dibuat blok beton, perkerasan aspal, permukaan rata dan mempunyai kemiringan melintang 2 – 4 % supaya tidak terjadi genangan air. Dalam keadaan ideal untuk mendapatkan lebar minimum dipakai rumus sebagai berikut:
Dimana:
LT = Lp + Lh
LT
=
Lebar total jalur pejalan kaki
Lp
=
Lebar jalur pejalan kaki yang diperlukan sesuai dengan tingkat kenyamanan yang diinginkan.
Lh
=
Lebar tambahan akibat halangan bangunan-bangunan yang ada disampingnya, ditentukan pada di bawah ini. Tabel 2.5 Lebar Tambahan Trotoar Fasilitas
Lebar Tambahan (cm)
1. Patok penerangan
75 - 100
2. Patok lalulintas
100 – 120
3. Rambu lalulintas
75 – 100
4. Kotak surat
100 – 120
5. Keranjang sampah
100
6. Tanaman peneduh
60 – 120
7. Pot bunga
150
SYAIFUL HUDA, ANALISIS KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN JALAN (STUDI KASUS JALAN JEND. A. YANI KAWASAN INDUSTRI MUKAKUNING), 2009 UIB Repository©2013
10
Lebar efektif minimum ruang pejalan kaki adalah 60 cm ditambah 15 cm untuk bergoyang tanpa membawa barang, sehingga kebutuhan total minimum untuk 2 orang pejalan kaki yang bergandengan atau 2 orang pejalan kaki yang berpapasan tanpa bersinggungan adalah 150 cm. (menurut Pedoman Perencanaan Fasilitas Jalur Pejalan Kaki pada Jalan Umum yang disusun oleh Bina Marga, 1999). Pada Pedoman tersebut juga disyaratkan untuk mendapatkan lebar minimum jalur pejalan kaki pada kondisi ideal dipakai rumus:
Dimana: W
= Lebar total jalur pejalan kaki (m)
P
= Volume pejalan kaki (orang/menit/meter)
2.2.2. Pergerakan Memotong Jalan
Metode umum untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang mungkin terjadi adalah melalui pengukuran konflik kenderaan/pejalan kaki, yaitu:
Dimana:
P V2
P
= Volume pejalan kaki yang menyeberang pad panjang 100 – 150 meter.
V
= Volume kendaraan setiap jam 2 arah pada jalan 2 arah yang tidak dibagi
(tidak ada median). Survey harus dilakukan minimum untuk 6 jam pada periode jam sibuk, dihitung untuk masing-masing jalan, dan 4 nilai tertinggi PV2 rata-rata.
SYAIFUL HUDA, ANALISIS KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN JALAN (STUDI KASUS JALAN JEND. A. YANI KAWASAN INDUSTRI MUKAKUNING), 2009 UIB Repository©2013
11
Kriteria untuk zebra cross, pelican crossing dan penyeberangan sebidang dapat dilihat pada table di bawah ini. Tabel 2.6 Kriteria Fasilitas Penyeberangan Sebidang PV2
P
V
(orang/jam)
(kend./jam)
≤ 108
Rekomendasi awal
2,3 – 5,0
Tidak perlu penyeberangan
> 108
50 - 1100
300 – 500
Zebra Cross
> 2 x 108
50 - 1100
400 – 750
Zebra Cross dengan pemisah
> 108
50 – 1100
> 500
Pelican Crossing
> 10
> 1100
> 300
Pelican Crossing
> 2 x 108
50 – 1100
> 750
Pelican Crossing dengan pemisah
> 2 x 108
> 1100
> 400
Pelican Crossing
8
Gambar 3.1 Grafik Kriteria Penetapan Jenis Fasilitas Penyeberangan Pejalan Kaki
SYAIFUL HUDA, ANALISIS KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN JALAN (STUDI KASUS JALAN JEND. A. YANI KAWASAN INDUSTRI MUKAKUNING), 2009 UIB Repository©2013
12
2.2.3 Karakteristik Arus Lalulintas Arus lalulintas antara lain : 1. Kecepatan kendaraan Kecepatan adalah tingkat perubahan jarak dibagi dengan waktu. Kecepatan dapat dihitung sebagai kecepatan setempat atau sebagai angka rata-rata waktu atau jarak. Pada saat arus lalu lintas berjalan, karakteristikkarakteristik ini akan bervariasi terus menerus yang disebabkan karena acaknya jarak antara kendaraan, untuk merangkum dan menganalisis arus lalu lintas, maka volume rata-rata, kecepatan dan kepadatan harus dihitung dalam periode waktu. Untuk memperoleh kecepatan kendaraan dipakai rumus :
Dimana : V = kecepatan kendaraan (km/jam) L = panjang segmen/jarak (km) TT = Waktu tempuh rata-rata LV sepanjang segmen (jam) 2. Headway dan gap distance kendaraan Headway adalah jarak
antara satu kendaraan dengan kendaraan
berikutnya. Sedangkan gap distance adalah jarak antara tepi depan satu kendaraan ke tepi belakang kendaraan berikutnya. 3. Volume lalulintas Volume adalah jumlah kendaraan yang melalui satu titik yang tetap pada jalan dalam suatu waktu dihitung dalam jumlah kendaraan / hari atau kendaraan / jam.
Volume dapat dihitung pada periode waktu yang lain, tetapi periode
SYAIFUL HUDA, ANALISIS KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN JALAN (STUDI KASUS JALAN JEND. A. YANI KAWASAN INDUSTRI MUKAKUNING), 2009 UIB Repository©2013
13
pencacahannya harus cukup panjang untuk menjamin variasi-variasi yang pendek tidak sampai mempengaruhi angka rata-rata.
4. Kepadatan Kendaraan / Derajat Kejenuhan (DS) Kepadatan kendaraan atau derajat kejenuhan adalah rasio arus lalulintas (smp/jam) terhadap kapasitas (smp/jam) pada bagian jalan tertentu. Digunakan sebagai faktor utama penentuan kinerja simpang dan segmen jalan. Nilai DS menunjukan apakah segmen jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau tidak. Dalam perencanaan suatu jalan, nilai dari derajat kejenuhan (DS) tidak lebih dari 0.75 Persamaan dasar untuk menetukan derajat kejenuhan (DS) adalah sebagai berikut :
Keterangan : DS
= derajat kejenuhan
Q
= volume kendaraan (smp/jam)
C
= kapasitas jalan (smp/jam)
SYAIFUL HUDA, ANALISIS KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN JALAN (STUDI KASUS JALAN JEND. A. YANI KAWASAN INDUSTRI MUKAKUNING), 2009 UIB Repository©2013
14
2.3. HIPOTESIS Dari hasil penelitian ini dengan diketahuinya karakteristik penyeberang jalan dan karakterisrik arus lalulintas maka dapat ditentukan fasilitas apa yang harus disediakan di kawasan Jend. A. Yani. Diharapakan hasil dapat dijadikan solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan pada jalan tersebut sehingga jalan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada kegiatan lalu lintas sesuai dengan fungsinya. Selain itu dengan mengimplementasikan Perancangan Fasilitas Pejalan Kaki, para pejalan kaki bisa dengan leluasa, nyaman, dan merasa aman menyeberang pada jalan Jend. A. Yani.
SYAIFUL HUDA, ANALISIS KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN JALAN (STUDI KASUS JALAN JEND. A. YANI KAWASAN INDUSTRI MUKAKUNING), 2009 UIB Repository©2013