KONSEP PENATAAN LANJUTAN JALUR PEJALAN KAKI DI KOTA SURABAYA Elen Lidya Pramita, Dian Kusuma Wardhani, Kartika Eka Sari Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145 Indonesia Telp 0341-567886 E-mail:
[email protected] ABSTRAK Berdasarkan RTRW Kota Surabaya 2010-2030, upaya pengelolaan sarana dan prasarana jaringan jalan bagi pejalan kaki yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya dengan mendesain ulang jalur pejalan kaki yang telah ada sejak tahun 2010 hingga 2012 yaitu sebanyak 12 koridor. Namun kondisi eksistingnya, fasilitas jalur pejalan kaki masih kurang dimanfaatkan oleh masyarakat Kota Surabaya yang dapat dilihat dari masih sedikitnya aktivitas yang dilakukan pada jalur pejalan kaki yang telah didesain ulang ini. Tujuan utama dari penelitian adalah untuk menyusun konsep penataan lanjutan jalur pejalan kaki di Kota Surabaya. Dalam studi ini digunakan metode deskriptif berupa Multi Criteria Evaluation (MCE) dan metode evaluatif berupa analisis tapak. Teknik analisis Multi Criteria Evaluation (MCE) menghasilkan lokasi jalur pejalan kaki yang diteliti yaitu Jalan Raya Dharmo, Jalan Raya Gubeng dan Kawasan Wijaya Kusuma. Berdasarkan hasil analisis tapak diperoleh bahwa pergerakan dan aktivitas muncul akibat kebutuhan, guna lahan dan aktivitas yang menarik; penggunaan rendah diakibatkan tidak adanya aktivitas yang menarik dan motivasi berjalan kaki; sepeda motor mudah mengakses jalur pejalan kaki; keberadaan pedagang menghidupkan suasana. Konsep penataan lanjutan jalur pejalan kaki di Kota Surabaya yaitu menjadikan jalur pejalan kaki yang aman dan nyaman dengan dimensi yang mencukupi dan fasilitas yang memadai, memiliki suasana yang atraktif dengan adanya aktivitas pendukung dan tempat berkumpul, serta mudah diakses oleh semua rentang usia pengguna dan penyandang cacat. Kata Kunci : konsep penataan, jalur pejalan kaki, Kota Surabaya, analisis tapak. ABSTRACT Based on Spatial Planning of Surabaya in 2010-2030, the government was efforted to manage the road network infrastructure for pedestrians, which will be redesigned 12 pedestrian ways that were existed since 2010 to 2012. However, the condition of pedestrian facilities were still underutilized by citizen that was seen from the lack of pedestrian activity carried on pedestrian ways redesigned . The main purpose of the research was known the design concept in redesigned pedestrian way in Surabaya. This research was used Multi Criteria Evaluation (MCE) as a dsecriptive method and site analysis as an evaluative method. The result of Multi Criteria Evaluation (MCE) was the location of pedestrian ways that researched such as Jalan Raya Dharmo, Jalan Raya Gubeng dan Kawasan Wijaya Kusuma. The result of site analysis such as movement and activity was caused by needs, land use and attractive activity; low utilized caused by no attractive activity and motivation to walk around; motorcycles are easy to access the pedestrian way; the existence of trades liven up the atmosphere. The design concept in pedestrian way redesigned Surabaya City were safety and confortable with sufficient dimension and facilities, have an attractive atmosphere with activity support, and easily accessible to all age ranges and disabilities users. Keywords: design concept, pedestrian way, Surabaya City, site analysis.
PENDAHULUAN Kota Surabaya merupakan kota terbesar di Propinsi Jawa Timur yang berperan sebagai ibukota propinsi, pusat pemerintahan propinsi dan pusat penggerak ekonomi Propinsi Jawa Timur. Untuk mendukung peran tersebut, Kota Surabaya memiliki aksesibilitas yang sangat baik dari berbagai wilayah baik melalui jalur darat, jalur udara maupun jalur laut karena didukung oleh sarana dan prasarana transportasi yang memadai salah satunya yaitu jalur pejalan kaki. Menurut Kusbiantoro (2007:75), kebutuhan dan peluang pengembangan fasilitas
jalur pejalan kaki berdasarkan sistem jalan menjadi persoalan penting di tengah semakin dominannya para pengguna moda bermotor. Hal ini dapat diamati secara langsung dari meningkatnya kecenderungan masyarakat untuk memilih menggunakan kendaraan bermotor daripada menggunakan jalur pejalan kaki dalam melakukan perjalanan. Berdasarkan RTRW Kota Surabaya 20102030, upaya pengelolaan sarana dan prasarana jaringan jalan bagi pejalan kaki yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya meliputi pembangunan jalur pejalan kaki, pembangunan jalur pejalan kaki yang dilengkapi
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
97
KONSEP PENATAAN LANJUTAN JALUR PEJALAN KAKI DI KOTA SURABAYA
dengan fasilitas khusus yang menunjang aksesibilitas orang berkebutuhan khusus, serta penambahan fasilitas pelengkap (street furniture) antara lain berupa tempat sampah, pohon peneduh/pelindung dan lampu penerangan jalan umum. Salah satu upaya untuk mengaplikasikan kebijakan tersebut terlihat dari Pemerintah Kota Surabaya untuk mendesain ulang jalur pejalan kaki yang telah ada sejak tahun 2010 hingga sekarang. Terdapat 12 jalur pejalan kaki yang telah didesain ulang pada tahun 2010 hingga tahun 2012 sesuai dengan rencana pembangunan pada RTRW Kota Surabaya 2010-2030, diantaranya yaitu Jalan Raya Gubeng, Jalan Raya Darmo, Jalan Ebong Malang, Jalan Pahlawan, Jalan Veteran, Jalan Rajawali, Jalan Praban, Jalan Gemblongan, Jalan Blauran, Jalan Panglima Sudirman, Jalan Pemuda, Jalan Wijaya Kusuma. Jalur pejalan kaki telah didesain ulang untuk meningkatkan pelayanan dan memfasilitasi mobilitas masyarakat. Namun fasilitas jalur pejalan kaki masih kurang dimanfaatkan keberadaannya oleh masyarakat Kota Surabaya yang dapat dilihat dari masih sedikitnya aktivitas yang dilakukan pada jalur pejalan kaki yang telah didesain ulang ini serta penggunaan yang yang tidak sebagaimana mestinya seperti berjualan, mengendarai dan parkir sepeda motor. Peningkatan peran jalur pejalan kaki yang telah didesain ulang ini perlu dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja jalur pejalan kaki. Untuk meningkatkan kinerja dari jalur pejalan kaki yang telah didesain ulang di Kota Surabaya ini dibutuhkan suatu studi untuk menyusun konsep penataan lanjutan pada jalur pejalan kaki hasil redesain tersebut. Konsep penataan lanjutan jalur pejalan kaki yang telah didesain ulang ini akan disusun berdasarkan kondisi fisik lingkungan jalur pejalan kaki.
Gemblongan, Jalan Blauran, Jalan Panglima Sudirman, Jalan Pemuda dan Jalan Wijaya Kusuma.
Gambar 1. Wilayah penelitian Alur Penelitian Alur dalam penelitian ini dijelaskan dalam gambar 2. Mengevaluasi fisik lingkungan jalur pejalan kaki
Mengetahui lokasi jalur pejalan kaki terpilih
SURVEY PRIMER Skoring
Observasi · ·
· · ·
Kebutuhan Kenyamanan Penggunaan
Tautan lingkungan Keistimewaan fisik alamiah Keistimewaan buatan Sirkulasi Utilitas Panca indera Iklim
· · · · ·
Analisis Deskriptif
Analisis Evaluatif
Pemilihan lokasi dengan teknik analisis Multi Criteria Evaluation (MCE)
Faktor fisik lingkungan dengan teknik analisis tapak
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif melalui teknik pengumpulan data berupa observasi lapangan dan penelitian kuantitatif berupa skoring pemilihan lokasi penelitian menggunakan kuisioner. Wilayah Penelitian Wilayah penelitian ini adalah jalur pejalan kaki di Kota Surabaya yang didesain ulang oleh Pemerintah Kota Surabaya sejak tahun 2010 hingga tahun 2012 yaitu pada 12 koridor jalan, diantaranya Jalan Raya Gubeng, Jalan Raya Darmo, Jalan Embong Malang, Jalan Pahlawan, Jalan Veteran, Jalan Rajawali, Jalan Praban, Jalan 98
Konsep Penataan Lanjutan Jalur Pejalan Kaki di Kota Surabaya
Gambar 2. Alur penelitian Teknik Analisis Teknik analisis diantaranya yaitu:
yang
digunakan
A. Multi Criteria Evaluation (MCE) MCE digunakan untuk pemilihan lokasi yang akan diteliti dengan cara membobotkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan berdasarkan variabel sehingga diperoleh lokasi prioritas (Carver, 1991). Menurut Voogd (1982), langkah-langkah teknik analisis MCE yaitu:
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
Elen Lidya Pramita, Dian Kusuma Wardhani, Kartika Eka Sari
1. Menentukan kriteria yang akan dievaluasi berdasarkan komponen evaluasi 2. Menentukan skor kriteria berdasarkan interpretasi evaluator dengan skala pengukuran yang sama 3. Menentukan bobot berdasarkan prioritas kriteria 4. Menghitung skor total Tingkat kebutuhan dan keyamanan merupakan parameter kinerja jalur pejalan kaki, namun parameter keberhasilan suatu jalur pejalan kaki salah satunya dapat diukur dari tingkat penggunaan atau aktivitas pada jalur pejalan kaki tersebut (Sinnett, 2011). Pemilihan lokasi jalur pejalan kaki yang akan diteliti dilakukan dengan mengevaluasi alternatif pilihan berdasarkan tiga komponen yaitu tingkat kebutuhan berjalan, tingkat kenyamanan dan tingkat penggunaan dengan kriteria yang disajikan dalam tabel 1. Tabel 1. Kriteria pemilihan lokasi Komponen Kebutuhan (Tamin, 2003)
Kenyamanan (Gould, 2001)
Penggunaan (Wigananda, 2012)
Kriteria - Terdapat pergerakan ke tempat kerja - Terdapat pergerakan dengan tujuan pendidikan - Terdapat pergerakan ke tempat belanja - Terdapat pergerakan untuk kepentingan sosial dan rekreasi - Terdapat pergerakan lainnya
Bobot 1
Total Skor - Jalur pejalan kaki - Penyeberangan - Ruang tunggu pemberhentian transportasi umum - Ruang publik - Kualitas lingkungan Total Skor - LOS C dan D - LOS E - LOS F - LOS B - LOS A
Nilai Skor 1 1
1
1
1
1
1
1
B. Analisis Tapak Analisis Tapak digunakan untuk menggambarkan kondisi lingkungan yang ada pada tapak sebelum memulai konsep-konsep perancangan dalam perencanaan tapak (White, 1985). Menurut White (1985), informasi yang potensial dari analisis tapak diantaranya sebagai berikut: 1. Tautan lingkungan, yaitu dilakukan pada tata guna lahan dan bangunan penting. 2. Keistimewaan fisik alamiah, yaitu dilakukan pada vegetasi dan elevasi 3. Keistimewaan buatan, yaitu dilakukan pada tampilan jalur pejalan kaki dan street furniture. 4. Sirkulasi, yaitu dilakukan pada lalu lintas kendaraan, parkir dan rute transportasi umum. 5. Utilitas, yaitu dilakukan pada lokasi tiang listrik dan telepon. 6. Panca indera, yaitu dilakukan untuk mendapatkan data kebisingan. 7. Iklim, dilakukan untuk mengetahui musim dan suhu udara. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemilihan Lokasi
1
1
1
1
1
1
1 1 1 1
5 1 1 1
5 1 1 1
1 1 1 2 2 2 2 2
1 1 5 1 2 3 4 5
1 1 5 2 4 6 8 10
Skor keseluruhan : bobot A*nilai A+bobot B*nilai B +⋯
Kriteria pada komponen kebutuhan dan kenyamanan diberi bobot satu sedangkan kriteria pada komponen penggunaan diberi bobot dua, karena komponen penggunaan merupakan fokus studi pada penelitian. Fokus studi pada penelitian ini adalah mengenai penggunaan jalur pejalan kaki, karena masalah yang diangkat sebagai dasar penelitian adalah masalah rendahnya penggunaan jalur pejalan kaki yang telah didesain ulang di Kota Surabaya.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan pada jalur pejalan kaki yang telah didesain ulang oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, yaitu diantaranya adalah Jalan Raya Gubeng, Jalan Raya Darmo, Jalan Embong Malang, Jalan Pahlawan, Jalan Veteran, Jalan Rajawali, Jalan Praban, Jalan Gemblongan, Jalan Blauran, Jalan Panglima Sudirman, Jalan Pemuda, Jalan Wijaya Kusuma. Rincian proses skoring pemilihan lokasi jalur pejalan kaki yang akan diteliti disajikan dalam tabel 2. Dari proses skoring yang telah dilakukan, diperoleh tiga koridor terpilih berdasarkan skor tertinggi yaitu Jalan Raya Dharmo dengan skor 18.6, Jalan Raya Gubeng dengan skor 17.4, dan Jalan Wijaya Kusuma dengan skor 17.6. Jalan Raya Darmo merupakan bagian dari wilayah Unit Pengembangan VI Tunjungan dan Unit Pengembangan VII Wonokromo yaitu terletak di antara Kecamatan Wonokromo dan Kecamatan Tambaksari, Jalan Raya Gubeng merupakan bagian dari wilayah Unit Pengembangan IV Dharmahusada yaitu terletak di Kecamatan Gubeng dan Jalan Wijaya Kusuma merupakan bagian dari wilayah Unit Pengembangan VI Tunjungan yaitu terletak di Kecamatan Genteng.
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
99
KONSEP PENATAAN LANJUTAN JALUR PEJALAN KAKI DI KOTA SURABAYA
Tabel 2. Skoring pemilihan lokasi Komponen -
Terdapat pergerakan ke tempat kerja Terdapat pergerakan dengan tujuan pendidikan Terdapat pergerakan ke tempat belanja Terdapat pergerakan untuk kepentingan sosial dan rekreasi Terdapat pergerakan lainnya
-
Kebutuhan -
-
Kenyamanan
Penggunaan
Lokasi Jalur Pejalan Kaki
Kriteria
- Jalur pejalan kaki - Penyeberangan - Ruang tunggu pemberhentian transportasi umum - Ruang publik - Kualitas lingkungan a. b. c. d. e.
LOS C dan D LOS E LOS F LOS B LOS A
Skor keseluruhan
A 1
B 1
C 1
D 1
E 1
F 1
G 1
H 1
I 1
J 1
K 1
L 1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0,4
0,8
0,6
0,6
0,6
0,6
0,4
0,6
0,6
0,6
0,4
0,6
1 0,6
1 0,6
1 0,2
1 0,2
1 0,2
0,8 0,2
0,8 0,2
0,8 0,2
1 0,6
0,8 0,2
0 0,4
0,8 0,2
1 0,6
0 0,2
0 0
0 0
1 0,6
1 0,4
0 0,6
0 0,2
0 1
1 0,6
0,6 0,2
0,8 0,2
8
8
8
10
10
10
10
18,6
14,6
17
15
Keterangan: A = Jalan Raya Dharmo B = Jalan Embong Malang C = Jalan Blauran D = Jalan Praban
11,8
11,8
E = Jalan Pahlawan F = Jalan Rajawali G = Jalan Veteran H = Jalan Gemblongan
Analisis Tapak
11,8
10
10
10
10
17,4
17,2
14,8
17,6
I = Kawasan Wijaya Kusuma J = Jalan Pemuda K = Jalan Panglima Sudirman L = Jalan Raya Gubeng
B. Jalan Raya Gubeng
Analisis tapak digunakan untuk mengevaluasi fisik lingkungan pada jalur pejalan kaki. A. Jalan Raya Dharmo Gambaran kondisi fisik lingkungan pada jalur pejalan kaki yang telah didesain ulang pada Jalan Raya Dharmo disajikan pada tabel 3.
100
13,4
8
Gambaran kondisi fisik lingkungan pada jalur pejalan kaki yang telah didesain ulang pada Jalan Raya Gubeng disajikan pada tabel 4. C. Kawasan Wijaya Kusuma Gambaran kondisi fisik lingkungan pada jalur pejalan kaki yang telah didesain ulang pada Kawasan Wijaya Kusuma disajikan pada tabel 5.
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
Elen Lidya Pramita, Dian Kusuma Wardhani, Kartika Eka Sari
Tabel 3. Fisik lingkungan Jalan Raya Dharmo Segmen Segmen 1
Segmen 2
-
Segmen
Segmen 3
Segmen 4
Segmen 5
Segmen 6
-
Kondisi Fisik Lingkungan Potensi pejalan kaki tinggi Pengguna dominan berusia anak-anak Guna lahan dan aktivitas penunjang beragam Sarana rekreasi dan sekolah menjadi faktor penarik pergerakan utama Terdapat halangan berupa vegetasi pada tepi jalur pejalan kaki Peneduhan cukup Belum dilengkapi fasilitas bangku Terdapat aktivitas angkutan kota ngetem Pengguna sepeda motor dapat mengakses jalur pejalan kaki melalui curb ramp Terdapat jembatan penyeberangan di sekitar sekolah sebagai respon tingginya kebutuhan menyeberang Terdapat persimpangan jalan yang tidak dilengkapi dengan zebracross Tingkat kebisingan tinggi dengan sumber kebisingan berupa aktivitas lalu lintas jalan Potensi pejalan kaki sedang Pengguna dominan berusia dewasa Guna lahan dan aktivitas penunjang kurang beragam Halte dan pedagang kecil menjadi faktor penarik pergerakan utama Peneduhan cukup Kondisi Fisik Lingkungan Terdapat halangan berupa vegetasi pada tepi jalur pejalan kaki Belum dilengkapi fasilitas bangku Pengguna sepeda motor dapat mengakses jalur pejalan kaki melalui curb ramp Tidak terdapat zebracross pada titik keberadaan halte Terdapat jalur khusus sepeda namun jarang digunakan karena lalu lintas relatif padat Tingkat kebisingan tinggi dengan sumber kebisingan berupa aktivitas lalu lintas jalan Potensi pejalan kaki tinggi Pengguna dominan berusia remaja dan dewasa Guna lahan dan aktivitas penunjang beragam Taman kota menjadi faktor penarik pergerakan utama Terdapat halangan berupa vegetasi pada tepi jalur pejalan kaki Peneduhan cukup Belum dilengkapi fasilitas bangku Terdapat zebracross bersinyal di sekitar taman kota sebagai respon tingginya kebutuhan menyeberang Terdapat jalur khusus sepeda namun jarang digunakan karena lalu lintas relatif padat Tingkat kebisingan tinggi dengan sumber kebisingan berupa aktivitas lalu lintas jalan Potensi pejalan kaki tinggi Pengguna dominan berusia dewasa Guna lahan dan aktivitas penunjang beragam Rumah sakit, halte dan pedagang kecil menjadi faktor penarik pergerakan utama Terdapat halangan berupa vegetasi pada tepi jalur pejalan kaki Peneduhan cukup Belum dilengkapi fasilitas bangku Pengguna sepeda motor dapat mengakses jalur pejalan kaki melalui curb ramp Terdapat zebracross bersinyal di sekitar rumah sakit sebagai respon tingginya kebutuhan menyeberang Terdapat jalur khusus sepeda namun jarang digunakan karena lalu lintas relatif padat Tingkat kebisingan tinggi dengan sumber kebisingan berupa aktivitas lalu lintas jalan Potensi pejalan kaki sedang Pengguna dominan berusia remaja Guna lahan dan aktivitas penunjang beragam Sekolah menjadi faktor penarik pergerakan utama Terdapat halangan berupa vegetasi pada tepi jalur pejalan kaki Peneduhan cukup Terdapat sebuah halte yang telah dilengkapi dengan fasilitas bangku Pengguna sepeda motor dapat mengakses jalur pejalan kaki melalui curb ramp Terdapat jembatan penyeberangan di sekitar sekolah sebagai respon tingginya kebutuhan menyeberang Terdapat jalur khusus sepeda namun jarang digunakan karena lalu lintas relatif padat Tingkat kebisingan tinggi dengan sumber kebisingan berupa aktivitas lalu lintas jalan Potensi pejalan kaki rendah Pengguna dominan berusia dewasa Guna lahan dan aktivitas penunjang beragam Halte, taman kota dan pedagang kecil menjadi faktor penarik pergerakan utama Terdapat halangan berupa vegetasi pada tepi jalur pejalan kaki Peneduhan cukup Belum dilengkapi fasilitas bangku Pengguna sepeda motor dapat mengakses jalur pejalan kaki melalui curb ramp Tidak terdapat zebracross pada titik keberadaan halte Tingkat kebisingan tinggi dengan sumber kebisingan berupa aktivitas lalu lintas jalan
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
101
KONSEP PENATAAN LANJUTAN JALUR PEJALAN KAKI DI KOTA SURABAYA
Tabel 4. Fisik lingkungan Jalan Raya Gubeng Segmen Segmen 1
Segmen 2
Segmen 3
Segmen 4
102
-
Kondisi Fisik Lingkungan Potensi pejalan kaki tinggi Pengguna dominan berusia dewasa Guna lahan dan aktivitas penunjang beragam Titik pemberhentian kendaraan umum dan rumah sakit menjadi faktor penarik pergerakan utama Terdapat halangan berupa vegetasi pada tepi jalur pejalan kaki Peneduhan cukup Belum dilengkapi fasilitas bangku Pengguna sepeda motor dapat mengakses jalur pejalan kaki melalui curb ramp Ruas jalan satu arah mengakibatkan potensi lalu lintas sepeda motor dilakukan pada jalur pejalan kaki untuk menuju arah yang berlawanan dengan jalan Tidak terdapat zebracross pada titik penyeberangan pejalan kaki Tidak terdapat halte walaupun terdapat potensi rute transportasi umum Kondisi lalu lintas relatif ramai dan padat dengan kecepatan tinggi Tingkat kebisingan tinggi dengan sumber kebisingan berupa aktivitas lalu lintas jalan Potensi pejalan kaki sedang Pengguna dominan berusia dewasa Guna lahan dan aktivitas penunjang beragam Titik pemberhentian kendaraan umum, perkantoran, perdagangan dan jasa menjadi faktor penarik pergerakan utama Terdapat halangan berupa vegetasi pada tepi jalur pejalan kaki Peneduhan cukup Belum dilengkapi fasilitas bangku Pengguna sepeda motor dapat mengakses jalur pejalan kaki melalui curb ramp Ruas jalan satu arah mengakibatkan potensi lalu lintas sepeda motor dilakukan pada jalur pejalan kaki untuk menuju arah yang berlawanan dengan jalan Tidak terdapat zebracross pada titik penyeberangan pejalan kaki Tidak terdapat halte walaupun terdapat potensi rute transportasi umum Kondisi lalu lintas relatif ramai dan padat dengan kecepatan tinggi Tingkat kebisingan tinggi dengan sumber kebisingan berupa aktivitas lalu lintas jalan Potensi pejalan kaki tinggi Pengguna dominan berusia dewasa Guna lahan dan aktivitas penunjang beragam Titik pemberhentian kendaraan umum, taman kota dan pedagang kecil menjadi faktor penarik pergerakan utama Terdapat halangan berupa vegetasi pada tepi jalur pejalan kaki Peneduhan cukup Belum dilengkapi fasilitas bangku Pengguna sepeda motor dapat mengakses jalur pejalan kaki melalui curb ramp Ruas jalan dua arah sehingga potensi lalu lintas sepeda motor pada jalur pejalan kaki relatif rendah Tidak terdapat zebracross pada titik penyeberangan pejalan kaki Tidak terdapat halte walaupun terdapat potensi rute transportasi umum Terdapat parkir on street ilegal yang menghalangi fasilitas penyeberangan Kondisi lalu lintas relatif ramai dan padat dengan kecepatan tinggi Tingkat kebisingan tinggi dengan sumber kebisingan berupa aktivitas lalu lintas jalan Potensi pejalan kaki sedang Pengguna dominan berusia dewasa Guna lahan dan aktivitas penunjang beragam Titik pemberhentian kendaraan umum menjadi faktor penarik pergerakan utama Terdapat halangan berupa vegetasi pada tepi jalur pejalan kaki Peneduhan cukup Belum dilengkapi fasilitas bangku Pengguna sepeda motor dapat mengakses jalur pejalan kaki melalui curb ramp Ruas jalan dua arah sehingga potensi lalu lintas sepeda motor pada jalur pejalan kaki relatif rendah Tidak terdapat zebracross pada titik penyeberangan pejalan kaki Tidak terdapat halte walaupun terdapat potensi rute transportasi umum Kondisi lalu lintas relatif ramai dan padat dengan kecepatan tinggi Tingkat kebisingan tinggi dengan sumber kebisingan berupa aktivitas lalu lintas jalan
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
Elen Lidya Pramita, Dian Kusuma Wardhani, Kartika Eka Sari
Tabel 5. Fisik lingkungan Kawasan Wijaya Kusuma Segmen Segmen 1
Kondisi Fisik Lingkungan - Potensi pejalan kaki tinggi - Pengguna dominan berusia remaja - Guna lahan dan aktivitas penunjang beragam - Sekolah dan pedagang kecil menjadi faktor penarik pergerakan utama - Terdapat halangan berupa vegetasi, tiang utilitas dan lampu penerangan pada jalur pejalan kaki - Peneduhan cukup - Belum dilengkapi fasilitas bangku - Kinerja halte belum optimal karena terhalang lokasi parkir kendaraan - Pengguna sepeda motor dapat mengakses jalur pejalan kaki melalui curb ramp - Tidak terdapat zebracross pada titik penyeberangan pejalan kaki - Terdapat telepon umum yang tidak aktif - Kondisi lalu lintas relatif sedang dengan hierarki lokal sekunder - Tingkat kebisingan sedang dengan sumber kebisingan berupa aktivitas lalu lintas jalan Segmen 2 - Potensi pejalan kaki sedang - Pengguna dominan berusia remaja - Guna lahan dan aktivitas penunjang kurang beragam - Sekolah dan pedagang kecil menjadi faktor penarik pergerakan utama - Terdapat halangan berupa vegetasi, tiang utilitas dan lampu penerangan pada jalur pejalan kaki - Peneduhan cukup - Belum dilengkapi fasilitas bangku - Pengguna sepeda motor dapat mengakses jalur pejalan kaki melalui curb ramp - Terdapat telepon umum yang tidak aktif - Keberadaan pedagang mengganggu penggunaan jalur pejalan kaki dan mengganggu lalu lintas jalan - Kondisi lalu lintas relatif sedang dengan hierarki lokal sekunder - Tingkat kebisingan sedang dengan sumber kebisingan berupa aktivitas lalu lintas jalan Segmen 3 - Potensi pejalan kaki sedang - Pengguna dominan berusia remaja - Guna lahan dan aktivitas penunjang kurang beragam - Sekolah menjadi faktor penarik pergerakan utama - Terdapat halangan berupa vegetasi, tiang utilitas dan lampu penerangan pada jalur pejalan kaki - Peneduhan cukup - Belum dilengkapi fasilitas bangku - Kinerja halte belum optimal karena terhalang lokasi parkir kendaraan - Pengguna sepeda motor dapat mengakses jalur pejalan kaki melalui curb ramp - Keberadaan pedagang mengganggu penggunaan jalur pejalan kaki nemun tidak mengganggu lalu lintas jalan - Kondisi lalu lintas relatif tinggi dengan hierarki arteri sekunder - Tingkat kebisingan tinggi dengan sumber kebisingan berupa aktivitas lalu lintas jalan Segmen 4 - Potensi pejalan kaki rendah - Pengguna dominan berusia remaja - Guna lahan dan aktivitas penunjang kurang beragam - Titik pemberhentian kendaraan umum menjadi faktor penarik pergerakan utama - Terdapat halangan berupa vegetasi pada bagian dalam jalur pejalan kaki - Peneduhan cukup - Belum dilengkapi fasilitas bangku - Terdapat aktivitas angkutan kota ngetem - Kondisi lalu lintas relatif tinggi dengan hierarki arteri sekunder - Tingkat kebisingan tinggi dengan sumber kebisingan berupa aktivitas lalu lintas jalan Sumber: Hasil analisis, 2013
Konsep Penataan Lanjutan Jalur Pejalan Kaki di Kota Surabaya Konsep penataan lanjutan jalur pejalan kaki yang teah didesain ulang di Kota Surabaya secara umum yaitu menjadikan jalur pejalan kaki yang aman, nyaman dan atraktif dengan konsep detail sesuai dengan karakteristik fisik lingkungan setiap koridor berdasarkan hasil analisis tapak. Prinsip keamanan diperlukan pada jalur pejalan kaki karena terdapatnya pengguna berusia anak-anak dan remaja serta lalu lintas yang padat, prinsip kenyamanan diaplikasikan untuk menarik pergerakan pengguna serta disesuaikan dengan kebutuhan lingkungannya, sedangkan prinsip atraktif digunakan untuk meningkatkan peran jalur pejalan kaki untuk berbagai aktivitas masyarakat. A. Jalan Raya Dharmo Konsep penataan lanjutan pada jalur peja-
lan kaki di Jalan Raya Dharmo yaitu: 1. Menjadikan jalur pejalan kaki yang aman bagi semua rentang usia pengguna terutama anak-anak dengan fasilitas jembatan penyeberangan yang aman bagi anak-anak, visibilitas jalur pejalan kaki tinggi dengan halangan pandangan relatif kecil dari jalan sehingga aman bagi anak, fasilitas halte yang aman bagi anak, curb ramp untuk memudahkan anak mengakses jalur pejalan kaki, traffic calming di sekitar kawasan pendidikan, serta pagar pembatas di jalur pejalan kaki kawasan pendidikan untuk mengurangi kebiasaan anak bermain di jalan atau menyeberang sembarangan. 2. Menjadikan jalur pejalan kaki yang nyaman, dengan dimensi jalur berjalan yang lebar dan keseragaman ketinggian jalur pejalan kaki yang menerus, kehadiran vegetasi penghias, peredam kebisingan dan peneduh yang
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
103
KONSEP PENATAAN LANJUTAN JALUR PEJALAN KAKI DI KOTA SURABAYA
cukup untuk menaungi jalur pejalan kaki, tidak terdapat halangan, fasilitas beristirahat yang memadai, adanya fasilitas penyeberangan pejalan kaki dan pengguna sepeda Menjadikan jalur pejalan kaki yang menarik, dengan adanya fasilitas pendukung yang menghidupkan suasana pada jalur pejalan kaki dan mampu menjadi penarik pengguna seperti pedagang kecil yang dapat berupa pedagang makanan dan minuman maupun pedagang koran, aktivitas hiburan bagi anakanak terutama pada kawasan taman kota dan tempat berkumpul sebagai fasilitas beristirahat dan bersantai terutama pada kawasan rekreasi dan kawasan komersial
3.
B. Jalan Raya Gubeng Konsep penataan lanjutan pada jalur pejalan kaki di Jalan Raya Gubeng yaitu: 1. Menjadikan jalur pejalan kaki yang aman terutama terhadap lalu lintas kendaraan pada jalan maupun jalur pejalan kaki dengan fasilitas bollard untuk menghalangi akses sepeda motor pada jalur pejalan kaki, fasilitas penyeberang berupa zebra cross bersinyal, serta penerapan sistem parkir off street sehingga tidak menghalangi pandangan pengguna untuk menyeberang 2. Menjadikan jalur pejalan kaki yang nyaman, dengan dimensi yang lebar, kehadiran pohon yang rindang dan pohon peredam kebisingan, tidak terdapat halangan, fasilitas transit yang memadai dengan pemisahan jalur antara kendaraan umum dan pribadi, fasilitas beristirahat yang memadai 3. Menjadikan jalur pejalan kaki yang memiliki suasana atraktif dengan adanya aktivitas
pendukung seperti aktivitas hiburan bagi anak-anak terutama pada kawasan taman kota, pedagang yang menjual makanan kecil atau koran dan tempat berkumpul sebagai fasilitas beristirahat terutama pada kawasan komersial C. Kawasan Wijaya Kusuma Konsep penataan lanjutan pada jalur pejalan kaki di Kawasan Wijaya Kusuma yaitu: 1. Menjadikan jalur pejalan kaki yang aman terutama bagi pengguna berusia remaja dengan fasilitas penyeberangan yang berupa zebra cross bersinyal, penataan parkir yang tidak menghalangi pandangan pengguna yang akan menyeberang, penggunaan traffic calming di sekitar kawasan pendidikan, serta pagar pembatas di jalur pejalan kaki kawasan pendidikan untuk mengurangi kebiasaan remaja menyeberang sembarangan 2. Menjadikan jalur pejalan kaki yang nyaman, dengan dimensi jalur berjalan yang lebar dan ketinggian permukaan yang sama dan menerus, kehadiran pohon yang rindang, tidak terdapat halangan, fasilitas halte yang memadai, serta visibilitas jalur pejalan kaki yang tinggi dengan halangan pandangan relatif kecil dari jalan 3. Menciptakan suasana yang tenang pada saat jam efektif sekolah, namun pada saat di luar jam sekolah terdapat aktivitas pendukung seperti pedagang makanan dan minuman kecil serta tempat berkumpul sebagai fasilitas beristirahat dan berkumpul siswa di luar jam sekolah
Tabel 6. Konsep penataan lanjutan jalur pejalan kaki di Kota Surabaya No Aspek Penataan Jalan Raya Dharmo Jalan Raya Gubeng 1. Fungsi kegiatan Mempertahankan pedagang, membatasi Mempertahankan pedagang, lokasi pedagang, menciptakan aktivitas membatasi lokasi pedagang baru 2. Kontur Mempertahankan curb ramp, Mempertahankan curb ramp, menambah curb ramp, menambah menambah curb ramp, menambah bollard bollard 3. Sistem parkir Mempertahankan sistem parkir Melakukan penataan parkir 4. 5. 6.
7. 8.
9. 10. 11.
104
Kawasan Wijaya Kusuma Mempertahankan pedagang, membatasi lokasi pedagang, menciptakan aktivitas baru Mempertahankan curb ramp, menambah bollard
Melakukan penataan parkir, membatasi lokasi parkir Vegetasi Mempertahankan vegetasi peneduh, Mempertahankan vegetasi peneduh, Mempertahankan vegetasi peneduh, menambah vegetasi penghias menambah vegetasi penghias menambah vegetasi penghias Tampilan Mempertahankan tampilan Mempertahankan tampilan Mempertahankan tampilan Street furniture Menambah bangku, menambah bak Menambah bangku, menambah bak Menambah bangku, menambah bak sampah, menambah lampu penerangan, sampah, menambah lampu sampah, menambah lampu penerangan, menambah zebra cross dengan fasilitas penerangan, menambah zebra cross menambah zebra cross dengan fasilitas pelengkap dengan fasilitas pelengkap pelengkap, meniadakan telepon umum Lalu lintas Menambah traffic calming Menambah traffic calming Menambah traffic calming Transportasi Mempertahankan jalur angkutan Mempertahankan jalur angkutan Mempertahankan jalur angkutan umum umum, menambah halte dengan umum, menambah halte dengan umum, menambah halte dengan fasilitas pelengkap fasilitas pelengkap fasilitas pelengkap Jalur pejalan kakiMempertahankan jalur sirkulasi Mempertahankan jalur sirkulasi Mempertahankan jalur sirkulasi Utilitas Mempertahankan penataan tiang Mempertahankan penataan tiang Menata ulang tiang utilitas Kebisingan Menambah vegetasi peredam Menambah vegetasi peredam Tidak perlu menambah vegetasi kebisingan kebisingan peredam kebisingan
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
Elen Lidya Pramita, Dian Kusuma Wardhani, Kartika Eka Sari
Gambar 3. Konsep penataan lanjutan jalur pejalan kaki Jalan Raya Dharmo
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
105
KONSEP PENATAAN LANJUTAN JALUR PEJALAN KAKI DI KOTA SURABAYA
Gambar 4. Konsep penataan lanjutan jalur pejalan kaki Jalan Raya Gubeng
106
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
Elen Lidya Pramita, Dian Kusuma Wardhani, Kartika Eka Sari
Gambar 5. Konsep penataan lanjutan jalur pejalan kaki Kawasan Wijaya Kusuma
KESIMPULAN Berdasarkan teknik analisis Multi Criteria Evaluation (MCE), jalur pejalan kaki yang terpilih yaitu pada Jalan Raya Dharmo dengan skor 18.6, Jalan Raya Gubeng dengan skor 17.4, dan Jalan Wijaya Kusuma dengan skor 16.6. Kondisi fisik lingkungan redesain jalur pejalan kaki diantaranya yaitu pergerakan dan aktivitas muncul akibat kebutuhan, guna lahan dan aktivitas yang menarik; penggunaan fasilitas sesuai kebutuhan dan lingkungan; sepeda motor mudah mengakses jalur pejalan kaki; keberadaan pedagang menghidupkan suasana; serta penggunaan fasilitas pada jalur pejalan kaki masih kurang optimal. Konsep penataan lanjutan pada jalur pejalan kaki di Kota Surabaya yaitu menjadikan jalur pejalan kaki yang aman dengan penyeberangan bersinyal, traffic calming, pagar pembatas dan bollard; nyaman dengan dimensi melebihi lebar standart minimal 1.2 meter, ketinggian menerus, pohon peneduh, fasilitas beristirahat dan tidak ada halangan; memiliki suasana yang atraktif dengan adanya pedagang
kecil, aktivitas hiburan dan tempat berkumpul serta mudah diakses oleh semua rentang usia pengguna dan penyandang cacat. DAFTAR PUSTAKA Carver, Stephen J. 1991. Integrating Multicriteria Evaluation With Geographical Information System. Newcastle upon Tyne: England Mirsa, Rinaldi. 2011. Elemen Tata Ruang Kota. Graha Ilmu: Yogyakarta Mustafa, Hasan. 2011. Perilaku Manusia dalam Perspektif Psikologi Sosial. Jurnal Administrasi Bisnis Vol 7 No 2 RTRW Kota Surabaya tahun 2010-2030 Setiawan, Haryadi B. 1995. Arsitektur Lingkungan dan Perilaku. Proyek Pengembangan Pusat Studi Lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Sinnet, D. 2011. Making the Case for Investment in the Walking Environment. Bristol: University of the West of England
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember 2013
107
KONSEP PENATAAN LANJUTAN JALUR PEJALAN KAKI DI KOTA SURABAYA
Voogd,
108
Jan Hendrik. 1982. Multicriteria Evaluation for Urban and Regional Planning. Netherland: Technische Hogeschool Eindhoven
White, Edward T. 1985. Perencanaan Tapak. Intermatra: Bandung
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember 2013