TEMU ILMIAH IPLBI 2013
Arahan Pengembangan Kawasan Pendidikan Tinggi Tamalanrea yang Ramah Pejalan Kaki Agnes Melinda(1), Zulkifli
(2)
, Ihsan Latief(3)
(1) Laboratorium Urban Design and Planning Prodi Pengembangan Wilayah Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin. (2) Laboratorium Urban Design and Planning Prodi Pengembangan Wilayah Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin. (3) Laboratorium Urban Design and Planning Prodi Pengembangan Wilayah Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
Abstrak Setiap kegiatan selalu diawali dan diakhiri dengan berjalan kaki. Kawasan Pendidikan Tinggi Tamalanrea terdiri dari sarana pendidikan, ditunjang dengan sarana pendukung dan terletakdi sepanjang jalan arteri, kolektor, maupun lingkungan. Akan tetapi, kawasan ini tidak didukung dengan penyediaan jalur pejalan kaki yang layak. Jurnal ini mengidentifikasi alas an masyarakat tidak berjalan kaki sejauh ≤ 400 meter (jarak pendek), pola jalur pejalan kaki dan kondisi eksistingnya. Tinjauan pustaka membandingkan jarak perjalanan yang nyaman ditempuh masyarakat, kondisi ideal dengan eksisting jalan dan jalur pejalan kaki serta aktifitas pejalan kaki di 3 segmen pengamatan (segmen I, III, dan VII). Analisis korelasi jarak perjalanan dengan pilihan moda berdasarkan cuaca dan tujuan serta analisis overlay peta (GIS) menjelaskan alas an masyarakat tidak berjalan kaki sejauh ≤ 400 meter dan menggambarkan kondisi eksisting jalan dan jalur pejalan kaki. Pengambilan sampel dilakukan secara acak ( Cluster Random Sampling). Hasil Analisis menunjukkan korelasi antara jarak perjalanan dengan pemilihan moda berdasarkan cuaca buruk (panas dan/ hujan) dimana kondisi eksisting jalan dan jalur juga memberikan pengaruh yang cukup besar. Pengembangan jalur pejalan kaki di kawasan ini merupakan hal utama untuk menciptakan kawasan yang ramah pejalan kaki, dapat menunjukkan system ruang yang saling bersinergis dan solid serta mendorong terciptanya aktivitas ramah lingkungan. Jalan perlu didesain untuk menciptakan kemudahan agar pejalan kaki mampu berjalan sejauh > 400 meter. Cara lain untuk menciptakan jalur yang ramah pejalan kaki yaitu mengurangi penggunaan kendaraan bermotor untuk jarak pendek. Kata Kunci : Kawasan Pendidikan Tinggi Tamalanrea, Ramah Pejalan Kaki, jalur pejalan kaki,
Traffic Generator
Pendahuluan Kawasan Pendidikan Tinggi Tamalanrea (KPT Tamalanrea) merupakan kawasan yang terdiri dari sarana pendidikan yang ditunjang dengan sarana pendukung berupa sarana perumahan, sarana perdagangan dan jasa. Akan tetapi, kawasan ini tidak didukung dengan penyediaan jalur pejalan kaki yang layak.
merupakan salah satu penyebab rendahnya tingkat perjalanan pejalan kaki bahkan untuk jarak ≤ 400 meter dari asal tujuan. Jika hal ini tidak diperhatikan secara serius, maka lama kelamaan kawasan ini akan menjadi kawasan yang padat kendaraan khususnya di pusat-pusat kegiatan, kualitas lingkungan akan menurun, dan jalan yang ada tidak aman, tidak mudah, dan tidak nyaman bagi semua pengguna jalan.
Kondisi geometrik jalan di KPT Tamalanrea sangat buruk khususnya pada bahu jalan karena pada musim hujan terjadi genangan air. Hal ini
Oleh karena itu, pada jurnal ini akan diidentifikasi alasan masyarakat tidak berjalan kaki pada jarak ≤ 400 meter ke arah tujuan,
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 | G - 1
Arahan Pengembangan Kawasan Pendidikan Tinggi Tamalanrea yang Ramah Pejalan Kaki
menemu-kenali pola jalur yang dilewati para pejalan kaki di kawasan ini dan pejalan kaki di kawasan ini dan mengidentifikasi kondisi eksisting jalur pejalan kaki tersebut dan output yang diharapkan yaitu menyusun arahan pengembangan berbagai solusi permasalahan sehingga tercipta pengoptimalisasian pedestrian dan masyarakat dapat merasa aman, nyaman, dan lancar dalam berjalan kaki di KPT Tamalanrea, Makassar. Kajian Pustaka Istilah pedestrian atau pejalan kaki berasal dari bahasa latin yaitu pedesterpedestris yaitu orang yang berjalan kaki. Menurut Hamid Shrivani (1985), peran dan fungsi pejalan kaki yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Vitalitas ruang perkotaan Mengurangi frekuensi pemakaian kendaraan bermotor di pusat-pusat kota Daya tarik pergerakan ke kawasan pusat kota Menciptakan suasana ruang yang berskala manusia Mendorong berkembangnya bisnis retail Menciptakan udara yang bersih, bebas polusi.
Konsep living street adalah konsep yang merancang/menata jalan untuk kepentingan pejalan kaki dan pesepeda dan berfungsi sebagai ruang social dimana masyarakat dapat saling bertemu dan anak-anak dapat bermain secara bebas dan aman. Menurut Richard K. Untermann (1984), terdapat beberapa faktor pendukung pejalan kaki yaitu: 1) Safety/keamanan. Keamanan pedestrian dari kecelakaan dan gangguan-gangguan khusus oleh kendaraan umum yang merupakan penyebab utama banyak kecelakaan pedestrian 2) Convenience/sesuai. Karakteristik perjalanan pedestrian yang sesuai bergantung kepada system perjalanan yang langsung serta ketersedian jalur pedestrian. 3) Plesure/nyaman. Kenyamanan berjalan dapat ditingkatkan dengan menempatkan jenis perlindungan/protection, coherence, keamanan/ security, serta
G - 2 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013
4) Daya tarik/Interest. Salah satu contoh untuk meningkatkan perlindungan terhadap gangguan iklim seperti panas, hujan, dapat ditingkatkan dengan penempatan overhangs, arcade, maupun tempat-tempat perhentian bus yang sesuai. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi alasan masyarakat KPT Tamalanrea tidak menggunakan moda berjalan kaki untuk mengakses area yang jaraknya ≤ 400 meter, menemu-kenali pola jalur pejalan kaki, mengidentifikasi kondisi eksisting jalur pejalan kaki dan nilai LOS pejalan kaki di setiap segmen yang terpilih, serta menyusun arahan pengembangan yang sesuai dengan teori, permasalahan yang ada, serta harapan masyarakat pejalan kaki di KPT Tamalanrea. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan meng- gunakan pendekatan penelitian lapangan/survey yaitu dilakukan dengan mengunjungi langsung lokasi penelitian untuk mengadakan pencarian atau pengumpulan data yang akurat. Berdasarkan metode, merupakan penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relative, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel. Teknik Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara observasi lapangan dan wawancara pada responden dengan menggunakan angket sedangkan data sekunder berasal dari instansi yang terkait Lokasi dan Segmen Penelitian Lokasi penelitian dilakukan pada ruas jalan arteri dan jalan lingkungan Perintis Kemerdekaan dengan batasan lokasi Jembatan Tello sampai depan Pintu Masuk Permukiman Bumi Tamalan-rea Permai.
Agnes Melinda
Lokasi survey terdiri atas 8 segmen. Adapun segmen yang dipilih yaitu segmen 1 (Café Bambu Kuning-RM. Ayam Penyet Ria), Segmen III (UIM-Toko Abdi Agung), dan Segmen VII (Masjid Kaveleri – Masjid Univ. Cokro)
Karena cuaca buruk baik hujan dan panas (33%)
Karena tidak suka berjalan kaki (13%)
Karena tidak terdapat jalur pejalan kaki (3%)
Pembahasan
2. Analisis Pola Jalur dan Kondisi Eksisting Jalur Pejalan Kaki
1. Analisis Alasan Masyarakat KPT Tamalanrea Tidak Berjalan Kaki pada Jarak ≤ 400 m.
a. Pola Jalur Pejalan Kaki
Penyelesaian rumusan masalah pertama ini menggunakan teknik analisis korelasi antara tingkatan pemilihan alasan dan pilihan moda berdasarkan cuaca, kondisi jalur pejalan kaki, dan tujuan perjalanan.
Berikut ini merupakan peta pola jalur dari ketiga segmen pengamatan.
a. Segmen I Dari hasil interpretasi korelasi didapati bahwa di segmen I:
Kegiatan berjalan kaki dilakukan oleh responden usia remaja
50% responden tidak berjalan kaki untuk jarak ≤ 400 m karena cuaca buruk yaitu panas terik dan hujan.
37% responden tidak berjalan kaki untuk jarak ≤ 400 m karena lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi.
b. Segmen III
Gambar 1. Peta Pola Jalur Segmen I
Gambar 2. Peta Pola Jalur Segmen III
Berikut adalah hasil penelitian di segmen III:
49% responden lebih memilih menggunakan kendaraan.
24% responden tidak berjalan kaki karena tidak suka berjalan kaki
23% tidak berjalan kaki karena cuaca buruk (hujan dan panas)
4% tidak berjalan kaki karena tidak terdapat jalur pejalan kaki.
Gambar 3. Peta Pola Jalur Segmen VII
b. Kondisi Eksisting Jalur Pejalan Kaki
c) Segmen VII Dari analisis didapati bahwa alasan responden tidak berjalan kaki sejauh tidak berjalan kaki untuk jarak ≤ 400 m adalah:
Karena lebih memilih menggunakan kendaraan (51%)
Secara umum, kondisi perkerasan jalur pejalan kaki di ketiga segmen penelitian tidak jauh berbeda. Trotoar dapat ditemukan di segmen I dan segmen VII tetapi hanya di tempat tertentu saja. Jalur yang biasa digunakan pejalan kaki di jalan utama (arteri) di semua segmen berupa bahu jalan dengan perkerasan tanah. Untuk di jalan Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 | G - 3
Arahan Pengembangan Kawasan Pendidikan Tinggi Tamalanrea yang Ramah Pejalan Kaki
lingkungan, banyak ditemukan missing sidewalk atau jalan yang tidak memiliki jalur untuk pejalan kaki sementara di jalan lingkungan inilah jumlah pejalan kaki terbanyak. Hal ini menyebabkan konflik antara pejalan kaki dengan kendaraan dalam menggunakan jalan. c. Level of Service (LOS) Jalur Pejalan Kaki Setelah melakukan survey langsung kepada pejalan kaki mengenai pendapat mereka mengenai pendapat mereka tentang jalur yang mereka lewati serta untuk berjalan kaki serta dengan melihat langsung kondisi eksisting jalur pejalan kaki, diperoleh nilai LOS pejalan kaki di segmen I dan segmen VII yaitu 38 (D) serta segmen III yaitu 23 (E) Arahan Pengembangan Berdasarkan hasil analisis dihasilkan arahan pengembangan dengan menggunakan konsep ramah pejalan kaki (Pedestrian Friendly) dan Livable Street.
h) Designated space. Memiliki desai yang jelas dan sesuai dengan kondisi dan permasalahan yang ada. i) Security an Visibility. Aman dan jelas sehingga menghindari konflik antara pejalan kaki dengan kendaraan j) Neighborhood traffic calming. Dilengkapi traffic calming untuk mengontrol laju kendaraan. k) Accessible and appropriately located transit. Penempatan lokasi transit yang terjangkau oleh pejalan kaki. l) Lively public space. Penyediaan ruang terbuka yang hidup. m) Pedestrian furnishing. Fasilitas pendukung seperti tempat sampah, bangku dan sebagainya. n) Street trees and landscaping. Penyediaan jalur hijau di sepanjang jalur pejalan kaki. o) Design requirements. Mengikuti pedomanpedoman dalam perencanaan ramah pejalan kaki, p) Proper maintenance. Pemeliharaan yang baik.
Hal-hal yang menjadi bagian dari pengembangan dalam konsep kawasan pendidikan yang ramah pejalan kaki yaitu:
Konsep Arahan Pengembangan
a) Coordination between jurisdiction. Perencanaan jalur pejalan kaki mendapat dukungan dari pemerintah. b) Continous system/connectivity. Memiliki system yang terhubung dan menerus. c) Shortened-trips and Convient access. Keterhubungan antara asal (origin) menuju tujuan perjalanan (destination) dan akses yang sesuai. d) Continuous Separation from traffic. Pemisahan antara jalur pejalan kaki dan jalur kendaraan. e) Pedestrian supportive land use pattern. Didukung lingkungan yang nyaman untuk berjalan kaki. f) Well-functioning facilities. Memiliki jarak pandang, kelebaran, aksesibilitas, dan kelurusan yang baik. g) Character. Memiliki karakter yang berbeda dari segi sejarah, sosial budaya, maupun warisan budaya.
Di dalam pengembangan jalur pejalan kaki yang ramah pejalan kaki, ada dua hal yang dilakukan yaitu:
G - 4 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013
a) Pengembangan Jalur Pejalan Kaki
1) Pemasangan trotoar di sepanjang jalan (termasuk segmen II,VI,V,VI, dan VII) 2) Pembangunan jalur pedestrian yang terpisah dengan jalur kendaraan dengan batas yang jelas. b) Pengembangan Penampang Melintang Jalan. 1) Pengembangan Jalan Arteri. Pengembangan menggunakan konsep Livable Street yang memungkinkan semua pengguna jalan dapat bergerak dengan aman, mudah dan nyaman. Berikut ini adalah gambar arahan pengembangan penampang melintang jalan arteri.
Agnes Melinda
Daftar Pustaka Buku Mulyandari, Hestin. 2011. Pengentar Arsitektur Kota. Yogyakarta: Penerbit Andi Sukirman, Silvia. 1999. Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Bandung: Nova Modul Steve Abbey. Pedestrian LOS Gallin. Walking Scope Paper. 2000 Walkability Distance Researce. TOD Committee. 2006. Gambar 4. Arahan Pengembangan Jalan Arteri
2. Pengembangan Jalan Lingkungan. Menggunakan konsep Living street yang digunakan untuk jalan yang sempit sehingga diatur agar pejalan kaki, pesepeda, dan kendaraan dapat bergerak dengan aman, mudah, dan nyaman.
Peraturan Perundang-undangan Departemen Pekerjaan Umum, 1995. Penambahan Lebar Jalur Pejalan Kaki. Departemen Pekerjaan Umum, 1998. Perencanaan alur Pejalan Kaki. Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan. Jalan. No: 011/T/Bt/1995. Dep. PU, Direktorat Jenderal Bina Marga
Gambar 5. Arahan Pengembangan Jalan Lingkungan
Kesimpulan Alasan masyarakat di KPT Tamalanrea tidak berjalan kaki pada jarak ≤ 400 meter karena lebih memilih menggunakan kendaraan, cuaca buruk, tidak suka berjalan kaki, dan tidak terdapat fasilitas & jalur pejalan kaki. Kondisi eksisting jalan, jalur, dan fasilitas pejalan kaki di segmen penelitian masih belum layak. Hal tersebut terbukti dari nilai LOS yang buruk. Masalah yang ditemukan di lokasi penelitian merupakan peluang untuk menyusun arahan pengembangan KPT Tamalanrea yang ramah pejalan kaki dengan menggunakan Konsep Ramah Pejalan Kaki, Konsep Livable Street, dan Konsep Living Street. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 | G - 5