FASILITAS PEJALAN KAKI YANG RAMAH GENDER DI KOTA MAKASSAR
THE FACILITY PEDESTRIAN FRIENDLY GENDER IN MAKASSAR
Evayanti Tirtania Lantang1, Yamin Jinca2, Shirly Wunas3 1
Program Studi Teknik Perencanaan Prasarana Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, 2 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, 3 Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi: Evayanti Tirtania Lantang Program Studi Perencanaan Prasarana Universitas Hasanuddin Makassar HP: 081355386863 Email:
[email protected]
Abstrak Fasilitas Pejalan Kaki Yang Ramah Gender menyediakan kemudahan bergerak dalam segala aspek. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketersediaan jalur pejalan yang ramah gender, ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, efektifitas jalur pejalan dan konsep perencanaan jalur pejalan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapangan, kuesioner, wawancara, serta mengadakan check list data, dimana sampel penelitian diambil secara Accidental Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan jalur pejalan pada kawasan Jalan Somba Opu tergolong dalam Jalan Kolektor Sekunder, Jalan Penghibur tergolong dalam Jalan Arteri primer Berdasarkan tingkat pelayanan ( Level Of Service) jalur pejalan berada pada level D. Disimpulkan bahwa fasilitas pejalan kaki tidak sesuai dengan standar yang berlaku. Diharapkan kepada pihak pemerintah agar segera memperbaiki dan menata jalur pejalan pejalan,khususnya untuk Gender dan Penyandang Cacat. Kata kunci: Jalur Pejalan, Fasilitas, Gender, Penyandang Cacat.
ABSTRACT The facility Pedestrian Friendly Gender provide ease of movement in all aspects. This study aims to analyze the availability of gender-friendly walkways, the availability of facilities and supporting infrastructure, the effectiveness of pedestrian paths and walkways planning concepts. The data was collected through field observations, questionnaires, interviews, and holding a check list of data, where the sample was taken as accidental sampling. The results showed that the availability of pedestrian paths in the area of Somba Opu street classified in the Secondary Collector Roads, penghibur street belong to the Arterial Road Based on the primary care level (Level Of Service) pedestrian pathway at the level of D. Concluded that pedestrian facilities are not in accordance with the applicable standards. Expected the government to immediately improve and organize the pedestrian walkways, especially for Gender and Disability.. Keywords: Walking Trails, Facilities, Gender, Disability.
PENDAHULUAN Kepadatan lalu lintas sampai saat ini masih menjadi masalah khususnya pertumbuhan kendaraan yang cukup tinggi, sehingga menimbulkan berbagai macam masalah. Permasalahan transportasi umumnya meliputi kemacetan lalu lintas, polusi udara, tetapi juga dapat menimbulkan masalah lain seperti kecelakaan lalu lintas dan kerusakan lingkungan. Hal Ini dapat dilihat dengan banyaknya jumlah kendaraan bermotor sehingga ruang gerak Manusia khususnya untuk pejalan kaki menjadi tersisihkan (Puspaningtyas,2011) . Berjalan kaki merupakan bagian dari system transportasi atau system penghubung kota (linkage system) yang cukup penting. Karena dengan berjalan kaki kita, dapat mencapai semua sudut kota yang tidak dapat ditempuh dengan kendaraan(Adisasmita, 2011). Menurut Fruin (1979) jalan kaki merupakan alat utama untuk pergerakan internal dalam kaki. Oleh karena itu, melihat kondisi diatas maka banyak kendaraan bermotor, kendaraan pribadi, kendaraan umum berhenti di sembarang tempat sehingga menyebabkan kelambatan, kemacetan, dan kecelakaan (Khisty dkk, 2003) yang mempengaruhi aktifitas. Kawasan Somba Opu dan Kawasan Jalan Penghibur khususnya Pantai Losari merupakan salah satu kawasan dengan tingkat aktifitas masyarakat yang cukup tinggi. Dimana pada kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang berada pada pusat kota Makassar dengan karakteristik kawasan sebagai penjualan emas, pusat penjualan kerajinan tangan, oleh-oleh khas Makassar, kawasan wisata dan rekreasi, memiliki fungsi strategis dalam peruntukannya seperti kegiatan pemerintahan,sosial,ekonomi,budaya serta kegiatan pelayanan kota.Dalam RTRW kota Makassar kawasan ini telah ditetapkan sebagai kawasan pusat kota dengan percampuran berbagai kegiatan yang menjadi salah satu icon kota (Syifa,2012). Gender adalah perbedaan sifat, peranan, fungsi dan status antara laki-laki dan perempuan,dimana gender biasanya mempersoalkan tentang diskriminasi dan ketidakadilan yang menimpa kaum perempuan, dimana Laki-laki merasa terancam oleh kebangkitan perempuan, kebanyakan kaum laki-laki mengganggap dirinya
hebat karena itu kaum perempuan harus dilindungi. Proses peran gender tersebut dapat dilihat dengan berbagai cara, mulai dari pembedaan pemilihan warna,penggunaan sepatu, accessories, permainan, perlakuan dan sebagainya yang kesemuanya diarahkan untuk mendukung menciptakan fasilitas pejalan kaki yang ramah gender (Sukirman,2010). Maka Penelitian ini mencoba menggali potensi dan peluang dalam menciptakan kawasan pedestrian yang didalamnya dilengkapi fasilitas untuk pejalan kaki yang yang memperhatikan orangtua, anak-anak, ibu hamil, penyandang cacat. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan fasilitas pejalan kaki yang ramah gender yang menyediakan kemudahan yang disediakan guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan sebagai suatu kemudahan bergerak melalui dan menggunakan fasilitas yang ada, dan pada akhirnya dapat menciptakan fasilitas pejalan kaki yang ramah gender. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar tepatnya di Jalan Somba Opu dan Jalan Penghibur. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif-kualitatif. Populasi dan Sampel Populasi adalah pejalan kaki yang melintas pada setiap segmen
jalur
pejalan yang meliputi perempuan, laki-laki, orang tua, anak-anak dan penyandang cacat/difable.Untuk sampelnya diambil seluruh pejalan kaki yang melintas pada titik-titik pengamatan selama 3 hari (hari Rabu, Sabtu dan Minggu) pada jam sibuk dimulai dari pagi (pukul 06.00-12.00) sore (pukul 14.00-20.00). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah penunjukan langsung (metode accidential nonprobability sampling) yaitu teknik penentuan dan pengambilan sampel berdasarkan kebetulan misalnya anak-anak,ibu hamil, orang tua, penyandang cacat, serta dalam bentuk checklist, dan purposive sampling yaitu teknik penentuan sample untuk untuk tujuan tertentu saja.
Pengumpulan data Dalam penelitian ini, data primer merupakan data yang diperoleh dari survey, pengamatan/observasi dan wawancara yang dilaksanakan selama beberapa hari. Data primer dikumpulkan secara observasi/pengamatan adalah Lebar Jalur Pejalan. Data Geometrik jalur pejalan, data diperoleh dengan mengukur lebar dan panjang serta tinggi ruang bebas setiap jalur pejalan yang terdapat pada ruas jalan Somba Opu dan Penghibur. Tata guna lahan dilokasi penelitian diperoleh dengan cara turun langsung ke lokasi penelitian di ruas Jalan Penghibur dan Jalan Somba Opu. Perilaku pejalan kaki berupa perilaku dalam menyebrang, memberhentikan angkutan umum, data perletakan halte existing, data elemen pelengkap jalur pejalan kaki. Data Elemen pelengkap jalur pejalan diperoleh dengan cara observasi/pengamatan kemudian mencatat dan memetakan perletakan elemen pelengkap diatas jalur pejalan kaki, kemudian terdapat informasi dan data yang diperoleh dari kuesioner mengenai perasaan pejalan pada saat berjalan kaki yang berkaitan dengan kenyamanan dan keamanan. Analisis Data Sesuai dengan tujuan penelitian yang pertama maka analisis yang dilakukan yaitu menganalisis lebar jalur pejalan berdasarkan elemen pelengkap jalur pejalan kaki, mentabulasikan hasil kuesioner yang telah diisi oleh pejalan kaki yang melintas di titik pengamatan.Menentukan Level Of Service (LOS) jalur pejalan untuk mengukur tingkat pelayanan jalur pejalan di masing-masing ruas jalur pejalan
HASIL Karakteristik Sampel Lokasi penelitian diarahkan ke seluruh wilayah Jalan Somba Opu dan Jalan Penghibur. Dengan panjang Jalan Somba Opu 804 m dan lebar jalan 9 m, sedangkan untuk Jalan Penghibur panjang jalan 582 m dan lebar jalan 12 m, serta
pengambilan sample dibagi atas 5 segmen menurut panjang jalan untuk memudahkan dalam pengambilan data. Tabel 1 menunjukkan jenis kelamin responden, dimana Jenis kelamin yang paling banyak berjalan kaki adalah Laki-laki dengan jumlah 257 orang pada semua segmen, dengan persentase tertinggi 38,91% pada segmen II, kemudian pada segmen penghibur I dengan persentase 27,23 %, sedangkan untuk jenis kelamin perempuan persentase tertinggi 37,80 % pada segmen II jalan penghibur , kemudian pada segmen penghibur I dengan persentase 27,64%. Tabel 2 dan table 3
menunjukkan bahwa Pengelompokan gender
dibedakan atas laki-laki dimana terdiri dari orang tua yang berusia > 60 tahun, kaum bapak berusia 30-60 tahun dan remaja dan pemuda berusia 17-30 tahun, anak laki, serta penyandang cacat. Sedangkan untuk kaum perempuan pengelompokan gender dibedakan atas wanita hamil, pemudi berusia 17-30 tahun, kaum ibu berusia 17-30 tahun dan orang tua >60 tahun, anak perempuan, serta penyandang cacat. Berdasarkan tanggapan responden diatas menunjukkan bahwa pengelompokan gender untuk somba opu terletak pada segmen II yang memiliki jumlah pejalan terbanyak sebanyak 74 orang,sedangkan pada jalan penghibur terletak pada segmen II dengan jumlah 201 orang. Tabel 4 menunjukkan maksud dan tujuan perjalanan menggambarkan keanekaragaman responden yang berjalan pada lokasi penelitian dengan maksud dan tujuan tertentu, dimana yang paling banyak dengan tujuan jalan-jalan segmen II sebanyak 50%, sedangkan pada segmen somba opu maksud dan tujuan perjalanan yang paling banyak yaitu pada segmen II yaitu beli emas 41,66%.Ini disebabkan karena tingginya kepemilikan akan kendaraan pribadi roda dua sehingga semakin banyak kendaraan yang menimbulkan kemacetan pada daerah ini khususnya pada sore dan malam hari.
PEMBAHASAN Penelitian ini menemukan bahwa kondisi jalur pejalan di jalan penghibur hanya terdapat pada bagian sebelah kanan jalan, untuk jalan Somba Opu jalur pejalan terdapat pada kedua sisi bangunan yang berupa selasar bangunan, Keberadaan elemen material tidak tertata dengan baik, ini dikarenakan karena banyaknya element material yang sudah rusak. Karena itu dibuat penataan kembali pada lokasi penelitian dengan membuat jalur pejalan kaki yang terbuat dari tekstur yang kasar dan terbuat dari beton, tekstur yang tidak licin, di usahakan jangan menggunakan tekstur yang berlubang agar memudahkan para pejalan kaki baik yang menggunakan kursi roda dan kereta bayi dan bagi wanita yang menggunakan sepatu hak tinggi agar hak sepatu tidak tersangkut, untuk penyandang cacat menggunakan tekstur ubin pengarah bermotif garis-garis dan tekstur ubin peringtan. Jalur pejalan kaki harus memiliki rasa aman terhadap pejalan kaki, keamanan disini dapat berupa batasan-batasan dengan peninggian jalur pejalan untuk menghindari tingkat kecelakaan disebabkan karena percampuran fungsi jalur pejalan dengan aktifitas yang lain (Kurniawati, 2005). Karena itu perlu penataan kembali khususnya dalam hal gender dan penyandang cacat. Kenyamanan setelah ditangkap menurut panca indera (Iswanto,2006). Kenyamanan berkurang akibat sirkulasi yang kurang baik, misalnya trotoar dijadikan tempat berjualan, adanya pot bunga diatas trotoar,dan lain-lain (Widodo,2003). Penelitian ini menunjukkan perlu penataan kembali agar pejalan bisa
berjalan
dengan
baik
khususnya
untuk
gender
dan
penyandang
cacat(Hakim,2003). Persepsi mengenai kenyamanan dalam berjalan di trotoar pada segmen jalan penghibur didapatkan 36,89% berpendapat bahwa sirkulasi yang kurang baik dalam hal penggunaan ruang sehingga mengganggu kenyamanan pejalan untuk berjalan kaki, selain itu karena faktor cuaca 11,32% , arus kendaraan yang sangat padat 11,58 %, banyaknya pedagang kaki lima 11,58%, jalan yang tidak rata dan rusak 14.02%. Persepsi mengenai kenyamanan dalam berjalan di trotoar pada segmen jalan Somba Opu didapatkan 23.65% berpendapat bahwa parkir kendaraan yang semrawut sehingga menimbulkan kemacetan pada ruas jalan Kemiringan jalur pejalan pada jalan penghibur dan
jalan somba opu sudah baik hanya saja pada bagian tertentu masih ada yang tergenang air, sehingga dibutuhkan penanganan khusus dengan memperbaiki jalur pejalan yang ada, berdasarkan tingkat pelayanan ( Level Of Service ) Jalur pejalan pada segmen penghibur berada pada level D, berada dibawah standar minimum yang dianjurkan oleh pedoman perencanaan jalur pejalan sedangkan untuk jalan Somba Opu berada pada level D, dimana dibawah standar minimum perencanaan. Pengembangan jalur pejalan kaki yang cocok diterapkan pada koridor Jalan Somba Opu dan Jalan Penghibur secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut, pengadaan jalur pejalan kaki untuk ruang pejalan kaki di sisi jalan, pengalokasian pedagang kaki lima yang menempati jalur pejalan dan jalur hijau sebagai tempat untuk menggelar barang dagangannya, Penataan sirkulasi yang dilengkapi dengan elemen signage dan street furniture seperti: tanda penunjuk jalan, rambu-rambu, papan informasi sirkulasi, elemen pengarah sirkulasi. Penataan jalur hijau sebagai penambah unsur RTH dan peneduh pada sidewalk di sepanjang Jalan Somba opu dan untuk penyandang cacat yaitu pembuatan fasilitas khusus untuk difable seperti Ramp serta pembuatan rambu khusus untuk penyandang cacat. Ini didasarkan pada Universal Design khusus untuk kaum Difable.
KESIMPULAN DAN SARAN Ketersediaan jalur pejalan berkaitan dengan hirarki jaringan jalan dimana Jalan Penghibur merupakan jalan arteri primer dan Jalan Somba Opu tergolong dalam Jalan Arteri Sekunder.Ketersediaan jalur pejalan pada kawasan Jalan penghibur berupa Jalur Pejalan atau Trotoar, sedangkan pada Jalan Somba Opu berupa selasar bangunan. Dengan Panjang Jalur pejalan untuk Jalan Penghibur adalah 582 meter yang terletak pada satu sisi di bagian sebelah kanan ini disebabkan karena keterbatasan lahan pada jalan penghibur sehingga tidak sesuai dengan standart yang ditentukan, yaitu jalan arteri primer memiliki jalur pejalan sebanyak 2 jalur yaitu pada sisi kiri dan sisi kanan jalan, sedangkan untuk Jalan Somba Opu panjang jalur pejalan 804 meter. Konsep pengembangan dengan penataan kembali jalan dan jalur pejalan, sesuai dengan kondisi lapangan dimana harus memperhatikan unsur gender dan Penyandang Cacat. Hasil dari penelitian
ini diharapkan menjadi masukan kepada pemerintah agar segera memperbaiki dan menata dan melengkapi jalur pejalan pejalan yang sudah ada,khususnya dalam hal pemenuhan gender dan Penyandang Cacat dengan memperhatikan standart yang sudah ditentukan, sehingga menghasilkan fasilitas pejalan kaki yang ramah gender.
DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, Adji, Sakti. (2011). Jurnal Analisis Jaringan Transportasi, Fakultas teknik. Universitas Diponegoro, Semarang. Fruin, John J. (1971). Pedestrian Planning and Design. New York : Metropolitan and Association of Urban Designers and Environmental Planners, Inc. Hakim, (2003). Jurnal Konsep Gender dan Diffable. Teknik Perencanaan Transportasi. Universitas Sumatera Utara. Iswanto, Danoe. (2006). Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman Vol.6 No.1, Pengaruh Elemen-Elemen Pelengkap Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki, Bandung. Khisty, C. John. dan Hall, B. Kent. Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi. Kurniawati, Wakhida. (2005). Jurnal Penataan Ruang Publik Berdasar Aspek Keamanan Bagi Wanita, Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro, Semarang. Paramita, Beta. (2000). Jurnal Penataan Ruang Pedestrian Pada Perdagangan Superblok Johar semarang, Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro, Semarang. Puspaningtyas, Retno. (2011). Jurnal Efektifitas Jalur Trotoar Terhadap Pola Pergerakan Pedestrian di Pusat Kota Makassar, Teknik Perencanaan Transportasi. Universitas Hasanuddin, Makassar. Sukirman, (2011). Jurnal Kesetaraan Gender, Fakultas Teknik. Universitas Sumatera Utara. Syifa, (2012). Jurnal Perencanaan Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways) di Jalan Boulevard dan Jalan Pengayoman, Fakultas Teknik Arsitektur. Universitas Hasanuddin, Makasssar. Widodo, Mulyadi. (2001). Jurnal Pendekatan perilaku pejalan kaki di jalan pandanaran Semarang.
LAMPIRAN Tabel. 1. Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Segmen
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Penghibur I
N 70 orang
% 27,23
N 68 orang
% 27,64
N 138 orang
% 27,43
Penghibur II Somba Opu I Somba Opu II
100 orang 34 orang 16 orang
38,91 13,22 6,22
93 orang 32 orang 20 orang
37,80 13,00 8,13
193 orang 66 orang 36 orang
38,36 13,12 7,15
37 orang 257 orang
14,39 100
33 orang 246 orang
13,41 100
70 orang 503 orang
13,91 100
Somba Opu III Jumlah
Sumber: Hasil Olah Data Survei, 2012
Tabel. 2 Tabel Pengelompokan Gender pada Jalan Penghibur Segmen Jalan Penghibur Laki-Laki
Segmen
Segmen I Penghibur Segmen II Penghibur
Jumlah
Perempuan
Penyandang Cacat
Anak 5-14 thn
Orang Tua
Bapak 30-60 thn
Pemuda 17-30 thn
Wanita Hamil
Pemudi 17-3thn
Ibu 30-60 thn
OrangTua>60
L
P
5 org 10 org
23 org 26 org
40 org 61 org
6 org 8 org
36 org 49 org
20 0rg 23 org
4 org 8 org
2 org 3 org
2org 5org
L
P 1 org
2 org 4 org
4 org
141 org 201 org
Tabel. 3. Tabel Responden Jalan Somba Opu Segmen Jalan Somba Opu Laki-Laki
Anak 5-14 thn
Perempuan
Segmen Orang Tua > 60 thn
Bapak 30-60 thn
Pemuda 17-30 thn
Wanita Hamil
pemuda 17-30 thn
Segmen I
2 org
20 org
10 org
3 org
7 org
Segmen II
2 org
7 org
4 org
4 org
Segmen III
7 org
18 org
9 org
4 org
Ibu30-60 thn
OrangTua>60
L
P
18 0rg
3 org
2 org
2 org
8 org
4 org
10 org
11 org
6 org
Sumber: Hasil Olah Data Survei, 2012
Tabel. 4. Maksud dan Tujuan Perjalanan Segmen Jalan Penghibur Tujuan Perjalanan
Segmen I N
Segmen II %
N
Jumlah %
N
%
Jalan-jalan
67
48,55
95
50
162
49,39
Bekerja
41
29,71
75
39,47
116
35,36
Olaraga
30
21,73
10,52
50
15,24
Jumlah
138
100
100
328
`100
Sumber: Hasil Olah Data Survei, 2012
20 190
Penyandang Cacat L
P
1org
2 org
1 org
3 org
2org
4 org
3 org
2org
3 org
4 org 1 org
Jumlah
69 org 44 org 74 org