Nama Kluster: SAIN DAN TEKNOLOGI
LAPORAN KEMAJUAN
PENELITIAN INTERDISIPLIN
PENGEMBANGAN EXTENDED-CAL UNTUK MENUMBUHKAN SELF DIRECTED LEARNING PADA PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UMY
DR. DWIJOKO PURBOHADI, S.T., M.T. (0519680202681995123019) dr. SRI SUNDARI, M.Kes. (0519671304199609173019)
TEKNOLOGI INFORMASI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
HALAMAN PENGESAHAN PRPOSAL PENELITIAN KLUSTER Judul Penelitian
PENGEMBANGAN EXTENDED-CAL UNTUK MENUMBUHKAN SELF DIRECTED LEARNING PADA PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UMY
Nama Rumpun Ilmu
Sain dan Teknologi
Ketua Penelitian a. Nama b. NIDN/NIK c. Jabatan Fungsional d. Program Studi e. Nomer HP f. Alamat surel Anggota Penelitian a. Nama b. NIDN/NIK c. Jabatan Fungsional d. Program Studi e. Nomer HP f. Alamat surel
Biaya penelitian - Diusulkan ke UMY
Dr. Dwijoko Purbohadi, S.T., M.T. 0502026801/196802021995123019 Asisten Ahli Teknologi Informasi 0817 943 8668
[email protected] [email protected] dr. Sri Sundari, M.Kes 0519671304199609173019 Lektor Kepala Pendidikan Dokter 0812 278 9196
[email protected] [email protected]
Rp. 49.790.000,-
ii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................. HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................... RINGKASAN ........................................................................................................
i ii iii iV
BAB I 1 2 3
PENDAHULUAN .............................................................................. Latar Belakang ................................................................................ Tujuan Penelitian ............................................................................ Manfaat Penelitian .........................................................................
1 1 2 3
BAB II 1 2 3 4
TINJAUAN PUSTAKA Self Directed Learning ..................................................................... Self Directed Learning Readiness .................................................... Gama Feedback Learning Model ..................................................... Implementasi Extended-CAL untuk GFLM .......................................
4 4 7 8 11
BAB III 1 2 3 4 5
METODE PENELITIAN ...................................................................... Jenis Penelitian ………………………………............................................... Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... Populasi dan Sampel …………............................................................ Prosedur Peneitian dan Pengumpulan Data .................................... Variabel Penelitian ……………………………............................................ 1. Variabel Uji effect size ….......................................................... 2. Variabel Uji Kepuasan ............................................................. Hipotesis Pengujian Model .............................................................. Alat Penelitian ................................................................................. Analisis Data ...................................................................................
13 13 13 13 13 14 14 14 14 15 15
KEMAJUAN PENELITIAN ................................................................. Pengembangan Alat ………………………............................................... Materi CAL …………….…..................................................................... Rencana Kegiatna Selanjutnya ……………………………………………………..
17 17 20 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ LAMPIRAN ............................................................................................................
21 23
6 7 8 BAB IV 1 2 3
iii
RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Extended Computer Aided Learning (Extended-CAL) dan menguji efektifitasnya untuk membentuk budaya belajar mandiri berkelanjutan (SDL) pada pembelajaran yang menerapkan Problem Based Learning (PBL). Salah satu bagian terpenting pembelajaran dengan PBL di Program Studi Pendidikan Dokter UMY adalah membangun model pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa. Model ini akan berjalan dengan baik jika terbentuk budaya belajar mahasiswa yang mandiri dan terarah untuk menuju ketuntasan. Fasilitas E-learning telah dibangun dengan tujuan agar mahasiswa dapat belajar secara mandiri dari manapun dan kapanpun, terutama untuk memahami teori-teori penunjang. Dari hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa cara ini tidak efektif untuk membentuk SDL karena isi dan fasilitas belum memenuhi dan menarik mahasiswa untuk menggunakannya. Dalam penelitian ini dicoba menggunakan Extended Computer Aided Learning (Extended-CAL) yang diterapkan menggunakan konsep Gama Feedback Learning Model (GFLM) untuk mengkondisikan mahasiswa agar bersedia belajar secara mandiri dan berkesinambungan. Selain itu, Extended-CAL dilengkapi dengan Learning Management System (LMS) yang dilengkapi fasilitas bagi dosen untuk melihat aktivitas dan hasil belajar mahasiswa. Model ini diharapkan dapat berjalan secara efektif sehingga mahasiswa termotivasi untuk belajar mandiri dan berkelanjutan di bawah pengawasan dan bimbingan dosen. Efektivitas penggunaan model dalam penelitian ini diukur dengan mengetahui effect size dan tingkat kepuasan mahasiswa. Jika terbukti memiliki effect size tinggi (di atas 1.0) dengan tingkat kepuasan tinggi maka model ini sangat berpotensi untuk diterapan secara lebih luas.
iv
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Perubahan paradigma pendidikan dari teacher centered learning (TCL) ke arah student centered learning (SCL) di lingkungan perguruan tinggi, termasuk pendidikan kedokteran di Indonesia. Hal ini membawa dampak terhadap metode belajar di Fakultas kedokteran. Sekarang hampir semua Pendidikan Dokter di Indonesia menerapkan sistem pembelajaran dengan metode Problem Based Learning (PBL), termasuk di Program Studi Pendidikan Dokter UMY. Di dalam PBL, mahasiswa dituntut untuk belajar secara mandiri dan berkelanjutan atau dikenal dengan Self Directed Learning (SDL). Penerapan SDL menuntut kemampuan mahasiswa di dalam mengidentifikasi kebutuhan dan tujuan belajarnya sendiri, menentukan sumber belajar, menentukan aktivitas pembelajaran dan menilai hasil belajar yang telah dicapai, baik secara mandiri dengan atau tanpa bantuan dosen. Prinsip SDL inilah kunci sukses proses pembelajaran dengan metode PBL. Knowles (1980) menyatakan bahwa mahasiswa tanpa memiliki kesiapan untuk belajar mandiri dapat mengalami kecemasan, frustasi dan kegagalan meraih prestasi yang diharapkan. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Thorndike dengan hukum law of readiness, kemampuan self directed learning sebagai prasyarat kesiapan untuk belajar mandiri mahasiswa sangat diperlukan dalam menghadapi lingkungan belajar yang bersifat SCL. Meskipun demikian, lingkungan dan fasilitas belajar juga sangat mempengaruhi perilaku mahasiswa (Arikunto, 2002). Robotham (1995) menyatakan bahwa langkah pertama dalam mengembangkan kemampuan SDL adalah dengan menilai tingkat self directed learning readiness (SDLR) mahasiswa. Kebutuhan pengembangan sistem untuk membentuk SDL salah satunya karena adanya tuntutan perubahan budaya belajar mahasiswa yang sangat mendasar. Di Indonesia, pada umumnya, mahasiswa sejak di lingkungan pendidikan dasar dan menengah sudah terbiasa dengan lingkungan TCL. Tuntutan terhadap perubahan sikap mahasiswa dari TCL ke SCL membutuhkan dukungan sistem yang sesuai. SDL yang dikembangkan FKIK UMY belum optimal karena belum didukung oleh sistem yang mampu mendorong mahasiswa belajar secara mandiri, aktif, dan berkelanjutan. Salah satu upaya untuk mewujukan SDL telah dibangun fasilitas e-learning, namun setelah diteliti hasilnya belum optimal karena fungsi e-learning hanya sebagai media untuk penyebaran sumber belajar (Sundari, 2014). Masalah lain yang belum diketahui hasilnya adalah apakah 1
prinsip-prinsip SDL sudah terbentuk atau belum tidak diketahui sama sekali karena belum ada fasilitas untuk memantau kegiatan belajar di luar kelas. Computer Aide Learning (CAL) merupakan sebuah bentuk e-learning untuk menfasilitasi mahasiswa agar dapat belajar secara mandiri tanpa tergantung keberadaan dosen, namun tetap saja tidak diketahui apakah mahasiswa telah menggunakannya atau tidak dan hasilnya sejauh mana. Learning Management System (LMS) merupakan bentuk e-learning dengan kemampuan mengatur dan memantau hasil belajar. LMS telah lama diterapkan FKIK UMY, namun jika dikaitkan dengan SDL hasilnya belum ada bahkan fasilitas ini banyak dikeluhkan mahasiswa. Salah satu keluhan mahasiswa terhadap fasiltas e-learning FKIK UMY adalah rendahnya kecepatan akses internet baik di dalam kampus maupun di luar kampus UMY. Oleh karena itu fasilitas e-learning masih perlu dikembangkan sehingga mampu memberi kemudahan mahasiswa untuk belajar secara lebih leluasa tanpa harus tergantung pada internet. Disamping itu, fasilitas e-learning harus menyediakan sarana bagi dosen untuk memantau aktivitas dan hasil belajar mahasiswa secara mudah agar evaluasi SDL dan perbaikannya dapat dilaksanakan dengan mudah pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Extended-CAL dan menguji efektivitasnya untuk membentuk lingkungan SDL dengan menerapkan GFLM (Gamma Feedback Learning Model), sebuah model pembelajaran berbasis e-learning untuk mastery learning. Penelitian ini sangat penting mengingat model-model pembelajaran telah banyak diteliti dan dikembangkan, khususnya e-learning namun tingkat keberhasilannya masih minimal. Saat ini, meskipun teknologi dan model pembelajaran sangat berkembang, model tatap muka masih tetap dominan digunakan di lingkungan perguruan tinggi di Indonesia. E-learning perlu terus dikembangkan karena kehadiran teknologi informasi bagaimanapun juga sangat mempengaruhi mahasiswa namun penggunaannya sangat minimal untuk mencapai ketuntasan. I.2. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan dan menguji efektivitas Extended-CAL dengan menggunakan GFLM untuk diterapkan pada model PBL di Program Studi Pendidikan Dokter UMY.
2
I.3. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis penelitian ini menambah pengetahuan di bidang pengembangan e-learning dalam perspektif teknologi dan pendidikan. Selain itu di bidang ilmu pendidikan
kedokteran
menambah
khasanah
mengenai
pembentukan
lingkungan SDL bagi mahasiswa fakultas kedokteran yang telah lama menerapkan PBL. 2. Secara praktis, penelitan ini dapat dan mudah diterapkan pada pembelajaran blok untuk meningkatkan pengetahuan ilmu dasar kedokteran tanpa tergantung pada pembelajaran klasikal di dalam kelas. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: a. Mahasiswa, yaitu untuk mempermudah sekaligus memotivasi mereka belajar secara mandiri karena lebih mudah, leluasa, namun merasa hasilnya bermanfaat atau berpengaruh pada penilaian b. Dosen, yaitu untuk mengetahui perilaku belajar mandiri, melihat hasil belajar, dan melakukan evaluasi hasil belajar. Jika dosen mampu mengetahui perkembangan belajar mahasiswa pada tiap kuliah dalam PBL maka langkah-langkah perbaikan juga dapat dilaksanakan secara lebih baik dan efektif. c. Institusi, yaitu untuk
mendapatkan informasi mengenai gambaran
budaya SDL dan perannya dalam mempengaruhi hasil belajar. Informasi ini sangat berguna untuk evaluasi pengembangan SCL di lingkungan FKIK UMY. Bagaimanapun juga, perubahan lingkungan mahasiswa dari TCL ke SCL, terutama SDL, tidak mudah sehingga memerlukan pengawasan, evaluasi, dan perbaikan yang terus menerus. I.4 Luaran Penelitian Agar dampak penelitian ini dapat memberi kontribusi secara langsung bagi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, maka penelitian ini ditargetkan untuk menghasilkan luaran sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Model dan peralatan e-learning untuk membentuk SDL pada PBL 10 Modul interaktif Extended-CAL 1 seminar Internasional 1 Jurnal Internasional
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Self Directed Learning Pada pembelajaran orang dewasa (adult learning), konsep SDL mendapatkan perhatian yang sangat besar (Meriam dan Cafarella, 1999). SDL merupakan dasar dimana orang dewasa belajar melalui pengalaman hidupnya (Candy, 1991). Definisi SDL bervariasi menurut pendapat beberapa pakar. Knowles (1975, disitasi oleh O’Shea, 2003) mendefinisikan SDL adalah “sesuatu proses dimana seseorang memiliki inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, untuk menganalisa kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan tujuan belajarnya sendiri, mengidentifikasi sumber– sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar yang sesuai dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri”. Merriam dan Caffarella (1991) mendefinisikan SDL adalah sesuatu metode belajar di mana pelajar mempunyai tanggung jawab yang utama dalam perencanaan, melakukan, dan mengevaluasi pengalaman belajar mereka sendiri. Spencer dan Jordan (1999, disitasi oleh O’Shea, 2003) mendefinisikan SDL sebagai berikut: ketika mahasiswa bersedia mengambil inisiatif untuk belajar, mendiagnosis kebutuhan belajar, memformulasi tujuan belajar, mengimplementasi aktivitas yang sesuai dan mengevaluasi pembelajarannya dan semua itu dilakukan secara mandiri, maka ini disebut dengan SDL. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa self directed learning menekankan peran individu sebagai penanggung jawab dan pemegang kendali dalam memenuhi dan mencapai keberhasilan belajar. Brockett dan hiemstra (1991) mengemukakan beberapa pernyataan untuk meluruskan pandangan mengenai SDL yaitu tidak benar, dijelaskan bahwa SDL mengambarkan sesuatu proses belajar dalam isolasi, hal ini tidak benar karena SDL berarti menghabiskan lebih banyak waktu daripada kegunaannya. Lebih lanjut dikatakan tidak benar jika aktivitas dalam SDL hanya terbatas pada membaca dan menulis. Menurut Candy (1975), SDL dapat dipandang baik sebagai proses dan juga tujuan. Dengan kata lain, SDL dapat dipandang sebagai metode belajar dan juga karakteristik pelajar itu sendiri. SDL sebagai tujuan mengandung makna bahwa setelah mengikuti suatu pembelajaran tertentu pelajar diharapkan menjadi seorang self-directed learner. Sedangkan SDL sebagai proses mengandung makna bahwa pelajar mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu tanpa terlalu tergantung pada guru (Hiemstra & Brockett, 1994). 4
Brockett Dan Hiemstra (1991) mengemukakan sebuah model untuk memahami konsep SDL yaitu The Personal Responsibility Orientation (PRO) model. Model ini memandang SDL merupakan bagian dari sebuah konsep yang luas (gambar. 1). Model ini memandang SDL sebagai dimensi proses instruksional dan SDL sebagai dimensi karakteristik personal. SDL sebagai sebuah proses instruksional dipandang sebagai proses yang berpusat pada kegiatan menentukan kebutuhan belajar, merencanakan kegiatan belajar, menentukan sumber-sumber belajar, menerapkan, dan mengevaluasi proses belajar. Sedangkan learner self direction mengacu kepada karakteristik individu untuk melakukan SDL. Contoh karakteristik personal dalam SDL adalah Self-concept, readiness for self-direction, the role of experience, dan learning styles.
Personal Responsibility
Characteristics of the Teaching-Learning Transaction
Characteristics Characteristics of of the the Learner Learner
Self-directed Learning
Self-direction Learner
Self-direction in Learning Factors Factors within within the the social social contect contect
Gambar 1. Konsep PRO dalam SDL Sebagai sebuah konsep payung, PRO model menjelaskan personal responsibility (tanggung jawab individu) sebagai konsep sentral atau titik tolak, SDL sebagai faktor eksternal yang memfasilitasi pelajar untuk memiliki tanggung jawab dalam merencanakan, mengimplementasi, dan mengevaluasi pembelajaran dan learner self direction sebagai faktor internal yang mempengaruhi tanggung jawab seseorang untuk berpikir dan bertindak dalam proses SDL. Hubungan antara kedua faktor eksternal dan internal sangat penting dalam memahami kesuksesan self direction in learning (kemandirian dalam belajar). Brockett dan Hiemstra (1991) mengemukakan bahwa untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal bila terjadi keseimbangan antara self directed learning dan learner self direction. 5
Gearhart (2002) mengemukakan 8 karakteristik kunci pelajar yang self directed learning, yaitu : 1. Kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajarnya sendiri. 2. Pandangan positif terhadap kemampuan belajarnya sendiri berdasarkan pengalaman belajar yang lalu. 3. Kemampuan menyusun tujuan belajar yang sesuai. 4. Keahlian dalam memilih strategi belajar. 5. Kemampuan untuk memotivasi diri dan disiplin. 6. Lentur dalam menyusun tujuan belajar dan memilih strategi belajar. 7. Kesadaran tentang bagaimana ia belajar dan mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam belajar. 8. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan belajar. Knowles (1973, disitasi oleh Frisby, 1991) menjelaskan ada tujuh kemampuan yang diperlukan untuk self directed learning yaitu: 1. Kemampuan untuk berkembang dan memiliki keingintahuan atau kemampuan untuk berpikir divergen. 2. Kemampuan untuk merumuskan pertanyaan berdasarkan keingintahuan atau kemampuan untuk berpikir convergen. 3. Kemampuan untuk mengidentifikasi data-data yang diperlukan untuk menjawab berbagai jenis pertanyaan. 4. Kemampuan untuk menemukan sumber-sumber data yang paling relevan dan tepercaya. 5. Kemampuan memilih dan menggunakan alat yang paling efisien untuk mengumpulkan data yang diperlukan dari sumber-sumber yang sesuai. 6. Kemampuan untuk mengorganisasi, menganalisa dan mengevaluasi data sehingga valid dalam menjawab pertanyaan. 7. Kemampuan untuk menjenalisir, menggunakan dan menyampaikan jawaban atas pertanyaan yang berkembang. Candy menjelaskan karakteristik pelajar yang SDL dengan mengelompokkannya sebagai atribut dan sebagai ketrampilan, yaitu : 1. Sebagai atribut terdiri dari keingintahuan, disiplin, analitik, self aware, fleksibel, hubungan interpersonal, bertanggung jawab, kreatif, percaya diri dan tidak tergantung. 6
2. Sebagai ketrampilan terdiri dari ketrampilan mencari informasi, memiliki pengetahuan dan ketrampilan tentang proses belajar, ketrampilan mengevaluasi proses dan hasil belajar. II 2. Self Directed Learning Readiness Self directed learning readiness didefinisikan oleh Wiley (1983, disitasi oleh Fisher et al, 2001) sebagai tingkatan sikap, kemampuan dan karakteristik personal dari seseorang yang diperlukan untuk self directed learning. Readiness juga dapat berarti kombinasi antara kemampuan dan motivasi, yang terbentang antara tidak mampu dan tidak termotivasi untuk menyelesaikan tugas tertentu, hingga mampu dan termotivasi untuk menyelesaikan tugas tertentu. (Oddi, 1986; Grow, 1991, disitasi oleh Richards, 2005). Guglilmino (1977, disitasi oleh Frisby, 1991) mendefinisikan, pelajar yang memiliki self directed learning readiness yang tinggi adalah seseorang yang menunjukkan inisiatif, tidak tergantung, tekun dalam belajar; seseorang yang memiliki tanggung jawab atas belajarnya dan memandang masalah sebagai tantangan bukan hambatan; seseorang yang mampu menerapkan disiplin diri dan memiliki tingkat keingintahuan yang tinggi; seseorang yang memiliki keinginan kuat untuk belajar perubahan dan percaya diri; seorang yang mampu menggunakan ketrampilan belajar dasar, mengorganisasi waktunya dan menyesuaikan langkah untuk belajar, dan mampu mengembangkan sebuah rencana untuk menyelesaikan pekerjaan; seseorang yang menikmati proses belajar serta orientasi kepada tujuan ” Grow (1991) menyebutkan bahwa seorang pelajar yang efektif sudah seharusnya menyesuaikan strategi pembelajaran yang diberikan dengan learning style dan fasilitas yang tersedia agar dapat memfasilitasi seorang pelajar menjadi self-direction learner. Grow membagi tingkat kemandirian seseorang menjadi 4 tingkatan yaitu: 1. Low self-direction stage: pada tahapan ini seorang mahasiswa masih membutuhkan instruksi yang lengkap mengenai apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajari hal tersebut dan kapan mereka harus mempelajari tu. 2. Moderate self direction stage: pada tingkatan ini seorang pebelajar sudah memiliki rasa ketertarikan dan kepercayaan yang tinggi terhadap sesuatu tetapi mereka masih sangat tergantung pada instruksi.
7
3. Internediate self direction stage: pada tingkatan ini seorang pebelajar sudah memiliki pengetahuan dan skill yang memadai untuk mengeksplorasi sesuatu tetapi mereka masih membutuhkan pengembangan diri agar lebih responsive, percaya diri dan kolaboratif dalam bekerja. 4. High self direction stage: tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling tinggi dimana sorang pebelajar sudah memiliki tingkat kemandirian yang tinggi dalam menentukan tujuan belajarnya dan pebelajar tersebut sudah memiliki rasa keinginan yang tinggi untuk terus belajr tanpa tergantung pada orang lain. Dalam kontek pendidikan di Indonesia, SDL sudah menjadi wacana yang cukup menarik untuk diwujudkan. Namun dalam praktek, membentuk lingkungan SDL di Perguran Tinggi tidak mudah karena sejak dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas mahasiswa sudah terbiasa pada lingukan belajar yang mengandalkan tatap muka. Pengembangan SDL di Indonesia, jika dikaitkan dengan tingkatan SDL menurut Grow, maka hasus dimulai dari tingkatan yang paling awal dimana peran dosen masih diperlukan untuk memberi instruksi. II.3 Gama Feedback Learning Model. Mudah diamati, di Indonesia, pada umumnya institusi pendidikan masih mengandalkan model pembelajaran tatap muka, sarana belajar terbatas, dan para pendidik memiliki beban mengajar dan kegiatan lain yang tinggi. Bahkan mayoritas di perguruan tinggi, rasio dosen:mahasiswa sangat rendah. Dampaknya, perhatian pada kesulitan belajar mahasiswa sangat kurang dan pada akhirnya kemungkinan mahasiswa mencapai ketuntasan (tujuan belajar) juga mengecil. Di sisi yang lain, saat ini muncul perubahan perilaku belajar mahasiswa akibat pengaruh perkembangan teknologi informasi. Di luar jam pembelajaran, mereka lebih banyak meggunakan fasilitas teknologi informasi untuk mencari hiburan, permainan, teman mengobrol, atau hal-hal lain yang kurang bermanfaat. Jika ingin belajar, mereka cenderung mencari video tutorial di YouTube, FaceBook, atau situs lain semacam itu. Ada tantangan utama bagi dunia pendidikan saat ini, bagaimana membuat para mahasiswa untuk kembali lebih tertarik berkomunikasi dengan dosen jika ada masalah belajar; sebaliknya, dosen pun harus mampu memberi bimbingan yang lebih menarik, efektif, dan efisien. Para guru/dosen harus lebih peduli pada masalah dan kondisi belajar setiap mahasiswa.
8
GFLM adalah model e-learning untuk meningkatkan: mutu pembelajaran, fungsi pengukuran, manfaat evaluasi, dan ketepatan perlakuan (purbohadi dkk, 2013). Model ini mampu menjawab problematik pendidikan saat ini dengan mengoptimalkan fungsi setiap unsur belajar-pembelajaran. Keberadaan guru bimbingan dan konseling di sekolah dapat dioptimalkan fungsinya melalui model ini. GFLM menyempurnakan prinsip-prinsip mastery learning sehingga memiliki pengaruh yang tinggi pada ketuntasan kognitif. GFLM merupakan model pembelajaran yang lebih lengkap dibanding model-model pembelajaran kognitif yang lain. GFLM adalah model pembelajaran kelompok tetapi mampu menangani permasalahan belajar pada ranah individual. GFLM berguna untuk memperbanyak mahasiswa untuk mencapai tujuan belajar. GFLM berbasis pada teknologi informasi yang mampu diterapkan pada sistem pendidikan saat ini tanpa mengubah sistem dan metode yang telah digunakan. GFLM di gunakan untuk mengoptimalkan waktu belajar di luar kelas agar terprogram dan terpantau. Meskipun GFLM hanya sebagai pelengkap model pembelajaran model tatap muka, tetapi GFLM mampu mingintegrasi dan menaikkan kinerja pembelajaran secara keseluruhan dan mampu mengoptimalkan fungsi e-learning itu sendiri. Beberapa kelebihan GFLM adalah sebagai berikut: 1. Memiliki effect size tinggi hingga sangat tinggi 2. Mampu membentuk sefl directed learning 3. Mampu menghidupkan siklus pengukuran-penilaian-evaluasi-perbaikan secara terus-menerus pada kegiatan belajar 4. Lebih cocok untuk pencapaian tujuan belajar pada ranah kognitif 5. Menggunakan drill method 6. Mampu memberi perlakuan hingga pada ranah individual, baik dilakukan langsung oleh komputer maupun oleh dosen. 7. Mengoptimalkan fungsi sumber daya e-learning 8. Tidak merubah sistem dan metode pembelajaran sehingga mudah diterima dan diterapkan 9. Mampu mengoptimalkan fungsi bimbingan dan konseling Arsitektur GFLM dibagi menjadi tiga (3) tataran atau level (Gambar 2), yaitu tataran alat, tataran kegiatan, dan tataran pengelolaan. Ketiga tataran tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tataran Alat 9
Terdiri atas LMS dan CAL; LMS digunakan sebagai alat komunikasi dan pengelolaan. ITS digunakan sebagai alat pembelajaran sekaligus sebagai alat monitoring. Perpaduan antara LMS dan CAL untuk membentuk budaya Self Directed Learning. 2. Tataran Kegiatan Terdiri atas kegiatan pembelajaran di kelas dan kegiatan belajar di luar kelas. Pembelajaran di dalam kelas adalah kegiatan terbimbing dosen/guru untuk memperkuat pemahaman dan motivasi. Sedangkan kegiatan di luar kelas digunakan untuk membentuk Self-directed Learning menggunakan CAL. Hasil akan lebih optimal jika menggunakan konsep flipped classroom, yaitu kegiatan belajar di luar kelas mendahului kegiatan pembelajaran di dalam kelas. 3. Tataran Pengelolaan Mengacu pada model siklus pengelolaan Plan-Do-Check-Action. Istilah “Plan” adalah perencanaan pembelajaran atau rancangan instruksional untuk mengatur kegiatan belajar di kelas dan di luar kelas dalam satu semester. Istilah “Do” adalah kegiatan pembelajaran atau tutorial di dalam kelas sesuai dengan rancangan instruksional. “Check” adalah mengamati hasil belajar melalui fasilitas e-portfolio untuk menemukan akar masalah belajar. “Action” adalah perlakuan bagi mahasiswa untuk memperkuat motivasi, meningkatkan pemahaman, atau keduanya.
10
Perencanaan (P)
Perbaikan (A)
Materi ajar Rancangan Instruksional Tujuan pembelajaran Rencana evaluasi
Peningkatan motivasi Peningkatan Pemahaman
Pelaksanaan (D)
Pemeriksaan (C)
Belajar
Tes Sumatif
Pembelajaran
Tes Diagnostik
Data dari e-portfolio
Penguatan Interaksi
Di luar kelas (Online)
Tataran Kegiatan
Fli pp
ed
Cl as
sr oo
m
Tataran Pengelolaan
Kegiatan Terbimbing
Self directed learning Sarana
Sarana
Extended-CAL
Learning Management System
Tataran Alat
Communication tools
Di Kelas
Monitoring tools
Management tools
Learning tools
Integrasi
Gambar 2. Arsitektur GFLM dengan Extended-CAL II.4 Implementasi Extended-CAL untuk GFLM Keterbatasan CAL saat ini jika dikaitkan dengan SDL adalah belum adanya kemampuan untuk melibatkan dosen dalam kegiatan belajar mahsaiswa, para dosen sulit untuk mengetahui apakah mahasiswa belajar atau tidak. Selain itu jika mahsiswa telah melaksanakan kegiatan belajar mandiri, maka dosen tidak mengetahui problematika dan sejauh mana mahasiswa telah memahami materi. Extended-CAL adalah CAL yang dirancang khusus untuk GFLM dengan diberi kemampuan untuk melaporakan aktivitas belajar mahasiswa melalui fasilitas internet. Di dalam Extended-CAL terdapat teori, soal, video tutorial, dan koneksi dengan internet. Extended-CAL dapat digunakan meskipun tanpa internet. Mahasiswa dapat menggunkan modul ini kapan saja dan dimana saja, tidak tergantung keberadaan internet. Jika mahasiswa telah selesai belajar (melalui text atau video) maka dapat mengerjakan soal-soal untuk mengukur tingkat pemahaman mereka; mahasiswa dapat mengirim skor secara berulang hingga memperoleh nilai maksimal.
11
Dalam rancangan asli, GFLM ditunjang dengan LMS (Learning Management System) dan ITS (Intelligent Tutoring System). Dalam penelitian ini, kedudukan ITS diganti dengan Extended-CAL yang dapat dijalankan secara offline. Perangkat lunak ini terkoneksi dengan internet pada saat mengunggah data. Arsitektur Extended-CAL tampak pada Gambar 3.
LMS digunakan untuk mengelola banyak pembelajaran dan pada tiap
pembelajaran dapat diikuti banyak mahasiswa. Extended-CAL secara khusus dirancang sebagai alat pembelajaran individual yang mampu memberi bimbingan secara berjenjang dan mengikuti kecepatan belajar, Extended-CAL juga dirancang mampu memberi informasi dimana letak masalah belajar mahasiswa. Extended-CAL juga dirancang untuk mempercepat pemahaman mahasiswa pada suatu materi pembelajaran dengan memanfaatkan kelebihan multimedia.
Mahasiswa didorong atau dikondisikan agar
bersedia belajar secara terus menerus untuk tuntas. Dosen, dapat menggunakan data aktivitas dan hasl belajar di dalam LMS untuk dievaluasi guna menentukan balikan (feedback) apa yang paling tepat; jika diketahui motivasi mahasiswa rendah maka dapat diberi motivasi, dan jika pemahaman kurang dapat diberi penjelasan ulang oleh dosen. GFLM mampu menghidupkan siklus pengukuran-penilaian-evaluasi-perlakuan secara terus-menerus bagi setiap mahasiswa.
Internet Explorer HTTP, AJAX engine
Moodle PHP
SCORM 2.4 Module ActiveX Control Java script
Internet
Apache Tomcat
MySql Xampp
Hard disk
Operating System
User Computer
Server Computer
Gambar 3. Arsitektur Extended-CAL yang terkoneksi dengan LMS
12
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan menjawab dua pertanyaan penting, yaitu: (a) apakah model pembelajaran dengan menggunakan Extended-CAL dan GFLM terbukti dapat mewujudkan konsep SDL pada sistem PBL yang ditunjukkan dengan kenaikan effect size dan (b) apakah mahasiswa merasa puas dengan model ini yang ditunjukkan dengan motivasi yang meningkat untuk menggunakan fasilitas e-learning bila dibandingkan dengan model e-learning sebelumnya. Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut maka model perlu diteliti terlebih dahulu melalui pengujian model pada pembelajaran sesungguhnya. 1. Jenis Penelitian Model diujicobakan langsung pada proses pembelajaran sesungguhnya untuk menunjang PBL guna meningkatkan pemahaman mahasiswa pada teori penunjang. Eksperimen dirancang menggunakan teknik factorial design untuk mengetahui faktorfaktor yang berpengaruh pada ketuntasan menggunakan metode pretest-posttest control group. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Model diujicoba pada peserta matakuliah pada modul Diabetes dalam Blok Endokrin di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UMY. Penelitian akan dilaksanakan pada Semester Ganjil tahun ajaran 2015/2016. 3. Populasi dan sampel Populasi penelitan adalah mahasiswa peserta Blok Endokrin. Sampel adalah mahasiswa yang mengambil Modul Diabetes. 4. Prosedur Penelitian dan Pengumpulan Data Model diujicobakan pada pembelajaran sesungguhnya selama satu semester penuh. Penggunaan model sifatnya untuk melengkapi dan menyempurnakan pembelajaran klasikal dengan cara memanfaatkan waktu di luar kelas. Rancangan instruksional dibuat untuk menambahkan kegiatan belajar menggunakan fasilitas elearning. Setiap aktivitas diberi skor untuk memperkuat motivasi mahasiswa agar bersedia menggunakan modul. Dalam desain instruksional tidak dibedakan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Cara memisahkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan kriteria.
13
Data penelitian diperoleh dan dikumpulkan selama eksperimen. Sebelum perkuliahan dimulai seluruh mahasiswa diwajibkan mengikuti pre-test dan post-test. Selama kuliah, mahasiswa diberi fasilitas Extended-CAL yang berisi pembelajaran diabetes. Mahasiswa diberi kebebasan untuk menggunakan fasilitas tersebut selama satu semester. Data akitifitas dan skor didapat dari data yang masuk pada LMS database, data ini digunakan untuk mengukur effect size. Data survei dikumpulkan pada akhir semester menggunakan kuesioner untuk mengukur tingkat kepuasan. 5. Variabel penelitian 5.1 Variabel uji effect size Model uji dapat dikatakan berhasil sebagai model SDL jika terbukti effect size lebih besar dari 1,0 karena model dikatakan memiliki pengaruh kuat dibanding dengan tatap muka biasa (Coe, 2002). Selain itu, untuk melihat keberhasilan model dapat menggunakan t-test untuk melihat apakah kelompok eksperimen memiliki perbedaan pre-post test yang cukup signifikan dibanding dengan kelompok kontrol. 5.2 Variabel Uji Kepuasan Pencapaian ketuntasan sangat dipengaruhi oleh motivasi, karena motivasi menentukan kesediaan mahasiswa untuk berusaha mencapainya (Hartono dan Mudjiono, 2003). Faktor-faktor diluar pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi juga perlu dikelola, salah satunya yang cukup penting adalah faktor kenyamanan menggunakan elearning dan efektifitas Extended-CAL. Disisi yang lain, motivasi juga dapat ditingkatkan menggunakan balikan yang positif atau komentar dari dosen yang memberi semangat (Hattie, 2012). Balikan diberikan oleh dosen setelah melihat kinerja belajar mahasiswa. 5. Hipotesis Pengujian Model Faktor-faktor yang berpengaruh pada kepuasan digunakan untuk menyusun model penelitian yang membentuk hubungan antar konstruk yang dirancang seperti Gambar 4.
14
Efektifitas CAL
H1
H2
Motivasi Belajar
H3
H4 Kepuasan
Skor
Balikan Dosen
Gambar 4. Model hipotesis penelitian H1:
H2:
H3:
H4:
Efektifitas tutorial mempengaruhi motivasi belajar. Semakin efektif tutorial semakin tinggi motivasi mahasiswa untuk menggunakannya karena mahasiswa merasa terbantu untuk memahami. Efektifitias tutorial berpengaruh pada motivasi (Keller, 1997) dengan moderator konstruk balikan (Hartono dan Mudjiono, 2002; Yamin, 2007) Balikan dari dosen kepada mahasiswa berpengaruh pada motivasi, balikan menentukan apakah mahasiswa termotivasi untuk menggunakan tutorial atau tidak (Fleming & Leavi, 1993). Skor sangat dipengaruhi oleh motivasi, semakin tinggi motivasi maka mahasiswa semakin bersemangat untuk memperbaiki skor (Hartono dan Mudjiyono, 2002). Kepuasan sangat dipengaruhi oleh usaha dan hasil yang diperoleh (Kirkpatrik, 1998). Semakin tinggi tingkat kepuasan mahasiswa berarti model semakin berpoentsi untuk membentuk SDL.
6. Alat Penelitian Alat penelitian meliputi LMS yang dibangun menggunakan Moodle 1.9 kemudian dipasang di internet server beralamat di http://202.149.92.83/gflm_umy. Modul Extended-CAL dibuat menggunakan Authoring tool CourseLab 2.4. 7. Analisis data Ujicoba model ini diterapkan langsung pada matakuliah tertentu pada populasi tertentu yang dianggap homogen sehingga sampel yang digunakan juga sangat terbatas. Efektivitas model diukur dengan menghitung effect size.
Tikat kepuasan dianalisis
menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) dengan pendekatan component based atau lebih dikenal dengan Partial Least Square (PLS). Tujuan analisis untuk menentukan validitas model serta mencari hubungan linier prediktif optimal (Ghozali, 2008). Validitas alat ukur dilakukan saat pengujian validitas model hubungan antar variabel. Analisis
15
validitas pada keterlaksanaan digunakan untuk menjelaskan secara menyeluruh hubungan antara variabel bebas (efektifitas alat, balikan dosen, dan motivasi) dan variabel tergantung (tingkat kepuasan). Jika variabel-variabel penelitian ini terbukti lebih kuat bila dibanding dengan variabel yang tidak diketahui maka dapat disimpulkan bahwa model dapat digunakan untuk penelitian dengan penerapan yang lebih luas.
16
BAB IV KEMAJUAN PENELITIAN 1. Pengembangan Alat 1.1. Jaringan Extended-CAL Rancangan jaringan Extended-CAL terlihat pada Gambar 5. Model seperti ini di bangun untuk memenuhi kebutuhan Extende-CAL dapat dijalankan secara offline saat mahasiswa ada di rumah atau di luar kampus. Saat mahasiswa berada di kampus dapat mengunduh modul Extended-CAL dari LMS atau dapat melaporkan hasil belajar yang sudah dikerjakan di rumah.
Online activity LMS Moodle Online activity
internet
Offline activity Hotspot Online activity
Offline activity
Offline activity
Kawasan hotspot Kampus Mahasiswa · Offline activity: tutorial menggunakan CAL · Online activity: mengirim data hasil tutorial ke server Dosen · Online activity: mengunduh hasil tutorial mahasiswa · Online/offline activity: mengevaluasi hasil tutorial mahasiswa
Gambar 5. Desain jaringan Extende-CAL. LMS telah dibangun menggunakan Moodle yang telah dilengkapi dengan modulmodul yang dibuat menggunakan PHP. Modul tersebut digunakan untuk menghubungkan Extended CAL dengan basis data Moodle. Arsitektur Extended CAL tampak pada Gambar 6 berikut ini.
17
Teacher module (*.exe) Server Site, Moodel 3.1.0 Presentation tier (Moodle User Interface) Application tier (Moodle Data & file lib.) Moodle Resources File
API (PHP app)
Data tier (MySQL 5.6.30)
st reque AJAX n se respo L M HT XML/ AJAX req XML/
JavaScript Module
Data file CAL module (*.exe)
uest
HT M L resp
o n se
CourseLab 2.4 view module
JavaScript Module
CourseLab 2.4 Learning module
Data file
Text and Video
Gambar 6. Arsitektur Extended-CAL 1.2. LMS Server Perlatan lain yang dikembangkan selain Extended CAL adalah LMS (Learning Management System) atau Sistem Managemen Belajar. Server LMS dibangun menggunakan Moodle. Server Moodle digunakan dosen untuk: a. Menata materi (topik) b. Mengunggah Extended-CAL, disediakan untuk mahasiswa c. Download data aktivitas (bentuk Excel) untuk analisis
Gambar 7. Halaman kelas virtual LMS Moodle
18
1.3. Module Extended CAL 1.3.1. Student
Gambar 7. Tampilan Extended-CAL module Tampilan Extended-CAL salah satu modul tampak seperti Gambar 7. Fasilitas modul ini terdiri atas: a. b. c. d.
Mendaftar, mengenalkan nama pengguna modul Menyimpan data hasil belajar dalam disk Cek koneksi ke LMS Upload data hasil belajar ke LMS
1.3.2. Teacher Selain Extended-CAL, khusus untuk dosen dikembangkan Monitoring module seperti tampak pada Gambar 8. Dosen dapat memeriksa perkembangan hasil belajar mahasiswa melalui LMS atau menggunakan Monitoring module ini. Fasilitas yang disediakan dalam modul ini adalah: a. Search, untuk mencari matakuliah yang diampu b. Download, untuk melihat daftar nilai
19
Gambar 8. Monitoring module untuk dosen. 2. Materi CAL Materi CAL diambil dari kuliah Blok IX. Materi blok ini terdiri atas: 1. 2. 3. 4. 5.
Anthelmintic Anti-Amoeba Farmakologi obat anti mikroba Intestinal Protozoa Gastroenteritis Nematoda Intestinal
3. Rencana kegiatan penelitian selanjutnya Sesuai dengan rancangan penelitian, kegiatan penelitian berikutnya adalah: 1. Pengujian alat 2. Ujicoba dan pengambilan data
20
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., Suhardjono, Supardi, 2008, Penelitian Tindakan Kelas, PT. Bumi Aksara, Jakarta, Cetakan ke-tujuh, Brockett, RG. & Hiemstra, R., 1991. Self Direction in Adult Learning: Perspectives on Theory, Research, and Practice. London and New York: Routledge. Brockett, R. G. and Hiemstra, R., 1991. A conceptual framework for understanding selfdirection in adult learning in Self-Direction in Adult Learning: Perspectives on Theory, Research, and Practice, London and New York: Routledge Candy, P.C. 1991. Self-direction for lifelong learning: A comprehensive guide to theory and practice San Francisco: Jossey-Bass Coe, R., 2002. What effect size is and why it is important, British Educational Research Association annual conference, Exeter, UK. Dimyati, H. dan Mudjiono, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Cetakan kedua, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Frisby, A.J., 1991. Self directed learning readiness in medical student at The Ohio University. http://works.bepress.com/anthony_frisby/9/ diakses pada 1 Januari 2012. Fisher, M., King, J., Tague, G., 2001. The development of a self-directed learning readiness scale for nursing education. Nurse Education Today 21, 516–525. Hattie, J., 2012. Visible Learning for Teachers: Maximizing Impact on Learning, The main idea, http://www.themainidea.net, diakses 15 Agustus 2013. Gearhart, D. L. (2002). The effect of self-directed learning skills on the successful completion of an online course (Unpublished doctoral dissertation). Capella University, Minneapolis, MN. Ghozali, I., 2006, Structural Equation Modelling: Metode Alternatif dengan Partial Least Square, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Edisi 2. Grow, G.O., 1991. Teaching Learners to be Self-Directed, Adult Education Quarterly, 41 (3), 125-149. Kirkpatrick, D.L, 1998. Another look at evaluating training programs. Alexandria, VA: American Society for Training & Development. USA Merriam, S.B., & Caffarella, R.S., 1999. Learning in adulthood (2nd ed.). San Francisco: Jossey-Bass. O’Shea E., 2003. Self-directed learning in nurse education: a review of the literature Journal of Advanced Nursing 43(1), 62–70
21
Purbohadi D., Nugroho L., Santosa, I., Kumara A., GaMa Feedback Learning Model: Basic Concept and Design, Journal of e-Learning and Knowledge Society, 9 (3), Italy, (2013) 67-77 Richarcd R.M., Rebecca, B., 2005. Understanding Student Differences, Journal of Engineering Education, 94 (1), 57-72 Sundari S., Harsono, Savitri TP., and Emilia O., 2015, E-Learning Implementation in Medical Education: Why Does the Program Fail in Our Department? Advanced Science Letter, 21, 127-130 (2015)
22
LAMPIRAN
23
Lampiran 1. Beberapa fungsi yang dikembangkan dalam Extended-CAL
function ajax_course(url,passvar) { var viewer = GetObjectById("TXT_10"); viewer.innerHTML="OKE"; var requestObj = new XMLHttpRequest(); requestObj.open("POST", url, true); requestObj.setRequestHeader("Content-type", "application/x-www-form-urlencoded"); requestObj.setRequestHeader("Content-length", passvar.length); requestObj.setRequestHeader("Connection", "close"); requestObj.send(passvar); var respons=""; ShowObject('IMG_3', 0, 0); requestObj.onreadystatechange = function() { if (requestObj.readyState == 4) { if (requestObj.status == 200) { var page=requestObj.responseXML; var respons=parseListXML(page); var check1 = respons.indexOf("course not found"); var check2 = respons.indexOf("www.ilmuku.com"); if (respons!=null) { if ((check1 >=0|check2>=0)) {HideObject('IMG_5', 0,0);}; else (ShowObject('IMG_5', 0, 0)); } HideObject('IMG_3', 0,0); } else { alert ("Connection Status: " + requestObj.statusText); } } } 24
} function ajax_module(url,passvar) { var requestObj = new XMLHttpRequest(); requestObj.open("POST", url, true); requestObj.setRequestHeader("Content-type", "application/x-www-form-urlencoded"); requestObj.setRequestHeader("Content-length", passvar.length); requestObj.setRequestHeader("Connection", "close"); requestObj.send(passvar); var respons=""; ShowObject('IMG_3', 0, 0); requestObj.onreadystatechange = function() { if (requestObj.readyState == 4) { if (requestObj.status == 200) { var page=requestObj.responseXML; respons=parseListXML(page,""); //g_arVars['ModuleID']=respons; var check1 = respons.indexOf("module not found"); var check2 = respons.indexOf("www.ilmuku.com"); if (respons!=null) { if (check1 >=0) {HideObject('IMG_5', 0,0);}; else (ShowObject('IMG_5', 0, 0)); } HideObject('IMG_3', 0,0); alert(respons); return respons; } else { alert ("Connection Status: " + requestObj.statusText); return; } } 25
} } function parseListXML(xml) { var tabel = xml.getElementsByTagName("coloumn"); var informasi=""; var baris, kolom; for (baris=0;baris
"; satubaris = tabel[baris]; isibaris=satubaris.attributes; for (kolom=0;kolom"+isikolom+""; } informasi = informasi + ""; } return informasi; } function save_course_id(id) { var Scr = new ActiveXObject("Scripting.FileSystemObject"); var CTF = Scr.OpenTextFile("data.txt", 1, true); try { var CTF = Scr.CreateTextFile("data.txt"); CTF.Write(id); CTF.Close(); //alert('Course ID Saved'); } catch (err) { CTF.Close(); alert('File saved error'); } } function read_file() { var Scr = new ActiveXObject ("Scripting.FileSystemObject"); try 26
{ var CTF = Scr.OpenTextFile("data.txt", 1, true); text=CTF.ReadAll(); CTF.Close(); return text; } catch (err) { CTF.Close(); HideObject('IMG_5', 0, 0); //alert('Course ID not found'); } }
27
Lampiran 2 Ketua Peniliti
CURRICULUM VITAE Nama NIP/NIK Tempat/Tanggal Lahir Jenis Kelamin Status Perkawinan Agama Golongan/ Pangkat Jabatan Akademik Perguruan Tinggi Alamat Telp/Faks Alamat Rumah Telp/Faks Alamat e-mail
: Dr. Dwijoko Purbohadi, S.T., M.T. : 19680202 1995 04123019 : Yogyakarta, 2 Pebruari 1968 : Laki-laki : Kawin : Islam : Penata / IIIC : Asisten Ahli : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta : Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Kasihan, Bantul Yogyakarta : (0274)387656 / (0274)387646 : Tegalmulyo, WB I, RT 1, RW 1, No. 1 Pakuncen, Wirobrajan, Yogyakarta : 0817 943 8668 : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI Tahun lulus 1994
Program pendidikan S1
2000
Magister
2014
Doktor
-
PT Universitas Gadjah Mada Sistem pengukuran aliran sangat lambat menggunakan sensor LVDT Universitas Gadjah Mada Deases diagnosis using fuzzy clustering Universitas Gadjah Mada Model e-learning untuk pembelajarna dengan pengendalian umpan balik
Jurusan/ Program Studi Teknik Elektro
Teknik Elektro
Teknik Elektro
SDN Kadipiro 1, Bantul (1974-1980) SMPN 7, Yogyakarta (1980-1983) SMAN 2 Yogyakarta (1983-1986)
28
PENELITIAN No. 1 2
Tahun 2004 2005
3
2012 - 2013
4
2015-sekarang
Judul Penelitian Database tiga dimensi Penampil 7-S untuk Port IBM PC Rancangan model e-learning dengan pengendalian umpan balik. Continuous improvement learning model
TULISAN ILMIAH No.
Tahun
1
2013
2
2014
3
2014
4
2015
Judul Paper GaMa Feedback Learning Model: Basic Concept and Design, Journal of E-Learning and Knowledge Society, Italian e-Learning Association, http://www.Je-lks.org Design of Intelligent Tutoring System for Mastery Learning, Advanced Science Letters, http://www.aspbs.com/science/a-s_science.htm E-learning for Mastery Learning Based on GFLM, Journal of Computers, Advanced Science Letters, http://www.aspbs.com/science/a-s_science.htm E-learning for Mastery Learning: Development Method for Extensive Use, Advanced Science Letters, http://www.aspbs.com/science/as_science.htm
PENGABDIAN MASYARAKAT (5 TAHUN TERAKHIR) No.
Tahun
1
2014
2
2014 - 2015
3
2016
4
2016
Judul Pengabdian Penyuluhan Pemanfaatan Internet Sehat di Dusun Sidokarto Godean Sleman Yogyakarta Ipteks Bagi Produk Ekspor IbPE Produk Meubel dan Handicraft berbahan dasar Kayu di Pajangan Bantul DIY Pelatihan penulisan jurnal internasional bagi dosen Universitas Merdeka Madiun Pelatihan penulisan jurnal internasional bagi dosen IKIP Madiun
PENGALAMAN LAIN A. Seminar Internasional
Presenter: Developing ITS Module for Modle 1.9 Using CourseLab 2.4, The First International Conference on Sustainable Innovation (ICOSI), Yogyakarta, 19 Maret 2012
29
Presenter: Design of Intelligent Tutoring System for Mastery Learning, The First International Conference on Internet Services Technology and Information Engineering (ISTIE), Bogor, 12 Mei 2012 Presenter: Intelligent Tutoring System for Mastery Learning: Development Method for Extensive Use. The First International Conference on Applied Electromagnetic Technology (AEMT – 2014), Lombok 13 April 2014 Presenter: E-learning for Mastery Learning Based on GFLM, The Second International Conference on Internet Services Technology and Information Engineering (ISTIE), Bali, 31 May 2014 Presenter: Intelligent Tutoring System for Mastery Learning: Development Method for Extensive Use. The Second International Conference on Advances Technology in Telecommunication, Broadcasting, and Satellite 2014, Bali 11-12 October 2014
Pengembangan E-Learning
Memberi pelatihan E-Learning : Jaringang Internet Sekolah, SMK Kabupaten Sleman Memberi pelatihan E-Learning : SD Muhammadiyah Alternatif, Magelang Memberi pelatihan E-Learning : SMA N-1 Mertoyudan, Magelang Memberi pelatihan E-Learning : SMA N-1 Pundong Bantul Memberi pelatihan E-Learning : SMA N-1 Kuningan Jawa Barat Memberi pelatihan E-Learning : Fakultas Kedokteran UMY Memberi pelatihan E-Learning : Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Magelang Memberi pelatihan E-Learning : STIKES Aisyiyah Yogyakarta Memberi pelatihan E-Learning : STIKES Muhammadiyah Palembang Memberi pelatihan E-Learning : STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyah Cilacap Memberi pelatihan E-Learning : Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang Implementasi E-Learning: Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Implementasi E-Learning: Matakuliah Bahasa Inggris, STIKES Muhammadiyah Palembang Implementasi E-Learning: Matakuliah Bahasa Inggris, Program Studi TI, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Teaching Grant, Hibah Pembelajaran Non Konvensinal, DIKTI 2013. Teaching Grant, Hibah Pembelajaran Berbasis E-Learning TPSDP, DIKTI 2006 Teaching Grant, Hibah Pembelajaran Berbasis E-Learning Inherent K-1 FT UMY, DIKTI 2007 Teaching Grant, Hibah Pembelajaran Berbasis E-Learning Inherent K-1 FT UMY, DIKTI 2008 Tenaga ahli implementasi E-Learning: Universitas Muhammadiyah Semarang Tenaga ahli implementasi E-Learning: STIKES Aisyiyah Yogyakrta Tenaga ahli implementasi E-Learning: STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyah, Cilacap, Jawa Tengah. 30
Desain dan implementasi Sistem Informasi Akademik, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Desain, implementasi, dan pengembangan Learning Management System, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Desain Fiber Optic Installation and Network Design for Campus Terpadu Universitas Muhammadiayah Yogyakarta, diintegrasi dengan Cisco Router, Cisco Switch, and Cisco Pix Firewall Instalasi VSAT, pelanggan SingTel (Singapure Telecommunication) Clients di Yogyakarta and Jakarta Ketua E-Gov Master Plan, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Tenaga Ahli pembuatan Sistem Informasi Kepegawaian, BKD Propinsi DIY Konsultan pengembangan MIS di, Universitas Muhammadiyah Magelang, STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta, 2010, STIKES Surya Global Yogyakarta, Universitas Cokroaminoto Yogyakarta Konsultan IT Master Plan: STIKES Aisyiyah Yogyakarta, STIKES Surya Global Yogyakarta, Universitas Cokroaminoto Yogyakarta, STIMIK Sinar Nusantara Solo, dan Universitas Muhammadiyah Pare-pare Sulawesi Selatan. Memberi pelatihan instrumentasi dan PLC bagi teknisi di DEPO PERTAMINA Wilayah Jawa Tengah, PT. Semen Gresik, PT. Chevron Pacific Indonesia, PT. Krakatau Steel, dan PERTAMINA Wilayah Kalimantan, China Petrol Gresik. Tenaga ahli pembuatan SI Terpadu Perguruan Tinggi: Universitas Muhammadiyah Magelang (SI Akademik, SI Kepegawaian, SI Keuangan, SI Aset) Tenaga ahli pembuatan SI Akademik, STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyah Cilacap. Tenaga ahli pembuatan SI Akademik dan SI Aset, STIKES Surya Global Yogyakarta.
31
Anggota Peneliti
CURRICULUM VITAE Nama NIP/NIK Tempat/Tanggal Lahir Jenis Kelamin Status Perkawinan Agama Golongan/ Pangkat Jabatan Akademik Perguruan Tinggi Alamat Telp/Faks Alamat Rumah
Telp/Faks Alamat e-mail
: dr. Sri Sundari, MKes : 19671305199609173019 : Boyolali, 13 April 1967 : Perempuan : Kawin : Islam : Penata Tingkat 1 /IIID : Lektor Kepala : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta : Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Kasihan, Bantul Yogyakarta : (0274)387656/(0274)387646 : Tegalmulyo, WB I, RT 1, RW 1, No. 1 Pakuncen, Wirobrajan, Yogyakarta : (0274)619442 :[email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI Tahun lulus 1992
S1
2001
Magister
-
Program pendidikan
PT Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Jurusan/ Program Studi Kedokteran Umum Ilmu Kedokteran Dasar
SDN Pengging 1, Boyolali (1973-1979) SMPN 1 Banyudono, Boyolali (1979-1982) SMAN 1 Boyolali (1982-1985) Fak Kedokteran Universitas Gadjah Mada (1985-1992) Program Studi Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedik Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (1997-2001)
32
Penelitian: No.
Tahun
1
2010
2
2011
3
2011
4
2011
5
2011
6
2012
7
2013
8
2013
9
2014
Judul Penelitian Pengaruh Pemberian Echinacea terhadap Imunitas Mencit Swiss terinfeksi Plasmodium berghei Pengaruh Pemberian Echinacea terhadap Aktifitas Makrofag dan Limfosit Mencit Swiss terinfeksi Plasmodium berghei HPEQ Project Pengembangan Modul Komunikasi dalam meningkatkan kemampuan Komunikasi Kolaboratif HPEQ Project Korelasi antara Metode Seleksi dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Baru Prodi Pendidikan Dokter FKIK UMY. Perbandingan efek Phylanthus niruri antara sebelum dan selama infeksi Plasmodium berghei pada Mencit. Penilaian Performa Peserta Didik menggunakan Multisouce Assesmen pada Mahasiswa Program Sarjana Prodi Pendidikan Dokter FKIK UMY, HPEQ Project
Evaluasi Pembelajaran Interprofessional Education (IPE) pada mahasiswa tingkat profesi FKIK UMY, penelitian regular Fakultas Model Pembelajaran Kognitif menggunakan Computer Assisted Learning (CAL), HPEQ Project Analisis Situasi Tb di Kabupaten Bandung, Funding dan Tb Aisyiah.
Tulisan ilmiah:
No
Tahun
1
2010
2
2011
3
2012
4
2012
5
2012
6
2013
Judul Publikasi Ilmiah dan Nama Jurnal Deteksi resistensi Nyamuk Aedes aegypti Berdasarkan Aktifitas Enzim Glutation-S-Transferase, Jurnal Kedokteran & Kesehatan , Mutiara Medika. Vol. 11 No.2, Juli 2010, ISSN 1411-8033 Pembicara Pakar dalam workshop Pengembangan Assesmen di Unismuh, Makasar 2011 Pembicara Poster , Pengaruh Pemberian Echinacea terhadap Aktifitas Makrofag dan Limfosit Mencit Swiss terinfeksi Plasmodium berghei dalam International Conference Medical Plants di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Pembicara Poster, Pengembangan Modul Komunikasi dalam meningkatkan kemampuan Komunikasi Kolaboratif, Di PEPKI( Pameran dan Ekspo Pendidikan Kedokteran Indonesia) ,Universitas Tanjungpura, Kalimantan Barat. Pembicara Pakar dalam In House Training Pelatihan Pengembangan Modul dan Buku Ajar, di Fak. Kedokteran Unismuh Makasar , 29-30 Okt 2012 Pembicara Poster dalam pertemuan APKKM di Makasar, Penilaian Performa Peserta Didik menggunakan Multisouce Assesmen pada Mahasiswa Program Sarjana Prodi Pendidikan Dokter FKIK UMY
33
7
2014
8
2014
9
2015
Pembicara pada pada the 2nd international conference on advances technology in telecommunication, broadcasting and satellite 2014 di Bali. Publikasi pada jurnal internasional terindek scopus dengan judul Applied CAL on Problem Based Learning Using Gagne’s Instructional Design, iJET ‒ Volume 9, Issue 9: "Blended Learning", 2014 Publikasi pada jurnal internasional terindex Scopus dan ISI dengan judul E-Learning Implementation in Medical Education: Why Does the Program Fail in Our Department? Adv. Sci. Lett. 21, 127-130 (2015)
Pengabdian Masyarakat 5 tahun terakhir: No 1 2
Tahun 2002 Sekarang 2000 sekarang
3
2010
4
2011
5
2012
Judul Pengabdian Sebagai Tenaga Kesehatan di Poliklinik Kopertis Wilayah V, Sebagai Tenaga Kesehatan di Program Dana Sehat Muhammadiyah, Yogyakarta Sebagai Tenaga Kesehatan Pada Muktamar 1 Abad Muhammadiyah di Yogyakarta, Penyuluhan Mengenal Tanda Penyakit TBC, di Dusun Bodeh, Ambarketawang, Gamping Sleman Penyuluhan Tanda, gejala dan penanganan Penyakit Demam Berdarah di Dusun Pepe, Bogoran, Bantul
34