PENELITIAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN DRUG ROUND MENGURANGI KEJADIAN SALAH PENGOBATAN
TABARDS
DALAM
Amila* Abstrak Penggunaan tabards semacam pakaian berbentuk rompi yang bertulisan “do not disturb nurse on drug round” memberikan keuntungan dengan menurunkan jumlah gangguan, meningkatkan efisiensi dan keakuratan distribusi obat di ruangan, meningkatkan moral dan produktivitas kerja perawat, memungkinkan perawat untuk berkonsentrasi, alat komunikasi/informasi pada staf lain dan pengunjung untuk tidak mengganggu pada saat memberikan obat, sehingga pasien dapat menerima obat dengan tepat waktu. Tujuan penulisan adalah mengidentifikasi efektifitas penggunaan drug round tabards dalam mengurangi kejadian kesalahan pengobatan. Metode penulisan menggunakan deskriptif analitik tentang review sistematis penelitian dan referensi tentang efektivitas tabard dalam menurunkan kesalahan pengobatan yang disajikan dalam bentuk narasi. Kajian pada penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penggunaan tabards terbukti dapat mengurangi gangguan dalam pemberian obat sekitar 71%, dan kesalahan pengobatan sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit. Hasil penelitian ini mempunyai implikasi dengan ditetapkannya tabards sebagai suatu kebijakan dan perangkat keamanan pada perawat dan petugas kesehatan hampir diseluruh ruangan rumah sakit yang ada di luar negeri. Kata kunci : Drug Round Tabards, medikasi, keamanan. Abstract The use of such clothing tabards tabards shaped vest that read do not disturb nurse on drug round”to benefit by decreasing the mount of disruption, increase efficiency accuracy of drug distribution in the room, improving attitude and productivity of nurses, allowing nurses to concentrate, means of communication/information on other visitors to not interfere when giving the drug, so patients can receive medication in a timely manner. The objective is to identify the effectiveness of drug use tabards round in reducing the incidence of medication errors. Analitic Descriptive writing method of systematic reviews of research and reference on tabards of effectiveness in reducing medication errors is presented in narrative form. Study on previous research showing that use of tabards proven to reduce interference in the administration of drugs about 71% and medication errors that lead to better quality nursing care in hospitals. The results of this study implications to the enactment of tabards as a policy and security devices on nurses and health workers in nearly all the room in a hospital abroad. Key words : Drug round tabards, medication, safety
LATAR BELAKANG Medikasi atau pemberian obat untuk tujuan terapeutik merupakan tindakan yang sering dan hampir setiap hari dilakukan oleh perawat saat berdinas diberbagai layanan kesehatan.
Prosedur medikasi meliputi memasukan order, transkripsi dan verifikasi, mengeluarkan obat, pemberian obat dan konsumsi obat oleh pasien. Medikasi membutuhkan waktu hingga 40% waktu kerja perawat. Banyak hal yang harus diperhatikan oleh seorang perawat dalam
2 pemberian obat yang meliputi 5 prinsip benar yaitu benar dosis, benar obat, benar cara pemberian, benar identitas pasien, benar, dan benar waktu pemberian. Dari prinsip tersebut memungkinkan sekali perawat melakukan kesalahan dalam medikasi. Menurut Mayo dan Denise (2004) dalam Bellebaum (2008), menjelaskan bahwa seorang pasien sendiri dapat menerima sampai 18 obat setiap hari dan setiap perawat dapat memberikan 50 obat setiap berdinas, sehingga meletakkan perawat digaris depan dalam hal akuntabilitas pemberian obat.
moral yang rendah diantara staf perawat, sehingga menurunkan produktivitas kerja. Keamanan merupakan prinsip yang paling fundamental dalam pemberian pelayanan kesehatan maupun keperawatan, dan sekaligus aspek yang paling kritis dari manajemen kualitas. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
Berdasarkan laporan dari sebuah Institute of Medicine di Amerika bahwa antara 44.000 hingga 98.000 pasien meninggal setiap tahun meninggal dunia akibat kesalahan dalam medikasi dan ini akan membutuhkan biaya tambahan sekiat 3,5 miliyar pertahunnya (Perry A; PharmD, 2007). Paoletti juga mengatakan karena kesalahan medikasi (medication error) mengakibatkan kematian sekitar 7000 orang pertahun dan menimbulkan biaya tambahan sekitar 2 milyar pertahunya (Paoletti, Suess, Lesko M & Perrol, 2007). Angka kejadian kesalahan pengobatan di Indonesia tidak terdata secara jelas dikarenakan kejadian tersebut lebih banyak ditutupi, namun berdasar studi awal Lestari,Y pada Januari hingga Agustus 2009 di salah satu RS swasta di Kudus didapatkan data bahwa sebanyak 30 % obat yang diberikan tidak didokumentasikan, 15 % obat diberikan dengan cara yang tidak tepat, 23 % obat diberikan dengan waktu yang tidak tepat, 2 % obat tidak diberikan , dan 12 % obat diberikan dengan dosis yang tidak tepat .
Katherine (2008), Westbrook, et al. (2010) dalam Relihan, E, O’Brein, V, O’Hara, & Silke, B. (2010) menyatakan bahwa faktor – faktor yang berkontribusi dalam kesalahan pemberian obat, seperti jam kerja, kelelahan, gangguan dan faktor lingkungan seperti kebisingan, faktor cahaya yang kurang dapat meningkatkan kesalahan perawat dalam pemberian obat. Hal ini didukung oleh penelitian Kench, S pada tahun 2010 menjelaskan gangguan yang dapat terjadi selama pemberian obat, seperti menjawab telepon, berbicara dengan yang lain, menjawab panggilan bel, membantu pasien yang tidak berhubungan dengan pemberian obat, panggilan emergensi dapat meningkatkan kesalahan pemberian obat. Hasil Survey online Nursing Times, (2010), menjelaskan bahwa kondisi yang menyebabkan kesalahan obat, seperti gangguan menempati urutan teratas sebanyak 87%, dibandingkan kondisi lain, seperti sibuk, ketika menghitung dosis, tidak mengenal obat, kesulitan membaca resep obat.
Mayo, A.N, Denise D, (2004) dalam Bellabaum, K (2008) menyatakan bahwa kesalahan pengobatan dapat berdampak terhadap keselamatan perawat dalam istilah professional atau status seseorang, kepercayaaan diri, praktik dan menunjukkan
Gangguan dan distraksi dapat berdampak pada ‘prospective memory’ atau kemampuan mengingat untuk melakukan sesuatu yang harus ditunda. Gangguan juga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif perawat, mengurangi fokus, meningkatkan stres dan frustasi pekerja dan meningkatkan waktu
3 pemberian obat (King’s College London, 2010). Dengan demikian dibutuhkan strategi logikal untuk mengurangi risiko kesalahan pengobatan dengan mengurangi gangguan dan pengalihan yang tidak perlu pada staf pemberi layanan kesehatan (Eileen R, Valerie O.B, Sharon O, 2010). Manajemen medikasi merupakan proses yang komplek dan melibatkan berbagai departemen dari berbagai profesi seperti dokter, perawat, ahli farmasi, tehnisi farmasi, ahli sistem informasi, staf pendidikan, staf perencanaan, dan staf administrasi. Upaya untuk meningkatkan patient safety adalah dengan pengembangan sistem untuk identifikasi dan pelaporan risiko, error, atau adverse event, penggunaan teknologi informasi, dan upaya perubahan kultur organisasi. (Pinzon, 2007). Selain itu faktor faktor yang dapat mengurangi kesalahan pengobatan adalah menggunakan Tabards sebanyak, pelatihan terus menerus dan terkini sebanyak, pengkajian kompetensi secara terprogram, perlindungan waktu pemberian obat, informasi obat dari farmasi, meletakkan obat pasien disamping tempat tidur (Online survey Nursing Times, 2010). Hal ini didukung oleh penelitian Kreckler et al (2008) dalam Scott, J (2010) yang melakukan pengamatan pada 38 pemberian obat diruang bedah, dihitung sekitar 11% dari setiap pemberian obat berhubungan dengan gangguan. Krecker menjelaskan bahwa kesalahan dan keamanan pasien akan terancam, apalagi tidak ada standar untuk mengurangi gangguan selama pemberian obat, sehingga Kreckler, et al (2008) menyarankan bahwa perawat dapat memakai bentuk pakaian selama pemberian obat untuk menunjukkan bahwa mereka tidak boleh diganggu pada saat pemberian obat.
Drug Round Tabards atau DRT semacam pakaian berbentuk rompi yang bertulisan “ Do not Disturb Nurse on Drug Round” (jangan diganggu, perawat sedang memberikan obat”) pada kedua sisi depan dan belakang. Keuntungan DRT yang bertulisan/tanda “jangan ganggu” dapat memberikan makna yang mudah pada identifikasi visual, meningkatkan efisiensi dan keakuratan distribusi obat di ruangan, memungkinkan perawat untuk berkonsentrasi sehingga pasien dapat menerima obat dengan tepat waktu. DRT dapat dipakai sebagai stategi kontrol infeksi dengan memberikan kata – kata “isolasi” pada staf dan perawat lain untuk kontak dengan tabards. Hal ini menyebabkan tabards cocok digunakan diseluruh ruangan termasuk ruangan umum (general medical), bedah, SCBU, perawat kontrol infeksi dan spesialis dibeberapa situasi. Intervensi ini dapat berdampak pada moral perawat yang menjadi positif dan perawat merasa lebih dihargai dalam waktu, sehingga meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja pada perawat yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Berbagai hasil penelitian tentang efektifitas DRT dilakukan, seperti Scott, J, et al (2010) yang menyatakan, rata – rata jumlah gangguan berkurang secara signifikan dari 6 sampai lima setelah penggunaan tabards dan terjadi pengurangan dalam jumlah insiden diatas 5 minggu dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Studi mini – trial yang dilakukan oleh Sarah Kench menunjukkan dengan penggunaan DRT, rata – rata jumlah gangguan selama pemberian obat berkurang sekitar 71% secara signifikan sehingga mengurangi lamanya waktu yang diperlukan oleh staf untuk melakukan pemberian obat dan memungkinkan perawat dapat memberikan aspek pelayanan lain, seperti membantu makan, higiene dan rencana pemulangan.
4 Menurut Nursing Times Net (2010), perawat telah mengembangkan “Drug Round Tabards” dan saat ini diproduksi oleh GV Health, telah diperkenalkan dibeberapa rumah sakit dan dipercaya dapat mengurangi gangguan, meningkatkan keselamatan pasien, mengurangi infeksi silang, menghemat biaya 60% dan memperbaiki keakuratan dalam meracik obat. Dengan berkurangnya gangguan dapat membantu perawat fokus pada kebutuhan pasien, perawat lebih efisien menggunakan waktunya dan membantu perawat memberikan obat secara aman dan efektif. Penerapan penggunaan tabards di Indonesia belum terlaksana secara konkrit, berbeda dengan rumah sakit yang ada diluar negeri, seperti Inggris, Amerika, Australia dan beberapa negara eropa lain yang sudah melaksanakan penggunaan tabards sebagai kebijakan dan perangkat keamanan pada seluruh ruangan untuk meningkatkan dan keamanan pasien. Kendala yang dapat menyebabkan sistem ini belum diterapkan di Indonesia antara lain kurangnya iklim budaya organisasi, kurangnya interest dari organisasi profesi/tenaga kesehatan untuk selalu mengakses informasi terkini yang berkaitan dengan program keselamatan pasien untuk menurunkan kejadian salah pengobatan, pola peran dan kebiasaan sehari -hari, dan kebijakan dari organisasi penyedia pelayanan maupun kebijakan pemerintah. Kebutuhan aplikasi penggunaan tabards di Indonesia saat ini sangat penting mengingat semakin tingginya kebutuhan perawatan dan pelayanan kesehatan akibat meningkatnya jumlah kejadian penyakit dan besarnya risiko pelanggaran pada patients safety. Perawat merupakan kelompok terbesar dari pemberi layanan kesehatan mempunyai peranan secara signifikan untuk memperbaiki pelayanan /perawatan, sehingga perlu ditemukan solusi innovasi untuk meningkatkan keselamatan
pasien dalam upaya pencegahan kesalahan pengobatan. Bagi dunia keperawatan inovasi ini merupakan salah satu keberhasilan bagi kemajuan keperawatan dan dapat dikelola sepenuhnya oleh tenaga keperawatan yang dapat menurunkan beban kerja perawat sehingga dapat meningkatkan kepuasan kerja perawat. Berbeda dengan pengunaan tehnologi informasi yang merupakan suatu inovasi untuk program safety, memerlukan banyak persiapan,seperti pengadaan perangkat, sistem komunikasi, pemeliharaan perangkat yang tentunya memerlukan biaya dan sumber daya manusia yang besar untuk mengimplementasikan program ini, sehingga DRT dapat merupakan program safety yang lebih ekonomis untuk menjadi pilihan dalam pencegahan kesalahan dalam pengobatan Informasi yang dapat diperoleh tentang efek atau manfaat drug round tabards dalam mencegah kesalahan pengobatan masih sedikit. Oleh karena itu, penulis ingin mengidentifikasi dan menganalisis efektifitas drug round tabard dalam mengurangi kejadian kesalahan pengobatan berdasarkan referensi/ jurnal dan evidence base yang terkait. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas penggunaan drug round tabards dalam mengurangi kejadian kesalahan pengobatan dengan mengidentifikasi perkembangan dan realitas klinik sebelum dan sesudah penggunaan drug round tabards. KAJIAN LITERATUR a. Medikasi Medikasi merupakan pekerjaan perawat yang membutuhkan hingga 40% waktu kerja perawat perharinya. Prosedur medikasi meliputi memasukan order, transkripsi dan verifikasi, mengeluarkan obat, pemberian obat dan konsumsi obat oleh pasien. Dalam
5 prosedur medikasi diperlukan kolaborasi dalam tim yang meliputi profesi dokter, perawat, farmasi dan pasien serta keluarganya. Normal pemberian obat terjadi antara 08.20 sampai 10.30 dan 12.00 – 12.45 dan 17.00 – 18.00 dan 21.30 – 22.00 . Selama waktu pemberian obat tersebut, perawat dapat mendapatkan gangguan kira – kira 17 kali (Barnies M, 2010). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Biron, et al (2009) menjelaskan bahwa gangguan dapat berkontribusi pada kesalahan pemberian obat dan terjadi hubungan yang signifikan antara jumlah gangguaan dan sistem kegagalan sebagai sumber gangguan. Gangguan dapat terjadi sekitar 6,7 pada saat pemberian obat. Penelitian yang dilakukan oleh Lin, et al (2007) pada 294 perawat di rumah sakit Taiwan tentang persepsi perawat tentang gangguan sebagai penyebab kesalahan pemberian obat, menemukan sekitar 80,3% perawat meyakini bahwa adanya faktor gangguan selama persiapan pemberian obat sebagai penyebab kesalahan. Hasil survey pada 284 perawat rumah sakit didua negara bagian di Amerika Serikat, gangguan sebagai faktor utama bagi perawat melakukan kesalahan pengobatan di ruang anak ( King’s College London, 2010) Kesalahan pengobatan (medication errors) adalah semua kejadian yang dapat menyebabkan pengobatan tidak sesuai atau yang dapat mencelakakan pasien dimana prosedur pengobatan tersebut masih berada di bawah kontrol praktisi kesehatan (Fowler, 2009). Kesalahan pengobatan dan efek samping obat terjadi pada rata –rata 6,7% pasien yang masuk ke rumahsakit. Sedangkan Kohn, Corrigan, & Donaldson, (2000) dalam Henri, K, et al (2005) menjelaskan pada tahun 1999 IOM melaporkan bahwa kesalahan pengobatan menyebabkan 7,000 kematian setiap tahunnya.
Faktor yang berkontribusi pada kesalahan pemberian obat meliputi gagal untuk mengecek pasien dan penyimpanan obat tidak pada tempatnya. Faktor lingkungan seperti suara ribut, gangguan dalam memberikan obat dan cahaya yang kurang dapat berkontribusi pada kesalahan ini (William, 2007). Bila melihat kegagalan operasional dalam sistem kerja perawat, Tucker and Spear menemukan bahwa kira – kira 8 jam shif perawat, perawat terganggu dalam tugasnya (kira – kira waktu tugas adalah 3,1 menit) sekitar 8 kali pershifnya (Tucker & Spear, 2006). Penelitian yang sama juga melaporkan bahwa sekitar 25% gangguan terjadi pada saat perawat mempersiapkan obat (Westbrook, Ampt, Williamson, Nguyen, & Kearney, 2007). Selain itu Deans, (2005), Fry & Dacey (2007) dalam Williams, (2007) berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Australia dan Inggris menjelaskan faktor gangguan dan distraksi sebagai faktor lingkungan berkontribusi terhadap kesalahan dalam pengobatan. Pendekatan untuk mengurangi kesalahan pemberian obat meliputi (1) Mengecek identitas pasien (2) Memastikan bahwa dosis obat telah dicek kembali oleh petugas kesehatan profesional lain sebelum memberikan obat (3) Yakinkan resep, obat dan pasien berada pada tempat yang sama (4) Yakinkan obat diberikan pada waktu yang sama (5) Mengurangi gangguan selama memberikan obat. Selain itu upaya untuk meningkatkan patient safety adalah dengan:(1) pengembangan sistem untuk identifikasi dan pelaporan risiko, error, atau adverse event, (2) penggunaan teknologi informasi, dan (3) upaya perubahan kultur organisasi. (Pinzon, 2007).
6 2. Drug Round Tabards Tabard awalnya adalah mantel pendek, baik tanpa lengan, atau dengan lengan pendek atau potongan bahu, yang merupakan item umum dari pakaian pria pada Abad Pertengahan, biasanya untuk di luar ruangan. Tabards mungkin akan terpampang di bagian depan dan belakang dengan lambang, dan dalam hal ini (seragam) membentuk mereka bertahan sekarang sebagai pakaian khas pejabat senjata di lambang (Wikipedia). DRT suatu cara pencegahan untuk perawat pada pemberian obat yang bertulisan “ Do not Disturb Nurse on Drug Round” (jangan diganggu, perawat sedang memberikan obat”) pada kedua sisi depan dan belakang yang dapat menyebabkan berkurangnya kesalahan dalam memberikan pelayanan pada pasien (Anonim, 2010). Pelopor proyek pertama DRT di Wales, UK, dengan mengidentifikasi pada perawat yang sering terganggu ketika memberikan obat diruangan, sehingga untuk menghentikan gangguan dan distraksi ini dari pasien dan staf perawat lain dalam tugas memberikan obat, perawat memakai tabards merah selama pemberian obat sebagai tanda/isyarat perawat tidak ingin diganggu ketika memberikan obat. DRT sukses diujicoba pada bangsal Rumah Sakit Llandough, Penarth pada akhir 2007 dan selanjutnya diperkenalkan di ruang medikal di Cardiff pada Mei 2009 dan seluruh bangsal di pelayanan rehabilitasi (Gregory T, 2008). .DRT terdiri dari 2 macam, yaitu disposable tabard, terbuat dari bahan Polyester berwarna putih dan dicetak dengan tulisan berwarna merah di depan dan belakang, pada bagian samping terdapat ikatan. Tabards jenis ini tidak dapat dicuci dan sekali pakai saja Harga disposible tabards sekitar 18 pence atau sekitar Rp. 1.062,- yang dapat menghemat sekitar 60% dibandingkan dengan launderer
tabard., sedangkan spongeable tabard dari bahan PU Nylon berwarna merah dicetak dengan tulisan warna putih pada sisi depan dan belakang. Jenis ini dapat dibersihkan dengan sabun/air dan dicuci pada mesin cuci pada suhu 40 derajat celcius. Harganya sekitar 42 pence atau sekitar Rp. 2.478,-. Berbagai hasil penelitan yang mendukung pentingnya/keuntungan tabards sebagai program safety dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan telah banyak dilakukan dibeberapa negara Sejak diperkenalkannya tabards, staf merasa lebih diberdayakan untuk mengalihkan pertanyaan pada rekan lainnya pada saat pemberian obat. Menggunakan tabards merupakan ide hebat yang berarti dapat mengurangi kesalahan, memberikan keamanan pada pasien yang merupakan prioritas utama. DRT mempunyai beberapa keuntungan seperti : a. Berkurangnya waktu pemberian obat Hasil penelitian di Ruang Easthorpe oleh Kench, S (2010), menunjukkan setelah pemakaian tabards terjadi penurunan jumlah gangguan sebesar 71% sehingga secara signifikan mengurangi lamanya pemberian obat dan perawat dapat melakukan aspek perawatan yang lain seperti pasien menerima obat dengan tepat waktu, terlatihnya perawat menggunakan waktu yang lebih dalam melaksanakan aktivitas keperawatan lain, seperti memberi makan, higiene dan melakukan dokumentasi b. Efektifitas dan efisiensi Hasil penelitian oleh Pape, et al (2005) dalam Scott, J, et al (2010) menjelaskan DRT yang bertulisan/tanda “jangan ganggu” dapat memberikan makna yang mudah pada identifikasi visual, meningkatkan efisiensi dan keakuratan distribusi obat di ruangan, memungkinkan perawat untuk berkonsentrasi
7 tanpa hambatan sambil memberikan informasi pada staf lain dan pengunjung untuk tidak mengganggu pada saat memberikan obat, sehingga pasien dapat menerima obat dengan tepat waktu. c. Berkurangnya gangguan Hasil Penelitian yang dilakukan tahun 2008 pada tiga ruangan di NHS Grampian, Skotlandia juga menunjukkan tabards dapat menyebabkan pengurangan jumlah gangguan selama pemberian obat (Lomas, C, 2010). Hasil penelitian oleh Scot J, et al pada tahun 2010 di tiga ruangan setelah pemakaian tabards terjadi penurunan jumlah gangguan dari 6 sampai dengan 5 dan terjadi penurunan laporan jumlah kejadian setelah periode 5 minggu audit dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Scott, J, et al, 2010) d. Ekonomis Penggunaan tabard dapat meningkatkan keamanan dan meningkatkan lingkungan pasien dengan mengurangi biaya dan membuang yang tidak diperlukan karena kesalahan. Sedikit gangguan berarti perawat dapat mengggunakan waktu lebih baik. (Anonim, 2010, Barnes, M, 2010). e. Moral Hasil penelitian Eradiri O, Kench, S, Woodrow B di Colhester General Hospital, Essex, U.K menjelaskan dengan penggunaan DRT, maka moral staf menjadi sangat positif dan dihargai terhadap waktu untuk melaksanakan peran perawat yang penting ini. f. Berkembangnya implementasi Hasil penelitian Eradiri O, Kench, S, Woodrow B , Kench, S, (2010), Judith, S (2010) tentang efektifitas DRT, sehingga menyebabkan berkembangnya kebijakan dirumah sakit tersebut untuk menjadikan DRT
sebagai suatu perangkat keamanan diseluruh ruangan rumah sakit. Diruang Umum dan IGD Kedokteran di divisi King’s telah menjadikan DRT sebagai suatu skema diruangan untuk meningkatkan keamanan pemberian obat. Skema baru ini diprakarsai oleh Nick apoteker Cooley dan diujicobakan oleh perawat pada ruangan Oliver. Hasilnya luar biasa tabards mengurangi gangguan hampir tiga perempat dan waktu yang dibutuhkan dan untuk menyelesaikan pemberian obat juga berkurang menjadi ratarata 45 menit, tergantung pada jumlah pasien di ruangan (King’s College, 2010). g. Pencegahan infeksi Disposible Tabard dapat mencegah infeksi, sehingga dapat dipakai oleh perawat kontrol infeksi dan spesialis dibeberapa situasi dengan memberikan kata – kata “isolasi” pada staf dan perawat lain untuk kontak dengan tabards dan DRT merupakan bagian penting pada seluruh strategi kontrol infeksi (www.gvhealth.com, 2011) h. Produktivitas dan Kepuasan kerja Hasil penelitian oleh Pape, et al (2005) dalam Scott, J, et al, (2010) mencatat bahwa pengenalan pedoman penggunaan pemberian obat membuat perawat menjadi lebih fokus selama pemberian obat yang dapat mengurangi jumlah insiden pemberian obat. Kepuasan meningkat, sehingga perawat diberdayakan untuk meminta pasien, pengunjung, staf medis dan anggota staf lain untuk tidak mengganggu perawat ketika sedang memberikan obat. i.
DRT juga cocok digunakan diseluruh ruangan termasuk ruangan umum (general medical), bedah, SCBU (Anonim, 2010).
Gambar 1. Jenis – jenis DRT
Sumber : www.gvhealth.com (2010) Scott, J (2010) PEMBAHASAN Pemberian obat merupakan elemen utama dalam praktik keperawatan dan profesi perawat selalu memprioritaskan keselamatan pasien. Perawat memegang peranan penting dalam pemberian obat karena perawat memberi obat beberapa kali per shift menurut studi Perawat merupakan bagian terbesar dari tim pelayanan kesehatan dapat melakukan kesalahan pengobatan pada setiap tahap pemberian obat, seperti prescribing, transcribing, or dispensing (Bellebaum, K.L, 2008). Memberikan obat dihubungkan dengan salah satu risiko tertinggi pada area praktik keperawatan dengan prinsip 5 benar (benar dosis obat, benar obat, benar pasien, benar waktu, benar rute pemberian Pada umumnya perawat mengkonfirmasikan secara langsung terhadap obat yang akan diberikan sebelumnya kepasien Tetapi hal tersebut tidaklah efektif, jika beban kerja perawat overload diakibatkan banyaknya jumlah pasien saat itu, serta tugas intevensi keperawatan lain nya yang juga harus dikerjakan.Belum lagi jika ada kendala penundaan waktu dan jarak tersedianya order obat dari farmasi yang mennyebabkan terhambatnya waktu pemberian obat serta adanya gangguan dan distraksi selama
pemberian obaT. Gangguan tersebut dapat berupa panggilan telepon, panggilan emergensi, dari pasien, staf perawat/petugas kesehatan lain dan keluarga yang dapat mempengaruhi konsentrasi kerja dan memori perawat yang sedang bertugas memberikan obat. Hal tersebut akan mengakibatkan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pemberian obat dan merugikan keselamatan pasien. Kesalahan adalah masalah yang mempengaruhi kualitas perawatan yang diberikan kepada pasien. Kesalahan adalah sebuah isu yang berpotensi tragis dan mahal baik secara manusia dan ekonomi, untuk pasien dan profesional (Cohen, 1999). Meningkatnya biaya di rumah sakit dan tingginya kematian setiap tahun akibat kesalahan dalam memberikan obat oleh perawat telah membawa suatu perubahan dan terobosan baru dalam perkembangan keperawatan dengan diperkenalkan DRT sebagai satu upaya/alat keselamatan pasien. Perawat merupakan profesi yang paling dirugikan karena tidak adanya pedoman bagaimana melaksanakan pemberian obat secara efektif. Walaupun demikian, perawat
memainkan peran penting dalam menyediakan lingkungan yang aman dan aman untuk pasien Keamanan pasien dan akurasi telah ditekankan dalam standar keperawatan pada prosedur pemberian obat. Brixey, et al (2008) yang menyarankan bahwa Perawat RN perlu mempelajari teknik untuk mengatasi gangguan dalam suatu cara yang mengurangi dampak negatif pada penampilan staf. Hal ini merupakan langkah positif dalam keamanan pasien. Menurut Pape, et al (2005), pencegahan gangguan dapat mencegah kesalahan, mengurangi insiden kesalahan obat dan implikasi biaya (Scott, J, et al, 2010)
DRT dapat mengurangi lamanya waktu untuk memberikan obat, mempengaruhi moral staf perawat yang berdampak pada kepuasan dan produktivitas kerja perawat. Selain itu, gangguan dapat dikurangi dengan memberikan pendidikan dan latihan staf perawat. Pernyataan ini didukung oleh Council dan Midwifery (2007) yang menyatakan bahwa seorang individu juga harus memiliki tingkat pendidikan dan pelatihan yang kompeten dalam memberikan obat. Pasien dan pengunjung perlu diberikan pendidikan tentang penggunaan tabards (Scott J, et al 2010).
Pakaian seperti rompi yang bertulisan “ Do not Disturb Nurse on Drug Round” (jangan diganggu, perawat sedang memberikan obat”) pada kedua sisi depan dan belakang sebagai isyarat /tanda pada pasien, perawat dan pengunjung dapat mengurangi gangguan dan distraksi ketika perawat sedang berkonsentrasi memberikan obat. Perawat yang menyiapkan obat untuk pasien dapat mengalami 2 kali gangguan (1,.3 gangguan/jam) (L.D Wolf, et al 2006). Dengan berkurangnya gangguan juga membantu perawat fokus pada kebutuhan pasien dan memberikan bantuan dan nasihat perlunya minum obat aman dan efektif. Gangguan yang lebih sedikit berarti sedikit kesempatan untuk melakukan kesalahan dan sedikit waktu untuk menyelesaikan pemberian obat.
Perkembangan penggunaan DRT pada saat pemberian obat di dunia keperawatan Indonesia nampaknya masih sangat minim, berbeda dengan di luar negeri yang sudah berkembang pesat. Kemungkinan faktor penghambatnya yaitu kurangnya iklim budaya organisasi, kurangnya interest dari organisasi profesi/tenaga kesehatan untuk selalu mengakses informasi terkini yang berkaitan dengan program keselamatan pasien untuk menurunkan kejadian salah pengobatan, pola peran dan kebiasaan sehari -hari, dan kebijakan dari organisasi penyedia pelayanan maupun kebijakan pemerintah. Kebutuhan aplikasi penggunaan tabards di Indonesia saat ini sangat penting mengingat semakin tingginya kebutuhan perawatan dan pelayanan kesehatan akibat meningkatnya jumlah kejadian penyakit dan besarnya risiko pelanggaran pada patients safety Mungkin perlu ada terobosan-terobosan dari organisasi profesi perawat bekerjasama dengan institusi pelyanan kesehatan untuk lebih mengaplikaskan lagi penggunaan DRT dirumah sakit dalam memberikan keamanan pasien pada saat memberikan obat..
Penggunaan DRT mendapat sambutan yang luar biasa dari beberapa perawat dan petugas pelayananan kesehatan. Perawat melaporkan bahwa memakai tabard merupakan ide hebat untuk mengurangi kesalahan dan orang lain mengetahui apa yang sedang dikerjakan perawat pada saat memberikan obat Walaupun lamanya waku untuk memberikan obat dapat bervariasi karena kompleksitas obat yang diberikan dan pengalaman perawat, tetapi menggunakan
IMPLIKASI
KESIMPULAN
Suatu perubahan dalam sistem pencegahan kesalahan pengobatan merupakan proses multidisiplin yang memerlukan kerjasama tim pelayanan kesehatan agar mencapai tujuan yang diharapkan dan keberhasilan dalam implementasinya. Bagi rumah sakit penggunaan tabards merupakan strategi yang harus diambil segera oleh manajer rumah sakit sebagai suatu kebijakan dan perangkat keamanan/protap diseluruh ruangan kepada perawat/petugas kesehatan pada saat memberikan obat untuk mengurangi kesalahan pengobatan. Keamanan adalah prinsip yang paling fundamental dalam pemberian pelayanan kesehatan maupun keperawatan, dan sekaligus aspek yang paling kritis dari manajemen kualitas Kualitas atau mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit bergantung kepada kecepatan, kemudahan, dan ketepatan dalam melakukan tindakan keperawatan yang berarti juga pelayanan keperawatan bergantung kepada efisiensi dan efektifitas struktural yang ada dalam keseluruhan sistem suatu rumah sakit.
Pengunaan DRT ini sangat membantu perawat dalam melaksanakan tugasnya khususnya dalam prosedur medikasi. DRT dapat mencegah dan menurunkan kesalahan dalam pemberian obat dengan mengurangi gangguan yang terjadi selama pemberian obat. Agar lebih sukses diperlukan persiapan yang optimal dalam mengimplementasikan program safety ini, mulai dari sosialisasi DRT kepada personel yang akan terlibat, memberikan info 11rmasi/penjelasan kepada kepada pasien dan keluarga tentang tabard, publikasi, seperti leaflet/poster di rumah sakit dan ruangan, melalui media masssa, tentang penggunaan tabards, pertimbangan kebijakan rumah sakit, pedoman kerja dan lain-lainya.
Bagi dunia keperawatan, penggunaan tabards merupakan satu kemajuan dalam dunia keperawatan sebagai upaya keamanan bagi perawat dan pasien untuk mengurangi gangguan dan distraksi selama pemberian obat dan meningkatkan kompetensi dalam praktik yang merupakan isu penting dalam pencegahan kesalahan dalam pengobatan. Informasi ini juga dapat meningkatkan konsistensi antara profesional perawatan kesehatan tentang kesalahan pengobatan yang dapat berkontribusi dalam meningkatkan keakuratan dan kepatuhan dalam pelaporan kesalahan obat, sehingga dapat diambil kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi kesalahan pengobatan.
Bagaimana kemungkinan penerapannya di Indonesia?. Tabards sangat mungkin dilakukan dirumah sakit di negara kita dan sangat dibutuhkan oleh perawat Indonesia mengingat beban kerja perawat yang masih tinggi dan banyaknya gangguan yang terjadi selama pemberian obat, sehingga dapat meningkatkan patient safety di unit pelayanan. Patient safety merupakan isu global yang diusung oleh seluruh pelayanan kesehatan untuk mencegah cedera dan mencegah hal-hal yang merugikan klien termasuk kesalahan dalam pengobatan. Para manajer rumah sakit dan keperawatan ditatanan pelayanan kesehatan diharapkan mampu membuat membuat kebijakan dan standar operasional perangkat keamanan pada perawat dengan menjadikan DRT sebagai intervensi pencegahan kesalahan pengobatan diseluruh ruangan rumah sakit. DRT juga dapat dimasukkan kedalam kurikulum dan diintegrasikan dengan mata ajar sebagai program keselamatan pasien.
KEPUSTAKAAN
Anonim. (2010). Nurses Develop Disposable Drug Rounds Tabards. http://www.nursingtimes.net/whats-newin-nursing/acute-care/nurses-developdisposable-drug-rounds- Tabards/5017087. diakses pada tanggal 6 Maret 2011. _______. (2009). Red Tabards Improves Drug Safety. 1000 Lives Plus. http://www.wales.nhs.uk/sites3/page.cfm? orgid=781&pid=35502, diakses pada tanggal 6 Maret 2011. Bellebaum. (2008). The Relationship between Nurses : Work Hours, Fatigue and Occurrence of medication Administration Error. Disertation. The Ohio State University. Brady, A., M, Malone, A.,M, & Fleming, S. (2009). A literatur Review of The Individual and Systems Factors that Contribute to Medication Error in Nursing. http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewe r/pdfviewer?hid=10&sid=f144052df532-4f09-9b3f41b96d4df70d%40sessionmgr10&vid=5. Journal of Nursing Management, 17 (2), 679 – 697, diakses pada tanggal 5 Maret 2011. Eradiri O, Kench S, Woodrow B. Nurses Wearing Tabards Improves Patient in Administering Medicine. http://internationalforum.bmj.com/doc/2 010/posters/MPDA_Eradiri_Nurses_wea ring_tabards_improves_patient.pdf., diakses pada tanggal 6 Maret 2011. Farquhar, M., & Sharp, C. (2007) Patient Safety in Nursing. http://www.patientsafetyinstitute.ca/Engl ish/research/studentships/CPSI%20Stude
ntship%20Project%20Summaries/Judith %20Ritchie,%20McGill%20University% 20Health%20Centre.pdf , diakses pada tanggal 06 Maret 2011. Gregory, T. (2008). Red uniform speeds nurses up. http://www.walesonline.co.uk/news/healt h-news/2008/08/19, diakses pada tanggal 7 Maret 2011. Henry, K.M., & Foureur, M. (2005). Administration Errors : Understanding the Issues. http://www.ajan.com.au/Vol23/Vol23.35.pdf, diakses pada tanggal 5 Maret 2011. King’s College London. (2010). Policy Plus Evidence, Issues and Opinion in Healthcare. http://www.kd.ac.uk/content/l/c6/06/81/3 5/policy issue 22.pdf, diakses pada tanggal 15 Maret 2011. Leape, L.L., Bates, D.W., Cullen, D.J., Cooper, J., Demonaco, H.J., & Gallivan, T., et al. (1995). Systems analysis of adverse drug events. Journal of the American Medical Association, 284(1), 95-97 Lestari, Y. (2009). Pengalaman Perawat Dalam Menerapkan Prinsip Enam Benar dalam Pemberian Obat di Ruang Rawat Inap RS Mardhi Rahayu Kudus. http:// eprints.undip.ac.id/10734/1/Artikel.doc, diakses tanggal 8 Maret 2011. Lin, L., Bryan, A., & Liang. (2007). Adressing the Nursing Work Environment to Promote Patient Safety. Nursing Forum, Academic Research Library, 42(1), 20, diakses pada tanggal 07 Maret 2011. Lomas, C. (2010). Priority for Drug Safety Needed.
http://www.nursingtimes.net/whats-newin-nursing/acute-care/priority-for-drugsafety-needed/5015009.article, diakses pada tanggal 7 Maret 2011. Lyford, S. (2009). Reducing Interruptions of The Medicine Round. Diambil dari http://www.institute.nhs.uk/hia__other_submissions/other_submissions/r educing-interruptions-on-the-medicineround.html, diakses pada tanggal 7 Maret 2011. Paoletti, R.D., Suess, T.M. (2007). Using barcode technology and medication observation methodology for safer mediaction administration. Am J HealthSyst Pharm Vol 64 Mart 1, 2007, diakses tanggal 7 Maret 2011. Pape, T., Guerra, D.M, et al (2005). Innovative Approaches to Reducing Nurses Distractions during Medication Administration. Journal of Continuing Education in Nursing. 36(3): 108 -16. Perry, A., Pharm, D., Shah, M., & Englebright, J (2007). Improving safety with Barcodeenable medication administration. http//:www.psqh.com/mayjun07/improvi ngsafety.html. (1of8)5/24/2007, diakses pada tanggal 6 Maret 2011 Pinzon,R. (2007). “Peran Teknologi Infromasi untuk Meningkatkan Keamanan Pengobatan di Rumah Sakit”: Seminar Nasional Teknologi, 24 November 2007. Yogyakarta 2007: (SNT 2007) ISSN : 1978 – 9777.
Relihan, E., O’Brein, V., O’Hara., & Silke, B. (2010). The Impact of a Set Interventions to Reduce Interruptions and Distractions to Nurses during Medication administration. Quality Improvement Report. http://quality safety.bmj.com/content/early/2010/05/28 /qshc2009.036861.full, diakses pada tanggal 8 Maret 2011. Scott, J., Williams, D., & Ingram, J. (2010). The Effectiveness of Drug Round Tabards in Reduce Incident of Medication Errors. http://www.nursingtimes.net/nursingpractice-clinical-research/nurseprescribing/the-effectiveness-of-druground-tabards-in-reducing-incidence-ofmedication-errors/5018770.article. Nursing Times, 106 (34), 13 -15, Health Services Journal Online, diakses pada tanggal 6 Maret 2011. Thomsen, J.C., & Schroeder, R.W. (2007). The Scope of Medication Error Problem. http://www.touchbriefings.com/pdf/790/ 30-, diakses pada tanggal 5 Maret 2011. Tucker, A.L., Spear, S.J. (2006). Operational Failures and Interruption in Hospital Nursing. Health Services Researches 41 (3 Pt 1). William, DJP. (2007). Medication Error. http://www.rcpe.ac.uk/journal/issue/jour nal_37_4/Williams.pdf, diakses pada tanggal 5 Maret 2011.