EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA FILM DRAMA PENDEK UNTUK MENGURANGI KEJENUHAN (BURNOUT) BELAJAR SISWA KELAS XI SMA PIRI I YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Lulut Putri Hamumpuni NIM. 12104241070
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2016
MOTTO
“Ketakutan bukan untuk dihindari tapi untuk dihadapi” (Penulis)
“Menunda pekerjaan sama dengan menunda rejeki” (Penulis)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ini aku persembahkan untuk: 1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendoakanku, menyayangiku dengan tulus, motivasi terbesarku, mengajarkan sebuah perjuangan hidup. 2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta
vi
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA FILM DRAMA PENDEK UNTUK MENGURANGI KEJENUHAN BELAJAR SISWA KELAS XI SMA PIRI I YOGYAKARTA Oleh Lulut Putri Hamumpuni NIM 12104241070
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan media film untuk mengurangi kejenuhan (burnout) belajar yang dialami oleh Siswa kelas XI di SMA PIRI I Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini mengunakan metode penelitian quasi eksperimen. Pada tataran teknis dilakukan sebagai berikut: pra-treatment, treatment, dan pasca treatment. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA PIRI I Yogyakarta sebanyak dua kelas dengan total 40 siswa. Penentuan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Sampel penelitian adalah 15 siswa untuk kelompok eksperimen dan 15 Siswa kelompok kontrol. Metode pengumpulan data dalam penelitian menggunakan skala psikologis kejenuhan belajar. Hasil uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach yakni sebesar 0,862. Uji Hipotesis menggunakan Uji T-tes paired sample test. Hasil akhir penelitian ini adalah penggunaan media film untuk mengurangi kejenuhan belajar siswa terbukti efektif dari nilai T hitung menggunakan Uji T Paired sample T-tes sebesar 27,179 dengan nilai signifikan 0,00. Hal ini dapat dilihat dari nilai p = 0,00 < 0.05 artinya Ha diterima atau hasil akhir penelitian menunjukan bahwa intensitas menurun tingkat kejenuhan belajar siswa, berbeda secara siginifikan antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan menggunakan media film drama pendek pada kelompok eksperimen. Kata kunci: Media Film, Kejenuhan (Burnout) belajar
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat, hidayah, dan inayah-Nya karena penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Media Film Untuk Mengurangi Kejenuhan Belajar Pada Siswa Kelas XI di SMA PIRI I Yogyakarta” skripsi ini merupakan laporan penelitian ilmiah yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Keberhasilan penyusunan skripsi ini juga tidak lepas dari kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan bagi peneliti selama proses penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Fathur Rahman, M.Si., Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan proses pengurusan izin penelitian ini. 4. Bapak Dr. Suwarjo, M.Si., Dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu dengan baik. 5. Ibu Diana Septi Purnama, M.Pd., Dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberikan motivasi serta dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar.
viii
6. Orang tuaku tercinta Bapak Sutoyo dan Ibu Prinsari yang selalu mendoakan, memotivasi, memberi kasih sayang tiada henti, dan memberikan segalanya hingga saat ini. 7. Adikku tersayang Ber Budi yang selalu memberikan dukungan semangat 8. Sahabatku Binul (Dara, Atus, Asri, Jasmine, dan Desi) yang selalu memberi warna, semangat, canda tawa di setiap moment selama kita berjuang. 9. Kelompok penelitian Danang, Atus, Novian, Fani, Ita, Fitri, dan Gun terima kasih kalian selalu siap sedia dan mendengarkan keluh kesah saat mengerjakan skripsi ini. 10. Teman-teman BKB 48 yang selalu saling memberi semangat satu sama lain untuk bangkit dari rasa malas. 11. Bapak Kepala Sekolah SMA PIRI I Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian. 12. Bapak Ibu Guru SMA PIRI I Yogyakarta yang telah berperan serta pada saat proses penelitian. 13. Siswa kelas XI SMA PIRI I Yogyakarta yang telah membantu dalam proses penelitian 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah turut membantu terselesaikannya penelitian ini. Terima kasih untuk doa, bantuan, dan motivasinya.
ix
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
HALAMAN PESETUJUAN ............................................................................ ii HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv MOTTO ............................................................................................................ v PERSEMBAHAN ............................................................................................. vi ABSTRAK ........................................................................................................ vii KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 6 C. Batasan Masalah ..................................................................................... 6 D. Rumusan Masalah .................................................................................. 7 E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 7 F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Film ............................................................................................. 9 1. Pengertian film ................................................................................... 9 2. Klasifikasi Film ................................................................................... 10 3. Manfaat Film ....................................................................................... 13 4. Indikator Film yang dapat digunakan untuk pemberian layanan bimbingan dan konseling .................................................................... 14 5. Proses Kerja Kognitif Saat Menonton Film ........................................ 16 B. Konsep Modeling .................................................................................... 16 1. Pengertian Modeling ....................................................................... 17
xi
2. Jenis-jenis Modeling ........................................................................ 18 3. Proses Modeling .............................................................................. 20 4. Pengaruh Modeling .......................................................................... 21 C. Kejenuhan (Burnout) Belajar ................................................................. 22 1. Pengertian Kejenuhan (Burnout) Belajar ........................................ 22 2. Faktor Kejenuhan (Burnout) Belajar ................................................ 25 3. Aspek Kejenuhan (Burnout) Belajar ................................................ 27 4. Indikator Kejenuhan (Burnout) Belajar ........................................... 28 5. Fase Kejenuhan (Burnout) Belajar .................................................. 30 D. Penelitian Yang Relevan ......................................................................... 32 E. Kerangka Berfikir.................................................................................... 34 F. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ............................................................................ 37 B. Desain Penelitian .................................................................................... 38 C. Variabel Penelitian ................................................................................. 42 D. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 43 E. Subyek Penelitian ................................................................................... 43 F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 44 G. Definisi Oprasional ................................................................................ 45 H. Instrumen Penelitian ............................................................................... 46 I. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ................................................ 50 J. Teknik Analisis Data .............................................................................. 51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ............................................................. 55 1. Deskripsi Proses Penelitian .............................................................. 55 2. Data Deskriptif ................................................................................. 58 3. Data Hasil Pengujian Hipotesis ....................................................... 61 B. Pembahasan ............................................................................................ 64 C. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 67
xii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................. 68 B. Saran ....................................................................................................... 69 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 70 LAMPIRAN ...................................................................................................... 73
xiii
DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Data Hasil Pretest dan Postest Kelompok Eksperimen ......................... 59 Tabel 2. Data Hasil Pretest dan Postest Kelompok Kontrol .............................. 59 Tabel 3. Data Rata-rata Pretest, Postest Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol .................................................................................................. 61 Tabel 4. Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 61 Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas .......................................................................... 62 Tabel 6. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................ 63
xiv
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. Kerangka Berfikir ............................................................................. 35 Gambar 2. Desain Pretest- Postest Control Group............................................. 38 Gambar 3.Tahapan Dalam Penelitian Eksperimen ............................................. 39
xv
DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1. Kisi-kisi Skala Kejenuhan Belajar ................................................. 74 Lampiran 2. Instrumen Skala Kejenuhan Belajar ............................................... 75 Lampiran 3. Lembar Expert Judgment Media Film ............................................ 79 Lampiran 4. Hasil Data Pretest Kelompok Ekperimen ....................................... 80 Lampiran 5. Hasil Data Pretest Kelompok Kontrol ............................................ 84 Lampiran 6. Hasil Data Postest Kelompok Ekperimen ...................................... 88 Lampiran 7. Hasil Data Postest Kelompok Kontrol............................................ 92 Lampiran 8. Perhitungan Kategorisasi Pretest .................................................... 96 Lampiran 9. Perhitungan Kategorisasi Postest.................................................... 97 Lampiran 10. Perhitungan Uji Normalitas Data ................................................. 98 Lampiran 11. Perhitungan Uji Homogenitas ..................................................... 99 Lampiran 12. Perhitungan Uji Hipotesis ........................................................... 100 Lampiran 13. Dokumentasi ................................................................................. 102 Lampiran 14. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Perizinan Kota Yogyakarta ....... 103
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia yang pada intinya bertujuan untuk memanusiakan manusia. Menurut Driyarkara (Dwi Siswoyo, dkk. 2011: 64) Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam kehidupan manusia. Di mana ada kehidupan manusia disitu pasti ada pendidikan. Selanjutnya menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dalam pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, mengembangkan segala potensi yang dimiliki siswa melalui proses pembelajaran. Dengan demikian pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi siswa agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian
diri,
berkepribadian,
memiliki
kecerdasan,
berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya melalui proses belajar. Belajar diartikan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
1
perubahan-perubahan dalam pengetahuan serta pemahaman, keterampilan dan nilai sikap (W.S Winkel, 2004: 56). Sebagai subyek dalam proses pendidikan, seperti yang tercantum dalam pasal 4 dijelaskan bahwa siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Siswa selalu dituntut untuk mendapatkan hasil yang optimal. Sedangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa antara yang satu dengan yang lainnya pasti berbeda. Beberapa siswa kecewa dengan hasil belajarnya karena hasilnya tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dicapai. Ketika mereka mendapatkan sebuah kegagalan dalam proses belajarnya maka akan menimbulkan sebuah tekanan dan apabila siswa tidak dapat mengatasi tekanan-tekanan tersebut maka akan timbul kejenuhan dalam belajar (burnout). Istilah kejenuhan (Burnout) diartikan sebagai suatu keadaan keletihan (exhaustion) fisik, emosional dan mental di mana cirinya sering disebut physical depletion, dengan perasaan tidak berdaya dan putus harapan, keringnya perasaan, konsep diri yang negatif dan sikap negatif yang identik dengan distress, discontent, dan perasaan gagal untuk mencapai tujuan ideal (Suwarjo & Diana Septi Purnama, 2015:12). Kejenuhan belajar merupakan fenomena yang sering terjadi pada siswa. Terdapat beberapa studi yang mengkaji secara mendalam tentang kejenuhan belajar pada siswa di SMA. Penelitian dilakukan oleh 2
(Suwarjo,dkk. 2015) pada siswa SMA kelas XI di Kota Yogyakarta menemukan bahwa secara keseluruhan ada 93,08% siswa SMA di Kota Yogyakarta mengalami kejenuhan (burnout) belajar dan 6,02% siswa tidak mengalami kejenuhan (burnout) belajar. 34% siswa mengalami kelelahan emosi, 29% siswa mengalami kelelahan fisik, 17% siswa mengalami kelelahan kognitif, 20% siswa kehilangan motivasi. Ditinjau dari faktor penyebab kejenuhan belajar ada 33% siswa menyatakan faktor penyebab kejenuhan belajranya pada karakteristik individu, 30% siswa merasa kejenuhan belajar disebabkan oleh faktor lingkungan belajar, dan 37% siswa mengalami kejenuhan belajar lebih pada area keterlibatan emosional dengan lingkungan belajar. Adapun strategi coping yang dilakukan oleh siswa dalam mengatasi kejenuhan belajar yang dialaminya yaitu 53% siswa lebih cenderung melakukan strategi coping negatif dan 47% siswa melakukan strategi coping positif untuk megatasi kejenuhan belajar yang dialaminya. Penelitian tersebut menggambarkan bahwa kejenuhan (burnout) belajar pada siswa di sekolah menengah yang masih berada pada usia remaja telah menjadi fenomena yang memprihatinkan dan perlu perhatian dari semua pihak khususnya guru Bimbingan dan Konseling agar hasil belajar siswa tidak menurun. Kejenuhan belajar seringkali terjadi pada siswa yang kurang memiliki motivasi belajar sehingga akan berdampak pada hasil prestasi belajarnya (Muhibin Syah, 2003: 181). Selain pendidikan, hiburan atau rekreasi merupakan salah satu kebutuhan utama yang harus dipenuhi oleh manusia. Hiburan adalah sesuatu 3
atau perbuatan yang dapat menghibur hati atau melupakan kesedihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia – Depdiknas, 2008). Hiburan juga dapat memperbaiki kondisi mental yang sangat berhubungan erat dengan tingkat produktivitas seseorang atau kinerja seseorang. Siswa yang mempunyai beban mental yang besar tidak akan bisa bekerja lebih baik bila dibanding dengan siswa yang tidak mempunyai beban mental. Dewasa ini perkembangan kebutuhan akan hiburan dengan segala sarana dan prasarananya meningkat cukup pesat, seiring dengan fenomena aktivitas dan tuntutan siswa yang semakin meningkat pula. Salah satu hiburan yang diminati oleh siswa adalah menonton film. Menurut Wolz (Demir, 2008: 1) banyak orang merasa lega setelah menonton film. Manfaat dari sebuah film yaitu dapat memberikan kesehatan emosi karena film dapat menghubungkan tingkat perasaan atau emosional, kognitif, dan/atau tingkahlaku yang ada di dalam film dengan kehidupan yang dialami oleh individu, sehingga individu tersebut dapat tertawa, menangis, dan memberikan pemikiran baru serta dapat meniru perilaku yang diperankan oleh tokoh dalam sebuah film. Menurut Lappin (Demier, 2000: 165) Persoalan seperti budaya, gender, golongan ras, kekuasaan, orientasi dalam memilih pasangan dapat dieksplor melalui film. Film akan memberikan pengalaman baru melalui cerita yang diperankan oleh tokoh dalam sebuah film sehingga siswa dapat menemukan makna dari cerita yang terkandung dalam film tersebut. Selain itu Film juga dapat digunakan sebagai contoh model dalam proses belajar yang sering disebut dengan proses modeling. 4
Bandura (Asrori, 2008: 23) menjelaskan bahwa modeling merupakan proses tindakan belajar yang dilakukan oleh individu dengan cara mengamati dan meniru perilaku, sikap orang lain sebagai model. Bandura menjelaskan perilaku
manusia
dalam
konteks
interaksi
timbal
balik
yang
berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Proses modeling dapat melalui model simbolik yaitu belajar di mana seseorang meniru orang lain melalui perantara simbol atau media. Individu mencoba melakukan hal yang sama dengan subyek yang ditiru setelah individu melihat apa yang dilakukan oleh subjek melalui rekaman, video, gambar, dan lain-lain sehingga individu tidak belajar langsung dengan subjek yang ditiru. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru Bimbingan dan Konseling di SMA PIRI Yogyakarta pada tanggal 15 Agustus 2015 diketahui bahwa layanan Bimbingan dan Konseling dengan menggunakan media film belum pernah dilakukan guru Bimbingan dan Konseling di sekolah. Dengan adanya fenomena kejenuhan belajar yang banyak dialami oleh siswa di Kota Yogyakarta salah satunya di SMA PIRI I Yogyakarta serta belum adanya Pemberian layanan Bimbingan dan Konseling menggunakan media film sebagai salah satu upaya untuk mengurangi kejenuhan belajar yang di alami, maka peneliti tertarik menggunakan media film untuk mengurangi kejenuhan belajar yang dialami oleh siswa. Meskipun cara ini tidak dapat menjamin penyelesaian secara tuntas mengenai permasalahan burnout yang terjadi pada siswa, dan keberhasilannya tergantung pada seberapa besar kejenuhan (burnout) yang telah dialami siswa, akan tetapi diharapkan dengan menonton 5
film akan membuat siswa lebih terhibur sehingga kejenuhan yang dialami pada saat proses sbelajar dapat berkurang. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latarbelakang masalah di atas maka peneliti dapat mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1.
Kegagalan yang dialami sebagian siswa pada saat proses belajar dapat menimbulkan tekanan-tekanan yang menyebabkan motivasi belajar siswa menurun.
2.
Fenomena
kejenuhan
belajar
merupakan
masalah
yang
memerlukan perhatian dan dialami oleh sebagian besar siswa. 3.
Siswa mengalami kejenuhan belajar pada area kelelahan emosi sebesar 34%, kelelahan fisik sebesar 29%, kelelahan kognitif sebesar 17%, dan kehilangan motivasi sebesar 20%.
4.
Penggunaan media film belum pernah diterapkan sebagai upaya strategi coping untuk mengurangi kejenuhan belajar yang dialami oleh siswa SMA PIRI Yogyakarta sehingga belum diketahui efektivitas media film tersebut.
C. Batasan Masalah Dalam hal ini batasan masalah sangat penting agar permasalahan utama yang akan diteliti bisa tercapai. Dari identifikasi masalah tersebut peneliti membatasi pada belum diketahuinya efektivitas media film untuk mengurangi kejenuhan (burnout) belajar pada siswa kelas XI di SMA PIRI I Yogyakarta. 6
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah apakah media film efektif untuk mengurangi kejenuhan (burnout) belajar pada siswa kelas XI di SMA PIRI I Yogyakarta. E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui keefektifan penggunaan media film drama untuk mengurangi tingkat kejenuhan (burnout) belajar pada siswa kelas XI di SMA PIRI I Yogyakarta F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat, yaitu: 1. Secara Teoritis Menambah data dalam khasanah keilmuan yang dapat dijadikan referensi untuk mengurangi kejenuhan belajar pada siswa. 2. Secara Praktis a. Bagi Siswa Kelas XI di SMA PIRI Yogyakarta Siswa dapat mengurangi kejenuhan belajarnya melalui media film. Setelah sesi berkelompok, siswa dapat melakukan sesi terapi secara mandiri di rumah. b. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling Guru Bimbingan dan Konseling mendapat pengetahuan baru mengenai cara mengurangi kejenuhan belajar siswa yang dapat dilakukan yakni dengan film. Sehingga jika di kemudian 7
hari, siswa merasa jenuh kembali dalam belajar maka guru Bimbigan dan Konseling sudah memiliki alternatif tindakan yang dapat dilakukan.
8
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Film 1. Pengertian film Film, Sinema, Movie atau Gambar Bergerak, (dalam bahasa Inggris disebut motion picture) adalah serangkaian gambar-gambar yang diproyeksikan pada sebuah layar agar tercipta ilusi (tipuan) gerak yang hidup. Gambar bergerak, movie, film atau sinema adalah salah satu bentuk hiburan yang populer, yang menjadikan manusia melarutkan diri mereka dalam dunia imajinasi untuk waktu tertentu. Alfred Hitchock (Wolz, 2004) mendefinisikan movie atau film sebagai ilusi kehidupan yang dilakukan dengan cara menghilangkan bagian tertentu dalam kehidupan tersebut. Dalam hal ini bagian yang dihilangkan adalah bagian yang tidak penting untuk di publish. Senada dengan Hitchock, Graeme Turner ( Suwasono. 2014: 1) menjelaskan film sebagai media untuk menghadirkan kembali realita berdasarkan kode-kode, konvensi serta idelogi dari kebudayaan. Film dijadikan media untuk melihat kembali realita yang pernah terjadi di suatu tempat dengan menyesuaikan ideologi atau kebudayaan yang ada di lingkungan tersebut. Pendapat lain menurut Suwasono (2014:1) Film adalah media komunikasi
seseorang
kepada
audiens
yang
sering
diyakini
mempunyai power untuk menghipnotis manusia sehingga dapat 9
menerima nilai budaya tertentu, atau bahkan secara tidak sadar audiens akan menginternalisasikan nilai ideologi yang terkandung dalam sebuah film. Suwasono lebih menekankan bahwa film mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi penonton sehingga penonton mudah menginternalisasikan nilai yang terkandung dalam sebuah film. Dalam proses menonton film seringkali penonton merasa bahwa cerita yang ada dalam film hampir sama dengan kehidupan nyata yang dialami oleh penonton sehingga secara tidak sadar penonton akan menerima dan semakin yakin dengan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita sebuah film tersebut. Dari beberapa pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan film merupakan media komunikasi kepada penonton melalui gaya dan isi yang melambangkan berbagai pola perilaku pemeran (tindakan, karakter, plot, dan tema) yang memiliki kekuatan sehingga membuat penonton mudah menginternalisasikan nilai yang terkandung dan meniru peran yang dilakukan oleh tokoh dalam cerita tersebut. 2. Klasifikasi Film Untuk mengelompokkan film ke dalam jenis, klasifikasi, atau mode film memang belum ada kejelasan yang baku. Beberapa pakar film masih mengelompokkan film sesuai dengan interpretasinya masing-masing, sehingga dalam mengetahui jenis film memang perlu di lihat dari pernyataan masing-masing pembicara. Adapun metode yang paling mudah dan sering digunakan untuk mengklasifikasikan 10
film adalah berdasarkan genre. Genre secara umum membagi film berdasarkan jenis dan latar ceritanya. Menurut Suwasono (2014:1317) genre film yang masih popular hingga sekarang adalah sebagai berikut: a. Aksi Film-film aksi berhubungan dengan adegan aksi fisik seru, menegangkan, berbahaya, nonstop dengan tempo cerita yang cepat. Film aksi memiliki karakter protagonis dan antagonis yang jelas serta konflik berupa konfrontasi fisik. Film aksi sering digunakan untuk memacu adrenalin penonton. b. Drama Film drama umumnya berhubungan dengan tema, cerita, setting, karakter, dan suasana yang memotret kehidupan nyata. Kisahnya seringkali menggugah emosi, dramatik, dan mampu menguras air mata penontonnya. Tema yang sering dipakai dalam film drama adalah isu-isu sosial baik dalam masyarakat maupun
keluarga
seperti
ketidakadilan,
kekerasan,
diskriminasi, rasialisme, ketidakharmonisan, masalah kejiwaan, penyakit, kemiskinan, politik, dan kekuasaan. Selain itu film drama juga dapat memuat kisah-kisah inspiratif yang dapat memberikan dan membangkitkan motivasi kepada penonton. Kisah dalam film drama sering diadaptasi dari sebuah novel, puisi, catatan harian, ataupun sebuah kisah nyata. 11
c. Komedi Film komedi adalah jenis film yang tujuan utamanya memancing tawa penonton. Film komedi biasanya berupa drama ringan yang melebih-lebihkan aksi, situasi, bahasa, hingga karakternya. Film komedi ini dapat digunakan untuk mengurangi stres yang dialami oleh seseorang karena dengan tawa maka penonton akan dapat mengurangi kecemasan yang dialami, dengan tertawa maka akan berdampak pada kognitif yang dapat mengubah pikiran-pikiran negatif menjadi pikiran positif (Barkmann dkk, 2012). Selain itu tertawa juga dapat mengubah mood seseorang dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Bennett (2003:1258) Tertawa dalam seting kesehatan terbukti mampu meningkatkan mood pasien dan hidupnya menjadi lebih berkualitas. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari tertawa juga memiliki efek yang serupa seperti menghilangkan rasa jenuh. d. Horor Film horor memiliki tujuan untuk memberikan efek takut, kejutan, serta teror yang mendalam bagi penonton. Film horor biasanya berhubungan dengan dimensi supernatural atau sisi gelap manusia. Film horor dapat meningkatkan adrenalin penonton.
12
e. Fantasi Film fantasi berhubungan dengan tempat, peristiwa, serta karakter yang tdak nyata. Fillm fantasi berhubungan dengan unsur magis, mitos, negeri dongeng, imajinasi, halusinasi, serta alam mimpi. Film fantasi sering ditujukan untuk penonton dikalangan anak-anak dan remaja. f. Fiksi ilmiah Film fiksi ilmiah berhubungan dengan masa depan, perjalanan angkasa luar, percobaan ilmiah, penjelajahan waktu, atau proses kehancuran bumi. Film ini berhubungan dengan teknologi yang berada di luar jangkauan teknologi masa kini. Film ini lebih fokus pada kehidupan masa depan atau kehidupan di luar angkasa yang sulit di jangkau manusia. g. Film pendek Film pendek merupakan film yang berdurasi di bawah 50 menit. Film pendek bisa juga hanya berdurasi 60 detik karena yang
terpenting
adalah
ide
dan
pemanfaatan
media
komunikasinya berlangsung efektif. 3. Manfaat Film Menurut Solomon (Demir, 2008:1) Film bermanfaat untuk memberikan efek positif pada individu yang bermasalah. Senada dengan pendapat Solomon, Wolz (Demir, 2008:1) menjelaskan bahwa film juga dapat digunakan untuk terapi. Banyak orang 13
merasa
lega
dengan
menonton
film
pada
saat
terapi
(psicotheraphy). Selain itu film dapat memberikan kesehatan emosi serta dapat meningkatkan pengetahuan seseorang terhadap nilai yang terkandung dalam sebuah film sehingga penonton dapat meniru perilaku yang diperankan oleh tokoh dalam film tersebut dan dapat menjalankan pengetahuan baru yang diperoleh dari cerita dalam sebuah film. Dari beberapa pendapat para ahli peneliti menyimpulkan manfaat film yaitu film dapat memberikan pengetahuan baru terhadap penonton serta memberikan contoh agar penonton lebih mudah dalam menginternalisaikan nilai-nilai yang disampaikan melalui film. 4. Indikator Film yang dapat digunakan untuk pemberian layanan Bimbingan dan Konseling Solomon (Demier: 2008) berpendapat bahwa film dapat digunakan untuk terapi. Film yang dapat digunakan untuk terapi adalah film yang memiliki cerita sesuai atau hampir mendekati dengan permasalahan yang dialami oleh individu. Hal tersebut bertujuan agar seseorang yang menonton film dapat meniru apa yang di perankan oleh tokoh dalam film tersebut. Pendapat lain yaitu menurut Wolz (2004: 31) indikator film yang dapat digunakan untuk terapi yaitu film yang memiliki: a. Alur cerita 14
Alur merupakan rangkaian peristiwa yang tersusun secara kronologis dalam kaitan sebab akibat sampai akhir kisah. b. Naskah dialog Menurut KBBI (2015) naskah adalah karangan seseorang yang masih ditulis dengan tangan. Sedangkan dialog adalah karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih. c. Gambar, warna, dan simbol Kata symbol berasal dari bahasa Yunani sim-ballein atau symbolos. Simbol memiliki arti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu pada seseorang. Sementara itu, dalam KBBI (2015) simbol atau lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana, dan sebagainya yang menyatakan sesuatu atau mengandung maksud tertentu. d. Suara dan musik Suara adalah bunyi yang dikeluarkan dari mulut manusia contoh saat berbicara, bunyi binatang, dan juga alat perkakas. (KBBI, 2015) dalam sebuah film suara yaitu dialog atau percakapan tokoh cerita. Sedangkan musik juga berpengaruh untuk memberikan sugesti ke dalam alam bawah sadar penonton. Penggunaan musik dalam film adalah hal yang mendukung dalam proses pemberian sugesti.
15
e. Self- reflection atau arahan sebagai demonstrasi terutama pada film-film inspirasional. 5. Proses kerja Kognitif saat menonton film Proses yang terjadi pada saat memahami alur cerita dan karakter tokoh dalam sebuah film (Demir,2008: 2) yakni: a. Dengan melihat film, itu menandakan bahwa terjadi kerja aktif dalam otak yang menunjukkan diri kita memahami isu-isu emosi yang ditandai dengan tibulnya kepahaman dengan sebuah alur cerita dalam film. b. Treatment
dengan
menggunakan
film
atau
sinema
dapat
membangkitkan semangat di alam bawah sadar kita. Dengan menonton film luapan ekspresi emosi terjadi. Penonton seperti terkena sihir, seolah berada di dalam alur cerita film. c. Titik akhir dari treatment adalah menemukan makna atau maksud dari alur cerita film. Penemuan makna ini yang kemudian dapat mendorong untuk tampil seperti apa yang semestinya, bisa berupa motivasi, hubungan depresi, percaya diri, dan masalah lain. Jadi dalam proses terapi film dapat digunakan sebagai contoh model dalam pembelajaran agar seseorang yang menonton dapat meniru hal-hal yang terkandung dalam sebuah film melalui peran yang dilakukan oleh tokoh dalam film tersebut.
16
B. Konsep Modeling 1. Pengertian Modeling Bandura (Asrori, 2008: 23) menjelaskan bahwa: “Modeling merupakan proses tindakan belajar yang dilakukan oleh individu dengan cara mengamati dan meniru perilaku, sikap orang lain sebagai model. Perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.” Dalam proses meniru sikap model, kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh terhadap pola belajar sosial individu tersebut.
Misalnya
seseorang
yang
hidupnya
dilewati
dalam
lingkungan prostitusi, maka orang tersebut akan cenderung bersikap positif terhadap praktik prostitusi atau minimal bersikap netral terhadap praktik perjudian. Belajar model (modeling) adalah proses menirukan tingkah laku orang lain yang dilihat, dilakukan secara sadar/langsung. Sinonim dari belajar model adalah proses imitasi (Muhibin Syah, 2003: 111). Selanjutnya, Komalasari, Wahyuni dan Karsih (2011: 176) memberikan penjelasan mengenai belajar model (modeling) sebagai bentuk belajar melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus melibatkan proses kognitif. Bandura juga menjelaskan bahwa dalam proses modeling seseorang akan melibatkan proses-proses kognitif, bukan hanya meniru namun lebih menyesuaikan diri dengan tindakan orang lain karena melibatkan proses prepresentasian informasi dan menyimpannya untuk 17
digunakan dimasa yang akan datang (Feist dan Feist, 2010: 204). Dalam proses belajar model (modeling) individu mengamati tokoh model dan kemudian diperkuat untuk mencontoh tingkah laku sang model. Bandura (Corey, 2005: 221) menyatakan bahwa belajar bisa diperoleh melalui pengalaman langsung dan bisa pula secara tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain. Jadi, keterampilan berperilaku yang dimiliki seseorang bisa diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model-model yang ada. Seseorang meniru perilaku orang lain karena apa yang dilakukan dari hasil meniru itu membawa kepuasan atau kesenangan sehingga model sebagai penguatan positif terhadap diri sendiri setelah meniru perilaku orang lain (Monks, 2004: 68). Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa modeling merupakan proses menyimpan informasi melalui observasi kemudian mengimitasi perilaku yang dilakukan oleh individu melalui tokoh model (orang lain) dengan cara menambah atau mengurangi perilaku orang lain yang telah diamati karena apa yang dilakukan dari hasil meniru itu membawa kepuasan atau kesenangan sehingga model berperan sebagai penguatan positif terhadap perilaku diri sendiri. 2. Jenis- jenis Modeling Asrori (2008: 25) menyebutkan bahwa belajar model (modeling) terdiri dari dua jenis yakni model langsung (live model) dan model tidak langsung (model simbolik). Live model yaitu seseorang meniru perilaku orang lain secara langsung kepada subjek yang ditiru. Individu mencoba 18
melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh subjek, bahkan sama persis karena individu dapat belajar secara langsung dengan subjek yang ditiru. Model simbolik yaitu belajar di mana seseorang meniru orang lain melalui perantara simbol atau media. Individu mencoba melakukan hal yang sama dengan subyek yang ditiru setelah individu melihat apa yang dilakukan oleh subjek melalui rekaman, video, gambar, dan lain-lain sehingga individu tidak belajar langsung dengan subjek yang ditiru.
Pendapat lain yaitu menurut Komalasari, Wahyuni dan Karsih (2011: 179) membagi macam-macam modeling kedalam tiga macam, yakni: a. Penokohan nyata (live model) seperti terapis, guru, anggota keluarga atau tokoh yang dikagumi untuk dijadikan model oleh individu b. Penokohan simbolik (symbolc model) seperti tokoh yang dilihat melalui film, video atau media lain c. Penokohan ganda (multiple model) seperti terjadi dalam kelompok, seseorang anggota mengubah sikap dan mempelajari sikap baru setelah mengamati anggota lain bersikap. Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa ada tiga macam modeling yaitu live model yaitu model nyata yang dapat di lihat langsung, symbolic model yaitu model melalui penokohan dalam media tertentu seperti film atau video, dan multiple model yaitu model yang terjadi dalam suatu kelompok untuk mewujudkan suatu perilaku dengan cara mengamati perilaku orang lain secara langsung dan mengubah perilaku sendiri dalam kelompok tersebut.
19
3. Proses Modeling Bandura (Muhibin Syah, 2003) menjelaskan bahwa “dalam setiap proses belajar model terjadi dalam urutan antara lain tahapan peristiwa yang meliputi tahap perhatian (attentional phase), tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase), tahap reproduksi (reproduction phase), dan tahap motivasi (motivation phase)”. a. Tahap perhatian (attentional phase) Pada tahap ini, individu memusatkan perhatian pada objek materi atau perilaku model yang lebih menarik terutama karena keunikannya dibanding dengan materi atau perilaku lain yang sebelumnya yang telah mereka ketahui dan mereka dapat mengimitasi langsung pada perilaku model. Salah satu contoh perilaku model dalam penelitian ini adalah tokoh yang mengalami kejenuhan karena banyaknya tugas yang harus diselesaikan. b. Tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase) Pada tahap ini, informasi berupa materi dan contoh perilaku model itu ditangkap, diproses dan disimpan dalam memori otak. Adapun contoh dalam perilaku model dalam penelitian ini adalah peran yang di alami oleh tokoh yang menunjukkan bahwa tokoh dalam cerita mengalami kejenuhan belajar dan cara tokoh dalam mengatasi kejenuhan yang dialaminya. Dengan penampilan tokoh tersebut siswa dapat mengimitasi cara-cara dalam mengatasi kejenuhan belajar. c. Tahap reproduksi (reproduction phase)
20
Pada tahap ini, segala bayangan atau kode-kode simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku telah tersimpan dalam memori individu untuk direproduksi kembali. d. Tahap motivasi (motivation phase) Pada tahap ini, proses terjadinya peristiwa atau perilaku belajar adalah tahap penerimaan dorongan yang dapat berfungsi sebagai penguatan (reinforcement) yang menyimpan segala informasi dalam memori individu sebagai pembelajar. Dalam tahapan proses modeling, motivasi individu yang dimaksud oleh Bandura (Boeree, 2010: 243) terdiri dari motivasi positif dan juga motivasi negatif. Motivasi positif yaitu motivasi yang dapat dicontoh seseorang untuk mengikuti perilaku yang ditunjukkan oleh model seperti: dorongan-dorongan yang berasal dari masa lalu, dorongan-dorongan yang dijanjikan serta dorongan-dorongan yang kentara. Sedangkan motivasi negatif adalah alasan seseorang untuk tidak mengikuti perilaku yang ditunjukkan oleh model seperti: hukuman yang pernah diterima, hukuman yang telah dijanjikan serta hukuman yang kentara.
4. Pengaruh modeling Bandura dan Walters (Sarwono, 2004: 25) menyebutka tiga pengaruh yang terjadi dari proses belajar melalui pengamatan (modeling) yakni: a. Efek modeling (modeling effect) dimana peniru melakukan tingkah laku baru sehingga sesuai dengan tingkah laku model.
21
b. Efek
menghambat
(inhibition)
dan
menghapus
hambatan
(disinhibition) yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkah laku model dihambat kemunculannya, sedangkan tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan hambatanhambatannya sehingga timbul tingkah laku yang dapat menjadi nyata. c. Efek kemudahan (fascilitation effects). Tingkah laku yang sudah pernah dipelajari oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati tingkah laku model.
C. Kajian Tentang Kejenuhan (burnout) Belajar 1. Pengertian tentang kejenuhan (burnout) Belajar Herbert Freudenberger menggunakan istilah burnout pertama kali pada tahun 1974 dengan mempublikasikan buku yang berjudul Staff Burnout. Freudenberger juga dianggap salah seorang tokoh yang penting
dalam
sejarah
pengkajian
burnout.
Freudenberger
menggunakan istilah burnout untuk menjelaskan kondisi seseorang yang mengalami kelelahan emosi, kehilangan motivasi, dan komitmen (Engelbrecth, 2006:26). Tokoh lain juga mencoba mendifinisikan burnout diantaranya yaitu Maslach dan Jackson (1981) mendefinisikan “Burnout is a syndrome of emotional exhaustion and cynicism that occurs frequently among individuals who do ‘people work’ of some kind.”, kejenuhan merupakan sebuah kelelahan emosi dan sinisme seringkali terjadi pada 22
individu yang bekerja pada bidang sosial. Senada dengan Maslach dan Jackson, Pines & Aronson (Slivar, 2001: 22) mendefiniskan burnout sebagai kondisi emosional individu ketika merasa lelah dan jenuh baik secara mental ataupun fisik sebagai akibat dari tuntutan pekerjaan yang meningkat. Situasi individu dalam menghadapi tuntutan dari penerima layananan menggambarkan keadaan yang menuntut secara emosional (emotionally demanding). Sedangkan Demeuroti dkk (2002: 428) mendefinisikan burnout sebagai: “....burnout is syndrom of work-related experience, including feelings of exhaustion and disengagement from work. Exhaustion is defined as a consequence of prolonged and intense pshycal, affective and cognitive strain, as a result of prolonged exposure to specific working conditions (or stressor).” Burnout adalah sindrom dari pengalaman kerja negatif yang mencakup kelelahan dan keluar dari pekerjaan. Kelelahan diartikan sebagai konsekuensi dari aktivitas fisik, emosi, dan ketegangan kognitif yang berkepanjangan sebagai penyebab stres dengan kondisi pekerjaan tertentu. Demeuroti lebih menekankan bahwa kejenuhan terjadi akibat dari kelalahan fisik, kelelahan emosi serta kelelahan kognitif yang berkepanjangan. Senada dengan Demeuroti dkk, Kohan & Mazmanian (2003:561) menyebutkan “Burnout is an extreme state of depleted resources that can result from chronic exposure to work stress”. Burnout adalah kondisi ekstrem dimana terkurasnya akal (kognitif) 23
yang diakibatkan oleh stres kerja atau tuntutan pekerjaan secara terus menerus. Kohan dan Mazmanian lebih menekankan pada aspek kognitif yang menyebabkan terjadinya kejenuhan. Istilah burnout juga dijelaskan oleh Suwarjo & Diana Septi Purnama (2014:12) sebagai suatu keadaan keletihan (exhaustion) fisik, emosional, dan mental di mana cirinya sering disebut physical depletion, dengan perasaan tidak berdaya dan putus harapan, keringnya perasaan, konsep diri yang negatif dan sikap negatif yang identik dengan distress, discontent, dan perasaan gagal untuk mencapai tujuan ideal. Jika dikaitkan dengan proses belajar, Reber (Muhibin Syah, 2003:180) mendefinisikan kejenuhan sebagai rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan kemajuan hasil belajar. Siswa yang merasa jenuh pada saat belajar tidak dapat menerima berbagai informasi yang telah disampaikan oleh orang lain pada saat belajar sehingga siswa merasa seakan-akan tidak ada kemajuan dalam proses belajarnya. Definisi lain dari Zunita Eka K & Elisabeth C (2014:4) menyatakan kejenuhan belajar merupakan suatu kondisi dimana siswa merasa bosan, lelah, kurang perhatian dalam belajar, tidak ada minat dan motivasi, serta tidak mendatangkan hasil yang maksimal dalam belajar. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang kurang memiliki motivasi dan merasa tidak mendapatkan hasil yan 24
maksimal dalam proses belajarnya, tidak menutup kemungkinan disebabkan oleh faktor kejenuhan yang dialami oleh siswa. Gejala tersebut harus segera mendapat perhatian dari pihak sekolah ataupun guru agar dampak yang ditimbulkan tidak semakin besar. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kejenuhan (Burnout) belajar merupakan suatu kondisi keletihan fisik, kognitif, emosional, mental, serta kurangnya motivasi dalam belajar yang disebabkan oleh meningkatnya tuntutan tugas secara terus menerus sehingga seakan-akan siswa jalan di tempat dan tidak mendapatkan hasil yang maksimal. 2. Faktor Penyebab Kejenuhan (Burnout) belajar Menurut Maslach dan Leiter (1997: 26) ada 6 faktor penyebab kejenuhan yaitu: a. work overload, terlalu banyak beban pekerjaan yang harus dilakukan oleh individu b. lack of control over one’s work, kurang adanya kontrol atas pekerjaan yang dilakukan oleh individu c. insufficient reward, kurang adanya penghargaan atas pekerjaan yang telah dilakukan oleh individu d. unfairness, kurang adanya kejujuran serta keadilan hubungan sosial dalam bekerja tidak terjalin dengan baik
25
e. breakdown
of
community,
kurang
adanya
dukungan
dari
lingkungan kerja seperti hubungan interpersonal antara individu yang satu dengan yang lain tidak terjalin dengan baik f. value conflict, adanya kesenjangan nilai/kebiasaan/norma yang berlaku di lingkungan kerja dengan prinsip yang dimiliki individu
Senada dengan enam faktor penyebab kejenuhan menurut Maslach dan Leiter, Slivar (2001:22) juga merumuskan enam faktor penyebab terjadinya kejenuhan dalam proses belajar antara lain: a) Tuntutan tugas dari sekolah yang terlalu banyak. Siswa harus mengerjakan tugas yang banyak dengan waktu yang relatif singkat dan sumber pengetahuan yang sangat sedikit sehingga seringkali siswa merasa terbebani. b) Metode yang digunakan guru saat melaksanakan proses belajarmengajar kurang kreatif serta kurangnya partisipasi dari siswa sehingga siswa cepat jenuh. c) Guru kurang memberikan penghargaan atas pencapaian tugas yang dilakukan oleh siswa sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar. Selain itu pihak sekolah juga kurang memberikan penguatan kepada siswa agar dapat memiliki motivasi dari dalam diri untuk lebih berprestasi. d) Hubungan interpersonal guru dengan siswa maupun hubungan interpersonal teman sebaya kurang terjalin dengan baik sehingga
26
membuat siswa merasa kurang nyaman dalam proses belajar di sekolah e) Harapan yang terlalu tinggi dari keluarga sering membuat siswa merasa khawatir akan terjadinya kegagaan dalam proses belajarnya. Beberapa siswa merasa takut di kritik serta dibandingkan dengan anggota keluarga yang lain berdasarkan hasil belajar yang telah dicapai meskipun di sekolah banyak terjadi ketidakadilan yang dialami terutama dalam hal penilaian. f) Adanya kesenjangan antara aturan yang ada di sekolah dengan aturan yang ada di rumah. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya kejenuhan (burnout) belajar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu karakteristik siswa, lingkungan belajar, dan keterlibatan emosional dengan lingkungan belajar. 3. Aspek Kejenuhan (Burnout) Belajar Freudenberger (Engelbrecht. 2006: 26) menyebutkan tiga aspek penyebab burnout yaitu kelelahan emosi, kehilangan motivasi, dan komitmen. Pendapat lain dari Maslach dan Jackson (1981:1) menyebutkan tiga aspek penyebab burnout yaitu emotion exhaustion, depersonalization, dan personal accomplishmen. Ketiga aspek tersebut kemudian dijadikan instrumen yang terkenal dalam ranah kajian burnout yakni Maslach Burnout Inventory (MBI). Sedangkan
27
Pines dan Aronson (Slivar, 2001 : 22) lebih menekankan tiga aspek burnout pada kelelahan fisik, kelelahan emosi, dan kelelahan mental. Selain itu aspek burnout terbaru dijelaskan oleh Demerouti (Demerouti, Bakker, Nachreiner, Ebbinghaus. 2002:428) yaitu lebih menekankan pada aspek bunout pada kelelahan fisik, kelelahan emosi, dan kelelahan kognitif. Freudenberger, Mashlach & leiter, Pines & Aronson, serta Demeuroti sependapat bahwa aspek utama burnout adalah kelelahan emosi. Freudenberger dan Mashlach juga menyebutkan aspek lain burnout yaitu kehilangan motivasi dimana dalam pendapatnya Mashlach
kehilangan
motivasi
disebutkan
dengan
istilah
ineffectivness. Selain itu Pines Aronson dan Demeuroti menyebutkan kelelahan fisik sebagai aspek burnout yang dapat terlihat. Selanjutnya hal yang menarik dari pendapat Demerouti yaitu kelelahan kognitif juga disebutkan sebagai salah satu aspek burnout. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa aspek kejenuhan (burnout) belajar yaitu kelelahan fisik, kelelahan emosi, kelelahan kognitif, dan kehilangan motivasi.
4. Indikator Kejenuhan (burnout) Belajar Seperti yang telah dijelaskan bahwa kejenuhan belajar dapat dilihat dari empat aspek yaitu: kelelahan emosi, kelelahan fisik, kelelahan
28
kognitif, dan kehilangan motivasi. Adapun indikator kejenuhan menurut Schaufeli dan Enzmann (1998: 21-22) berupa: a. Kelelahan emosi: perasaan depresi, perasaan sedih, perubahan suasana hati, penurunan kemampuan mengendalikan emosio, ketakutan
yang
tidak
jelas,
kecemasan,
dan
peningkatan
ketegangan. b. Kelelahan fisik: sakit kepala, mual, gelisah, kedutan, sakit otot, masalah seksual, gangguan tidur (tidak bisa tidur, mimpi buruk, atau tidur yang berlebihan), penurunan berat badan secara tiba-tiba, kurang nafsu makan, sesak napas, meningktanya ketegangan pramenstruasi,
siklus
menstruasi
tidak
normal,
hiperventilasi
(pernafasan yang berlebihan), kelamahan tubuh (lelah, letih, lesu), bisul, gangguan pencernaan, penyakit jantung koroner, sering pilek, timbul wabah yang sebeumnya sudah ada (asma, diabetes), peningkatan
deyut
jantung,
cedera
akibat
aktivitas
yang
mengandung resiko, tekanan darah tinggi, peningkatan respon kulit, serta kolesterol tinggi c. Kelelahan kognitif: ketidakberdayaan, ketakutan menjadi “gila”, perasaan
terjebak,
perasaan
gagal,
perasaan
tidak
cukup
(insufisiensi), harga diri yang rendah, kesibukan diri, rasa bersalah, muncul ide untuk bunuh diri, sulit berkonsentrasi, pelupa, memiliki kesulitan dengan tugas-tugas yang kompleks, pemikiran yang kaku
29
dan skematik, kesulitan dalam pengambilan keputusan, melamun dan berkhayal, kesepian, frustasi. d. Kehilangan motivasi: kehilangan semangat, kehilangan idealisme, kekecewaan, penarikan diri, sserta kebosanan.
5. Fase-fase Kejenuhan (Burnout) Belajar Kejenuhan tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan terbentuk melalui sekian proses yang dialami individu dalam beberapa waktu. Hal tersebut seperti yang dijabarkan Freudenberger (Kraft, 2006:31) mengenai 12 tahap pembentukan kejenuhan yakni: a. A compulsion to prove oneself, Keharusan untuk membuktikan diri. Siswa ingin menunjukkan prestasi, baik akademik maupun non akademik secara sempurna. b. Working harder, Siswa ingin membuktikan bahwa dirinya mampu mengerjakan tugas secara sempurna dengan kemampuan yang dimiliki tanpa bantuan orang lain. c. Neglecting their needs, Siswa
beranggapan
bahwa
untuk
membuktikan
kemampuannya, mereka harus mengorbankan kebutuhankebutuhan dasarnya seperti tidur, makan dan berkunjung dengan teman maupun keluarga. 30
d. Displacement of conflicts, Siswa menyadari bahwa ada masalah yang sedang dialami, akan tetapi sumber masalah tersebut tidak diketahui. Gejala burnout belajar mulai muncul pada tahap ini. e. Revision of values, Nilai-nilai yang dianut siswa mulai berubah, dimana siswa mulai menyampingkan hobi dan teman dari kehidupan sehari-hari. f. Denial of emerging problems, siswa mulai tidak memiliki toleransi mereka menganggap temannya bodoh, malas, terlalu tergantung atau tidak disiplin. Kontak sosial mulai menyempit sinisme dan perlawanan dan persaingan sangat terlihat. g. Withdrawal, Penarikan diri, siswa mengurangi kontak sosial sampai batas terendah, menjadi individubyang tertutup terhadap lingkungan. Mereka merasa semakin tidak memliki arah da harapan banyak yang melampiaskan ke alkohol dan obat-obatan terlarang. h. Obvious behavioral changes, siswa menjadi penakut, pemalu dan apatis dan mereka merasa dirinya tidak berharga i. Depersonalization,
31
siswa kehilangan dirinya sendiri dan tidak dapat nilai-nilai dari lingkungannya lagi pandangan mereka terbatas hanya pada masa kini. j. Inner emptiness, kekosongan dalam diri siswa berkembang semakin buruk siswa semakin menjadi putus asa. Reaksi yang berlebihan seperti membesar-besarkan seksualitas, terlalu banyak makan serta memakai alkohol dan obat-obatan terlarang k. Depression, pada fase ini siswa menjadi ascuh tak acuh, lelah, putus asa dan merasa bahwa masa depan tidak ada artinya. l. Burnout syndrome, siswa
korban
burnout
memiliki
kecenderungan
untuk
mengakhiri sekolahnya agar dapat keluar dari situasi kejenuhannya bahkan sampai putus sekolah.
D. Penelitian Yang Relevan Terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu yang memiliki relevansi sekaligus berkaitan dengan topik tentang burnout dan terapi film ini, yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sapiana (2014) di SMK Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo bahwa bimbingan kelompok dengan teknik cinema therapy berpengaruh terhadap motivasi belajar. Penelitian ini memiliki kesamaan yaitu teknik yang digunakan sebagai intervensi yaitu 32
menggunakan film. Perbedaan yang dilakukan peneliti yaitu variabel kedua dalam hal ini peneliti akan lebih menekankan pada tingkat kejenuhan belajar yang dialami oleh siswa SMA. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Anansi Sun Ebu (2014) di kelas VIII SMP Negeri 1 Bulango Timur, Gorontalo bahwa bimbingan kelompok dengan teknik cinema therapy dapat meningkatkan percaya diri. Penelitian ini memiliki unsur kemiripan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dimana intervensi yang diberikan yaitu dengan menggunakan film. Adapun perbedaannya yaitu terletak pada variabel terikat. Peneliti menggunakan variabel terkat yaitu kejenuhan belajar yang dialami oleh siswa. 3. Penelitian yang dilakukan Ipt. Edi Sutarjo, Dewi Arum WMP, Ni. Kt.Suarni (2014) menunjukkan baik konseling behavioral dengan pendekatan teknik relaksasi maupun brain gym efektif untuk menurunkan burnout belajar siswa. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama meneliti tentang kejenuhan belajar serta upaya strategi coping untuk mengurangi kejenuhan belajar. Namun hal yang membedakan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu metode strategi coping yang diberikan. Peneliti menggunakan media film sebagai simbolik model agar siswa dapat menemukan strategi coping untuk mengurangi kejenuhan belajar yang dialami oleh siswa.
33
E. Kerangka Berfikir Kejenuhan belajar merupakan fenomena yang sering terjadi pada siswa. Siswa yang merasa jenuh pada saat belajar tidak akan dapat menerima berbagai informasi yang telah disampaikan oleh orang lain pada saat belajar sehingga siswa merasa seakan-akan tidak ada kemajuan dalam proses belajarnya. Dengan munculnya kejenuhan tersebut maka seringkali motivasi siswa menurun serta berdampak pada prestasi siswa. Untuk menghindari timbulnya dampak negatif tersebut, peneliti akan memberikan film sebagai simbolik model bagi siswa kelas XI SMA PIRI I Yogyakarta. Film menjadi simbolik model untuk memberikan contoh alternatif strategi coping yang akan diberikan kepada siswa, agar siswa dapat mengetahui cara mengatasi kejenuhan (burnout) saat belajar. Dalam belajar model (modeling) individu mengamati tokoh model dan menyimpan informasi tentang cara mengatasi kejenuhan (burnout) belajar untuk di produksi kembali selanjutnya siswa mendapatkan penguatan untuk mencontoh tingkah laku sang model. Film dapat memberikan kesehatan emosi serta dapat meningkatkan pengetahuan terhadap nilai yang terkandung dalam sebuah film dan siswa dapat meniru serta menginternalisasikan perilaku yang diperankan oleh tokoh dalam film tersebut. Dengan diberikan film yang dibuat oleh peneliti siswa akan meniru perilaku tokoh model saat mengatasi kejenuhan belajar yang diperankan oleh tokoh model dalam film tersebut. Film yang ditayangkan oleh peneliti mengandung unsur cerita inspiratif yang akan memberikan 34
motivasi dan menggugah emosi siswa, sehingga dengan adanya unsur cerita insipiratif yang diperankan oleh tokoh pemeran film dapat memberikan pengetahuna yang lebih terhadap siswa untuk mengatasi kejenuhan belajar yang dialami. Selain itu siswa akan lebih memiliki penguatan untuk dapat meningkatkan motivasi belajar dari dalam diri. Dalam penelitian ini film yang digunakan oleh peneliti berperan sebagai simbolik model agar siswa dapat meniru atau menambah wawasan cara mengatasi kejenuhan belajar yang dialami melalui perilaku tokoh dalam film tersebut. Agar lebih jelas kerangka berfikir dapat digambarkan sebagai berikut: Pre-Treatment
Treatment
Data penelitian yang menunjukkan bahwa siswa mengalami kejenuhan dalam belajar
Siswa mengamati film insipiratif yang berisi cerita tentang seseorang yang mengalami kejenuhan belajar dengan indikator: siswa kurang memiliki motivasi belajar, siswa mengalami kelelahan secara kognitif, mental, serta fisik, dan strategi coping untuk mengatasi kejenuhan belajar, kemudian siswa menyimpan informasi dalam memori otak untuk diproduksi kembali, selanjutnya siswa mendapatkan penguatan untuk mencontoh tingkah laku tokoh model
Pasca Treatment Kejenuhan belajar yang dialami oleh siswa berkurang dan siswa lebih terinspirasi untuk bersemangat dalam belajar Gambar 1. Kerangka berfikir 35
F. Hipotesis Eksperimen Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah media film efektif untuk mengurangi kejenuhan (burnout) belajar pada siswa kelas XI di SMA PIRI I Yogyakarta.
36
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan penelitian Dalam rancangan ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena variabel yang diukur menggunakan instrumen penelitian dengan data yang terdiri dari angka-angka dan dapat dianalisis berdasarkan proses statistik yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah di tetapkan serta peneliti ingin menguji keragu-raguan tentang validitas variabel yang sudah ditentukan (Sugiyono, 2010:13). Pendekatan kuantitatif memiliki ciri khusus yaitu data yang dihasilkan berupa angka dan bisa di proses menggunakan statistik. Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti menggunakan metode penelitian quasi experiment. Menurut Sugiyono (2010: 107) penelitian eksperimen ialah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan (treatment) tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Dalam penelitian eksperimen pengaruh perlakuan menjadi penyebab berubahnya kondisi variabel yang lain atau variabel terikat. Pendapat lain yang sejalan yaitu menurut Suharsimi Arikunto (2013: 9) penelitian eksperimen ialah suatu cara untuk menemukan atau mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dan berkaitan dengan tujuan untuk mengetahui akibat atau pengaruh dari suatu perlakuan. Penelitian quasi eksperiment adalah penelitian dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian dan adanya kontrol.
37
Tujuan dari penelitian quasi eksperiment adalah untuk mencari atau mengujicobakan pengaruh hubungan sebab akibat dari suatu perlakuan (treatment) terhadap variabel terikat. B. Desain Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Pretest-Posttest control group design. Desain penelitian ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil Pretest yang baik yaitu jika kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama secara signifikan. Kemudian
kelompok
eksperimen
diberikan
perlakuan
(treatment)
menggunakan media film sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan (treatment) dengan media film melainkan dengan diskusi. Setelah diberikan perlakuan (treatment) pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen, kedua kelompok tersebut diberikan tes ke dua (post-test) untuk mengetahui pengaruh pemberian perlakuan terhadap kejenuhan belajar yang dialami setelah diberikan perlakuan (treatment) dengan media film maupun dengan diskusi. Sugiyono (2010:116) memvisualisasikan model ini sebagai berikut: R O1 X O2 R O3 Y O4 Gambar 2. Pretest-posttest control group design
38
Keterangan: O1
: Kondisi kelompok eksperimen sebelum diberi treatment (pre-test)
O3
:
X
: Pemberian treatment (penggunaan media film)
Y
: Pemberian treatment dengan diskusi
O2
: Kondisi kelompok eksperimen setelah pemberian treatment dengan penggunaan media film (post-test)
Kondisi kelompok control sebelum diberikan treatment (pre-test)
O4
:
Kondisi kelompok control yang tidak diberikan pemberian treatment menggunakan media film(post-test).
R
: dipilih secara random
Untuk mengetahui keefektifan perlakuan yang diberikan dapat dibandingkan dengan rumus (O 2 - O 1 ) (O 4 - O 3 ) Dalam penelitian eksperimen terdapat 3 tahapan yang harus dilakukan yaitu pra-treatment, treatment, dan pasca treatment. Tahapan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Pra-treatment
treatment
Pasca treatment Bagan 3. Tahapan dalam penelitian eksperimen
39
1. Pra treatment a. Mempersiapkan skala kejenuhan (burnout) belajar Peneliti mempersiapkan instrumen berupa skala burnout untuk mengukur tingkat burnout yang terjadi pada siswa. b. Penentuan sampel Peneliti menentukan sampel yang akan dijadikan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Peneliti menggunakan teknik simple random sampling untuk menentukan sampel penelitian. 2. Treatment Pada tahap treatment terdiri dari test awal (pretest), pemberian perlakuan (treatment), dan pemberian tes akhir (posttest). a. Tes awal Test awal (pretest) dilakukan untuk mengetahui tingkat burnout siswa sebelum diberikan treatment pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah diadakan pretest hasilnya dianalisis untuk mengetahui tingkat burnout yang terjadi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. b. Pemberian treatment Pemberian treatment kepada kelompok eksperimen melalui media film, dan kelompok kontrol hanya diberikan perlakuan dengan metode diskusi. Film yang digunakan yaitu film yang mengandung unsur cerita nyata kehidupan seorang siswa. Sedangkan kelompok kontrol hanya diberikan perlakuan dengan metode diskusi seperti 40
yang sering dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling di SMA PIRI I Yogyakarta. Langkah-langkah dalam pemberian layanan kepada kelompok eksperimen menggunakan media film yaitu: 1) Peneliti mempersiapkan alat yang perlu digunakan dalam memberikan perlakuan 2) Semua Siswa dipastikan sudah masuk di dalam kelas dan diarahkan agar mencari posisi yang nyaman untuk menonton film 3) Sebelum film ditayangkan, peneliti menyampaikan tujuan yang akan dicapai. 4) Peneliti mengarahkan kepada siswa agar dapat rileks saat menonton film. 5) Siswa mulai mengamati sebuah film yang disajikan, apabila saat film ditayangkan dan dipandang ada yang perlu dijelaskan maka peneliti dapat menghentikan film sejenak untuk menjelaskan atau memberikan keterangan terkait dengan isi film tersebut. 6) Setelah film selesai ditayangkan, peneliti meminta siswa untuk menyampaikan perasaan serta makna yang terkadung dalam sebuah film dan mendiskusikan film bersama-sama dengan Peneliti.
41
Pelaksanaan pemberian perlakuan (treatment) menggunakan media film di lakukan selama satu kali dalam satu minggu. c. Memberikan Post-test tujuan memberikan Post-test yaitu untuk mengetahui perbedaan penurunan nilai rata-rata kejenuhan belajar siswa antara kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan (treatment) menggunakan media film dengan kelompok control yang hanya diberikan perlakuan dengan metode diskusi. 3. Pasca treatment Pada tahap ini hasil data pre-test dan post-test dianalisis dengan menggunakan uji beda rata-rata (uji-t) antara data hasil pretest dan posttest. Uji t dilakukan untuk menguji perubahan yang terjadi akibat suatu perlakuan peneliti terhadap sampel dan membandingkan skor pretest dan post-test (Sugiyono, 2010). C. Variabel penelitian Menurut Sugiyono (2010: 60) variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti utuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut dan ditarik kesimpulannya. Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2013:169). Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel penelitian merupakan sesuatu yang ditetapkan menjadi objek penelitian
42
oleh peneliti untuk memperoleh informasi tentang hal tersebut. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu: 1. Variabel bebas (X) Variabel bebas ialah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab berubahnya variabel terikat. Dalam penelitia ini, variabel bebasnya ialah media film sebagai pengaruhnya atau perlakuannya. 2. Variabel terikat (Y) Variable terikat merupakan variabel yang dipengaruhi, dalam penelitian ini variable bebasnya adalah kejenuhan belajar yang dialami siswa. D. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian Dalam penelitian ini tempat yang digunakan adalah sekolah yaitu SMA PIRI I Yogyakarta 2. Waktu penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2016 - Maret 2016 E. Subyek penelitian 1. Populasi Menurut Sugiyono (2010: 119) Populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMA PIRI YOGYAKARTA tahun akademik 2015/2016 yang berjumlah dua 43
kelas dengan total 40 siswa. Pertimbangan ini dilakukan mengingat beberapa hal : (1) siswa kelas XI telah banyak mendapatkan perlakuan pembelajaran yang cukup lama; (2) siswa kelas XI telah berinteraksi dengan individu (baik sebagai teman ataupun pengajar) dalam waktu yang relatif lama; dan (3) siswa kelas XI diprediksi telah mengetahui dan belajar tentang cara mengurangi dampak kejenuhan dalam belajar. 2. Sampel Penelitian Menurut Sugiyono (2010: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini untuk menentukan sampel, peneliti menggunakan teknik simple random sampling dengan pertimbangan bahwa populasi dianggap homogen. Pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari siswa kelas XI SMA PIRI Yogyakarta tahun akademik 2015/2016 yang mengalami kejenuhan belajar yaitu sebanyak 30 siswa dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. F. Teknik Pengumpulan Data Teknik
pengumpulan
data
merupakan
suatu
cara
untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh peneliti untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala untuk mengetahui kejenuhan belajar yang terjadi pada siswa SMA PIRI 1 Yogyakarta. Menurut Saifuddin Azwar (Anwar Sutoyo. 2012: 189) skala adalah alat ukur yang memiliki karakteristik khusus 44
yaitu: cenderung mengukur aspek afektif, stimulusnya berupa pernyataan atau pertanyaan yang mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan, selalu berisi banyak item dari indikator tersebut, jawabannya
lebih
bersifat
proyektif,
jawaban
responden
tidak
diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”, semua jawaban dianggap benar sepanjang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Alasan digunakan skala psikologis dalam penelitian ini antara lain: 1.
Siswa kelas XI SMA PIRI I Yogyakarta sebagai subyek adalah orang yang paling mengetahui tentang dirinya sendiri.
2.
Apa yang ditafsirkan subyek mengenai pernyataan yang diajukan dalam skala sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti
3.
Jawaban subyek dianggap benar sepanjang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
4.
Peneliti mendapakan data yang banyak dalam waktu yang relatif singkat.
G. Definisi Operasional Guna menghindari kesalahpahaman dalam memaknai istilah yang digunakan, maka peneliti menetapkan batasan istilah atau definisi operasionalnya sebagai berikut: 1. Kejenuhan (Burnout) Belajar Kejenuhan Belajar merupakan suatu kondisi keletihan fisik, kognitif, emosional, mental, serta kurangnya motivasi dalam belajar
yang disebabkan oleh meningkatnya tuntutan tugas 45
secara terus menerus sehingga seakan-akan siswa jalan di tempat, tidak mendapatkan hasil yang maksimal, timbul rasa bosan, dan stress dalam belajar. 2. Film Drama Pendek Film Drama Pendek merupakan media komunikasi kepada penonton melalui gaya dan isi yang melambangkan berbagai pola perilaku pemeran (tindakan, karakter, plot, dan tema) yang memiliki unsur cerita kehidupan nyata dan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi penonton sehingga penonton mudah menginternalisasikan nilai yang terkandung dalam cerita tersebut dengan durasi yang sangat singkat. H. Instrumen Penelitian Sugiyono (2010:148) mendefinisikan instrumen penelitian sebagai suatu alat yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala kejenuhan (Burnout) belajar yang mengacu pada Maslach Bunrout Inventory (MBI). Skala yang digunakan yaitu menggunakan model skala Guttman yang mengacu pada pilihan yang jelas serta konsisten terhadap pilihan permasalahan yang ditanyakan melalui penggunaan rasio dikotomi atau dua alternatif jawaban. Dalam hal ini pilihan jawaban yang digunakan adala “YA” dan “TIDAK”. Dengan skala kejenuhan belajar tersebut, peneliti mendapatkan data mengenai tingkat kejenuhan belajar yang dialami oleh siswa. Skala 46
kejenuhan belajar disusun berdasarkan aspek-aspek yang mempengaruhi kejenuhan belajar dan penyebab kejenuhan belajar. Titik tolak dari penyusunan skala ini adalah variabel penelitian, kemudian diberi definisi operasional, selanjutnya ditentukan sub variabel yang akan diukur melalui indikator-indikator, dari indikator tersebut dibuatlah butir-butir pernyataan maupun pertanyaan. Untuk mempermudah membuat dan mengkaji skala kejenuhan, maka penelitian kemudian membuat pedoman skala kejenuhan belajar. Berikut ini langkah-langkah dalam penyusunan skala kejenuhan belajar: 1. Mengidentifikasi variabel penelitian dan definisi operasional Variabel dalam penelitian ini adalah media film dan kejenuhan belajar. Tetapi dalam penelitian ini hanya kejenuhan belajar yang dapat dijadikan skala yang mengungkap tentang tingkat kejenuhan belajar siswa. Sedangkan variabel lain yaitu media film berperan sebagai variabel bebas. Setelah ditentukan variabel maka dibuat definisi operasional dari kejenuhan (Burnout) belajar yaitu suatu kondisi keletihan fisik, kognitif, emosional, mental, serta kurangnya motivasi dalam belajar
yang disebabkan oleh meningkatnya tuntutan tugas
secara terus menerus sehingga seakan-akan siswa jalan di tempat dan tidak mendapatkan hasil yang maksimal. 2. Mencari sub variabel dari definisi operasional Dari definisi operasional diatas, ditemukan sub variabelnya yang meliputi: 47
a. Kejenuhan belajar siswa yang memiliki aspek yaitu kelelahan emosi, kelelahan fisik, kelelahan kognitif, dan kehilangan motivasi. b. Faktor penyebab kejenuhan belajar siswa yang memiliki aspek seperti: karakteristik siswa, faktor lingkungan belajar, dan keterlibatan emosi dengan lingkungan belajar. 3. Dari sub variabel dijabarkan menjadi indikator-indikator a. Kejenuhan belajar siswa 1) Kelelahan emosi Merasa gagaldalam belajar, merasa bersalah dan menyalahkan, merasa dikejar-kejar waktu, mudah marah dan benci, mudah cemas, mudah kehilangan kendali diri saat belajar, dan mengalami ketakutan yang berlebihan 2) Kelelahan fisik Merasa lelah dan letih setiap hari, mudah sakit, sulit tidur, mengalami gangguan pencernaan, nafsu makan berkurang, sering menggunakan obat-obatan, dan jantung sering berdebardebar. 3) Kelelahan kognitif Kehilangan makna dan harapan dalam belajar, kehilangan gairah dan kekuatan dalam belajar, enggan membantu dalam kegiatan belajar, merasa terjebak dalam belajar, kesulitan saat berkonsentrasi dan mudah lupa, terbebani dengan banyak tugas belajar, serta merasa rendah diri 48
4) Kehilangan motivasi Kehilangan idealisme diri, kehilangan semangat belajar, mudah menyerah, mengalami ketidakpuasan dalam belajar dan kehilangan minat belajar. b. Faktor penyebab kejenuhan belajar 1) Karakteristik siswa Keinginan untuk sempurna, penghargaan diri yang rendah, kurang bisa mengendalikan emosi, serta motif berprestasi yang rendah. 2) Faktor lingkungan belajar Iklim kelas negatif, kurang mendapat penghargaan dalam belajar, beban tugas yang terlalu berat, konflik diri dengan individu lain dalam lingkungan belajar, serta suasana belajar yang statis. 3) Keterlibatan emosi dengan lingkungan belajar Ketidakmampuan
untuk
asertif,
konflik
peran,
kurang
dukungan dalam belajar, serta perbedaan nilai pribadi. 4. Membuat butir-butir pernyataan berdasarkan indikator Setelah menemukan deskriptor, maka langkah selanjtnya adalah membuat pernyataan-pernyataan yang mewakili deskriptor. Subyek
49
diminta untuk memilih satu dari dua alternatif jawaban yang telah disediakan. 5. Melengkapi instrumen dengan kalimat instruksi dan kata pengantar Tahap akhir adalah melengkapi pedoman instrumen dengan cara melengkapi data diri atau identitas, bahasa yang digunakan jelas dan mudah dipahami, pernyataan tidak terlalu panjang, serta dilengkapi dengan contoh sehingga responden paham dalam mengerjakan instrumen penelitian ini. Adapun pedoman/ kisi-kisi instrumen yang disusun dalam penelitian terlampir pada halaman lampiran. I. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1.
Uji Validitas instrumen Menurut Sugiyono (2010: 363) Validitas merupakan derajad
ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Instrumen penelitian diuji menggunakan validitas isi. Instrumen yang diuji berupa pedoman skala kejenuhan (burnout) belajar
pada siswa dan instrumen penggunaan media film.
Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten melalui expert judgement (Saifuddin Azwar, 2012: 42). Dalam validitas ini akan dilakukan expert judgement oleh ahli film, untuk mengetahui kekurangan dan kelayakan film yang akan digunakan untuk pemberian perlakuan. Aspek yang dinilai oleh expert 50
judgement yaitu kelayakan film yang akan digunakan saat pemberian perlakuan. Validitas film menggunakan expert judgment dengan tujuan untuk mendapatkan masukan, saran dan ide-idenya dari para ahli film untuk menyempurnakan film sebelum dilakukan treatment. Expert memberikan saran terhadap film yang akan digunakan pada saat treatment. Sedangkan untuk Instrumen skala kejenuhan (Burnout) belajar yang akan digunakan mengacu pada Maslach Burnout Inventory (MBI). Dimana validitasnya menggunakan expert judgment yang dilakukan oleh dosen pembimbing. 2.
Uji Reliabilitas instrumen Berdasarkan pendapat Saifudin Azwar (2000: 3), reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika berapa kali diambil pun datanya tetap sama. Instrumen pengukur kejenuhan belajar yang akan digunakan ini memiliki koefisien reliabilitas R xx = 0,862.
J. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif. Adapun penjabarannya sebagai berikut: 1. Kategori Diagnostik Peneliti menggunakan kajian kategorisasi jenjang (ordinal) untuk menempatkan skor hasil tes terhadap distribusi proporsi kejenuhan 51
siswa kedalam 3 bagian, yakni tinggi, sedang dan rendah. Menurut Saifudin Azwar (2015:147-149), tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu dalam kelompok-kelompok yang posisinya berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang telah diukur, yang
kemudian
dinyatakan
sebagai
acuan
norma
dalam
pengelompokan skor individu yang dikenai skala agresivitas tersebut. Penentuan kategorisasi tersebut dapat dilakukan menggunakan rumus: Sangat Tinggi
52
selanjutnya dapat dilakukan uji hipotesis menggunakan Uji T (Uji Beda). a. Uji Normalitas Pengujian Normalitas atau biasa disebut Uji Normalitas Data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang masuk tergolong normal atau tidak normal. Uji Normalitas terkomputerisasi menggunakan software SPSS versi 22.0 dengan uji KolmogorovSmirnov dengan taraf signifikansi 5% atau 0,05. Data berdistribusi normal (Ha) jika taraf signifikasinya ≥ 0,05 sedang yang tidak berdistribusi normal (Ho) jika taraf signifikansinya ≤ 0,05. Jika data berdistribusi normal maka menggunakan uji parametrik, sedang jika tidak normal maka analisisnya menggunakan uji non parametrik. b. Uji Beda (Uji T) Uji beda digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yakni hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Pengujiannya menggunakan software SPSS versi 22.0. Langkahnya yakni peneliti menentukan Ho yaitu penggunaan media film tidak efektif untuk mengurangi kejenuhan belajar dan Ha-nya yaitu penggunaan media film daram pendek efektif untuk mengurangi kejenuhan (burnout) belajar. Langkah selanjutnya yakni menentukan taraf signifikansi dalam hal ini sebesar 5% atau 0,05. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut: 53
Ha: (Sig) ≤ 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak Ho: (Sig) ≥ 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Dalam deskripsi data hasil penelitian ini akan disajikan beberapa hal antara lain proses penelitian, data deskriptif, dan hasil uji hipotesis. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1.
Deskripsi Proses Penelitian a. Pra Tratement Sebelum dilaksanakan treatment, peneliti melaksanakan beberapa hal antara lain menentukan sampel dari populasi yaitu dengan simple random sampling dan didapatkan sampel kelas XI IPA yang berjumlah 15 siswa sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas XI IPS yang berjumlah 15 siswa sebagai kelompok kontrol. Setelah mendapatkan subjek, peneliti mendiskusikan dengan guru bimbingan dan konseling terkait dengan jadwal penelitian. Selanjutnya peneliti mengadakan pre-test untuk seluruh siswa kelas XI baik IPA maupun IPS untuk memperoleh data kejenuhan belajar siswa sebelum diberikan perlakuan. Pretest dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2015 di dalam kelas pada saat pelajaran PKN b. Pemberian Treatment Treatment dilakukan dengan memberikan film dengan durasi 20 menit sebagai media dalam pemberian layanan Bimbingan dan Konseling. Film yang digunakan oleh peneliti termasuk dalam 55
kategori film drama pendek karena dalam film tersebut berdurasi 20 menit dan menceritakan suasana kehidupan nyata seorang siswa yang sering menunda-nunda pekerjaan sehingga nilai yang diperoleh kurang maksimal kemudian mengalami kejenuhan belajar serta diceritakan pula cara mengatasi kejenuhan belajar yang di alami oleh Siswa dalam film tersebut.
Treatment
dilakukan pada tanggal 25 Februari 2016 bertempat di dalam kelas XI IPA pada jam pelajaran Agama yaitu pukul 07.30 sampai 08.45 adapun langkah-langkah perlakuannya adalah sebagai berikut: a) Persiapan Sebelum memulai treatment peneliti menyiapkan alat yang diperlukan yaitu film, Proyektor, Laptop, Speaker dan Absensi Siswa. Persiapan dibantu oleh partisipan b) Pembukaan Untuk mengawali kegiatan menonton film drama pendek dengan durasi 20 menit, peneliti mengajak siswa untuk berdoa, melakukan perkenalan, dan menanyakan kabar untuk membangun kedekatan peneliti dengan subyek. Selanjutnya peneliti mengabsen kehadiran siswa dan memastikan semua siswa sudah siap mengikuti treatment menggunakan media film. Film tersebut menceritakan tentang kehidupan siswa yang memiliki banyak tugas, sering menunda-nunda pekerjaan, sering mendapatkan nilai 56
yang kurang memuaskan sehingga siswa mengalami kejenuhan belajar serta ditampilkan cara mengatasi kejenuhan belajar yang dilakukan oleh siswa. c) Kegiatan inti (treatment) Sebelum film ditayangkan peneliti menjelaskan manfaat menonton film dan langkah-langkah yang akan dilakukan saat menonton film. Penjelasan dilakukan kurang lebih 10 menit. Setelah semua siswa dipastikan berada pada kondisi sadar dan sudah merasa nyaman dengan posisi duduknya, peneliti memutarkan film. Setelah film selesai diputar peneliti mengajak siswa untuk menyampaikan inti cerita yang
terkandung
dalam
film
tersebut.
Pada
saat
menyampaikan inti cerita yang terkandung dalam sebuah film yang telah ditonton siswa terlihat antusias dan bersemangat. Setelah siswa menyampaikan inti cerita Film tersebut, peneliti melakukan crosscheck kepada subjek tentang bagaimana perasaannya setelah menonton film. Ada sepuluh siswa menjawab setelah menonton film mereka
menjadi
lebih
mengetahui
cara
mengatasi
kejenuhan belajar, tiga orang siswa menjawab lebih fresh setelah menonton film, dan dua orang menjawab biasa saja. Dalam penelitian ini film digunakan sebagai media
57
pemberian informasi, hiburan, serta sebagai contoh dalam mengatasi kejenuhan belajar yang dialami oleh siswa. d) Penutup Untuk mengakhiri sesi menonton film peneliti menutup
dengan
tepuk
tangan
gembira
dengan
mengatakan “syukuri dalam hati, ekspresikan dengan senyum dan diakhiri dengan tepuk tangan” c. Posttest Posttest pada kelompok kontrol dilakukan pada tanggal 24 Februari 2016 di kelas XI IPS 1 pada pukul 12.30 – 12.50 dan posttest kelompok eksperimen dilakukan pada tanggal 26 februari 2016 pada pukul 08.50 – 09.10. Posttest dilakukan agar dapat mengetahui kondisi kejenuhan belajar siswa setelah diberikan perlakuan. 2.
Data Deskriptif Pretest dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2015 di SMA PIRI I Yogyakarta. Pretest diberikan kepada semua siswa kelas XI dan dilakukan sebelum treatment. Postest dilakukan pada tanggal 24 Februari 2016 dan 26 Februari 2016 di SMA PIRI I Yogyakarta setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan media film kepada kelompok eksperimen. Sedangkan untuk kelompok kontrol hanya diberikan layanan dengan metode diskusi. Tabel hasil pretest dan posttest disajikan pada tabel 1 halaman 58. 58
Tabel 1. Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen Eksperimen Kriteria
Pre test
Post test
F
%
F
%
Sangat rendah
0
0
6
40
Rendah
5
33.3
8
53.3
Sedang
6
40.0
1
6.7
Tinggi
4
26.7
0
0.0
Sangat tinggi
0
0
0
0
Jumlah
15
100
15
100
Tabel 2. Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol Kontrol Kriteria
Pre test
Post test
F
%
F
%
Sangat rendah
0
0
0
0
Rendah
6
40.0
7
46.7
Sedang
5
33.3
5
33.3
Tinggi
4
26.7
3
20.0
Sangat tinggi
0
0
0
0
Jumlah
15
100
15
100
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil pretes kelompok eksperimen menunjukkan ada 26,7% siswa mengalami kejenuhan (Burnout) belajar pada kategori tinggi, 40% siswa mengalami kejenuhan (Burnout) pada kategori sedang, dan 33,3% siswa mengalami kejenuhan (Burnout) belajar pada kategori rendah. Setelah peneliti memberikan perlakuan menggunakan media film drama pendek yang berdurasi 20 menit maka dilakukan posttest dengan hasil 6,7% siswa mengalami kejenuhan (Burnout) belajar pada kategori sedang, 53,3% siswa mengalami kejenuhan (Burnout) pada kategori rendah dan 40% siswa mengalami kejenuhan (Burnout) belajar pada tingkat sangat rendah. Dari hasil pretest dapat 59
disimpulkan bahwa rata-rata subjek berada pada kategorisasi sedang dan setelah diberi perlakuan posttest rata-rata subjek berada pada kategorisasi sangat rendah. Hasil pretest kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 2 yang menunjukkan hasil data pretest ada 26,7% siswa mengalami kejenuhan (Burnout) belajar pada kategori tinggi, 33,3% siswa mengalami kejenuhan (Burnout) pada kategori sedang, dan 40% siswa mengalami kejenuhan (Burnout) belajar pada kategori rendah. Setelah diberikan pretest subyek pada kelompok kontrol hanya diberikan perlakuan dengan metode diskusi lalu diberikan posttest dan menghasilkan data sebanyak 20% siswa mengalami kejenuhan (Burnout) belajar pada kategori tinggi, 33,3% siswa mengalami kejenuhan (Burnout) belajar pada kategori sedang, dan 46,7% siswa mengalami kejenuhan (Burnout) belajar pada kategori rendah. Adapun rata-rata hasil pretest dan posttest dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3. Hasil Rata-rata pretest kelompok eksperimen, pretest kelompok kontrol, posttest kelompok eksperimen, dan posttest kelompok kontrol Mean Pair 1
Pair 2
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
pretest_eksperimen
42,27
15
11,380
2,938
posttest_eksperimen
21,87
15
6,312
1,630
pretest_kontrol
41,33
15
12,500
3,227
posttest_kontrol
39,60
15
10,398
2,685
Dari tabel 3 Dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pretest kelompok eksperimen sebesar 42,27 dan posttest kelompok eksperimen sebesar 21,87, sedangkan pada kelompok kontrol nilai rata-rata pretest sebesar 41,33 dan posstest sebesar 39,60. Hal ini dapat diketahui juga penurunan rata-rata tingkat 60
kejenuhan (Burnout) belajar pada kelompok eksperimen sebesar 20,4 sedangkan kelompok kontrol mengalami penurunan sebesar 1,73. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa penurunan rata-rata kejenuhan (Burnout) belajar pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan media film drama pendek lebih efektif digunakan untuk mengurangi kejenuhan (Burnout) belajar yang dialami oleh siswa kelas XI di SMA PIRI I Yogyakarta. 3.
Pengujian Hipotesis a. Hasil Uji Normalitas Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji normalitas sebagai uji prasyarat untuk melakukan analisis data. Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui data yang sudah ada berdistribusi normal atau tidak. Berikut adalah tabel uji normalitas berdasarkan hasil penghitungan melalui kolmogorof- Smirnov melalui software SPSS 22.0 : Tabel 4. Hasil Uji Normalitas
Kelompok
Kolmogorv- Smirnov Statistic N Sig. c,d ,126 ,200 15 c,d ,124 ,200 15 c,d ,141 ,200 15 c,d ,172 ,200 15
Pretest eksperimen Pretest kontrol Posttest eksperimen Posttest kontrol
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa taraf signifikansinya adalah 0,200 hal ini menunjukkan p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang telah diperoleh berdistribusi normal
61
dan pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan uji paired sampel t-test. b. Hasil Uji kesamaan varian populasi awal Untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata penurunan kejenuhan belajar antara kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan menggunakan media film dan kelompok kontrol yang hanya diberikan layanan melalui diskusi, sebaiknya terlebih dahulu data awal (pretest) antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dipastikan sudah homogen atau sama. Untuk menguji kesamaan varian dilakukan dengan menggunakan uji independent sampel test. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Independent Samples Test P R E T E S T
Equal Variances assumed
Equality of Variance F Sig.
T
Df
,163
-,214
28
Sig (2tailed) ,832
-,214
27,57
,832
Equal Variances not assumed
,689
t-tes for Equality of Means
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 0,163 dan p (sig.) sebesar 0,163. Oleh karena p> 0,05 maka H 0 diterima atau kelompok ekperimen maupun kelompok kontrol sama secara signifikan c. Hasil Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t yang merupakan uji beda dimana rata-rata hitungannya hanya terdiri dari dua kelompok (Burhan Nurgiyantoro, Gunawan, dan Marzuki, 2009: 181). Dua 62
kelompok yang dimaksud adalah data kelompok pretest dan posstest. Uji t yang dipakai adalah paired sample t-test karena data yang dipakai berpasangan dan ditentukan taraf signifikansi sebsar 5% atau 0,05 Ha
: (Sig.) ≤ 0,05, Ha diterima dan Ho ditolak
Ho
: (Sig.) ≥ 0,05, Ho diterima dan Ha ditolak
Tabel 6. Hasil Uji Hipotesis
T
Pair 1
Pair 2
Sig. (2tailed)
df
pretest_eksperimen - posttest_eksperimen
pretest_kontrol - posttest_kontrol
6,455
14
,000
,333
14
,744
Dari tabel diatas daat diketahui taraf signifikansi kelompok eksperimen p sebesar 0,00 sehingga p< 0,05 hal ini menunjukkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis “penggunaan media film efektif untuk mengurangi kejenuhan (burnout) belajar pada siswa kelas XI di SMA PIRI Yogyakarta.” diterima.
Dan
pada kelompok kontrol diketahui bahwa p sebesar 0,744 sehingga p>0,05 hal ini menunjukkan bahwa Ha ditolak atau metode diskusi tidak efektif untuk mengurangi kejenuhan (Burnout) Belajar.
63
B. Pembahasan Pada sub bab pembahasan ini peneliti akan membahas tentang hasil penelitian yang sudah dipaparkan di sub bab hasil penelitian. Pada hasil penelitian ini ditemukan pada kelompok eksperimen ada 12 siswa mengalami penurunan, satu siswa tidak mengalami penurunan maupun peningkatan, dan satu siswa mengalami peningkatan. Hal tersebut karena variabel luar mempengaruhi proses penelitian yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti. Subjek terlihat lelah, letih, lesu saat mengikuti treatment dan mengisi skala kejenuhan belajar. Kondisi ini bisa membuat perlakuan tidak berefek pada penurunan tingkat kejenuhan belajar yang kemungkinan menyebabkan peningkatan pada kejenuhan belajar yang dialami. Asusmsi ini didasari pada observasi peneliti. Berkaitan dengan kondisi tersebut, apabila diadakan penelitian selanjutnya sebaiknya subjek selalu diberikan perlakuan lebih dari satu kali dan setiap perlakuan diberikan posttest. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada proses perlakuan ada beberapa hal atau variabel luar yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti, dan hal itu dapat mempengaruhi proses perlakuan. Hal tersebut menjadi kelemahan dalam penelitian ini dan menjadi pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. Walaupun demikian, dilihat dari hasil selisih skor pretest dan posttest skala kejenuhan belajar pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media film lebih efektif untuk mengurangi kejenuhan belajar siswa dibuktikan dengan hasil rata-rata pretest dan posttest yang menunjukkan 64
adanya penurunan lebih besar pada kelompok eksperimen daripada kelompok kontrol. Dalam penelitian ini siswa mengamati peran tokoh film yang memiliki cerita tentang cara mengatasi kejenuhan belajar yang di alami sehingga informasi- informasi mengenai cara mengatasi kejenuhan belajar yang disampaikan oleh tokoh dalam film dapat di contoh saat siswa mengalami kejenuhan belajar. Selain itu dengan diberikan perlakuan menggunakan film drama pendek siswa juga dapat mengevaluasi penyebab timbulnya kejenuhan belajar yang di alami dengan cara melihat contoh yang diperankan oleh tokoh dalam film tersebut. Seperti yang disebutkan oleh Maslach dan Leiter (1997: 26) penyebab kejenuhan belajar yang sering di alami oleh siswa yaitu: terlalu banyak tugas yang harus dikerjakan, tuntutan nilai yang terlalu tinggi, kurangnya kontrol atas pekerjaan yang dilakukan (menunda-nunda tugas, mengerjakan secara asal), kurangnya motivasi saat mengerjakan tugas. Dalam film drama pendek yang disajikan, peneliti lebih menekankan pada perilaku-perilaku yang dapat menyebabkan timbulnya kejenuhan belajar seperti siswa sering menunda-nunda pekerjaan sehingga menumpuk sampai pada batas waktu akhir, lalu cara mengerjakan tugas yang asal-asalan sehingga nilai yang didapatkan kurang maksimal, kemudian peserta didik menjadi merasa sedih dan malas untuk belajar karena kurangnya motivasi. Pada saat menonton film drama pendek siswa dapat menyimpan informasi tersebut sehingga siswa dapat belajar untuk memperbaiki proses belajarnya. 65
Setelah ditampilkan faktor yang menyebabkan siswa merasa jenuh kemudian ditampilkan cara mengatasi kejenuhan belajar seperti cara agar bisa memotivasi diri sendiri, menerima kritik/saran dari orang lain, dan cara mengatur waktu dengan baik agar tidak menunda-nunda tugas yang diberikan oleh guru. Dari film yang berisi faktor penyebab dan cara mengatasi kejenuhan belajar, siswa dapat mengevaluasi dan dapat mengimitasi cara mengatasi kejenuhan belajar yang dialami serta dapat menghapus perilaku-perilaku yang menyebabkan terjadinya kejenuhan belajar. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Solomon (Demier: 2008) bahwa film juga dapat digunakan untuk terapi mengatasi masalah yang dialami oleh individu. Film yang dapat digunakan untuk terapi adalah film yang memiliki cerita sesuai atau hampir mendekati dengan permasalahan yang dialami oleh individu. Film yang disajikan oleh peneliti mengenai cara mengatasi kejenuhan belajar terbukti dapat mengurangi kejenuhan belajar yang dialami oleh siswa kelas XI IPA di SMA PIRI I Yogyakarta. Setelah siswa menonton film yang disajikan oleh peneliti, siswa dapat memperoleh informasi dan mengimitasi cara mengatasi kejenuhan belajar seperti yang diperankan oleh tokoh dalam film yang disajikan. Proses imitasi dapat disebut juga modelling. Menurut Bandura (Asrori, 2008: 23) “Modeling merupakan proses tindakan belajar yang dilakukan oleh individu dengan cara mengamati dan meniru perilaku, sikap orang lain sebagai model.” Proses modeling juga 66
melibatkan proses-proses kognitif, bukan hanya meniru namun lebih menyesuaikan diri dengan tindakan orang lain karena melibatkan prepresentasian informasi dan menyimpannya untuk digunakan dimasa yang akan datang (Feist dan Feist, 2010: 204). C. Keterbatasan Penelitian Dalam proses penelitian ini, peneliti telah berusaha menjalankan treatment semaksimal mungkin sesuai dengan prosedur yang sudah dirancang supaya penelitian ini dapat berjalan dengan lancar, namun demikian peneliti masih menemui keterbatasan dalam proses penelitian. Adapun keterbatasan yang terjadi meliputi: 1. Waktu penelitian terbatas karena BK di SMA PIRI I Yogyakarta tidak memiliki jam masuk kelas sehingga eksperimen hanya dapat dilakukan satu kali. 2. Dinamika psikologisnya belum dapat terlihat karena perlakuan hanya dilakukan sebanyak satu kali. 3. Masih adanya variabel luar yang dapat mempengaruhi pelaksanaan treatment yang sulit dikontrol oleh peneliti seperti peserta didik mengalami sakit sehingga dalam mengikuti treatment kurang fokus. 4. Film yang disajikan kurang memberikan hiburan kepada Siswa sehingga hanya bisa dijadikan sebagai media informasi.
67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA PIRI I Yogyakarta yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan media film terbukti efektif untuk mengurangi kejenuhan (burnout) belajar yang dialami oleh siswa kelas XI hal ini terlihat dari hasil penurunan tingkat kejenuhan (burnout) belajar yang dialami oleh siswa setelah siswa mendapatkan perlakuan dengan menggunakan media film drama pendek. Pembuktian ini dapat dilihat melalui hasil rata-rata pretest dan posttest pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol menunjukkan adanya penurunan. Penurunan pada kelompok eksperimen sebesar 23,70% dan pada kelompok kontrol penurunan sebesar 2,00% sehingga dapat disimpulkan bahwa penurunan kejenuhan belajar yang di alami siswa pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Hasil uji hipotesis menunjukkan adanya signifikansi antara hasil pretest dan posttest. Pada kelompok eksperimen p = 0,00 membuktikan bahwa Ha diterima karena p <0,05 yaitu penggunaan media film efektif untuk mengurangi kejenuhan belajar yang dialami oleh siswa kelas XI di SMA PIRI I Yogyakarta. Sedangankan kelompok kontrol p = 0,744 membuktikan bahwa Ha ditolak atau penggunaan metode diskusi tidak efektif untuk mengurangi kejenuhan (Burnout) Belajar yang dialami oleh siswa kelas XI di SMA PIRI I Yogyakarta. 68
B. Saran Dari hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling Penggunaan media film yang berkaitan dengan materi mengenai kejenuhan (burnout) belajar sebagai layanan Bimbingan dan Konseling dapat
dijadikan
sebagai
salah
satu
alternatif
bagi
guru
pembimbing/konselor di sekolah dalam memaksimalkan mutu dan kualitas pelaksanaan layanan informasi di sekolah khususnya dalam meminimalisir terjadinya kejenuhan (burnout) belajar peserta didik 2. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Penggunaan media film dalam layanan Bimbingan dan Konseling perlu dikembangkan dengan memperbanyak materi dalam cerita dan film dapat di desain lebih bagus lagi agar pelaksanaannya lebih menarik dan daya serap siswa dalam menerima informasi melalui media film lebih banyak. b. Dalam pelaksanaan pemberian perlakuan menggunakan film disarankan untuk lebih dari satu kali dan setiap selesai perlakuan perlu diberikan posttest untuk mengetahui perubahannya dan dapat dilihat terkait dinamika psikologis siswa.
69
DAFTAR PUSTAKA Anwar Sutoyo. (2012). Pemahaman Individu (observasi, Checklist, Interviu, Kuesioner, Sosiometri). Yogyakarta:Pustaka Pelajar M. Asrori. (2008). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima. Boeroee, C. G. (2010). Personality Theories, Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia, edisi baru. Yogyakarta: Prismasophie. Brunk,D. (2006). How to fight burnout. Journal of College Development. https:// www.findarticles.com./p/articles/mi. Di akses pada Tanggal 20 Januari 2016 Pukul 13.00 WIB Corey, G. (2005). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama. Demerouti, Evangelia. et al. (2002). From Mental Strain to Burnout. Diakses dari https://www.researchgate.net/profile/Friedhelm.Nachreiner/publicatio n/46629458_from_mental_strain_to_burnout/links/0fcfd5062e045b0c000 000.pdf. Pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 13.30 WIB Demir,
E.
S. (2008). Cinema therapy. Di akses dari http://www.psinema.metu.edu.tr/makale/cinematherapy.pdf. Pada tanggal 3 Februari 2016 pukul 03.45 WIB
Dwi Siswoyo dkk. (2011). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Engelbrecht, S. (2006). Motivation and Burnout in Human Service Work The Case of Midwfery in Denmark. Thesis. Faculty of Psycology, Philosophy and Science Studies, Roskilde University Feist, J and Feist, G. J. (2008). Theories of Personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ipt. Edi Sutarjo., Dewi Arum WMP., & Ni. Kt. Suarni. (2014). Efektivitas Teori Behavioral Teknik Relaksasi dan Brain Gym untuk Menurunkan Burnout Belajar pada Siswa Kelas VIII SMP Laboratorium UNDIKSHA Singaraja Tahun Pelajara 2013/2014. Jurnal.
70
Jacobs, dkk. (2003). Student Burnout as a Function of Personality, Social Support, and Work Load. Journal of College Development. http. // findarticles.com./p/articles/mi. Kohan, Andrea. & Mazmanian, Dwight. (2003). Police work, Burnout, and ProOrganization Behavior. Criminal Justice and Behavior, Vol. 30 No.5 G. Komalasari, E. Wahyuni, dan Karsih. (2011). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT. Indeks. Monks. (1999). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. Kraft, Ulrich. (2006). Burned Out. Scientific American Mind (Juni 2006). Hlm. 29. Maslach, C,. & Jackson, Susan E. (1981). The Measurment of Experienced Burnout. Journal of Occupational Behaviour, Vol. 2, 99-113 Maslach, C., & Leiter, M P. (1997). The Truth About Burnout : How Organizations Cause Personal Stress. San fransisco: Joussey-Bass Muhibbin Syah. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada ____________. (2011). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Muh Nur Wangid, Dkk. (2014). Pelatihan Bagi Guru dalam Menerapkan Layanan Bimbingan Kelompok (Group Activity) Untuk Mengatasi Burnout Bersekolah pada Siswa Sekolah Dasar. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/pelatihan%20burnout%20 bersekolah.pdf. Pada tanggal 20 desember 2015, Jam 22.39 WIB Saifuddin Azwar. (2013). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sapiana. (2014). Pengaruh Bimbingan Kelompok Teknik Cinema Therapy Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X Multimedia Di Smk Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo. Skripsi. Gorontalo: Universitas Negri Gorontalo. 71
Sarwono, S. W,. (2000). Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Schaufeli, W.B, & Enzmann, D. (1998). The Burnout Companion to study and practice : A Critical Analysis. United Kingdom: CRC press. Slivar, Branko. (2001). The Syndrome of Burnout, Self Image, and Anxiety With Grammar School Students. Horizon of Psychology, 10,2.21-32 Sugiyono. (2010). Metode Penenlitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: CV Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Suwarjo & Diana Septi Purnama. (2014). Model Bimbingan Pengembangan Kompetensi Pribadi Sosial Bagi Siswa SMA yang Mengalami Kejenuhan Belajar (Burnout). Hasil Penelitian. Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak diterbitkan Suwasono. (2014). Pengantar Film. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Syaiful Bahri Djamarah. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Wahyuni & Karsih. (2011). Teori dan Teknik Konseling. Indeks, Jakarta: Permata Puri Media. Winkel, W. S,. (2004). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: MEDIA ABADI Wolz. (2004). E-Motion Picture Magic. Colorado: Glenbridge Publising Ltd
72
Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Kejenuhan Belajar Siswa Variabel Kejenuhan Belajar Siswa (Format A)
Aspek Kelelahan Emosi
Kelelahan Fisik
Kelelahan Kognitif
Kehilangan Motivasi
Jumlah Pernyataan 1. Merasa gagal dalam belajar 5 2. Merasa bersalah dan menyalahkan 5 3. Merasa dikejar-kejar waktu 5 4. Mudah marah dan benci 5 5. Mudah cemas 5 6. Mudah kehilangan kendali diri 5 dalam belajar 7. Mengalami ketakutan berlebih 5 1. Merasa lelah dan letih setiap hari. 4 2. Mudah sakit 1 3. Sulit tidur 2 4. Mengalami gangguan makan 2 5. Menggunakan obat-obatan 0 6. Jantung sering berdebar-debar 2 dengan keras 1. Enggan membantu dalam kegiatan 3 belajar 2. Kehilangan makna dan harapan 3 dalam belajar 3. Kehilangan gairah dan kekuatan 3 untuk belajar. 4. Merasa terjebak dalam belajar 4 5. Kesulitan berkonsentrasi dan 3 mudah lupa dalam belajar 6. Terbebani dengan banyak tugas 3 belajar 7. Merasa rendah diri 3 1. Kehilangan idealisme dalam 3 belajar 4 3 2. Kehilangan semangat belajar 3 3. Mudah menyerah 4. Mengalami ketidakpuasan dalam 5 belajar 5. Kehilangan minat belajar Jumlah 86 Indikator
74
No Item 1–5 6 – 10 11 – 15 16 – 20 21 – 25 26 – 30 31 – 35 36 – 39 40 41, 42 43, 44 45,46 47 – 49 50 – 52 53 – 55 56 – 59 60 – 62 63 – 65 66 – 68 69 – 71 72 – 75 76 – 78 79 -81 82 – 86
ANGKET Nama
:
(L/P) NIM
:
Jurusan/Prog Studi : Fakultas
: PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb Angket ini bukan merupakan sebuah tes, sehingga apapun jawaban Anda, tidak ada yang benar atau salah. Selain itu hasil dari angket ini tidak ada hubungannya dengan nilai akademik Anda. Hasil angket ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi peningkatan kualitas pendidikan di lembaga kita, oleh karena itu kerahasiaan jawaban Anda dijamin. Isilah angket ini dengan apa adanya yang sesuai dengan keadaan diri Anda serta usahakanlah untuk mengisi seluruh pernyataan tanpa ada nomor yang terlewatkan. Atas kesediaan dan kerjasama Anda dalam mengisi angket ini kami ucapkan terima kasih. Wassalamua’laikum wr.wb. PETUNJUK PENGISIAN Untuk mengisi angket kejenuhan
belajar, Anda dimohon untuk mengisi
dengan memberikan tanda (X) pada kolom YA atau TIDAK sesuai dengan pernyataan yang Anda pilih. Selamat Mengerjakan !
No PERNYATAAN 1 merasa tidak mampu untuk sukses dalam belajar 2 3 4 5 6 7 8
tidak akan memperoleh nilai yang memuaskan pada setiap mata pelajaran tidak puas dengan hasil belajar yang telah dicapai tidak memiliki kepedulian dengan kegiatan pelajaran tidak mampu bersaing dengan teman-teman di kelas untuk meraih sukses dalam belajar belajar selama ini tidak memberikan manfaat keluarga tidak memberikan nilai positif terhadap hasil belajar teman tidak memberikan dukungan untuk keberhasilan dalam belajar 75
YA
TIDAK
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
kajian kelimuan yang dipilih tidak menjanjikan masa depan yang lebih baik kegagalan dalam belajar disebabkan oleh faktor kelemahan diri tidak memiliki waktu yang cukup untuk menyelesaikan tugas-tugas pelajaran tugas-tugas pelajaran semakin banyak dan tidak mampu diselesaikan tidak mampu mengelola kegiatan belajar karena waktu yang sempit tidak memliki waktu luang untuk mempersiapkan kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya waktu begitu cepat berlalu sehingga tidak mampu untuk berkonsentrasi secara penuh pada kegiatan belajar tidak senang mendengar teman-teman di kelas membicarakan materi ataupun tugas pelajaran menolak apabila guru memberikan tugas pelajaran cepat tersinggung jika ditanya tentang kegiatan yang berkaitan dengan pelajaran khawatir tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas pelajaran takut tidak menyelesaikan pelajaran tepat waktu bimbang bila indeks prestasi rendah pada semester yang sedang dijalani khawatir tugas-tugas pelajaran yang dibuat tidak sesuai dengan harapan guru tidak dapat menerima bila perolehan indeks prestasi rendah tidak suka dengan kesuksesan belajar orang lain mudah menyerah apabila tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas pelajaran kesulitan untuk memfokuskan diri pada kegiatan belajar khawatir mengalami kegagalan dalam belajar tidak yakin memperoleh hasil yang baik dalam setiap usaha belajar yang dilakukan merasa kehilangan peluang untuk berprestasi dalam belajar merasa kehilangan harapan untuk sukses dalam belajar melihat sisi negatif kegiatan belajar lelah dan letih setelah melakukan kegiatan belajar kehilangan gairah untuk memulai aktivitas belajar merasa tidak berdaya untuk mengerjakan tugas-tugas pelajaran kehilangan hasrat untuk berdiskusi dengan teman tentang materi pelajaran mengalami sakit kepala selama menjalani pelajaran merasakan gangguan kesehatan apabila mendapatkan tugas-tugas pelajaran dari guru merasakan sakit pada organ tubuh tertentu apabila 76
43
mendapatkan tugas-tugas pelajaran dari guru akhir-akhir ini sering mengalami gangguan lambung akhir-akhir ini sering mengalami gangguan kesehatan akhir-akhir ini sering mengalami gangguan tidur sering terjaga di malam hari apabila ada tugas pelajaran yang belum diselesaikan akhir-akhir ini sering mengalami gangguan pencernaan
44
sering mengalami kurang selera untuk makan
45
debar jantung menjadi kuat apabila tugas-tugas pelajaran belum selesai debar jantung menjadi tidak teratur apabila menghadapi tugas pelajaran yang cukup berat tidak menolong teman yang mengalami kesulitan dalam belajar tidak peduli dengan keluhan teman yang meminta bantuan, khususnya dalam kegiatan akademik menolak apabila dimintai pendapat oleh teman terkait dengan kegiatan belajar tidak memiliki harapan untuk sukses dalam belajar merasa yang dilakukan dalam belajar selama ini sia-sia belaka akhir-akhir ini yang terbayang dalam kegiatan belajar hanyalah kegagalan merasa malas untuk mengikuti pelajaran dan mengerjakan tugas-tugas pelajaran tidak memiliki gairah untuk belajar dengan penuh kesungguhan
39 40 41 42
46 47 48 49 50 51 52 53 54
55 56 57 58 59 60 61
62 63 64 65
tidak memiliki kepedulian terhadap teman yang mengajak untuk belajar pilihan pelajaran merupakan keputusan yang salah selama ini teman tidak memberikan dukungan untuk sukses dalam belajar selama ini guru tidak memberikan peluang untuk meraih nilai bagus dalam setiap mata pelajaran merasa dukungan orang tua untuk semangat belajar hanyalah jebakan untuk kepentingan mereka semata akhir-akhir ini sulit memfokuskan perhatian pada materi pelajaran mudah lupa materi pelajaran yang telah dijelaskan guru ataupun teman
mudah terganggu konsentrasi saat membaca buku-buku pelajaran tidak mampu lagi menerima tugas-tugas yang diberikan guru dalam pelajaran merasa sudah tidak dapat mengerjakan tugas pelajaran pelajaran dengan segala tugas-tugasnya merupakan kegiatan yang sangat membebani 77
66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86
minder bergaul dengan teman-teman pelajaran yang memiliki prestasi baik merasa tidak pantas untuk berada dalam kelompok temanteman sepelajaran tidak percaya diri untuk berdiskusi tentang kegiatan belajar mengerjakan tugas pelajaran asal-asalan tidak memiliki standar nilai yang harus diraih dalam setiap pelajaran tidak memiliki harapan untuk berprestasi dalam belajar malas mengikuti dan mengerjakan tugas-tugas pelajaran tidak bergairah mendengarkan penjelasan guru tentang materi pelajaran enggan mencari referensi untuk menunjang penyelesaian tugas-tugas pelajaran enggan menanyakan tentang materi yang tidak dimengerti dalam pelajaran pasrah dengan nilai yang selama ini diperoleh dalam pelajaran tidak ada usaha untuk memperbaiki nilai pelajaran yang tidak memuaskan merasa tidak ada lagi peluang untuk sukses dalam belajar merasa tidak puas dengan hasil belajar yang diperoleh selama ini merasa teman di pelajaran tidak mendukung terhadap kesuksesan dalam belajar guru tidak memberikan dukungan untuk memperoleh nilai pelajaran yang baik akhir-akhir ini sering menolak ajakan teman untuk belajar tidak senang berdiskusi dengan teman tentang tugas pelajaran terbersit keinginan untuk berhenti pelajaran menunda tugas-tugas pelajaran lebih banyak melakukan aktivitas di luar belajar
78
Validasi Ahli (Expert Judgement)
No Pernyataan 1 Film berisi pengetahuan tentang kehidupan anak sekolah 2 Film dapat menambah pengetahuan tentang belajar 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
YA
TIDAK
Film tersebut membuat siswa mengerti bagaimana situasi siswa saat mengalami kejenuhan belajar Film membuat siswa menjadi bersemangat untuk giat untuk belajar demi meraih cita-cita Film mengandung unsur motivasi untuk meraih apa yang saya cita-citakan Film tersebut mampu membawa siswa ke dalam cerita perjalanan tokoh utamanya Gambar yang ada pada film sudah berwarna Suara dari film tersebut sudah jelas Cerita dalam film tersebut mampu memberikan contoh proses belajar yang menyenangkan film ini memilki unsur cerita yang lucu Film yang disajikan terlihat nyata Adegan di dalam film tersebut menceritakan bagaimana cara belajar yang baik Film tersebut mampu menyampaikan pesan dengan baik Film tersebut mampu menjelaskan setiap peristiwa yang terjadi hingga tampak seperti nyata Film dapat memberikan pemahaman baru mengenai cara mengatasi kejenuhan belajar Terdapat ilmu yang bisa digunakan sebagai tambahan belajar di dalam film tersebut Film tersebut menyajikan permasalahan yang sesuai dengan masalah yang di hadapi oleh siswa
Saran :
Yang mengisi,
79
Nomer 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
E001 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1
1
PRETEST KELOMPOK EKSPERIMEN Nama Peserta E002 E003 E004 E005 E006 E007 E008 E009 E010
1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1
1
1 1
1
1
1
1
1
E011
1
1 1 1 1
1 1 1
1 1 1
1
1 1
1 1 1
1 1
1 1
1 1 1
1
1
1 1 1
1
80
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1
E012 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
E013
E014
E015
1 1
1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1
1 1
1 1 1
1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1
1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1
1 1 1
1
1 1 1 1
1
1
1 1 1 1 1 1
1
1 1
1
1 1 1
1
1
1
1 1 1 1
1 1 1 1 1
1
1 1
1 1
1 1 1
1 1 1 1 1
1
1 1
1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
1
1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1
1 1
1
1 1 1 1
1 1
1
1 1
81
1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1
1 1
1
1 1
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1
82
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1
70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 Total ket
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 64 T
1 1 1 1
1 1 1 1 49 S
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 44 S
1
1 1 1
1
1 30 R
43 S
1 1 1 1 1
38 S
1
1
1
1 1 1
1 1 32 R
24 R
83
1 1 1 1 1
1
44 S
1 1 55 T
1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 27 R
1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 52 T
1 33 R
1 50 T
49 S
Nomer 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
K001 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1
K002 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
K003 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1
PRETEST KELOMPOK KONTROL NAMA PESERTA K004 K005 K006 K007 K008 K009 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
84
K010 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0
K011 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1
K012 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
K013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1
K014 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
K015 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0
1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1
0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0
0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0
1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0
85
1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0
0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1
0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1
0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72
0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1
0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
86
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 Total Ket
0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 64
1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 41
1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 33
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 55
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 49
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 25
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 59
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 42
0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 35
1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 27
0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 51
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 28
0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 26
1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 46
1 11 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 39
T
S
R
T
S
R
T
S
R
R
T
R
R
S
S
87
Nomer 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
E001
E002
E003
E004
1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
POSTTEST KELOMPOK EKSPERIMEN Nama Peserta E005 E006 E007 E008 E009 E010 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1
0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0
88
0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0
0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1
0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1
E011
E012
E013
E014
E015
0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1
0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1
1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1
0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0
1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0
89
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0
1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0
1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0
1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1
0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0
0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
90
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1
0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1
1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1
70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 Total ket
0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 37
S
0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 24
R
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20
SR
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22
R
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13
SR
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16
SR
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 24
R
0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 26
R
91
0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 26
R
0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 23
R
1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 27
R
0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 22
R
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 18
SR
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 11
SR
0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 19
SR
Nomer 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
POSTES KELOMPOK KONTROL NAMA PESERTA K001 K002 K003 K004 K005 K006 K007 K008 K009 K010 K011 K012 K013 K014 K015 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
92
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0
1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0
0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0
1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0
93
0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0
0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0
1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1
48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0
94
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1
73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 Total Ket
0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 26
R
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 54
T
1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 26
R
0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 29
R
1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 33
R
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 55
T
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 44
S
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 36
0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 41
S
S
95
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 34
R
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33
R
0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 49
S
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 57
T
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 34
R
0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 43
S
no K001 K002 K003 K004 K005 K006 K007 K008 K009 K010 K011 K012 K013 K014 K015 RATA-RATA SD
HASIL DATA PRETEST KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL kelompok kontrol kelompok eksperimen skor burnout % kategori no skor burnout % 64 74,4 64 74,4 T E001 41 47,7 49 57,0 S E002 33 38,4 44 51,2 R E003 30 34,9 55 64,0 T E004 49 57,0 43 50,0 S E005 25 29,1 38 44,2 R E006 59 68,6 32 37,2 T E007 24 27,9 42 48,8 S E008 35 40,7 44 51,2 R E009 27 31,4 55 64,0 R E010 51 59,3 27 31,4 T E011 52 60,5 28 32,6 R E012 26 30,2 33 38,4 R E013 46 53,5 50 58,1 S E014 39 45,3 49 57,0 S E015 41,33
48,06 14,5
42,27
S
Eksperimen Pre test
Kriteria
Post test
f
%
f
%
Sangat rendah
0
0
6
40
Rendah
5
33,33333333
8
53,3
Sedang
6
40,0
1
6,7
Tinggi
4
26,7
0
0,0
Sangat tinggi
0
0
0
0
Jumlah
15
100
15
100
96
49,1 13,2
kategori
T S S R S S R R S T R T R T S S
HASIL DATA POSTEST KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL kelompok kontrol kelompok eksperimen skor burnout % kategori no skor burnout % kategori 30,2 37 43,0 R E001 S 26 62,8 T 24 27,9 R E002 54 30,2 R 20 23,3 SR E003 26 33,7 R 22 25,6 R E004 29 38,4 R 13 15,1 SR E005 33 64,0 T 16 18,6 SR E006 55 51,2 S 24 27,9 R E007 44 41,9 S 26 30,2 R E008 36 47,7 S 26 30,2 R E009 41 39,5 R 23 26,7 R E010 34 38,4 R 27 31,4 R E011 33 22 25,6 R 57,0 S E012 49 66,3 T 18 20,9 SR E013 57 39,5 R 11 12,8 SR E014 34 50,0 S 19 22,1 SR E015 43 39,60 21,87 46,0 S 25,4 SR
no K001 K002 K003 K004 K005 K006 K007 K008 K009 K010 K011 K012 K013 K014 K015
12,1
7,3 KONTROL
Pre test
Kriteria
Post test
f
%
f
%
Sangat rendah
0
0
0
0
Rendah
6
40,0
7
46,7
Sedang
5
33,3
5
33,3
Tinggi
4
26,7
3
20,0
Sangat tinggi
0
0
0
0
Jumlah
15
100
15
100
97
UJI NORMALITAS DATA
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
pretest_eksperimen N Normal a,b Parameters Most Extreme Differences
pretest_kontrol
posttest_eksperimen
posttest_kontrol
15
15
15
15
42,27
41,33
21,87
39,60
Std. Deviation
11,380
12,500
6,312
10,398
Absolute
,126
,124
,141
,172
Positive
,126
,124
,141
,172
Negative
-,126
-,096
-,108
-,117
,126
,124
,141
,172
c,d
c,d
c,d
Mean
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed)
,200
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
98
,200
,200
c,d
,200
Uji Homogenitas Group Statistics
pretest pretest
N eksperimen kotntrol
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
15
42,27
11,380
2,938
15
41,33
12,500
3,227
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F pretest
Equal variances assumed Equal variances not assumed
,163
Sig. ,689
t-test for Equality of Means
t
Sig. (2tailed)
df
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
,214
28
,832
,933
4,365
-8,007
9,874
,214
27,757
,832
,933
4,365
-8,010
9,877
99
Uji Hipotesis Paired Samples Statistics
Mean Pair 1
Paired Samples Correlations Std. Deviation
N
Std. Error Mean
pretest_eksperimen 42,27
15
11,380
2,938
N Pair 1
Correlation
Sig.
pretest_eksperimen & posttest_eksperimen 15
,136
,629
15
-,544
,036
posttest_eksperimen
Pair 2
pretest_kontrol posttest_kontrol
21,87
15
6,312
1,630
41,33
15
12,500
3,227
39,60
15
10,398
Pair 2
2,685
100
pretest_kontrol & posttest_kontrol
Paired Samples Test
Mean Pair 1
t
df
Sig. (2-tailed)
pretest_eksperimen posttest_eksperimen 20,400
Pair 2
Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Difference Error Std. Deviation Mean Lower Upper
12,240
3,160
13,621
27,179
6,455
14
,000
20,144
5,201
-9,422
12,889
,333
14
,744
pretest_kontrol posttest_kontrol 1,733
101
Siswa mengisi Skala Kejenuhan Belajar
Siswa mengamati film
Siswa Mengamati film
Peneliti mengajak Siswa menyimpulkan makna dari film yang telah ditonton
102
103