I.U. Firmansyah: Penekanan Kehilangan Hasil pada ….
PENEKANAN KEHILANGAN HASIL PADA PROSES PERONTOKAN GANDUM I.U. Firmansyah Balai Peneltian Tanaman Serealia
ABSTRAK Konsumsi pangan berbasis gandum pada tahun 2013 terus meningkat dengan laju 2,7% dan konsumsi per kapita mencapai 18 kg/kapita/tahun. Kebutuhan gandum nasional saat ini hampir 100 % dari impor. Upaya pengembangan gandum di Indonesia masih terkendala, baik teknis maupun non teknis. Kendala teknis antara lain di bidang pascapanen gandum, yaitu mulai dari panen sampai dengan pengemasan hasil. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2010 sampai 2012 untuk menekan kehilangan hasil melalui perbaikan mesin perontok multikomoditi TH-6 di Laboratorium Rekayasa dan Pascapanen Balisereal, Maros, Sulawesi Selatan. Kehilangan hasil pada proses perontokan gandum Varietas Nias, Selayar dan Dewata produk Balitjas/Balitsereal, yang masing-masing varietas dirontok dengan prototipe mesin perontok multi komoditas TH-6, adalah 8,57%, 4,79% dan 4,59%. Sedangkan kehilangan hasil gandum, yang masing-masing varietas tersebut dirontok dengan mesin perontok khusus padi adalah 9,5 %, 9,18% dan 7,20. Perbaikan/modifikasi terhadap TH-6 dan kemudian diberi nama model PGM1-Balitsereal dapat menekan kehilangan hasil mendekati 0% pada proses perontokan gandum Varietas Nias, Selayar, dan Dewata. Kata kunci: perontokan gandum, prototipe PG-M1-Balitsereal
PENDAHULUAN Perubahan atau variasi menu makanan semakin berkembang pada dasawarsa terakhir ini. Preferensi konsumen cenderung mengarah kepada bahanbahan makanan setengah jadi. Kedudukan pangan tersebut telah meningkat sebagai pendamping nasi, yang pada gilirannya bisa menunjang diversifikasi menu dan bisa menekan konsumsi beras (Widowati et al.1994). Kebutuhan akan gandum di Indonesia sangat besar dan selama ini seluruhnya dipenuhi dari impor. Jumlah kebutuhan yang sangat besar tersebut serta kemampuan impor yang semakin melemah memungkinkan prospek pengembangan gandum di Indonesia akan mempunyai peluang ekonomi yang tinggi. Upaya pengembangan gandum domestik sudah dirintis oleh beberapa lembaga penelitian. Namun harus diakui bahwa upaya ini banyak menghadapi kendala, baik teknis maupun non teknis (Adnyana et al. 2006). Kendala teknis antara lain di bidang pascapanen gandum, yaitu mulai dari panen sampai dengan pengemasan hasil. Volume impor tepung terigu pada bulan Maret 2009 melonjak dua kali lipat pada periode yang sama dari tahun 2008. Konsumsi terigu pada bulan Maret 2009 tercatat 214,44% , jang mencapai 49.682 ton dari periode tahun yang sama tahun
550
Seminar Nasional Serealia, 2013
2008. Trend konsumsi terigu gandum di Indonesia meningkat, dan tiap tahun berkisar empat ton dan berasal dari Amerika Serikat, Kanada, dan Australia. Hal ini tentunya akan menjadi beban pemerintah. Oleh karena itu pemerintah berupaya untuk mengurangi ketergantungan impor, dengan mendorong adanya gandum tropis. Dari hasil-hasil penelitian terdahulu Balisereal telah di lepas 3 varietas, yaitu Varietas Nias, Dewata, dan Selayar. Varietas –varietas tersebut mempunyai potensi hasil berkisar 3-4 ton per hektar. Perkiraan kehilangan hasil karena susut bobot dan tercecer dari laporan tim Balitsereal di desa Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur sebesar 30-40%. Varietas Nias dan Dewat telah di uji coba
di desa Tosari dan Puspo, Kabupaten
Pasuruan, Jawa Timur yang ditaman pertama kali seluas 0,5 hektar dan setahun kemudian 54 hektar dan pada tahun 2004 menjadi 134 hektar (Tempo News Rooms 2004). Selain itu beberapa pihak juga telah mencoba menanam gandum dengan bibit dari India. Hasil panenan gandum dari bibit India bisa mencapai 3,5 ton per hektar lebih tinggi jika ditanam di India, yang hanya 2,5 ton per hektar. Selain itu Jepang juga mencoba mengembangkan tanaman gandum di Indonesia, di Nongko Jajar, Jawa Timur dan Kopeng Jawa Tengah. Hal ini membuktikan bahwa tanaman gandum dapat dikembangkan di Indonesia di daerah tertentu, yang mempunyai suhu rendah dan kelembaban rendah di dataran tinggi dengan ketinggian diatas 800 m diatas permukaan laut. Kedepan kita harapkan akan ada gandum tropis yang dapat ditanam di dataran rendah dengan ketinggian dibawah 400 m.. Kebutuhan akan gandum di Indonesia sangat besar dan selama ini seluruhnya dipenuhi dari impor. Jumlah kebutuhan yang sangat besar tersebut serta kemampuan impor yang semakin melemah memungkinkan prospek pengembangan gandum di Indonesia akan mempunyai peluang ekonomi yang tinggi. Upaya pengembangan gandum domestik sudah dirintis oleh beberapa lembaga penelitian. Namun harus diakui bahwa upaya ini banyak menghadapi kendala, baik teknis maupun non teknis (Adnyana et al. 2006). Kendala teknis antara lain di bidang pascapanen gandum, yaitu mulai dari panen sampai dengan pengemasan hasil. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki/modifikasi mesin perontok TH-6 agar dapat menekan kehilangan hasil pada proses perontokan gandum Varietas Nias, Selayar, dan Dewata.
551
I.U. Firmansyah: Penekanan Kehilangan Hasil pada ….
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada tahun 2010 sampai 2012 di Kabupaten Maros dan Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian terdiri atas tiga (3) tahapan kegiatan, yaitu pada tahap pertama: uji prototype mesin perontok multikomoditas TH-6 (Ex Balittan Maros) dan mesin perontok padi untuk merontok gandum Varietas Nias, Selayar, dan Dewata; tahap kedua memperbaiki/memodififikasi TH-6 dan kemudian uji PG-M1 (Hasil modifikasi TH-6); tahap ketiga : peningkatan kapasitas perontokan gandum. Varietas Dewata dengan PG-M1-Balisereal. Rata-rata kadar air biji gandum Varietas Nias, Selayar dan Dewata yang dirontok ditentukan berkisar 18-20%. Metode pengujian mesin perontok TH-6 dan perontok padi berdasarkan dari Puslit Engineering Teknologi Pertanian (1990). Perbanyakan tanaman gandum sebagai bahan uji berdasarkan rekomendasi Balitsereal.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tanaman
gandum
varietas
Nias,
Selayar,
dan
Dewata
mempunyai
karakteristik malai dan biji/gabah yang beda dengan tanaman padi. Diantara varietas gandum tersebut juga berbeda terutama Varietas Dewata lebih sulit dirontok dibandingkan varietas lainya.
Gambar 1. Foto Tanaman Gandum di Malino, Gowa, Sulsel. 2011.
552
Seminar Nasional Serealia, 2013
Kecepatan putaran selinder perontok mesin-mesin perontok padi sebelum diuji coba merontok gandum Varietas Nias, Selayar dan Dewata ditentukan 650 RPM (Rotation Per Minute). Kecepatan putaran selinder perontok prototype mesin perontok multikomoditi TH-6 dan padi/ ex toko MKS menurun pada saat untuk merontok gandum Varietas Nias, Selayar dan Dewata. Hal ini terjadi karena adanya perlambatan putaran selinder perontok, yang diakibatkan oleh proses pemukulan biji sorgum oleh gigi (peg tooth) selinder perontok. Selain pemukulan biji gandum, juga terjadi gesekan antara biji gandum dengan penutup selinder perontok (Cover). Penutup selinder perontok ini menutupi bagian atas selinder perontok. Proses pemukulan dan gesekan yang terjadi pada proses perontokan menghambat kecepatan putaran poros selinder perontok. Kecepatan putaran poros selinder perontok TH-6 pada saat merontok lebih lambat dibandingkan ex toko MKS, yaitu berturut-turut adalah 608 RPM, 623 RPM, dan 618 RPM (Tabel 1). Lambatnya putaran selinder perontok TH-6, berarti daya yang diperlukan untuk merontok gandum lebih besar. Daya yang lebih besar TH-6, terukur pada pemakaian bahan bakar yang lebih banyak. Pemakaian bahan bakar TH-6 pada proses perontokan adalah 0,85 l/jam (Nias), 0,69 l/jam (Selayar), dan 0,50 l/jam (Dewata) (Tabel 1). Tabel 1. Rata-rata putaran poros selinder perontok dan pemakaian bahan bakar mesin perontok padi TH-6 dan ex toko MKS pada proses perontokan gandum. Maros, 2010. Varietas Gandum Nias Selayar Dewata
Putaran Poros Selinder Perontok Sedang Merontok (RPM) TH-6 Ex. toko MKS 608 618 623 625 618 623
Pemakainan Bahan Bakar (l/jam) TH-6 Ex. toko MKS 0,85 0,76 0,69 0,51 0,50 0,46
Sumber : Firmansyah et al. (2010) (Data diolah)
Kapasitas perontokan mesin multikomoditi TH-6 rendah, karena biji gandum hasil rontokannya tidak ada kotoran yang terikut pada Varietas Nias dan Selayar (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa TH-6 biji gandum, yang terontok lebih bersih dibandingkan ex toko MKS.
553
I.U. Firmansyah: Penekanan Kehilangan Hasil pada ….
Tabel 2. Kapasitas perontokan, dan persentase kotoran pada proses perontokan varietas Nias, Selayar dan Dewata dengan mesin multikomoditi TH-6 dan ex toko MKS. Maros, 2010. Varietas Gandum Nias Selayar Dewata
Kapasitas Perontokan (Kg/Jam) TH-6 Ex. toko MKS 331,73 364,58 154,76 315,97 155,40 230,00
Persentase Kotoran (%) TH-6 0,00 0,00 10,9
Ex. toko MKS 32,74 16,12 27,19
Sumber : Firmansyah et al. (2010) (Data diolah)
Kehilangan hasil akibat biji utuh, tidak terontok, dan rusak , yang keluar dari mesin perontok bukan dari pengeluaran utama (Outlet) pada proses perontokan Varietas Nias, Selayar, dan Dewata dengan TH-6 rendah, yaitu 8,57%, 4,57%, dan 4,59% (Tabel 3). Namun demikian kehilangan hasil tersebut terlampau besar jika dibandingkan dengan kehilangan hasil mesin-mesin perontok padi pada proses perontokan padi (Lando dan Bambang Prastowo 1991). Hasil penelitian Indaryani, R. dan Hasbullah R. dari IPB (2009) menunjukkan bahwa pada Varietas Ciherang, penggunaan power thresher secara nyata memiliki nilai susut perontokan paling rendah (0,49±0,01%) dibandingkan dengan menggunakan alat “gebot” (3,31±0,02%) dan pedal thresher (3,28±0,03%). Begitu pula dengan varietas Cibogo dan Hibrida, penggunaan power thresher mampu menekan susut perontokan . Oleh karena itu mesin multikomoditas TH-6, perlu dimodifikasi agar kehilangan hasil pada proses perontokan sejumlah varietas gandum mendekati 0%. Tabel 3. Kehilangan hasil mesin multikomoditi TH-6 dan Ex. toko MKS pada proses perontokan varietas Nias, Selayar, dan Dewata dengan mesin multikomoditi TH-6 dan ex toko MKS. Maros, 2010 Varietas Gandum Nias Selayar Dewata
Kehilangan Hasil (%) TH-6 Ex. toko MKS 8,57 9,50 4,79 9,18 4,59 7,20
Sumber : Firmansyah et al. ( 2010) (Data diolah)
Perbaikan atau modifikasi komponen TH-6, yaitu panjang jeruji / gigi pada selinder perontok (Peg tooth) bertambah panjang 2 cm. Ini dimaksudkan agar biji gandum yang terletak pada malai lebih banyak terpukul dan tergesek oleh gigi perontok.Jarak antara ujung jeruji/gigi perontok dengan penutup selinder perontok dipersempit menjadi 4 cm. Dan juga ruangan selinder perontok diperpanjang menjadi
554
Seminar Nasional Serealia, 2013
111 cm, agar malai dan biji mudah dipisahkan. Selain itu untuk mengurangi kejerihan operator , tinggi mesin tersebut dikurangi 12 cm, sehingga lengan operator tidak terlampau tinggi dalam memasukan malai gandum.ke dalam ruang selinder perontok Secara
keseluruhan
dibandingkan
demensi
PG-M1-Balitsereal
lebih
ringan
dan
ramping
TH-6, sehingga berat tanpa enjin penggerak (Engine) menjadi lebih
ramping dan ringgan , yaitu hanya 55 kg (Tabel 4). Tabel 4. Spesifikasi prototipe mesin perontok multi komoditas TH-6 (Ex.Balittan Maros) dan perontok gandum PG-M1-Balitsereal. Maros, Susel. 2011. Spesikasi Demensi : Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm) Jarak antar jeruji/gigi perontok (cm) Panjang jeruji / gigi perontok (cm) Jarak antara ujung jeruji /gigi perontok dengan penutup selinder perontok (cm) Berat tanpa enjin penggerak (kg) Tipe kipas pembersih (Blower) Ukuran daya enjin penggerak (HP) Kapasitas perontokan (kg/jam)
TH-6
PG-M1-Balitsereal
97 120 130 5,0 5,5 6
111 100 118 5,0 7,0 4
60 Sentrifugal 5,50 331,73
55 Sentrifugal 5,50 350,45
Sumber : Firmansyah,I.U.et al. (2011) (Data diolah)
Gambar 2. Foto Prototipe Mesin Perontok Gandum PG-M1-Balitsereal, Maros, Sulsel.2011.
555
I.U. Firmansyah: Penekanan Kehilangan Hasil pada ….
Hasil penelitian pengaruh pemanenan dengan mesin panen pada sejumlah tanaman gandum
tidak berbeda nyata terhadap komponen agronominya, tetapi
kehilangan biji pada conveyor, shuttering, dan cutter bar sangat nyata antar varietas (Bukhari et al. 1996 ; Iqbal et al. 1980). Jadi faktor komponen mesin pemanen lebih berpengaruh. Untuk penelitian berikutnya Varietas Dewata yang dipilih sebagai bahan uji prototipe mesin perontok PG-M1-Balitsereal. Biji gandum rusak dan kehilangan hasil pada uji perontokan gandum Varietas Dewata dapat menekan kehilangan hasil dan biji rusak mendekati 0% pada putaran poros selinder perontok 600 RPM, 700 RPM, dan 800 RPM prototipe mesin perontok gandum PG-M1-Balitsereal (Tabel 5). Kehilangan hasil pada proses perontokan dengan mesin perontok ditentukan oleh biji tidak terontok, biji rusak dan biji utuh yang keluar tidak melalui pengeluaran utama. Dengan modifikasi, faktor penyebab biji tidak terontok dapat diatasi dengan memanjangkan paku/jeruji pada selinder perontok, selain itu jarak antara paku/jeruji lebih rapat dan dapat memukul biji gandum lebih baik dibandingkan paku/jeruji mesin TH-6. Putaran poros selinder perontok meningkat, kadar kotoran rendah, efisiensi perontokan, dan kebersihan biji juga meningkat (Tabel 5). Putaran selinder perontok bertambah kencang, putaran kipas semakin kencang dan dapat memisahkan biji dengan kotoran dan biji hampa lebih bersih. Tabel 5. Biji gandum rusak, kehilangan hasil (biji), biji tidak terontok, kotoran, efisiensi perontokan dan kebersihan biji varietas Dewata pada uji PG-M1-Balisereal. Maros, Sulsel. 2012. Uraian Biji gandum rusak (%) Kehilangan hasil (%) Biji gandum tidak terontok ( %) Kotoran (%) Efisiensi perontokan (%) Kebersihan biji (%)
Putaran selinder perontok (RPM) 600 700 800 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,46 0,37 0,33 6,21 5,32 4,65 99,54 99,63 99,67 93,29 95,17 97,37
Sumber : Firmansyah,I.U. et al. (2012) (Data diolah).
KESIMPULAN 1. Mesin perontok gandum prototype PG-M1-Balisereal hasil modifikasi dari mesin perontok multikomoditi TH-6 dapat menekan kehilangan hasil mendekati 0 % pada putaran poros selinder perontok 800 RPM.
556
Seminar Nasional Serealia, 2013
2. Peningkatan putaran poros selinder perontok protipe PG-M1-Balitsereal pada putaran 600 RPM-800 RPM menyebabkan
efisiensi perontokan, dan kebersihan
biji gandum juga meningkat.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Oom Komalasari Ms atas bantuan pelaksaan di lapangan dan
Dr. M.Aqil atas saran-sarannya dalam pelaksanaan
penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Adnyana, M.O., Subiksa, I.G.M, Nuning, A, H. Kasim dan Suyamto. 2006. Roadmap pengembangan gandum di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 73 hal. Bukhari, S. Ibnupoto, and G.H. Jamro. 1996. Grain losses of wheat varieties harvested . Agricultural Mechanization in Asia, Africa, and America Latin. 20(2) : 17-28. Firmansyah, I.U., M.Aqil, Suarni, M.Hamdani, dan O. Komalasari.2010. Penekanan kehilangan hasil pada proses perontokan gandum (1,5%), dan penurunan kandungan tanin sorgum (mendekati 0%) pada proses penyosohan. 40 hal. Firmansyah, I.U., M.Aqil, Suarni, M.Hamdani, dan O.Komalasari. 2011. Penekanan kehilangan hasil pada proses perontokan gandum (1,5%), dan penurunan kandungan tanin sorgum (Mmendekati 0%) pada proses penyosohan. 56 hal. Firmansyah, I.U., M.Aqil, Suarni, M.Hamdani, dan O.Komalasari. 2012. Penekanan kehilangan hasil pada proses perontokan gandum (1,5%), dan penurunan kandungan tanin sorgum (Mmendekati 0%) pada proses penyosohan. 62 hal Indaryani, R dan Hasbullah R . 2009. Kajian penggunaan berbagai alat/mesin terhadap susut bobot susut perontokan pada beberapa varietas padi. Institut Pertanian Bogor. Igbal, M., G.H. Shaihk and J.K. Sial. 1980. Harvesting and threshing losses of wheat with mechanical and conventional methods. AMA Japan 11(3) 66-70. Lando, T dan Bambang Prastowo. 1991. Penelitian penampilan perontok multikomoditi. Kelompok Peneliti Mekanisasi dan Teknologi. Hasil Penelitian Mekanisasi dan Teknologi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Pangan Maros. 10 (1) 93-101. ISBN : 0852-1808. Puslit Teknologi Enjiniring Pertanian Tepat Guna, 1990. Prosedur dan Sandi Uji “Alat Perontok Padi”. Departemen Pertanian. P. 3-6. Widowati,S., B.A.S Santosa, D.S. Damardjati. 1994. Potensi pengembangan gandum di Indonesia. Edisi Khusus Balittan Malang No 3 1994.
557