PENDIDIKAN SISWA BERKEBUTUAN KHUSUS Kuliah 1 Adriatik Ivanti, M.Psi
Siswa Berkebutuhan Khusus • •
Siswa berkebutuhan khusus adalah siswa yang membutuhkan pendidikan yang berbeda dari siswa lainnya ( Anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan/kebutuhan dan potensinya secara maksimal. Meliputi mereka yang tuli, buta, memiliki gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi mental, gangguan emosional. Juga anak-anak yang berbakat dengan inteligensi yang tinggi, dapat dikategorikan sebagai anak khusus/luar biasa, karena memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional” (Suran & Rizzo, dalam Mangunsong 1998)
Batasan Anak Berkebutuhan Khusus Berdasarkan kesimpulan oleh Mangunsong (1998) : anak yang tergolong luar biasa adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal dalam hal: ciri-ciri mental, kemampuan sensorik, fisik dan neuromuskular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi, maupun kombinasi dari dua atau lebih dari hal-hal di atas; sejauh ia memerlukan modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode belajar atau pelayanan terkait lainnya, yang ditujukan untuk mengembangkan potensi atau kapasitasnya secara maksimal”.
Prevalensi Siswa berkebutuhan khusus • •
• • • • • • •
Incindence adalah jumlah individu yang teridentifikasi pertama kali pada suatu kategori disorder dalam durasi waktu tertentu (biasanya dalam 1 tahun) Prevalensi adalah jumlah keseluruhan individu yang menderita gangguan tertentu. Biasany disampaikan melalui persentase dari keseluruhan populasi. Siswa yang menerima pendidikan khusus di Amerika, usia 6-21 tahun adalah: Specific Learning disability : 43.6% Speech language or language impairment: 19.2% Intellectual Disabilities: 8.3% Emotional Disturbance : 7.3% Other health impairment: 10.5% Other disabilities combined: 11.1%
Kategori keluarbiasaan yang sering ditemui
•
•
Low-incidence (angka kejadian yang rendah) yang sering ditemui di sekolah : - Tuna netra - Tuna rungu - Tuna grahita sedang-berat. - Tuna Daksa dan gangguan kesehatan - Autisme High-incidence (angka kejadian yang tinggi) yang sering ditemui di sekolah : - Kesulitan belajar khusus - Slow learner - Tuna grahita ringan - Gangguan bahasa dan komunikasi - Gangguan emosi dan tingkah laku
Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus (Program Direktorat PLB, 2006)
1. 2. 3.
Tunanetra Tunarungu-wicara Tunagrahita : (a.l. Down Syndrome) - c : Tunagrahita Ringan (IQ = 50-70) - c1 : Tunagrahita Sedang (IQ = 25-50) - c2 : Tunagrahita Berat (IQ < 25 ) 4.Tunadaksa - D : Tunadaksa Ringan - D1 : Tunadaksa Sedang 5. Tunalaras (Dysruptive) 6. Tunawicara 7. Tunaganda
8. HIV AIDS 9. Gifted : Potensi Kecerdasan Istimewa (IQ > 125 ) 10. Talented : Potensi Bakat Istimewa (Multiple Intelligences :
11. 12. 13. 14. 15.
Language, Logico-mathematic, Visuo-spatial, Bodilykinesthetic, Musical, Interpersonal, Intrapersonal, Natural, Spiritual) Kesulitan Belajar (a.l. Hyperaktif, ADD/ADHD, Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis, Dyscalculia/Hitung, Dysphasia/Bicara, Dyspraxia/ Motorik) Lambat Belajar ( IQ = 70 – 90 ) Autis Korban Penyalahgunaan Narkoba Indigo
Perbedaan terkait keluarbiasaan • Impairment : ketiadaan atau keabnormalan fungsi psikologis, fisiologis, atau struktur anatomi dari seseorang
• Disability : keterbatasan yang dialami seseorang karena ketiadaan atau keabnormalan fungsi psikologis, fisiologis, atau struktur anatomi
• Handicap : berkaitan dengan kerugian yang dialami seseorang karena disabilitynya – berkaitan erat dengan faktor lingkungan.
“Disability” vs “Handicap” • •
• •
Disability adalah ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu krn cacat atau tidak cakap Handicap adalah kerugian akibat ketidakmampuan yang dimiliki oleh individu.
Ketidakmampuan yg dimiliki mungkin saja dapat menyebabkan kerugian atau tidak menyebabkan kerugian tergantung dgn lingkungan Misal : indv yg membutuhkan kursi roda, handicapnya ia tidak dapat beraktivitas bila tempatnya tidak memadai atau tidak memberikan ruang untuk mrk.
Pendidikan Khusus • Pendidikan khusus adalah adanya instruksi pengajaran yang disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan siswa sehingga mereka tetap memperoleh haknya akan pendidikan.
• Ada tiga komponen yang harus memenuhi kriteria pendidikan khusu:
1. Instructional content 2. Instructional procedure 3. Instructional environment
Instructional Content • Ialah: apa yang diajarkan kepada siswa. • Misal: siswa dengan hambatan intelektual moderate kelas 3 SD belajar matematika. Maka content yang diajarkan setara dengan anak kelas 1 SD. Misal penambahan satu digit.
• Atau adanya kurikulum mengenai life skill yang diajarkan ke siswa.
Instructional Procedure • • • •
•
Ialah : bagaimana content diajarkan kepada siswa
Akomodasi : perubahan dalam kurikulum dan prosedur pengajaran sehingga siswa dapat menyelesaikan tugas atau pelajarannya. Disini pentingnya dituliskan cara pengajaran untuk siswa yang bersangkutan. Misal : siswa dengan diskalkulia kelas 3 SD akan belajar pengurangan tiga digit. Cara mengajar harus dituliskan dengan detil
Siswa dengan kesubel menulis, diperbolehkan merekam suara gurunya yang sedang mengajar
Instructional Environment • Bukan saja melibatkaun dimana proses belajar berlangsung, namun juga menerapakn adaptasi lingkungan dan tempat belajar siswa.
• Misal: siswa dengan autisme membutuhkan lingkungan belajar yang terstruktur dan dapat diprediksi. Tugas guru tersebut menyediakan situasi lingkungan tersebut agar siswa dengan autisme dapat belajar dengan optimal.
• Assisstive technology: sistem produk apa pun yang sudah dimodifikasi untuk membantu siswa belajar dengan optimal dapat dari low tech sampai high tech
Who deliver Special Education? • Guru PLB • Guru kelas
Sejarah Pendidikan Khusus di Amerika •
Individuals with Disabilities Education Act of 1990 (IDEA) – Setiap negara bagian memiliki LEA (local educational Agency)
1.
Free Appropriate Public Education - seluruh siswa berkebutuhkan khusus gratis mendapatkan pendidikan yang sama dengan teman sebayanya yang tidak memiliki kebutuhkan khusus
2.
Child Find - Setiap siswa yang dicurigai memiliki kebutuhkan khusus wajib diidentifikasi menggunakan asesmen untuk segera mendapatkan pelayanan pendidikan khusus
3.
The Least Restrictive Environment – Siswa tidak dipisahkan dari rekan sebayanya yang normal
4.
5. 6. 7.
Procedural Guidelines – Mulai dikembangkan panduan keamanan bagi siswa berkebutuhan khusus agar hak siswa dan orang tua terpenuhi , seperti hak melihat record siswa, ikut serta dalam asesment, hak memilih pendidikan sendiri di luar saran dari pemerintah Evaluation Procedures – meliputi evaluasi mengenai kepastian siswa memiliki kebutuhkan khusus, penentuan jenis layanan pendidikan khusus. Evaluasi ulang tidak boleh lebih dari 1x dalam setahun Persiapan program transisi ke pra sekolah – intervensi dini Participation in Assessment - siswa berkebutuhan khusus tetap mendapatkan hak untuk mengikuti evaluasi belajar baik dalam lingkungan sekolah maupun nasional.
Sejarah Pendidikan Inklusif di Indonesia • UUD 1945 – setiap WNI berhak mendapatkan pendidikan • Konferensi Nasional Inklusi di Bandung tahun 2004. menghasilkan deklarasi yang berisi
1.
Pembangunan kapasitas dan kesadaran terhadap inklusi di kalangan pemerintah dan pemangku kepentingan
2. Deklarasi Nasional menuju pendidikan inklusif di Indonesia
3.
Pengembangan rencana aksi nasional dan rencana2 aksi dari 9 propinsi
Sejarah Pendidikan Inklusif di Indonesia • Simposium Internasional di Bukittinggi yang menghasilkan Rekomendasi Bukittinggi. Isinya: terung mengembangkan program pendidikan inklu pendidikan dan inklusif sebagai salah satu cara menjamin agar setiap anak memperoleh pendidikan dan pemeliharaan yang berkualitas layak
• Keluarnya Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Depdiknas perihal pendidikan inklusi – SD, SMP, dan SMA/SMK