Pendekatan Spasial p Dalam Pembangunan Kesehatan Berdimensi Wilayah Berdimensi Wilayah
Arum Atmawikarta Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat BAPPENAS Jakarta, 26 Januari 2010
Outline Presentasi 1. Latar Belakangg Pembangunan Berdimensi g Wilayah 2. Disparitas Status Kesehatan Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat 3. Pembangunan Kesehatan berdimensi Wilayah dalam RPJMN 2010 RPJMN 2010‐2014 2014 Sasaran Arah Kebijakan dan Strategi Kebijakan Operasional untuk Mengurangi Disparitas 2
I. Latar Belakang Pembangunan Berdimensi e d e s W Wilayah aya
3
ISU UTAMA: KESENJANGAN ANTAR WILAYAH • Pembangunan di Indonesia belum memberikan hasil secara merata kepada seluruh wilayah dan penduduk. penduduk • Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 20052025 mengamanatkan pendekatan regional sebagai salah satu strategi untuk mencapai tujuan pembangunan. pembangunan • Pengembangan wilayah di Indonesia perlu diarahkan kepada pendekatan yang lebih komprehensif dan disesuaikan dengan dinamika dan kebutuhan setiap masa. masa • Daerah-daerah memiliki karakteristik geografis yang beragam dan membutuhkan perencanaan berbasis karakteristik ruang geografis. geografis • Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam memerlukan intervensi kebijakan yang berbasis kewilayahan berdasarkan pemanfaatan sumber daya setempat dan penguatan sinergi antara Pusat dan Daerah serta Antardaerah. 4
KESENJANGAN WILAYAH KESENJANGAN WILAYAH
Wilayah Sulawesi Share PDRB thdp Nasional Pertmbh Ekonomi
7.72%
P d t perkapita Pendapt k it
4 98 jt 4,98
Pendudk miskin Wilayah Sumatera Share PDRB thdp Nasional
21,55%
P Pertumb. t b Ek Ekonomii
4 4,65% 65%
Pendaptn perkapita 9,80 jt Penduduk miskin 7,3 jt (14,4%)
Wilayah Jawa Bali Share PDRB thdp Nasional Pertumbh Ekonomi
Wilayah Kalimantan Share PDRB thdp Nasional
8,83%
P Pertumb. t b Ek Ekonomii
5 5.26% 26%
Pendaptn perkapita 13,99 jt Pendudk miskin 1,21 jt (9%)
4,60%
2,61 jt (17,6%)
Wilayah Papua Share PDRB thdp Nasional Pertmbuh Ekonomi
1,28% 0,60%
Pendaptn perkapita 8,96 jt Pndudk miskin 0,98 jt (36,1%)
62,00% 5.89%
Pendapt perkapita 11,27 jt Pendudk miskin 20,19 jt (12,5%) Sumber : BPS 2008 (diolah) Ket : Atas Dasar Harga Konstan
Wilayah Nusa Tenggara Share PDRB thdp 1,42% Nasional Pertmbuh Ekonomi 3,50% Pendapt perkapita 3,18 jt Pendudk miskin 2,17 jt (24,8%)
Wilayah Maluku Share PDRB thdp Nasional Pertumbh Ekonomi
0,32% 4,94%
Pendaptn perkapita 2,81 jt Pendudk miskin 0,49 jt (20,5%) 5
KETERKAITAN ANTARWILAYAH •
Perdagangan antardaerah terpusat di Jawa dan Sumatera Î Blok Ekonomi Utama.
•
Perdagangan antardaerah di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua masih relatif kecil dan belum berkembang Î Wilayah ini percepatan pembangunan.
Catatan: Arah panah menunjukkan arus perdagangan antarwilayah. Angka yang digarisbawahi menunjukkan produksi bruto di setiap wilayah. Angka dalam lingkaran menunjukkan input antara dalam wilayah. Kesenjangan ekonomi wilayah menghambat perwujudan wawasan nusantara Sumber : Tabel IRIO 2005, BPS (diolah) 6
II. Disparitas Status Kesehatan & Gizi Masyarakat
7
WHAT IS HEALTH EQUITY? • Melihat perbedaan status kesehatan penduduk dalam populasi. • Dapat Dapat dilihat dari ketidaksetaraan kondisi dilihat dari ketidaksetaraan kondisi sosial ekonomi yang terjadi secara sistemik dan sebenarnya dapat dihindari sebenarnya dapat dihindari. • Berkaitan dengan ke‐”tidak adil”‐an dan ke‐ ”tidak fair”‐an. (California Newsreel 2007) (California Newsreel, 2007) 8
Disparitas Antarwilayah
9
Kesenjangan status kesehatan dan gizi masyarakat antarwilayah dan antartingkat sosial ekonomi masih lebar. UHH meningkat dari 66,2 menjadi 70,5 pada tahun 2008, namun masih terjadi disparitas antarprovinsi yang cukup lebar.
Sumber : Proyeksi Penduduk (BPS) 2008 10
Angka kematian ibu melahirkan menurun dari 307 menjadi 228 per 100 ribu kelahiran hidup.
450
Angka Kematian Ibu 400
390 Sasaran RPJM
350
AKI P Per 100.000 KH H
334 307
300 250
228
226
200 150 MDG Target
100
102
50 0 1994
1997
2002
2007
2009
2015
T h Tahun
Sumber data SDKI, 2007 11
27.8 27 7.6 26 6.6 26 6.5 25.4 4 25.4 4 24.8 8 24.2 2 23.2 22.8 22.7 22.7 22.5 21.4 21.2 20.2 19.3 18.9 18.4 18.3 18.2 17.6 17.5 17.4 16.7 16.6 16.0 15.8 15.0 12.9 12.4 11.4 10.9
33.6
40.0 35.0 30 0 30.0 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0 Nusa Tengga ara… Maluku Sulawesi Teng gah Kalimanttan… Ace eh Goronta alo Sulawesi Barat Nusa Tengga ara… Kalimanttan… Papua Barrat Maluku Uta ara Sumatera Uta ara Sulawe esi… Kalimantan Barat Ri au Pap ua Sumatera Barrat Kalimantan Tim mur Jam mbi Indonesia ung Bangka Belitu Sumate era… Sulawesi Selattan Lampung mur Jawa Tim Bengku ulu Bante en Jawa Teng ah Sulawesi Uta ara Jawa Barrat DKI Jakarta Kepulauan Riiau Bali B D.I. Yogyaka arta
Masih terjadi disparitas status gizi balita yang cukup lebar antarwilayah. y Prevalensi Kekurangan Gizi
Sumber data : Riskesdas, 2007 12
Sumber: Riskesdas, 2007
Disparitas Status Gizi
ARUM BAPPENAS - JAN 2010
13
ARUM BAPPENAS - JAN 2010
14
0 IN NDONESIA
35
aya Barat Irian Ja
41 41
Papua
52
Maluku Utara
60
Maluku
72
Sulawe esi Barat
Gorontalo G
30
Sulawesi T Tenggara
58
Sulawessi Selatan
70
Sulawessi Tengah
26
Kaliman ntan Timur Sulawe esi Utara
57
Kalimanta an Selatan
34
Kalimanta an Tengah
46 6
Kaliman ntan Barat
60
Nusa Tengg gara Timur
80
Nusa Tengg gara Barat
35
Bali
Banten
39
Ja awa Timur
28
D.I. Yo ogyakarta
43
Jawa a Tengah
30 25
DK KI Jakarta Ja awa Barat
39
Kepula auan Riau
43
Bangka a Belitung
42 6 46
Lampung
37 39
Bengkulu
46 6 47
Sumaterra Selatan
Jambi
40
Riau
Sumattera Barat
50
Sumattera Utara
NAD
Per 1.000 Kelahira an Hidup
Angka kematian bayi menurun dari 35 menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup, namun masih terjadi disparitas antarwilayah. Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Per Provinsi Tahun 2007 Angka Nasional 34
74 59
6 46 51 41 36 34
19 26
20
10
Sumber : SDKI , 2007 15
Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup) di Pulau Sumatera Tahun 2007 Angka Nasional 47
46
43
43
70
39
39
30
25
25 20 15 10 5
50
46
40 30 30
26
20 10
NAD
Riau
Ba angka Be elitung
Jambi
Sum matera Se elatan
Kepu ulauan Riau R
Lam mpung
Ben ngkulu
Sum matera Utara U
Sum matera Barat B
0
0 Kalimantan Selatan
Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup) di Pulau Nusa Tenggara Tahun 2007
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup) di Pulau Jawa-Bali Tahun 2007
Angka Nasional 34
72
58
60
37
35
80
Angka Nasional 34
42
40
50
Angka Nasional 34
46
45
57
60 50 40 30 20
Per 1.000 Kelahira an Hidup
70 P e r 1 .0 0 0 K e la h ira n H id u p
Per 1.000 K Kelahiran Hidup
34
46
45
P e r 1 .0 0 0 K e la h ira n H id u p
50
Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup) di Pulau Kalimantan Tahun 2007
39
40
35
35
34 28
30
26
25 19
20 15 10 5
10
0
0
Banten
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Jawa Barat
Jawa Timur
Bali
DKI Jakarta Jawa Tengah
D.I. Yogyakarta
16
Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup) di Pulau Sulawesi Tahun 2007 80
74
70 Per 1.000 Kelahiiran Hidup
Disparitas AKB terjadi antarprovinsi dalam satu regional.
Angka Nasional 34
60 60
52
50 41
41
40
35
30 20 10 0 Sulawesi Barat
Sulawesi Tengah
Gorontalo
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Utara
Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup) di Pulau Papua Tahun 2007
Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup) di Pulau Maluku Tahun 2007 60
42
59
41 41
56 54 52
51
50 48
P er 1.000 Kelahiraan Hidup
P er 1.000 K elah irann H id u p
58
40
Angka Nasional 34
39 38 37 36 36 35 34 33
46 Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Sumber : SDKI , 2007
17
Angka Kematian Bayi 52
60
45
50 32
Disparitas kota desa
31
40 30 20 10 0 SDKI 02/03 Perkotaan
SDKI 2007 Perdesaan
Pada umumnya status k kesehatan h di perdesaan d lebih buruk daripada di perkotaan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Uraian
2000
2004
2007
Kota
81,5
85,8
88,8
Desa
49,8
61,1
60,6
Total
62,8
71,5
72,5
Gap Kota‐Desa
31,7
24,7
28,2
Sumber data : Susenas, 2007
18
Disparitas Di it Antartingkat Ekonomi ta t g at o o
ARUM BAPPENAS - JAN 2010
19
Angka Kematian Bayi 60
56
Disparitas antartingkat ekonomi
47
50 40
33
30
29
26
Q4
Q5
20 10 0 Q1
Q2
Q3
Kekurangan Gizi Pada Balita
Sumber data : SDKI 2007 25
22.1 19.5
20
Kematian bayi dan kekurangan gizi pada kelompok miskin hampir 2 kali lipat dibanding kelompok kaya
18.1
16.5 13.7
15 10 5 0 Kuintil 1
Kuintil 2
Kuintil 3
Kuintil 4
Kuintil 5
Kekurangan Gizi
ARUM BAPPENAS - JAN 2010
Sumber data : Susenas, 2007
20
Disparitas Di it Antartingkat Pendidikan ta t g at e d d a
21
Angka Kematian Bayi 80
73
Disparitas antartaraf pendidikan
70 60
51 44
50
35
40
24
30 20 10 0 Tidak Sekolah
Tidak Tamat SD Tamat SD
Tidak Tamat SMTA
SMTA+
Sumber data : SDKI 2007
Cakupan Imunisasi 80
72 8 72.8
70
60.6
60
Kematian bayi y lebih tinggi gg p pada penduduk dengan pendidikan rendah.
52.1
50 37.3
40 30 20
18.6
10 0 Tidak Sekolah
ARUM BAPPENAS - JAN 2010
Tidak Tamat SD Tamat SD
Sumber data : SDKI 2007
Tidak Tamat SMTA
SMTA+
22
Disparitas Sarana dan Prasarana Kesehatan
23
Fasilitas Kesehatan 2005‐2008 Jumlah Rumah Sakit RS Bersalin RS. Bersalin Poli/BP Puskemas ustu Pustu Tempat praktek Dokter Tempat praktek Bid Bidan Poskesdes Polindes Apotek Warung Obat/Jamu Posyandu
2005 (Jumlah Desa:6.9957) 2008 (Jumlah Desa: 75.410) Jumlah Desa Jml Desa Jumlah Desa dgn Jml Desa dgn Fasilitas Tanpa Fasilitas Fasilitas Tanpa Fasilitas 1,728 68466 (97.9%) 1556 73854 (97.9%) 5 370 5,370 66154 (94 6%) 66154 (94.6%) 3264 72146 (95 7%) 72146 (95.7%) 10,659 62734 (89.7%) 7145 68265 (90.5%) 8,279 61693 (88.2%) 8570 66840 (88.6%) 22,785 , 85 48010 (68.6%) 80 0 (68.6%) 23163 3 63 52247 (69.3%) 5 (69.3%) 29,634
58545 (83.7%)
12291
63119 (83.7%)
44 616 44,616
39721 (56 8%) 39721 (56.8%)
27,686 9 406 9,406
43502 (62.2%) 65658 (93 9%) 65658 (93.9%)
34575 11287 25271 5537
40835 (54.2%) 40835 (54 2%) 64123 (85.0%) 50139 (66.5%) 69873 (92 7%) 69873 (92.7%)
18,268 228,625
61720 (88.2%) 6760 (9.7%)
9560 70046
65850 (87.3%) 5364 (7.1%)
S b d t PODES 2005 d 2008 Sumber data : PODES, 2005 dan
Ketersediaan Fasilitas Kesehatan di Desa masih terbatas 24
Keberadaan Tenaga Kesehatan: 2005‐2008 Jenis tenaga
2005 (Jumlah Desa:69957) Jumlah T Tenaga
Dokter
Jml Desa Tanpa T Tenaga
39.294 57.786 (82.6%)
Dokter Gigi g
2008 (Jumlah Desa:75410) Jumlah T Tenaga
Jml Desa Tanpa T Tenaga
44.173 61.578 (81.6%) 7.454 70.311 ((93.2%))
Bidan
79.661 21.218 (30.3%)
97.879 22.435 (29.7%)
Nakes lainnya
53.112 44.227 (63.2%)
75.921 42.336 (56.1%)
Dukun Bayi Dukun Bayi Terlatih Dukun Bayi Belum dilatih
155.177 20.801 (27.6%) 104.702 25.157 (35.9%) 78 833 40.503 78.833 40 503 (57 (57.9%) 9%)
Sumber: Balitbang Depkes, 2009
• Desa yang belum tersedia tenaga kesehatan masih cukup tinggi, terutama g untuk tenaga dokter • Tenaga bidan walaupun sudah cukup banyak, namun belum seluruh desa tersedia tenaga bidan 25
Persen Desa ada Polindes‐Poskesdes dan Bidan (2008)
28.1 13.3 0.8
8.2
5.5
13 3.3 6.1
10.0
9.3
17.4
26.6
20.3
30.9
4.9
20 0 20.0
3.4 13
30.0
28.3
40.0
38.3
50.0
00 0.0
% Desa ada Polindes & Bidan
% Desa ada Poskesdes & Bidan
S b d t PODES 2008 Sumber data : PODES,
26
Tantangan ke depan adalah memperbaiki kesenjangan status kesehatan dan gizi masyarakat antarwilayah dan antartingkat sosial ekonomi melalui pemihakan kebijakan, p j ,p pengalokasian g sumberdaya, pengembangan instrumen monitoring serta peningkatan advokasi dan capacity building untuk daerah tertinggal.
27
III. Pembangunan Kesehatan III Pembangunan Kesehatan Berdimensi Wilayah D l Dalam RPJMN RPJMN 2010‐2014 J 4
28
Sasaran
29
SASARAN • Menurunnya disparitas status kesehatan dan gizi masyarakat antarwilayah dan dan gizi masyarakat antarwilayah dan antartingkat sosial ekonomi serta gender.
30
PERKIRAAN PERKEMBANGAN WILAYAH Provinsi
Angka Kematian Bayi
Angka Harapan Hidup
Perkiraan
Perkiraan
2010
2014
2010
2014
Prov. Aceh
32
30
69,08
69,93
Prov. Sumut
23
20
71,64
72,93
Prov. Sumbar
27
23
70,58
72,33
Prov. Kep. Riau
20
19
72,38
72,88
Prov Riau Prov.
22
20
71 92 71,92
72 91 72,91
Prov.Sumsel
25
23
70,97
72.26
Prov. Kep. Babel
26
24
70,72
71,69
Prov.Jambi
27
24
70,43
71,70
Prov.Bengkulu
29
25
69,97
71,74
Prov. Lampung
25
21
70,98
72,99
Prov.Banten
32
29
69,26
70,49
Prov.DKI Jakarta
8
7
75,84
76,81
Prov.Jawa Barat
27
24
70,36
71,97
Prov.Jawa Tengah
21
18
72,21
73,64
9
8
75,62
76,84
25
21
71,09
72,97
Prov.DIY Prov.Jawa Timur ARUM BAPPENAS - JAN 2010
31
PERKIRAAN PERKEMBANGAN WILAYAH (2)
Provinsi
Angka Kematian Bayi
Angka Harapan Hidup
Perkiraan
Perkiraan
2010
2014
2010
2014
Prov. Bali
13
12
70,09
74,64
Prov. KalBar
28
25
70,31
71,37
Prov. KalTeng
23
21
71,75
72,60
Prov. KalSel
34
30
68,54
70,55
Prov. KalTim
20
14
72,63
74,37
Prov.Sulut l
12
9
74,47
75,88
Prov.Gorontalo
31
26
68,28
71,79
Prov.SulTeng
35
31
70,28
70,25
Prov SulBar Prov.SulBar
28
24
69 82 69,82
72 04 72,04
Prov. SulSel
28
24
69,33
72,04
Prov.SulTra
30
25
70,28
71,75
Prov.NTB
44
37
66,18
68.66
Prov.NTT
32
27
69,25
71.48
Prov.Maluku Utara
35
29
68,42
70,89
Prov.Maluku
32
28
69,12
70,83
Prov.Papua Barat
32
27
69,13
71,50
Prov.Papua
31
27
69,38
71,46 32
Arah Kebijakan dan Strategi
33
Arah Kebijakan dan Strategi Prioritas Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan Kesehatan difokuskan pada : 1 Peningkatan kesehatan ibu, bayi 1. Peningkatan kesehatan ibu bayi dan balita; balita; 2. Perbaikan status gizi masyarakat; 3. Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular, diikuti penyehatan lingkungan; 4. Pengembangan sumber daya manusia kesehatan; 5 Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, mutu 5. Peningkatan ketersediaan keterjangkauan pemerataan mutu dan penggunaan obat serta pengawasan obat dan makanan; 6. Pengembangan sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas); 7. Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan; dan ; 8. Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier. 34
Upaya peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan tersebut jjuga g diarahkan untuk mengurangi g g kesenjangan status kesehatan dan gizi masyarakat, melalui : a) pemihakan kebijakan yang lebih membantu kelompok miskin
dan daerah yang tertinggal; b) pengalokasian sumberdaya yang lebih memihak kepada pengalokasian sumberdaya yang lebih memihak kepada
kelompok miskin dan daerah yang tertinggal; c) pengembangan instrumen untuk memonitor kesenjangan
antarwilayah dan antartingkat sosial ekonomi; d) peningkatan advokasi dan capacity building bagi daerah yang
tertinggal; tertinggal; e) pendekatan pembangunan kesehatan berdimensi wilayah; dan f) penanggulangan daerah bermasalah kesehatan (PDBK). penanggulangan daerah bermasalah kesehatan (PDBK) 35
Kebijakan Operasional untuk Kebijakan Operasional untuk Mengurangi Disparitas
36
Kebijakan Pembiayaan 1. Jamkesmas • Peningkatan pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin. 2. DAK • Peningkatan biaya kelengkapan dan ketersediaan fasilitas kesehatan primer. 3. Bantuan Operasional Kesehatan • Penyediaan biaya operasional kesehatan di puskesmas dan jaringannya; • Mendukung pencapaian SPM; • Mendukung peningkatan upaya kesehatan preventif dan promotif. 37
Kebijakan Pengembangan dan pemberdayaan Sdm kesehatan berbasis kewilayahan SASARAN AKI
AKB
GIZI
PENYAKIT STRATEGI
JAWA--BALI JAWA JUMLAH
-Sarana Yankes -Jumlah Penduduk - Lokasi Geografis
SUMATERA KALIMANTAN SULAWESI NUSA TENGGARA MALUKU
JENIS
-Kebutuhan Spesifik Lokal -Isu Kesehatan Lokal
KUALITAS
1.Mapping existing Kondisi Ketenagaan 2. Gambaran Kesenjangan antara Kebutuhan dan Ketersediaan 3. Filling the Gap, melalui Perencanaan Perencanaan, Pengadaan, Pendayagunaan, Pembinaan 4. Peningkatan Standar Kompetensi
-Standar Kompetensi
PERSEBARAN
-Kemampuan dan Kebijakan Daerah -Dukungan Fasilitas dan Sarana -Insentif
FOKUS • Daerah Tertinggal • Daerah Perbatasan • Daerah Kepulauan
PAPUA 38
Kebijakan Penanggulangan Daerah Bermasalah Kesehatan (PDBK) Bermasalah Kesehatan (PDBK) PDBK merupakan upaya kesehatan terfokus, terintegrasi, berbasis evidence, dilakukan secara bertahap di daerah yang menjadi prioritas bersama kementerian terkait, dalam jangka waktu tertentu, sampai mampu mandiri dalam menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di bidang kesehatan seluas‐luasnya. l l
Tujuan 1.
2. 3.
Segera terselenggaranya upaya kesehatan yang terfokus dan terintegrasi untuk menanggulangi masalah kesehatan prioritas di 50 kabupaten terburuk menurut IPM dan IPKM (short‐term); terburuk menurut IPM dan IPKM (short term); Penguatan organisasi Dinkes Kabupaten + unit terkait rengar + unit terkait KIA, KB, UKS, Gizi, Imunisasi, PP‐PL (long‐term). Penguatan organisasi Dinkes Provinsi + unit terkait wasdal + unit terkait g g KIA, KB, UKS, Gizi, Imunisasi, PP‐PL (long‐term). 39
Kebijakan Lain Dalam Mengurangi Disparitas Kesehatan 1. Penguatan peraturan perundangan (regulasi) 2. Peningkatan kerjasama lintas sektor, pusat pusat-daerah, daerah, swasta dan masyarakat serta dukungan internasional dalam sinkronisasi perencanaan program dan kegiatan 3 Perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik dalam manajemen 3. program dan kegiatan:
4.
•
Penataan pembagian kewenangan antar berbagai tingkat pemerintahan pusat-daerah
•
Perbaikan sistem perencanaan dan penganggaran untuk meningkatkan g integrasi g dan sinkronisasi p program g dan kegiatan g antara pusat dan daerah
Peningkatan komitmen daerah dalam pencapaian sasaran pembangunan kesehatan melalui advokasi pemerintah pusat kepada stakeholder terkait, pemda, legislatif dan masyarakat. 40
Buku III RPJMN 2010‐2014 MATRIKS SINKRONISASI PUSAT DAN DAERAH DALAM PENCAPAIAN PRIORITAS NASIONAL PRIORITAS 3 KESEHATAN PRIORITAS 3 : KESEHATAN SUBSTANSI INTI/KEGIATAN PRIORITAS Kesehatan Masyarakat • Peningkatan pelayanan l kesehatan ibu dan anak. Kesehatan Masyarakat • Pemberian Pemberian imunisasi dasar kepada balita. Kesehatan Masyarakat • Penyediaan akses Penyediaan akses sumber air bersih.
SASARAN PELAKSANAAN DI WILAYAH INSTANSI PELAKSANA
SUMATERA JAWA BALI KALIMANTAN •
Kementerian Kesehatan •
Kementerian Kesehatan
•
SULAWESI
NUSA NUSA TENGGARA
MALUKU
PAPUA
Menurunnya tingkat kematian ibu di regional mengacu pada sasaran nasional, yaitu 118 per 100.000 kelahiran hidup.
Menurunnya tingkat kematian bayi di regional mencapai sasaran nasional (24 per 1.000 M i k k i b i di i l i i l (24 1 000 kelahiran hidup), khusus DIY <19 per 1.000 kelahiran hidup.
Cakupan imunisasi di tingkat regional harus mencapai sasaran nasional sebesar 90% pada tahun 2014.
Kementerian • Tersedianya akses air bersih di tingkat regional hingga mencapai sasaran nasional sebesar 67%, Kesehatan khusus DIY >78%. Kementerian PU • Kementerian PU Tersedianya akses minum di tingkat regional hingga mencapai sasaran nasional sebesar 67% Tersedianya akses minum di tingkat regional hingga mencapai sasaran nasional sebesar 67%, khusus DIY >78%. Kementerian PU • Tersedianya akses minum di tingkat regional hingga mencapai sasaran nasional sebesar 67%, khusus DIY >78%. Kesehatan Kementerian PU • Meningkatnya akses sanitasi dasar di tingkat regional (terutama di Ibukota Provinsi) hingga Masyarakat mencapai sasaran nasional sebesar 75% penduduk sebelum tahun 2014. i i l b 75% d d k b l t h 2014 • Peningkatan akses Kementerian • Meningkatnya akses sanitasi dasar di tingkat regional hingga mencapai sasaran nasional sanitasi dasar Kesehatan sebesar 75% penduduk sebelum tahun 2014. berkualitas. 41
Matrik Buku III (2) SUBSTANSI INTI/KEGIATAN PRIORITAS
Sarana Kesehatan • Peningkatan kualitas layanan rumah sakit berakreditasi internasional.
Obat • Pemberlakuan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) sebagai dasar pengadaan obat di seluruh Indonesia dan pembatasan harga obat generik bermerek pada tahun 2010. A Asuransi Kesehatan Nasional iK h t N i l
INSTANSI PELAKSANA
Kementerian Kesehatan
SUMATERA
JAWA BALI
• Meningkatnya • Meningkatnya kualitas kualitas layanan layanan rumah sakit rumah sakit berakreditasi berakreditasi internasional internasional internasional internasional di Medan di DKI Jakarta, (Sumatera DIY, Utara). Denpasar.
KALIMANTAN
SULAWESI
NUSA TENGGARA
MALUKU
PAPUA
• Meningkatnya kualitas layanan rumah sakit berakreditasi internasional internasional di Makasar (Sulawesi Selatan).
Kementerian Kesehatan
•
Pemberlakuan DOEN akan diterapkan secara nasional.
Kementerian K t i Kesehatan
• Perluasan asuransi kesehatan nasional melalui: i) pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat miskin; ii) pelayanan kesehatan rujukan bagi kesehatan rujukan bagi masyarakat miskin; iii) pembinaan, pengembangan pembiayaan dan jaminan pemeliharaan kesehatan. Keluarga Berencana BKKBN • Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB melalui klinik pemerintah dan swasta melalui: pengembangan Kebijakan dan Pembinaan kesertaan ber KB.
SASARAN PELAKSANAAN DI WILAYAH
Kementerian Kesehatan
• •
100% keluarga miskin memperoleh pelayanan asuransi pada 2011.
Secara bertahap seluruh keluarga Indonesia mendapatkan pelayanan asuransi antara tahun 2012‐2014.
• 23.500 klinik KB pemerintah dan swasta di 33 provinsi melayani KB. • 23.500 klinik KB pemerintah dan swasta di 33 provinsi mendapatkan dukungan sarana dan prasarana. 42
Matrik Buku III (3) SUBSTANSI INTI/KEGIATAN PRIORITAS Pengendalian Penyakit Menular • Penurunan prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 235 menjadi 224 per 100.000 penduduk. • Penurunan kasus malaria (Annual Parasite Index‐API) dari 2 menjadi 1 per 1.000 penduduk. • Pengendalian prevalensi HIV pada populasi dewasa (persen) hingga (p ) gg menjadi < 0,5.
INSTANSI PELAKSANA Kementerian Kesehatan
SASARAN PELAKSANAAN DI WILAYAH NUSA SUMATERA JAWA BALI KALIMANTAN SULAWESI TENGGARA Menurunnya Menurunnya Menurunnya Menurunnya Menurunnya angka kesakitan angka kesakitan angka kesakitan angka kesakitan angka kesakitan akibat penyakit akibat penyakit akibat penyakit akibat penyakit akibat penyakit menular pada menular pada menular pada menular pada menular pada 2014, yang 2014, yang 2014, yang 2014, yang 2014, yang ditandai ditandai ditandai ditandai ditandai dengan: dengan: dengan: dengan: dengan:
MALUKU
PAPUA
Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular pada 2014, yang ditandai dengan:
Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular pada 2014, yang ditandai dengan:
• Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 menjadi 224 per 100.000 penduduk.
• Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 menjadi 224 per 100.000 penduduk.
• Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 menjadi 224 per 100.000 penduduk.
• Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 menjadi 224 per 100.000 penduduk.
• Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 menjadi 224 per 100.000 penduduk.
• Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 menjadi 224 per 100.000 penduduk.
• Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 menjadi 224 per 100.000 penduduk.
• Menurunnya • Menurunnya • Menurunnya • Menurunnya • Menurunnya • Menurunnya • Menurunnya kasus malaria kasus malaria kasus malaria kasus malaria kasus malaria kasus malaria kasus malaria (Annual (Annual (Annual (Annual (Annual (Annual (Annual P Parasite it P Parasite Index‐ it I d P Parasite Index‐ it I d P Parasite Index‐ it I d P Parasite Index‐ it I d P Parasite Index‐ it I d P Parasite Index‐ it I d Index‐API) dari API) di bawah API) dari 2 API) dari 2 API) dari 2 API) dari 2 API) dari 2 2 menjadi 1 0,4 per 1.000 menjadi 1 per menjadi 1 per menjadi 1 per menjadi 1 per menjadi 1 per per 1.000 penduduk 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 penduduk. (khusus Jatim penduduk. penduduk. penduduk. penduduk. penduduk. dibawah 0.18 per 1000 per 1000 penduduk. • Terkendalinya • Terkendalinya • Terkendalinya • Terkendalinya • Terkendalinya • Terkendalinya • Terkendalinya prevalensi HIV prevalensi HIV prevalensi HIV prevalensi HIV prevalensi HIV prevalensi HIV prevalensi HIV pada populasi pada populasi pada populasi pada populasi pada populasi pada populasi pada populasi dewasa dewasa dewasa dewasa dewasa dewasa dewasa (persen) (persen) (persen) (persen) (persen) (persen) (persen) hingga hingga hingga hingga hingga hingga hingga menjadi < 0,5. menjadi < 0,5 menjadi < 0,5. menjadi < 0,5. menjadi < 0,5. menjadi < 0,5. menjadi < 0,5.
43
Matrik Buku III (4) SUBSTANSI INTI/KEGIATAN PRIORITAS Perbaikan Gizi • Penurunan prevalensi kekurangan gizi (terdiri dari gizi‐ kurang dan gizi‐ buruk) pada anak balita dari 18,4 menjadi <15 persen pada 2014.
INSTANSI PELAKSANA Kementerian Kesehatan
SASARAN PELAKSANAAN DI WILAYAH NUSA SUMATERA JAWA BALI KALIMANTAN SULAWESI MALUKU PAPUA TENGGARA • Menurunnya • Menurunnya • Menurunnya • Menurunnya • Menurunnya • Menurunnya • Menurunnya prevalensi prevalensi prevalensi prevalensi prevalensi prevalensi prevalensi kekurangan kekurangan kekurangan kekurangan kekurangan kekurangan kekurangan gizi (terdiri gizi (terdiri gizi (terdiri gizi (terdiri gizi (terdiri gizi (terdiri gizi (terdiri dari gizi‐ dari gizi‐ dari gizi‐ dari gizi‐ dari gizi‐ dari gizi‐ dari gizi‐ kurang dan kurang dan kurang dan kurang dan kurang dan kurang dan kurang dan kurang dan kurang dan kurang dan kurang dan kurang dan kurang dan kurang dan gizi‐buruk) gizi‐buruk) gizi‐buruk) gizi‐buruk) gizi‐buruk) gizi‐buruk) gizi‐buruk) pada anak pada anak pada anak pada anak pada anak pada anak pada anak balita dari balita dari balita dari balita dari balita dari balita dari balita dari 18,4 menjadi 18,4 menjadi 18,4 menjadi 18,4 menjadi 18,4 menjadi 18,4 menjadi 18,4 menjadi <15 persen <14 persen <15 persen <15 persen <15 persen <15 persen <15 persen pada 2014. d 2014 pada 2014, d 2014 pada 2014. d 2014 pada 2014. d 2014 pada 2014. d 2014 pada 2014. d 2014 pada 2014. d 2014 khusus DIY dibawah 10%.
44
KESIMPULAN 1.
Pendekatan pembangunan kesehatan berdimensi wilayah sebagai bagian integral dari pelaksanaan RPJMN 2010‐2014 merupakan instrumen yang sangat potensial untuk penurunan disparitas kesehatan di Indonesia.
2.
Untuk sektor kesehatan, pendekatan tata ruang pada tataran provinsi Untuk sektor kesehatan, pendekatan tata ruang pada tataran provinsi dan kabupaten/kota akan lebih tajam dalam memecahkan permasalahan dibandingkan pendekatan pada tataran pulau.
3 3.
Mengingat belum meratanya akses pelayanan kesehatan yang M i b l k l k h berkualitas, perencanaan pembangunan sistem dan infrastruktur kesehatan berbasis tata ruang semestinya menjadi prioritas strategi penurunan disparitas kesehatan nasional. di it k h t i l
4.
Kesiapan sektor kesehatan untuk penerapan pendekatan ini diperkuat dengan semakin kayanya sumber data kesehatan baik yang berbasis g y y y g fasilitas maupun komunitas (Podes, Susenas dan Riskesdas) dan tersedianya aplikasi pemetaan kesehatan yang dikembangkan. 45
TERIMA KASIH TERIMA KASIH
46