PENDAHULUAN
Tujuan observasi Penerapan ekologi adalah pemanfaatan penelitian ekologi untuk mencapai tujuantujuan yang praktis. Penelitian ekologi membantu untuk menjaga dan mengatur sumbersumber alam dan melindungi lingkungan agar tetap seimbang dan sesuai dengan daya dukung lingkungan. Tujuan tersebut diantaranya yaitu: 1.
Mengetahui sejarah dibangunnya Alun-alun Kota Malang.
2.
Mengetahui fungsi dan tujuan dibangunnya Alun-alun Kota Malang.
3.
Mengetahui metode pembangunan kawasan Alun-alun Kota Malang.
4.
Mengetahui luas dan kapasitas Alun-alun Kota Malang.
5.
Mengetahui kekayaan hayati yang ada di Alun- alun kota Malang, serta faktorfaktor yang terkait didalamnya.
6.
Memprediksi
tingkat
kelimpahan kekayaan
hayati
dan
menganalisis
keadaannya serta peranannya dalam ekosistem. 7.
Menganalisis komponen biotik dan abiotik yang ada di Alun-alun kota Malang.
8.
Menganalisis pemanfaatan sumber daya alam yang ada di Alun-alun kota Malang dari berbagai aspek.
9.
Konservasi kawasan alun-alun kota Malang
10. Mengetahui pengaruh pada lingkungan antara alun-alun kota Malang jaman Dahulu dengan alun-alun kota Malang jaman sekarang. 11. Menganalisis Analisa Pola Penataan Kawasan Pusat Kota (Alun-alun Kota Malang). 12. Menganalisis kondisi saat ini alun-alun kota Malang yang dapat diperbaiki melalui gagasan baru. 13. Penelitian ekologi juga bisa membantu untuk menjaga kelestarian dan mengatur sumber-sumber alam serta melindungi lingkungan agar tetap seimbang dan sesuai dengan daya dukung lingkungan.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Metodologi Observasi Waktu dan Tempat Observasi Observasi ekologi ini dilaksanakan pada Hari Selasa, Tanggal 12 maret 2013, Jam 13.00 WIB , bertempat di Area Taman Kota II (Alun-alun Kota Malang dan Sekitarnya). Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data ini dilakukan dengan survey lapang atau mengunjungi langsung Area Taman Kota II (Alun-alun Kota Malang dan Sekitarnya), serta penelusuran informasi elektronik (internet) dan studi literatur .
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Selayang Pandang
A
lun-alun merupakan identitas kota maupun kabupaten di Jawa pada umumnya. Konsep keruangan alun-alun merupakan simbol kesatuan aktivitas
yang bersifat filosofis-religius, politis, ekonomis dan kultural, namun dalam perkembangannya dari jaman kerajaan hingga sekarang selalu mengalami perubahan maupun pergeseran makna. Kawasan Alun-alun Kota Malang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Malang pada jaman dulu sekaligus merupakan lokasi awal pertumbuhan wilayah Malang. Identifikasi terhadap sejarah dan perkembangan kawasan Alun-alun Kota Malang dilakukan untuk menemukan potensi pelestarian pada kawasan alun-alun, sebagai wujud menghargai warisan budaya, perwujudan identitas dan mewarisi nilai sejarah. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis sinkronik diakronik perkembangan kawasan serta potensi pelestarian dengan penilaian makna kultural, nilai guna serta perkembangan kawasan. Kebijakan politik yang berpengaruh terhadap perkembangan kawasan alun-alun di antaranya: Staadblad 1819 No. 16, kebijakan UU Gula dan UU agraria (1870) UU desentralisasi (1903) serta proklamasi kemerdekaan RI.
K
awasan Alun-alun kota Malang sebagai pusat kota, akan berkembang dan tumbuh, seiring dengan perkembangan waktu, serta perubahan
elemen-elemen kota dalam inter-relasinya. Studi eksploratif bertujuan untuk ’menggambarkan’ suatu gejala, secara lebih terinci dari karakter spasial kawasan Alun-alun. Kawasan Alun-alun kota Malang, ditinjau dalam keterkaitan dengan fungsi bangunan-bangunan sekitarnya, serta dalam perannya sebagai ruang publik kota.
Pendekatan sejarah lebih ditekankan kepada perkembangan fisik kawasan
Alun-alun kota Malang, yang signifikan berpengaruh kepada pembentukan karakter spasial. Pendekatan ini, bertujuan untuk memahami proses ’pembentuk’ karakter spasial kawasan Alun-alun kota Malang yang ada sekarang. Pendekatan lapangan (eksplorasi lapangan) dalam penelitian ini, merupakan hal yang utama, untuk melihat dan memahami kondisi aktual karakter spasial kawasan. Perubahan Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
karakter spasial Alun-alun, terjadi cukup signifikan setelah kawasan tersebut menjadi CBD (Central Bisnis Distrik). Alun-alun bergeser peran, menjadi penyangga kegiatan komersial, kawasan sekitarnya. Alun-alun menjadi tempat parkir, menjadi tempat
berjualan para PKL, selain untuk rekreasi masyarakat
kota.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Alun-alun Kota Malang
Pada zaman sekarang, hampir semua kota di Indonesia memiliki sebuah alunalun. Alun-alun pada masa sekarang ini lebih berfungsi sebagai pusat keramaian atau tempat berkumpulnya masyarakat dari segala lapisan. Alun-alun kota malang sudah ada sejak tahun 1882 pada saat masa pemerintahan gubernur jenderal Daendels (1808-1811). Alun-alun kota Malang ini didesain dengan adanya kolam yang disertai dengan air mancur di tengah-tengahnya. Air mancur adalah bagian yang utama yang tidak bisa dihilangkan dari bagian alunalun. Menurut kepala bidang fisik dan prasarana, Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Malang Bapak Drs. Ir. Jarot Edy Sulistyono, MS. , Bentuk air mancur alun-alun kota Malang adalah kontemporer. Disebut kontemporer karena gerakannya tidak simetris seperti sebelumnya. Kolam air mancur dikelilingi oleh tangga yang memberi kesan seperti ruang teater terbuka. Disekitar kolam, terdapat taman yang berumput dengan pohon-pohon yang besar dan rindang. Dan ada pula tempat duduk atau gazebo yang ada disekitar pohon. Hal inilah yang menyebabkan alun-alun kota malang tampak sejuk dan nyaman untuk dikunjungi.
Alun-alun Malang
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Alun-alun Malang Pada awalnya Alun-alun merupakan tempat berlatih perang (gladi yudha) bagi prajurit kerajaan, tempat penyelenggaraan sayembara dan penyampaian titah (sabda) raja kepada kawula (rakyat), pusat perdagangan rakyat dan juga hiburan.
(Habraken, 1978) Dari buku Nagara Kertagama, dapat diketahui bahwa alun-alun telah ada pada zaman Hindu-Budha, ada bukti yang menjelaskan bahwa di Candi Trowulan terdapat alun-alun. Asal-usul alun-alun ini sebenarnya berawal dari kepercayaan masyarakat tani yang setiap kali ingin menggunakan tanah untuk bercocok tanam, harus mengadakan upacara minta izin kepada “dewi tanah,” yaitu dengan jalan membuat sebuah lapangan “tanah sakral” yang berbentuk “persegi empat” yang selanjutnya dikenal sebagai alun-alun.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Alun-alun Malang Tempoe-Doeloe Masa kerajaan Mataram, di Alun-alun depan istana secara rutin rakyat Mataram menghadap Penguasa. Alun-alun pada masa ini sudah berfungsi sebagai pusat administratif dan sosial bagi penduduk pribumi. Fungsi administratif: masyarakat
berdatangan ke alun-alun untuk
memenuhi panggilan ataupun
mendengarkan pengumuman atau melihat unjuk kekuatan berupa peragaan bala prajurit dari penguasa setempat. Fungsi Sosial dapat dilihat dari kehidupan masyarakat dalam berinteraksi satu sama lain, apakah dalam perdagangan, pertunjukan hiburan ataupun olah raga. Untuk memenuhi seluruh aktivitas dan kegiatan tersebut alun-alun hanya berupa hamparan lapangan rumput yang memungkinkan berbagai aktivitas dapat dilakukan.
Alun-alun Malang Masa masuknya Islam, bangunan Masjid dibangun di sekitar alun-alun. Alunalun juga digunakan sebagai tempat kegiatan-kegiatan hari besar Islam termasuk Sholat Idul Fitri. Pada saat ini banyak alun-alun yang digunakan sebagai perluasan dari masjid seperti Alun-alun Kota Bandung.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Masjid Jami (Habraken, 1978) Pada periode berikutnya kehadiran kekuasaan Belanda di Nusantara, ikut memberi warna bentuk baru dalam tata lingkungan alun-alun. Hal ini terlihat dengan didirikannya bangunan penjara pada sisi lain alun-alun, termasuk di Alun-alun Yogyakarta. Pendirian bangunan-bangunan untuk kepentingan Belanda sekaligus mengurangi fungsi simbolis alun-alun, kewibawaan penguasa setempat (penguasa pribumi). Periode zaman Kemerdekaan, Banyak alun-alun yang beralih fungsi. Salah satunya Alun-alun Malang. Faktor pendorong perubahan / pertumbuhan ini bermacam-macam, diantaranya Kebijakan Pemerintah, Aktivitas Masyarakat, dan Perdagangan. Agar tidak tertinggal dengan gerak zaman, beberapa alun-alun juga menyediakan
fasilitas
“Hot-Spot,”
seperti
di
alun-alun
Kota
Batu.
B. Fungsi dan Tujuan Alun-alun Kota Malang
Fungsi Alun-alun kota Malang, dapat ditinjau dari beberapa segi kehidupan diantaranya yaitu:
Segi ekonomi Alun-alun kota Malang jika dipandang dari segi ekonomi berfungi sebagai sektor perdagangan atau ajang untuk mencari nafkah. Seperti yang kita ketahui Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
bahwa didalam alun-alun banyak terdapat pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya, yang juga merupakan sumber mata pencarian bagi warga kota Malang . Selain itu juga terdapat Mall di sekitar alun alun yang merupakan pusat perbelanjaan warga Malang dan sekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa Alun-alun Kota Malang mempunyai daya tarik tersendiri berupa tempat yang cukup strategis dalam menjalankan siklus ekonomi sehingga banyak pedagang dan Mall di sekitar Alun-alun.
Segi Sosial Alun-alun kota Malang merupakan tempat rekreasi keluarga yang murah meriah dan sangat nyaman. Di Alun-alun sangat banyak warga kota Malang maupun wisatawan asing yang berkunjung untuk jalan-jalan menikmati indahnya taman kota. Selain itu juga banyak muda-mudi atau kaum remaja yang berkumpul untuk sekedar melepas penat maupun menikmati udara perkotaan.
Sebagai Ruang Terbuka Hijau Di sekitar Alun-alun kota Malang banyak terdapat pohon-pohon yang besar dan dalam jumlah yang banyak, hal ini tentu saja juga merupakan merupakan fungsi alun-alun sebagai ruang terbuka hijau kota Malang. Fungsi ini sangat penting untuk kota Malang yang mulai padat dengan pembangunan gedung. Alun alun juga bisa dikatakan sebagai jantung kota malang.
Sebagai Sarana Hiburan Di alun-alun ini kita juga bisa melihat langsung pertunjukan yang sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu, yaitu sebuah tontonan yang menampilkan kepandaian seekor kera kecil mengendarai sepeda pancal, menggendong boneka kecil, memikul keranjang, dan tingkah-tingkah lucu lainnya, si pemilik biasanya mengiringi pertunjukan ini dengan tabuhan ala kadarnya sambil memberikan instruksi pada si kera. Masyarakat biasa menyebut pertunjukan ini dengan istilah “Komidi Bedes.”
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Daerah Resapan Air Selain ruang terbuka hijau, alun alun Malang juga memiliki fungsi yang tidak kalah penting untuk Kota Malang yaitu sebagai daerah resapan air. Di dalam alun alun banyak terdapat lubang lubang resapan atau biasa disebut gorong-gorong untuk menampung air hujan agar tidak terjadi banjir. Di Malang sudah sangat jarang daerah resapan air, dan banyak yang sudah beralih fungsi menjadi gedunggedung bertingkat.
Taman Kota Fungsi ini menegaskan bahwa alun-alun kota Malang sebagai taman kota yang mempunyai nilai keindahan taman atau estetika kota dan ciri khas tersendiri.
Tujuan dibangunnya Alun-alun kota Malang ini secara garis besar adalah untuk membangun pusat kota yang dalam peranannya sebagai ruang publik kota, dimana pusat kota ini akan tumbuh dan berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
C. Metode Pembangunan Kawasan Alun-alun Kota Malang Seperti kota di Jawa jaman Hindia Belanda pada umumnya, kota Malang juga berpusat di alun alun. Di alun-alun ini terdapat bangunan pemerintahan seperti Kantor Bupati, Asisten Residen, dan Penjara. Pusat Bisnis seperti bank, Kantor Pos, Bioskop serta pusat keramaian lainnya. Selain itu pusat keagamaan seperti Masjid dan dua gereja, katolik dan protestan. Dapat disimpulkan bahwa alun-alun di kota Malang juga merupakan sentra keramaian karena berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau tempat orang-orang beraktivitas. Pada umumnya struktur tata ruang kota tradisional di Jawa terdiri atas sebuah lapangan luas yang di tengahnya ditanam sebuah atau dua buah pohon beringin. Lapangan ini disebut alun-alun.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Pola arsitektur alun-alun Malang merupakan poros bagi bangunan-bangunan yang ada di sekitarnya dan merupakan satu kesatuan yang memiliki hubungan erat, sehingga membentuk struktur tata ruang pusat kota yang baik dengan perletakan gedung-gedungnya. Tata letak kotanya didominasi oleh sebuah alun-alun yang terletak di pusat kota; dimana secara garis besar mirip dengan tipologi kota-kota kabupaten di Jawa. Hanya saja, perletakan bangunan penting – seperti Kantor Kabupaten – tidak berhadapan dengan Kantor Asisten Residen (sekarang Kantor KPN). Letak Kantor Asisten Residen tersebut berada di sebelah Selatan alun-alun, sedangkan Kantor Kabupaten terletak di sebelah Timur alun-alun dan tidak menghadap ke alun-alun. Seiring dengan perkembangan suatu kota, banyak perubahan yang terjadi pada penataan ruang kawasan. Bergantinya fungsi-fungsi yang ada menjadi fungsi tertentu yang baru (perdagangan dan jasa), dimana di satu pihak sangat menguntungkan pihak swasta dan Pemerintah Kota dalam meningkatkan perekonomian kota. Akan tetapi, di lain pihak akan merugikan kalangan tertentu yang berusaha melestarikan bangunanbangunan kuno bersejarah. Meskipun
perkembangan jaman menuntut adanya
perubahan, namun hendaknya tidak sampai menghilangkan konsep dasarnya. Kiranya akan lebih baik jika dipadukan antara dua kepentingan yang berbeda tersebut. Hal ini nampak pada kondisi eksisting kawasan pusat kota alun-alun Kota Malang, dimana beberapa bangunan baru yang telah menggantikan bangunanbangunan lama, seperti Penjara Wanita berubah menjadi Alun-alun Mall, Gedung Bioskop Ria berubah menjadi Bank Lippo, Rumah Wakil Residen Kabupaten berubah menjadi Kantor Pos dan Giro, Societet Concordia berubah menjadi Sarinah, dan Nederlands Indishe Escompto Mij berubah menjadi Kantor Inspeksi Pajak. Perubahan-perubahan yang terjadi merupakan hasil dari tuntutan kebutuhan kota akan fasilitas-fasilitas penunjang kota, yang tidak mungkin untuk dihalangi. Selama penentuan fungsi baru yang akan menggantikan fungsi lama masih sesuai dengan tata guna lahan kawasan pusat kota. Dengan kata lain, fungsi baru tersebut tidak mengalahkan fungsi dominan kawasan, yaitu kawasan pusat kota, antara lain fungsi pendidikan, peribadatan, perdagangan, dan jasa.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
D. Luas Kawasan Alun-alun Kota Malang
Alun-alun merdeka kota Malang memiliki bentuk persegi dan luas area 23.970 m2 yang terletak di jalan merdeka.
(Peta alun-alun kota Malang)
Sketsa peta alun-alun kota Malang (Habraken,1978)
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
E. Kekayaan Hayati, Flora dan Fauna
Taman kota atau alun-alun kota merupakan paru-paru kota. Alun-alun adalah cerminan identitas dari suatu kota. Sehingga penataan alun-alun kota sangat berpengaruh terhadap pandangan para pelancong ataupun masyarakat yang singgah disuatu kota.Penataan alun-alun kota malang ini sangat baik dengan air mancur sebagai bagian utamanya dan di sekeliling air mancur terdapat pepohonan dan tanaman yang sangat menghijaukan mata,sehingga banyak keluarga atau rombongan pengunjung dari luar kota memanfaatkan alun-alun kota malang sebagai tempat persinggahan sekaligus melepas rasa penat,ini terbukti ketika kami melakukan observasi tempat ini sangat ramai sekali.
Kekayaan hayati yang ada dialun-alun kota malang ini meliputi komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik yaitu berupa:
1. Pohon : Tanaman kayu keras dan tumbuh tegak, berukuran besar dengan percabangan yang kokoh. Yang termasuk dalam jenis pohon ini adalah beringin, cemara, palem, dan lainnya. 2. Perdu : Jenis tanaman seperti pohon terapi berukuran kecil, batang cukup berkayu tetapi kurang tegak dan kurang kokoh. Yang termasuk dalam jenis perdu adalah bougenvillle, kembang sepatu, dan lainnya. 3. Semak : Tanaman yang agak kecil dan rendah, tumbuhnya melebar atau merambat. 4. Tanaman penutup tanah : Tanaman yang lebih tinggi rumputnya, berdaun dan berbunga indah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah krokot . 5. Rumput : Jenis tanaman pengalas, merupakan tanaman yang persisi berada diatas tanah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah rumput jepang.
Sedangkan komponen yang abiotik berupa air yang ada di air mancur, Batuan yang berada di dalam taman ini memberikan kesan natural, Gazebo yang dibuat di sekitar taman ditujukan sebagai tempat istirahat dan menikmati pemandangan, paving yang digunakan sebagai jalan setapak,udara,serta lampu taman sebagai penerang pada malam hari dan menambah keindahan alun-alun kota malang. Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Tumbuhan (flora) sangat memegang peranan penting terhadap masa depan dunia yang lebih baik. Karena tumbuhan mempunyai fungsi-fungsi yang sangat penting dalam kehidupan ini yaitu menyerap karbon dioksida (CO2) dan mengubahnya menjadi oksigen (O2). Salah satu fungsi dari tumbuhan adalah sebagai penghias baik taman, rumah, jalan sebagai peneduh jalan dan sebagainya. Dari observasi kelompok kami (kelompok 9), flora yang terdapat ditaman kota sebagian besar didominasi oleh pepohonan yaitu pohon cemara, pohon mahoni, pohon beringin ,pohon palem botol, pohon karsen, pohon mangga, pohon pisang kipas, pohon sikat botol, pohon pinus, dan pohon kelapa. Pohon dapat membantu dalam penyimpanan air hasil prestipitasi (hujan). Akar pohon akan menyerap air dan menyimpannya didalam tanah sebagai air tanah dan air bawah tanah. Sehingga dapat menggurangi limpasan air permukaan (run off) dan dapat mengurangi bahaya banjir. Selain pepohonan juga terdapat tanaman lain yaitu bunga boegenvil, rerumputan, krokot. Selain itu terdapat tanaman Perdu yang menyerupai pohon, tetapi berukuran kecil, batangnya berkayu tetapi kurang tegak dan kurang kokoh. Seperti pohon bunga sepatu. Selain flora, di alun-alun kota malang ini juga terdapat fauna. Fauna yang paling banyak disini yaitu burung dara. Dialun-alun kota malang ini terdapat sarang burung dara sehingga banyak dijumpai burung dara disini. Selain burung dara juga ada kucing serta monyet karena terdapat topeng monyet sebagai hiburan. Dengan adanya fauna yang ada disekitar alun-alun kota Malang ini maka dapat menambah keindahan tamannya.
F. Kelimpahan, Keadaan , dan Peranan Kekayaan Hayati serta Flora dan Fauna Dalam Ekosistem
Kekayaan hayati yang ada dialun-alun kota malang ini sangat banyak terutama didominasi oleh komponen biotik yang berupa pepohonan,rerumputan. Sedangkan komponen abiotik yang paling banyak yaitu tanah, udara serta batu. Keadaan komponen biotik dan abiotik dialun-alun kota malang ini sudah terawat dengan baik karena terlihat subur dan rindang namun, masih ada saja pengunjung yang kurang Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
bertanggung jawab dengan membuang sampah sembarangan sehingga dapat mengurangi keindahan alun-alun kota. Padahal di alun-alun kota malang ini telah disediakan tempat sampah. Peranan yang paling menonjol dari komponen biotik yaitu menyerap karbon dioksida (CO2) dan mengubahnya menjadi oksigen (O2) sehingga dapat membersihkan dan menyegarkan udara.
Flora (tumbuhan) yang ada di alun-alun kota malang ini memiliki peranan yang berbeda beda yaitu:
1. Pohon mahoni Dialun-alun kota malang terdapat pohon mahoni cukup banyak.Pohon mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35-40 m dan diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan menge lupas setelah tua. Pohon mahoni bisa mengurangi polusi udara sekitar 47% - 69% sehingga disebut sebagai pohon pelindung sekaligus filter udara dan daerah tangkapan air. Daun-daunnya bertugas menyerap polutan-polutan di sekitarnya. Sebaliknya, dedaunan itu akan melepaskan oksigen (O2) yang membuat udara di sekitarnya menjadi segar. Ketika hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan itu akan mengikat air yang jatuh, sehingga menjadi cadangan air.
2. Pohon Beringin Pohon beringin dialun-alun kota malang ini hanya sedikit jumlahnya dan sangat besar,munkin
karena sangat besar sehingga jumlahnya sedikit bila
dibandingkan pohon yang lainnya. Beringin yang bernama latin Ficus benyamina L, memiliki ketinggian sekitar 20 - 25 m. Batangnya tegak, bulat, dengan permukaan kasar. Pada bagian batang ini keluar akar gantung (akar udara). Pohon yang disebut waringin pada masyarakat Jawa dan Sumatera ini, memiliki bentuk daun tunggal, bertangkai pendek, dengan letak bersilang berhadapan. Bunganya tunggal, keluar dari ketiak daun, sementara buahnya buni bewarna hijau saat masih muda dan merah setelah tua. Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Pohon beringin memiliki kemampuan sebagai tanaman konservasi mata air dan penguat lereng alami. Hal tersebut dapat dilihat dari struktur perakarannya yang dalam dan akar lateral yang mencengkeram tanah dengan baik. Selain itu, jenis-jenis beringin memang diketahui sebagai habitat beberapa burung, reptilian, serangga dan mamalia yang mengkonsumsi buahnya. Jadi, dengan menanam beringin, secara tidak langsung juga akan mengkonservasi fauna yang menjadikan beringin sebagai tempat hidupnya. Beringin juga memiliki kemampuan yang tinggi untuk menyerap polusi dalam hal ini CO2 dan timbal hitam di udara. 3. Pohon Karsen Pohon karsen di alun-alun kota malang ini terletak disekeliling luar sehingga membentuk lingkaran serta jumlahnya juga banyak. nama latin atau nama ilmiah untuk tanaman ini adalah Muntingia calabura, tanaman ini banyak di temui di daerah tropis. banyak juga ditemui di pinggir selokan, retakan dinding dan tempat lainnya.Pohon kersen sangat bermanfaat sebagai peneduh jalan karena daunya yang lebat dan batangnya yang lebih lentur namun kuat.
4. Pohon Cemara Pohon cemara (Casuarina sp.) di alun-alun kota ini jumlahnya cukup banyak dan tersebar disekitar taman. Manfaat pohon Cemara sesuai dengan pengamatan kami ada beberapa yaitu sebagai perindang taman, sebagai penahan angin serta penahan erosi atau banjir.
5. Pohon Pisang Kipas Pohon kipas di alun-alun kota ini tersebar diarea taman dengan jumlah yang banyak.Tinggi Pohon Pisang Kipas 3 meter hingga 9 meter dan batangnya kokoh. Pelepahnya bertindih-tindih dan keluar dari kiri dan kanan batang dengan daun yang mempunyai tetulang. Pokok ini tidak berbunga kecuali di tempat asalnya kerena perbedaan iklim. Sulur tumbuh daripada bahagian pangkal pokok induk. Akarnya jenis merayap. Pohon ini berfungsi sebagai tanaman hiasan.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
6. Pohon mangga Pohon mangga di alun-alun kota malang ini jumlahnya sedikit dan terletak dipinggir jalan setapak.Pohon mangga ini berfungsi sebagai peneduh dan buahnya bisa di manfaatkan untun dikonsumsi.
7. Palem Botol (Hyophorbe lagenicaulis ) Palem botol di alun-alun kota malang ini terdapat disekeliling luar dari air mancur.Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwasanya palem botol merupakan pohon yang beasal dari salah satu suku Palmae yang ketinggiannya mencapai kurang lebih sekitar 2 meter. Bentuknya hampir mirip dengan palem raja, tetapi batang yang tumbuh tegak meninggi mempunyai bagian terbesar pada bagian batang bawah, kelihatan menggembung, mirip seperi botol, sehingga dinamakan palem botol. Palem botol merupakan salah satu tanaman hias dari keluarga Araceceae dimanfaatkan sebagai penghias di alun-alun kota ini.
8. Rumput Sebagian besar area dialun-alun kota malang ini dipenuhi rumput walaupun ada sebagian yang dipaving.Dengan adanya rumput di alun-alun kota malang ini menambah suasana hijau disini dan segar. Rumput terkadang dianggap sebagai gulma, yaitu tumbuhan pengganggu tanaman bila berada di sekitar tanaman utama atau tanaman yang sengaja ditanam. Meskipun begitu, rumput juga bisa dijadikan sebagai penghias taman. Peranan rumput disini yaitu sebagai pelindung tanaman dan penahan air. Jadi tak hanya pohon saja yang dapat menahan air, rumput juga dapat menutupi tanah dan mencegah pengikisan tanah di saat hujan. Pada saat hujan, air akan diserap ke tanah dibantu oleh rumput. Dengan begitu, air hujan tidak langsung mengalir ke selokan, tetapi ditahan dulu oleh rumput. Di samping itu, rumput juga bisa memperbaiki kesuburan tanah.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
9. Tanaman hias lainnya Dialun-alun kota malang ini tanamannya banyak sekali selain pohon tanaman yang lainnya yaitu bunga boegenvil, krokot, bunga sepatu dan bunga lainnya yang berfungsi sebagai penghias taman. Bunga-bunga ini tersebar di area alun-alun ini sehingga menambah keindahan alun-alun. Bunga-bunga ini juga ada yang diletakkan di pot yang terletak mengelilingi air mancur.
Sedangkan untuk fauna yang ada dialun-alun kota malang ini yaitu burung dara, kucing dan monyet. Burung dara berfungsi untuk menambah hiburan serta memperindah taman sehingga menarik pengunjung. Sedangkan monyet disini menjadi objek tontonan yang bisa disewa sebagai hiburan.
G. Komponen Biotik dan Abiotik yang Berpengaruh
Alun-alun kota Malang, membentuk suatu ekosistem alun-alun. Komponen penyusunnn ekosistem terdiri dari komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik (bio=hidup) meliputi semua makhluk hidup yang terdapat dalam ekosistem. Diantaranya yaitu burung merpati, nyamuk, tanaman (pepohonan & rerumputan), alga, fitoplankton, kucing, semut, serangga.
Berdasarkan fungsinya, makhluk hidup dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Produsen Produsen adalah makhluk hidup yang dapat menghasilkan makanan sendiri. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah tumbuhan hijau atau tumbuhan yang mempunyai klorofil serta organisme autotrof. Di dalam ekosistem perairan, komponen biotik yang berfungsi sebagai produsen adalah berbagai jenis fitoplankton dan alga (yang ada dikolam air mancur). Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Alga adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki “organ” seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya). Fitoplankton adalah salah satu komponen autotrof plankton yang memperoleh energi melalui proses fotosintesis sehingga mereka harus berada pada bagian permukaan (disebut sebagai zona euphotic) lautan, danau atau kumpulan air yang lain. Melalui fotosintesis, fitoplankton menghasilkan banyak oksigen yang memenuhi atmosfer Bumi.
b. Konsumen Konsumen adalah makhluk hidup yang memperoleh energi dari bahan makanan yang dibuat oleh produsen. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah manusia dan hewan. Karena tidak dapat membuat makanan sendiri dan selalu bergantung pada makhluk hidup lain, maka konsumen bersifat heterotrof. Berdasarkan jenis makanannya, konsumen dapat dibagi menjadi tiga jenis: Herbivora, konsumen yang hanya mengonsumsi tumbuhan dan merupakan konsumen tingkat pertama. Karnivora, organisme pemakan daging saja dan juga memakan hewan herbivora sehingga disebut dengan konsumen kedua. Omnivora, pemakan segala (tumbuhan dan hewan). Heterotrof adalah
organisme yang tergantung pada organisme lain untuk
mendapatkan makanan.
c. Dekomposer Dekomposer atau Pengurai adalah komponen biotik yang berperan menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme yang telah mati ataupun hasil pembuangan sisa pencernaan. Makhluk hidup yang berperan sebagai pengurai adalah bakteri dan jamur saprofit. Dengan adanya organisme pengurai, zat mineral atau unsur hara hasil penguraian yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dapat meresap ke dalam tanah. Bakteri Saprofit adalah bakteri yang menguraikan tumbuhan atau hewan mati, serta sisa-sisa atau kotoran organisme. Bakteri saprofit menguraikan protein, karbohidrat, dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawaKelompok-9 | Alun-alun kota Malang
senyawa lain yang lebih sederhana sehingga keberadannya sangat berperan dalam membersihkan sampah organik di lingkungan sekitar.
Komponen Abiotik (a=tidak, bio=hidup). Abiotik adalah komponen yang tidak hidup. Komponen abiotik menyediakan tempat hidup, makanan, dan kondisi yang diperlukan oleh komponen biotik, sehingga komposisi komponen abiotik sangat memengaruhi jenis komponen biotik yang dapat hidup. Di alun-alun kota Malang,
meliputi air, tanah, suhu, cahaya matahari, udara, batu, sampah.
a. Air Air berfungsi sebagai pelarut zat-zat dalam tubuh, sistem pengangkut, dan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia di dalam tubuh. Keberadaan air pada suatu ekosistem sangat memengaruhi jenis makhluk hidup yang dapat hidup. Hewan dan tumbuhan juga beradaptasi untuk menyesuaikan dengan keadaan air di lingkungannya.
b. Tanah Keadaan tanah menentukan jenis tumbuhan yang dapat hidup dan jenis-jenis tumbuhan akan menentukan jenis-jenis hewan yang dapat hidup.
c. Suhu Suhu memengaruhi reaksi biokimiawi di dalam tubuh. Suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan pada reaksi-reaksi biokimiawi di dalam tubuh sehingga aktivitasnya terganggu. Oleh karena itu setiap makhluk
hidup
memerlukan
suhu
optimum
untuk
pertumbuhan
dan
perkembangannya.
d. Cahaya Matahari Cahaya matahari diperlukan untuk proses fotosintesis tumbuhan hijau. Cahaya matahari juga memengaruhi suhu bumi menjadi sesuai untuk kehidupan berbagai makhluk hidup.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
e. Udara Udara merupakan campuran berbagai macam gas. Gas-gas tersebut memiliki fungsi berbeda pada ekosistem. Misalnya Oksigen diperlukan oleh makhluk hidup untuk respirasi/bernapas.
f. Batu Batu juga termasuk komponen abiotik penyusun ekosistem di alun-alun kota Malang. Batu banyak dijumpai disekitar kolam air mancur dan disekitar areal pepohonan yang rindang, yang biasanya oleh pengunjung digunakan untuk dudukduduk santai.
g. Sampah Sampah dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia. Di alun-alun kota malang, masih saja ditemukan sampah bekas makanan. Khususnya di setiap sudut area alunalun. Padahal di sekitar alun-alun telah disediakan banyak tempat sampah. Kurangnya kesadaran manusia untuk membuang sampah pada tempatnya, akan mengurangi nilai estetika dari alun-alun tersebut.
H. Pemanfaatan Sumber Daya yang Ada Jika Ditinjau dari Beberapa Aspek
Karakter spasial sumber daya alun-alun Kota Malang:
Ditinjau dari aspek politik Perkembangan kawasan alun-alun terlihat pada perubahan massa bangunan, gaya bangunan dan fungsi bangunan. Ditinjau dari aspek ekonomi Perkembangan kawasan alun-alun terlihat pada perubahan guna lahan, fungsi bangunan, kondisi fisik alun-alun serta aktivitas. Perkembangan ekonomi semakin pesat, diiringi dengan perubahan tatanan fisik. Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Ditinjau dari aspek sosial budaya Perkembangan kawasan alun-alun terlihat pada perubahan aktivitas, gaya bangunan serta citra kawasan. Potensi pelestarian di Kawasan Alun-alun Kota Malang ditemukan pada bangunan Hotel Riche, Toko Oen, Gereja Hati Kudus, Mall Sarinah, Kantor Pajak Pratama, Bank Indonesia, Kantor Kabupaten, Pendopo Kabupaten, Hotel Santoso, Kantor KPPN, Hotel Pelangi, Bank Mandiri, Masjid Jami’, Kantor Sekretariat Masjid Jami’, Gereja Imanuel, dan alun-alun.
I. Konservasi Kawasan Alun-alun Kota Malang
Konservasi kawasan diterapkan pada pusat kota alun-alun Kota Malang dimaksudkan sebagai upaya untuk memanfaatkan obyek pelestarian guna menunjang kehidupan masa kini, mengarahkan perkembangan yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu yang tercermin dalam obyek pelestarian, serta menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan kota. Pengembangan prasarana konservasi sumber daya air, terdiri atas : Pengembangan prasarana imbuhan alami ( natural recharge) dengan cara mempertahankan hutan kota atau ruang-ruang terbuka hijau eksisting serta menambah kawasan hutan kota dan ruang-ruang terbuka hijau sampai mencapai minimal 30% . Pengembangan prasarana imbuhan buatan ( artificial recharge) dengan cara mempertahankan sumur resapan dan waduk-waduk kota eksisting, penambahan serta pembangunan sumur-sumur resapan dangkal dan/atau biopori serta sumur resapan dalam (injection well), situ (tampungan sementara) kota dan teknikteknik konservasi lain dalam rangka memasukkan air sebanyak-banyaknya ke dalam tanah, sebagai upaya menabung air, mengurangi limpasan permukaan (genangan atau banjir) dan mengurangi dampak perubahan iklim global.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Pembatasan pengambilan air
tanah dangkal di kawasan perumahan dan
permukiman secara bertahap. Pelarangan pengambilan air tanah dalam terutama di zona kritis air tanah.
Pengembangan sistem pusat pelayanan kegiatan kota yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional, yakni pada Kawasan Alun-alun dan sekitarnya, dengan fungsi : 1. Pelayanan primer : pemerintahan, perkantoran, perdagangan dan jasa, sarana olahraga, dan peribadatan; 2. Pelayanan sekunder : pendidikan, fasilitas umum dan sosial, perdagangan dan jasa, perumahan serta ruang terbuka hijau.
J. Pengaruh Pada Lingkungan Antara Alun-alun Kota Malang Jaman Dahulu dengan Alun-alun Kota Malang Jaman Sekarang
Alun-alun jaman dahulu berfungsi sebagai pusat kota atau poros bagi bangunanbangunan yang ada di sekitarnya sehingga membentuk struktur tata ruang pusat kota yang baik dengan perletakan gedung-gedungnya. Di sebelah Selatan alun-alun terletak Keraton Raja atau Penguasa setempat. Di sebelah Barat ada Masjid Agung, sedangkan sejumlah bangunan resmi lainnya didirikan di sisi Barat atau Timur. Alun-alun merupakan titik pertemuan dari jalan-jalan utama yang menghubungkan Keraton dengan bagian Barat, Utara, dan Timur dari kota. Sedangkan daerah Selatan Keraton merupakan daerah tempat tinggal keluarga Raja dan para pengikutnya. Saat ini bangunan-bangunan disekitar alun-alun tersebut sudah berubah fungsi. Seperti Penjara Wanita berubah menjadi Alun-alun Mall, Gedung Bioskop Ria berubah menjadi Bank Lippo, Rumah Wakil Residen Kabupaten berubah menjadi Kantor Pos dan Giro, Societet Concordia berubah menjadi Sarinah, dan Nederlands Indishe Escompto Mij berubah menjadi Kantor Inspeksi Pajak. Dengan perubahan fungsi bangunan tersebut membuat daerah alunKelompok-9 | Alun-alun kota Malang
alun tidak hanya menjadi pusat kota tetapi juga menjadi pusat perekonomian dan perkantoran. Hal ini membuat daerah sekitar alun-alun Kota Malang menjadi semakin padat oleh pejalan kaki maupun kendaraan. Dengan perubahan yang begitu pesat di Kota Malang, alun-alun yang awalnya merupakan daerah terbuka berbentuk pelataran karena perubahan tersebut saat ini di alunalun menjadi lahan terbuka hijau dimana terdapat pola pertamanan, street furniture, dan penempatan parkir kendaraan di alun-alun yang seakan-akan membatasi gerak masyarakat dalam berinteraksi dengan ruang luarnya.
K. Analisa Pola Penataan kawasan Pusat Kota (Alun-alun Kota Malang)
Kawasan alun-alun dalam interelasinya dengan lingkungan sekitar 5 4
9
10
3 1 7
8
14
2 6
11 12
13
Keterangan gambar : 1. Alun-alun kota Malang
8. Hotel Pelangi
2. Kantor Kabupaten
9. Pusat Perbelanjaan Sarinah
3. Masjid Agung
10. Ramayana Mall Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
4. Gereja kristen protestan
11. Pusat Perbelanjaan Mitra & Gajah Mada Plaza
5. Gereja Katredal
12. Malang Plaza
6. Kantor Pos
13. Pasar Besar
7. Kampung Kauman
14. Kampung Kidul Dalem
Kawasan Alun-alun kota Malang secara garis besar dibatasi oleh : Barat
: Masjid Jami, Gereja
Timur
: Kantor Bupati
Utara
: Sarinah, Bank Indonesia
Selatan
: Kantor Pelayanan Pembendaraan Negara, Kantor pos
Landasan Analisis Pusat kota yang berperan sebagai simpul aktifitas kota didukung oleh letak geografis Kota Malang yang cukup strategis menjadikan kota tersebut makin maju dan berkembang di segala bidangnya. Potensi internal ini diwujudkan dalam perkembangan ekonomi, terutama sektor perdagangan dan jasa. Oleh sebab itu, segenap potensi yang ada sebaiknya dapat dikendalikan, agar kawasan dapat dioptimalkan secara rasional.
Konsepsi Dasar Analisis Penelusuran
pola
penataan
kawasan
pusat
kota
alun-alun
Malang
dititikberatkan pada perpaduan dua hal, yaitu: (a)
Kajian dan telaah kembali konsepsi penataan pusat kota alun-alun Malang
berdasarkan konsep awal penataannya untuk menghindari adanya kecenderungan perubahan. (b)
Pembatasan terhadap adanya penambahan aktifitas baru yang dikhawatirkan
akan semakin menambah parah kondisi yang sudah ada. Perpaduan kedua hal tersebut dilakukan dengan melihat potensi kawasan – baik fisik, lokasi, aktifitas, dan pola tata guna lahannya – terhadap pengembangan Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
kawasan tersebut. Dari hasil analisa ini akan diperoleh suatu acuan bagi pembatasan aktifitas dan tata guna lahan kawasan pusat kota alun-alun Malang.
Analisis Visual Kawasan (a)
Karakter Kawasan Dalam kawasan alun-alun Malang dapat ditelaah dua elemen rona kawasan
utama yang memiliki karakteristik khas, yaitu: 1.
Elemen ruang terbuka: Alun-alun sebagai ruang terbuka hijau kota semula hanya berupa pelataran.
Dalam perkembangan-nya, terdapat pola pertamanan,
street furniture, dan
penempatan parkir kendaraan di alun-alun yang seakan-akan membatasi gerak masyarakat dalam ber-interaksi dengan ruang luarnya. Sebagai urban mass, alunalun semakin terjepit oleh luapan parkir dari bangunan-bangunan yang ada di sekiling alun-alun. 2.
Elemen yang berkaitan dengan nilai estetis ruang: Secara visual kendaraan yang menempati area hijau alun-alun mengurangi
nilai estetis ruang luar. Peranan ruang terbuka alun-alun dengan tekstur lansekap yang berbaur dengan beragam bentuk elemen material memberi kesan kualitas dan karakter crowded (berdesak-desakan). (b)
Tata Ruang dan Massa Bangunan Pola tata ruang kawasan alun-alun tidak terlepas dari sistem dan distribusi
pusat kegiatan di sekitar kawasan alun-alun Malang. Jaringan dan sistem sirkulasi kota telah merangsang pusat kegiatan ekonomi di kawasan alun-alun, seperti pertokoan dan perbelanjaan yang mendominasi struktur ruang kawasan. Pola ruang terbuka (open space) alun-alun tidak boleh digunakan sebagai peluberan aktifitas kaki lima dan tempat parkir. Massa bangunan memiliki keseimbangan (balance) dengan ruang luar alun-alun, yang dalam perkembangannya Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
mengalami ketidakseimbangan dengan ruang sekitar kawasan akibat pertumbuhan kawasan pertokoan dan jasa lainnya. Urban mass yang berupa solid-mass maupun void-mass terhadap struktur ruang pusat kawasan alun-alun menunjukkan daerah yang padat bangunan dan crowded (berdesak-desakan) bagi sirkulasi pejalan kaki maupun transportasi angkutan kota. (c)
Kualitas Visual Karakter lingkungan melalui pe-maknaan ruang akan mempengaruhi fungsi
ruang dalam pengaturannya dengan komunikasi perilaku masyarakat pemakai ruang. Di kawasan alun-alun Malang, karakter visual lingkungan interaksi dengan diwarnai oleh berbagai bentuk, elemen, benda (bangunan dan ruang) dan perilaku masyarakatnya. Kejelasan bentuk massa bangunan akan memperkuat kejelasan terhadap kehadiran suatu tempat. Keterpaduan visual dan fasad akan memberikan citra pemakai terhadap karakter visual. Kejelasan tata guna dan pengaturan tata bangunan terhadap ruang-ruang luar serta jaringan (lingkage) akan memudahkan masyarakat pemakai, mengenali kawasan dan kejelasan arah yang akan dituju. Hal ini berkaitan langsung terhadap kehadiran massa bangunan yang ada di kawasan alun-alun Malang. Karakter visual lingkungan dan bangunan akan memudahkan masyarakat segi kenikmatan dan kenyamanan ketika mengakomodasikan kegiatannya.
Analisis Penyediaan Tempat Parkir Parkir merupakan perantara bagi orang yang mempergunakan sarana transportasi menuju ke tempat pedestrian sebelum menuju ke tempat tujuan akhirnya. Tempat parkir sebagai tempat pemberhentian kendaraan harus tetap sedekat mungkin dengan tujuan yang hendak dicapai. Idealnya dekat dengan pintu yang dilalui dan masih di dalam lingkup pencapaian si pemarkir. Pada kondisi eksisting, di kawasan alun-alun Malang perletakan tempat parkir sudah semakin meluber hingga memakan sebagian tempat di alun-alun. Hal ini dirasa Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
cukup mengganggu masyarakat yang ingin melakukan aktifitas non-formal di alunalun, karena ruang yang seharusnya digunakan untuk bersantai menjadi semakin berkurang oleh pemanfaatan sebagian ruang bagi kepentingan tempat parkir. Penyediaan tempat parkir hendak-nya cukup disediakan oleh masing-masing bangunan yang ada di kawasan alun-alun. Indoor parking lebih sesuai karena pencapaian ke tempat tujuan bisa dilakukan sedekat mungkin. Hal ini jika di perbandingkan dengan tempat parkir yang ada di alun-alun, maka masyarakat yang akan menuju ke tempat tujuan seperti ke pertokoan harus menyeberang jalan yang lalu lintasnya cukup padat. Dengan demikian tingkat kenyamanan, keamanan dan jarak tempuh ke tujuan akan semakin berkurang. Hendaknya dihindari adanya parkir di pinggir jalan (on street parking) pada kawasan alun-alun Malang karena hal tersebut sangat mengganggu kelancaran arus lalulintas.
Analisis Penyediaan Pedestrian Penyediaan pedestrian sebagai prasarana pejalan kaki harus mem-perhatikan kualitasnya terhadap faktor material, faktor keamanan, dan kenyamanan. Hal tersebut sangat penting, mengingat pedestrian meru-pakan prasarana pejalan kaki yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama bagi mereka yang memerlukan jarak capai yang lebih dekat ke tempat tujuan. Prasarana pejalan kaki yang ada dinilai cukup bagus namun perlu pelebaran, khususnya trotoar, karena kondisi eksisting saat ini sekedar sebagai pelengkap. Disamping itu, perlu diperhatikan faktor keamanan dan kenyamanannya; seperti masih adanya penempatan tiang listrik yang memakan ruang pada trotoar bahkan hingga menjorok ke jalan. Penempatan tiang listrik yang ada di depan Kantor Kabupaten, Bank Lippo, Pertokoan Ria, Pertokoan Sarinah, Kantor Pos dan Giro, serta Hotel Pelangi harus dipindahkan ke tempat yang lebih menjamin tingkat keamanan dan kenyamanan pejalan kaki.
Analisis Tata Guna Lahan Kawasan Analisis tata guna lahan dimaksudkan untuk mengatur jenis kegiatan yang diijinkan di atas lahan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan identifikasi Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
guna lahan pada kawasan pusat kota alun-alun Malang yang terdiri atas fungsi perkantoran, peribadatan, perdagangan, jasa dan ruang terbuka, serta pendidikan. Pada tata guna lahan kawasan alun-alun Malang menunjukkan fungsi-fungsi tersebut di atas telah tercakup, namun nampak adanya indikasi bahwa fungsi komersial akan semakin mendominasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberadaan Alun-alun Mall, Mitra Pasaraya, Plasa Malang, Sarinah Plasa, Gajah Mada Plasa, dan sekitarnya. Kenyataan tersebut jelas akan menambah semakin dominannya fungsi komersial (perdagangan dan perbelanjaan) pada kawasan alun-alun Malang. Dengan demikian, fungsi lain di luar fungsi komersial pada kawasan alun-alun Malang tersebut diharapkan tetap dipertahankan dari adanya kecenderungan semakin menumpuknya kegiatan di pusat kota. Pusat kota alun-alun Malang memiliki peruntukan tanah campuran (mixed-use) yang penerapannya telah berlangsung sejak pertama kali dibangun pada masa kolonial. Penerapan konsep mixed-use yang hingga kini tetap terpelihara merupakan suatu inspirasi bagi Pemerintah Kota Malang dalam menentukan kebijakan pengembangan kawasan selanjutnya. Konsep dasar yang dipergunakan dalam pengerahan peruntukan tanah Kota Malang sebagai acuan bagi peruntukan tanah di kawasan pusat kota alun-alun Malang adalah zoning. Atas dasar hal tersebut masih cukup fleksibel terhadap peruntukan tanah yang lain dengan beberapa persyaratan. Sebagai zoning yang memberikan arti fungsi dominan kawasan memerlukan persyaratan pengendalian sebagai berikut: (a)
Penggunaan tanah sesuai dengan dasarnya harus dijaga lebih besar dari 60%.
(b)
Kegiatan-kegiatan maupun peng-gunaan tanah selain yang sesuai dengan fungsi dasar, diper-kenankan masuk ke dalam kawasan tertentu dengan syarat:
Memenuhi persyaratan HO (hinter ordonantie).
Mempunyai kaitan fungsional yang kuat.
Tidak mendominasi dalam pemanfaatan tanah di dalam kawasan tertentu.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Merujuk pada rencana tata ruang kota yang ada, maka telah ditetapkan fungsi lahan pusat kota sebagai perkantoran, perdagangan dan jasa, maupun fasilitas kota lainnya seperti fasilitas sosial. Hal tersebut pada gilirannya akan memberikan pengaruh terhadap perkembangan guna lahan pusat Kota Malang. Perkembangan pusat kota akan diikuti oleh meningkatnya tuntutan akan kebutuhan lahan. Keterbatasan lahan dan tingginya intensitas pembangunan mengakibatkan adanya kecenderungan yang besar terhadap pertumbuhan bangunan pusat kota secara vertikal. Kenyataan ini juga dihadapi oleh kawasan pusat kota alunalun Malang dengan intensitas bangunan yang tinggi. Dengan demikian, konsep struktur penataan ruang kawasan pusat kota alunalun Malang bisa diperoleh dari pengamatan pola perkembangan guna lahan pusat kota Malang sejak tahun 1914 hingga saat ini dengan menerapkan super impose pada peta tata guna lahan. Dari hasil analisa ini diharapkan akan diperoleh suatu kesimpulan sementara tentang konsep struktur penataan ruang kawasan pusat kota alun-alun Malang.
L. Kondisi Saat ini Alun-alun Kota Malang yang Dapat Diperbaiki Melalui Gagasan Baru
Kegiatan komersial para PKL di alun-alun
Kegiatan rekreasi di depan kantor pos di area selatan alunalun Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Berdasarkan hasil observasi kelompok 9, dewasa ini kondisi Alun-alun khususnya kota Malang telah mengalami pergeseran fungsi. Alun-alun kota Malang hanya terkesan sebagai tempat berkumpulnya orang-orang dari berbagai wilayah untuk singgah sejenak tanpa memiliki kesan yang berarti. Alun-alun kota Malang hanya sebatas digunakan untuk tempat berjualan pedagang kaki lima, tempat pasangan memadu kasih, tempat berkumpulnya keluarga yang berkunjung, dan tempat pemudapemuda bermain sepak bola. Kondisi ini tidak mencerminkan fungsi dari keberadaan alun-alun itu sendiri. Tidak ada yang istimewa dari alun-alun kota Malang sehingga tidak ada yang diingat atau tidak terlintas di pikiran tentang keberadaan Alun-Alun kota Malang jika mereka (pengunjung) diminta untuk menceritakan tempat-tempat mana saja yang mereka kunjungi di Kota Malang. Berdasarkan pemaparan diatas dalam mengoptimalkan fungsi sosial budaya dari alun-alun, seharusnya antar pihak terkait mengupayakan optimalisasi lingkungan fisik dan sosial alun-alun yang nantinya dapat menjadi tonggak sosial budaya dan aset pariwisata kota Malang. Gagasan baru dari kelompok 9 yakni membagi kawasan alun-alun kota Malang menjadi beberapa bagian, dimana bagian tersebut menonjolkan aset yang khas dari daerah Malang. Misalnya : Pada bagian pertama adalah area khusus yang menyediakan makanan atau minuman khas kota Malang. Area ini adalah cluster para PKL dan sebagai solusi atas tidak tertatanya PKL di area Alun-alun Merdeka yang mengganggu badan trotoar dan merusak pemandangan. Area ini tentu memudahkan pembeli untuk menikmati sajian makanan dan minuman pada tempat yang lebih layak, bersih, dan tertata.
Kedua adalah area khusus yang menyediakan pertunjukan kesenian dan budaya tradisional dari daerah Malang. Area ini diharapkan dapat mengakrabkan masyarakat dengan kesenian tradisional sehingga masyarakat mengenal dan mencintai kesenian tradisional. Di tengah era globalisasi yang rentan menyeret masyarakat pada arus budaya barat yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Area ini juga sebagai ajang apresiasi seni masyarakat pada pelaku seni seperti penari, dalang, dan pemain gamelan. Di sini masyarakat diberi hiburan sekaligus ajang penyaluran bakat bagi Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
para pekerja seni tradisional. Event ini digelar satu bulan sekali pada waktu yang potensial meningkatnya kunjungan wisatawan, sehingga misi pengenalan dan pelestarian budaya menjadi efektif.
Ketiga adalah area khusus yang menyediakan oleh-oleh (cederamata atau
souvenir) khas kota Malang. Area ini diharapkan dapat menjadi wadah eksistensi UKM industri kreatif serta memberi ruang bagi pengrajin untuk meningkatkan kreativitasnya. Di area ini para wisatawan akan dengan mudah memilih dan membeli oleh-oleh untuk rekan dan keluarga. Dengan area ini kerajinan tradisional akan tetap terjaga dan menjadi aksesoris yang unik dan bernilai sejarah untuk menghiasi ruangan.
Keempat adalah area khusus yang menyediakan permainan atau hiburan yang berwawasan edukatif. Dapat pula berisi permainan tradisional yang memiliki nilai edukatif tersendiri.
Kelima yaitu area khusus yang menyediakan tempat istirahat (rest area) bagi
wisatawan asing maupun domestik yang sedang berkunjung ke alun-alun kota Malang. Merupakan tempat bagi para pengunjung untuk bersantai dan berinteraksi satu sama lain dengan pengunjung lainnya. Dalam area ini juga terdapat power point tentang pengenalan dan sosialisasi budaya-budaya Indonesia, terutama Malang serta sejarah terbentuk budaya tersebut. area ini juga dilengkapi dengan wifi zone dan beberapa unit PC untuk menunjukkan bahwa budaya modern dan tradisional tetap dapat berjalan beriringan dan saling mendukung.
Jadi, dengan adanya strategi seperti diatas maka fungsi sosial budaya alunalun kota Malang dapat ter-optimalkan. Diantaranya dapat meningkatkan kualitas sumber daya insani; dapat menambah wawasan budaya Indonesia; dapat mendorong percepatan pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi, yang erat kaitannya dengan akses masyarakat untuk mendapat informasi, bertukar pengetahuan dan pengalaman, sekaligus akses pasar. Disisi lain kawasan alun-alun kota Malang menjadi tertata dengan rapi. Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
M. Foto dan Keterangan
Berikut adalah foto hasil observasi kelompok 9 di alun-alun kota Malang
Tugu alun-alun kota Malang
Bundaran air mancur
Toilet umum
Peta wisata kota Malang
Gazebo alun-alun
Aktivitas ekonomi warga
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Pedagang asongan
Pedagang kaki lima
Spider plant (Chlorophytum comosum)
Pisang kipas
Sikat botol
Pink Meredian
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Palem
Hangjuang
Bunga kana
Beringin
Cemara Norfolk
Cemara angin
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Nine’s grup crew
Nine’s group crew
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
N. Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan terhadap kawasan pusat kota alun-alun Malang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (a)
Kawasan pusat kota alun-alun Malang merupakan kawasan yang penting dalam sejarah Kota Malang.
(b)
Diperlukan adanya konsepsi penataan pusat kota alun-alun Malang berdasarkan kondisi awal untuk menghindari adanya kecenderungan perubahan yang menghilangkan eksistensi alun-alun.
(c)
Diperlukan adanya kebijakan pembatasan aktifitas dan tata guna lahan kawasan pusat kota alun-alun Malang yang tercermin dalam bangunan-bangunan di sekitar alun-alun.
O. Saran Dengan diadakannya kegiatan observasi di kawasan alun-alun kota Malang ini, akan dapat menambah wawasan kita untuk menambah kemampuan dalam menganalisis sebuah kawasan perkotaan. Serta bisa dijadikan sebagai bahan rujukan oleh pihak-pihak yang terkait. Akan tetapi, kami (kelompok-9) menyadari bahwa laporan observasi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami mengharapkan masukan berupa kritikan yang membangun dari Bapak Dosen mata kuliah ekologi demi kesempurnaan laporan observasi ini.
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
DAFTAR PUSTAKA
Budihardjo, Eko, & Hardjohubojo, Sudanti. 1993. Kota Berwawasan Lingkungan. Bandung: Penerbit Alumni.
Branch, Melville C. 1995. Perencanaan Kota Komprehensif: Pengantar & Penjelasan. Yogyakarta: Gadjahmada University Press.
Handinoto, & Soehargo, Paulus H. 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Malang. Yogyakarta: LPPM UK. Petra dan ANDI.
Hadi, Yusron. 1994. Pengembangan Bentuk Perdagangan dan Konservasi Bangunan: Suatu Pendekatan Revitalisasi pada Kawasan Perdagangan Pecinan. Skripsi Teknik Arsitektur. Yogyakarta: Universitas Gadjahmada.
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Seri Etnogarafi Indonesia No. 2. Jakarta: PN. Balai Pustaka..
Wiryomartono, A Bagoes P. 1994. Bangunan Lama dan Bersejarah: Direvitalisasi Dalam Konteks Kekinian. Artikel. Majalah Konstruksi. ___________. 1995. Seni Bangunan dan Seni Binakota Di Indonesia: Kajian Mengenai Konsep, Struktur, dan Elemen Fisik Kota Sejak Peradaban HindhuBudha, Islam, Hingga Sekarang. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Link : blog.ub.ac.id/erina04
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang
Kelompok-9 | Alun-alun kota Malang