PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sayuran merupakan salah satu produk pertanian yang penting bagi ketahanan pangan nasional. Selain pangsa pasarnya yang terus meningkat dari tahun ke tahun, baik untuk pemenuhan kebutuhan domestik maupun ekspor, sebagian besar usahatani sayuran di Indonesia memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif karena efisien secara finansial dalam pemanfaatan sumber daya domestik (Departemen Pertanian, 2004). Potensi ekonomi beberapa tanaman hortikultura sangat besar, karena harganya yang tinggi dan juga karena waktu yang dibutuhkan untuk produksinya singkat. Beberapa jenis tanaman sayuran dapat ditanam beberapa kali dalam setahun, terutama di daerah Tropis, di mana musim tanam tidak dibatasi oleh musim dingin sebagaimana yang terjadi pada daerah beriklim sedang (temperate zone) (Lakitan, 2003). Dalam bidang hortikultura dikenal berbagai jenis tanaman sayur yang diusahakan dalam skala kecil, misalnya di pekarangan. Namun tidak sedikit pula jenis tanaman sayur yang diusahakan dalam skala yang luas. Jenis sayuran banyak yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, berfungsi sebagai bahan makanan yang bergizi, menyehatkan masyarakat, namun kenikmatan rasanya tidak akan menarik bilamana tidak dilengkapi dengan jenis sayuran yang berfungsi sebagai pelezat (Rismunandar, 1989). Tanaman sayuran merupakan komoditi pertanian yang berprospek cerah sebab permintaan terhadap komoditi ini cukup tinggi. Sayuran sudah menjadi
Universitas Sumatera Utara
bagian menu sehari-hari masyarakat Indonesia sehingga tidak mengherankan jika tanaman ini selalu tersedia di pasaran (Setiawan, 1995). Bawang merupakan salah satu jenis sayuran pelengkap dan bumbu masak yang diperlukan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat pada setiap saat. Permintaan bawang oleh konsumen yang terus menerus ini akan bisa terpenuhi kalau semua faktor penunjang untuk membudidayakannya memadai. Faktor penunjang tersebut, antara lain penguasaan teknologi, mulai dari pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, dan pemeliharaan, termasuk pengendalian hama dan penyakit sampai dengan pascapanen (AAK, 1998). Bawang prei atau kerap sekali disebut sebagai bawang daun termasuk salah satu jenis sayuran daun bahan bumbu dapur dan pencampur sayur-mayur yang populer diseluruh dunia. Tanaman ini diduga berasal dari kawasan Asia Tenggara, kemudian meluas ditanam di berbagai daerah (negara) yang beriklim tropis maupun sub-tropis (Rukmana, 1995). Bawang daun dibedakan dari bawang merah dan bawang putih karena yang dimanfaatkan adalah daun dan batangnya, bukan umbinya. Aroma dan rasanya yang khas membuat sayuran ini banyak digunakan sebagai campuran masakan (Nazaruddin, 2000). Meningkatnya luas areal pengembangan budidaya bawang daun antara lain karena prospek pemasaran produksi komoditas ini makin cerah (baik). Pemasaran komoditi bawang daun tidak hanya di pasar dalam negeri (domestik), tetapi juga telah menembus pasar luar negeri (ekspor). Jenis bawang daun yang dinantikan pasar ekspor ke Singapura dan Belanda adalah bawang prei (Rukmana, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Bawang prei (Allium porrum) atau leek (Inggris) sudah lama dikenal di Indonesia, terutama di Jawa Timur dan Jawa Barat. Tetapi dibanding bawang lain, jenis ini lebih terbatas penggunaannya dan umumnya khusus untuk bumbu penyedap masakan Eropa. Beberapa varietas yang biasa ditanam yang populer adalah Reuzen van Cerantha, Goliath dan Olifant (Wibowo, 2008). Bawang prei dimanfaatkan daunnya sehingga dikenal sebagai bawang daun atau loncang (onclang). Sebenarnya, yang digunakan sebagai penyedap dan sekaligus pengharum masakan adalah batangnya yang berwarna putih. Bawang prei dapat ditanam secara monokultur maupun sebagai tanaman sela atau tumpang sari dan mudah tumbuh dalam iklim Indonesia (AAK, 1998). Berdasarkan perkiraan analisis usahatani yang dirinci dalam buku bawang daun, bahwa lahan seluas 1 ha untuk usahatani bawang daun memerlukan biaya sebesar Rp.18.303.248,00. Produksi yang dihasilkan mencapai 47.666 kg, dan bila harga jual bawang daun di tingkat petani Rp.1.100,00/kg akan mendatangkan keuntungan Rp.28.886.215,00/musim (Cahyono, 2005). Peningkatan kuantitas dan kualitas produksi bawang daun penting artinya bagi tata ekonomi rumah tangga maupun negara. Sumbangan dari usahatani bawang daun cukup besar terhadap usaha peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, dan peningkatan ekspor (Rukmana, 1995). Peluang bisnis bawang daun cukup baik dan cerah karena banyak dibutuhkan oleh masyarakat, terutama sebagai bahan sayuran dan bumbu penyedap masakan, di samping sebagai bahan pengobatan (terapi). Dengan demikian, kebutuhan masyarakat terhadap bawang daun sangat besar dan
Universitas Sumatera Utara
berkesinambungan. Kebutuhan bawang daun ini akan meningkat terus sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk, kenaikan tingkat pendapatan, kenaikan tingkat pendidikan (pengetahuan), dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan (Cahyono, 2005). Kuatnya pasar bawang daun dapat dilihat dari harganya yang relatif murah dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga daya beli masyarakat terhadap bawang daun sangat kuat. Industri makanan, seperti Indofood yang memproduksi mie instan, juga merupakan pasar yang potensial untuk bawang daun. Dengan adanya perkembangan industri makanan di Indonesia, serapan pasar terhadap bawang daun semakin meningkat. Di samping itu, bawang daun juga merupakan mata dagangan ekspor ke berbagai negara di kawasan Asia dan Eropa (Cahyono, 2005). Pengembangan budidaya sayur mayur memang terlihat telah dirasakan urgensinya. Bahkan kalau saja dilihat secara nyata di lapangan maka prospek pengembangan sangatlah memungkinkan untuk dapat merubah potret petani ke tingkat yang lebih baik. Maka dari itu pembinaan dan pengembangan sayur mayur ini haruslah didukung oleh pembinaan yang terpadu, baik di bidang produksi, pemasaran, dan sarana/ prasarana (Saastratmajda, 1991). Tanaman bawang prei sudah tidak asing bagi masyarakat Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara, karena desa ini merupakan salah satu sentra penghasil bawang prei di Sumatera Utara. Pada umumnya, usahatani bawang prei tidaklah menjadi sumber pendapatan utama bagi petani bawang prei di Desa Jaranguda. Sumber pendapatan lainnya adalah usahatani wortel, usahatani tomat, dan ada juga sumber pendapatan dari Pegawai
Universitas Sumatera Utara
Negeri Sipil (PNS). Walaupun usahatani bawang prei tidaklah menjadi prioritas utama, namun usahatani bawang prei diperkirakan akan memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka penelitian ini merumuskan permasalahan yang perlu dijawab dalam penelitian ini antara lain: 1. Bagaimana teknik budidaya usahatani bawang prei di daerah penelitian? 2. Mana komponen biaya produksi yang terbesar dalam usahatani bawang prei di daerah penelitian? 3. Apakah usahatani bawang prei layak diusahakan di daerah penelitian? 4. Berapa besar kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total pendapatan keluarga di daerah penelitian? 5. Apa saja masalah yang dihadapi petani dalam usahatani bawang prei dan upaya apa yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut di daerah penelitian?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui teknik budidaya usahatani bawang prei di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui komponen biaya produksi yang terbesar dalam usahatani bawang prei di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui kelayakan usahatani bawang prei di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk mengetahui besarnya kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total pendapatan keluarga di daerah penelitian. 5. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi petani dalam usahatani bawang prei dan upaya yang dilakukan petani dalam mengatasi masalah tersebut di daerah penelitian.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi petani bawang prei yang mengusahakannya. 2. Sebagai bahan informasi dan studi bagi pihak terkait terhadap perkembangan komoditi bawang prei, baik untuk pertimbangan ekonomis maupun akademis. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi siapa saja yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara