BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik sebagai arena adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat dibentuk manusia yang sehat jasmani, rohani serta mempunyai kepribadian, disiplin, sportivitas yang tinggi sehingga pada akhirnya akan terbentuk manusia yang berkualitas. Suatu kenyataan yang bisa diamati dalam dunia olahraga, menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan prestasi olahraga yang pesat dari waktu kewaktu baik ditingkat daerah, nasional maupun internasional. Hal ini dapat dilihat dari pemecahanpemecahan rekor yang terus dilakukan pada cabang olahraga tertentu, penampilan tehnik yang efektif dan efisien dengan ditunjang oleh kondisi fisik yang baik. Dengan adanya kecenderungan prestasi yang meningkat, maka untuk berpartisipasi dan bersaing antar atlet dalam kegiatan olahraga prestasi harus dikembangkan kualitas fisik, tehnik, psikologi dan sosial yang dituntut oleh cabang olahraga tertentu. Oleh karena itu melalui pengembangan dan pembinaan di masyarakat, olahraga wajib diajarkan di sekolah-sekolah dari sekolah tingkat dasar, sekolah tingkat pertama sampai dengan sekolah tingkat menengah. Olahraga dalam lingkungan pendidikan merupakan bagian dari kurikulum yang memiliki tujuan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengetahui dan mengembangkan potensi dan bakat olahraga yang mereka miliki. Disamping
1
2
itu,
hal
ini
merupakan
sebagai
usaha
untuk
mensosialisasikan
serta
mempopulerkan olahraga dikalangan masyarakat umum. Dalam lingkungan pendidikan, olahraga atletik bertujuan untuk menciptakan kebugaran fisik dikalangan anak didik sehingga dngan demikian tercipta anak didik yang sehat, kuat dan berprestasi. Sehubungan dengan hal ini, Pendidikan Atletik mengutamakan
kebiasaan
hidup
sehat,
sebagai
upaya
pembinaan
dan
pengembangan individu maupun kelompok dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental sosial serta emosional yang selaras dan seimbang. Salah satu cabang olahraga yang dilakukan pada setiap sekolah adalah cabang atletik. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena dialah yang pertama kali meletakkan dasar penajaman kinerja otot, pernafasan dan kelenturan. Semboyan abadi Citius, Altius, dan Fortius (lebih cepat, lebih tinggi,lebih kuat), berakar dari panorama subtansi atletisme. Seorang pemain bola basket, sepak bola, bulu tangkis atau renang umpamanya tak akan bisa menyuguhkan ketrampilan uniknya tanpa memiliki dasar-dasar atletisme yang kuat. Cabang olahraga atletik meliputi lari, lompat, lempar dan jalan. keberhasilan dalam cabang olahraga ini tidak telepas dari pelaksanaan latihan yang rutin dan efektif. Latihan yang dilakukan oleh setiap atlit untuk semua cabang olahraga termasuk atletik akan memberikan dampak positif dalam pencapaian sebuah prestasi. Pelaksanaan latihan sebelum berolahraga akan mempengaruhi hasil atau prestasi yang akan dicapai, namun dalam melakukan latihan harus memperhatikan beberapa aspek antara lain kesesuaian latihan dengan cabang olahraga, tujuan
3
latihan dan sebagainya. Program latihan sangat menentukan tingkat kesegaran jasmani dan kesegaran juga berpengaruh tehadap peraihan prestasi atlit. Prestasi dalam keberhasilan dalam olahraga tidak terlepas dari pada latihan kekuataan otot-otot yang terlibat dalam cabang olahraga tertentu. Latihan terbagi atas tiga bagian, yaitu latihan-latihan pengembangan yang bersifat umum, latihan-latihan yang khusus dan latihan kompetitif. Prestasi olahraga ini sangat tergantung pada ketiga macam latihan ini, terutama latihan khusus. Salah satu bentuk latihan khusus yakni penerapan teknik, pendekatan secara individu, mental dan programprogram yang membantu proses pencapaian prestasi. Pengembangan dan peningkatan prestasi khusus untuk nomor lompat jauh gaya jongkok, tidaklah berbeda dengan peningkatan prestasi pada cabang olahraga yang lain yakni senantiasa difokuskan pada pelaksanaan latihan kondisi fisik antara lain latihan kecepatan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka faktor penunjang prestasi yang harus dimiliki oleh seorang atlit lompat jauh gaya jongkok sangat tergantung pada kecepatan lari, bertumpu, serta pendaratan. Demikian pula untuk mencapai prestasi yang diharapkan memerlukan pembinaan yang teratur, terarah, sistematis, serta ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai, dan harus melakukan latihan yang cukup berat, cukup lama dengan teknik-teknik yang baik dan metodis. Pelatihan adalah aktifitas fisik yang terencana, terstruktur berulang-ulang dan punya tujuan dalam hal untuk meningkatkan atau mempertahankan level kesegaran jasmani.
4
Menurut Gafur (1983:6) pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematika melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan ketrampilan jasmani, pertumbuhan dan kecerdasan watak. Jadi hakikat dari pendidikan jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar melalui kegiatan jasmani yang intensif. Salah satu upaya peningkatan sumber daya manusia yakni mewujudkan manusia Indonesia yang sehat, kuat, terampil dan normal dapat dilakukan melalui pendidikan jasmani dan olahraga. Pembinaan pendidika jasmani diarahkan guna membentuk jasmani yang sehat serta mental yang baik. Pembinaan olahraga diarahkan untuk memupuk minat dan bakat agar dapat mencapai prestasi maksimal. Dengan demikian, maka peningkatan kualitas pendidikan jasmani dan kesehatan
perlu
dilakukan
secara
terpadu,
sistematis
bertahap
dan
berkesinambungan. Pengembangan dan peningkatan prestasi khusus untuk nomor lompat jauh gaya jongkok, tidaklah berbeda dengan peningkatan prestasi pada cabang olahraga yang lain yakni senantiasa difokuskan pada pelaksanaan latihan kondisi fisik antara lain latihan kecepatan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka factor penunjang prestasi yang harus dimiliki oleh seorang atlit lompat jauh gaya jongkok. Sangat tergantung pada kecepatan dan kekuatan kaki saat bertumpu. Demikian pula untuk mencapai prestasi yang diharapka memerlukan pembinaan yang teratur, terarah, sistematis, serta ditunjang oleh sarana dan prasarana yang
5
memadai, dan harus melakukan latihan yang cukup berat, cukup lama denga teknik-teknik yang baik dan metodis. Pelatihan adalah aktifitas fisik yang terencana, terstruktur berulang-ulang dan punya tujuan dalam hal untuk meningkatkan atau mempertahankan level kesegaran jasmani. Lompat jauh gaya jongkok merupakan kemampuan anaerobis seperti system prospagen terutama untuk mencukupi kebutuhan ATP pada saat latihan singkat maupun pada saat bertanding disebabkan rangkaian reaksinya relative masih cepat dibandingkan denga reaksi-reaksi anaerobic. Anaerobic tidak terlalu membutuhkan oksigen (O2) karena dilakukan dalam waktu singkat (dibawah 1 menit). Pada dasarnya kecepatan saat melakukan awalan atau acang-ancang sangat membutuhkan latihan yang lebih mengarah pada kecepatan kaki. Misalnya dengan cara lari sprint dengan jarak 50 meter. Sehingga berdasarkan asumsi diatas bahwa kecepatan lari yang ditunjang dengan energy yang terdapat pada tubuh dapat memberikan penghargaan terhadap pencapaian prestasi yang diinginkan oleh atlit. Jika potensi itu diberi latihan yang rutin dan efektif sesuai dengan cabang olahraga yag digeluti. Ada empat komponen utama lompat jauh gaya jongkok: lari awalan, tumpuan atau tolakkan, sikap diudara dan mendarat. Kecepatan di Run-up , atau pendekatan yang tinggi melompat dari papan adalah dasar-dasar keberhasila. Karena kecepatan adalah factor yang penting dari pendekatan, tidaklah mengherankan bahwa banyak juga jumper lama bersaing dengan sukses di sprint.
6
Sebuah contoh klasik dari lompat jauh ini/ sprint penggandaan adalah pertunjukan oleh Carl Lewis. Sekolah Menengah Pertama 5 Gorontalo merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang secara jelas mengajarkan materi pendidikan jasmani dan kesehatan. Berdasarkan observasi awal peneliti, menunjukan bahwa sebagian besar siswa dalam melakukan latihan lompat jauh sering kali mengabaikan latihan fisik yang akhirnya berpengaruh pada kurang efektifnya hasil lompat jauh yang diharapkan. Bertolak dari fenomena tersebut diatas yang membuat penulis berinisiatif
untuk melakukan sebuah kajian ilmiah dalam bentuk penelitian
dengan tujuan untuk membuktikan apakah dengan melatih kecepatan dapat memberikan pengaruh terhadap hasil lompat jauh yang diformulasikan dengan judul : “ Pengaruh Latihan Kecepatan Terhadap Hasil Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Gorontalo”. 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka masalahnya dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apakah yang menunjang prestasi olahraga atletik ? 2. Apakah terdapat Pengaruh Latihan Kecepatan Terhadap Hasil Lompat Jauh Gaya Jongkok?
7
1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi yang telah dikemukakan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :” Apakah Terdapat Pengaruh Latihan Kecepatan Terhadap Hasil Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Gorontalo ? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang Pengaruh
Latihan Kecepatan Terhadap Hasil
Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Gorontalo. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapka dapat : a) Guru, melalui penelitian ini dapat mengetahui serta mendapatkan pengalaman langsung dalam menyelesaikan masalah tentang mengembangkan kemampuan siswa pada materi lompat jauh. b) Siswa, penelitian ini akan dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam materi pelajaran lompat jauh. c) Bagi peneliti hasl penelitian ini dapat dijadikan penambahan wawasan dalam melatih diri untuk memecahkan masalah dengan menggunakan metode yang ilmiah.
8
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1
Deskripsi Teoritis Olahraga merupakan berbagai macam kegiatan atau usaha untuk
mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan jasmani maupun rohani pada setiap orang. Lebih luas lagi olahraga dianggap sebagai salah satu alat dalam usaha meningkatkan kesanggupan bangsa guna menanggulangi kewajibannya yang semakin lama semakin meningkat sesuai dengan perkembangan jaman. Olahraga merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting sehingga olahraga menjadi suatu tuntutan untuk maju ke depan (Aip Syarifuddin, 1992 : 33) Tujuan seseorang dalam melakukan olahraga menurut (Sajoto, 1988 : 10) adalah sebagai berikut : (1) untuk rekreasi, yaitu olahraga hanya untuk mengisi waktu senggang, dilakukan dengan penuh kegembiraan; (2) Tujuan pendidikan yaitu kegiatan formal, tujuan mencapai sasaran pendidikan melalui kurikulum tertentu; (3) Tingkat kesegaran jasmani tertentu; (4) Sasaran suatu prestasi tertentu. Nomor olahraga atletik adalah induk dari semua cabang olahraga dan yang paling tua. Dalam nomor atletik terdapat bermacam latihan fisik yang lengkap dan menyeluruh. Latihan fisik tersebut diharapkan akan memberikan kepuasan karena dengan melakukan berbagai kegiatan dalam olahraga atletik maka dorongan naluri seseorang untuk bergerak dapat terpenuhi. Atletik memegang peranan penting dalam pendidikan dan pengembangan kondisi fisik individu pelaku olahraga.
8
9
Atletik juga menjadi dasar pokok untuk pengembangan dan peningkatan prestasi yang optimal bagi cabang olahraga lainnya. Dalam mata pelajaran atletik yang dipelajari adalah gerakan dasar manusia di dalam kehidupan sehari-hari, yaitu berjalan, berlari, melompat dan melempar. Selain itu dalam kejuaraan atletik ada beberapa nomor yang diperlombakan antaranya adalah nomor lari, jalan cepat, nomor lompat dan nomor lempar. Khusus untuk nomor lompat yang diperlombakan baik yang bersifat nasional maupun internasional terdiri dari nomor : (1) lompat jauh, (2) lompat tinggi, (3) lompat jangkit dan (4) lompat tinggi galah. Keempat nomor lompat tersebut yang akan dibahas lebih lanjut adalah pada nomor lompat jauh. Lompat jauh adalah salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik. Dalam perlombaan lompat jauh seorang pelompat akan bertumpu pada balok tumpuan sekuat-kuatnya dan untuk mendarat di bak lompat sejauh-jauhnya. Menurut Aip Syarifuddin (1992 : 90) lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas, ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mancapai jarak yang sejauh-jauhnya. Karena lompat jauh termasuk nomor lompat yang diperlombakan, maka diperlukan metode latihan yang tepat untuk meningkatkan prestasi.
10
Untuk mencapai prestasi yang baik di dalam lompat jauh menurut Aip Syarifuddin (1992 : 90), selain si pelompat harus memiliki kekuatan, daya ledak, kecepatan, ketepatan, kelentukan dan koordinasi gerak, juga harus memahami dan menguasai tehnik untuk melakukan gerakan lompat jauh tersebut serta dapat melakukannya dengan cepat, tepat, luwes dan lancar. Tehnik untuk lompat jauh yang benar perlu memperhatikan unsur-unsur: awalan, tolakan, sikap badan di udara (melayang) dan mendarat. Menurut Yoyo Bahagia dkk (1999 / 2000 : 16) keempat unsur ini merupakan satu kesatuan, yaitu urutan gerakan lompat yang tidak terputus. Dalam lompat jauh terdapat beberapa macam gaya atau sikap badan pada saat melayang di udara. Soegito dkk (1994 : 143) menyebutkan ada tiga cara sikap melayang yaitu: 1) Gaya jongkok (waktu melayang bersikap jongkok), 2) Gaya lenting (waktu di udara badan dilentingkan), dan 3) Gaya jalan di udara (waktu melayang kaki bergerak seolah-olah berjalan di udara). Untuk mencapai prestasi yang baik di dalam lompat jauh perlu didukung dengan latihan yang baik melalui pendekatan-pendekatan ilmiah dengan melibatkan berbagai ilmu pengetahuan. Kaitannya dengan latihan untuk mencapai prestasi ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan. Unsur tersebut menurut M. Sajoto (1988 : 15) diantaranya adalah: 1. Latihan Fisik, yaitu latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi fisik.
11
2. Latihan teknik, yaitu latihan yang bertujuan untuk mempermahir penguasaan ketrampilan gerak dalam suatu cabang olahraga tertentu. 3. Latihan taktik, yaitu latihan yang bertujuan untuk mengembangkan dan menumbuhkan daya tafsir pada atlit ketika melakasanakan kegiatan olahraga yang bersangkutan. 4. Latihan mental, yaitu latihan yang lebih banyak menekankan pada perkembangan kedewasaan (maturitas) serta emosional atlit, seperti semangat bertanding, sikap pantang menyerah, fair play, percaya diri dan lain-lain. Dari keempat unsur tersebut, ialah satu unsur yang merupakan faktor utama yaitu kondisi fisik, seperti pendapat dari Depdiknas (2000 : 101) bahwa salah satu unsur atau faktor penting untuk meraih suatu prestasi dalam olahraga adalah kondisi fisik, disamping penguasaan tehnik, taktik dan kemampuan mental. 2.1.1 Macam-macam Komponen Kondisi Fisik Menurut Hartono Hadjarati,2010:4-33 terdapat satu kesatuan yang utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun disana sini dilakukan dengan system prioritas sesuai keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut.
12
Adapun kebugaran fisik dapat di artikan sebagai kemampuan untuk berfungsi secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat kita melakukan kegiatanlain, masih memiliki sisa energi yang cukup untuk menangani tekanan tambahan ataukeadaan darurat yang mungkin timbul. Komponen yang dimaksud menurut Hartono Hadjarati, 2010 : 4 - 33 adalah sebagai berikut : 1. Kekuatan (strength), adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja. 2. Daya tahan (endurance), dalam hal ini dikenal dua macam daya tahan, yakni: a). Daya tahan umum (general endurance) adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan system jantung dan peredaran darahnya secara efektif dan efesien untuk menjalankan kerja secara terus menerus, yang melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot dengan intensitas tinggi dalm waktu cukup lama. b.) daya tahan otot (localendurance) adalah kemampun seseorang dalm mempergunakan otonya untuk berkontraksi secara terus-menerus dalam waktu yang relative lama dengan beban tertentu. 3. Daya
ledak
(muscular
power)
adalah
kemampuna
seseorang
untuk
mempergunakankekuatan maksismum yang dikerahkan dalam waktu yang sependekpendeknya. 4. Kecepatan
(speed)
adalah
kemampuan
sseorang
untk
mengerjakan
gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkatsingkatnya seperti dalam lari cepat, pukulan dalam tinju, balap sepeda, panahan dan lain-lain.
13
5. Daya lentur (flexsibility) adalah efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas 6. Kelincahan (agility) adalah kemampuan seseorang untuk merubah posisi diarena tertentu. 7.
Koordinasi
(coordianation)
adalah
kemampun
seseorang
mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tungal secara efektif. 8. Keseimbangan (balance) adalah kemampun seseorang mengendalikan organorgansaraf otot, seperti dalam handstand atau dalam mencapai keseimbangan sewaktu seseorang sedang berjalan kemudian terganggu (misalnya tergelincir dan lainlain). 9. Ketepatan (accuracy) adalah seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran 10. Reaksi (reaction) adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditumbulkan lewat indra, saraf atau filling lainnya. 2.1.2. Status Kondisi Fisik Setelah mengetahui komponen-komponen dari kondisi fisik yang merupakan satu kesatuanyang utuh, maka yang perlu diketahui selanjutnya adalah bagaimana seorang atlet dapat diketahui status atau keadaan kondisi fisiknya pada suatu saat. Beberapa Macam Tes Kondisi Fisik: 1.
Tes Kekuatan Otot Tes ini untuk mengetahui kemampuan kekuatan otot seseorang. Ada dua bentuk tes yang dimaksud,masing-masing adalah:
14
2. Tes Daya tahan Tes ini untuk mengetahui kemampuan cardio vasculair sistem di dalam mengelola O 2 dalam tubuh yang di pergunakan pada waktu kerja berat. 3. Tes Daya Ledak (Muscular Power) Tes ini untuk mengukur kemampuan daya ledak otot tertentu; sampai saat ini penyusun hanya mengetahui tes daya ledak kaki yang menggunakan metode dan standar dari Alan D. Robert dan Margaria - Kalamestair Test. 4. Tes Kecepatan ( Speed) Tes ini untuk mengukur kecepatan seseorang dalam bergerak. Tes kecepatan bergerak dengan lari cepat 40 Yard lurus kedepan dari Alan D. Robert 5. Tes Daya Tahan Lentur ( Flexibility) Tes di laboratorium dengan mempergunakan alat-alat seperti goneometer fleksometer atau elektrogonoimeter. 6. Tes Kelincahan (agility) Tes ini digunakan untuk mengukur kelincahan seseorang dalam merubah arah Dengan alat-alat tes maupun tes lapangan, barulah kemudian dapat diketahui statusseseorang pada waktu itu apakah dalam keadaan baik, sedang atau kurang, baik secarakeseluruhan maupun secara komponen masing-masing. Berdasarkan keadaan tersebut barulah seseorang dapat menyusun program latihan fisik untuk jangka waktuyang ditentukan,sesuai status yang diperlukan Dari beberapa komponen kondisi fisik tersebut, menurut Aip Syarifuddin (1992 : 93) komponen yang sangat besar pengaruhnya terhadap hasil lompatan pada lompat jauh adalah kekuatan otot tungkai yang meliputi : kecepatan yaitu
15
pada awalan dan kekuatan yaitu pada tolakan. Perpaduan antara kecepatan dan kekuatan dinamakan power atau daya otot (M. Sajoto, 1988 : 12). Usaha untuk meningkatkan power dibutuhkan latihan yang disesuaikan dengan kemampuan atlet, sebab atlet dari masing-masing cabang baik dari cabang yang sama dan bahkan dari cabang yang berbeda yang memiliki kemampuan yang berlainan. 2.2 Teknik Dasar Lompat Jauh Lompat jauh mempunyai 4 fase gerakan, yaitu awalan, tolakan, melayang dan mendarat serta terdapat tiga macam gaya yang membedakan antara gaya yang satu dengan gaya yang lainnya pada saat melayang diudara. Uraian mengenai keempat fase gerakan dalam lompat jauh adalah sebagai berikut: 2.2.1 Awalan Awalan adalah langkah utama yang diperlukan oleh pelompat untuk memperoleh kecepatan pada waktu akan melompat. Seperti dikatakan Aip Syarifuddin (1992 : 90) awalan merupakan gerakan permulaan dalam bentuk lari untuk mendapatkan kecepatan pada waktu akan melakukan tolakan (lompatan). Jarak awalan yang biasa dan umum digunakan oleh para pelompat (atlet) dalam perlombaan lompat jauh adalah : 1) untuk putra antara 40 m sampai 50 m; 2) untuk putri antara 30 m sampai dengan 45 m. Akan tetapi di dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, terutama di SD hendaknya disesuaikan dengan kemampuan anak-anak SD. Misalnya antara 15 m sampai 20 m atau antara 15 m sampai 25 m. Menurut Engkos kosasih (1985 : 67) awalan harus dilakukan dengan secepat-cepatnya serta jangan merubah langkah pada saat melompat. Menurut Aip Syarifuddin (1992 : 91) agar dapat menghasilkan daya tolakan yang
16
besar, maka langkah dan awalan harus dilakukan dengan mantap dan menghentakhentak (dinamis step). Untuk itu dalam melakukan lari awalan, bukan hanya kecepatan lari saja yang dibutuhkan, akan tetapi ketepatan langkah juga sangat dibutuhkan sebelum melakukantolakan. 2.2.2 Tumpuan atau Tolakan Tumpuan atau tolakan adalah gerakan menolak sekuat-kuatnya dengan kaki yang terkuat, yaitu meneruskan kecepatan horizontal ke kekuatan vertical yang dilakukan secara cepat. Menurut Engkos Kosasih (1985 : 67) tolakan yaitu menolak sekuat-kuatnya pada papan tolakan dengan kaki terkuat ke atas (tinggi dan ke depan). Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa melakukan tolakan berarti jarak merubah kecepatan horizontal menjadi kecepatan vertical. Mengenai tolakan, Soedarminto dan Soeparman (1993 : 360) mengemukakan sebagai berikut : untuk membantu tolakan ke atas, lengan harus diayun ke atas dan kaki yang melangkah diayunkan setinggi mungkin(prinsipnya adalah bahwa momentum
dari
bagian
dipindahkan
kepada
keseluruhan
Pada waktu menumpu seharusnya badan sudah condong kedepan, titik berat badan harus terletak agak dimuka titik sumber tenaga, yaitu kaki tumpu pada saat pelompat menumpu, letak titik berat badan ditentukan oleh panjang langkah terakhir
sebelum
melompat
(Yusuf
Adisasmita,
1992
:
67-68).
Dikatakan pula oleh Soegito dkk (1994 : 146) cara bertumpu pada balok tumpuan harus dengan kuat, tumit bertumpu lebih dahulu diteruskan dengan seluruh telapak kaki, pandangan mata tetap lurus kedepan agak ke atas.
17
2.2.3 Melayang Diudara Sikap melayang adalah sikap setelah gerakan lompatan dilakukan dan badan sudah terangkat tinggi keatas. Menurut Aip Syarifuddin (1992 : 92/93) sikap dan gerakan badan di udara sangat erat hubungannya dengan kecepatan awalan dan kekuatan tolakan. Karena pada waktu pelompat lepas dari papan tolakan badan si pelompat akan dipengaruhi oleh suatu kekuatan yaitu gaya gravitasi (gaya penarik bumi). Untuk itu, kecepatan lari awalan dan kekuatan pada waktu menolak harus dilakukan oleh pelompat untuk mengetahui daya tarik bumi tersebut. Dengan demikian jelas bahwa pada nomor lompat jauh kecepatan dan kekuatan sangat besar pengaruhnya terhadap hasil tolakan. Tetapi, dengan mengadakan suatu perbaikan bentuk dan cara-cara melompat serta mendarat, maka akan memperbaiki hasil lompatan. Menurut Engkos Kosasih (1985 : 67) sikap badan di udara adalah badan harus diusahakan melayang selama mungkin di udara serta dalam keadaan seimbang. Dalam hal yang sama Yusuf Adisasmita (1992 : 68) berpendapat bahwa pada waktu naik, badan harus dapat ditahan dalam keadaan sikap tubuh untuk menjaga keseimbangan dan untuk memungkinkan pendaratan lebih sempurna. Kalaupun mengadakan gerak yang lain harus dijaga agar gerak selama melayang itu tidak menimbulkan perlambatan. Pada
lompat
jauh,
waktu
melayang
di
udara
berprinsip
pada 3 hal sebagai berikut : 1) bergerak ke depan semakin cepat semakin baik: 2) menolak secara tepat dan kuat; 3) adapun gerakan yang dilakukan selama melayang di udara tidak akan menambah kecepatan gerak selama melayang dan
18
hanya berperan untuk menjaga keseimbangan saja. Cara melakukan lompat jauh gaya jongkok menurut Aip Syarifuddin (1992 : 93) pada waktu lepas dari tanah (papan tolakan) keadaan sikap badan di udara jongkok dengan jalan membulatkan badan dengan kedua lutut ditekuk, kedua tangan ke depan. Pada waktu akan mendarat kedua kaki dijulurkan ke depan kemudian mendarat pada kedua kaki dengan bagian tumit lebih dahulu, kedua tangan ke depan.Sikap Melayang diudara Pada Lompat Jauh Gaya Jongkok (Soegito dkk, 1994 : 147). Pada prinsipnya sikap badan diudara bertujuan untuk berada selama mungkin diudara menjaga keseimbangan tubuh dan untuk mempersiapkan pendaratan. Sehubungan dengan itu diusahakan jangan sampai menimbulkan perlambatan dari kecepatan yang telah
dicapai.
Dengan
demikian
tubuh
akan
melayang
lebih
lama.
2.2.4 Mendarat Mendarat adalah sikap jatuh dengan posisi kedua kaki menyentuh tanah secara bersama-sama dengan lutut dibengkokkan dan mengeper sehingga memungkinkan jatuhnya badan kearah depan. Seperti dikatakan Yusuf Adisasmita (1992 : 68) pada saat mendarat titik berat badan harus dibawa kemuka dengan jalan membungkukkan badan hingga lutut hampir merapat, dibantu pula dengan juluran tangan kemuka. Pada waktu mendarat ini lutut dibengkokkan sehingga memungkinkan suatu momentum membawa badan ke depan di atas kaki. Mendarat merupakan suatu gerakan terakhir dari rangkaian gerakan lompat jauh. Sikap mendarat pada lompat jauh baik untuk lompat jauh gaya jongkok, gaya menggantung maupun gaya jalan di udara adalah sama, yaitu : pada waktu akan mendarat kedua kaki dibawa ke depan lurus dengan cara mengangkat paha ke
19
atas, badan dibungkukkan ke depan, kedua tangan ke depan, kemudian mendarat dengan kedua tumit terlebih dahulu dan mengeper, dengan kedua lutut ditekuk, berat badan dibawa kedepan supaya tidak jatuh dibelakang, kepala ditundukkan, kedua tangan kedepan(Aip Syarifuddin, 1992 : 95). Gerakan mendarat dapat disimpulkan sebagai berikut : sebelum kaki menyentuh pasir dengan kedua tumit, kedua kaki dalam keadaan lurus ke depan, maka segara diikuti ayunan kedua lengan ke depan. Gerakan tersebut dimaksudkan supaya secepat mungkin terjadi perpindahan posisi titik berat badan yang semula berada di belakang kedua kaki berpindah ke depan, sehingga terjadi gerakan yang arahnya sesuai dengan arah lompatan dengan demikian tubuh akan terdorong ke depan setelah menginjak pasir. Untuk dapat memberikan dan menentukan suatu latihan fisik yang tepat, khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan yang diperlukan pada lompat jauh, perlu diketahui komponen- komponen yang dapat memberikan sumbangan positif pada peningkatan hasil lompatan. Untuk itu perlu diketahui bagian-bagian otot pendukung dan pertimbangan secara antrometik. Tujuan latihan kondisi fisik adalah untuk meningkatkan kualitas fungsional peralatan tubuh sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan untuk mencapai optimalisasi gerakan dan hasilnya dalam cabang olahraga tertentu (Sajoto, 1988 : 15). Analisa gerakan dalam lompat jauh gaya jongkok adalah setelah bertumpu pada kaki, misal kaki kiri, maka kaki kanan segera diayunkan ke depan atas dengan sikap lutut bengkok sewajarnya. Kemudian kaki kiri segera menyusul dan diangkat. Pada saat mencapai titik tertinggi, kedua kaki disejajarkan dalam sikap jongkok atau duduk. Selanjutnya
20
kedua kaki dan tangan diluruskan ke depan, badan agak condong ke depan untuk bersiap melakukan pendaratan. Pada saat tumit menginjak pasir, kedua lutut ditekuk dengan cepat dan kedua tangan menyentuh pasir di depan badan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai gerakan dalam lompat jauh gaya jongkok dapat dilihat dalam gambar berikut.
Gambar
2.2
Urutan Gerakan Lompat Jauh Gaya Jongkok Sidik (2009:64) 2.3 Faktor Kondisi Fisik Kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh, dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun di sana-sini terutama dilakukan dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau status komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut (M.Sajoto, 1988 : 57). Kondisi fisik akan baik apabila komponen-komponen yang ada terpelihara dengan baik. Komponen kondisi fisik menurut M. Sajoto (1988 : 57) meliputi kekuatan, daya tahan, daya ledak, kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi,
21
keseimbangan dan reaksi. Pada lompat jauh gaya jongkok akan dibahas komponen kondisi fisik tentang kecepatan, kekuatan dan daya ledak. 1) Kecepatan Adalah
kemampuan
seseorang
dalam
melakukan
gerakan
keseimbangan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya (Depdikbud, 1997 : 6). Sedangkan menurut Suharno HP (1986 : 43) kecepatan adalah kemampuan organisme atlit dalam melakukan gerakangerakan dengan waktu yang sesingkat-singkatnya untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Kecepatan disini adalah kecepatan lari dalam lompat jauh gaya jongkok yang mana kecepatan larinya ditentukan oleh gerakan berturutturut dari langkah yang dilakukan secara cepat dan tepat. Secara cepat maksudnya setelah lari awalan dalam lompat jauh, bisa mendapatkan lompatan yang jauh, secara tepat maksudnya setelah lari dengan kecepatan tinggi diupayakan lari tumpu dapat jatuh di balok tumpuan. Untuk menghasilkan tolakan yang kuat dan melambung tinggi perlu adanya kekuatan otot tungkai. Kekuatan merupakan unsur penting dan perlu mendapatkan perhatian kekuasaannya dalam melaksanakan program latihan. Maksudnya latihan kekuatan ini hendaknya dilakukan dan mendapatkan porsi latihan yang latihan yang banyak dibanding unsur latihannya. 2) Kekuatan Adalah dasar yang paling penting dalam melatih ketrampilan gerak. Menurut M. Sajoto (1988 : 58) kekuatan diartikan komponen kondisi fisik yang menyangkut masalah kemampuan seorang pada saat menggunakan otot-
22
ototnya, menerima beban waktu bekerja. Jadi kekuatan merupakan otot dalam menahan beban dari bekerja motorik dalam waktu tertentu secara maksimal. Dalam lompat jauh unsur kekuatan sangat penting untuk mendapatkan hasil tolakan yang kuat dan benar. 3) Daya ledak Menurut M.Sajoto (1988:58) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum dengan usahanya dikeluarkan dalam waktu sependek-pendeknya. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya otot = kekuatan (force) x kecepatan (velocity). Berdasarkan pendapat para ahli dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan daya ledak otot adalah kombinasi gerakan ini bila dilakukan secara intensif dalam waktu yang singkat akan dapat menimbulkan daya ledak otot yang cukup besar atau kuat dan dapat dikatakan bahwa daya ledak otot tungkai adalah merupakan suatu kemampuan seseorang untuk menggerakkan kekuatan dengan cepat dalam waktu yang singkat dengan gerakan naik turun (vertikal) dan menggunakan anggota gerak bawah (otot tungkai). Daya ledak ini sangat dibutuhkan dalam lompat jauh terutama pada fase awalan dan tolakan pada rangkaian lompat jauh. 2.4
LatihanLompat Latihan adalah proses yang sistematis daripada berlatih atau bekerja secara
berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya (Harsono, 1982 : 27). Lompat adalah istilah yang digunakan dalam cabang olahraga atletik, yaitu melakukan tolakan dengan satu kaki, Aip
23
Syarifuddin (1992 : 90). Pengertian latihan lompat dari pendapat tersebut dapat disimpulkan yaitu melakukan gerakan melompat dengan tumpuan satu kaki yang dilakukan secara berulang-ulang dan setiap hari jumlah beban latihan ditambah. Latihan lompat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah latihan lompat dengan melompati
rintangan
dan
lompat
meraih
sasaran
di
atas.
Latihan lompat adalah metode yang terbaik untuk meningkatkan power maksimal pada otot tertentu. Cara yang paling baik untuk mengembangkan power maksimal
pada
kelompok
otot
tertentu,
ialah
dengan
merenggangkan
(memanjangkan) dahulu otot-otot tersebut secara eksplosif atau meledak-ledak. Untuk melatih power otot tungkai dimulai dengan gerakan tungkai kearah yang berlawanan (jongkok) yang disebut sebagai fase pre-regang (pre-stretching phase), kemudian melompat dengan kuat keatas. Setelah mendarat, tanpa adanya masa berhenti, kemudian secepatnya melompat lagi sekuat tenaga keatas, sehingga seakan-akan mendarat pada bara api. 2.5
Kerangka Berpikir Berdasarkan teori-teori diatas maka seorang pelompat jauh harus memiliki
daya ledak otot kaki, disamping teknik-teknik gerakan dan koordinasi. Seorang atlit lompat jauh yang menguasai teknik dasar lompat jauh dengan baik dan prima, perlu ditunjang dengan factor-faktor kondisi fisik yang baik pula, terutama kekuatan otot kaki. Kecepata yang lebih akan membuat kerja otot seharihari semakin efisien dan efektif, serta akan membantu pembentukan postur tubuh menjadi lebih baik dan sempurna jika sekelompok siswa diberikan latihan kecepatan secara terprogram, maka lompatan akan meningkat. Dengan demikian
24
penulis brasumsi bahwa pelompat jauh perlu mengutamakan latihan kecepatan, karena latihan kecepatan dapat meningkatka hasil lompat jauh. 2.6
Hipotesis Penelitian Berdasarkan ladasan teori dan kerangka berpikir diatas, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut : “Terdapat pengaruh Latihan Kecepatan terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Gorontalo”.
25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode sksperimen. Untuk melihat hasil tolakkan padamahasiswa diberikan pre-test dan setelah akhir perlakuan diberikan post-test. 3.2 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah pre test dan post test dengan rangcangan sebagai berikut. Pre Test
Treatment
X1
Post Test
X2 T
Keterangan : X1
= Tes awal
T2
= Treatment
X2
= Tes akhir
3.3 Defenisi Operasional Variabel 1. Kecepatan yaitu : salah satu bentuk gerakan yang dilakukan dengan secara menyeluruh dari tempat satu ketempat yang lain dengan kekuatan penuh. 2. Lompat jauh merupakan ketrampilan gerak berpindah dari suatu tempat ketempat yang lainnya dengan satu kali tolakkan kedepan sejauh mungkin. Lompat jauh biasanya memerluka pelatihan dalam berbagai bidang.
25
26
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian adalah SMP Negeri 5 Kota Gorontalo. Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan November dan Desember 2012, dengan frekuensi latihan tiga kali dalam seminggu. 3.5 Populasi dan Sampel a. Populasi Menurut sugiyono (2002:57) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Gorontalo. b. Sampel Menurut Ridwan (2010;56) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti) sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Dipertegas lagi bahwa penentuan sampel tergantung dari kemampuan peneliti (waktu,tenaga dan dana),sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek,serta besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Sehubungan dengan hal tersebut maka sampel pada penelitian ini yaitu wakil dari populasi yang dipilih secara acak (random).untuk memudahkan penelitian dalam pengumpulan data, maka peneliti dapat menarik sampel dari populasi yang ada.
27
3.6 Teknik Pengumpulan Data untuk mengumpulkan data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni sesuai dengan variable yang diteliti ada dua macam data yang dikumpulkan. Yaitu : (1) kecepatan, dan (2) Data hasil lompatan pada lompat jauh . Untuk kecepatan dilakukan latihan lari 50 meter, sedangkan untuk hasil lompatan dilihat dari jauhnya lompatan dan melakukan lompatan tiga kali dan sebagai data, diambil adalah lompatan yang terjauh. Sedangkan cara hasil lompatan kearah batas papan tumpuan. 3.7 Teknik Analisis Data Data yang terkumpul dari pre test dan post test dianalisis secara statistik dengan menggunakan rumus uji “t” (analisis varians) untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel (X) dan variabel terikat(Y) maka rumus yang digunakan sebagai berikut: t=
∑ (
)
Untuk mengetahui S atau varians gabungan, rumus yang digunakan sebagai berikut: S2 =
(
)
(
)
Kriteria penguji: Terima H0 jika: -t(1-1/2α)
28
perlu dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah data hasil penelitian berasal dari populasi dengan varians yang normal dan homogen. Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan rumus: X2 = ∑
(
)
Terima hipotesis varians populasi normal jika: X2hitung ≤ X2daftar(1-α)(k-3) dengan taraf nyata α = 0,05 serta derajat kebebasan dk = k-3 Pengujian homogenitas dapat dilakukan dengan uji bartet. Rumus yang digunakan adalah: 2 X2 = (In10){B-Σ(n1-1) Log S 1 Kriteria pengujian: Terima hipotesis varians populasi homogen jika : X2hitung≤ X2daftar (1-α)(k1) dengan taraf nyata α = 0,05 serta derajat kebebasan dk = k-1 Keterangan simbol : Md = niali rata-rata dari perbedaan test(post test-pre test) Xd
= devisiasi masing-masing subjek (d-Md)
∑
= jumlah kuadrat deviasi
n
= jumlah sampel
X2
= chi kuadrat
S2
= varians
S
= varians gabungan
B
= harga satuan B
In 10 = Logaritma asli dari bilangan 10 yaitu : 2,3026
29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.3.1Data Hasil penelitian Dari hasil pengukuran diperoleh data kemampuan lompat jauh gaya jongkok baik pre-test dan post-test, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut : TABEL 1 DATA HASIL PENELITIAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Pre-Test (x1) 3,89 2,94 3,01 2,64 2,95 2,58 3,25 2,65 2,18 3,55 2,62 3,30 3,25 2,35 2,50 2,51 2,72 2,57 2,45 2,60
Post-Test (x2) 4,15 3,64 4,32 3,74 3,85 3,65 3,83 3,70 3,82 3,95 3,75 4,48 3,85 3,26 3,40 3,80 3,55 3,80 3,82 3,57
29
30
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X1 Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel X1 adalah skor data yang diperoleh melalui pengukuran pre-test atau tes awal kemampuan lompat jauh gaya jongkok sebelum eksperimen dilakukan atau sebelum diberikan latihan kecepatan. Dari hasil tes diperoleh skor tertinggi yaitu 3,89 dan skor terendah adalah 2,18 Setelah dilakukan analisis diperoleh skor rata-rata sebesar 2,82; median sebesar 2,77; modus sebesar 2,63 dan standar deviasi sebesar 0,435 Dilihat dari pengukuran besaran-besaran statistik di atas dapat diartikan bahwa kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Gorontalo, sebelum diberikan latihan kecepatan, menunjukkan skor yang tidak terlalu jauh berbeda dengan skor rata-rata, akan tetapi kemampuan lompat jauh gaya jongkok tersebut masih dibawah rata-rata. 4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X2 Variabel X2 adalah skor data yang diperoleh melalui pengukuran posttest atau tes akhir kemampuan lompat jauh gaya jongkok setelah eksperimen dilakukan atau setelah diberikan latihan kecepatan. Dari hasil tes diperoleh skor tertinggi yaitu 4,48 dan skor terendah adalah 3,26. Setelah dilakukan analisis diperoleh skor rata-rata sebesar 3,8; median sebesar 3,78; modus sebesar 3,78 dan deviasi sebesar 0,28 Dilihat dari pengukuran besaran-besaran statistik diatas dapat diartikan bahwa ada peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Gorontalo. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata
31
sebelum diberikan latihan kecepatan sebesar 2,82 dan sesudah diberikan latihan Kecepatan sebesar 3,8. Oleh karena itu, peneliti berasumsi bahwa pemberian latihan kecepatan memberikan pengaruh terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Gorontalo. Dengan demikian, perlu adanya pembuktian terhadap asumsi tersebut. Untuk membuktikan hal ini dapat dilakukan dengan pengujian analisis varians (uji t) atau pengujian dua ratarata. 4.1.3 Pengujian Persyaratan Analisis 4.1.3.2 Pengujian Normalitas Data Sebagai persyaratan dalam rangka pengujian hipotesis melalui analisis statistika parametrik, maka pengujian normalitas varians perlu dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah data hasil penelitian berasal dari populasi dengan varians yang normal atau tidak berasal dari populasi dengan varians yang normal. a. Pengujian normalitas data pada variabel X1 Berdasarkan kriteria pengujian bahwa terima hipotesis varians populasi normal jika: X2hitung ≤ X2daftar (I-a) (k-3) dengan taraf nyata α = 0,05 serta derajat kebebasan dk = k-3, maka chi kuadrat hltung X2 hitung diperoleh harga sebesar = 2,5. Berdasarkan daftar tabel distribusi chi kuadrat pada α = 0,05 yaitu X2daftar (Ia) (k-3) atau X2daftar (1-0,05) (5-3) = X2daftar (0,95) (2) diperoleh harga sebesar = 5,99.
32
Lebih jelasnya bahwa: X2hitung lebih kecil dari X2daftar atau (2,5 < 5,99). Hal ini sesuai dengan kriteria pengujian, sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada variabel X1 memiliki varians populasi yang normal. b.
Pengujian normalitas data pada variabel X2 Berdasarkan kriteria pengujian bahwa terima hipotesis varians populasi
normal jika: X2hitung ≤ X2daftar (-a) (k-3) dengan taraf nyata α = 0,05 serta derajat kebebasan dk = k-3, maka chi kuadrat hitung X2hitung diperoleh harga sebesar =3,71 Berdasarkan daftar tabel distribusi chi kuadrat pada α = 0,05 yaitu X2daftar (1-a) (k-3) atau .X2daftar (1-0,05) (5-3) =X2daftar (0,95) (2) diperoleh harga sebesar = 5,99. Lebih jelasnya bahwa X
2
hitung
lebih kecil dari X
2
daftar
atau (3,71 < 5,99).
Hal ini sesuai dengan kriteria pengujian, sehingga dapat disimpulkan bahvda data pada variabel X2 memiliki varians populasi yang normal. 4.1.3.3 Pengujian Homogenitas Data Sebagai persyaratan dalam rangka pengujian hipotesis melalui analisis statistika parametrik, maka pengujian homogenitas varians perlu dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah data hasil penelitian berasal dari populasi dengan varians yang homogen atau tidak berasal dari populasi dengan varians yang homogen. Berdasarkan kriteria pengujian bahwa, terima hipotesis varians populasi homogen jika X 2hitung ≤ X2daftar (1-a) (k-1) dengan taraf nyata α = 0,05 serta derajat kebebasan dk = k-1, maka chi kuadrat hitung X2hitung diperoleh harga
33
sebesar =3,44. Berdasarkan daftar tabel distribusi chi kuadrat pada α = 0,05 yaitu X2daftar(1-a) (k-1) atau X2daftar (1-0,05) (5-3) X2 daftar(0,95) (2) diperoleh harga sebesar = 3,84. Lebih jelasnya bahwa: .x2hitung lebih kecil dari .x2dafcar atau (2,5 < 5,99). Hal ini sesuai dengan kriteria pengujian, sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada hasil penelitian memiliki varians populasi yang homogen. 4.2
Pengujian Hipatesis Untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh latihan
kecepatan terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Gorontalo, maka hal ini dianalisis dengan pengujian analisis varians dua rata-rata dengan menggunakan rumus (uji t). Berdasarkan kriteria pengujian bahwa. Terima Ho jika: 1
-1
(1-1/2α)
(1-
/2α) dengan taraf nyata α = 0,05 dengan derajat kebebasan dk= n-1. Dengan
demikian –t(1-1/2α)
(1-1/2α) sama dengan –t(1-1/2α0,05)
dk = 20-1 atau –t(1-1/2α 0,975)
(1-1/2α 0,05) dengan
(1-1/2α 0,975) = (19); dengan taraf nyata α =
0,05 diperoleh harga thitung sebesar 5,04 tdaftar diperoleh harga sebesar 2,09. Hal itu membuktikan bahwa harga thitung lebih besar daripada tdaftar. Berdasarkan hal tersebut, maka harga thitung telah berada diluar daerah penerimaan Ho. Sehingga Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh latihan kecepatan terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Gorontalo, ditolak dan menerima Ha yang menyatakan: Terdapat pengaruh latihan kecepatan terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok siswa kelas
34
VIII SMP Negeri 5 Kota Gorontalo. Untuk jelasnya dapat dilihat gambar berikut ini.
H0
HA
HA
-5,04
-2,09
0
2,09
5,04
Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesa
4.3
Pembahasan Lompat jauh adalah satu nomor lompat dari cabang atletik yang
perlakuannya memiliki empat unsur gerakan yaitu: awalan, tolakan, sikap badan di udara, sikap badan pada waktu jatuh atau mendarat untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Dengan adanya kecenderungan prestasi yang meningkat dari waktu kewaktu baik ditingkat daerah, nasional maupun internasional, maka untuk berprestasi dan bersaing antar atlet dalam kegiatan olahraga harus dikembangkan kualitas fisik, teknik dan psikologi.
35
Dalam penelitian ini bentuk latihan yang diberikan yaitu latihan kecepatan. Pada intinya bertujuan untuk memacu dan merangsang tolakan kaki agar kuat sehingga menghasilkan lompatan melambung tinggi. Dengan metode eksperimen, penelitian ini dimaksud untuk mengukur dan memperoleh gambaran tentang pengaruh latihan kecepatan terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Gorontalo. Berdasarkan hasil eksperimen yang telah dianalisis dengan pengujian statistik, menunjukkan bahwa adanya peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok yang signifikan setelah dilakukannya eksperimen atau latihan kecepatan tersebut. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan rata-rata kemampuan lompat jauh gaya jongkok yaitu, sebelum diberikan latihan kecepatan, rata-rata kemampuan lompat jauh gaya jongkok adalah 2,82 dan sesudah diberikan latihan memperoleh rata-rata sebesar 3,8 dengan demikian peneliti berasumsi bahwa penerapan latihan kecepatan selama dua bulan, memberikan pengaruh terhadap kemampuan lornpat jauh gaya jongkok. Pengaruh yang signifikan ini dapat dibuktikan dengan pengujian dua ratarata atau analisis varians bahwa, setelah dianalisis menunjukkan harga thitung = 5,04 dan ttabel sebesar 2,09 dengan demikian harga thitung lebih besar dari pada harga ttabel atau harga thitung telah berada di luar daerah penerimaan Ho. Sehingga hipotesis Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh latihan kecepatan terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Gorontalo, ditolak dan menerima hipotesis Ha yang
36
menyatakan: terdapat pengaruh latihan kecepatan terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Gorontalo. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa "terdapat pengaruh latihan kecepatan terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Gorontalo" dapat diterima. 4.4.Keterbatasan penelitian Adapun keterbatasan dalam penelitian ini baik dari program latihan dan bentuk latihan yang dilaksanakan pada saat penelitian adalah sebagai berikut: a. Jumlah anggota yang relatif sedikit, b. waktu penelitan yang terlalu singkat, c. Bentuk latihan yang digunakan sangat sederhana yang orientasinya hanya pada sekitaran otot tungkai saja, d. Selain variabel yang diteliti, variabel lain yang diduga berpengaruh dalam penelitian ini tidak terkontrol karena waktu yang digunakan selama penelitian sangat terbatas.
37
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka hasil penelitian yang dilakukan selama dua bulan dapat disimpulkan bahwa : 5.1.1 Terdapat pengaruh latihan kecepatan terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Gorontalo. 5.1.2 Latihan kecepatan memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok dalam cabang olahraga atletik. 5.1.3 Latihan kecepatan adalah suatu latihan yang memiliki ciri khusus, yaitu kontraksi otot yang sangat kuat yang merupakan respon dari pembebanan dinamik atau regangan yang cepat dari otot-otot yang terlibat. 5.2 Saran Sehubungan dengan kesimpulan dalam penelitian ini, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut : a. Dalam upaya untuk memacu kemampuan siswa dalam lompat jauh, maka sangat tepat jika digunakan bentuk latihan kecepatan. Karena itu kepada guru penjasorkes dan pelatih cabang olahrga atletik diharapkan agar dapat menerapkan bentuk latihan kecepatan dalam pembelajaran maupun pada kegiatan latihan diluar jam sekolah.
37
38
b. Pengembangan minat dan bakat yang dimiliki oleh siawa terutama dalam cabang olahraga atletik pada dasarnya tidak semata-mata tergantung pada pembinaan guru dan pelatih, tetapi juga sangat ditentukan oleh dukungan dan motivasi dari orang tua. Karena itu kepada orang tua diharapkan dapat memberikan motivasi kepada setiap anak untuk melakukan aktifitas latihan diluar jam sekolah. Motivasi dimaksud berupa dukungan moril maupun penyediaan fasilitas untuk menunjang kegiatan latihan. c. Kepada siswa yang memiliki minat dan bakat dalam cabang olahraga atletik diharapkan agar dapat melakukan latihan secara intensif diluar jadwal yang telah ditetapkan dengan mengaplikasikan teori-teori latihan yang diperoleh melalui proses belajar mengajar.
39
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Surhasini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta : Rineka Cipta Balleteros http://www.moccasport.co.cc/2009/02/lompat-jauh.html, Diakses 13 februari 2013 Danusyogo, Suyono. 2003. Peraturan/Ketentuan Perlombaan Atletik Jakarta : IAAF-RDC Gerry, A.Carr, Atletik Untuk Sekolah, manajemen PT Raja Grafind Persada Gilang http://ms. Wikipedia.org/wiki/Lompat_Jauh,di akses 13 februari 2013 Harsono. 1988, Coaching dan aspek-aspek psikologi dalam coaching, Depdikbud Dirjen Dikti, P2L. PTK, Jakarta Herdayana http://id.wikipedia.orng/wiki/mike_powell.lompat jauh Diakses 14 februari 2013 Herdiana (http//venomous 12seven.wordpress.com/2010/03/25/plyometric Training). Diakses 14 februari 2013-05-20 Herdiana http//teknik-lompat-jauh-gaya-jongkok. Html. Diakses 14 Februari 2013 Mile, Sarjan. 2008. Bahan Ajar Fsiologi Manusia, Gorontalo Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga & Kesehatan untuk SMA Jakarta : Erlangga Ngantiyono http//lompat-jauh-pengertian-teknik-faktor.html Diakses 15 februari 2013 Ridwan. 2009. Metode dan Penyusunan Proposal Penelitian. Bandung : Alfabeta Ridwan. 2010. Metode dan teknik Penyusunan Tesis.I Bandung : Alfabeta Roji. 2004. Pendidikan jasmani dankese hatan. Jakarta:Erlangga. Roji. 2006. Pendidikan jasmani dan kesehatan untuk SMP kelas IX. Jakarta:Erlangga.
40
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung:Tarsito Sugiyono, 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta. Yudha. M Saputra 2001. Dasar-Dasar Keterampilan Atletik. Direktorat Jendral Olahraga. Depdiknas
41
Lampirun I TABEL 1 DATA PRE TEST DAN POST TEST
No.
Pre-Test (X1)
Post-Test (X2)
1. 2.
3,89 2,94
4,15 3,64
3.
3,01
4,32
4.
2,64
3,74
5.
2,95
3,85
6.
2,58
3,65
7.
3,25
3,83
8.
2,65
3,70
9.
2,18
3,82
10
3,55
3,95
1l.
2,62
3,75
12.
3,30
4,48
13.
3,25
3,85
14.
2,35
3,26
15.
2,50
3,40
16.
2,51
3,80
17.
2,72
3,55
18.
2,57
3,80
19.
2,45
3,82
20.
2,60
3,57
42
Lampiran 2 DATA NAMA SISWA PRE-TEST (TES AWAL) No
Test Awal (Pre-Test) X1
1
3,89
2
2,94
3
3,01
4
2,64
5
2,95
6
2,58
7
3,25
8
2,65
9
2,18
10
3,55
11
2,62
12
3,30
13
3,25
14
2,35
15
2,50
16
2,51
17
2,72
18
2,57
19
2,45
20
2,60
43
Lampiran 3 DATA NAMA SISWA POST-TEST (TES AKHIR) No
Test Akhir (PostTest)
1
X 4,15
2
3,64
3
4,32
4
3,74
5
3,85
6
3,65
7
3,83
8
3,70
9
3,82
10
3,95
11
3,75
12
4,48
13
3,85
14
3,26
15
3,40
16
3,80
17
3.55
18
3,80
19
3,82
20
3,57
44
Lampiran : 4 Analisis Data TABEL II DATA HASIL PENELITIAN LOMPAT JAUH No . 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tes awal (X1) 3,89 2,94 3,01 2,64 2,95 2,58 3,25 2,65 2,18 3,55 2,62 3,30 3,25 2,35 2,50 2,51 2,72 2,57 2,45 2,60 Σ56,51
Tes Akhir (X2) 4,15 3,64 4,32 3,74 3,85 3,65 3,83 3,70 3,82 3,95 3,75 4,48 3,85 3,26 3,40 3,80 3,55 3,80 3,82 3,57 Σ75,93
X1 2
X2 2
15,1321 8,6436 9,0601 6,9696 8,7025 6,6564 10,5625 7,0225 4,7524 12,6025 6,8644 10,89 10,5625 5,5225 6,25 6,3001 7,3984 6,6049 6,0025 6,76 Σ163,2595
17,2225 13,2496 18,6624 13,9876 14,8225 13,3225 14,6689 13,69 14,5924 15,6025 14,0625 20,0704 14,8225 10,6276 11,56 14,44 12,6025 14,44 14,5924 12,7449 Σ289,7873
A. Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi a) Variabel X1 Adapun pengujian ini ditempuh dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut Mencari Rentang Kelas
45
R=Skor tertinggi - Skor terendah = 3,89 - 2,18 = 1,71 Mencari Banyaknya kelas K = l+ 3,3 log 20 = 1+3,3 (1,3010) = 1 + 4,2933 = 5,29 = 5 (dibulatkan) Mencari nilai panjang kelas =
=
,
= 0,34 TABEL III DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI VARIABEL X1 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kelas Interval
Frekuensi
2,18-2,52 2,53-2,87 2,88-3,22 3,23-3,59 3,60-3,92
5 7 3 4 1
Jumlah
20
46
B. Perhitungan rata-rata, median, dan modus pada variabel X1 a) Perhitungan Rata-Rata Variabel X1 Diketahui : Σx1 = 56,51 n =20 Rumus
:X=
∑
=
,
X=2,82
b) Perhitungan Median (nilai tengah) Variabel X1 Median terletak pada kelas II 1
b= 2,52
/2N= 10
F= 5
f=
7
P=0,34
Median= b + p
= 2,52+0,34
= 2,52 + 0,2414 = 2,76 c) Perhitungan Modus Variabel X1 Modus adalah nilai yang memiliki frekuensi yang terbesar atau nilai yang paling sering/banyak terjadi. Modus terletak pada kelas II B= 2,52
P = 0,34
Modus = b + p = 2,52 + 0,34
b1 = 7-5= 2
b2 = 7-3 = 4
47
= 2,52 + 0,11 = 2.63 d) Menghitung Standar deviasi (S) dan Varians S2 pada Variabel X1 Simpangan Baku (S2) yaitu : (
S2 =
=
(
(
)
) (
, (
,
=
=
)
,
)
)
, (
)
,
S 2 = 0,19 (varians)
S=
√0,19
= 0,435 (Standar Deviasi) Hasil perhitungan diatas mmenunjukkan bahwa Varians pada variabel X1 (S2) = 0,19 dan Standar Deviasi (S) = 0,435 b) Variabel X2 Adapun pengujian ini ditempuh dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
48
Mencari Rentang Kelas R = Skor tertinggi - Skor terendah = 4,48 - 3,26 = 1,22 Mencari Banyaknya kelas K= l + 3,3 log 20 = 1+3,3 (1,3010) = 1 + 4,2933 = 5,29 = 5 (dibulatkan) Mencari nilai panjang kelas P=
=
= 0,24
,
49
TABEL IV DAFTAR DISTRIBUSI FREKLIENSI VARIABEL X2 No .
Kelas
Frekuensi
Interval 1.
3,27-3,50
2
2.
3,51 -3,75
7
3.
3,76-4,00
8
4.
4,01 -4,24
1
5.
4,25-4,50
2
Jumlah
20
A. Perhitungan rata-rata, median, dan modus pada variabel X2 a) Perhitungan Rata-Rata Variabel X2 Diketahui : ∑ X = 75,93 n = 20 Rumus : X =
∑
X=
,
X = 3,8
b) Perhitungan Median (nilai tengah) Variabel X2 Median terletak pada kelas III b = 3,75
Median= b + p = 3,75+0,24
1
/2 N = 10
F = 2+7=9
f=8
P = 0,24
50
= 3,75 + 0,03 = 3,78 c) Perhitungan Modus Variabel X2 Modus adalah nilai yang memiliki frekuensi yang terbesar atau nilai yangpaling sering/banyak terjadi. Modus terletak pada kelas V b= 3,75
P = 0,24
b1 = 8-7= 1
b2 = 8-1 = 7
Modus= b + p
= 3,75 + 0,24 = 3,75 + 0,03 = 3,78 d) Menghitung Standar deviasi (S) dan Varians S2 pada Variabel X2 Simpangan Baku (S2) yaitu : ∑
S2 =
(
=
) ) (
, (
)
,
=
=
(∑ ) (
, (
,
)
,
)
51
S2 = 0,08 (varians) S= √0,08 = 0,28 (Standar Deviasi) Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa Varians pada variabel X2 (S2) = 0,08 dan Standar Deviasi (S) = 0,2 1. Pengujian Normalitas Data a. Pengujian normalitas data pada variabel X1 TABEL V
NO.
Batas kelas
Z Batas Kelas
Z Daftar
1
2,17
1,48
0,4306
2
2,52
3
-0,67
2,87
4 5 6
0,182
3,64
5
0,3003
6,006
7
0,2721
5,442
3
0,1344
2,688
4
0,0363
0,26
1
0,3238
1,73
3,92
Frekuensi Pengamat an (Oi)
0,0517
0,93
3,57
Frekuensi Teoritis (Ei)
0,2486
0,13
3,22
Luas Kelas Interval
0,4582
2,54
0,4945
DAFTAR PENGUJIAN NORMALITAS DATA VARIABEL X1 Dengan demikian dapat dihitung : X2= ∑ X2=
(
)
(
, ,
)
`+
(
, ,
)
+
(
, ,
)
+
(
, ,
)
+
(
, ,
)
52
X2=
,
`+
,
, ,
,
+
,
+
,
+
,
, ,
= 0,51+0,16+1,09+0,64+0,1 X2 = 2,5 Sesuai dengan kriteria pengujian bahwa, terima hipotesis varians populasi normal jika : X2hitung ≤ X2daftar
(1-α)(k-3)
dengan taraf nyata α = 0,05 serta derajat
kebebasan dk=k-3, maka chi kuadrat hitung diperoleh harga sebesar = 2,5 Berdasarkan daftar distribusi chi kuadrat pada α = 0,05 X2daftar (I-a)(k-3) atau X2daflar (1-0,05)(5-3) = X2 daftar(0,95)(2) diperoleh harga sebesar 5,99. Lebih jelasnya dapat dilihat bahwa: X2hitung lebih kecil dari X2daftar atau (2,5<5,99). Hal ini sesuai dengan kriteria pengujian, sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel X1 memiliki varians populasi yang normal. b. Pengujian normalitas data pada variabel X2 TABEL V DAFTAR PENGUJIAN NORMALITAS DATA VARIABEL X2 No. l.
Batas
Z Batas
Kelas
kelas
3,25
-1,94
Z
Luas
Frekuensi
Daftar
Kelas
Teoritis
Pengamatan
0,1207
2,414
2
0,2895
5,790
7
0,3309
6,618
8
0,1801
3,602
1
0,0466
0,932
2
0,4738
2.
3,50
-1,05
0,3531
3.
3,75
-0,16
0,0636
4. 5. 6.
4,00 88,5 93,5
0.73
Frekuensi
0,2673
1,62
0,4474 2
0,
53
Dengan demikian dapat dihitung : (
)
X2 = ∑ X2 =
(
X2 =
,
,
)
,
,
+
+
, ,
(
+
,
)
, , ,
+
+ , ,
(
,
)
,
+
+
(
, ,
)
+
(
,
)
,
, ,
X2 = 0,07 + 0,25 + 0,29 + 1,88 + 1,2 = 3,71 Sesuai dengan kriteria pengujian bahwa, terima hipotesis varians populasi normal jika : X2 hitung ≤X 2 dafta r(1-a )(k-3) dengan taraf nyata α = 0,05 serta derajat kebebasan dk=k-3, maka chi kuadrat hitung diperoleh harga sebesar = 3,71. Berdasarkan daftar distribusi chi kuadrat pada α = 0,05, X2dq fta r(1 -α)(k -3 ) atau X 2 d afta r
(1 -0 ,05 )(5-3 )
=X2 da ftar (0,95)(2)diperoleh harga sebesar 5,99.
Lebih jelasnya dapat dilihat bahwa: X2hitung lebih kecil dari X2daftar atau (3,71<5,99). Hal ini sesuai dengan kriteria pengujian, sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel X2 memiliki varians populasi yang normal. 2. Pengujian Homogenitas Data Dalam perhitungan sebelumnya telah diketahui: S12 = 0,19
dan S22 = 0,08
In 10 = 2,3026 adalah logaritma asli dari bilangan 10
54
TABEL VII DAFTAR PENGUJIAN UJI HOMOGENITAS VARIANS POPULASI S1 2
S22
dk (log S1 2 )
Sampel ke
Dk
I/dk
1
19
0,05
0,19
-0,721
-13,699
11
19 38
0,05
0,08
-1,0969
-20,8411 -34,5401
S2 =
(
)
S2 =
(
) ,
S2 =
(
) ,
S2 =
,
S2 =
,
(
)
(
(
) ,
) ,
,
Berarti :Log S2=Log 0,135 Log S2 = -0,8696 B=Harga satuan B diperoleh dengan rumus B = (Log S2) ∑(
− 1)
B = (-0,8696) (38) B = -33,0448 Berdasarkan besaran-besaran statistik diatas dapat dilakukan pengujian homogenitas varians populasi dengan uji Bartlett, rumus yang digunakan adalah : X2 = (In 10) { − ∑( − 10)
}
55
X2=(2,3026){−33,0448(−34,5401)} X2 = (2,3026){1,4953} X2 = 3,44 Sesuai dengan kriteria pengujian bahwa, terima hipotesis varians populasi homogen jika : X2hitung ≤ X2daftar (I - a ) (k - 3 ) dengan taraf nyata α = 0,05 se,rta derajat kebebasan dk=k-3, maka chi kuadrat hitung diperoleh harga sebesar = 3,44. Berdasarkan daftar distribusi chi kuadrat pada α = 0,05, X2daftar X2daftar (1 -0,05)(5-3) = X2daftar
(0,95)(2)
(I - a ) (k - 3 )
atau
diPeroleh harga sebesar 3,84.
Lebih jelasnya dapat dilihat bahwa: X2hitung lebih kecil dari X 2 d a f t a r atau (3,44<3,84). Hal ini sesuai dengan kriteria pengujian, sehingga dapat disimpulkan bahwa data hasil penelitian memiliki varians populasi yang homogen. 3. Pengujian Hipotesis Untuk menguji hipotesa yang mengatakan bahwa terdapat pengaruh latihan kecepatan terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok siswa kelas VII SMP Negeri 5 Kota Gorontalo, maka hal ini di analisis dengan uji t atau uji analisis varians. Rumus : t = ∑ (
)
Keterangan :Md=Nilai rata-rata dari perbedaan pre test dengan post test (post test-pre test) Xd = Deviasi masing-masing subjek (d-Md) ∑
= Jumlah kuadrat deviasi
56
N = Jumlah sampel Data-data pre test dan post test selanjutnya disusun dalam suatu tabel untuk keperluan rumus : TABEL VIII DAFTAR PENGUJIAN HIPOTESA Subjek
Pre test
Post Test
Gain (d) 0,26 0,70 1,31 1,11 0,90 1,07 0,58 1,05 1,64 0,40 1,08 1,18 0,60 0,91 0,90 1,29 0,83 1,23
Xd
X 2d
(d-Md) -1,33 -0,87 -0,82 -0,65 -1,06 -0.70 -1,16 -0,56 -0,14 -,083 -0,68 -0,91 -1,19 -0,85 -0,86 -0,47 -0,93 -0,51
1,3456 0,7569 0,6724 0,4225 1,1236 0,4900 1,7689 0,3136 0,0196 0,6889 0,4624 0,8281 1,3456 0,7225 0,7396 0,2209 0,8649 0,2601
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
3,89 2,94 3,01 2,64 2,95 2,58 3,25 2,65 2,18 3,55 2,62 3,30 3,25 2,35 2,50 2,51 2,72 2,57
4,15 3,64 4,32 3,74 3,85 3,65 3,83 3,70 3,82 3,95 3,75 4,48 3,85 3,26 3,40 3,80 3,55 3,80
19
2,45
3,82
1,37
-0,47
0,2209
20
2,60
3,57
0,97
-0,79
0,6241
∑
19,42
13,9616
1 Diketahui : Md =
∑
Md =
,
= 0,97
N =20 Rumus :
=
∑ (
t= )
, ,
∑
= 13,9616
57
t= t=
,
t = 5,04
√ , , √ ,
Berdasarkan kriteria pengujian bahwa. Terima Ho jika : -t(1 -1/2α)
(1-
'/2α) dengan taraf nyata α = 0,05 dengan derajat kebebasan dk= n-1. Dengan demikian -t(1-1/2α)
(1-1/2α) sama dengan -t(1-1/2α0,05)
dk= 20-1 atau -t(1-1/2α0,05)
58
Lampiran 5 STRUKTUR SESI LATIHAN Cabang Olahraga
: Atletik (Lompat Jauh)
Sasaran Latihan
: Latihan Kecepatan
Bagian
Mated Latihan Pembukaan
Dosis 5 menit
• Siswa dibariskan, berdoa • Informasi latihan Bagian II
Pemanasan
10 menit • Statis dan dinamis
Bagian III
Latihan Inti
60 menit
• Terjadwal a. .......... b. .......... c. .......... Bagian IV
Pendinginan • Jogging Ringan • Membereskan Peralatan • Penutup dan berdoa
10 menit
59
Lampiran 6 Menu Program Latihan Untuk Meningkatkan Lompatan
Sasaran Latihan
Volume
: Latihan Kecepatan
a. Intensitas
: 70%-80%
b. Repetisi
: 6-12 kali
c. Set
: 2-4 set
d. Recovery
: 10-20 menit
e. Waktu
: 85 menit
f. Interval
: 2-6 menit
Frekuensi
: 3 kali/minggu
Bentuk Latihan
: Kecepatan
60
PROGRAM DAN JADWAL LATIHAN KECEPATAN TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 KOTA GORONTALO
Minggu ke-1 NO. HARI/TANGGAL
1.
Senin 24-12-2012
2.
Rabu 26-12-2012
3.
Sabtu 29-12-2012
4.
Senin 31-12-2012
JENIS LATIHAN
a. Pendahuluan b. Pemanasan statis dan dinamis c. Pree test (tes awal) atau lompat jauh gaya jongkok d. Pendinginan a. Pendahuluan b. Pemanasan statis dan dinamis c. Latihan kecepatan d. Pendinginan a. Pendahuluan b. Pemanasan statis dan dinamis c. Latihan kecepatan d. Pendinginan a. Pendahuluan b. Pemanasan statis dan dinamis c. Latihan kecepatan d. Pendinginan
INTENSITAS S E T
R E P
REC
3
WAKTU INTERVAL
5 menit 10 menit 10 menit
70%
2
6
10 menit
5 menit 10 menit 60 menit 10 menit
2 menit
70%
2
6
10 menit
5 menit 10 menit 60 menit 10 menit
2 menit
70%
2
6
10 menit
5 menit 10 menit 60 menit 10 menit
2 menit
61
Minggu ke-2 NO.
HARI/TANGGAL
5.
Selasa
6.
7.
JENIS LATIHAN
INTENSITAS
S R E E T P
REC
WAKTU
INTERVAL
a. Pendahuluan b. Pemanasan Statis dan Dinamis c. Latihan Kecepatan d. pendinginan
70%
2 6
10 menit
5 menit 10 menit 60 menit 10 menit
2 menit
Kamis
a. pendahuluan b. pemanasan Statis dan Dinamis c. Latihan Kecepatan d. Pendinginan
70%
2 6
10 menit
5 menit 10 menit 60 menit 10 menit
2 menit
Sabtu
a. Pendahuluan b. Pemanasan Statis dan Dinamis c. Latihan Kecepatan d. pendinginan
70%
2 6
10 menit
5 menit 10 menit 60 menit 10 menit
2 menit
62
Minggu ke-3 NO. HARI/TANGGAL
8.
Senin
9.
Rabu
10.
Sabtu
JENIS LATIHAN a. Pendahuluan b. Pemanasan Statis dan Dinamis c. Latihan Kecepatan d. pendinginan a. pendahuluan b. pemanasan Statis dan Dinamis c. Latihan Kecepatan d. Pendinginan a. Pendahuluan b. Pemanasan Statis dan Dinamis c. Latihan Kecepatan d. pendinginan
INTENSITAS S E T 75 % 3
R E P 9
REC
WAKTU
INTERVAL
15 menit 5 menit 10 menit 60 menit 10 menit
4 menit
75 %
3
9
15 menit 5 menit 10 menit 60 menit 10 menit
4 menit
75 %
3
9
15 menit 5 menit 10 menit 60 menit 10 menit
4 menit
63
Minggu ke-4 NO. HARI/TANGGAL JENIS LATIHAN
11.
Senin
12.
Rabu
13.
Sabtu
a. Pendahuluan b. Pemanasan Statis dan Dinamis c. Latihan Kecepatan d. pendinginan a. pendahuluan b. pemanasan Statis dan Dinamis c. Latihan Kecepatan d. Pendinginan a. Pendahuluan b. Pemanasan Statis dan Dinamis c. Latihan Kecepatan d. pendinginan
INTENSITAS S E T 75 % 3
R E P 9
REC
WAKTU
INTERVAL
15 menit
5 menit 10 menit 60 menit 10 menit
4 menit
75 %
3
9
15 menit
5 menit 10 menit 60 menit 10 menit
4 menit
75 %
3
9
15 menit
5 menit 10 menit 60 menit 10 menit
4 menit
64
Minggu ke-5 NO. HARI/TANGGAL JENIS LATIHAN INTENSITAS S E T 14. Senin a. Pendahuluan 80 % 4 b. Pemanasan Statis dan Dinamis c. Latihan Kecepatan d. pendinginan 15. Rabu a. pendahuluan 80 % 4 b. pemanasan Statis dan Dinamis c. Latihan Kecepatan d. Pendinginan 16. Sabtu a. Pendahuluan 80 % 4 b. Pemanasan Statis dan Dinamis c. Latihan Kecepatan d. pendinginan
R E P 12
REC
WAKTU INTERVAL
12
20 menit 5 menit 6 menit 10 menit 60 menit 10 menit
12
20menit
20 menit 5 menit 6 menit 10 menit 60 menit 10 menit
5 menit 6 menit 10 menit 60 menit 10 menit
65
Minggu ke-6 NO. HARI/TANGGAL JENIS LATIHAN INTENSITAS S E T 17. Senin a. Pendahuluan 80 % 4 b. Pemanasan Statis dan Dinamis c. Latihan Kecepatan d. pendinginan 18. Rabu a. pendahuluan 80 % 4 b. pemanasan Statis dan Dinamis c. Latihan Kecepatan d. Pendinginan 19. Sabtu a. Pendahuluan 80 % 4 b. Pemanasan Statis dan Dinamis c. Latihan Kecepatan d. pendinginan
R REC WAKTU INTERVAL E P 12 20 menit 5 menit 6 menit 10 menit 60 menit 10 menit
12 20 menit 5 menit 10 menit 60 menit 10 menit
6 menit
12 20menit
6 menit
5 menit 10 menit 60 menit 10 menit
66
Minggu ke-7 NO. HARI/TANGGAL JENIS LATIHAN INTENSITAS S E T 1. Senin a. Pendahuluan 80 % 4 b. Pemanasan statis dan dinamis c. Pree test (tes awal) atau lompat jauh gaya jongkok d. Pendinginan 2. Rabu a. Pendahuluan 80 % 4 b. Pemanasan statis dan dinamis c. Latihan kecepatan d. Pendinginan
R REC WAKTU INTERVAL E P 12 20 menit 5 menit 6 menit 10 menit 10 menit
12 20 menit
5 menit 6 menit 10 menit 60 menit 10 menit
3.
Sabtu
a. Pendahuluan 80 % b. Pemanasan statis dan dinamis c. Latihan kecepatan d. Pendinginan
12 20 menit
5 menit 6 menit 10 menit 60 menit 10 menit
4.
Senin
a. Pendahuluan 80 % b. Pemanasan statis dan dinamis c. Post Test(tes akhir) Lompat jauh Gaya Jongkok d. Pendinginan
3
5 menit 6 menit 10 menit 60 menit 10 menit
4
20 menit