I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang Kacang tanah merupakan salah satu sumber pangan yang cukup penting sebagai sumber protein nabati. Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan gizi masyarakat, diversifikasi pangan, serta meningkatnya kapasitas industri makanan di Indonesia. Pemanfaatan teknologi pertanian dalam segala bidang diperlukan untuk meningkatkan produksi kacang tanah. Pemupukan, seleksi tanaman, pemberantasan hama penyakit, penyediaan air yang cukup, aplikasi bioteknologi dan sebagainya perlu dilakukan untuk mencapai maksud tersebut. Salah satu usaha untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan inokulasi mikrobia. (Rosmarkam dan Nasih, 2002). Inokulasi akan meningkatkan interaksi mikroorganisme rhizosfer dengan akar legume sehingga nantinya mampu melakukan penambatan nitrogen (Bogino, 2011). M ikrorganisme rhizosfer dapat meningkatkan produksi biomassa dan toleransi tanaman terhadap logam berat dan stress lingkungan (Sh eng dan X ia, 2006). Rhizobakteria memiiki karakteristik m enginduksi IAA, dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan melindungi tanaman dari toksisitas logam berat pada tanah yang terkontaminasi. Inokulasi m ikrobia dapat mengubah logam berat menjadi bentuk yang kurang beracun (Carlot et al., 2001). Bakteri
juga akan
meringankan penghambatan pertumbuhan tanaman disebabkan oleh paparan logam berat yang berlebih (Gao et al., 2010). Fiksasi nitrogen merupakan salah satu alternatif yang paling menjanjikan untuk meningkatkan nutrisi tanam an. Sejumlah proses ini melibatkan logam untuk mengkatalisis dan menyediakan energi untuk konversi nitrogen di atmosfer menjadi amonia, menghilangkan radikal bebas yang dihasilkan oleh proses in i, dan menciptakan kondisi aerob dibutuhkan dalam reaksi ini. Pada kacangkacangan, kofaktor logam disediakan untuk rhizobia endosimbiotik dalam bintil akar sel kortikal. S imbiosis Rhizobium dengan legume menyebabkan peningkatan akan kebutuhan unsur hara dan sering menunjukkan tanda kahat hara saat pembentukan nodul (Terry et al, 1991; Slatni et al., 2012). Pada dasarnya, konsep kesuburan tanah mengkaji kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara tersedia bagi tanaman yang berfungsi untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tumbuhan. U nsur hara harus dalam bentuk tersedia agar dapat diserap akar tumbuhan. Kelebihan unsur hara tersedia ini dapat meracuni tumbuhan (Lahuddin, 2007). M enurut Gardner et al. (1991), selain unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman, ada sekelompok unsur h ara yang dibutuhkan tanaman hanya dalam jumlah kecil, sedangkan apabila dalam jumlah banyak akan merusak tanaman. Unsur hara yang d imaksud adalah unsur hara mikro seperti Zn, Fe, M n, Cu, M o. Cu merupakan unsur penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena sangat dibutuhkan dalam produksi klorofil dan enzim tertentu, protein dan metabolisme karbohidrat. Akan tetapi pada konsentrasi tinggi akan
mengganggu fotosintesis, sintesis pigmen, permeabilita s membran plasma, pertumbuhan tanaman
dan prose s metabolisme lainnya (Yruela, 2009). Cu
berpotensi toksik terhadap tanaman dan berbahaya bagi kesehatan manusia karena bersifat karsinogenik. Cu berbahaya bagi kesehatan bila terakumulasi secara berlebihan di dalam tubuh. Kelebihan logam berat sering terjadi pada daerah yang tercemar pupuk dan fungisida, kegiatan industri, pertambangan dan pembuangan limbah. Penelitian tentang akumulasi logam berat pada biji Vigna unguiculata L. dilakukan Ogbuehi et al., (2011) terdapat akumulasi nikel dan seng di biji tanaman pada tanah terkontaminasi. Hal ini akan membahayakan jika dikonsumsi manusia dapat menyebabkan mutasi dan kanker. M enurut Amaliyah (2011) biji bunga matahari dapat mengakumulasi Pb sebesar 25,42 %. M alan dan Farrant (1998)
menyatakan
pada
tanaman
kedelai
yang
terdapat
pada
media
terkontaminasi dapat mengurangi biomassa dan produksi benih. Tingginya logam Cd dan Ni menyebabkan terdapatnya logam tersebut pada kotiledon. Selain itu akan menyebabkan penurunan biomassa biji. Hal ini terjadi karena adanya penurunan produksi lipid, protein dan karbohidrat. Kelebihan Cu di dalam
tanah juga akan menginduksi penurunan
fotosintesis dan fungsi rambut akar, sehingga menghasilkan pengurangan biomassa (Combroll et al., 2011). Pada kondisi stress oksidatif, tanaman akan menghasilkan sinyal dan akan menyebabkan perubahan biokimia yang mengatur metabolisme (Azcon et al., 2009). M enurut Dary et al., (2010) interaksi antara
bakteri dan akar tanaman dapat meningkatkan kemam puan tanaman untuk mengakumulasi logam berat dari tanah menjadi bentuk yang kurang beracun. Wu et al., (2006) menyatakan terjadi peningkatan konsentrasi C u pada Bransica juncea pada perlakuan penambahan Cu ketika bersimbiosis dengan bakteri dibandingkan dengan kontrol. Pardo dan Pilar (2014) menyatakan bahwa kedelai dan lupin putih yang bersimbiosis dengan Bradyrhizobium menunjukkan pertumbuhan akar dan tunas yang lebih baik. Simbiosis Bradyrhizobium dan leguminosa akan meningkatkan toleransi
untuk kelebihan Cu dan berpotensi
sebagai fitoremediasi pada tanah yang terkontaminasi C u . Gundlur dan M anjunathaih (2002) menyatakan bahwa adanya peningkatan jumlah dan berat nodul kacang tanah ketika diberi CuSO 4 . Pemberian 30 kg CuSO 4 /ha merupakan dosis terbaik untuk pertum buhan nodul kacang tanah. Berdasarkan
penelitian
sebelumnya
ternyata
mikrobia
memiliki
kemampuan menyerap logam berlebih yang tersedia di rhizosfer. Hal ini akan berdampak baik untuk daerah yang tercemar logam berat karena bisa dijadikan sebagai agen fitoremediator tetapi dari sisi lain akan berdampak buruk bagi kesehatan manusia jika logam tersebut terakumulasi di dalam kebutuhan pangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh besarnya penyediaan Cu terhadap penyerapan dan pertumbuhan tanaman kacang tanah , mengetahui pengaruh Rhizobium terhadap penyerapan Cu pada media kelebihan Cu, dan mengetahui akumulasi Cu pada biji kacang tanah. Seiring dengan berkembangnya pengetahuan tentang sifa t mikroba terutama Rhizobium, menjadikan mikrobia
tersebut dapat dimanfaatkan serta ditingkatkan peranan dan fungsinya terutama di bidang pertanian.
B. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka didapatkan masalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana pengaruh besarnya penyediaan Cu terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.)?
2.
Bagaimana pengaruh Rhizobium terhadap penyerapan Cu ?
3.
Adakah akumulasi Cu pada biji kacang tanah di media kelebihan Cu?
C. Tujuan penelitian Berdasarkan perumusan permasalahan yang dikemukakan maka dilakukanlah penelitian dengan tujuan sebagai berikut: 1. M engetahui
pengaruh
penyediaan
Cu
terhadap
penyerapan
dan
pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.). 2. M engetahui pengaruh Rhizobium terhadap penyerapan Cu oleh kacang tanah. 3. M engetahui pengaruh rhizobium terhadap kandungan Cu pada biji kacang tanah di media dengan kadar Cu meningkat.
D. Manfaat penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan yang dikemukakan maka penelitian ini bermanfaat untuk : 1. Bagi peneliti dapat menambah atau mendukung wawasan ilmiah. 2. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan memberikan informasi tentang sifat mikroba
terutama
Rhizobium,
menjadikan mikrobia
tersebut
dapat
dimanfaatkan serta ditingkatkan peranan dan fungsinya terutama di bidang pertanian.
E. Ruang lingkup penelitian. Penelitian ini menggunakan objek berupa tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dengan perlakuan penambahan Rhizobium dan CuSO 4
pemberian dosis
untuk mengetahui pengaruh penyediaan C u terhadap penyerapan dan
pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) yang di inokulasi legin, m engetahui pengaruh Rhizobium terhadap penyerapan Cu pada media kelebihan Cu, mengetahui kandungan Cu pada biji kacang tanah di media kelebihan Cu. Berdasarkan hal ini, diharapkan dapat memberikan informasi tentang sifat m ikroba terutama Rhizobium, menjadikan mikrobia tersebut dapat dimanfaatkan serta ditingkatkan peranan dan fungsinya terutama di bidang pertanian.