PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal dari Amerika. Brazil dipercayai sebagai tempat diman pertama kali kelapa sawit tumbuh. Dari tempat asalnya, tanaman ini menyebar ke Afrika, Amerika Equatorial, Asia Tenggara dan Pasifik Selatan. Perkebunan kelapa sawit pertama dibangun di Tanah hitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schadt seorang jerman pada tahun 1911 (Setyamidjaja, 1991). Tanaman kelapa sawit adalah salah satu jenis tanaman yang menghasilkan minyak dan lemak nabati yang dibutuhkan manusia. Tanaman ini termasuk jenis tanaman keras karena umur ekonomisnya cukup lama ± 25 tahun. Selam periode tersebut, tanaman kelapa sawit akan menghasilkan tandan buah segar yang dapat diproses menjadi minyak sawit (Yudantara, 1999). Kelapa sawit merupakan komoditas yang cukup penting berperan dalam kancah perekonomian nasional. Mengingat masih lemahnya sistem informasi pada waktu itu, kapan tanaman tersebut mulai berperan di indonesia maupun berbagai aspek yang lain seperti asal – usul, jenis serta suplemen belum begitu jelas. Tanaman ini merupakan tanaman daerah tropis yang telah tersebar luas ke seluruh pelosok dunia (Syamsulbahri, 1996). Pengembangan industri kelapa sawit di Indonesia saat ini sangat pesat dan diperkirakan
masih
akan
berlangsung
dalam
tahun-tahun
mendatang.
Pengembangan kelapa sawit sampai dengan saat ini baik yang dilakukan oleh
perusahaan perkebunan maupun oleh rakyat telah mengarah ke lahan - lahan marginal. Pada kenyataannya, produktivitas kelapa sawit umumnya belum sepenuhnya tercapai sesuai dengan potensinya. Hal tersebut berkaitan dengan belum optimalnya pengelolaan faktor-faktor produksinya. Disamping itu, saat ini Indonesia telah menjadi negara yang memiliki areal perkebunan kelapa sawit yang terluas di dunia (sekitar 6,5 juta ha pada tahun 2007) dan menjadi produsen terbesar menggeser Malaysia (PPKS, 2010). Pada hal pada tahun 1997 luas areal sawit di Sumatera hanya 611.300 hektar (Risza, 1994). Sebagai komoditas pertanian, tanaman kelapa sawit sering mengalami serangan hama yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi. Untuk memelihara dan memantapkan kemampuan produksi tanaman kelapa sawit, maka mutlak diperlukan usaha perlindungan tanaman secara terpadu dari gangguan serangan hama (Pamin dkk, 1990). Tanaman kelapa sawit sering diserang oleh beberapa jenis hama. Salah satu yaitu kumbang badak (Coleoptera: Scarabaeidae) yang merupakan hama utama yang menyerang tanaman kelapa sawit di Indonesia, khususnya di areal peremajaan kelapa sawit. Oryctes rhinoceros L. menggerek pucuk kelapa sawit yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan rusaknya titik tumbuh sehingga mematikan tanaman (Susanto, 2005). Budidaya kelapa pada saat ini menghadapi masalah yang cukup pelik yaitu yaitu adaanya gangguan hama dan penyakit terutama kumbang badak. Hal ini disebabkan pada awal replanting kelapa sawit, banyak tumpukan bahan organik yang sedang mengalami proses pembusukan sebagai tempat berkembang biak hama ini. Pada areal replanting kelapa sawit serangan kumbang dapat mengakibatkan tertundanya masa berproduksi sampai satu tahun dan tanaman
yang mati dapat mencapai 25 %. Kumbang O. rhinoceros menyerang tanaman kelapa sawit yang baru ditanam di lapangan sampai berumur 2,5 tahun. Kumbang ini jarang sekali dijumpai menyerang kelapa sawit yang sudah menghasilkan (TM). Namun demikian, dengan dilakukannya pemberian mulsa tandan kosong kelapa sawit (TKS) yang lebih dari satu lapis, maka masalah hama ini juga dijumpai pada areal TM. (PPKS, 2010). Musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh
serangga
sekaligus,
melemahkan
serangga,
sehingga
dapat
mengakibatkan kematian pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari serangga. Musuh alami biasanya mengurangi jumlah populasi serangga, inang atau pemangsa, dengan memakan individu serangga. Sedangakan parasit adalah organism yang hidup menumpang pada inangnya yang berukuran lebih besar. Parasit mengambil makanan dari tubuh inangnya, parasit juga dapat melemahkan inangnya dan membunuh inangnya (Hadianirahmi, 2010). Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang di bagian luar dari tempatnya bergantung atau pada permukaan tubuh inangnya (host). Sebagian terbesar dari kelompok ektoparasit yaitu golongan serangga (Kelas Insecta), dan lainnya adalah kelompok akari (Kelas Arachnida) seperti caplak atau sengkenit, tungau, laba-laba, dan kalajengking. Selain itu, artropoda dari Kelas Chilopoda (kelabang), dan Kelas Diplopoda (keluwing) juga termasuk ektoparasit (Uppike, 2010). Sebagian jenis tungau adalah predator. Tungau tersebut mampu mengendalikan beberapa jenis hama dalam agroekosistem teh dan tanaman lain. Tungau predator memangsa tungau lain, trips, dan kutu putih. Dia menyerang
mangsanya, menusuk badannya, lalu mengisap bagian dalamnya. Satu tungau dapat memakan 1 sampai 5 nimfa trips per hari. Memang tidak semua tungau adalah predator. Ada banyak jenis yang memakan tanaman, dan sebagian dari jenis-jenis ini merusak tanaman budidaya hingga merugikan petani. Terdapat juga tungau parasit dan tungau pengurai (Hindayana, dkk). Tungau parasit merupakan serangga yang berukuran kecil, yaitu berukuran mulai dari 1mm–10 mm, mengalami metamorfosis bertahap/tidak sempurna (hemimetabola), tipe mulut untuk menusuk, menghisap, atau mengunyah dan tidak bersayap. Anggota dari spesies ordo ini ditemukan sebagai parasit pada manusia dan hewan (Niken, 2009). Mesostigmata adalah sebuah ordo tungau dari sub ordo Parasitiformer. Tidak seperti sebagian anggota kelompok lain, banyak juga dari kelompok ini yang tidak parasit tetapi bebas hidup dan ada juga sebagai predator. Ordo Mesostigmata terdiri dari beberapa sub ordo yaitu Heatherellina, Sejina, Arctacarina, Microgyniina, Epicriina, Uropodina, Diarthrophallina, Cercomegistina, Antennophorina, Parasitina, Dermanyssina, dan Heterozerconina (Wikipedia, 2011). Setiap mahluk hidup mempunyai musuh alami, begitu juga dengan Oryctes rhinoceros L. . Penulis tertarik untuk melihat dan mengidentifikasi jenis musuh alami berupa kutu dari kumbang tanduk (O. rhinoceros L.).
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui efektifitas tungau mesostigmata terhadap penggerek pucuk kelapa sawit (O. rhinoceros L.) (Coleoptera: Scarabidae) di Laboratorium.
Hipotesa Penelitian 1.
Dengan pengaplikasian tungau pada pakan serbuk batang dengan tingkat yang berbeda akan menunjukkan tingkat efektifitas yang berbeda terhadap kematian imago kumbang badak (O. rhinoceros L.).
2.
Dengan pengaplikasian tungau pada pakan tandan kosong dengan tingkat yang berbeda akan menunjukkan tingkat efektifitas yang berbeda terhadap kematian imago kumbang badak (O. rhinoceros L.).
Kegunaan Penelitian •
Sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Departemen Hama dan Penyakit tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
•
Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.