. 11. TINJAUAN PUSTAKA
A. ANALISA SITUASIONAL AGROlNDUSTRI KELAPA Agroindustri mempunyai peranan penting dan potensial untuk mempercepat transformasi perekonomian dari struktur pertanian ke struktur industri. Menurut Austin (1992) agroindustri dapat memberikan kontribusi secara signifikan terhadap perkembangan dan pembangunan ekonomi pada suatu negara karena alasan berikut ini : 1. Agroindustri (secara individu) akan memberikan dampak positif terhadap
pxkembangan sektor pertanian secara nasional. Hal ini disebabkan agroindustri merupakan suatu metoda dasar untuk mengubah atau rnentransformasikan bahan baku pertanian menjadi produk jadi untuk dikonsumsi. 2. Agroindustri akan memberikan konstribusi positif terhadap perkembangan sektor manufaktur. 3 . Sektor agroindustri yang mengolah komoditas pertanian menjadi bahan makanan
merupakan sumber nutrisi bagi negara untuk kesejahteraan dalam rangka perkembangan penduduk. Di Indonesia peran agroindustri juga cukup penting bila dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerja dan penyumbang nilai tambah. Pada tahun 1994 misalnya, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pangsa agroindustri pada kelompok industri besar dan menengah mencapai angka 52,l % dari total nilai tambah sektor industri secara keseluruhan dan mampu menyerap 66,l % angkatan kerja yang ada (Amang, 1997). Salah satu agroindustri yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah agroindustri yang berbasiskan kelapa. Kelapa atau cocos nucifera L - nama ilmiah kelapa yang diberikan oleh ahli botani dunia yaitu Linnaeus- yang termasuk jenis
palmae dari genus cocos, sering disebut juga sebagai pohon kehidupan atau tanaman serbaguna. Hampir seluruh bagian dari tanaman ini dapat diolah dalam skala industri untuk menghasilkan produk yang 'bermanfaat bagi kehidupan rnasyarakat seperti ditunjukkan pada Gambar 1
+ Helai Daun
-
lnduslri Kerajinan
<=;EranPng
lndustri Kerajinan
--+- Sap" lidi. tusuk sate
Lidi
!
+Industri Kerajinan
Pelepah
.Bunga -+ (Inflorescence)
-
ketupat
<-
---+ - Gula merah - Minuman beraikohol. Tuak 4- Ragi
ln$lri Mabnanl mbnuman
rI* 1 Nira
lnduslri Kimia
4 Bunga Utuh
i
Bahan bakar
L - Alkohol
Industro Makanan -+ - Lumpla. Acar. Sayutan Indurtri Kerapnan ----+ - Ktpas
L lnduslri Kerajinan L Hiasan dindlng. Dekorasl rvangan
---+Urnbut (Plth) Pelepah (Cuibit)
I
i
--+ lnduslri Kerajinan
Sabut biasa 4
Tamhng, sikat, penyar~ng Isolator lislrik
Sabut -
--
-t Sabut berkaret
-
+ Industri Bangunan d - , " ~ ~ ~ b ~ , ' " , " ~ ~ ~ e : ~ , " $ a r ~ ~ , " n g g a + lnduslri Kimia -+ - Arang aMif .Asap cair : ler dan asarn asetat
Tempurung
- Iblpinggang. gelang, kalung
d Indust" Kerajinan
I1
1
4 lndcstri Mabnan
I
P.
r KOpR
I
Buan
E
- Hissan dinding, sendok. kancing - Asbak
Minyak +
_I
I
Kelapa
I
+ - 8ahsn kososmet8k
1
4
lnduslri Ktmta
-Sabuncucl snampw mnyakrambut
L Santan
Llndurtri ~ a k a n a n
Kue barah (cake) Santan p n t a , ice cream, dl1
C
Arnpas
indudri Makanan ---f
Air lndustri Farmasi
I
Buah Kelapa Muda (Young Fruit)
---+
-
miriyak pelurnas
tf - Kembang gula, campuran sun"
I
I
Mfnyak goreng, margarine Susu kelapa. ice cream
lndustri Makananl minuman
43 - Dekstrosa
- Obal penurun panas
C
-. i lnduslri Bangunan
- Mabnan ternak
- Kue kelapa. penganan. dan maam-macam masakan -Juice, minuman segarldingin
- Bahan bangunan rumah. gedung-
gedung (glugu, reng. usuk. kusen. gentenglsirap), tiaog-lmng tvmah
4 - Jembatan, dan lain-lain
Batang (Trunk)
lndusln Karajinan
Akar (Root)
lndustri Kimia
- Gelas, lempat buah - Gagang cangkul - Hiasan dinding, palung. asbak - Kumi ukir, tempat lidur.dan alat-alal mmah tangga tainnya Obal-obatan
+ - Zal wm
Garnbar 1. Pohon industri tanarnan kelapa (Muljodihardjo, 1993)
Seperti diketahui, kelapa telah ditanam hampir di seluruh Indonesia dan luas arealnya pun terus meningkat. Kalau pada tahun 1990 luas areal perkebunan kelapa baru 3.334.000 Ha, maka pada tahun 2000 telah mencapai 3.712.071 Ha. Selain itu, dari segi jumlah produksi kelapa pun telah mengalami peningkatan. Bila pada tahun 1990 jumlah produksi kelapa hanya 2293.000 MT, maka pada tahun 2000 telah mencapai 2789.212 MT (APCC, 2002). Di Indonesia pengelolaan perkebunan kelapa sebagian besar masih diusahakan oleh rakyat. Berdasarkan data pada Direktorat Jenderal Perkebunan (1999) pada tahun 1999 diketahui bahwa sekitar 97.73 % dari tanaman kelapa yang ada berupa perkebunan rakyat dan 0,44 % perkebunan besar milik negara dan 1,S3 % perkebunan besar swasta (data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1). Kondisi perkembangan ekspor dan impor komoditi kelapa juga mengalami peningkatan selama tahun 1997 sld 1999 seperti ditunjukkan pada Lampiran 1. Data terakhir diketahui bahwa kontribusi sektor perkebunan kelapa terhadap nilai ekspor selama tahun 1999 - 2000 mengalami peningkatan sebesar 0,08 % (APCC, 2002). Pada tahun 1999 dari jumlah nilai ekspor sebesar $ 48.665.452.000 nilai ekspor kelap'a adalah $ 278.964.000 (0,57 % dari nilai total ekspor) dan meningkat menjadi $401.204.000 (0.65 % dari total nilai ekspor sebesar $ 62.124.016.000). Salah satu daerah penghasil kelapa di Indonesia adalah Kabupaten Ciamis yang terletak di Propinsi Jawa Barat. Daerah ini memiliki luas wilayah seluas 2.559,10 km2 dan jumlah penduduk sebesar 1.58 1.488 orang pada tahun 1999 (BPS, 2000b). Jika dilihat dari Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)-nya, Ciamis ternyata masih bertumpu pada lapangan usaha pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Pada tahun 1998 kontribusi yang diberikan bidang pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan ini adalah Rp. 1.605.108,52 atau 36 % dari total PDRB Kabupaten Ciamis yaitu sebesar Rp. 4.413.281,27. Dari kontribusi lapangan usaha tersehut, sektor perkebunan memberikan kontribusi sebesar 10,7 % atau sebesar Rp. 171.590,lO (BPS, 2000a). Hal ini menunjukkan peran lapangan usaha pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan dalam perekonomian daerah masih sangat dominan.
Salah satu lapangan usaha dari sektor perkebunan yang berkembang di Kabupaten Ciamis adalah agroindustri kelapa. Kabupaten Ciamis, yang menjadi penghasil kelapa terbesar di Jawa Barat memiliki luas areal tanaman kelapa sebesar 70.762.06 Ha dengan jumlah produksi 40.990,85 Ton (Dinas Perkebunan, 2000). Selain itu, pada tahun 2000 terdapat beberapa agroindustri kelapa yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Ciamis seperti gula kelapa yang memiliki nilai Rp. 19.266.000.000, kopra dengan nilai Rp. 20.931.280.000,- minyak kelapa dengan nilai Rp. 4.375.000.000,- dan lain-lain (Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi, 2001 b).
B. PERENCANAAN STRATEGI Pada dasarnya strategi mempakan suatu alat untuk mencapai tujuan. Sebagai alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing, strategi mempakan rencana yang disatukan, menyelumh dan terpadu dari tindakan yang bersifat ~nkrementaldan tems menerus yang dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan, dan menyatakan keunggulan dan tantangan lingkungan serta dirancang untuk memastikan bahwa tujua? utama dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat (Hamel dan Prahalad dalam Rangkuti, 2001; Jauch dan Glueck, 1995; dan Porter, 1985). Strategi yang diterapkan setiap pemsahaan berbeda bentuknya dengan pemsahaan lain pada berbagai situasi yang dihadapinya. Menumt Jain dalam Umar (1999) setiap organisasi memerlukan strategi ketika menghadapi situasi berikut : (1) sumber daya yang dimiliki terbatas, (2) ketidakpastian mengenai kekuatan bersaing organisasi, ( j )komitmet~terhadap
sumber daya tidak dapat diubah lagi,
(4) keputusan-keputusan h m s dikoordinasikan antar bagian sepanjang waktu, Strategi pemsahaan didefinisikan sebagai pola keputusan dalam pemsahaan yang menentukan dan mengungkapkan sasaran, maksud, atau tujuan, yang menghasilkan kebijaksanaan utama dan perencanaan pencapaian tujuan ini, serta
rincian jangkauan bisnis yang akan dikejar oleh pemsahaan, yaitu jenis organisasi ekonomi dan kemanusiaan yang diinginkan atau diharapkan, dan sifat dari penyaluran ekonomis dan non-ekonomis yang akan diberikan kepada pemegang saham, karyawan, pelanggan, dan masyarakat (Andrew, 1985). Rangkuti (2001) mengemukakan bahwa untuk menentukan, memmuskan, menilai, dan menerapkan strategi pemsahaan perlu dikenal dan dipahami dengan baik konsep strategi perusahaan yang tems berkembang, karena ha1 ini akan menentukan kesuksesan dalam menyusun perencanaan strategi. Konsep-konsep tersebut adalah : (I) L)i.slitrcli~~eCumpelence, tindakan yang dilakukan oleh pemsahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. ( 2 ) ( ' o n i p e l i l i ~ ~Ad~~arrlage, e kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh pemsahaan
agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. Selain itu, agar strategi pemsahaan dapat berjalan dengan baik, sebelumnya perlu dilakukan pula analisa terhadap perencanaan didefinisikan
sebagai
suatu
metoda
terbaik
strategi. Perencanaan untuk
strategi
menciptakan
dan
mengimplementasikan strategi-strategi dengan memisahkan antara konsep dan pelaksanaan dengan cara menerapkan prosedur tahap demi tahap sehingga pelaku bisnis t ~ d a kakan lnelakukan tindakan yang salah (Umar,1999).
C. STUD1 KELAYAKAN USAHA 'Dalam mengembangkan suatu usaha dapat dilakukan dengan investasi bam atau ekspansi
Sebelum melakukan investasi, perlu dilakukan studi kelayakan usaha
(bisnis) untuk memperkirakan apakah investasi yang akan dilakukan layak atau tidak Yang dimaksud dengan studi kelayakan usaha adaiah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek bisnis dilaksanakan (Umar, 1997). Studi kelayakan usaha dapat dilakukan dengan menganalisa beberapa aspek-aspek berikut :
I. Aspek Pasar
Menumt Umar (1997), Sutojo (1996), dan Djamin (1993), terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan studi kelayakan berdasarkan aspek pasar yaitu a) penumbuhan permintaan produk, b) proyeksi/ kecendemngan permintaan produk pada masa mendatang, C) volume ekspor, d) tingkat persaingan,
e) pel-anan pemerintah dalam menunjang perkembangan dan pemasaran produk t)
jaringall informasi ke pasar,
g) saluran distribusi,
h) aktivitas promosi, i) peluang pasar, j)
siklus hidup produk,
k) tingkah laku, motivasi, kebiasaan, dan preferensi konsumen
2. Aspek Teknologis
Faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan studi kelayakan berdasarkan aspek teknologis adalah : a. Loliasi
hlenurut Direktorat Jendral Hasil Pertanian dan Kehutanan (1997), Umar (199'). Sutojo (1996), Djamin (1993), dan Lockyer el a/. (1990), faktor-faktor lokasi yang mempengaruhi kajian aspek teknologi adalah (1) jarak ke lokasi pasar, (2)
ketersediaan bahan baku,
(3)
kontinuitas bahan baku,
(4)
ketersediaan air,
(5)
ketersediaan listrik,
(6)
ketersediaan tenaga kerja,
(7)
sarana transponasi,
(8)
sarana komunikasi,
(9)
kebijakan pemerintah,
(10) sikap dari masyarakat setempat, (I I) rencana ekspansi, . ( 12) biaya tempat,
( 1 3) persyaratan keamanan.
b. Tata Letak Fasilitas Produksi (Lay Out)
Menumt Umar (1997), Sutojo (1996), dan Djamin (1993), faktor-faktor tata letak fasilitas (lay out) yang mempengamhi dalam analisa aspek teknologi adalah : (I)
konsistensi dengan teknologi produksi,
(2)
kelancaran arus produk dari satu proses ke proses lain,
(3) .penggunaan mangan yang optimal,
(4)
kemudahan bila dilakukan penyesuaian atau ekspansi,
(5)
biaya produksi,
(6)
kapasitas produksi,
(7) jaminan keselamatan tenaga kerja.
c. Teknologi dan peralatan Menurut Umar (1997), Sutojo (1996), dan Djamin (1993), faktor-faktor teknologi dan peralatan yang mempengamhi analisa aspek teknologi adalah : (I)
kecocokan jenis teknologi,
(2)
kemampuan pengetahuan tenaga kerja,
(3)
kemungkinan adanya teknologi lanjutan,
(4)
tingkat keberhasilan penerapan.
(5)
pengadaan teknologi,
(6)
kemampuan mengadopsi teknologi,
(7)
kesiapan manajemen dalam pengelolaan teknologi
(8)
kecepatan pembahan teknologi.
3. Aspek Fi~iansial
Analisa kelayakan usaha ditinjau dari aspek finansial dapat menggunakan tiga metoda yang akan dipertimbangkan dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi, vaitu metoda Nri 1're.sent Vulzre (Nilai Sekarang Bersih), Inientul Rate of Rettrrn (Analisis Laju Pengembalian), dan Bertefit Co.sf Ratio (Rasio Manfaat Biaya) a, Nilai Sekarang Bersih (NSB) Nilai Sekarang Bersih (NSB) adalah selisih antara Present Valtre (Nilai Sekarang) dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat hunga yang relevan. Rumus yang digunakan untuk menentukan nilai NSB adalah : NSB = NS
r,,,,i,,,,,.
- NS B i q a
(Siregar dan Samadhi, 1987)
Di mana NSB
= Nilai
NS
=
Sekarang Bersih
Nilai Sekarang
Kriteria Penilaian Jika NSB > 0, investasi dinyatakan layak Jika NSB < 0, investasi dinyatakan tidak layak b. Analisis Laju Pe~~gernbalian (ALP)
Laju Pengembalian atau Irrternnl Rutr of Returrt (IRR), dari suatu investasi dapat didefinisikan sebagai tingkat suku bunga yang akan menyebabkan nilai ekivalen biayalinvestasi sama dengan nilai ekivalen penerimaan. Menghitung IRR pada dasarnya adalah menentukan i sedemikian rupa sehingga persamaan berikut berlaku : 1. Nilai Sekarang Bersih = 0 2. Nilai Sekarang Penerimaan - Nilai Sekarang Biaya = 0
3
Nilai Sekarang Penerimaan Nilai Sekarang Biaya
=1
Nilai 1RR dapat dicari dengan cara coba-coba dengan menggunakan mmus :
[
+ (r
IRR=r
Di mana :
) ] dan Samadhi. 1987) - r - ) x ( N S ~ ~ ~ s B (Siregar
IRR
= tingkat
r.
= Tingkat
bunga yang membuat NPV negatif (%)
= Tingkat
bunga yang membuat NPV positif (%)
r
-
NSB'
bunga yang dicari harganya (Oh)
= Nilai Sekarang Bersih positif (Rp.)
NSB- = Nilai Sekarang Bersih negatif (Rp.) Kriteria Penilaian : Jika IRR > bunga bank yang ditentukan maka investasi dinyatakan layak dan bila sebaliknya dinyatakan tidak layak. c. Rasio Manfaat Biaya Rasio Manfaat Biaya (RMB) atau Bene$t Cost Ratio mempakan perbandingan antara nilai ekivalen manfaat dengan nilai ekivalen biaya yang dirumuskan sebagai berikut : llMH
=
Nilai Sekarn~lgMa~!faa/ Nikri Sckcrrcrtlg Bicyn
(Siregar dan Sarnadhi, 1987)
Kriter~auntuk menerima atau menolak suatu proyek adalah : proyek dinyatakan layak bila RMB > 1 dan ditolak bila sebaliknya.
D. PROSES HIRARKI ANALITIK (PHA) 1. Pengertian PHA
Proses Hirarki Analitik (Anafitycal Hierarchy Process) yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty selama periode 1971-1975 di Wharton School (University of
Pennsylvania), memiliki perhatian khusus tentang penyi~npangandari konsistensi, pengukuran, dan pada ketergantungan di dalatn dan di antara kelompok elemen struktul-nya PHA menipakan suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menelnukan skala rasio baik dari perbandingan pasangan yang diskret maupun kontinyu (Mulyono, 1991).
2. Prinsip Kerja PHA
D a l a ~ nmenyelesaikan permasalahan dengan metoda PHA, Mulyono (1991) mengemukakan bahwa terdapat beberapa prinsip yang hams dipahami yaitu :
(a) Dekomposisi Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan dekomposisi yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Agar lebih akurat hasilnya, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan. Proses analisa ini dinamakan hirarki.
(b) Penilaian perbandingan Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari PHA,
karena penilaian ini akan berpengamh terhadap
prioritas elemen-elemen. Hasil penilaian ini biasanya disajikan dalam bentuk matrik perbandingan berpasangan (pairwise con~pnrisotz).Pertanyaan yang biasa diajukan dalam nlenyusun skala kepentingan adalah : a. Elemen mana yang lebih pentind disukai/mungkin/ . . .? dan b. Berapa kali lebih pentingl disukail mungkinl . . . .? Dalam menyusun skala kepentingan, digunakan skala seperti ditunjukkan pada Tabel 1
Tabel I . Skala penilaian perbandingan dalam PHA '' Inleosilas K~~~~~~~~~~~ kepenti~~ga~~ 1 Kedua elemen sanla pentingi~ya !
I
3 I 3
i
1
7
1 I /
9
/
I
I /
2.4.6.8
Kebalikan
1
Pel~jelasan Dua elernen mempunyai pen@rul~yang s a n a besar terl~adaptujuan
j
1
I
Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong ; Elemen yang s;ltu sedikit lebil~ penting daripada elenlen yang lain satu elemen dibandingkan elemen lairuiyia E l c ~ n !ang e ~ ~ saul lebilu penling i Pengala~nendan pcnilaian sangat kuar menyokong saru elemen dibandingkan e l e n ~ e l ~ daripada ele111e11jang lainnja i l;~i~ulya Satu elen~enjelas lebil~mutlak I Satu elemen yang kuar disokong ole11 din penting daripada elen~enlaim~ja dominar~terlihat dalan~praktek ! Satu e l e ~ n e motlak ~l pentiog / Bukti yang mendukung elemen yallg satu daripada elemen lai~u~ya I terl~adapelemen lain menuliki tingkat i penegasan tertinggi yang mungkin inengtlarkatu i Nilai-nilai di anlard dua nilai I Nilai ini diberikan bila ada dua komoro~nidi pertimbangin yang berdekata~~ anrara dua pilil~a~i
I
I I
I !
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengun aktivitas j, nvakn j mempunyai nilai kebalikaru~yadibanding dengan i
',
I
I
(c) Sintesa prioritas
Dari setiap matrik perbandingan berpasangan kemudian dicari eigen~~eclor-nya untuk mendapatkan prioritas lokal. Karena matrik (matrik-matrik) perbandingan berpasangan terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan prioritas
-global
hams dilakukan sintesa berbeda menurut bentuk hirarki. Pengumtan
elemen-elemen menurut kepentingan relatif rnelalui prosedur sintesa dinamakan priorily selti?zg.
(d) Konsistensi Logika Konsistensi memiliki dua makna, yaitu bahwa obyek-obyek yang sempa dapat dikelornpokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi, dan tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu
E. METODA PERBANDINGAN EKSPONENSIAL Metoda Perbandingan Eksponensial ( W E ) merupakan salah satu metoda pengambilan keputusan yang mengkuantitatifkan pendapat seseorang dalam skala
tertentu. Keuntungan metoda MPE adalah nilai skor yang menggambarkan urutan prioritas menjadi besar karena mempakan fungsi eksponensial, sehingga umtan prior'tas alternatif keputusan lebih nyata (Manning, 1984). Fase yang sangat penting dalam penerapan metoda MPE adalah penentuan derajat kepentingan relatif atau bobot dari setiap kriteria yang ditetapkan. Penentuan bobot ini diniiai sangat penting karena akan mempengamhi nilai total (skor) akhir dari setiap alternatif keputusan. Skor suatu alternatif diperoleh dengan cara penjumlahan dari rata-rata arit~netikayang dieksponensialkan dengan mengurutkan total skor masiny-masiny alternatif dari nilai skor tertinggi sampai alternatif dengan nilai total skor terendah. Perhitungan total skor dilakukan dengan menggunakan mmus berikut : m T o t 3 Skor(TS), =
(RK..)
j=1
tkk,
IJ
i = l , 2 , 3 ,..., n j = 1 , 2 , 5 ,..., m
Di mana : TSi
= Total Skor dari alternatif ke-i
RK,
=
Skor alternatif ke-i pada kriteria ke-j
tkki
=
Derajat kepentingan relatif keputusan ke-j
n
= Jumlah alternatif
m
=
Jumlah kriteria
F. SISTEM FUZZY Pada tahun 1965. Lotfi A. Zadeh memperkenalkan teori himpunanj~zzyGfi~zzy .ye1 theory). Teori ini mempakan suatu cara pengambilan keputusan melalui pendekatan logika fuzzy dan sangat berguna untuk memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan hal-ha1 yang mengandung ketidaktepatan (imprecision). Himpunan fizzy adalah himpunan vang memiliki batas yang tidak jelas ( I I I ) . S ~ L I I ~C ) J ~ I I ) I ~ U ~ Y ) ,
berbeda dengan teori himpunan biasa (crisp set teori) yang
menuntut
adanya batas yang jelas
atau sharp boundary (Yudhist~ra dan
Diawati, 1998). Secara umum fungsi keanggotaan dari sistem ,fizzy dapat direpresentasikan dalam beberapa model, diantaranya model triangular, trapezoidal, dan gaussian, yang dibe~dkanoleh pembahan derajat keanggotaan seperti ditunjukkan Gambar 2
(a) Triangular
(b) Trapezoidal
(c) Gaussian
Gambar 2. Model keanggotaan filngsi gugus,frizz)~(Kaufmann den Gupta, 199 1)
1. Logika Fuzzy
Logika fizzy adalah suatu teknik yang memungkinkan untuk membangun sistem yang lebih rnereflesikan data. Logikafi~zzyrnenggunakan derajat keanggotaan pada interval (0,I) untuk beragam kemungkinan pilihan yang didasarkan pada suatu nilai variabel. Keuntungan logika ,fi~zzyadalah dapat membangkitkan derajat keanggotaan pada suatu nilai secara berangsur-angsur dan lebih baik, dibandingkan tanpa logika ,jizz).. hlenurut Viot (1993) logika fizzy mengembangkan logika tradisional dalam dua cara: (1) Himpunan dapat didefinisikan secara kualitatif menggunakan bentuk linguistic (tinggi, panas, cukup, dan sebagainya) dan elernen hirnpunannya ditandai dengan derajat keanggotaan.
(2) Beberapa aksi atau respon dari pernyataan yang benar atau sebagian benar merefleksikan tingkat kebenaran pernyataan.
2. Furzyfiknsi
fitzzfikasi mempakan proses penentuan sebuah nilai input masing-masing yugus
ftt::~
(Viot,
1993). 1~ilz:fik~r.si in1
memperoleh
suatu
nilai
dan
mengkonibinasikannya dengan fungsi keanggotaan untuk menghasilkan nilai ,frtzz~ (Sibigtroth, 1992). Fungsi keanggotaan mendefinisikan ekspresi 11i~grtI.sticmenjadi bilangan yang dapat dimanipulasi. Dengan kata lain, ,jitz:y$kasi
ini menentukan nilai numerik dari
ekspresi bahasa yang membingungkan, seperti cocok atau agak cocok.
3. Evaloasi Aturan
Evaluasi aturan (rule) ataufirzzy inference menggunakan teknik yang disebut min-nlcrx itlference untuk menentukan nilai akhir berdasarkan nilai sistem input dan nilai akhir dari proses ini disebut,frtzzy orrtp~rl(Sibigtroth, 1992) Selanjutnya Klir dan Bo (1995) mengemukakan operasi standar,fuzzy :
I
-A
(x)
A (x)
=
(AuB) (x)
= min [PA ( 4 , PB
(AuB) (x)
= max [PA
(41
( 4 , PB ( 4 1
\'iot (1993) mengemukakan bahwa masing-masing rule memiliki bentuk pernyataan IF-THEN. Bagian IF dari suatu rule meliputi satu atau lebih kondisi, disebur crt~/ecederzt.Sedangkan bagian THEN meliputi satu atau lebih aksi dan disebut C O I I S ~ ~ I I L ' I I ~Suatu .
atltecedent dari rules terhubungkan langsung pada derajat
keanggotaan ifitzzy iizprrl) yang ditentukan melalui suatu proses fuzzyfikasi.
4. Defuzzyfikasi
Ll~fitzzyfiknsi mempakan suatu proses yang mengkombinasikan selumh fizzy outprtt menjadi sebuah hasil spesifik yang dapat digunakan untuk masing-masing sister11 orttprtt (Sibigtroth, 1992). Deji~zzyfikasidapat dilakukan dengan mengambil satu,fit:=j. ortprit yang terkuatlderajat keanggotaan terbesar sebagai hasil. Metoda yang digunakan adalah Centroid (center of gmvify), dengan prinsip mengkombinasikan selumh fuzzy output. Formulasi metoda tersebut adalah :
Di mana
D
=
Decissiot7
F
=
FIIZ outp~rt ~~
S,
- Posisi pusat sistem output
n
= Jutnlah
gugus yang didefinisikan untuk sistem output
G. METODA PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELOMPOK FUZZY Terdapat beberapa metoda pengambilan keputusan kelompokj~zzyyang telah dikembangkan untuk menyelesaikan persoalati inulti hirarki, antara lain:
( 1 ) Metoda semi non-numerik: Representasi label dengan komputasij~zzy ( 7 ) tletoda non-iiumerik: Representasi label dengan komputasi label.
Menurut Marimin, et a/. (1998) prinsip kerja metoda pengambilan keputusan kelompok preferensi fuzzy lii7guistik (semi-numtrik dan non-numerik f21zzy) dilak*~kan dengan pendekatan masalah melalui penyusunan hirarki. Metoda semi non-numerik : representasi label dengan komputasi fuzzy cukup sulit dilakukan, karena metoda ini memerlukan perhitungan yang tidak efisien (perhitunyan Tricrr~grtlrr.I-itz:~ Nltnlhrr atau TFN). Karena itu dalam penelitian ini akan digunakan metoda non numerik untuk menganalisa kelayakan agroindustri produk prospektif ditinjau dari aspek pasar dan teknologi. Metoda non-numerik memiliki ciri-ciri seperti berikut : ( 1 ) h.lodel sederhana dan fleksibel,
(2) Mempertimbangkan kriteria secara ekplisit, (3) Disesuaikan pada suatu kasus denganjrll consei~srcs,dan
(4) Dapat juga digunakan untuk me'manipulasi tingkat kepuasan.
Dalam metoda non-numerik terdapat dua prosedur kerja yang dilakukan, yaitu:
( I ) Agrekasi pada kriteria dengan menggunakan Nmus Vi,
=
min [Neg (Wak) v V,,
(ad]. (2) Agregasi pada pakar (pengambil keputusan) dengan menggunakan rumus Vi
=
Kv,) = max [q A b,] Menurut Marimin el al. (1997) metoda non-numerik menggunakan operator-operator minimum (A). maksimum (v), dan OWA (Ordered Weigh~edAverage,).
H . INTERPRETATIVE STRUCTUR4L MODELLING (ISM)
Teknik ISM merupakan suatu proses pengkajian kelompok dimana modelmodel struktural dihasilkan guna memotret perihal yang kompleks dari suatu sistem, melalui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafik serta kalimat. Teknik ISM terutama ditujukan untuk pengkajian suatu tim, namun bisa juga dipakai oleh seseorang peneliti (Eriyatno, 1996). Metodologi dan teknik ISM dibagi menjadi dua bagian, yaitu penyusunan hirarki dan klasifikasi sub sistem. Prinsip dasarnya adalah identifikasi dari struktur di dalam suatu sistem akan memberikan nilai manfaat yang tinggi guna meramu sistem secara efektif dan pengambilan keputusan yang lebih tinggi. Llalam teknik ISM, program yang ditelaah perjenjangan strukturnya dibagi menjadi elemen-elemen di mana setiap elemen selanjutnya diuraikan menjadi sejurllah sub-elemen. Studi dalam perencanaan program yang terkait memberikan pengertian mendalam terhadap berbagai elemen dan peranan kelembagaan guna mencapai solusi yang lebih baik dan mudah diterima. Teknik ISM memberikan basis analisa di mana informasi yang dihasilkan sangat berguna dalam formulasi kebijakan serta perencanaan strategis. Menurut Saxena (1992) dalam Eriyatno (1996), program dapat dibagi menjadi sembilan elemen, yaitu : (1) sektor masyarakat yang terpengaruh,
(2) kebutuhan dari program, (3) kendala utama,
(4) perubahan yang dimungkinkan,
( 5 ) tujuan dari program. ( 6 ) tolok ukur untuk menilai setiap tujuan, (7) aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan,
(8) ukuran aktivitas guna mengevaluasi hasil yang dicapai oleh setiap aktivitas, (9) lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program.
Tabel 2. Keterkaitan antar sub-elemen pada teknik ISM " No.
Inteyretasi
Jenis
-
I
/
2
Pcmbandingan (Cor?lpnrntrve)
I Pcrn!ataan
(IDefinrnve)
I.
A lebih pentinglbesarlind daripada B A adalak atribut B A ternlasuk di dalanl B A mengartikan B
Pengamh (Influence)
A menyebabkan B
I
A adalah sebagian penyebab B A rnengembangkan B
A rnenggerakkan B A nieningkatkan B
Keuangan (Spatral)
A adalah Selatad Utara B
A di atas B A sebelah kiri B
Kenaktuan (Temporal/T~tneScole)
A mendahului B A 111engikutiB
A mempunyai prioritas lebih dari B
Teknik ISM pada dasarnya merupakan analisa kumpulan pendapat dari para pakar yang dinyatakan dengan hubungan konstektual. Berdasarkan hubungan kontekstual tersebut maka disusunlah Structrrral Self-nteraction Matrix (SSIM) dengan menggunakan simbol V, A;X dan 0 di mana :
V adalah eij = 1 dan eji = 0
I
A adalah e,,= 0 dan eji = 1
adalah e;, = 1 dan e,,= 1
I\
V adalah ei, = 0 dan e,, = 0
Dengan pengertian bahwa simbol 1 adalah terdapat atau ada hubungan kontekstual, sedangkan simbol 0 adalah tidak terdapat atau tidak ada hubungan !,on~elistual antara elemen i dan j serta sebaliknya (Eriyatno, 1996). Setelah SSlM dibentuk, kemudian dibuat tabel Reachabili@ Matri.~ (RM) densan ~nengganti V. A, X, 0 rnenjadi bilangan 1 dan 0. Kemudian dilakukan penykajian menumt Aturan 7i.orrs1ity dengan melakukan koreksi terhadap SSlM sampai terjadi matrik yang tertutup. Pengolahan lebih lanjut dari RM yang telah memenuhi aturan trat7sviQ adalah penetapan pilihan jenjang (level partition). Pengolahan bersifat tabulatif dengan pe~lgisia~~ format. Hasil akhir teknik ISM adalah elemen kunci, diagram stmktur, dan matrik DP-D
(Dri~vrPower-Dependence) yang menggambarkan klasifikasi sub-elemen, yaitu : 1
IZ'mk driver-weak depet~det~t 1~nriah1e.s(Arrtonomolrs), umumnya sub elemen tidak berkaitan dengan sistem, dan mungkin mempunyai hubungan sedikit, ~nrskipunhubungan tersebut bisa saja kuat (Sektor 1).
2. M'eak drIver-strongly depet~det~t l~ariables(Dependenl), peubah tidak bebas dan
akan terpengamh oieh adanya program sebagai akibat tindakan terhadap sektor idill
(Sekt0r 11).
3 . Slrotlg driver-strot~glydepetlderlt 1~cmrIab1es (Lit~kage),peubah hams dikaji secara
hati-hati, sebab hubungan antar peubah tidak stabil. Setiap tindakan pada peubah t-rsebut
akan memberikan
dampak terhadap lainnya dan umpan balik
pengamhnya bisa memperbesar dampak (Sektor Ill). 4. S~rotrg drive-weak depet1det7t ~~ariables(It~depet~dent), peubah mempunyai
kekuatan penggerak yang besar terhadap keberhasilan program tetapi sedikit ketergantungan terhadap program (Sektor IV).
punya
1. SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Konsep Sistem Pengambilan Keputusan (SPK) atau Decision Support Sy.~ten7 (DSS) mulai dikenal pada akhir tahun 1960-an dengan linfe sharing komputer. Namun, istilah SPK sendiri barn diperkenalkan pada 1971 oleh G. Anthony Gorry dan irlichael S. Scott Morton, keduanya mempakan profesor MIT, yang merasakan perlunya suatu kerangka kerja untuk mengarahkan aplikasi komputer kepada pengambilan keputusan manajemen (McLeod, 1995). Istilah SPK didefinisikan oleh Minch dan Burns (Eriyatno, 1996) sebagai konsep spesifik vang menghubungkan sistem komputerisasi informasi dengan para pengambil keputusan sebagai pemakainya. Karakteristik pokok yang melandasi teknik SPK adalah : (1) lnteraksi langsung antara komputer dengan pengambil keputusan. (2) Dukungan menyelumh (holistik) dari keputusan bertahap ganda. (3) Suatu sintesa dari konsep yang diambil dari berbagai bidang, antara lain : ilmu
k?mputer, psikologi, intelegensia buatan, ilmu sistem dan ilmu manajemen. (4) Melnpunyai kemampuan adaptif terhadap pembahan kondisi dan kemampuan
berevolusi menuju sistem yang lebih bermanfaat. Peter G.W. Keen yang bekerja sama dengan Scott Morton daiam McLeod (1995) ~nendefinisikantujuan yang hams dicapai SPK, yaitu : ( I ) 2lc111banlupengambil
keputusan membuat keputusan untuk ~nemecahkanmasalah
semi-stmktur. (2) Mendukung penilaian pengambil keputusan bukan mencoba menggantikannya (3) Meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan
Tujuan-tujuan ini berhubungan dengan tiga prinsip dasar dari konsep SPK, yaitu stmktur masalah, dukungan keputusan, dan efektifitas keputusan. Gambar 3 menunjukkan bahwa SPK berfokus pada masalah-masalah semi-stmktur. Tingkat Stmktur masalah itu sendiri menurut McLeod (1995) terdiri dari : (1)
Masalah t e r s t ~ k t u r , berisi .elemen-elemen dan hubungan-hubungan antar elemen yang semuanya dipahami oleh pemecah masalah.
( 2 ) Masalah tak terstruktur, berisi elemen-elemen atau hubungan-hubungan antar
elrmen yang tidak dipahami oleh pemecah masalah. (3)
Masalah semi-terstruktur, berisi sebagian elemen-elemen atau hubungan yang dimengerti oleh pemecah masalah.
Solusi Komputer
Terstruktur -4
Solusi Pengambil Keputusan
Tak-Terstruktur Semi-Terstruktur Tingkat struktur masalahb-
-
Gambar 3 . Fokus masalah pada SPK (McLeod, 1995) Dalam aplikasinya, SPK baru dapat dikatakan bermanfaat apabila terdapat kondisi sebagai berikut : (I)
Eksistensi basis data yang sangat besar sehingga sulit mendayagunakannya.
(2)
Kepentingan adanya transformasi dan komputasi pada proses mencapai keputusan.
(3)
Adanya keterbatasan waktu, baik dalam penentuan hasil maupun dalam 11 osesn\a
(4)
Kepentingan akan penilaian atas pertimbangan aka1 sehat untuk menentukan dan mengetahui pokok permasalahan serta mengembangkan alternatif dan pemilihan solusi. Model konsepsional dari SPK merupakan gambaran hubungan abstrak antara
tiga homponen utama penunjang keputusan yaitu : para pengambil keputusanlpihak pengguna, model, dan data, seperti'ditunjukkan pada Gambar 4.
Dal-i ketiya kotuponen tersebut, model ~nerupakaninti dalam rancang bangun SPK. karena model harus dapat metiyhasilkan keputusan yang efektif bayi pengguna.
Menurut Mulyono (1991) model
adalah abstraksi atau penyederhanaan realitas
sistem yang kompleks di mana hanya komponen-komponen yang relevan atau faktorfaktor yang dominan dari masalah yang dianalisa diikutsertakan. Model ini diperlukan untuk meneinukan variabel-variabel apa yang penting atau menonjol.
I
+
+
Sistem Manajemen Basis Data (DBMS)
Sistem Manajemen Basis Model (MBMS)
+ t
+ t
Sistem Penaolahan Ter~usat Sistem Manajemen Dialog
+I 4I Pengguna
Gambar 4. Struktur dasar SPK (Eriyatno, 1996).