PENDAHULUAN
Perubahan mekanisme Pemilukada dari sistem perwakilan ke sistem langsung diperjelas melalui Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan ditegaskan pengaturannya dalam Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Perubahan tersebut telah membuka ruang kesempatan yang luas kepada seluruh warga negara untuk dapat berpartisipasi dalam politik. Partisipasi politik tersebut tidak hanya berjalan dalam bentuk pemberian hak suara, melainkan adanya antusiasme warga yang terus meningkat untuk mendaftarkan diri sebagai kontestan di pemilukada. Jika menengok ke belakang, keberhasilan menyelenggarakan pemilihan langsung Presiden dan Wakil Presiden secara aman dan tertib, mengindikasikan semakin tingginya kedewasaan berpolitik rakyat Indonesia. Rasio lanjutan yang bisa diterima adalah masyarakat akan semakin kritis dalam menjalani pemilihan-pemilihan umum berikutnya, termasuk pemilukada. Hal tersebut menjadikan kemenangan pertarungan di pemilukada semakin ditentukan oleh strategi yang dibawa para kandidat. Strategi memang mutlak dibutuhkan bagi siapa saja yang ingin menang dalam persaingan, terlebih lagi persaingan di kancah politik, yang terkenal sangat keras dan penuh intrik. Persoalan yang dihadapi dalam pemilukada saat ini adalah kurangnya partisipasi politik masyarakat, yang diakibatkan oleh hilangnya kepercayaan terhadap partai politik dan elit politik. Hal tersebut merupakan kelalaian partai politik dalam menjalankan fungsi pendidikan politik pada masyarakat. Kondisi ini menuntut para kontestan untuk dapat memberikan pendidikan politik dan pendekatan kepada konstituen untuk mengembalikan kepercayaan pemilih terhadap
partai politik dan kontestan, serta meyakinkan para konstituen untuk menentukan pilihan politiknya. Guna mengefektifkan strategi pendekatan kepada pemilih di pemilukada, maka seorang kontestan dituntut harus mampu memasarkan dirinya ditengah-tengah masyarakat sesuai dengan kemajuan zaman dan kondisi di daerah pemilihan. Metode pemasaran politik (political marketing) merupakan strategi kampanye yang sedang disukai saat ini, secara sadar ataupun tidak pendekatan marketing dalam dunia politik telah dilakukan oleh para kontestan untuk dapat menyampaikan pesan-pesan politik mereka kepada pemilih (warga). Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara merupakan salah satu daerah otonom di Indonesia yang baru selesai menggelar pemilukada pada tanggal 9 Desember Tahun 2010, secara umum proses pemilukada Kota Bitung berjalan dengan lancar dan damai. Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 khususnya pasal 58 ayat 8 menyebutkan bahwa Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah warga negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat: mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di daerahnya. Kemudian dalam pasal 76 ayat 2 menyebutkan bahwa pasangan calon wajib menyampaikan visi, misi dan program secara lisan maupun tertulis kepada masyarakat. Hal-hal inilah yang mendorong bagi setiap pasangan untuk menggunakan metode-metode ataupun strategistrateginya untuk dapat mempengaruhi rakyat sebagai pemilih untuk berpihak sekaligus memenangkan pemilihan umum. Persaingan adalah satu konsekuensi logis dalam demokrasi, dimana masing-masing kandidat bersaing untuk meyakinkan pemilih bahwa kandidat merekalah yang layak untuk dipilih dan keluar sebagai pemenang pemilu. Melalui persaingan ini pula rakyat akan dapat menilai dan melihat mana kontestan yang mampu menawarkan produk politik yang paling sesuai
dengan kebutuhan mereka. Kampanye pemilu merupakan salah satu media dan periode bagi tiaptiap kontestan memiliki kesempatan untuk mempromosikan dan mengkomunikasikan ide dan inisiatif politik mereka. Masing-masing kontestan saling berlomba untuk menawarkan produk politik yang paling menarik. Demikian halnya dengan metode, strategi dan konsep pemasaran politik yang dilakukan oleh Pasangan calon Walikota dan calon wakil walikota Bitung Hanny Sondakh dan Maximilian Jonas Lomban, S.E., M.Si. Dimana dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah terdapat perkembangan politik yang menarik, khususnya dalam pergulatan Pemilukada di Kota Bitung Tahun 2010. Hal ini dilihat dari beberapa aspek yang dimiliki baik oleh Hanny Sondakh maupun pasangannya, Maximilian Jonas Lomban, S.E., M.Si. Lebih jelasnya, bila menilik lebih dalam pada sosok Hanny Sondakh yang maju sebagai calon Walikota, terdapat beberapa aspek yang dapat dikatakan kurang mendukung dalam proses pemasaran politiknya. Aspek tersebut dapat dilihat dari segi etnis, agama, dan background. Seperti yang diketahui bersama bahwa Hanny Sondakh berasal dari etnis Tionghoa dan menganut agama Kristen Katolik yang keduanya tidak dominan di kota Bitung. Belum lagi bila ditelaah dari background Hanny Sondakh yang merupakan seorang yang baru berkecimpung di dunia politik karena sebelumnya merupakan seorang pengusaha. Kondisi yang hampir serupa juga dialami oleh pasangannya yaitu Maximilian Jonas Lomban, S.E., M.Si. Beliau merupakan seorang birokrat yang bukan merupakan penduduk asli kota Bitung, walaupun mengemban jabatan sebagai Sekretaris Kota Bitung sebelumnya. Aspek-aspek tersebutlah yang membuat strategi dan pemasaran politik dari kedua pasangan calon untuk memenangkan Pemilukada di Kota Bitung tahun 2010 menjadi menarik untuk diangkat sebagai bahan penelitian.
PEMBAHASAN
A. Produk Politik Kepada Pasar Produk politik kepada pasar adalah identitas khas dan konsisten dari kontestan dihadapan pemilih. Mengenai pendekatan produk politik kepada pasar menurut Nursal, sebuah kontestan harus memiliki produk yang sesuai dengan aspirasi pemilih. Tetapi harus disadari bahwa produk yang berkualitas tersebut tidak begitu saja diminati para pemilih. Banyak hal yang menjadikan pemilih bersikap demikian, misal terlalu banyaknya kontestan yang dianggap berkualitas sehingga sulit sekali bagi pemilih untuk melihat kontestan mana yang lebih berkualitas. Agar memudahkan pengenalan, sebuah kontestan perlu menciptakan identitas khas dan konsisten berupa nama, logo, disain visual dan ciri-ciri lainnya sebagai alat identifikasi kontestan tersebut sekaligus membedakan diri dengan kontestan lainnya. Dengan bahasa lain, produk politik diartikan sebagai figur, visi-misi dan identitas lainnya yang membedakan seorang kontestan dengan kontestan lainnya. Mengenai figur dari calon Walikota Hanny Sondakh, dikenal dimasyarakat merupakan sosok seorang Pengusaha sukses Kota Bitung yang memiliki beberapa perusahan besar yang bergerak di bidang Perikanan Laut, seperti PT. Sari Cakalang. Sebagai pengusaha, ia dinilai masyarakat sangat dermawan yang banyak membantu masyarakat. Marly Pamaruntuan, seorang warga Kelurahan Apela satu, mengakui bahwa Hanny Sondakh telah membantu warga dengan menyumbang dana besar dalam pembangunan gedung Gereja setempat. “Sebelum Hanny Sondakh menjadi walikota, beliau telah melakukan banyak
aktivitas sosial pada masyarakat Kota Bitung, karena kepedulian bapak Sondakh, maka saya sangat mendukungnya dan memilihnya menjadi Walikota Kota Bitung”, Ungkap Marly. Demikian tokoh Hanny Sondakh dalam opini masyarakat telah dikenal sebagai tokoh yang dekat dengan warga, berjiwa sosial, dan tokoh yang kharismatik. Mereka menilai juga bahwa Hanny Sondakh adalah seorang figur yang diterima oleh semua golongan agama, karena Ia membantu kelompok-kelompok agama seperti pembangunan Gereja, Masjid, dan Klenteng. Karena itu, berdasarkan dedikasinya terhadap masyarakat Kota Bitung, maka bisa terpilih untuk kedua kalinya menjadi walikota kota Bitung. Belum lagi sosok dari seorang Hanny Sondakh yang mengabdikan diri bagi daerah dan tidak menerima gaji sebagai walikota pada periode sebelumnya dan dengan kenyataan di lapangan beliau merupakan pengusaha yang sukses, sehingga semakin mendukung opini masyarakat bahwa beliau merupakan sosok yang bersih. Masyarakat sudah terpolarisasi bahwa seorang Hanny Sondakh dalam mengemban jabatannya pasti tidak akan melakukan pencurian terhadap uang rakyat, mengingat beliau memiliki sumber daya kekayaan yang besar sebelum mencalonkan diri sebagai Walikota. Hanny Sondakh, selain orang melihat kiprah sosialnya dan terobosannya, Ia juga telah menjalani dan membuktikan kemampuan memimpin Kota Bitung, dimana menjadi seorang wakil rakyat yang duduk di DPRD Kota Bitung Periode 2004-2009 (tidak selesai) dan menjadi Walikota Bitung tahun 2005-2010 (incumbent). Modal inilah yang memberikan nilai yang lebih dalam pencalonannya ditambah segudang prestasi telah ditorehkannya, segenap warga Kota Bitung tutur mengakuinya. “Pembangunan Kota Bitung selama kepemimpinan bapak Hanny Sondakh telah berlangsung dengan baik dan Kota Bitung telah mengalami kemajuan yang sangat pesat
sehingga Kota Bitung mendapat berbagai penghargaan pembangunan seperti penghargaan Adipura”, kata Jhonly seorang warga Aertembaga. Segudang prestasi Hanny Sondakh juga memberikan nilai tambah dalam pencalonannya yang kedua kali. Kota Bitung banyak mendapat penghargaan di bawah pemerintahannya. Hal ini di buktikan dengan penghargaan Adipura 3 kali berturut-turut, Kota Bitung sebagai Kota sehat nasional pada tahun 2010, Penghargaan dari BPK RI sebagai kota dengan predikat WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) yang merupakan satu-satunya kabupaten/kota di Sulawesi Utara yang meraih penghargaan tersebut. Belum lagi penghargaan-penghargaan secara pribadi yang begitu banyak ditorehkan oleh Hanny Sondakh. Sementara itu Maximilian Jonas Lomban, seorang public figure yang cukup terkenal, aktivitas Maximilian Jonas Lomban merambah ke dunia politik dimulai setelah lama menjadi seorang birokrat handal di Kota Bitung yakni dengan menjabat Sekretaris Kota Bitung di masa Hanny Sondakh menjadi Walikota dan Robert Lahindo sebagai Wakil Walikota. Disamping dikenal sebagai figur birokrat, Maximilian Jonas Lomban juga seorang tokoh GMIM yang banyak berkiprah dalam aktivitasnya di pelayanan keagamaan. Ada beberapa faktor yang mendukung kemenangan pasangan Sondakh-Lomban, meliputi faktor internal kedua calon maupun faktor eksternal, yaitu peran partai politik. Beberapa pengamat politik, mengatakan bahwa faktor internal kedua calon sangat mempengaruhi para pemilih, seperti popularitas Hanny Sondakh sebagai tokoh pengusaha dermawan dan Maximilian Jonas Lomban sebagai tokoh birokrat handal, kemampuan kedua calon memikat semua lapisan masyarakat, model kampanye Sondakh-Lomban yang mampu two ways communications yang artinya Sondakh-Lomban tidak segan-segan menghampiri masyarakat untuk mewujudkan hubungan yang setara, dan adanya strategi stratifikasi sosial politik, dimana adanya pembagian
segmen-segmen pemilih seperti ada segmentasi politik dari generasi muda ibu-ibu, kalangan kampus, kaum intelektual, pendidik, dan masyarakat menengah perkotaan. B. Push Marketing Push marketing pada dasarnya adalah usaha agar produk politik dapat menyentuh para pemilih secara langsung atau dengan cara yang lebih personal (constomized), dalam hal ini kontak langsung dan personal mempunyai beberapa kelebihan, yaitu : Pertama, mengarahkan para pemilih menuju suatu tingkat kognitif yang berbeda dibandingkan dengan bentuk kampanye lainnya. Politisi yang berbicara langsung akan memberikan efek yang berbeda dibandingkan dengan melalui iklan. Kedua, kontak langsung memungkinkan pembicaraan dua arah, melakukan persuasi dengan pendekatan verbal dan non verbal seperti tampilan, ekpresi wajah, bahasa tubuh dan isyarat-isyarat fisik lainnya. Ketiga, menghumaniskan kandidat dan keempat, meningkatkan antusiasme massa dan menarik perhatian media massa. Upaya yang dilakukan pasangan Hanny Sondakh dan Maximilian Jonas Lomban dalam pendekatan pada masyarakat begitu efektif dan efisien. Hanny Sondakh banyak turun ke masyarakat dalam setiap acara yang di rencanakan maupun secara tiba-tiba, baik pribadi maupun dengan keluarga sebelum beliau mencalonkan diri sebagai kandidat walikota. ”Dari ko hanny blum bacalon jo torang so kenal lebe dulu, karena dia banya ja datang di acara-acara kedukaan”. Ungkap Leo, warga Manembo-nembo. Hanny Sondakh juga merupakan sosok yang dikenal ramah oleh masyarakat lebih khusus para karyawan yang bekerja di perusahaan-perusahaannya. Kondisi ini sangat menunjang mengingat banyaknya karyawan yang bekerja di perusahaan-perusahaan yang dimilikinya di Kota Bitung. Hanny Sondakh pun memiliki salah satu ciri yang menarik perhatian yakni dalam hal berpakaian. Beliau ketika sedang tidak bertugas biasa ditemui oleh masyarakat dalam busana
yang kasual dengan hanya memakai sendal jepit. Sehingga membentuk pola pikir masyarakat bahwa beliau merupakan sosok yang sederhana dan merakyat. Maximilian Jonas Lomban dikenal sebagai seorang birokrat yang begitu dekat dengan stakeholders. Perilaku beliau dalam memimpin bawahannya memberikan dampak positif terhadap penilaian masyarakat dan para pegawainya. ”Pak Lomban kalu bakudapa slalu ja bategor deng senyum-senyum nyanda ja pandang sapa, so itu torang pegawai suka skali pa bapak”. Ujar, Berty pegawai di Pemkot Kota Bitung. Figur kedua pasangan ini sangat memberikan kesan dan harapan bagi masyarakat untuk memimpin Kota Bitung ke arah yang lebih baik. Selain faktor partai politik yang mengusung kedua pasangan ini, figur dari keduanya begitu memberikan nilai yang lebih dalam proses pemenangan. C. Pull Marketing Pull Marketing adalah penggunaan media dengan dua cara yaitu dengan membayar dan tidak membayar. Proses penyampaian melalui pull marketing yaitu penyampaian produk politik dengan memanfaatkan atau disampaikan melalui instrumen media masa. Pull Marketing bagian dari elemen Marketing politik untuk mengefektifkan pemenangan dalam pemilukada. Upaya inilah yang dilakukan oleh pasangan Hanny Sondakh dan Maximilian Jonas Lomban dalam memasarkan kinerja dan prestasi dari keduanya yang dibungkus melalui media masa. Lewat sarana inilah figur dari Hanny Sondakh yang notabene menjabat walikota periode sebelumnya ditonjolkan untuk menarik simpati dari konstituen. Program serta visi misi pasangan Hanny Sondakh dan Maximilian Lomban dituangkan dalam media masa sebagai salah satu kampanye untuk memikat hati pemilih. Contohnya penggunaan media masa yang menitikberatkan pada profil Hanny Sondakh dan Maximilian Jonas Lomban yang dikemas begitu menarik. Pasangan
calon ini juga menggunakan konsultan media yang begitu baik sehingga menunjang pemberitaan baik di media massa maupun media cetak, sehingga segala bentuk kerja dan kinerja yang dilakukan oleh pasangan ini selalu menjadi sorotan media-media lokal. Beberapa hal inilah yang tidak dilakukan oleh pasangan calon lainnya. Kalaupun ada yang meniru gaya dari pasangan Hanny Sondakh dan Maximilian Jonas Lomban pasti tidak dapat menyayingi popularitas kandidat ini dalam mengemas media. Sehingga masyarakat Kota Bitung yang pada umumnya sudah menjadikan koran sebagai suatu kebutuhan akan melihat pengemasan berita pasangan Hanny Sondakh dan Maximilian Jonas Lomban begitu menarik dan dapat menunjang tingkat keterpilihan masyarakat terhadap pasangan ini. Kondisi ini tentunya juga membutuhkan finansial yang besar, tetapi mengingat pasangan ini ditunjang dengan kekuatan dana yang besar dalam pencalonan mereka. D. Pass Marketing Pass marketing merupakan pihak-pihak, baik perorangan maupun kelompok yang berpengaruh besar terhadap para pemilih. Pengaruh (influencer) dikelompokan kedalam dua jenis yakni influencer aktif dan influencer pasif. Influencer aktif adalah perorangan atau kelompok yang melakukan kegiatan secara aktif untuk mempengaruhi para pemilih. Mereka adalah aktivis isu-isu tertentu atau kelompok dengan kepentingan tertentu yang melakukan aktivitas nyata untuk mempengaruhi para pemilih. Adakalanya pesan-pesan tersebut disampaikan secara halus adakalanya juga secara terang-terangan untuk mengarahkan pemilih agar memilih atau tidak memilih kontestan tertentu. Sebagian melakukan kegiatan dengan organisasi yang rapih dan sebagian lainya secara informal. Sedangkan influencer pasif adalah individu atau kelompok yang tidak mempengaruhi para pemilih secara aktif tapi menjadi rujukan para pemilih. Mereka inilah para selebriti, tokoh-tokoh,
organisasi sosial, organisasi massa yang menjadi rujukan atau panutan masyarakat. Suara mereka didengar dan sepak terjang mereka memiliki makna politis tertentu bagi para pengikutnya. Mereka memiliki pengikut dengan berbagai macam kategori seperti anggota, pendukung, dan penggemar. Para pengikut tersebut dekat dengan para influencer, baik dalam pengertian fisik maupun emosional. Dalam implementasi di lapangan, terlihat bahwa Partai PKPI Kota Bitung merupakan partai yang memiliki mesin politik yang terstruktur dan baik. Partai PKPI merupakan partai pemenang di Kota Bitung dengan mengirim 6 anggota legislatifnya duduk di DPRD Kota Bitung. Meskipun salah satu kadernya yakni, Santi G. Luntungan tidak mendukung secara total karena ayahnya juga maju sebagai calon walikota yang diusung partai PDI Perjuangan. Partai PKPI dan partai Demokrat yang merupakan partai pengusung pasangan Hanny Sondakh dan Maximilian Jonas Lomban di Kota Bitung dapat dikatakan sebagai partai besar. Hal tersebut tercermin dari mayoritas kursi yang diperoleh PKPI dan Demokrat di DPRD Kota 2004-2009. Di samping itu, PKPI juga berhasil menempatkan kandidatnya sebagai Walikota Kota Bitung dan wakil Walikota Bitung periode sebelumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa PKPI memiliki amunisi politik yang cukup besar pada percaturan politik di Kota Bitung. Ditunjang lagi dengan 17 partai pendukung lainnya, baik yang memiliki kursi di dewan kota maupun partai non-seat. Sekretaris Tim Penjaringan Calon Walikota dari PKPI, Ricky Gosal menerangkan bahwa “Mereka dalam memenangi pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Bitung, mengandalkan mesin internal PKPI, Mesin Partai 17 parpol pendukung. Kemudian menggunakan tim-tim sukses yakni ; Tim sukses Tingkat Kota (Gabungan Parpol), Tim Sukses Tingkat Kecamatan, Tim Sukses Tingkat Kelurahan. Ditambah dengan kelompok-kelompok masyarakat pendukung
lainnya meliputi; kelompok komunitas agama katolik, Brigade Manguni Kota Bitung, Kumpulan pengusaha perikanan, komunitas etnis tionghoa dan kelompok adat minahasa dan sangihe. “Pada akhirnya dari usaha memenfaatkan segenap elemen partai baik internal maupun eksternal telah membuat capaian suara yang diraih melebihi target. Segenap tim sukses telah melakukan kerja yang bagus”, ungkap Ricky. Frans Natang Ketua BAPPILU PKPI Kota Bitung, mengungkapkan bahwa “Partai telah membagi orang-orangnya untuk membantu suksesi. Partai mengeluarkan kebijakan tentang pembagian wilayah kampanye di sebuah Daerah Pemilihan. Semisal ada 3 tim, dan satu Dapil mencakup 3 kecamatan. Maka pembagian dilakukan dengan masing-masing 1 kecamatan untuk digarap.” Dari sisi berfungsinya mesin Partai, sebenarnya PKPI Bitung memiliki mesin partai yang cukup berfungsi. Perolehan suara dalam Pemilihan Umum Legislatif begitu signifikan, menunjukkan bahwa mesin partai berjalan. Terdapat alasan kenapa mesin partai PKPI dikatakan berjalan. Alasan paling nyata yakni ketika DPP PKPI menginstruksikan agar PKPI Sulut, termasuk Bitung, harus bekerja secara optimal memenangkan Hanny Sondakh dan Maximilian Jonas Lomban. Bahkan DPP siap memberikan sangsi bila partai tidak mampu memenangkan Hanny Sondakh dan Maximilian Jonas Lomban. Instruksi ini memberi efek nyata dalam usaha-usaha partai. Mesin partai PKPI Bitung dianggap berhasil karena disebabkan oleh tekanan keras dari DPP PKPI. Tekanan tersebut menyebabkan PKPI Bitung bersatu dalam rangka mempertahankan eksistensi mereka di Partai. Mesin partai Demokrat kota Bitung yang dipimpin oleh Hanny Ruru, menjalankan fungsi pemenangan dengan baik karena juga mendapat instruksi langsung dari DPP Partai Demokrat. Sehingga sangat menunjang kerja tim pemenangan Hanny Sondakh dan
Maximilian Jonas Lomban. Disamping itu 17 partai pengusung lainnya pun turut bekerja optimal dalam membantu proses pemenangan kandidat mereka. E. Paid Media Paid media merupakan salah satu bagian marketing politik yakni berupa penggunaan media yang lazim digunakan untuk memasang iklan adalah televisi, radio, media cetak, website dan media luar ruang. Saat masa kampanye berlangsung, para kandidat mulai mengiklankan diri. Wajah mereka seringkali muncul dalam sejumlah iklan politik yang ditayangkan di televisi dan media cetak, juga di media luar ruang (outdoor). Spanduk, billboard dan baliho besar di pinggirpinggir jalan dan tempat-tempat umum terbuka lainnya di sejumlah kota berisikan wajah mereka. Pada dasarnya, beriklan politik merupakan langkah awal para kandidat untuk mengenalkan diri mereka kepada masyarakat luas dengan cara yang efektif dan efisien. Tujuan utama dari iklan-iklan politik tersebut tentu saja untuk merebut hati dan simpati para calon pemilih. Diharapkan suara pemilih akhirnya diberikan kepada kandidat yang bersangkutan. Seperti yang kita ketahui, ada bermacam-macam jenis media iklan yang dapat digunakan. Hampir semua jenis media iklan yang ada, seperti stiker, spanduk, baliho dan iklan di media massa, digunakan oleh semua kandidat. Dari hasil pengamatan peneliti, pasangan Hanny Sondakh dan Maximilian Jonas Lomban, lebih sering menggunakan koran sebagai media iklan politik mereka. Di harian Koran Lokal hampir setiap hari kita dapat menikmati iklan testimony yang ditujukan untuk Hanny Sondakh. Iklan – iklan testimony tersebut dipasang oleh para pimpinan dan fungsionaris Partai PKPI. Selain itu, pasangan ini juga gencar beriklan lewat baliho-baliho yang terpasang di beberapa jalan di kota Bitung. Pasangan Hanny Sondakh dan Maximilian Jonas Lomban juga menggunakan media elektronik seperti, iklan televisi dan radio. Menurut Recky Gosal, SPd.
Sekretaris penjaringan calon walikota dan wakil walikota PKPI dan anggota tim sukses SoLo, bahwa ”Pasangan kandidat ini menggunakan media cetak selama 6 bulan sebelum pemilihan sampai pada hari H pelaksanaan, contohnya koran lokal manado post, komentar dan posko. Ada juga iklan yang tersiar lewat radio, contohnya radio lokal bitung Gita lestari FM, dan Trendy FM selama 3 bulan sebelum pemilihan”.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian setelah menganalisa dan membahas data yang diperoleh dari penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa, strategi pemasaran politik dalam pemenangan pasangan Hanny Sondakh dan Maximilian Jonas Lomban, S.E., M.Si, sebagai berikut: -
Produk politik kepada pasar yang dilakukan oleh pasangan Hanny Sondakh dan Maximilian Jonas Lomban, S.E., M.Si, sangat memberikan dampak yang signifikan dalam tahapan pemilukada yang berlangsung di kota Bitung. Hal ini dilihat dari visi-misi dan program yang sangat relevan dengan kondisi masyarakat kota Bitung. Lebih lanjut lagi figur dari pasangan Hanny Sondakh dan Maximilian Jonas Lomban, S.E., M.Si melekat dihati rakyat, dapat dilihat dari perilaku dan kapasitas yang ditonjolkan oleh pasangan ini.
-
Push marketing yang dilakukan oleh pasangan calon Hanny Sondakh dan Maximilian Jonas Lomban, S.E., M.Si, terlihat dari aktivitas yang sering dilakukan oleh pasangan calon tersebut yang turun ke lapangan untuk dapat langsung berinteraksi dengan konstituen, seperti dalam kegiatan keagamaan, dukacita, maupun undangan-undangan lainnya. Figur pasangan ini pun dikenal sangat dekat dengan masyarakat dengan banyak melakukan kunjungan-kunjungan atau agenda yang tidak direncanakan.
-
Pull marketing dari pasangan calon Hanny Sondakh dan Maximilian Jonas Lomban, S.E., M.Si, terlihat dari strategi penggunaan media dalam memasarkan kinerja dan prestasi dari keduanya yang dibungkus melalui media masa. Lewat sarana inilah figur dari Hanny Sondakh yang notabene menjabat walikota periode sebelumnya ditonjolkan untuk menarik simpati dari konstituen. Begitu juga sosok Maximilian Jonas Lomban, S.E., M.Si
yang di kenal sebagai figur birokrat yang handal karena sebelumnya menjabat Sekretaris Kota Bitung. -
Pass marketing yang dilakukan oleh pasangan calon Hanny Sondakh dan Maximilian Jonas Lomban, S.E., M.Si, terlaksana dengan efektif. Hal ini dilihat dari mesin partai pengusung yang bekerja begitu optimal, mengingat partai PKPI merupakan partai pemenang pemilu di Kota Bitung. Belum lagi didukung oleh mesin partai Demokrat dan 17 partai pendukung lainnya. Penggunaan organisasi-organisasi sayap partai juga terlihat sangat memberi andil dalam tahapan pemilukada untuk memenangkan pasangan ini. Tim sukses pasangan ini juga menarik organisasi-organisasi keagamaan, adat, budaya dan figur-figur yang dianggap berpengaruh dalam organisasi-organisasi tersebut, seperti tokoh-tokoh agama, tokoh masyarkat dan tokoh pemuda yang memiliki basis massa untuk menunjang perolehan suara pasangan tersebut.
-
Paid media yang dilakukan oleh pasangan Hanny Sondakh dan Maximilian Jonas Lomban, S.E., M.Si, nampak pada penggunaan media massa baik dalam bentuk elektronik maupun cetak yang dikemas sangat menarik dan memberikan kesan positif pada masyarakat. Sejumlah prestasi dari pasangan ini dimuat dalam suatu pemberitaan dan juga visi-misi serta program yang pasarkan lewat media. Sehingga dapat menunjang elektabilitas dan proses sosialisasi pasangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Alie, Marzuki, 2013, Pemasaran Politik di era Multi Partai, Penerbit, Expose : Jakarta Firmanzah, 2012, Marketing Politik : Antara Pemahaman dan Realitas, Yayasan Obor Indonesia : Jakarta Ibrahim, Herman dan Faisal Siagian, 1999, Kampanye Tanpa Kekerasan, Penerbit Biro Humas Depdagri : Jakarta Kotler, Philip, 1994, Marketing Management: Analysis Planning, Implementation, and Control. Prentice Hall International: New Jersey Lukmantoro, Triyono, Politik Representasi dan Rekayasa Citra dalam Arena Pilkada, dalam Seminar Internasional Dinamika Politik lokal di Indonesia:Etika, Politik dan Demokrasi, 2-5 Agustus 2005, Kampoeng Percik Salatiga Manulang, 2004, Pedoman Teknis Menulis Skripsi, Penerbit Andi : Yogyakarta Mapilu PWI Bitung,2010, Pilwako Bitung 2010, Pijafrel Mapilu PWI : Bitung Marbun, BN, 2003, Kamus Politik, Pustaka Sinar Harapan : Jakarta Moleong, Lexy J, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi, Remaja Rosdakarya : Bandung Muhtadi, Asep S, 2008, Kampanye Politik, Humaniora: Bandung Nimmo, Dan, 2004, Komunikasi Politik-Komunikator, Pesan dan Media, Remaja Rosdakarya : Bandung Nursal, Adman, 2004, Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu, Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Pradhanawati, Ari, 2007, Pemilihan Walikota Gerbang Demokrasi Rakyat, Jalan Mata : Bitung Rendra , Widyatama, 2007, Pengantar Periklanan, Pustaka Book Publisher : Yogyakarta
Sardini, Nur Hidayat, 3 Juli 2005, Rasionalitas Pilkada : Siapa Menang, Siapa Pecundang?, Koran Lokal Schroder, Peter, 2008, Strategi Politik: Edisi revisi untuk Pemilu 2009. Fridrich Naumann Stiftung Fuer die Freiheit: Jakarta Setiyono, Budi dan RTS Masli, 2010, Iklan dan Politik: Menjaring Suara Dalam Pemilihan Umum, AdGoal Com : Jakarta Steinberg, Arnold, 1981, Kampanye Politik, PT.Intermasa : Jakarta Stoner, James AF, 1996, Manajemen, Erlangga : Jakarta Sugiono, Arif, 2013, Strategic Political Marketing : Strategi Memenangkan Pemilu (Pemilukada, Pilpres, Pemilihan legislatif DPRD, DPR-RI, DPD) Dengan Menempatkan Pemilih Sebagai Penentu Kemenangan, Ombak : Yogyakarta
Literatur-literatur lainnya Data KPUD Kota Bitung Badan Pusat Statistik Kota Bitung