1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Salah satu amanat dari Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 ditetapkan bahwa tujuan dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum yang berazas keadilan sosial. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk memajukan kesejahteraan umum adalah dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan, antara lain dengan meningkatkan pendapatan. Sehingga pendapatan per kapita konsep yang paling sering dipakai sebagai tolak ukur tingkat kesejahteraan penduduk suatu Negara (Todaro, 1990). Secara umum sejak kemerdekaan, kesejahteraan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan, walaupun banyak persoalan-persoalan yang belum bisa terselesaikan seperti yang terjadi di penghujung tahun 2010, tidak tercapainya pemenuhan kebutuhan pangan dalam negeri mengakibatkan pemerintah melakukan kebijakan impor dari negara lain, padahal negara kita mashur dengan sebutan negara agraris tapi pada kenyataannya untuk pemenuhan bahan pokok saja pemerintah harus melakukan kebijakan impor (Anonimous, 2011). Saat ini Indonesia memang sedang mengalami krisis pangan yang ditandai dengan meningkatnya harga dan tingginya permintaan bahan pokok seperti beras, sedangkan pertambahan produksi beras cenderung lebih kecil dan tidak mampu mengimbangi pertambahan tingkat permintaan beras.
1
Universitas Sumatera Utara
2
Permintaan bahan pangan yang tinggi dalam kurun waktu 10-15 tahun terakhir disebabkan oleh pertumbuhan penduduk sebesar 1,5% per tahun. Peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat ini menuntut ketersediaan pangan yang lebih banyak dan berkualitas. Namun, dilain pihak peningkatan jumlah dan kualitas produksi tidak bisa mengimbangi kebutuhan tersebut. Akibatnya pemerintah melakukan kebijakan impor untuk kebutuhan nasional (Anonimous, 2011). Tabel 1.1. Volume Dan Nilai Ekspor-Impor Beras, 2008-2012 Impor Tahun
Ekspor
2012
Berat Bersih (Ton) 1.443.886
Nilai (ribu US $) 780.572
Berat Bersih (Ton) 1.032
Nilai (ribu US $) 1.242
2011
2.750.476
1.513.163
1.062
1.218
2010
687.581
360.785
Tad
Tad
2009
250.473
108.153
Tad
Tad
2008 289.689 124.142 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013
865
858
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa volume impor beras Indonesia dari tahun 2008-2012 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 volume impor beras Indonesia 289.689 ton, meningkat menjadi 250.473 ton di tahun 2009, tahun 2010 terus meningkat menjadi 687.581 ton, dan di tahun 2011 volume impor beras Indonesia sangat tinggi hingga mencapai 2.750.476 ton, tetapi pada tahun 2012 volume nilai impor Indonesia mengalami penurunan menjadi 1.443.886 ton. Sedangkan volume ekspor beras Indonesia sebagaimana dilihat pada tabel 1.3 masih rendah. Pada tahun 2008 Indonesia hanya mengekspor 865 ton, pada tahun 2009 dan 2010 tidak malakukan
Universitas Sumatera Utara
3
ekspor, dan pada tahun 2011 dan 2012 volume ekspor beras Indonesia 1.062 dan 1032 ton. Rendahnya perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian dan pembangunan
pertanian nasional
yang cenderung semakin menurun
diindikasikan sebagai penyebab utama rendahnya produksi produk pertanian dalam negeri. Pembangunan pertanian nasional sampai sekarang belum mampu mengangkat derajat subjek pertanian (petani) dalam arti luas, masih bersifat tradisional atau konvensional bahkan cenderung semakin menurun. Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan nasional (Sunanjaya dan Sumawa, 2009). Berbeda dengan apa yang di temukan pada zaman orde baru, dimana Presiden Soeharto pada masa itu menitik beratkan pembangunan Indonesia pada sektor pertanian. Pemerintah membangun berbagai prasarana pertanian, seperti irigasi dan perhubungan, cara-cara bertani dan teknologi pertanian yang baru diajarkan dan disebarluaskan kepada para petani melalui kegiatan kegiatan penyuluhan, penyediaan pupuk dengan membangun pabrik pabrik pupuk. Kebutuhan pembiayaan para petani disediakan melalui kredit perbankan. Pemasaran hasil-hasil produksi mereka diberikan kepastian melalui kebijakan harga dasar dan kebijakan stok beras oleh pemerintah. Strategi yang mendahulukan pembangunan pertanian tersebut telah berhasil mengantarkan bangsa Indonesia berswasembada beras. Data terdahulu menunjukkan bahwa sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1992,
Universitas Sumatera Utara
4
terjadi peningkatan produksi padi. Tahun 1968 produksi padi mencapai 17.156 ribu ton dan pada tahun 1992 naik menjadi 47.293 ribu ton yang berarti meningkat hampir tiga kali. Perkembangan ini berarti bahwa dalam periode yang sama, produksi beras per jiwa meningkat dari 95,9 kg menjadi 154,0 kg per jiwa. Prestasi yang besar, khususnya di sektor pertanian, telah mengubah posisi Indonesia dari negara pengimpor beras terbesar di dunia pada tahun 1970-an menjadi negara yang mencapai swasembada pangan sejak tahun 1984 (Musthofa, 2008). Sumatera Utara sebagai salah satu sentra penghasil padi mempunyai peranan yang penting dalam menjaga ketahanan pangan Nasional. Dengan produksi 3.715.514 ton pada tahun 2012 Sumatera Utara berada dalam 10 besar pemasok beras tertinggi Indonesia. Dan salah satu kabupaten yang menjadi pemasok beras di Sumatera Utara adalah Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai Luas Wilayah 190.000 Ha, diantaranya 100.000 Ha Lahan Perkebunan dan 40.595 Ha adalah Lahan Sawah. Penduduk di Kabupaten Serdang Bedagai 60% mata pencahariannya adalah sektor Pertanian. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah penyumbang surplus beras di Provinsi Sumatera Utara. Sampai saat ini Kabupaten Serdang Bedagai surplus beras rata - rata setiap tahunnya mencapai 125.000 Ton sampai dengan 135.000 Ton (Badan Pusat Statistik, 2012). Salah satu kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai yang mempunyai potensi besar di bidang pertanian (khususnya pertanian padi sawah) adalah Kecamatan Perbaungan. Dengan luas lahan 12.158 Ha pada tahun 2012
Universitas Sumatera Utara
5
dimana tanah sawah 5.535 Ha dan tanah kering 6.623 Ha, menjadi andalan bagi Kabupaten serdang Bedagai sebagai lumbung beras. Kecamatan Perbaungan merupakan sebuah kecamatan yang masih di dalam wilayah Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 111,620 Km2 yang terdiri dari 28 Desa dan Kelurahan. Tabel 1.2 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan No Desa Luas Panen Produksi Produktivitas (Ha) (Ton) (Ton/Ha) 6,35 604 1 Sei Sejenggi 94 5,75 904 2 Pematang Tatal 157 4,55 1053 3 Kota Galuh 231 6,82 1918 4 Lubuk Cemara 281 6,49 1956 5 Pasar Bengkel 301 2144 6 Citamah Jernih 335 6,4 2013 7 Sukajadi 346 5,81 2496 8 Lubuk Dendang 390 6,4 2340 9 Jambur Pulau 397 5,89 2160 10 Lidah Tanah 400 5,4 2424 11 Tanah Merah 457 5,30 2905 12 Pematang Sijonam 468 6,20 3235 13 Tualang 593 5,45 2923 14 Cinta Air 613 4,76 3226 15 Lubuk Rotan 676 4,77 3531 16 Kesatuan 717 4,92 3687 17 Lubuk Bayas 873 4,22 4182 18 Sei Buluh 920 4,54 5420 19 Suka Beras 1175 4,61 6568 20 Sei Nagalawan 1214 5,41 8720 1847 4,72 21 Melati II Sumber : Laporan Intensifikasi Pertanian Kecamatan Perbaungan Tahun 2010 Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1.2 Desa Melati II menjadi salah satu lumbung pangan di Kecamatan Perbaungan. Dengan luas areal panen 1847 Ha membuat desa melati memiliki potensi usaha dalam hal produksi padi. Desa Melati II dapat dikatakan desa persawahan dengan mata pencaharian utama adalah bertani.
Universitas Sumatera Utara
6
Tingginya produksi padi di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai mengindikasikan pembangunan pertanian yang dijalankan pemerintah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai telah berhasil. Untuk mencapai produksi yang maksimal A.T. Mosher dalam bukunya Getting Agriculture Moving (1965) menyebutkan ada lima faktor mutlak dalam pembangunan pertanian yaitu 1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani 2. Teknologi yang senantiasa berkembang 3. Tesedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal 4. Adanya perangsang produksi bagi petani 5. Tersedianya perangkutan yang lancar dan kontinyu Dengan lima faktor tersebut, pertanian akan bergerak maju, akan tetapi apabila salah satu faktor tersebut tidak terpenuhi maka kemajuan tidak akan mungkin berjalan (A.T. Mosher, 1965). Dari uraian di atas maka penulis ingin meneliti hubungan faktor pendukung pembangunan pertanian dengan produksi padi sawah di Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.
Universitas Sumatera Utara
7
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah masalah yang hendak
diteliti dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut : Bagaimana Hubungan Faktor Pendukung Pembangunan Pertanian (Pasar, Tekhnologi, Alat-Alat Produksi, Perangsang Produksi, dan Pengangkutan) terhadap Produksi Padi Sawah di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk menganalisis hubungan Faktor Pendukung Pembangunan Pertanian
(Pasar, Tekhnologi, Alat-Alat Produksi, Perangsang Produksi, dan Pengangkutan) terhadap Produksi Padi Sawah di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai
1.4
Kegunaan penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1.
Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dan instansi
terkait
dalam
membuat
kebijakan-kebijakan
baru
untuk
meningkatkan produksi pangan seperti padi. 2.
Sebagai bahan informasi bagi peneliti dalam mengembangkan ilmu.
3.
Sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan pihak-pihak terkait.
Universitas Sumatera Utara