PENDAHULUAN
Pariwisata telah menjadi salah satu industri penting di dunia pada saat ini. Sektor ini memberikan peluang pengembangan ekonomi utama bagi banyak negara dan sarana untuk meningkatkan mata pencaharian penduduknya. Pariwisata merupakan perdagangan jasa yang berarti membutuhkan pelayanan sebagai komoditas. Menurut UNWTO : ―Tourism comprises the activities of persons traveling to and staying in places outside their usual environment for not more than one consecutive year for leisure, business and other purposes.” Menurut UU pariwisata No.10 th 2009 : ―Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah,dan Pemerintah Daerah.” Di Prancis pariwisata didefinisikan sebagai berikut : “Le tourisme comprend « les activités déployées par les personnes au cours de leurs voyages et de leurs séjours dans des lieux situés en dehors de leur environnement habituel à des fins de loisirs, pour affaires ou autres motifs »” (http://www.tourisme.gouv.fr/stat_etudes/definitions.php)
1
―Pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan orang yang bepergian dan tinggal di tempat di luar lingkungan biasa mereka untuk tujuan rekreasi, bisnis dan keperluan lainnya‖.
Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan memiliki berbagai budaya darisabang sampai Merauke. 13.000 pulau1 terbentang dan salah satunya adalah pulau Sumatera. Di pulau Sumatera ada 10 provinsi2, termasuk Sumatera barat. Seperti provinsi-provinsi lain di Indonesia, Sumatera Barat juga memiliki budaya dan tradisi yang unik. Budaya merupakan dimensi yang berpengaruh kedua dari sebuah daya tarik destinasi (Ritchie and Crouch, 2003). Menurut Craig et al, 1994, culture is the sum total of the ways of living built up by a group and passed on from one generation to another. Budaya merupakan sebuah identitas dan faktor pentingnya adalah bahwa individu masyarakat yang ditempatkan pada organisasi sosial lokal dan nasional, seperti pemerintah lokal, institusi pendidikan, komunitas keagamaan, kerja dan rekreasi. Umumnya budaya di Sumatera Barat sangat dipengaruhi oleh agama Islam, sebagaimana semboyan masyarakat Minang, ―Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah‖ (Adat berdasarkan syariah, syariah berdasarkan Al qur‘an)3. Memiliki potensi budaya yang tersebar di seluruh Indonesia, pemerintah berusaha menggalinya dengan mengembangkan pariwisata budaya.‖Cultural tourism can be broadly defined as travel motivated by the desire to experience a destination‘s culture‖ (Cole, 2008: 61). Oleh sebab itu pemerintah Indonesia 1
Survey of Ministry of Maritime Affairs and Fisheries 2010 Indonesian Statistics 2010 3 www.sumbar.go.id 2
2
meluncurkan program pariwisata Indonesia ― Visit Indonesia‖ dan tema program Visit indonesia tahun 2011 adalah Eco, Culture and MICE. Pariwisata budaya merupakan salah satu dari 3 jenis pariwisata yang ditargetkan oleh Dinas pariwisata Provinsi. Semenjak tahun 2005, pemerintah Indonesia telah menjadikan Sumatera Barat sebagai salah satu target utama Pariwisata Indonesia. Dikenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya, Sumatera barat sangat potensial untuk dikembangkan sebagai daerah wisata, baik wisata alam, (seperti pegunungan dan lautan) maupun wisata budaya dan ekowisata. Sebagai tambahan, dengan dibukanya bandar udara internasional Minangkabau pada bulan Juli 2005, membuat Sumatera Barat yang juga dikenal dengan Ranah Minang ini dapat diakses oleh banyak negara. Akan tetapi, potensi tersebut belum terkelola dengan baik, sehingga industri pariwisata di daerah ini berjalan tersendat-sendat. Salah satu atraksi yang memiliki potensi untuk ditawarkan kepada wisatawan adalah acara ―Tabuik‖ di Pariaman. ―Tabuik‖ merupakan sebuah ritual di kota Pariaman yang menjadi agenda pariwisata tahunan yang diadakan setiap tanggal 1-10 Muharam (kalender Islam). Banyak orang yang datang melihat festival ini termasuk wisatawan domestik dan mancanegara. Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa masalah yang berkaitan dengan acara ―Tabuik‖ di Pariaman : 1. Apa makna ―Tabuik‖ bagi masyarakat lokal?
3
2. Apa persepsi wisatawan tentang acara ini? Apakah persepsi mereka sama dengan persepsi masyarakat lokal? 3. Apa hambatan ―Tabuik‖ dan Pariaman untuk menjadi destinasi wisata internasional? 4. Upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah lokal untuk mempromosikan acara ini ke level internasional?
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ―Tabuik‖ sebagai sebuah event budaya di Pariaman untuk dikembangkan sebagai sebuah atraksi wisata tahunan internasional. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui makna ―Tabuik‖ bagi masyarakat lokal. 2. Mengetahui persepsi wisatawan, baik domestik dan mancanegara tentang ―Tabuik‖, apakah persepsi mereka sama dengan persepsi masyarakat lokal. 3. Menganalisa hambatan-hambatan ―Tabuik‖ dan Pariaman untuk menjadi sebuah destinasi wisata internasional. 4. Mengetahui upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah lokal untuk mempromosikan event ini secara internasional.
Hipotesis yang dapat diambil : 1. Masyarakat Pariaman setuju untuk berbagi budaya mereka dengan wisatawan, melalui festival ―Tabuik‖ (mereka tidak merasa kehilangan budayanya jika acara ini menjadi sebuah daya tarik wisata). 2. Hanya sejumlah kecil wisatawan yang mengatahui acara ini.
4
3. Wisatawan tersebut kebanyakan adalah wisatawan domestik. Sangat sedikit wisatawan mancanegara yang tertarik dengan ―Tabuik‖ disebabkan mereka tidak mengetahui acara tersebut. 4. Jika wisatawan mancanegara mengetahui acara ini, mungkin mereka akan tertarik menyaksikannya. 5. ―Tabuik‖ telah memberikan dampak yang baik terhadap perkembangan pariwisata di Pariaman. 6. Pemerintah
lokal
telah
berusaha
melakukan
upaya-upaya
untuk
mempromosikan acara ini, akan tetapi usaha tersebut berjalan tersendatsendat.
Untuk menjawab masalah tersebut di atas, ada beberapa jenis metodologi yang berbeda yang digunakan : 1. Melakukan survey melalui angket 2. Mewawancarai wisatawan, pemerintah daerah, dan pelaku wisata. 3. Melakukan penelitian pustaka.
Data yang dikumpulkan akan berbentuk tabel, gambar dan informasi. Kemudian data tersebut akan dianalisa menggunakan analisis deskriptif, yang berarti bahwa data tersebut akan dideskripsikan dan diinterpretasikan dalam bentuk hasil penelitian. Untuk memperoleh jawaban yang sesuai dengan masalah penelitian di atas, tujuan dan pertanyaan penelitian , struktur berikut telah dipakai. Gambaran
5
singkat dari setiap bab akan diberikan untuk mengemukakan ide konseptual dari tesis. Pada bagian pertama, deskripsi singkat tentang Pariaman (Sumatera Barat), dan acara Tabuik akan dijelaskan. Bagian ini akan terbagi menjadi dua bab. Bab pertama akan membahas mengenai Pariaman, termasuk geografinya, masyarakat, budaya, dan agamanya, dan juga akan membahas secara singkat tentang pariwisata di Pariaman. Bab selanjutnya akan menjelaskan tentang ―Tabuik‖ di Pariaman, sejarah, proses, dan makna ―Tabuik‖ bagi masyarakat lokal. Bagian kedua akan membahas mengenai kemungkinan ―Tabuik‖ untuk menjadi atraksi wisata berskala internasional. Bagian ini akan dikelompokkan menjadi tiga bab. Bab pertama membahas tentang kegiatan wisatawan. Dalam bab ini akan dijelaskan tentang tingkat kunjungan dan evolusi kedatangan wisatawan dengan mengacu pada data statistik. Kemudian, bagian ini juga akan menjelaskan tentang jenis-jenis wisatawan dan tujuan wisatawan datang ke Sumatera Barat dan Pariaman. Dalam bab kedua, persepsi wisatwan baik wisatawan domestik dan internasional terhadap ―Tabuik‖ akan dibahas melalui data yang diperoleh dari wawancara dan survey yang telah dilakukan . Bagian ini juga membahas tentang persepsi masyarakat lokal untuk berbagi festival ―Tabuik‖sebagai atraksi wisata. Akhirnya di bab tiga, hambatan-hambatan ―Tabuik‖ dan Pariaman untuk menjadi destinasi wisata internasional akan dianalisa dalam perspektif masyarakat lokal,para pelaku wisata, dan pemerintah lokal. Dalam bagian ketiga, bagaimana menjadikan ―Tabuik‖ dan Pariaman menjadi sebuah destinasi pariwisata internasional akan dianalisa. Bagian ini akan dibagi menjadi tiga bab. Bab pertama akan membahas tentang upaya-upaya yang
6
telah dilakukan oleh pemerintah lokal untuk membuat ―Tabuik‖ dan Pariaman menjadi destinasi internasional. Kemudian pada bab kedua, akan dibahas tentang dukungan dari masyarakat lokal. Dan pada bab terakhir akan diajukan beberapa rekomendasi agar dapat menjadikan ―Tabuik‖ menjadi daya tarik wisata internasional. Sebagai tambahan, kesimpulan akan diambil dengan mengacu kepada semua hasil penelitian berdasarkan survei dan wawancara responden bersama dengan poin-poin penelitian selanjutnya.
7
BAGIAN I PARIAMAN (SUMATERA BARAT) DAN “TABUIK”
Pariaman memiliki potensi wisata untuk dikembangkan dan salah satunya adalah festival ―Tabuik‖. Ada dua bab dalam bagian ini. Bab pertama akan mendeskripsikan tentang Pariaman; geografi, dan agamanya dan juga tentang pariwisata di Pariaman secara umum. Kemudian pada bab kedua, akan dibahas tentang festival ―Tabuik‖ sejarah, proses dan makna ―Tabuik‖ bagi masyarakat lokal.
Bab 1 : Pariaman (Sumatera Barat) secara singkat
Gambar 1 : Peta Indonesia & Sumatera Barat Sumber : http://www.disbudpar-kotapariaman.org/index.php/home/profil-daerah/peta-daerah/
8
1.1 Pariaman secara geografis Pariaman merupakan salah satu dari 19 kota dan kabupaten di provinsi Sumatera Barat Indonesia. Kota Pariaman diresmikan sebagai kota otonom dengan diberlakukannya UU No.12 Th. 2002 dan merupakan pemekaran dari kabupaten Padang Pariaman. Secara geografis, kota Pariaman terletak di pantai barat pulau Sumatera dan berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Kota Pariaman dikelilingi oleh Kabupaten Padang Pariaman dan Samudera Indonesia. Berikut adalah batas-batas kota Pariaman : -
Sebelah utara : Kabupaten Padang Pariaman
-
Sebelah selatan : Kabupaten Padang Pariaman
-
Sebelah timur : Kabupaten Padang Pariaman
-
Sebelah barat : Samudera Indonesia Secara astronomis, Pariaman terletak antara 00 derajat 33 ‗ 00 ― – 00
derajat 40 ‗43 ― Lintang Selatan dan 100 derajat 04 ‗ 46 ― – 100 derajat 10 ‗ 55 ― Bujur Timur. Kota ini tercatat memiliki wilayah dengan luas total 73,36 kilometer persegi dan garis pantai sepanjang 12 kilometer. Panjang garis pantainya : -
Pariaman Utara : 3,30 km
-
Pariaman Tengah : 4,30 km
-
Pariaman Utara : 4,40 km Total luas kotamadya ini adalah 0,17 persen dari total luas Provinsi
Sumatera Barat. Kota Pariaman terdiri dari 3 kecamatan, yang terdiri dari Kabupaten Pariaman Utara, Pariaman Tengah dan Pariaman Selatan. Kabupaten Pariaman Utara telah tercatat sebagai kabupaten yang memiliki daerah terbesar,
9
yaitu 28,45 Km, dan Kabupaten Pariaman Selatan memiliki wilayah terkecil, yaitu 21,14 Km 4.
Gambar 2 : Peta administratif kotaPariaman Sumber : http://geospasial.bnpb.go.id/2009/10/13/peta-administrasi-kota-pariaman/
1.2 Masyarakat, Budaya dan Agama di Pariaman Jumlah penduduk di Pariaman pada tahun 2009 adalah 79,449 terdiri dari 38,724 laki-laki dan 40,078 perempuan. Dengan luas 73,36 Km2, kepadatan penduduk di Pariaman pada tahun 2009 adalah 1.083.00 orang per Km2. Kecamatan Pariaman Tengah adalah daerah yang memiliki kepadatan tertinggi dengan 1.874,74 orang per Km2. Tabel di bawah ini menggambarkan jumlah penduduk di Pariaman di setiap kecamatan.5
4 5
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pariaman Biro Pusat Statistik Pariaman 2010
10
Kecamatan Pariaman Utara Pariaman Tengah Pariaman Selatan Pariaman Timur Total
Wilayah (km²) 23,57 15,16 16,22 18,41 73,36
Lakilaki (orang) 9.416
Perempuan (orang)
Jumlah populasi
Kepadatan (orang/km²)
10.107
19.523
828,30
14.297
14.124
28.421
1.874,74
7.981
8.135
16.116
993,59
7.030
7.712
15.389
835,90
38.724
40.078
79.449
1.083,00
Tabel 1. Statistik Pariaman, 2010 Sumber: Biro Pusat Statistik Pariaman
Pariaman berarti "daerah yang aman". Menurut sumber-sumber awal terbatas yang tersedia, pada abad keenam belas Pariaman adalah sebuah kota pelabuhan penting melayani pemukiman Minangkabau di dataran tinggi bagian tengah barat Sumatra. Pedagang dari India Barat dan kemudian dari Eropa mengunjungi pelabuhan ini untuk berdagangan lada, emas, dan produk interior lainnya. Pada abad kelima belas dan keenam belas, Pariaman bisa dianggap sebagai kota metropolis pantai barat Sumatera. Kota ini adalah pelabuhan komersial tersibuk di pantai barat Sumatera dan menjadi tempat untuk bertemu bagi pedagang dari Aceh, Arab, Gujarat, Persia, dan Turki dengan petani Minangkabau dari daerah pedalaman.6 Pada awal abad ketujuh belas pelabuhan ini berada di bawah kontrol Kesultanan Aceh, hingga ke utara; seorang gubernur Aceh ditempatkan pada kota tersebut. Pelabuhan ini secara resmi berada di bawah kontrol Belanda pada tahun 1663 berdasarkan perjanjian Aceh. Pada tahun 1671 Belanda membangun sebuah pemukiman disini dan kemudian, sekitar tahun 1684, dibangun sebuah benteng. 6
Wikipedia http://en.wikipedia.org/wiki/Pariaman
11
Berlanjutnya perselisihan dengan penguasa lokal dan persaingan dengan perusahaan perdagangan Eropa mengakibatkan pelabuhan ini ditinggalkan oleh Belanda pada tahun 1770. Pada awal abad kedua puluh pelabuhan tersebut tidak menonjol , seperti Padang, hanya di bagian selatan, yang menjadi fokus kegiatan Belanda di Sumatera Barat dan yang memiliki link kereta api ke pedalaman. Kota ini juga menjadi simbol antara penyebaran asimilasi etnis dan berbagai pusat Islam di Sumatera Barat pada tahap pertama. Sebagai hasil dari campuran tersebut, Pariaman menjadi kaya dalam nilai-nilai budaya dan tradisi yang unik dan tidak bisa ditemukan di tempat lain di Sumatera Barat. Makanan, adat istiadat, tarian, rumah tradisional, bahkan sistem pemberian gelarnya berbeda dari sistem lainnya di wilayah Minangkabau.
Gambar 3. Pakaian adat Minangkabau Sumber : http://wensphotography.at.ua/photo/wedding/3
12
Seni "Tabuik" yang menjadi ikon Pariaman juga memperkuat betapa daerah ini sangat permisif terhadap masuknya budaya baru dan juga ramah terhadap pendatang baru, meskipun tidak melepaskan identitasnya dan cerdik pandai masyarakat Minangkabau Pariaman yang juga disebut "Minangkabau Pasisia ".
Gambar 4. Rumah adat Minangkabau, Sumatra Barat Sumber : http://urangawak.t35.com/rumahgadang.htm
Hampir semua penduduk lokal kota Pariaman adalah muslim. Mereka memeluk islam secara turun temurun dari orang tua mereka dan hanya masjid sebagai tempat ibadah di Pariaman.
1.3. Pariwisata di Pariaman Tourism has proved to be one of the most ingeniously crafted, deliberately propagated and expident opportunities for social exchange (Singh, et.al, 2003). Dalam waktu kurang dari setengah abad pariwisata tumbuh menjadi sebuah
13
fenomena yang menjadi penggerak ekonomi masyarakat dan lingkungan dan memantapkan dirinya sebagai industri jasa yang sesungguhnya pada abad terakhir ini. Memiliki panjang garis pantai 12,7 km beserta pantai-pantainya, kota Pariaman memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor pariwisata. Resor wisata sudah mulai ditangani dengan menyiapkan rencana induk untuk pengembangan pariwisata. Setiap pantai di Pariaman memiliki keunikan tersendiri. Gugusan pulau kecil yang dekat dengan pantai di Pariaman juga merupakan aset potensial untuk dikembangkan. Selain wisata pantai, ada sebuah peristiwa budaya tahunan, yang disebut "Tabuik" yang selalu diadakan setiap 1-10 Muharam (kalender Islam). Selama prosesi pembuatan "Tabuik" ada serangkaian kegiatan seni yang diselenggarakan seperti "Pencak silat", permainan gendang "Tasa",
kompetisi layang-layang
tradisional, musik islam, pemilihan "Cik Uniang dan Ajo " kota Pariaman (pemuda dan pemudi kota Pariaman), dll. Festival ini sangat terkenal dan menjadi acara inti yang dikunjungi oleh banyak wisatawan. Dari tabel di bawah ini, dapat dilihat bahwa sebagian besar daya tarik wisata di Pariaman adalah pantai. Daya tarik wisata
Lokasi
Jenis Wisata
Pantai Gandoriah
Pariaman Tengah
Wisata pantai dan bahari
Pantai Kata
Pariaman Selatan
Wisata bahari dan religi
Pulau Angso Duo
Pariaman Tengah
Wisata bahari dan religi
Pantai Belibis
Pariaman Utara
Wisata pantai
Pantai Manggung
Pariaman Utara
Wisata pantai
14
Pantai Pauh
Pariaman Tengah
Wisata pantai
Pasir Sunur
Pariaman Selatan
Wisata religi
Guci ―Badano‖
Pariaman Selatan
Wisata budaya
―Tabuik‖
Pariaman Tengah
Pantai Cermin
Pariaman tengah
Wisata religi budaya dan pantai Wisata pantai
Mesjid-mesjid tua
Pasar Pariaman, Padusunan dan Kuraitaji
Wisata peninggalan budaya
Tabel 2. Tipe daya tarik wisata di Pariaman Sumber : Badan Perencanaan Daerah Pariaman, 2010
a.
Pantai Gandoriah Pantai "Gondariah" terletak di pusat kota Pariaman dan sangat dekat
dengan stasiun kereta api, dengan demikian, setiap akhir pekan pantai ini menjadi salah satu tujuan yang paling sering dikunjungi karena akses yang lancar ke pantai ini. Berbagai tempat wisata yang ditawarkan seperti kegiatan wisata aktif (berselancar, berenang, permainan pantai, panggung hiburan, atraksi wisata budaya dan daya tarik wisata lainnya), dan juga kegiatan wisata pasif (menikmati panorama pantai). Di pantai ini, para wisatawan bisa menikmati hidangan khas yang disebut disebut "nasi sek", yaitu nasi yang dibungkus dengan daun pisang beserta makanan laut lainnya. Selain itu, daerah ini juga berfungsi sebagai lokasi untuk pesta masyarakat setempat yang merupakan acara tetap yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Pariaman, yang disebut "Tabuik" , sebuah upacara yang diadakan pada tanggal 110 Muharam setiap tahunnya.
15
Gambar 5 : Pantai Gandoriah Sumber : Ferdy Rosman, 2009 (Dokumentasi pribadi)
Gambar 6 : Pantai Gondoriah Sumber : Ferdy Rosman, 2009 (Dokumentasi Pribadi)
16
b. Pantai Kata Pantai Kata terletak di desa Taluak tepatnya terletak di dekat pusat kota Pariaman. Aksesibilitas ke pantai ini sangat baik karena didukung oleh jaringan jalan menuju Bandara Internasional Minangkabau dan transportasi kota. Jarak dari pusat kota adalah sekitar 3 km. Ada wisata alam seperti pantai yang landai, pasang surut, pemandangan yang indah, lanskap yang baik dan lingkungan pantai yang relatif nyaman dengan pohon-pohon rindang yang cukup untuk menikmati pantai dan laut yang indah. Ada juga atraksi budaya (desa nelayan) dimana para wisatawan dapat melihat dari dekat kegiatan penangkapan ikan.
Gambar 7 : Pantai Kata Sumber : Ferdy Rosman, 2009 (Dokumentasi Pribadi)
17
Gambar 7 : Pantai Kata Sumber : Ferdy Rosman, 2009 (Dokumentasi Pribadi)
c.
Pulau Angso Duo Pulau "Angso Duo" yang terletak 2 mil lepas pantai adalah resor wisata
historis-religius yang akan dikembangkan. Pulau ini dapat diakses dengan menggunakan perahu, 20 menit dari pantai "Gadoriah‖ dan merupakan pulau terbesar, sekitar 3,5 hektar, dengan topografi yang relatif datar. Di pulau ini, ada sebuah makam yang panjang (4,5 m panjang) dan beberapa kuburan tua lainnya. Pemerintah setempat berencana untuk membuat pulau ini sebagai tujuan wisata trekking. Para wisatawan dapat menjelajahi pulau tersebut tidak hanya untuk keindahan alamnya, tetapi juga melakukan kegiatan lain seperti memancing, menyelam, trekking, mempelajari ekosistem pesisir, berkemah, dll.
18
Gambar 8 : Pulau Angso Duo Sumber : www.sumbaronline.com
d. Pantai Manggung Terletak di utara Pariaman, pantai ini sekarang menjadi zona konservasi untuk penangkaran penyu, spesies Lepidochely
19
Gambar 9 : Penangkaran Penyu di Pantai Manggung Sumber : http://dkp.sumbarprov.go.id/index.php?mod=foto&id=36
e.
Guci Badano "Badano" adalah sebuah guci besar yang terletak di masjid kudus
"Badano" di Sungai Rotan, sekitar 4 kilometer dari pusat kota ke timur, kabupaten Pariaman Selatan. Guci ini berasal dari temuan masyarakat pada sebuah sungai dekat masjid. Guci Badano adalah peninggalan dari masa lalu yang penuh daya tarik budaya dan spiritual. Banyak pengunjung datang ke tempat ini karena diyakini bahwa air di dalam guci memiliki keunikan sebagai obat. Selama ratusan tahun guci tua ini masih terpelihara dengan baik oleh penduduk setempat.
Gambar 10 : Guci Badano Sumber : www.disbudpar-kotapariaman.org
20
f.
Pantai Cermin Pantai Cermin terletak di desa Karan Aur, sekitar 1,5 km ke arah selatan
Pariaman. Sepanjang pantai sebagian besar ditanami pohon pinus dan pohon palem. Warna gading pasir di pantai ini dan fasilitas pariwisata yang memadai membuat tempat ini menjadi tujuan wisata keluarga. Di sini, ada juga jogging track yang tersedia untuk pengunjung yang ingin berolahraga. Beberapa restoran yang representatif dengan kuliner lokal juga disajikan bagi para pengunjung.
Gambar 11 : Cermin beach Sumber : www.nusawisata.isgreat.org
21
Gambar 12 : Peta Pariwisata Pariaman Sumber : www.disbudpar-kotapariaman.org
22
Pemerintah daerah telah berusaha untuk menarik wisatawan untuk mengunjungi Pariaman. Selama tahun 2004, telah dilakukan perbaikan pelayanan dalam bentuk: -
Pembangunan infrastruktur pariwisata
-
Pengembangan pelaku wisata
-
Promosi dan pemasaran wisata melalui penyebaran informasi, studi banding dan pengembangan seni tradisional
Pengembangan layanan akomodasi yang mendukung pariwisata telah meningkat dalam jumlah fasilitas dan infrastruktur lainnya di Pariaman.
Tabel di bawah menunjukkan jumlah akomodasi di Pariaman. Akomodasi
Jumlah Kamar
Tempat tidur
Hotel Nan Tongga
45
66
Wisma Esra
15
30
Wisma Cinduamato
6
18
Penginapan Surya
23
46
Hotel Atami
16
45
Wisma Sari Bundo
6
12
Tabel 3. Fasilitas Akomodasi di Pariaman Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pariaman, 2010
Pemerintah daerah telah membuat prioritas rencana untuk mengembangkan kawasan wisata pesisir dan laut menjadi sebuah kawasan wisata seperti yang terlihat pada gambar 13.
23
Gambar 13 : Peta prioritas pembangunan pesisir dan wisata bahari Sumber : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, 2010
24
Bab 2. Festival “Tabuik” di Pariaman
2.1. Sejarah “Tabuik” Kata Tabuik berasal dari bahasa Arab, memiliki beberapa pemahaman. Pertama, Tabuik ditafsirkan sebagai 'peti mati‘. Sementara itu, pemahaman yang lain mengartikannya sebagai peti pusaka peninggalan Nabi Musa yang digunakan untuk menyimpan naskah perjanjian Bani Israel dengan perjanjian Allah. (http/ / bukittinggitourism.blogspot.com). Ada beberapa versi tentang asal dari perayaan Tabuik di Pariaman. Versi pertama mengatakan bahwa Tabuik dibawa oleh aliran Syiah Arab yang datang ke pulau Sumatera untuk berdagang. Sementara itu, versi lain (diambil dari catatan Snouck Hurgronje), mengatakan bahwa tradisi Tabuik masuk ke Indonesia melalui dua gelombang. Gelombang pertama sekitar abad 14 M, ketika Hikayat Muhammad diterjemahkan ke dalam Bahasa Melayu, melalui buku ritual belajar Tabuik Anak Nagari. Sedangkan, gelombang kedua dibawa oleh bangsa Tabuik Cipei / Sepoy (penganut Islam Syiah) yang dipimpin oleh Imam Ali. Bangsa Cipei / Sepoy berasal dari India yang oleh Inggris dijadikan serdadu ketika menguasai (mengambil alih) Bengkulu dari tangan Belanda (Traktat London, 1824). Orangorang Cipei / Sepoy ini setiap tahun selalu mengadakan ritual untuk memperingati kematian Husein (cucu Nabi Muhammad SAW).7 Perayaan Tabuik diadakan setiap Muharam 1-10 adalah upacara pada 61 Hijriah yang bertepatan dengan 680 AD. Cucu Nabi Besar Muhammad dipenggal 7
Opt. Cit
25
oleh tentara Muawiyah dalam perang Karbala di Padang Karbala, Irak. Kematiannya diratapi oleh Syiah di Timur Tengah dengan cara menyakiti tubuh mereka sendiri. Akhirnya, tradisi mengingat wafatnya cucu Nabi menyebar ke beberapa negara dengan cara yang berbeda. Di Indonesia, selain di Pariaman, ritual untuk memperingati peristiwa ini juga diadakan di Bengkulu. Dalam perayaan memperingati kematian Hussein bin Ali, Tabuik melambangkan janji Muawiyah untuk menyerahkan tongkat kekhalifahan kepada umat Islam, setelah Imam Husain
beliau meninggal. Namun, janji itu dilanggar dan malah
mengangkat Jasid (anaknya) sebagai putra mahkota. .
Seiring waktu, ritual ini diikuti juga oleh orang-orang di Bengkulu dan
meluas ke Painan, Padang, Pariaman, Maninjau, Pidi, Banda Aceh, Melauboh dan Singkil. Dalam perkembangan selanjutnya, ritual ini satu per satu menghilang dari daerah-daerah tersebut dan akhirnya hanya tinggal di dua tempat, yaitu Bengkulu sebagai Tabut dan Pariaman sebagai Tabuik. Di Pariaman, Tabuik awalnya diselenggarakan oleh Anak-anak Tabuik dalam bentuk Tabuik Adat Nagari. Namun,
seiring
dengan
banyaknya
wisatawan
yang
datang
untuk
menyaksikannya, pada tahun 1974 pengelolaan Tabuik diambil alih oleh pemerintah setempat dan dijadikan festival Tabuik.
2.2. Prosesi “Tabuik” Sebelum upacara Tabuik dilaksanakan, Tabuik dibuat oleh dua kelompok masyarakat Pariaman, yakni kelompok Pasar dan kelompok Subarang.Kedua tempat ini dipisahkan oleh sungai yang membelah kota Pariaman. Dahulu, selama
26
selama berlangsungnya pesta Tabuik selalu diikuti oleh perkelahian antara penduduk dari daerah Pasar dan
Subarang. Bahkan, ada beberapa pasangan
suami istri yang berpisah dan masing-masing dari mereka kembali ke daerah asal mereka di Subarang dan Pasar. Setelah upacara Tabuik berakhir, suami dan istri tersebut kembali bersama dalam satu rumah. Meskipun korban terluka parah dalam perkelahian, tapi ketika acara berakhir mereka bersatu kembali, sehingga suasana kembali seperti semula (tenang dan damai).
Gambar 14 : TABUIK Sumber : Adiyansyah Lubis, 2010 (Dokumentasi Pribadi)
Tabuik yang dibuat oleh kedua tempat ini terdiri dari dua bagian (atas dan bawah) yang dapat mencapai tinggi 12 meter. Bagian atas mewakili keranda berbentuk menara yang dihiasi dengan bunga dan kain beludru berwarna-warni. Sedangkan, bagian bawah berbentuk tubuh kuda, bersayap, berekor dan berkepala manusia berambut panjang. Kuda itu dibuat dari rotan dan bambu dengan dilapisi
27
kain beludru halus warna hitam dan pada empat kakinya terdapat gambar kalajengking menghadap ke atas. Kuda tersebut adalah simbol Bouraq, kendaraan yang memiliki kemampuan terbang secepat kilat dan digunakan saat Isra Miraj Nabi Muhammad Saw. Buraq dipercaya membawa Imam Hussein ke langit. Kedua bagian ini akan dirakit dengan bagian atas membawa beramai-ramai untuk digabungkan dengan bagian bawah. Setelah itu, berturut-turut dipasang sayap, ekor, bunga-bunga salapan dan terakhir kepala. Untuk menambah semangat pembawa Tabuik biasanya disertai dengan musik gendang "Tasa".
Gambar 15 : TABUIK Sumber : Adiyansyah Lubis, 2010 (Dokumentasi Pribadi)
Gendang Tasa adalah sebutan bagi kelompok pemain gendang yang berjumlah tujuh orang. Mereka bertugas mengiringi acara penyatuan tabuik (tabuik naik pangkat). Gendang ini ada dua jenis. Jenis pertama disebut tasa
28
didiang. Jenis gendang ini dibuat dari tanah liat yang diolah sedemikian rupa, kemudian dikeringkan. Tasa didiang ini harus dipanaskan sebelum dimainkan. Jenis gendang kedua adalah yang terbuat dari plastik atau fiber dan dapat langsung dimainkan. Setelah penyatuan ―Tabuik‖ selesai, kedua tabuik yang merupakan personifikasi dari dua pasukan yang akan berperang dipajang berhadap-hadapan. Pembukaan Pesta Tabuik ditandai Pawai Taaruf oleh ribuan pelajar dan masyarakat yang mengintari kota. Setelah pawai Taaruf, pesta pun dimulai. Selama pesta yang lamanya 10 hari ada pertunjukan-pertunjukan lain, seperti pawai tasawuf, pengajian yang melibatkan ibu-ibu dan murid-murid Tempat Pengajian Al Quran (TPA) dan madrasah se-Pariaman, grup drum band, tari-tarian, musik gambus, dan bahkan atraksi debus khas Pariaman.8
Gambar 16 : Gendang Tasa Sumber : Adiyansyah Lubis, 2010 (Dokumentasi Pribadi)
Setelah penyatuan Tabuik selesai (sebelum Zuhur), kedua Tabuik yang merupakan personifikasi dari dua pasukan yang akan bertempur, ditempatkan
8
www.planetmole.org
29
berhadap-hadapan. Dalam acara pesta adat Tabuik yang lamanya sekitar 10 hari (1-10 Muharam), ada beberapa tahap yang harus dilalui, yaitu : 1. Membuat ―Daraga‖ ―Daraga‖ adalah tempat di mana para arsitek dan pekerja membuat, menjaga dan menyelesaikan "Tabuik". 2. "Marangkai Tabuik" (menyatukan setiap bagian dari Tabuik). 3. "Maambiak Tanah" (mengambil tanah yang pada saat sholat Maghrib). Pada 1 Muharram, yang menandai proses pertama dalam pembuatan sebuah
Tabuik,
lumpur
diambil
dari
sungai.
Mengambil
tanah
mengandung makna simbolik bahwa manusia berasal dari tanah. Setelah diambil, tanah itu diarak oleh ratusan orang dan akhirnya disimpan dalam ―lalaga‖ berukuran 3x3 meter, dan kemudian dibungkus dengan kain putih. Kemudian, dimasukkan ke dalam peti mati yang disebut Tabuik.
Gambar 17 : Membuat dan Menyatukan Tabuik Sumber : Adiyansyah Lubis, 2010 (Dokumentasi Pribadi)
30
Gambar 18 : Mengambil tanah Sumber : Adiyansyah Lubis, 2010 (Dokumentasi pribadi)
4. "Maambiak batang pisang" (mengambil batang pisang dan ditanam di dekat kuburan) Pada 5 Muharram, proses kedua dimulai. Dalam proses ini, yang berlangsung di malam hari, batang pohon pisang dipotong dalam satu tebasan. Ini adalah simbol dari keberanian Abi Kasim, putra Imam Hussein, dalam membalas kematian ayahnya.
31
Gambar 19 : Mengambil Batang Pisang Sumber: Adiyansyah Lubis, 2010 (Dokumentasi Pribadi)
5. "Maarak Panja" (Panja diarak berisi jari-jari palsu berkeliling kampung). Maarak Panja adalah pencerminan pemberitahuan kepada para pengikut Hussein bahwa jari-jari tangan Hussein yang mati dibunuh telah ditemukan.
Gambar 20 : Maarak panja Sumber : Adiyansyah Lubis, 2010 ( Dokumentasi Pribadi)
32
6. Ma atam (Ekspresi kesedihan) Prosesi ini diadakan pada tanggal 7 Muharam, melambangkan tindakan mengumpulkan jari-jari Imam Hussein, yang tersebar setelah dipotong oleh tentara Raja Yazid. 7. Maarak sorban (membawa sorban berkeliling) menandakan Husein telah dipenggal. Diadakan pada 8 Muharam, itu melambangkan tindakan memamerkan sorban Imam Hussein berkeliling kota untuk mengingatkan kepada semua orang akan keberanian Imam Hussein ketika melawan musuh-musuhnya. 8. Parade Festival ―Tabuik‖ Pada acara ini, dua "Tabuik" (Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang) yang berparade di jalan-jalan utama kota Pariaman menuju ke pantai Gandoriah. 9. Mambuang Tabuik (membawa Tabuik ke pantai dan membuangnya ke laut).
Gambar 21 : Membuang Tabuik ke laut Sumber : http/bukittinggitourism.blogspot.com
33
Setelah waktu Ashar, ratusan ribu orang menyaksikan kedua ―Tabuik‖ diarak di kota Pariaman. Setiap ―Tabuik‖ dibawa oleh delapan orang. Menjelang senja, kedua ―Tabuik‖ bertemu kembali di Pantai Gandoriah . Pertemuan kedua ―Tabuik‘ di Pantai Gondariah, ini adalah puncak dari upacara Tabuik. Menjelang matahari terbenam kedua ―Tabuik‖ dibuang ke laut. Prosesi pembuangan Tabuik ke laut adalah bentuk kesepakatan masyarakat untuk membuang semua sengketa dan perselisihan di antara mereka. Selain itu, pembuangan Tabuik juga melambangkan dibawa terbangnya tubuh Hussein oleh Buraq ke surga.
2.3 Makna “Tabuik” bagi Masyarakat Lokal Ritual "Tabuik" di Pariaman masih diadakan seperti sedia kala. Narasi peristiwa perang "Karbala" tetap seperti biasa. Rangkaian demi rangkaian kegiatan dilakukan secara teratur tanpa pengaruh elemen lainnya. Pelaksanaan ritual masih mempertahankan nilai-nilai luhur yang ada dengan apresiasi dan emosi yang mendalam. Pengaruh modernisasi, pembangunan dan masuknya unsur budaya asing tampaknya tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan baik dalam bentuk, isi dan fungsi. (Ernatip et al, 2001) Nilai-nilai budaya dalam ritual "Tabuik" masih ada dalam masyarakat lokal meskipun telah mengalami perubahan akibat kemajuan teknologi. Nilai-nilai tersebut menjadi pedoman bagi mereka dalam melakukan kegiatan sehari-hari.9 Ada beberapa nilai penting dalam ritual "Tabuik":
9
Ernatip, et al, 2001
34
1. Nilai Moral
Masyarakat yang mendukungnya masih mempertahankan nilai-nilai tersebut, dimana ketika mereka mulai atau menyelesaikan suatu kegiatan, biasanya diikuti dengan berdoa atau membaca mantra. 2. Nilai sosial
Ini berarti aturan, norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari orang sering membutuhkan orang lain, tidak peduli seberapa kecil pekerjaan yang harus dilakukan masih melibatkan orang lain. 3. Nilai seni
Nilai-nilai seni yang tercermin dalam upacara Tabuik adalah musik dan lukisan.
Selain memiliki fungsi sebagai nilai-nilai budaya, upacara Tabuik juga memiliki fungsi sosial dan spiritual, yang sangat penting bagi penduduk setempat10. Fungsi sosial upacara Tabuik adalah: 1. sebagai norma-norma sosial 2. sarana komunikasi 3. sarana kontrol sosial dan interaksi untuk mencapai keseimbangan antar
anggota masyarakat Sementara itu, fungsi spiritual Tabuik adalah: 1. Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah
10
Ernatip, et al, 2001
35
2. Untuk memohon ketenangan dan kebahagiaan hidup
"Tabuik" memiliki 3 kekuatan penting bagi penduduk setempat:
Sosial Terjalinnya hubungan antar masyarakat selama festival "Tabuik" terutama dalam prosesi puncak "Tabuik". Ketika "Tabuik yang diadakan, masyarakat Pariaman yang tinggal di luar Pariaman dari seluruh Indonesia akan kembali pulang untuk melihat acara ini. Bahkan, warga Sumatera Barat yang tinggal di luar Sumatera Barat dan para wisatawan ingin melihat festival "Tabuik". Pada saat itu terciptalah interaksi antar orangorang tersebut.
Budaya Tabuik adalah kegiatan budaya yang menjadi tradisi turun-temurun sejak diperkenalkan.
Ekonomi Keberadaan festival "Tabuik" meningkatkan perekonomian penduduk setempat secara dramatis. Pengunjung yang menghadiri prosesi puncak "Tabuik" bisa mencapai 500 ribu orang dan miliaran transaksi dilakukan. Pada saat ini, warga Pariaman memiliki kesempatan untuk meningkatkan perekonomian mereka. Setelah menjelaskan tentang Pariaman, potensi pariwisata dengan semua
pantai, budaya dan tempat wisata lainnya dan juga acara festival "Tabuik", dapat disimpulkan bahwa kota ini memiliki kesempatan untuk mengembangkan daerahnya menjadi tujuan pariwisata, nasional dan internasional .
36
BAGIAN II BISAKAH “TABUIK MENJADI DAYA TARIK WISATA BERSKALA INTERNASIONAL?
Bab 1. Aktivitas Wisatawan Perkembangan pariwisata memiliki peranan penting bagi perkekonomian Indonesia secara keseluruhan. Tourism is viewed as a vehicle for the development and has been promoted as a strategy for economic growth. Tourism is a growth industry, and it contributes to foreign exchanged earnings, create employment and leads to economic diversification (Cole, 2008). Seperti disebutkan dalam Undang-Undang Pariwisata Indonesia
(UU No.10, 2009), bab II ayat 4
menyatakan bahwa tujuan dari pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut: a. untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi b. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat c. untuk menghapus kemiskinan d. untuk mengatasi pengangguran e. untuk melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya f. untuk memajukan budaya g. untuk mengangkat citra bangsa h. untuk memupuk rasa cinta tanah air i. untuk memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa j. untuk mempererat persahabatan antar bangsa
37
Didukung
program pariwisata Indonesia "Visit Indonesia" dan juga
dukungan dari pemerintah lokal, sektor pariwisata menjadi salah satu sumber pendapatan yang potensial. Setelah pembukaan bandara internasional "Minang Kabau" di Sumatera Barat pada tahun 2005, ada peningkatan yang signifikan dari jumlah wisatawan yang datang ke Sumatera Barat. Pada bagian berikutnya, akan membahas tentang frekwensi dan evolusi kedatangan wisatawan ke Sumbar dan Pariaman. Kemudian, akan dijelaskan tentang tipe-tipe wisatawan, dan terakhir bab ini akan membahas tentang tujuan wisatawan yang datang ke Sumatera Barat dan Pariaman.
1.1 Frekuensi dan evolusi kedatangan wisatawan Kedatangan wisatawan adalah elemen kunci dari sumber pendapatan bagi sebuah daerah atau wilayah, karena para wisatawan akan membuat pengeluaran di daerah-daerah tujuan wisata. Sumatera Barat dan Pariaman sebagai salah satu tujuan wisata di Indonesia memiliki jumlah fluktuasi wisatawan. Data yang diambil dari Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Sumatera Barat pada Tabel 4. menunjukkan jumlah wisatawan yang datang ke Sumatera Barat. Di sini dapat diperhatikan bahwa dari tahun 2005-2009 ada peningkatan signifikan dalam jumlah wisatawan baik internasional dan domestik. Namun, setelah bencana gempa bumi besar 7,6 skala richter11 yang terjadi pada September 2009, jumlahnya menurun secara signifikan, khususnya jumlah wisatawan domestik. Tabel 5. menunjukkan jumlah wisatawan di Pariaman 2004-2010. Serupa dengan
11
www.siteresouces.worldbank.org
38
jumlah wisatawan yang datang ke Sumatera Barat pada umumnya, dapat dilihat bahwa jumlah wisatawan di Pariaman terus meningkat sejak tahun 2004. Jumlah wisatawan internasional berfluktuasi dari tahun 2004-2006 dan terus meningkat hingga tahun 2010. Sementara itu, sama dengan wisatawan internasional, jumlah wisatawan domestik juga berfluktuasi dari tahun 2004 sampai tahun 2006. Kemudian, pada tahun 2007 meningkat secara signifikan, dan tetap stabil sampai tahun 2010. Tampaknya bencana gempa bumi pada tahun 2009 tidak mempengaruhi wisatawan yang datang ke Pariaman. Salah satu faktornya adalah acara festival Tabuik yang diadakan setiap tahun di Pariaman. Secara global, jumlah penerimaan pariwisata domestik sekitar lima setengah kali penerimaan pariwisata internasional. Dalam sebagian besar situasi, pariwisata domestik mendorong sifat dan struktur industri pariwisata sebuah negara (Ritchie dan Crouch, 2003). Data yang diambil baik di Sumatera Barat dan Pariaman membuktikan pernyataan Richie dan Crouch. Kita bisa melihat bahwa jumlah wisatawan domestik jauh lebih banyak daripada jumlah wisatawan internasional. Itu berarti bahwa wisatawan domestik memainkan peran penting dalam pengembangan pariwisata.
39
Tahun 2004
Wisatawan Internasional 76 951
Wisatawan Domestik 3 883 984
Total 3 960 935
2005
87 975
4 272 382
4 360 357
2006
88 923
4 526 937
4 615 860
2007
93 363
4 843 822
4 937 185
2008
131 123
6 729 514
6 860 637
2009
144 159
7 065 990
7 210 149
2010
133 404
4 575 600
4 709 004
Tabel 4. Jumalah Wisatawan yang datang ke Sumatera Barat Sumber : Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Provinsi Sumatera Barat, 2011
Tahun
Wisatawan Domestik 4 822
Total
2004
Wisatawan Internasional 28
2005
2
13 819
13 821
2006
17
32 010
32 027
2007
44
508 025
508 069
2008
71
525 665
525 736
2009
75
609 699
609 774
2010
79
640 184
640 263
4 850
Tabel 5. Jumlah wisatawan yang datang ke Pariaman Sumber : Dinas Pariwisata Seni dan Budaya kota Pariaman, 2011
Tabel 6 menggambarkan jumlah wisatawan yang datang ke Sumatera Barat berdasarkan kebangsaan. Sebagian besar wisatawan internasional berasal dari Malaysia dan jumlahnya meningkat setiap tahun. Salah satu faktornya adalah karena budaya Malaysia yang hampir mirip dengan masyarakat Sumatera Barat. Keduanya berbudaya Melayu dan menggunakan Islam sebagai dasar budaya mereka. Singapura adalah negara dengan jumlah wisatawan kedua terbesar yang mengunjungi Sumatera Barat. Kemudian, diikuti oleh wisatawan Australia dan
40
wisatawan AS. Namun, pada tahun 2004 tidak ada ditemukannya catatan jumlah wisatawan Australia. Kebangsaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Malaysia Singapura Australia Amerika Serikat Italia Inggris Prancis Belanda Jerman Jepang Kanada Selandia baru Swiss Lainnya
Total
2004
2005
2006
2007
2008
2009
1. 976 6.284 2.773 659 3.162 537 5.033 2.456 4.895 276 5.734 127 10.506
18.622 9.734 3.894 4.318 1.015 4.909 847 7.787 3.810 7.619 424 8.888 169 12.443
19.734 2.953 3.894 277 65 207 134 144 113 70 33 64 34 281
23.213 1.481 914 425 79 279 176 127 138 120 41 91 37 830
30.171 2.841 1.144 577 114 308 267 187 267 340 83 149 51 1.239
33.567 3.621 1.472 794 433 392 328 274 246 221 144 166 135 5.670
54.418
84.479
24.652
27.978
37.762
47.263
Tabel 6. Jumlah Wisatwan yang datang ke Sumatera Barat menurut kebangsaan Sumber : Dinas Pariwisata dan Seni Provinsi Sumatera Barat, 2011
1.2. Tipe-Tipe Wisatawan
Nilai-nilai wisatawan , sikap dan perilaku yang tidak homogen bervariasi dalam sejumlah cara yang mendasar. Tipologi wisata mencerminkan keragaman individu, gaya motivasi, minat dan nilai-nilai, dan perbedaan selanjutya seringkali berkorelasi dengan kepentingan disiplin penelitian spesifik. Literatur sejarah (Towner 1996) mendeskripsikan pariwisata terutama untuk kekayaan, atau status khusus seperti dalam ziarah atau perang. Ketika ilmu pariwisata berkembang, setelah Perang Dunia Kedua, tipologi telah meningkat dalam jumlah dan spesifisitas. Plog (1964) mengidentifikasi kurva berbentuk lonceng yang
41
menghubungkan motivasi wisatawan dengan destinasinya, dan menggambarkan tiga jenis kepribadian perjalanan. Tipologi berdasarkan usia dan ekonomi mendominasi selama tahun 1970, dipimpin oleh Cohen (1972) yang awal tipologinya membentuk dua peran yang tidak dilembagakan sebagai drifter dan explorer, dan dua jenis
yang
dilembagakan, wisatawan massal terorganisir dan wisatawan massal individu (organized
mass
tourist
and
individual
mass
tourist).
Smith
(1977)
menggambarkan aspek demografi pariwisata, dalam tujuh tingkat dan jumlahnya meningkat dari wisatawan explorer ke mass and charter , dan dampak tingginya pada budaya lokal dan persepsi masyarakat lokal dari pariwisata. Selanjutnya, Smith mendefinisikan lima minat dan motivasi terhadap destinasi: etnis, budaya, sejarah, lingkungan dan rekreasi. Dekade ini juga ditandai dengan polemik awal antara pendukung pariwisata sebagai fenomena bersenang-bersenang wisatawan dan orang-orang pencari autentisitas (MacCannell, 1973). Cohen (1979) menyimpulkan keragaman ini sebagai lima bentuk pengalaman pariwisata: rekreasi, pengalihan, pengalaman, eksperimen dan eksistensial. Dekade 1980-an memperluas tipologi untuk mencakup jenis bersejarah seperti Grand Tour, pariwisata utara-selatan, dan perjalanan anak muda jangka panjang yang dianggarkan (long-term youth and budget travel) , yang beberapa diantaranya merupakan pengujian diri (Riley 1988). Graburn (1983) membedakan dua jenis pariwisata kontemporer, sebagai liburan tahunan dan bagian ritus perjalanan pariwisata (the rites passage of tourism) yang terkait dengan perubahan besar dalam status seperti perubahan kematangan atau karir. Masalah lingkungan
42
yang dihasilkan berbagai jenis wisata baru terkait dengan pariwisata yang 'sesuai' atau alternatif (appropriateor alternative tourism), seperti ecotourists atau green tourusts(Smith dan Eadington 1992). Postmodernisme telah mendominasi era 1990-an dengan minat baru di tingkat realitas (Urry 1990), berhubungan dengan tingkat daya dukung dan keberlanjutan, dan jenis pengalaman gaya hidup dan perilaku wisatawan (Mazanec et al. 1998). Tipologi juga melayani industri, menggambarkan pasar ceruk (niches market) sebagai dasar untuk promosi dan periklanan sesuai dengan tujuan perjalanan, kelompok karakter, transportasi kegiatan dan minat. Segmentasi wisatawan ke dalam jenis ini telah digunakan sebagai alat analisis untuk lebih memahami turis dan perilaku mereka. Pada tahun 1999 segmentasi terbukti menjadi instrumen yang kuat (Dann, 1981) untuk memeriksa wisatawan akan dimasukkan kepada kelompok mana dan untuk mengeksplorasi alasannya.
Sumber
pengetahuan
wisatawan
dan
pengalaman
perjalanan
sebelumnya merupakan faktor penting dalam perilaku mereka, jadi hal ini telah dimasukkan ke dalam tipologi tersebut. Jumlah wisatawan yang datang ke Sumatera Barat dan Pariaman tampak meningkat dan stabil sejak tahun 2005. Dari data statistik jumlah tamu hotel menurut klasifikasi hotel, kita dapat mengelompokkan jenis wisatawan yang datang ke Sumatera Barat. Tabel 7. menggambarkan jumlah tamu hotel bintang di Sumatera Barat. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah wisatawan, baik internasional dan domestik, meningkat setiap tahun, kecuali pada tahun 2005. Dibandingkan dengan Tabel 8. yang menggambarkan jumlah tamu hotel non
43
bintang di Sumatera Barat, kita dapat menarik kesimpulan bahwa lebih banyak wisatawan tinggal di hotel bintang daripada di hotel non-bintang. Kemudian, dari wawancara, data statistik dan survei yang dilakukan ke sejumlah wisatawan baik domestik dan internasional, jenis wisatawan yang datang ke Sumbar dan Pariaman bisa dikelompokkan sebagai berikut: a. Wisatawan Elit Karakteristik dari jenis wisatawan ini adalah: -
Kelompok usia yang lebih tua, membuat kunjungan kembali
-
Perjalanan sebagai individu, pasangan atau sebagai kelompok keluarga
-
Biasanya penggunaan mobil dan sopir
-
Kadang-kadang menggunakan pemandu lokal tapi sering bepergian tanpa pemandu, dapat berbicara bahasa Indonesia
-
Sering membawa lebih dari satu buku panduan
-
Tinggi kadar pengetahuannya
-
Kebanyakan beradaptasi dengan baik
-
Tinggal di hotel bintang
b. Wisatawan Minat Khusus Karakteristiknya adalah: -
Biasanya turis setengah baya, tetapi juga termasuk kelompok sekolah dan perguruan tinggi dari Australia
-
Perjalanan dalam kelompok kecil (8-20 orang) dengan operator terkait
44
-
Memiliki tour leader atau guru tetapi beberapa juga menggunakan pemandu lokal
c.
-
Memiliki tingkat pengetahuan yang baik
-
Kebanyakan beradaptasi cukup baik / sangat baik
-
Tinggal di hotel bintang atau hotel non bintang yang bagus
Backpakers (jangka waktu lama) Jenis wisatawan ini memiliki karakteristik sebagai berikut: -
Muda, perjalanan jangka panjang (tiga bulan atau lebih), sering perjalanan ke Australia
-
Membentuk kelompok untuk berbagi pemandu lokal, atau menggunakan panduan sopir
-
Pernah mengunjungi bagian Indonesia lainnya
-
Tingkat pengetahuan cukup baik
-
Beradaptasi cukup baik
-
Tinggal di hotel non bintang
d. Backpakers (jangka waktu singkat) Karakteristiknya adalah: -
Muda
-
Membentuk kelompok dan menggunakan pemandu lokal
-
Beberapa masih mengalami culture – shock
-
Tingkat pengetahuan rendah
-
Tidak beradaptasi dengan baik
-
Tinggal di hotel non bintang
45
Tahun
Wisatawan Internasional
Wisatawan Domestik
Total
2004
26 917
340 635
367 552
2005
20 995
265 441
286 436
2006
30 094
280 666
310 710
2007
31 889
264 952
296 841
2008
32 775
330 591
363 366
2009
27 512
320 158
347 670
Tabel 7. Banyaknya Tamu Hotel menurut Klasifikasi Hotel di Sumatera Barat (Hotel Bintang) Sumber : Dinas pariwisata Seni dan Budaya Provinsi Sumatera Barat, 2011
Tahun 2005
Wisatawan Internasional 1 746
Wisatawan Domestik 108 510
Total 110 256
2006
3 327
144 682
148 009
2007
3 511
184 238
187 749
2008
5 622
208 522
214 144
2009
7 357
263 489
270 843
Tabel 8. Banyaknya Tamu Hotel menurut Klasifikasi Hotel di Sumatera Barat (Hotel Non Bintang) Sumber : Dinas pariwisata Seni dan Budaya Provinsi Sumatera Barat, 2011
1.3 Tujuan Wisatawan datang ke Pariaman dan Sumatera Barat Jenis pariwisata di Pariaman adalah bahari, budaya dan kuliner. Selain itu, jenis pariwisata di Sumatera Barat mirip dengan pariwisata Pariaman, tetapi masing-masing daerah memiliki spesifikasi sendiri tergantung pada potensi di setiap lokasi. Potensi tersebut menjadi daya tarik untuk mengundang wisatawan
46
datang ke destinasi ini. "Tabuik" yang dikategorikan sebagai pariwisata budaya (lihat Tabel 9.) merupakan suatu even yang telah menarik perhatian wisatawan, baik domestik dan internasional. Pariwisata budaya berkaitan dengan kelompokkelompok individu dari orang yang bepergian berkeliling dunia, negara individu, komunitas lokal dan peristiva individual yang berusaha menjelajahi situs warisan, agama dan seni untuk mengembangkan pengetahuan tentang komunitas dan cara hidup yang berbeda, (Raj, 2003). Category
Examples
High, Institutionalized culture
Museums, exhibitions, visual arts, historic sites, theatre, performing arts, literature, science and technology centers
Folk, popular culture
Film, entertainment, sport, mass media. Shopping, events, food, produce, crafts, customs, traditions
Ethnic symbols
Folkways, vernacular architecture, education, transport, religion, dress, alnguage, work patterns
Tabel 9 : Categories of cultural Tourism Sumber : Tourism in Destination Communities, Singh, et.al, 2003
Umumnya, wisatawan yang datang ke Sumatera Barat ingin menikmati alam dan juga budayanya. Pulau Mentawai merupakan salah satu tujuan yang terkenal bagi wisatawan internasional yang suka berselancar12. Ombak di Mentawai diklasifikasikan sebagai salah satu tempat terbaik untuk berselancar di dunia. Jadi, hal ini menjadi tujuan bagi pecinta berselancar di dunia. Kompetisi surfing internasional sering diadakan di Mentawai. Pada bulan Juni tahun ini, akan ada kompetisi surfing internasional yang diadakan di Mentawai 13. Oleh
12 13
http://www.surfing-waves.com/travel/mentawai.htm http://www.minangkabautourism.com
47
karena itu, acara ini menjadi salah satu tujuan para wisatawan (terutama yang internasional) dan cara untuk menarik wisatawan berkunjung ke Sumatera Barat.
Gambar 22. Surfing di pulau Mentawai Sumber : http://www.surfing-mentawais.com/
Gambar 23. Surfing di pulau Mentawai Sumber : http://www.surfing-mentawais.com/
Seperti yang terlihat pada Tabel 9 di atas, makanan merupakan bagian dari kategori dalam wisata budaya. Sumatera Barat juga terkenal dengan kuliner khasnya yang berbumbu dan pedas. Ada berbagai jenis makanan yang berasal dari daerah ini, seperti rendang, gulai, dan banyak lagi yang lainnya. Seperti daerah lain di Sumatera Barat, Pariaman juga memiliki kuliner khas, seperti nasi sek, sala
48
lauak, dll (Gambar 24). Para wisatawan yang datang ke Pariaman, khususnya wisatawan domestik, pastinya ingin menikmati kuliner tersebut.
Gambar 24. Kuliner Tradisional di Pariaman Sumber : Reno Mayang Sari, 2011 (Dokumentasi Pribadi )
49
Bab 2. Persepsi Wisatawan tentang “Tabuik” Istilah persepsi kadang-kadang memberikan beberapa bias. Menurut Peter Lindsay & Donald A. Norman (1977), persepsi adalah proses dimana organisme menginterpretasikan dan mengorganisir sensasi untuk menghasilkan suatu pengalaman yang bermakna di dunia. Persepsi, di sisi lain, lebih baik menggambarkan pengalaman utama seseorang tentang dunia dan biasanya melibatkan pengolahan lebih lanjut dari input sensorik. Oleh karena itu, persepsi bisa berbeda bagi setiap orang, meskipun mereka melihat hal yang serupa. Hal ini terjadi karena interpretasi berbeda dari masing-masingnya. Para wisatawan berfikir bahwa 'budaya tradisional menarik', 'pantai indah', 'orang-orangnya ramah'. Mereka sering membuat komentar yang menciptakan persepsi tentang pariwisata pada sebuah destinasi. Bagian berikut merupakan analisis persepsi wisatawan, baik domestik dan internasional, terhadap acara "Tabuik" di Pariaman. Kemudian pada bagian berikutnya, akan dibahas tentang persepsi masyarakat lokal terhadap wisatawan dan pariwisata di Pariaman.
2.1. Persepsi Wisatawan Domestik Persepsi wisatawan sebagian besar dipengaruhi oleh pengetahuan mereka tentang destinasi yang akan mereka kunjungi. Dalam penelitian ini, wisatawan dikategorikan menjadi domestik dan internasional. Wisatawan domestik adalah wisatawan yang mengunjungi daerah lain dari negara yang sama di mana dia tinggal (www.glossaryoftravel.com). Survei dilakukan pada 50 wisatawan
50
domestik yang sudah mengunjungi Pariaman atau Sumatera Barat. Data yang diperoleh acak dari luar kota Pariaman, terutama wisatawan domestik berasal dari Sumatera. Variabel yang dianalisis dalam survei ini meliputi:
Informasi yang diperoleh tentang "Tabuik" oleh wisatawan domestik
Kesediaan turis untuk berpartisipasi dalam acara "Tabuik"
Persepsi wisatawan domestik tentang "Tabuik"
Pengetahuan wisatawan domestik tentang "Tabuik"
Alasan untuk melihat ―Tabuik‖
Saran, pendapat, atau rekomendasi dari wisatawan domestik pada acara "Tabuik". Tabel 10 menunjukkan karakteristik yang dipilih oleh wisatawan domestic,
dan datanya diambil pada bulan Februari 2011. Ukuran sampel diperoleh untuk studi gender, usia, status perkawinan, pekerjaan dan pendidikan responden.
Karakteristik Gender Usia
Status Perkawinan Mata pencaharian
Parameter Laki-laki Perempuan 18 -24 25 -34 35 -49 50 – 65 > 65 Belum menikah Menikah Janda / Duda Swasta PNS
Total 24 26 20 15 13 2 0 26 24 0 24 8
Persentase 48 52 40 30 26 4 0 52 48 0 48 16
51
Pendidikan
Mahasiswa / Pelajar Dosen Guru Perawat Asisten Apoteker Ibu Rumah Tangga Pensiun SMA D3 S1 Lainnya
7 4 1 2 2 1 1 19 17 14 0
14 8 2 4 4 2 2 38 34 28 0
Tabel 10. Sampel Karakteristik Wisatawan Domestik Sumber : Survey Februari, 2011
Data di atas menunjukkan keseimbangan antara gender dan usia. Distribusi tertinggi usia responden adalah 18-24 tahun (40%) dan tidak ada responden yang berusia lebih dari 65 tahun. Mata pencaharian responden bervariasi seperti swasta, mahasiswa, PNS, dosen, guru, perawat, asisten apoteker, ibu rumah tangga dan pensiun, sedangkan sebagian besar responden adalah swasta (48%). Pendidikan formal dari responden adalah SMA ke atas dengan persentase tertinggi juga SMA (38%). Tabel 11 menunjukkan distribusi asal responden wisatawan domestik. Mayoritas responden untuk sampel survei ini berasal dari Pulau Sumatera. Hanya 9 responden berasal dari luar pulau Sumatera. Mereka berasal dari pulau Jawa (Jakarta, Bandung dan Malang), Kepulauan Bangka Belitung (Pangkal Pinang dan Bangka Belitung), dan pulau Batam.
52
Karakteristik
Parameter
Total
Palembang 5 Malang 2 Jambi 5 Bangka Belitung 1 Pangkal Pinang 1 Batam 2 Bengkulu 2 Batu Sangkar 2 Bukittinggi 1 Sawahlunto 1 Painan 1 Payakumbuh 1 Padang Panjang 4 Pekan baru 2 Lampung 1 Sibolga 1 Kerinci 1 Muara Labuh 1 Medan 2 Padang Sidempuan 4 Curup 1 Dumai 1 Duri 1 Aceh 1 Muaro Bungo 1 Jakarta 2 Bandung 1 Table 11. Wisatawan Domestik menurut asalnya Sumber : Survey February, 2011
Asal
Informasi tentang “Tabuik”
Frekwensi
Persentase
Ya
45
90
Tidak
5
10
Tabel 12. Informasi yang didapatkan Wisatawan domestik tentang acara ―Tabuik‖ Sumber : Survey February, 2011
Tabel 12 menunjukkan respon para wisatawan domestik mengenai informasi yang telah mereka peroleh tentang "Tabuik". Hasilnya menunjukkan bahwa 90% dari responden tahu dan pernah mendengar tentang "Tabuik" sementara hanya 10% yang tidak tahu atau pernah mendengar tentang acara ini.
53
Melihat Acara “Tabuik”
Frekwensi
Persentase
Sudah
26
52
Belum
24
48
Table 13. Information obtained from the domestic tourists about seeing the event of ―Tabuik‖ Source : Survey February, 2011
Wisatawan domestik ditanya apakah mereka sudah pernah melihat "Tabuik". Hasil dalam tabel 14 menunjukkan bahwa 52% pernah melihat Tabuik dan 48% menjawab belum melihat acara ini. Lalu, diikuti dengan pertanyaan apakah wisatawan ingin berpartisipasi dalam acara ini. Hasil pada tabel 13 menunjukkan bahwa 94% dari responden ingin melihat "Tabuik" sementara hanya 6% tidak ingin melihat acara ini.
Keinginan untuk berpartisipasi
Frekwensi
Persentase
Ya
47
94
Tidak
3
6
dalam acara “Tabuik”
Tabel 14. Keinginan dari wisatawan domestik untuk berpartisipasi dalam acara ―Tabuik‖ Sumber : Survey February, 2011
Persepsi tentang ”Tabuik”
Frekwensi
Persentase
Sangat menarik
23
46
Menarik
17
34
Tidak menarik
1
2
Tidak ada komentar
9
18
Tabel 15. Persepsi wisatawan domestik tentang ―Tabuik‖ Sumber : Survey February, 2011
Tabel 15 di atas menunjukkan persepsi wisatawan domestik tentang acara "Tabuik". Mereka dimintai pendapatnya mengenai acara ini dengan menggunakan empat kategori respon ordinal mulai dari "sangat menarik" untuk "tidak ada komentar". Mayoritas dari responden menunjukkan bahwa "Tabuik" adalah sangat
54
menarik (46%), sementara hanya 2% mengatakan bahwa ―Tabuik‖ tidak menarik. 18% responden tidak memiliki komentar tentang acara ini karena mereka belum pernah melihat acara ini. Sumber Informasi mengetahui
Persentase
“Tabuik” Dari orang tua
27,9
Dari media ( TV/ koran/radio/internet)
31,2
Dari pelajarn budaya di sekolah
18
Dari buku / literatur
8,1
Lainnya
14,8
Table 16. Sumber informasi wisatawan domestik mengetahui acara ―Tabuik‖ Sumber : Survey February, 2011
Tabel 16 menggambarkan sumber informasi wisatawan domestik mengetahui acara "Tabuik". Respon terhadap pertanyaan ini bisa lebih dari satu pilihan. Persentase tertinggi dari responden (31,2%) menunjukkan bahwa media seperti TV, koran dan radio adalah sumber informasi yang paling sering digunakan oleh responden untuk memperoleh informasi tentang "Tabuik". Alasan melihat “Tabuik”
Persentase
Dilihat banyak orang
19
Untuk mengetahui acara tersebut
46,1
Untuk mengetahui Budaya Sumatera 31,7 Barat, khususnya Pariaman Lainnya
3,2
Tabel 17. Alasan Wisatawan Domestik melihat acara ―Tabuik‖ Sumber : Survey February, 2011
Tabel 17 menunjukkan alasan-alasan wisatawan domestik untuk melihat "Tabuik". Sama dengan variabel sebelumnya, responden dapat memilih lebih dari
55
satu pilihan. Sebagian dari jawaban responden adalah untuk mengetahui tentang hal Tabuik (41,7%), diikuti oleh untuk mengetahui tentang budaya Sumatera Barat, khususnya Pariaman, kemudian, karena dilihat oleh banyak orang (19%), dan lainnya (3,2%). Pengetahuan tentang
Frekwensi
Persentase
Ada
22
44
Tidak
28
56
sejarah “Tabuik”
Table 18. Pengetahuan wisatawan domestik tentang sejarah ―Tabuik‖ Sumber: Survey February, 2011
Pengetahuan tentang sejarah Tabuik diilustrasikan pada Tabel 18. Data menunjukkan bahwa 44% responden mengetahui sejarah Tabuik, sementara 56% responden tidak tahu sejarah ―Tabuik‖. Kemudian, dalam tabel 19 yang menunjukkan sumber informasi tahu sejarah ―Tabuik‖, ini menunjukkan bahwa persentase tertinggi dari respon yang berasal dari media seperti TV, koran dan internet (39,5%). Hanya 7,9% dari respon yang berasal dari brosur pariwisata. Responden dapat memilih lebih dari satu pilihan untuk pertanyaan ini. Ada 25 responden yang tidak menjawab pertanyaan karena mereka tidak tahu sejarah ―Tabuik‖.
56
Sumber informasi mengetahui“Tabuik”
Persentase
Dari brosur pariwisata
7,9
Dari literatur
30
Dari media ( TV/ koran/internet)
39,5
Dari informasi mulut ke mulut
23,6
Lainnya
0
Table 19. Sumber informasi wisatawan domestik tahu sejarah ―Tabuik‖ Sumber : Survey February, 2011
Tabel 20 menunjukkan waktu ketika responden tahu acara "Tabuik". 52% dari responden tahu ―Tabuik‖ sewaktu berada di Pariaman / Sumatera Barat, sementara 48% tahu sebelum datang ke Pariaman / Sumatera Barat. Waktu mengetahui “Tabuik”
Frekwensi
Persentase
Sebelum datang ke Pariaman /
24
48
26
52
Sumatera Barat Sewaktu berada di Pariaman / Sumatera Barat Table 20. Waktu mengetahui―Tabuik‖ Sumber : Survey February, 2011
Pertanyaan terakhir dalam survei meminta pendapat, saran atau rekomendasi dari responden tentang "Tabuik" dan pariwisata di Pariaman. Dari data yang diambil, pendapat tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
"Tabuik" harus dipertahankan
"Tabuik" dapat meningkatkan pendapatan penduduk setempat
Acara "Tabuik" adalah cara untuk menarik lebih banyak wisatawan mengunjungi Pariaman
Selain itu saran dan rekomendasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Meningkatkan promosi 'Tabuik" secara internasional
57
Membangun kemitraan dengan agen perjalanan internasional dan agen kapal pesiar
Menyiapkan infrastruktur dan fasilitas yang berkualitas
Membangun budaya tuan rumah berkualitas internasional bagi masyarakat Pariaman
Enam responden tidak diberi komentar pada pertanyaan terakhir.
2.2 Persepsi Wisatawan Internasional terhadap “Tabuik” Wisatawan internasional yang datang ke Pariaman sangat musiman. Mereka hanya datang untuk mengunjungi Pariaman dalam periode waktu tertentu. Oleh karena itu agak sulit untuk menemukan para wisatawan jika tidak ada acara khusus. Musim telah diakui sebagai salah satu fitur yang paling khas dari pariwisata.
Butler
(1994)
mendefinisikan
pariwisata
musiman
sebagai
ketidakseimbangan temporal dalam fenomena pariwisata, yang dapat dinyatakan dalam bentuk dimensi elemen seperti jumlah pengunjung, pengeluaran pengunjung, lalu lintas di jalan raya dan bentuk lain dari transportasi, lapangan kerja dan penerimaan ke atraksi. Selain itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola spasial dari musiman di tujuan seperti yang dijelaskan oleh Butler (1994) pada gambar di bawah ini:
58
GENERATING AREA CLIMATIC FACTORS Temperature Sunlight Daylight
AFFECT
RECEIVING AREA CLIMATIC FACTORS Temperature Rainfall Snowfall Sunlight Daylight FLORA/FAUNA PATTERNS PHYSICAL FEATURES
SPATIAL/TEMPORAL PATTERNS OF TOURISM AT A DESTINATION
AFFECT
PATTERN OF SOCIAL/CULTURAL FACTORS
DISTRIBUTION OF SOCIAL/CULTURAL FACTORS
Cultural mores Holiday availability Religious Beliefs Traditions Fashion/tastes Sport activities/preferences
Sporting attractions Religious events/sites Trade fairs/expos Special events Cultural events/patterns
Gambar 25 : Factors Influencing Spatial Pattern of Seasonality at a Destination Sumber : Butler, 1994
Dari gambar di atas, jelaslah bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pola spasial musiman adalah peristiwa budaya. Jika ada acara budaya di suatu daerah, tentu akan menarik wisatawan untuk datang ke daerah itu. "Tabuik" sebagai peristiwa budaya di Pariaman dapat menjadi cara untuk menarik para wisatawan. Menurut Getz, 1997 : ―Events have the potential to generate a vast amount of tourism when they cater to out-of region visitors, grants, or sponsorships of direct or indirect intent “ (Sebuah even memiliki potensi untuk menghasilkan sejumlah besar pariwisata ketika mereka melayani
59
pengunjung luar daerah, hibah, atau sponsorship, dari maksud langsung atau tidak langsung ). Untuk memperoleh persepsi wisatawan internasional terhadap "Tabuik" di Pariaman, 25 responden dari berbagai kebangsaan telah diwawancarai. Sulit untuk menemukan wisatawan internasional di Pariaman pada bulan Februari, karena bulan ini bukan musim wisatawan mengunjungi Pariaman dan Sumatera Barat pada umumnya. Berdasarkan Tabel 21 yang menggambarkan tingkat hunian kamar hotel bintang dan Tabel 22 yang menunjukkan tingkat hunian kamar hotel non bintang, dapat disimpulkan bahwa musim puncak bagi kedatangan wisatawan ke Sumbar adalah pada bulan Juni, Juli dan Agustus. Bulan
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Januari
34,16
33,73
36,48
39,69
41,21
41,55
Februari
41,03
31,26
38,98
37,70
39,39
31,59
Maret
38,17
36,87
41,85
31,70
42,14
41,55
April
36,02
39,76
40,68
35,29
42,27
41,51
Mei
37,34
30,30
42,27
47,01
47,81
41,49
Juni
48,35
36,66
43,98
42,94
45,53
41,45
Juli
53,83
46,96
45,75
52,03
50,39
51,44
Agustus
45,06
40,36
45,14
52,31
49,52
41,48
September
47,61
51,93
37,42
39,77
31,44
41,40
Oktober
36,03
27,86
31,44
33,89
48,84
11,56
November
36,58
48,11
43,26
43,30
53,30
11,52
Desember
38,24
44,42
49,12
46,14
55,40
11,40
Rata-rata
41,04
38,19
41,36
41,82
45,62
33,99
Table 21. Tingkat Hunian kamar hotel di Sumatera Barat (Hotel bintang) dalam persentase Sumber : Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Provinsi Sumatera Barat, 2011
60
Bulan
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Januari
35,73
37,23
36,46
34,10
36,74
41,55
Februari
33,88
39,98
33,74
32,56
31,62
31,60
Maret
36,09
44,27
39,67
33,79
34,97
41,48
April
30,86
31,94
38,82
34,85
31,53
41,41
Mei
35,51
35,96
36,86
36,98
34,05
41,42
Juni
41,85
37,90
36,42
38,65
36,26
41,36
Juli
43,23
46,01
45,44
39,67
39,62
41,33
Agustus
34,95
39,43
38,65
34,98
38,48
41,47
September
40,48
41,25
35,36
30,30
38,32
41,40
Oktober
34,34
34,26
36,88
34,14
42,40
41,52
November
41,20
40,65
37,20
33,70
37,62
41,49
Desember
40,51
33,47
40,00
34,53
40,38
41,31
Rata-rata
37,39
38,53
37,96
34,85
36,00
40,61
Table 22.Tingkat hunian kamar hotel di Sumatera Barat (hotel non bintang) dalam persentase Sumber : Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Provinsi Sumatera Barat, 2011
Tabel 23. menunjukkan karakteristik demografi sampel responden yang diwawancarai. Dari data yang diambil, ada keseimbangan gender pada seluruh sampel responden. Distribusi tertinggi adalah antara usia 25-34 tahun dan 56% responden menikah atau memiliki pasangan. Karakteristik Gender
Usia
Status Pernikahan
Parameter
Frekwensi
Persentase
Laki-laki
13
52
Perempuan
12
48
18 -24
7
28
25 -34
9
36
35 -49
5
20
50 – 65
4
16
> 65
0
0
Belum menikah
9
36
61
Menikah
/
ada
14
56
2
8
pasangan Janda / duda
Table 23. Karakteristik sampel wisatawan Internasional Sumber : Wawancara Februari - Maret, 2011
Tabel 24 memperlihatkan mata pencaharian wisatawan internasional yang telah diwawancarai. Sebagian besar wisatawan adalah dosen atau guru atau peneliti, kemudian diikuti oleh mahasiswa, manajer, pekerja kantor dan lain-lain. Ada 2 orang wisatawan yang pada saat diwawancarai tidak memiliki pekerjaan. Karakteristik Mata Pencaharian
Parameter
Frekwensi
Mahasiswa
4
Dosen/Guru/Peneliti
6
Manager
4
Pekerja kantor
3
Lainnya
6
Tidak ada pekerjaan
2
Table 24. Mata Pencaharian wisatawan internasional Sumber : Wawancara February - March, 2011
Tabel
25
menunjukkan
distribusi
kebangsaan
para
wisatawan
internasional. Sebagian besar wisatawan berasal dari Australia dan kemudian diikuti oleh Selandia Baru. Tidak ada wisatawan Malaysia dari data yang diambil, sementara sebagian besar wisatawan internasional dari data statistik berasal dari Malaysia. Salah satu faktor penyebabnya adalah waktu pengambilan sampel. Selain itu, wisatwan Malaysia sebagian besar lebih banyak mengunjungi Bukittinggi, bukan Pariaman.
62
Karakteristik Kebangsaan
Parameter
Frekwensi
Australia
7
New Zealand
4
Amerika Serikat
2
Prancis
2
Finlandia
2
Swiss
2
Jerman
1
Belanda
1
Kanada
1
Inggris
1
Singapura
1
Korea
1
Tabel 25. Wisatawan Internasional menurut kebangsaan Sumber : Wawancara February - March, 2011
Dalam daftar pertanyaan wawancara terhadap wisatawan, lima kategori berikut muncul: 1. Organisasi kunjungan 2.
Pengetahuan tentang "Tabuik"
3.
Ketertarikan terhadap "Tabuik"
4.
Aktifitas Wisata
5. Persepsi setelah melihat "Tabuik" Dari 25 wisatawan yang diwawancarai, hanya 5 wisatawan yang menggunakan agen perjalanan. Sisanya mengatur perjalanan mereka sendiri ke Sumbar dan Pariaman. Para wisatawan yang menggunakan agen perjalanan membeli paket tur, sementara yang yang tidak, membuat tur mereka sendiri di Sumatera Barat termasuk ke Pariaman. Namun, mayoritas wisatawan yang mengatur perjalanan mereka sendiri tidak berencana untuk mengunjungi Pariaman. Sementara mereka sudah di Pariaman, tidak tahu mana destinasi yang
63
akan mereka kunjungi. Mereka hanya mengunjungi Pariaman untuk perjalanan satu hari, bukan untuk tinggal selama beberapa hari di kota ini. Biasanya para wisatawan tinggal di Padang atau Bukittinggi. Para wisatawan ditanyai tentang pengetahuan mereka mengenai "Tabuik". Setelah mewawancarai 25 wisatawan internasional, ditemukan bahwa 44% dari wisatawan tersebut telah mendengar tentang "Tabuik" (Tabel 26). Kebanyakan dari mereka tahu acara ini dari internet dan brosur pariwisata. Mayoritas responden yang pernah mendengar tentang acara ini mengetahuinya setelah berada di Pariaman. Hanya 20% dari responden telah melihat Tabuik (Tabel 27). Para responden yang tahu Tabuik sebelum datang ke Pariaman memiliki tujuan untuk melihat even ini, sementara orang-orang yang tahu ―Tabuik‖ ketika berada di Pariaman, memiliki alasan lain untuk mengunjungi Pariaman, seperti untuk melihat pantai, melalukan olah raga pantai, dll. Informasi tentang “Tabuik”
Frekwensi
Persentase
Ya
11
44
Tidak
14
56
Tabel 26. Informasi yang diperoleh oleh wisatawan internasional tentang ―Tabuik‖ Sumber : Wawancara Februari - Maret, 2011
Menyaksikan acara Tabuik
Frekwensi
Persentase
Pernah
5
20
Belum
20
80
Tabel 27. Informasi yang diperoleh dari wisatawan internasional tentang pernah/belum menyaksikan acara ―Tabuik‖ Source : Interview February - March, 2011
Ketika responden ditanya tentang minat mereka terhadap "Tabuik", mereka yang telah pernah melihat acara ini mengatakan bahwa festival ini sangat menarik dan unik. Mereka menikmati acara ini karena mereka ingin tahu budaya
64
Pariaman. Menurut mereka acara ini menarik bagi wisatawan internasional. Menurut wisatawan yang telah melihat peristiwa ini, melalui "Tabuik", mereka tidak hanya bisa melihat ritual, namun juga mereka dapat menikmati musik tradisional dan tari. Salah satu turis dari Australia berpendapat bahwa Tabuik memiliki arti khusus. Tidak hanya ritual, namun memiliki nilai-nilai moral di balik ritual bagi masyarakat setempat. Responden yang telah menyaksikan "Tabuik" memiliki pendapat bahwa acara ini pantas menjadi daya tarik wisatawan internasional. Seorang wisatawan asal Belanda mengatakan bahwa Tabuik bisa menjadi tarik wisata internasional jika pemerintah mengambil bagian dalam komersialisasi dan mempromosikannya kepada masyarakat internasional untuk mengunjungi Pariaman. 10 responden ingin berpartisipasi dalam acara ini, walaupun tidak semua dari mereka yang pernah melihat Tabuik. Dari 5 wisatawan yang sudah melihat Tabuik, hanya satu yang tidak tahu sejarah Tabuik. Mereka tahu sejarah Tabuik dari literatur, brosur pariwisata, dan informasi dari mulut ke mulut. Mayoritas wisatawan yang belum melihat hal "Tabuik" ingin berpartisipasi di dalamnya, dan mereka juga ingin informasi lebih lanjut mengenai ―Tabuik‖, terutama melalui internet. Dalam pertanyaan tentang praktek wisata, sebagian besar wisatawan ingin menikmati pantai, dan melakukan olahraga air seperti surfing dan snorkling. Secara umum, menurut para wisatawan, Pariaman memiliki pantai yang bagus. Mereka juga ingin mencicipi makanan tradisional dan membeli souvenir khas Pariaman.
65
Pertanyaan terakhir adalah tentang persepsi wisatawan setelah melihat "Tabuik". Dua wisatawan asal Australia mengatakan bahwa mereka puas. Menurut pendapat mereka "Tabuik" sangat menyenangkan. Wisatawan dari Selandia Baru juga merasa puas setelah melihat acara ini. Menurutnya, "Tabuik" menarik dan unik. Sebagian wisatawan yang diwawancarai mengatakan bahwa mereka puas berada di Pariaman. Beberapa dari mereka mengatakan bahwa mereka mendapatkan pengalaman baru dan mereka senang untuk bertemu dengan masyarakat setempat karena kebaikan dan keramahannya. Wisatawan dari Selandia Baru berkomentar bahwa Pariaman adalah salah satu tempat yang indah di dunia. Bagi wisatawan yang telah melihat "Tabuik", mereka mengatakan bahwa mereka memiliki gambaran yang berbeda sebelum dan setelah melihat acara tersebut. Menurut wisatwan dari Australia, pada kenyataannya, "Tabuik" membawa makna tersendiri.
Bagi wisatawan asal Selandia Baru , sebelum
melihat acara meriah ini, berpendapat bahwa "Tabuik" dan Pariaman biasa saja, namun dia berpendapat berbeda setelah menyaksikan acara tersebut. Menurutnya acara ini lebih menarik dari imejnya sebelumnya. Wisatawan Australia lainnya juga mengatakan bahwa ia menemukan imej yang berbeda sebelum dan setelah melihat ―Tabuik‖. Dia merasakan secara langsung terlibat dalam acara tersebut. Meskipun tidak semua wisatawan yang diwawancarai memberikan persepsi mereka terhadap ―Tabuik‖ karena mereka belum menyaksikan sendiri acara ini, sebagian besar wisatawan ingin datang kembali ke Pariaman untuk melihat Tabuik dan menikmati daya tarik wisata lainnya di Pariaman.
66
2.3 Apakah Masyarakat Lokal Terbuka berbagi budaya “Tabuik”? Penduduk lokal memiliki peran penting dalam mengembangkan destinasi wisata. Tanpa dukungan dari masyarakat lokal, pariwisata tidak bisa berjalan dengan lancar. Tempat dan orang yang sering dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan, sehingga membuat hubungan holistik, langgeng dan intim (Singh et.al, 2003). Oleh karena itu, untuk membuat ―Tabuik‖ menjadi daya tarik wisata internasional, perlu kerjasama antara masyarakat lokal, pelaku pariwisata dan pemerintah daerah. Untuk mengetahui dukungan masyarakat setempat terhadap upaya-upaya membuat "Tabuik" sebagai daya tarik wisata internasional, survei dilakukan terhadap 100 masyarakat lokal Pariaman. Sampel dari survei ini diperoleh dari seluruh elemen masyarakat. Variabel yang dianalisis dalam survei ini adalah sebagai berikut :
Partisipasi dalam Tabuik
Persepsi tentang Tabuik
Alasan untuk menyaksikan Tabuik
Pengetahuan tentang Tabuik dan sumbernya
Opini tentang Tabuik
Kesepakatan untuk membuat Tabuik Pariaman sebagai ikon pariwisata dan alasannya
Opini tentang fungsi Tabuik
Opini / saran / rekomendasi untuk berbagi Tabuik kepada wisatawan
Persepsi tentang pariwisata secara umum
67
Persepsi tentang pariwisata nasional dan pariwisata internasional bagi pembangunan lokal dan budaya Beberapa pertanyaan dalam survei tersebut merupakan pertanyaan terbuka
seperti pertanyaan tentang pendapat dan persepsi. Ada pertanyaan yang dapat memberikan kemungkinan bagi responden untuk menjawab lebih dari satu respon dalam pertanyaan pilihan ganda. Tidak semua responden menjawab semua pertanyaan dalam kuesioner ini. Tabel. 28 menunjukkan karakteristik demografi responden. Ukuran sampel diperoleh untuk mengkaji gender, usia, status perkawinan dan pendidikan formal. Lebih banyak responden perempuan daripada responden laki-laki. Distribusi usia menunjukkan keseimbangan di antara rentang usia. Mayoritas pendidikan formal responden adalah SMA, diikuti oleh diploma dan sarjana. Hanya tiga responden yang mencapai tingkat master dalam pendidikan formalnya. Karakteristik Gender
Parameter
Frekwensi
Laki-laki 40 Perempuan 60 Usia 18 -24 27 25 -34 37 35 -49 25 50 – 65 11 > 65 0 Status Belum nikah 43 perkawinan Menikah 53 Janda / Duda 4 Pendidikan SMA 43 Formal Diploma 20 Sarjana 24 Master 3 Tabel 28. Sampel karakteristik Masyarakat Lokal Sumber : Survey Februari - Maret, 2011
Persentase 40 60 27 37 25 11 0 43 53 4 43 20 24 3
Menurut survei yang dilakukan terhadap 100 masyarakat lokal Pariaman, 92% telah melihat acara ini (tabel 29). 55% dari responden mengatakan bahwa
68
"Tabuik" sangat menarik, 41% mengatakan menarik. Sementara hanya 2% dari responden mengatakan bahwa acara ini tidak menarik dan 2% lagi tidak berkomentar karena mereka belum pernah melihat acara ini . Menyaksikan acaraTabuik
Frekwensi
Persentase
Sudah
92
92
Belum
8
8
Tabel 29. Informasi yang diperoleh dari masyarakat lokal tentang menyaksikan acara ―Tabuik‖ Sumber : Survey Februari - Maret, 2011
Persepsi tentang “Tabuik”
Frekuensi
Persentase
Sangat menarik
55
55
Menarik
41
41
Tidak menarik
2
2
Tidak ada pendapat
2
2
Table 30. Perception of the local communities about the event of ―Tabuik‖ Source : Survey February - March, 2011
Untuk memahami makna di balik acara "Tabuik" ini, orang harus tahu sejarahnya. Tabel 31 menunjukkan pengetahuan masyarakat lokal Pariaman tentang "Tabuik". 90% dari mereka tahu sejarah Tabuik. 32,7% tahu dari orang tua, 23,8% tahu dari media seperti TV, koran dan radio, 19,6% tahu dari bukubuku dan literatur, 16,7% tahu dari pelajaran budaya di sekolah , dan 7,2% tahu dari sumber informasi lainnya (tabel 32). Pengetahuan tentang sejarah
Frekwensi
Persentase
Tahu
90
90
Tidak tahu
10
10
“Tabuik”
Tabel 31. Pengetahuan masyarakat lokaltentang sejarah ―Tabuik‖ Sumber : Survey Februari - Maret, 2011
69
Sumber informasi mengetahui sejarah
Frekwensi
Persentase
“Tabuik” Dari orang tua
55
32,7
Dari media ( TV/ koran/radio)
40
23,8
Dari pelajaran budaya di sekolah
28
16,7
Dari buku dan literatur
33
19,6
Lainnya
12
7,2
Tabel 32. Sumber informasi mengetahui sejarah―Tabuik‖ Sumber : Survey Februari - Maret, 2011
Tabel 33 menunjukkan persepsi masyarakat lokal. 39,6% dari responden mengatakan bahwa "Tabuik" adalah sebuah warisan budaya yang harus dilestarikan. 34,8% responden memiliki pendapat bahwa "Tabuik" adalah ikon daya tarik wisata di Pariaman. Kemudian 15,3% dari responden mengatakan bahwa "Tabuik" mampu menciptakan kegiatan ekonomi bagi masyarakat setempat. Hanya 4,9% responden memiliki pendapat bahwa ―Tabuik‖ hanya sebuah acara biasa, sedangkan 5,4% responden memiliki pendapat lain seperti Tabuik merupakan tradisi masyarakat Pariaman, sejarahnya menarik, dll. Perepsi tentang “Tabuik” Hanya acara biasa Warisan
budaya
Frekwensi 9
Persentase 4,9
yang 73
39,6
Ikon daya tarik wisata di 64
34,8
sebaiknya dilestarikan
Pariaman Bisa
menciptakan
aktifitas 28
15,3
ekonomi bagi masyarakat lokal Lainnya
10
5,4
Table 33. Perception of the local communities of Pariaman about the event of ―Tabuik‖ Source : Survey February - March, 2011
70
Tabel 34 menggambarkan kesepakatan masyarakat lokal untuk berbagi ―Tabuik‖ kepada para wisatawan. 97% dari responden setuju untuk berbagi sementara hanya 3% dari responden yang tidak setuju. Kesepakatan berbagi
Frekwensi
Persentase
Setuju
97
97
Tidak setuju
3
3
“Tabuik”
Tabel 34. Kesepakatan masyakarat lokal berbagi ―Tabuik kepada wisatawan Sumber : Survey Februari - Maret, 2011
Semua responden yang setuju jika "Tabuik" menjadi ikon pariwisata di Pariaman menyebutkan alasan berikut:
―Tabuik‖ layak untuk menjadi ikon pariwisata di Pariaman
Untuk melestarikan budaya lokal
"Tabuik" akan mampu menarik wisatawan internasional untuk datang ke Pariaman
Akan memberikan kontribusi pendapatan bagi pemerintah daerah
Dapat mempromosikan budaya Pariaman
Dapat mendukung perekonomian dan pengembangan lokal
Untuk memperkenalkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia bukan hanya Bali
71
Persepsi tentang fungsi
Frekwensi
Persentase
82
48,2
70
41,2
5
2,9
13
7,7
“Tabuik” Sarana untuk mempromosikan budaya Pariaman Sarana untuk pengembangan ekonomi lokal Ancaman bagi keutuhan masyarakat lokal Lainnya
Table 35. Perception of the local population of Pariaman about function of ―Tabuik‖ Source : Survey February - March, 2011
Tabel 35 menggambarkan persepsi dari masyarakat lokal tentang fungsi "Tabuik". Hasilnya mengungkapkan, 48,2% dari responden mengatakan bahwa "Tabuik‖ adalah sarana untuk mempromosikan budaya Pariaman. 41,2% dari responden mengatakan sebagai sarana
untuk mengembangkan ekonomi
masyarakat lokal. Sementara hanya 2,9% dari responden berpendapat bahwa ―Tabuik‖ merupakan ancaman terhadap keutuhan masyarakat lokal, dan 7,7% responden memberikan pendapat lain. Dalam kuesioner yang diberikan kepada masyarakat setempat, saran-saran tentang festival "Tabuik" yang muncul adalah sebagai berikut:
Meningkatkan promosi secara nasional dan internasional
Pemerintah harus menyediakan fasilitas yang memadai dan prasarana untuk menyambut wisatawan
Menjaga keamanan dan kenyamanan para wisatawan
Mengumpulkan referensi tentang "Tabuik" agar dapat memberikan pemahaman yang lebih baik kepada para wisatawan tentang acara ini
72
Membuat peraturan dan kode etik untuk para wisatawan
Mempublikasikan tanggal yang tepat di semua media, terutama internet jauh sebelum "Tabuik" Festival akan digelar
Meminta para wisatawan untuk mengikuti semua prosesi "Tabuik"
Masyarakat lokal harus ramah menyambut para wisatawan
Persepsi tentang Pariwisata Sarana
untuk
Frekwensi
meningkatkan 71
perekonomian
Persentase 35,9
masyarakat
lokal Sarana untuk mempromosikan 81
40,9
budaya lokal Sarana bagi bertemunya orang-
43
21,7
orang dengan latar belakang yang berbeda (internasional) Ancaman
bagi
keutuhan 0
0
budaya lokal Lainnya
3
1,5
Tabel 36.Persepsi masyarakat lokal tentang pariwisata Sumber : Survey Februari - Maret, 2011
Tabel 36 menggambarkan persepsi masyarakat lokal tentang pariwisata. Hasilnya menunjukkan bahwa 35,9% dari responden memiliki persepsi bahwa pariwisata merupakan sarana untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. 40, 9% dari responden mengatakan bahwa pariwisata merupakan sarana untuk mempromosikan budaya lokal, 21,7% dari responden berpendapat bahwa pariwisata merupakan sarana untuk bertemunya orang-orang dengan latar belakang yang berbeda (internasional) dan 1,5% responden memiliki persepsi
73
lain. Tidak ada responden yang mengatakan bahwa pariwisata merupakan ancaman terhadap integritas masyarakat lokal. Menurut hasil survei terhadap masyarakat lokal, pariwisata nasional dan internasional memiliki konsekuensi bagi pembangunan daerah dan budaya sebagai berikut:
Pariwisata dapat memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat. Pengembangan pariwisata harus diselaraskan dengan semua aspek seperti agama, budaya, ekonomi norma-norma sosial, dll agar mampu memberikan nilai tambah sepenuhnya pada pengembangan kualitas hidup penduduk lokal di sekitar lokasi pariwisata.
Pariwisata internasional menyebabkan pengaruh buruk karena wisatawan internasional membawa budaya mereka masing-masing yang bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma lokal kadang-kadang masyarakat lokal terkontaminasi oleh budaya asing, dengan demikian dapat menyebabkan hilangnya keaslian budaya lokal.
Unsur-unsur yang terlibat dalam pengembangan budaya lokal harus mempersiapkan kebijakan agar tidak berbenturan dengan adat dan budaya setempat.
Mengelola pengembangan pariwisata dengan memberdayakan masyarakat lokal, pelaku pariwisata dan pemerintah daerah.
Pariwisata menciptakan kreativitas masyarakat lokal.
74
Pariwisata Internasional dapat memberikan sisi baik dan buruk. Sisi baiknya adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, sedangkan sisi buruknya adalah dapat menghilangkan budaya asli.
Pariwisata nasional dan internasional berasal dari pariwisata lokal. Semakin berkembang pariwisata lokal, semakin maju pariwisata nasional dan internasional.
Dari hasil survei terhadap masyarakat lokal Pariaman, dapat disimpulkan bahwa mereka memberikan dukungan positif terhadap pengembangan pariwisata di Pariaman, terutama untuk mempromosikan acara festival "Tabuik"
secara
nasional dan internasional.
75
Bab 3. Hambatan-hambatan “Tabuik” dan Pariaman untuk menjadi sebuah Destinasi Wisata Internasional
3.1 Apakah karena kurangnya informasi terhadap wisatawan? Informasi memainkan peranan penting bagi keberhasilan sebuah destinasi wisata. Para wisatawan akan datang ke destinasi jika mereka sudah mendapat informasi. Menurut Chambers (1997) dalam Cole (2008), pariwisata adalah kegiatan mediasi, tergantung pada mediasi oleh orang lain yang bukan wisatawan atau tourates. Mediator dalam pariwisata adalah mereka yang bertindak sebagai perantara atau agen budaya: mereka adalah agen yang menafsirkan dan bernegosiasi antara wisatawan dan tourates. Mediator dalam pariwisata termasuk pemandu wisata, pemerintah, tur operator, agen perjalanan dan organisasi internasional seperti Organisasi Pariwisata Dunia (WTO) (Smith 2001). Hasil survei terhadap wisatawan domestik mengungkapkan bahwa mayoritas responden (90%) mengetahui acara "Tabuik" dan 52% dari responden telah menyaksikannya. Sedangkan hasil dari wawancara dari 25 wisatawan internasional menunjukkan bahwa 44% dari responden telah mendapat informasi tentang peristiwa ini, namun hanya 20% yang telah melihatnya. Dari informasi yang diperoleh melalui survei terhadap wisatawan domestik dan wawancara wisatawan internasional, menunjukkan bahwa sebagian besar responden khususnya wisatawan domestik, mengetahui "Tabuik", meskipun hanya sejumlah kecil dari responden yang sudah melihatnya. Salah satu alasan utamanya adalah bahwa mereka tidak tahu kapan tepatnya acara tersebut akan
76
diadakan, karena perubahan jadwal acara setiap tahun. Acara ini menggunakan kalender Islam yang menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya. Yang tentu saja berbeda dengan kalender masehi yang menggunakan sirkulasi matahari sebagai referensi. Upaya- upaya telah dilakukan untuk menyebarkan informasi festival "Tabuik" ini,
seperti memasukkannya dalam brosur pariwisata, memberikan
informasi melalui internet dan media massa seperti koran, radio lokal dan televisi. Namun, tidak semua informasi sampai kepada wisatawan, khususnya kepada wisatawan internasional. Tidak ada pusat informasi wisata di Pariaman untuk mengakomodasi kebutuhan informasi para wisatawan. Dalam hal ini, para wisatawan yang sudah berada di Pariaman tidak tahu di mana menemukan informasi tentang pariwisata disana.
3.2 Apakah karena tidak memadainya fasilitas dan infrastruktur? Pariwisata adalah industri jasa yang memerlukan sarana dan prasarana untuk mendukungnya. Menurut Cooper et al (1999), ada empat elemen kunci yang diperlukan dalam rangka mengembangkan tujuan wisata:
Attraction : site and event attraction, natural and man-made
Accessibility : having regular and convenience of transport in terms of time and distance to the destination from the originating country
Amenities
:
include
accomodation,
food,
local
transport,
communication and entertainment at the site
Ancillary services
77
"Tabuik" dapat menjadi daya tarik budaya untuk menarik wisatawan datang ke Pariaman. Oleh karena itu, untuk menyambut para wisatawan, Pariaman harus siap dengan sarana dan prasarana. Sebagaimana telah dinyatakan oleh Cooper di atas, wisatawan akan membutuhkan akomodasi, makanan, transportasi lokal, komunikasi dan hiburan di sebuah destinasi wisata. Sebagai destinasi yang baru dikembangkan, Pariaman telah mulai untuk melengkapi fasilitas pariwisata dan infrastruktur. Sekarang hanya ada satu hotel dan lima penginapan di Pariaman (lihat tabel 3). Karena kondisi ini sebagian besar wisatawan tidak tinggal di Pariaman. Biasanya mereka tinggal di hotel di Padang (ibukota Sumatera Barat) atau Bukittinggi (kota wisata di Sumatera Barat). Tampaknya para wisatawan enggan untuk tinggal di Pariaman dan hanya menganggapnya sebagai kota transit.
Gambar 26. Hotel Nan Tongga Pariaman Sumber : Reno Mayang Sari, 2011 (Dokumentasi Pribadi)
Fasilitas di pantai di Pariaman juga masih terbatas. Hanya pantai Gandoriah yang memiliki fasilitas yang lebih baik dibandingkan dengan pantai lainnya. Tempat ini dilengkapi dengan fasilitas pariwisata seperti panggung
78
hiburan, area voli pantai, kios souvenir. Pantai ini terkenal dengan tempat wisata keluarga, dan untuk mendukung itu ada beberapa fasilitas yang tersedia misalnya fasilitas untuk bermain anak-anak, dan area piknik. Untuk kebersihan pantai, tempat pembuangan sampah tersedia di setiap sudut pantai. Sementara itu, di pantai lainnya, fasilitas yang tidak selengkap seperti di pantai Gandoriah. Bahkan, beberapa diantaranya tidak dirawat dengan baik.
Gambar 27. Fasilitas Pariwisata di Pantai Gandoriah Sumber : Reno Mayang Sari, 2011 (Dokumentasi Pribadi)
79
Gambar 28. Toilet umum yang tidak terawat di pantai Cermin Sumber : Reno Mayang Sari, (Dokumentasi Pribadi)
Gambar 29. Gazebo yang tidak terawat di pantai Kata Sumber : Reno Mayang Sari, 2011 ( Dokumentasi Pribadi)
Makanan termasuk ke dalam amenities. Guna menyediakan kebutuhan makanan bagi para wisatawan, ada beberapa restoran representatif yang tersedia. Hampir semua restoran melayani makanan khas tradisional Pariaman. Tidak
80
semua restoran menyediakan daftar menu kepada konsumen dan mereka tidak mencantumkan harga di daftar menunya. Konsumen hanya meminta informasi kepada pelayan atau mereka melihat jenis makanan yang tersedia di restoran. Hal ini menyulitkan bagi konsumen khususnya para wisatawan internasional yang datang untuk pertama kalinya restoran tersebut.
Gambar 30. Salah satu restoran yang representatif di Pariaman Sumber : Reno Mayang Sari, 2011 (Dokumentasi Pribadi)
3.3 Apakah karena kurangnya dana?
Untuk mengembangkan destinasi baru, diperlukan dana yang besar. Pariaman sebagai destinasi wisata baru memang membutuhkan banyak anggaran untuk mengembangkan daerahnya. Pemerintah daerah telah menyiapkan anggaran untuk mendukung pariwisata di kota ini. Namun, jumlah dana tersebut tidak mencukupi untuk mengembangkan pariwisata di Pariaman dengan cepat. Pemerintah daerah telah berusaha untuk mengundang investor untuk berinvestasi pada sektor swasta pariwisata di Pariaman. Sektor swasta dapat
81
mendorong keterlibatan masyarakat lokal dalam asosiasi pariwisata dan badan pariwisata, dan dapat terlibat dalam hubungan kemitraan (Singh, 2003). Bahkan, ada beberapa investor yang ingin berinvestasi di sektor swasta pariwisata di Pariaman, namun keinginan mereka kadang-kadang terhambat oleh masalah birokrasi yang berbelit-belit dan pembebasan tanah ulayat. Di Pariaman, banyak wisata alam dan daya tarik wisata yang sejauh ini telah diandalkan oleh pemerintah daerah, diklaim sebagai tanah ulayat (tanah yang dimiliki oleh masyarakat, suku atau kampung). Pantai, danau, sungai, gunung dan lembah dianggap milik adat. Dengan bercermin pada kondisi yang disebutkan di atas, tampaknya sulit untuk mengubah mentalitas masyarakat lokal, karena mereka tetap meneruskan budaya orang Minang atau Sumatera Barat.
3.4 Apakah karena ketidaksiapan dalam pengembangan pariwisata? Pariwisata di Pariaman dianggap sebagai faktor yang dapat diandalkan untuk pembangunan ekonomi masa depan, akan tetapi, percepatan tersebut menghadapi hambatan budaya, seperti blok budaya yang terdapat baik dalam tingkat ideologis dan praktis (Hasanuddin, 2009). Ada dua bentuk ketidaksiapan:
Penolakan terhadap pariwisata 98% masyarakat lokal Pariaman memeluk agama Islam. Budaya mereka identik dengan motto Minang atau Sumatera Barat orang; adat basandi syara ', syara' basandi kitabullah (adat berdasarkan syariah, dan syariah didasarkan pada Al Quran ). Secara ideologis, mereka menolak unsur-
82
unsur maksiat pada sektor pariwisata. Bagi mereka, definisi maksiat ada dalam imej 4 S (sea, sun sand sex) yang melekat pada sektor pariwisata. Golongan
masyarakat
tertentu
yang
percaya
bahwa
wisatawan
internasional dapat dikondisikan untuk menghormati budaya lokal. Namun, fasilitas pariwisata sering disalahgunakan oleh oknum masyarakat setempat untuk melakukan kegiatan yang dilarang menurut norma-norma. Sehingga, dalam lingkup yang kecil, masyarakat setempat memandang kegiatan pariwisata identik dengan maksiat. (Hasanuddin, 2009)
Tidak mulusnya struktur sosial dalam melaksanakan peran strategis. Hambatan kelembagaan pariwisata di Pariaman adalah karena lemahnya visi pariwisata pemerintah daerah. Hal ini mempengaruhi kebijakan yang ditempuh, termasuk perlakuan lembaga pemerintah yang mengelola pariwisata. Kerjasama antar-lembaga
yang bersinergis juga tidak
konstruktif. Hal ini juga diperburuk oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia pariwisata di Pariaman. Sumber daya manusia pariwisata mencakup pengetahuan dan kinerja pelayanan pelaku pariwisata dan masyarakat lokal di objek wisata, baik pegawai pemerintah, pengusaha di industri jasa atau masyarakat setempat. Temuan hasil dari survei melalui wisatawan domestik dan masyarakat lokal serta wawancara dari para wisatawan internasional memberikan gambaran bahwa acara festival "Tabuik" Pariaman memiliki kemungkinan untuk menjadi daya tarik wisata internasional. Namun, untuk mewujudkannya, perlu upaya yang kuat, terutama untuk meminimalkan hambatan yang dijelaskan di atas.
83
BAGIAN 3 BAGAIMANA MEMBUAT “TABUIK DAN PARIAMAN MENJADI SEBUAH DESTINASI INTERNASIONAL?
Seperti yang telah dijelaskan di bagian terakhir, festival "Tabuik" dan Pariaman memiliki potensi untuk berkembang menjadi destinasi internasional. Persepsi positif dari para wisatawan dan keterbukaan dari masyarakat lokal juga merupakan faktor-faktor penguat untuk sampai ke tujuan tersebut. Bagian berikut ini menjelaskan, upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan jumlah wisatawan (domestik dan internasional). Kemudian, dukungan dari masyarakat setempat akan dibahas di bagian berikutnya. Akhirnya, bagian terakhir akan memberikan usulan rekomendasi untuk membuat ―Tabuik‖ dan Pariaman menjadi tujuan wisata internasional.
Bab 1. Upaya- upaya yang dilakukan pemerintah lokal untuk menjadikan “Tabuik” dan Pariaman sebagai sebuah destinasi Internasional
Dalam waktu kurang dari setengah abad, pariwisata tumbuh menjadi sebuah fenomena yang meliputi ekonomi, masyarakat dan lingkungan dan memantapkan dirinya sebagai industri jasa yang sesungguhnya dari abad terakhir. Kota Pariaman yang sekarang telah mulai mengembangkan pariwisata memiliki visi dan misi untuk mencapai tujuannya. Visinya adalah sebagai berikut:
84
Dengan semangat sabiduak sadayuang (kebersamaan), kita wujudkan Kota Pariaman menjadi daerah tujuan pariwisata pantai dan bahari dengan mempertahankan nilai-nilai agama dan budaya." Misi pariwisata kota Pariaman : 1. Meningkatkan
ketersediaan
sarana
dan
prasarana
pendukung
kepariwisataan 2. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pariwisata 3. Revitalisasi nilai-nilai agama dan budaya 4. Meningkatkan dan mengembangkan intensifikasi dan ekstensifikasi pemasaran produk wisata. Pengembangan pariwisata di Pariaman telah meningkat setiap tahun. Jumlah wisatawan juga menunjukkan peningkatan, terutama jumlah wisatawan domestik. Pemerintah setempat telah berusaha untuk meningkatkan semua destinasi di Pariaman, khususnya daerah pesisir dan pulau-pulau. Perencanaan pariwisata dirancang oleh Dinas Pariwisata Pariaman setiap tahunnya. Di dalamnya terdapat acara kalender tahunan "Tabuik" untuk tingkat nasional, tetapi promosi juga sampai ke tingkat internasional. Bencana gempa bumi pada bulan September 2009 telah merusak beberapa fasilitas pariwisata dan infrastruktur di Pariaman. Pemerintah lokal telah membenahi kembali destinasi wisata, jalan dan jembatan yang rusak, dan terus mempromosikan kota Pariaman sebagai kota pariwisata yang berbasis pada pariwisata keluarga Islam. Menurut Kepala Dinas Pariwisata Pariaman, festival
85
"Tabuik" yang diadakan setiap tahun adalah inti dari daya tarik wisata di Pariaman, meskipun kota ini masih memiliki potensi daya tarik wisata lainnya. Festival dan acara- acara budaya merupakan elemen penting dalam pemasaran pariwisata budaya. Acara tersebut menawarkan alasan tambahan kepada wisatawan untuk mengunjungi tempat tadi dan di atas produk budaya biasa ditawarkan. Seringkali karena sebuah even satu kali dan berlangsung dalam jangka waktu yang terbatas serta karena festival menawarkan pengalaman terkonsentrasi dan unik, dapat memberikan alasan tambahan bagi wisatawan budaya untuk mengunjungi lokasi tertentu. Hal ini juga dapat menjadi faktor kunci dalam keputusan untuk memilih satu destinasi wisata. Sebagai hasil dari keuntungan berbeda dapat mereka tawarkan, festival dan acara budaya merupakan instrumen yang efektif dalam menarik pengunjung untuk pertama kalinya serta pengunjung yang berulang. Mereka menyediakan hal-hal menyenangkan 'untuk melakukan sesuatu' bagi pengunjung, memungkinkan kontak informal dan bermanfaat dengan penduduk setempat dan memungkinkan wisatawan untuk menemukan pengalaman-pengalaman budaya baru (Getz, 1997). Festival Tabuik sekarang menjadi acara budaya dan pariwisata. Sebagai acara tradisi budaya, acara ini diadakan di Pariaman setiap tahun pada Muharam 1-10 (kalender Islam), dan sebagai acara pariwisata, ―Tabuik‖ dapat digelar tidak hanya di Pariaman, tapi juga di tempat lain. Pemerintah setempat telah berusaha melakukan beberapa upaya untuk mempromosikan Tabuik secara internasional. Salah satu upayanya adalah dengan berpartisipasi dalam acara International
86
Tourism
Bourse di Jerman April 2011 lalu14. Bahan baku untuk membuat
"Tabuik" dibawa dari Pariaman, kemudian dirakit di Berlin. Penampilan "Tabuik" di Berlin melibatkan para pembuat "Tabuik" dan penari yang didatangkan dari Pariaman. Penampilan "Tabuik" di Berlin juga didukung penuh oleh warga Sumatera Barat dan Pariaman khususnya mereka yang tinggal di Jerman. Cerita Tabuik bersama dengan foto-foto dan gambar telah dimasukkan ke dalam agenda internasional dan kedutaan besar konsulat di Eropa, khususnya di Jerman. Selain di Jerman, "Tabuik" juga telah ditampilkan di Washington DC pada acara parade "The Cherry Blossom Festival Nasional" pada tanggal 8 April 200615. Prosesinya dilakukan hampir sama dengan tempat asalnya di Pariaman.
Gambar 31. Penampilan Tabuik pada ―The National Cherry Blossom Festival‖ Washington DC April, 2006 Sumber : http://www.disbudpar-kotapariaman.org/
14 15
http://visitpariaman.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7 www. www.disbudpar-kotapariaman.org
87
Upaya lain dari pemerintah lokal untuk mempromosikan ―Tabuik‖ Pariaman adalah dengan membangun "Rumah Tabuik". Bangunan ini berfungsi sebagai tempat untuk membuat Tabuik dan sebagai museum "Tabuik". Desain "Rumah Tabuik" khas Pariaman yang berbeda dari desain rumah tradisional Sumatera Barat. Ada dua "Rumah Tabuik" dibangun seperti dua jenis Tabuik, yaitu "Rumah Tabuik Pasa" dan "Rumah Tabuik Subarang". Tujuan membangun "Rumah Tabuik" adalah untuk pelestarian nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. Bangunan tersebut akan menjadi destinasi baru yang diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Pariaman. Untuk keberhasilan festival "Tabuik" 2011, pemerintah setempat telah berusaha untuk melakukan beberapa langkah konkret. Pembiayaan anggaran untuk Festival Tabuik diambil dari pendapatan retribusi daerah, bantuan orangorang Pariaman yang tinggal di luar Sumatera Barat, dan dari swadaya masyarakat lokal. Menurut Kepala Dinas Pariwisata Pariaman, pemerintah daerah akan bekerja sama dengan semua stakeholder dan terus melakukan perbaikan, fisik dan mental. Secara fisik berarti perbaikan fasilitas dan infrastruktur dan secara mental berarti sarana untuk meningkatkan sikap buruk pelaku pariwisata di Pariaman.
88
Gambar 32. Rumah Tabuik Sumber : www.minangkabautourism.com
Untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Pariaman, pemerintah daerah telah melakukan upaya untuk mempromosikan pariwisata. Salah satunya adalah dengan cara bekerjasama dengan tur operator dan agen perjalanan untuk mempromosikan pariwisata di Pariaman dengan membuat paket wisata ke Pariaman terutama di acara festival "Tabuik". Selain itu, Dinas Pariwisata Pariaman terus berusaha untuk meningkatkan pengembangan pariwisata dengan memberikan pelatihan kepada para pelaku pariwisata di Pariaman, seperti pelatihan hotel dan bisnis penginapan serta pelatihan jasa perhotelan dan restoran.
89
Bab 2. Dukungan dari Masyarakat Lokal Dukungan dari masyarakat lokal di daerah tujuan wisata sangat penting. Penelitian menunjukkan bahwa tidak mungkin untuk mempertahankan pariwisata ke destinasi yang tidak didukung oleh masyarakat lokalnya (Ahn, Lee & Shafer 2002; Twinning-Ward & Butler 2002; McCool, Moisey & Nickerson 2001). Oleh karena itu, pemahaman tentang sikap penduduk dan persepsi serta bagaimana persepsi ini terbentuk sehubungan dengan pengembangan pariwisata akan menjadi pengetahuan yang berharga bagi industri pariwisata terutama untuk proyek-proyek pengembangan pariwisata daerah. Di masa lalu, pengembangan pariwisata telah didominasi oleh kepentingan sektor swasta, hal ini selalu menjadi pertanda tidak baik bagi masyarakat lokal (Sheyvens dalam Singh, 2003). Tapi saat ini, keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata sedang digalakkan. Keberlanjutan telah menjadi topik dan konsep penting dalam kaitannya dengan perencanaan dan pengembangan pariwisata (Inskeep 1991; Southgate & Sharpley 2002; Yuksel, Bramwell & Yuksel1999). Agar pengembangan pariwisata menjadi
sukses,
haruslah direncanakan dan
dikelola
secara
berkelanjutan (Inskeep 1991; McCool 1995; Southgate & Sharpley 2002; Yuksel, Bramwell & Yuksel 1999). Salah satu kunci utama untuk keberhasilan dan pelaksanaan pembangunan pariwisata berkelanjutan di masyarakat adalah dukungan dari stakeholder, (misalnya masyarakat yang menjadi tuan rumah, pengusaha, dan tokoh masyarakat). Sejumlah peneliti dan profesional saat ini menganjurkan dimasukkannya stakeholder dalam proses perencanaan (Hardy & Beeton 2001). Ioannides (1995) berpendapat bahwa pengembangan pariwisata
90
berkelanjutan tidak dapat dicapai jika dipaksakan tanpa memikirkan kepentingan stakeholder. Jika tidak, "para ahli" membuat keputusan dan sering keputusan yang dibuat dengan cara ini dirasakan oleh masyarakat setempat tidak mencerminkan pendapat dan kepentingan masyarakat (Beierle & Konisky 2000). Sebuah industri pariwisata berkelanjutan didasarkan pada sejumlah faktor, khususnya, pertimbangan harus diberikan kepada dampak pariwisata pada masyarakat berkelanjutan
setempat. (1998),
Dalam
definisi
masyarakat
WTO
setempat
pengembangan telah
pariwisata
diidentifikasi
sebagai
stakeholder utama pembangunan pariwisata. Masyarakat, sebagai tuan rumah bagi wisatawan, sangat penting dalam pengalaman pengunjung dan penelitian menunjukkan bahwa tidak mungkin untuk mempertahankan pariwisata ke sebuah destinasi yang tidak didukung oleh masyarakat setempatnya (Ahn, Lee & Shafer 2002; Twinning-Ward & Butler 2002; McCool, Moisey & Nickerson 2001). Untuk memastikan manfaat ekonomi, politik dan sosial dari pariwisata yang diperoleh masyarakat setempat, Ashley dan Roe (1998) menekankan perlunya partisipasi penuh. Partisipasi penuh dapat dikatakan terjadi di mana masyarakat memasok mayoritas barang dan jasa kepada wisatawan, memberikan masukan yang cukup ke dalam keputusan perencanaan dan mereka secara kolektif mengelola sumber daya umum. Pemberdayaan harus menjadi pelopor bagi keterlibatan masyarakat dalam pariwisata karena merupakan sarana untuk menentukan dan mencapai tujuan sosial ekonomi (Scheyvens dalam Singh, 2003). Dari hasil survei yang dilakukan kepada masyarakat setempat di Pariaman, dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat lokal yang menjadi responden setuju
91
untuk berbagi "Tabuik" kepada para wisatawan (lihat tabel 34). Mereka mendukung sepenuhnya pengembangan pariwisata di Pariaman. Keterlibatan masyarakat lokal di bidang pariwisata dapat dilihat melalui partisipasi mereka dalam menciptakan usaha kecil seperti toko-toko suvenir, restoran kecil, penyedia layanan, atau penginapan kecil. Pemerintah daerah dapat mengatur kebijakan yang memungkinkan untuk wirausaha pariwisata skala kecil mengontrol pada tingkat lokal, memberikan dukungan bagi anggota masyarakat setempat untuk membangun usaha bisnis yang layak dan membangun aturan lingkungan untuk memastikan bahwa kepentingan sektor swasta tidak menimpa pada sosial kesejahteraan atau integritas lingkungan alam. Sektor swasta dapat mendorong keterlibatan masyarakat lokal dalam asosiasi pariwisata dan badan pariwisata, serta dapat terlibat dalam hubungan kemitraan dimana anggota masyarakat bekerja bersama dan belajar dari keterampilan dan pengalaman komunitas bisnis. Peet (1999) mengatakan bahwa dukungan bagi inisiatif lokal dan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan menjadi tema berulang dari orang-orang di kamp pascapembangunan. Oleh karena itu, dukungan dari masyarakat lokal dapat menjadi faktor utama bagi Pariaman untuk membuat "Tabuik" dan Pariaman menjadi destinasi wisata internasional. Dalam paradigma pembangunan, pentingnya peran serta masyarakat setempat telah muncul ke permukaan.
92
Bab 3. Rekomendasi untuk menjadikan “Tabuik” sebagai daya tarik wisata internasional Rekomendasi yang disebutkan di bawah ini adalah berdasarkan hasil temuan melalui survei yang dilakukan kepada para wisatawan domestik dan masyarakat lokal beserta dari hasil wawancara terhadap wisatawan internasional. Ada beberapa rekomendasi untuk membuat "Tabuik" dan Pariaman menjadi daya tarik wisata internasional: 1. Meningkatkan jumlah fasilitas dan infrastruktur pariwisata dan tetap menjaganya. Kondisi terakhir menunjukkan terbatasnya jumlah sarana dan prasarana di Pariaman. Perlu menambahkan beberapa fasilitas pendukung pariwisata seperti hotel dan penginapan, toko-toko suvenir dan kerajinan, agen perjalanan wisata, dll. Kemudian, memberikan pelayanan publik dalam tujuan wisata misalnya toilet parkir, publik dan memberikan anggaran khusus untuk menjaga fasilitas tersebut . 2. Mendirikan pusat informasi untuk wisatawan Pusat
wisata
informasi
memiliki
fungsi
sebagai
tempat
untuk
mengakomodasi kebutuhan wisatawan yang sudah berada di Pariaman tentang informasi pariwisata. Oleh karena itu, penting untuk mendirikan pusat informasi wisata di Pariaman. 3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang pariwisata Sumber daya manusia adalah kunci untuk menjalankan kegiatan pariwisata. Pariaman perlu meningkatkan kualitas kinerja pelaku
93
pariwisata seperti pengusaha di restoran, hotel dan penginapan, agen perjalanan, dan juga pegawai pemerintah di sektor pariwisata. 4. Strategi pemasaran yang agresif Pemasaran adalah salah satu faktor yang paling penting saat mengejar setiap
sumber
membangkitkan
pasar
yang
minat
pada
memungkinkan pariwisata
rasa
yang
kesadaran potensial.
dan Untuk
mempromosikan "Tabuik" dan Pariaman, kerjasama dengan tur operator, agen perjalanan dan kapal pesiar dapat diciptakan. Disarankan agar kota Pariaman
sering
mengikuti
event
pariwisata
internasional
dan
pariwisata
dan
mempromosikan "Tabuik" di setiap acara yang diikuti. 5. Mengundang investor di sektor pariwisata Untuk
mengakomodasi
kebutuhan
fasilitas
mengembangkan daya tarik wisata, Pariman membutuhkan banyak biaya anggaran. Untuk membantu hal tersebut, investasi dari investor akan menjadi cara yang baik untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 6. Memberikan informasi tanggal yang tepat kapan festival "Tabuik" digelar jauh sebelum acara tersebut akan diadakan Karena waktu prosesi "Tabuik" mengikuti kalender Islam yang berbeda dari kalender masehi, maka perlu untuk memberikan informasi tentang tanggal yang tepat kapan festival "Tabuik" di Pariaman akan digelar jauh sebelum acara akan diselenggarakan.
94
7. Meminta pemilik restoran untuk mencantumkan harga didalam
daftar
menu. Pada pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa hampir semua restoran di Pariaman tidak mencantumkan harga pada daftar menu yang ditawarkan kepada konsumen. Oleh karena itu, pemerintah daerah Pariaman harus meminta pemilik restoran untuk melakukannya.
95
KESIMPULAN
Penelitian ini difokuskan pada potensi dari "Tabuik" sebagai peristiwa budaya di Pariaman untuk dikembangkan sebagai objek wisata internasional tahunan. Festival ini sekarang telah menjadi agenda pariwisata nasional yang diadakan setiap tahun. Dalam penelitian ini, survei dilakukan terhadap wisatawan domestik dan masyarakat lokal. Selain itu, wawancara juga dilakukan terhadap wisatawan internasional untuk meminta persepsi mereka tentang acara ini. Untuk mengetahui upaya pemerintah daerah untuk mencapai tujuan tersebut, wawancara terhadap kepala Dewan Pariwisata Pariaman dan pelaku pariwisata juga dilakukan. Hasil temuan menunjukkan bahwa ada tiga makna "Tabuik" bagi masyarakat lokal. Yang pertama adalah makna sosial. Acara ini adalah cara untuk mempererat hubungan antar masyarakat, baik antar masyarakat yang berada di Pariaman maupun masyarakat Sumatera Barat yang berada di perantauan. Yang kedua adalah makna budaya. "Tabuik" adalah kegiatan budaya yang menjadi tradisi turun-temurun sejak diperkenalkan. Yang terakhir adalah makna ekonomi. Keberadaan festival "Tabuik" dapat meningkatkan perekonomian penduduk setempat. Survei terhadap wisatawan domestik mengungkapkan bahwa mereka memiliki persepsi positif terhadap "Tabuik". Selain itu wisatawan internasional juga memberikan tanggapan positif terhadap acara ini, walaupun tidak semua responden yang sudah menyaksikan festival ini. Survei terhadap masyarakat lokal
96
juga mengungkapkan respon yang positif. Mayoritas responden mendukung acara ini menjadi daya tarik wisata internasional, dan mereka terbuka untuk berbagi tradisi ini kepada para wisatawan. Untuk mencapai tujuan diatas,ditemukan empat kendala yang harus dihadapi. Yang pertama adalah kurangnya informasi terhadap wisatawan. Temuan hasil dari wisatawan, baik domestik dan internasional, menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka tidak mendapatkan informasi mengenai tanggal diadakannya festival "Tabuik" disebabkan oleh sistem penghitungan kalender yang berbeda
yang digunakan dalam acara ini. Selain itu, tidak ada pusat
informasi bagi para wisatawan yang terdapat di Pariaman. Yang kedua adalah infrastruktur dan fasilitas yang tidak memadai. Hanya ada satu hotel dan lima penginapan di Pariaman saat ini. Fasilitas di pantai di Pariaman juga masih terbatas dan bahkan, beberapa diantaranya tidak dirawat dengan baik. Tidak semua restoran menyediakan daftar menu kepada konsumen dan tidak tercantum harga pada daftar menunya. Selanjutnya adalah dana tidak mencukupi. Jumlah anggaran untuk pariwisata yang telah disiapkan oleh pemerintah lokal tidak cukup untuk mengembangkan pariwisata di Pariaman secara cepat. Ada upaya untuk mengundang investor berinvestasi di sektor swasta pariwisata di Pariaman. Namun, kesediaan investor kadang-kadang terhambat oleh masalah birokrasi yang berbelit-belit dan pembebasan tanah ulayat. Yang terakhir adalah ketidaksiapan dalam pengembangan pariwisata. Ada dua bentuk ketidaksiapan tersebut. Pertama adalah penolakan terhadap pariwisata dan yang kedua adalah struktur sosial yang tidak mulus dalam melaksanakan peran yang strategis.
97
Pemerintah setempat telah melakukan beberapa upaya untuk membuat "Tabuik" dan Pariaman menjadi destinasi internasional. Perbaikan semua tujuan di Pariaman selalu menjadi prioritas. Pemerintah setempat juga berusaha mengundang para investor untuk berinvestasi di sektor swasta pariwisata. Untuk mempromosikan "Tabuik" internasional, pemerintah daerah telah mencoba upaya dengan mengikuti event pariwisata internasional seperti berpartisipasi dalam Internasional Tourism Bourse di Jerman April lalu 2011 dan pada parade National Cherry Blossom Festival April 8, 2006 di Washington DC. Selain itu, pemerintah setempat telah mendirikan "Rumah Tabuik", semacam bangunan yang fungsinya adalah sebagai tempat untuk membuat Tabuik dan sebagai museum "Tabuik". Dalam penelitian ini, diperoleh fakta bahwa dukungan positif diberikan oleh wisatawan domestik dan internasional, masyarakat lokal, dan pemerintah lokal untuk membuat "Tabuik" dan Pariaman menjadi tujuan internasional. Untuk penelitian lebih lanjut ada beberapa saran yang dapat dibuat. Misalnya penelitian tentang dukungan dan kesiapan dari masyarakat lokal dan pemerintah lokal untuk mengembangkan pariwisata di Pariaman atau penelitian tentang hambatan budaya masyarakat setempat di Pariaman dalam pariwisata.
98
DAFTAR PUSTAKA Buku, jurnal, artikel dan laporan Ahn, B., Lee, B. & Shafer, C.S. 2002.
Operationalising Sustainability in
Regional Tourism Planning: An Application of the Limits of Acceptable Change Framework, Tourism Management, 23: 1-15. Beierle, T.C. & Konisky, D.M. 2000. Values, conflict, and trust in participatory environmental planning, Journal of Policy Analysis and Management, 19 (4), 587-602 Boum, T & Svend, L . 2001. Seasonality in Tourism. Elsevier Ltd, Oxford UK Central Bureau of Statistics Pariaman 2010 Cohen, E. 1972 .Toward a sociology of international tourism, Social Research 39:164—82. Cohen, E. 1979. A phenomenology of tourist experiences, Sociology 13: 179— 202. Cole, Stroma. 2008. Tourism, Culture and Development : Hopes, Dreams and Realities in East Indonesia. Clevedon UK Cooper, C., J. Flecher., D. Gilbert and S. Wanhill. Definitions of Tourism (in R. Shepherd eds.).1999. Tourism: Principles and Practice. Addison Wesley Longman. USA. Dann, G. 1981. Tourist Motivation : An appraisal. Annals of Tourism Research 9 (2), 187-219 Ernatib, et al. 2001. Upacara Tabuik di Pariaman : Kajian Nilai Budaya dan Fungsi Bagi Masyarakat Pendukungnya . Padang : BKSNT. Getz, D. 1997. Event Management and Event Tourism. New York, Cognizant Communications Corporation Getz, D. 2010. Impacts of Tourism and Community Attitude towards Tourism: A Case Study in Sri Lanka. South Asian Journal of Tourism and Heritage, Vol. 3, No. 2. Sri Lanka. Graburn, N. (1983) 'The anthropology of tourism', Annals of Tourism Research 10: 9—33. Hardy, A.L. & Beeton, R.J.S. 2001. Sustainable tourism or maintainable tourism: Managing resources for more than average outcomes, Journal of Sustainable Tourism, 9(3), 168-192.
99
Ioannides, D. 1995. A flawed implementation of sustainable tourism; the experience of Akamas Cyprus, Tourism Management, 16(8), 583-592 Hasanuddin. 2009. Hambatan Kultural Kepariwisataan di Sumatera Barat (Kasus Kabupaten Padang Pariaman). Jurnal : Dinamika Kebudayaan Vol. XI No.1. Denpasar. Indonesian Statistics 2010 Inskeep, E. 1991. Tourism Planning: An Integrated and Sustainable Development Approach. New York: Van Nostrand Reinhold. McCool, S.F., Moisey, R.N., and Nickerson, N.P. 2001. What should tourism sustain? The disconnect with industry perceptions of useful indicators, Journal of Travel Research, 40(4): 124-131. MacCannel, D. 1976. The Tourist : A New theory of the Leasure Class. New York. Peter Lindsay and Donald A. Norman. 1977. Human Information Processing: An Introduction to Psychology. Peet, R. 1999 . Theories of Development. Guilford Press, London. Plog, S. 1974 Why destinations rise and fall in popularity. Cornell Hotel and Restaurant Administration Quarterly, February. Regional Development Planning Board of Pariaman Municipality. 2008 Riley, P. (1988) 'Road culture of international long-term budget travellers', Annals of Tourism Research 15: 313—38. Ritchie, Brent J.R and Crouch, Geoffrey.I . 2003. The Competitive destination : a sustainable tourism perspective. London UK Scheyvens, Regina in Singh, et al . 2003. Tourism in Destination Communities. AMA DataSet Ltd, London. Schocken.Mazanec, J., Zins, A. and Dolnicar, S. (1998) 'Analysing tourist behaviour with lifestyle and vacation style typologies', in W. Theobald (ed.), Global Tourism, Oxford: Butterworth-Heinemann. Singh, et al. 2003. Tourism in Destination Communities. AMA DataSet Ltd, London Smith, V (1977) Hosts and Guests: The Anthropology of Tourism, Philadelphia: University of Pennsylvania Press. Smith, V. and Eadington, W. (1992) Tourism Alternatives: Potentials and Problems in the Development of Tourism, Philadelphia: University of Pennsylvania Press Smith, V . 2001. The nature of tourism in V. Smith and M.Bryant (eds) Host and Guest Revisited : Tourism Issues of the 21st Century. New York : Cognizant Communication Corporation
100
Southgate, C. & Sharpley, R. 2002. Tourism, development and the environment, in Sharpley, R. & Telfer, D.J. (eds) Tourism and development: Concepts and issue,. Cleveland: Channel View Survey of Ministry of Maritime Affairs and Fisheries 2010 Towner, J. (1996) An Historical Geography of Recreation and Tourism in the Western World 1540—1940, London: Wiley. Twining-Ward, L. & Butler, R. 2002. Implementing STD on a Small Island: Development and Use of Sustainable Tourism Development Indicators in Samoa, Journal of Sustainable Tourism, 10(5): 363-387. Urry, J. 1990. The Tourist Gaze : Leisure and Travel in Contemporary Societies. London : Sage. Yuksel, F., Bramwell, B. & Yuksel, A. 1999. Stakeholder interviews and tourism planning at Pamukkale, Turkey, Tourism Management, 20, 351- 360.
Websites Antara news.com, 2011 http://www.antaranews.com/berita/1282043158/hasilsurvei-terbaru-jumlah-pulau-indonesia, viewed 12-01-2011 www.disbudpar-kotapariaman.org , viewed 01-06-2011 www.glossaryoftravel.com, 2011, viewed 06-02-2011 http://en.wikipedia.org/wiki/Pariaman, 2011, viewed 20-02-2011 http://tjapress.wordpress.com/2008/06/04/berapakah-jumlah-propinsi-diindonesia/ , 2011, viewed 13-01-2011 www.minangkabautourism.com, viewed 03-04-2011 www.sumbar.go.id, viewed 18-04-2011 www.lepmida.com, viewed 07-05-2011 http://siteresources.worldbank.org, viewed 10-05-2011 http://www.surfing-mentawais.com/, viewed 15-05-2011 http://www.surfing-mentawais.com/, viewed 15-05-2011 http://www.tourisme.gouv.fr/stat_etudes/definitions.php, viewed 02-04-2011 http://visitpariaman.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7, viewed 20-06-2011
101
LAMPIRAN Lampiran 1 : Kuesioner untuk Wisatawan Domestik 1. Apakah anda pernah mendengar tentang ―Tabuik‖ ? Ya
Tidak
2. Apakah anda pernah menyaksikan festival ―Tabuik‖ ? Sudah
Belum
3. Apakah anda ingin menyaksikan langsuang festival ―Tabuik‖ ? Ya
Tidak
4. Apakah menurut anda acara tersebut menarik ? Sangat menarik Menarik Tidak menarik Tidak ada komentar 5. Dari mana anda mengetahui tentang ―Tabuik‖ ? Dari orang tua Dari media (koran / TV / radio ) Dari pelajaran budaya di sekolah Dari buku / sumber-sumber bacaan Lainnya........................................................................................................... ................. (jawaban bisa lebih dari satu) 6. Alasan anda melihat festival ―Tabuik‖ : Karena acara tersebut dilihat oleh banyak orang Ingin mengetahui tentang acara tersebut Untuk melestarikan warisan budaya nenek moyang Lainnya........................................................................................................... ............... ( jawaban bisa lebih dari satu ) 7. Apakah anda mengetahui sejarah ―Tabuik‖ ? Ya
Tidak
102
8. Jika iya, dari mana anda mengetahui sejarah ―Tabuik‖ ? Dari brosur Pariwisata Dari sumber-sumber bacaan / literature Dari media (TV / koran) Dari informasi mulut ke mulut Lainnya ...................................................................... (jawaban bisa lebih dari satu) 9. Apakah anda mendengar tentang ―Tabuik‖ : Sebelum datang ke Pariaman / Sumatera Barat Setelah di Pariaman / Sumatera Barat 10. Saran / Pendapat / Rekomendasi anda tentang ―Tabuik‖ dan Pariwisata di Pariaman : ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. .............................................................................................................................
Identitas : 11. Jenis Kelamin : 12. Umur :
Laki-laki
18 – 24 th
Perempuan
25 – 34 th
35 – 49 th
50 – 65 th
> 65 th
13. Asal : ................................................................... 14. Pendidikan :................................................................ 15. Pekerjaan : ...................................................................................... 16. Apakah anda masih aktif bekerja? 17. Status :
Menikah
Ya
Belum menikah
Tidak Janda / Duda
18. Jumlah anak yang tinggal dengan anda : ..............................................................................
103
Lampiran 2 : List of Interview for the International Tourists
Organization of your visit 1. How did you travel? By yourself? With agency? 2. Did you make a tour? Or you buy a tour package ? 3. Did you plan to visit Pariaman (West sumatera) before to go? Did you know what you want to visit? Knowledge about the Tabuik 4. Have you ever heard about the event of ―Tabuik‖ in Pariaman ? 5. If yes, how do you know about ―Tabuik‖ ? a. From tourism brochure b. From the media ( TV / newspaper/ radio ) c. From words of mouth d. Others ................................................................................................................. ( several answers possible ) 6. Have you heard about Tabuik : a. Before coming to Pariaman b. In Pariaman (West Sumatera) 7. If it‘s before, do you come to Pariaman (West Sumatera) in order to see the event or you have another reason? Interest toward Tabuik : 8. Have you already seen ―Tabuik‖ or not yet ? a. Yes
b. No
9. Would you like to participate to this festival ? 10. Why / Why not? 11. According to you, what is the main interest of the festival ? a. b. c. d.
Attended by many people To know about the specification of this festival To know about the culture of West Sumatera, especially Pariaman Other………………………………………………………………………
104
12. So , in your opinion can this event be a tourist attraction for international scale? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………….……………………… ………………………………………………………………………………… ………………………….…………………………………………………….... 13.
In your opinion, what would be the conditions for this event to become a tourist attraction ?
14. Do you know the history of ―Tabuik‖? a. Yes
b. No
15. If yes, how do you know the history of ―Tabuik‖ ? a. From tourism brochure b. From literature c. From words of mouth d. Others .......................................................................... (several answers possible ) 16. Would you like to have more informations about the festival ? How ? (by travel agency, by guide, internet....)
Tourism Practice 17. What are your aims to visit Pariaman? 18. Beside seeing Tabuik festival, what kind of activities do you do in Pariaman?
19. Why do you choose to do the activities above?
Perception after seeing Tabuik festival / visiting Pariaman 20. Are you satisfied after seeing Tabuik festival? Or Are you disappointed? Explain your answer !
105
21. Are you satisfied visiting Pariaman or not? Why / why not?
22. Do you have the same image before and after seeing Tabuik festival? Why?
23. Do you want to come back to Pariaman? 24. If you want to come to Pariaman, do you want to see the Tabuik festival or you want to enjoy other tourist attraction or both? Explain your answers !
Identification 25. Sex : a. Male 26. Age : a. 18 – 24
b. Female b. 25 – 34
c. 35 – 49
d. 50 – 65
e. > 65
27. Nationality : 28. Education : 29. What is / what was your profession ? 30. Are you still active ? a. Yes 31. Do you live : a. With a partner
b. No b. Single
c. Widow/
Widower 32. Howmany children do you have ? ..............................................................................
106
Lampiran 3 : Kuesioner untuk Masyarakat Pariaman 1. Apakah anda sudah pernah melihat festival ―Tabuik‖ ? Sudah Belum 2. Menurut anda, apakah acara tersebut menarik ? Sangat menarik Menarik Tidak menarik Tidak ada komentar 3. Alasan anda melihat festival ―Tabuik‖ : Karena acara tersebut dilihat oleh banyak orang Ingin mengetahui tentang acara tersebut Untuk melestarikan warisan budaya nenek moyang Lainnya..................................................................................................... ..................... ( jawaban bisa lebih dari satu ) 4. Apakah anda tahu sejarah ―Tabuik‖ ? Ya Tidak 5. Darimana anda mengetahui sejarah Tabuik? Dari orang tua Dari media (koran / TV / radio ) Dari pelajaran budaya di sekolah Dari buku / sumber-sumber bacaan Lainnya..................................................................................................... ....................... (jawaban bisa lebih dari satu) 6. Apakah menurut anda festival ―Tabuik‖ : Hanya acara biasa Warisan budaya yang sebaiknya dilestarikan Ciri khas daya tarik wisata di Pariaman Dapat menciptakan aktifitas ekonomi masyarakat Lainnya..................................................................................................... ...................... (jawaban bisa lebih dari satu ) 7. Apakah anda setuju jika Tabuik dibagi kepada wisatawan? 8. Apakah anda setuju jika acara ―Tabuik‖ menjadi ciri khas pariwisata (nasional dan internasional) di Pariaman ? Ya Tidak 9. Kenapa?................................................................................................................ .............................................................................................................................. ..............................................................................................................................
107
10. Jika ―Tabuik‖ menjadi daya tarik wisata nasional dan internasional, apakah menurut anda ―Tabuik‖ bisa : Menjadi sarana untuk mempromosikan budaya Pariaman Menjadi sarana untuk pengembangan ekonomi masyarakat lokal Menjadi bahaya bagi integritas / keutuhan masyarakat lokal Lainnya..................................................................................................... ............................ (Jawaban bisa lebih dari satu) 11. Jika anda setuju ―Tabuik‖ disaksikan oleh wisatawan, khususnya wisatawan asing, tuliskan saran / pendapat / rekomendasi anda tentang hal tersebut: ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ....................................................................................................................... 12. Menurut anda, pariwisata secara umum : Sarana untuk memajukan perekonomian masyarakat lokal Sarana untuk mempromosikan budaya lokal Sarana untuk bertemunya orang-orang dengan latar belakang yang berbeda (internasional ) Bahaya / ancaman bagi integritas / keutuhan budaya lokal Lainnya .................................................................................................................. (jawaban bisa lebih dari satu) 13. Apakah menurut anda pariwisata nasional dan internasional memiliki konsekwensi / akibat yang sama bagi pengembangan lokal dan budaya? Jelaskan jawaban anda ! ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ Identitas 14. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 15. Umur : 18 – 24 th 25 – 34 th 35 – 49 th 50 – 65 th > 65 th 16. Pekerjaan : ...................................................................................... 17. Apakah anda masih aktif bekerja? Ya Tidak 18. Status : Menikah Belum menikah Janda / Duda 19. Jumlah anak yang tinggal dengan anda : ...................................................
108
Lampiran 4 : Wawancara Kepala Dinas Pariwisata kota Pariaman Wawancara Kepala Dinas Pariwisata kota Pariaman 1. Bagaimana perkembangan pariwisata di kota Pariaman? 2. Apa masalah atau kendala yang dihadapi kota Pariaman dalam mengembangkan pariwisata? 3. Rencana apa saja yang telah dipersiapkan oleh dinas pariwisata kota Pariaman dalam pengembangan pariwisata di daerah ini? 4. Apa strategi-strategi yang telah dan dilakukan oleh dinas pariwisata? Khususnya pasca gempa 2009 ? 5. Tabuik merupakan salah satu agenda pariwisata di Pariaman. Sejak kapan Tabuik menjadi atraksi wisata di Pariaman? 6. Apakah ada turis domestik dan asing yang menyaksikan acara tersebut? 7. Seberapa banyak perbandingan turis domestik dan asing yang menyaksikan acara Tabuik setiap tahunnya? 8. Apa saja langkah-langkah yang ditempuh dinas pariwisata untuk menyukseskan acara Tabuik 2011? 9. Apa bentuk persiapannya? 10. Bagaimana dengan anggaran pembiayaan acara tersebut? 11. Apakah gempa 2009 berpengaruh pada pelaksanaan Tabuik 2010? 12. Pada pelaksanaan Tabuik 2010 yang lalu apakah jumlah turis, baik domestik atau asing mengalami penurunan? 13. Apakah pemerintah kota Pariaman memiliki visi dan misi untuk menjadikan Tabuik sebagai salah satu atraksi andalan yang ditunggu oleh dunia pariwisata internasional? ( Seperti festival tulip di Belanda yang menjadi agenda pariwisata internasional) 14. Apa kendala-kendala yang dihadapi untuk mewujudkan hal tersebut? 15. Usaha apa yang telah dilakukan pemerintah Pariaman untuk meningkatkan jumlah turis baik nasional dan internasional untuk berkunjung ke Pariaman? 16. Apakah ada dukungan dan kesiapan dari masyarakat lokal untuk mengembangkan pariwisata di kota Pariaman?
109
TESIS
BUDAYA SUMATERA BARAT DAN PARIWISATA: BISAKAH FESTIVAL “TABUIK” DI PARIAMAN MENJADI DAYA TARIK WISATA INTERNASIONAL ?
RINI EKASARI, SS
PROGRAM DDIP PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
110
BUDAYA SUMATERA BARAT DAN PARIWISATA: BISAKAH FESTIVAL “TABUIK” DI PARIAMAN MENJADI DAYA TARIK WISATA INTERNASIONAL ?
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana
RINI EKASARI, SS NIM. 0991061050
PROGRAM DOUBLE - DEGREE INDONESIA PRANCIS PROGRAM STUDI MAGISTER KAJIAN PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
111
LEMBAR PENGESAHAAN
TESIS INI TELAH DISEMINARKAN TANGGGAL 24 OKTOBER 2011
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH, MS. NIP. 19440929 197302 1 001
Drs. I Nyoman Sunarta, M.Si NIP.19610405 198803 1 002
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH, MS. NIP. 19440929 197302 1 001
Prof. Dr. dr.A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP. 19590215 198510 2 001
112
Tesis ini Telah Diseminarkan pada Tanggal 24 Oktober 2011
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana Nomor : 1867/UN.14.4/HK/2011, Tanggal 21 Oktober 2011
Ketua
: Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH.,MS
Sekretaris : Drs. I Nyoman Sunarta, M.Si
Anggota
:
1. Prof. Dr, I Wayan Ardika, MA 2. Drs. I Putu Amon, M.Par
113
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menganugrahkan rahmat dan karuniaNya, tesis ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar . Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister pada program studi Magister Pariwisata program Pascasarjana Universitas Udayana. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan motivasi, semangat, bimbingan dan saran-saran yang sangat berguna selama mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof. Dr.dr I Made Bakta,Sp.PD (K), Rektor Universitas Udayana, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengkutidan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. 2. Ibu Prof. Dr. Dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana. 3. Bapak Prof.Dr. I Nyoman Sirtha, SH.MS selaku Ketua Program Studi Kajian PariwisataProgram Pascasarjana Universitas Udayana dan juga selaku pembimbing I atas bimbingan serta dorongan baik moral maupun spiritual, motivasi, masukan dan saran yang telah diberikan dalam penelitian dan penyusunan tesis.
114
4. Bapak Drs. I Nyoman Sunarta, M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta semangat demi penyelesaian tesis ini. 5. Papa Bachtar, S.Sos, Mama Rusnidar Taher, adik – adik serta putri tercinta Najla Salsabila Erizoni yang ikut memberikan motivasi, semangat, bantuan moril dan materi serta doa yang tak putus-putusnya
dalam
penyelesaian tesis ini. 6. Kepala Dinas Pariwisata Seni dan Budaya kota Pariaman yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi mengenai pariwisata kota Pariaman. 7. Teman-teman, terutama Hengki Oktoferia dan David Ardi yang telah membantu dalam pengumpulan data penelitian ini serta teman-teman DDIP yang berada di Angers Prancis yang telah membantu dan memberikan sumbangan pemikiran dalam menyelesaikan tesis ini. 8. Para responden yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner Penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan kerendahan hati penulis memohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata, penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang memerlukan. Denpasar, Oktober 2011
Penulis,
115
RINGKASAN
Pariwisata telah menjadi salah satu industri penting di dunia pada saat ini. Sektor ini memberikan peluang pengembangan ekonomi utama bagi banyak negara dan sarana untuk meningkatkan mata pencaharian penduduknya.Pariwisata juga dianggap sebagai sektor yang dapat diandalkan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi di Indonesia. Semenjak tahun 2005, pemerintah Indonesia telah menjadikan Sumatera Barat sebagai salah satu target utama Pariwisata Indonesia. Dikenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya, Sumatera barat sangat potensial untuk dikembangkan sebagai daerah wisata, baik wisata alam, (seperti pegunungan dan lautan) maupun wisata budaya dan ekowisata. Sebagai tambahan, dengan dibukanya bandar udara internasional Minangkabau pada bulan Juli 2005, membuat Sumatera Barat yang juga dikenal dengan Ranah Minang ini dapat diakses oleh banyak negara. Akan tetapi, potensi tersebut belum terkelola dengan baik, sehingga industri pariwisata di daerah ini berjalan tersendat-sendat. Salah satu atraksi yang memiliki potensi untuk ditawarkan kepada wisatawan adalah festival ―Tabuik‖ di Pariaman. ―Tabuik‖ merupakan sebuah ritual di kota Pariaman yang menjadi agenda pariwisata tahunan yang diadakan setiap tanggal 1-10 Muharam (kalender Islam). Banyak orang yang datang melihat festival ini termasuk wisatawan domestik dan mancanegara. Festival "Tabuik" di Pariaman adalah salah satu acara budaya yang dipromosikan menjadi agenda pariwisata nasional dan bahkan sekarang dipromosikan secara internasional. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengetahui makna ―Tabuik‖ bagi masyarakat lokal. 2) Mengetahui persepsi wisatawan, baik domestik dan mancanegara tentang ―Tabuik‖, apakah persepsi mereka sama dengan persepsi masyarakat lokal. 3) Menganalisa hambatan-hambatan ―Tabuik‖ dan Pariaman untuk menjadi sebuah destinasi wisata internasional. 4) Mengetahui upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah lokal untuk mempromosikan event ini secara internasional. Penelitian ini merupakan gabungan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui survei dengan penyebaran kuesioner kepada wisatawan domestik dan masyarakat lokal Pariaman serta wawancara mendalam kepada wisatawan internasional dan Kepala Dinas Pariwisata kota Pariaman. Dalam penelitian ini penulis akan menjabarkan hasil dengan menggunakan metode deskriptif (descriptive research). Yang menjadi obyek penelitian adalah persepsi wisatawan domestik dan internasional serta persepsi dari masyarakat lokal Pariaman tentang kemungkinan festival ―Tabuik‖ untuk bisa menjadi daya tarik wisata internasional. Penelitian ini dilakukan di kota Pariaman, Sumatera Barat dengan meyebarkan kuesioner kepada wisatawan domestik dan masyarakat lokal Pariaman serta wawancara mendalam kepada wisatawan internasional dan Kepala Dinas Pariwisata kota Pariaman. Kuesioner kepada wisatawan domestik terdiri dari 10 pertanyaan, dan kuesioner kepada masyarakat Pariaman terdiri dari 13 pertanyaan seputar persepsi mereka tentang festival ―Tabuik‖ di Pariaman.
116
Kuesioner disebar kepada 50 wisatawan domestik dan 100 masyarakat lokal Pariaman dari berbagai laipsan. Sedangkan pertanyaan dalam wawancara dengan wisatawan internasional terdiri dari 24 pertanyaan seputar persepsi mereka tentang festival ―Tabuik‖ dan pariwisata di Pariaman. Wawancara dilakukan kepada 25 wisatawan internasional dari beberapa negara. Wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata kota Pariaman terdiri dari 16 pertanyaan tentang upaya untuk mempromosikan festival ―Tabuik‖ dan masalah kepariwisataan di Pariaman. Data hasil penelitian akan diolah dalam bentuk tabel persentase. Bagi masyarakat lokal, "Tabuik" memiliki 3 makna, sosial, budaya dan ekonomi. Baik wisatawan domestik maupun internasional memberikan persepsi positif terhadap acara ini. Pemerintah daerah dan masyarakat juga mendukung "Tabuik" untuk menjadi daya tarik wisata internasional. Namun, masih ada hambatan-hambatan yang dihadapi seperti kurangnya informasi terhadap wisatawan, fasilitas dan infrastruktur yang tidak memadai, dana yang tidak mencukupi, dan ketidaksiapan dalam pengembangan pariwisata. Bentuk ketidaksiapan ini berupa penolakan terhadap pariwisata dari masyarakat setempat dan tidak mulusnya struktur sosial dalam melaksanakan peran strategis. Pemerintah daerah telah melakukan beberapa upaya untuk membuat "Tabuik" dan Pariaman menjadi destinasi internasional. Perbaikan pada semua destinasi di Pariaman selalu menjadi prioritas. Pemerintah setempat juga berusaha untuk mengundang para investor melakukan investasi pada sektor swasta. Untuk mempromosikan "Tabuik" secara internasional, pemerintah daerah telah berupaya dengan mengikuti event pariwisata internasional. Selain itu, pemerintah setempat telah mendirikan "Rumah Tabuik", semacam bangunan yang fungsinya sebagai tempat untuk membuat Tabuik dan sebagai museum "Tabuik".
117
DAFTAR ISI
Halaman SAMPUL DALAM ...........................................................................................
i
PRASYARAT GELAR .....................................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI .................................................................
iv
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................
v
ABSTRAK ........................................................................................................ vii ABSTRACT ...................................................................................................... viii RINGKASAN ...................................................................................................
ix
DAFTAR ISI .....................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
xv
LAMPIRAN ...................................................................................................... xvii
PENDAHULUAN .............................................................................................
1
BAGIAN I . PARIAMAN (SUMATERA BARAT) DAN “TABUIK” ......
8
BAB 1. Pariaman (Sumatera Barat) secara singkat.............................................
8
1.1 Pariaman secara geografis ........................................................
9
1.2 Masyarakat, Budaya dan Agama di Pariaman ..........................
10
1.3 Pariwisata di Pariaman .............................................................
13
BAB 2. Festival ―Tabuik‖ di Pariaman .........................................................
25
2.1 Sejarah ―Tabuik‖ ......................................................................
25
2.2 Prosesi ―Tabuik‖ di Pariaman ..................................................
26
Makna ―Tabuik‖bagi masyarakat lokal ...................................
34
2.3
BAGIAN II. BISAKAH “TABUIK” MENJADI DAYA TARIK WISATA INTERNASIONAL?................................................................
37
BAB 1. Aktivitas Wisatawan .........................................................................
37
1.1 Frekwensi dan Evolusi Kedatangan Wisatawan .....................
38
118
1.2 Tipe-tipe Wisatawan ................................................................
41
1.3 Tujuan Wisatawan datang ke Pariaman dan Sumatera Barat ....
46
BAB 2. Persepsi Wisatawan tentang ―Tabuik‖ .............................................
50
2.1 Persepsi Wisatawan Domestik .................................................
50
2.2 Persepsi Wisatawan Internasional ............................................
58
2.3 Apakah Masyarakat Lokal terbuka berbagi ―Tabuik‖ ? ...........
67
BAB 3. Hambatan-hambatan ―Tabuik‖ dan Pariaman menjadi destinasi wisata internasional .....................................................................................
76
3.1 Apakah karena kurangnya informasi terhadap wisatawan? .....
76
3.2 Apakah karena tidak memadainya fasilitas dan infrastruktur ?
77
3.3 Apakah karena dana yang tidak mencukupi ? ...........................
81
3.4 Apakah karena ketidaksiapan dalam pembangunan pariwisata? 82 BAGIAN III. BAGAIMANA MEMBUAT “TABUIK” DAN PARIAMAN MENJADI SEBUAH DESTINASI INTERNASIONAL? .. BAB 1.
84
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah lokal membuat ―Tabuik‖ dan Pariaman menjadi destinasi wisata internasional ............................
65
BAB 2.
Dukungan dari masyarakat lokal ......................................................
90
BAB 3.
Rekomendasi untuk menjadikan ―Tabuik‖ menjadi daya tarik wisata internasional ......................................................................................
93
KESIMPULAN .................................................................................................
96
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
99
119
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1
Statistik Pariaman, 2010 ................................................................
11
Tabel 2
Jenis daya tarik wisata di Pariaman ..............................................
15
Tabel 3
Akomodasi di Pariaman ..............................................................
23
Tabel 4
Jumlah wisatawan yang datang ke Sumatera Barat ....................
40
Tabel 5
Jumlah wisatawan yang datang ke Pariaman ..............................
40
Tabel 6
Jumlah wisatawan yang datang ke Sumatera Barat menurut kebangsaan ...................................................................................
Tabel 7
Banyaknya Tamu Hotel menurut Klasifikasi Hotel di Sumatera Barat (Hotel Bintang)
Tabel 8
41
46
Banyaknya Tamu Hotel menurut Klasifikasi Hotel di Sumatera Barat (Hotel Bintang)
46
Tabel 9
Categories of cultural tourism .....................................................
47
Tabel 10
Sampel Karakteristik wisatawan Domestik...................................
52
Tabel 11
Wisatawan Domestik menurut asalnya .......................................
53
Tabel 12
Informasi yang diperoleh wisatawan domestik tentang acara ―Tabuik‖ .......................................................................................
Tabel 13
53
Informasi yang diperoleh dari wisatawan domestik tentang melihat acara ―Tabuik‖ .................................................................
54
Tabel 14 Keinginan dari wisatawan domestik untuk berpartisipasi dalam acara ―Tabuik‖...............................................................................
54
Tabel 15
Persepsi wisatawan domestiktentang acara ―Tabuik‖ ..................
54
Tabel 16
Sumber informasi wisatawan domestik mengetahui acara ―Tabuik‖ .......................................................................................
Tabel 17
55
Alasan wisatawan domestik tourists menyaksikan acara ―Tabuik‖ .....................................................................................
55
Tabel 18
Pengetahuan wisatawan domestik tentang sejarah ―Tabuik‖ ........
56
Tabel 19
Sumber informasi wisatawan domestik mengatahui sejarah ―Tabuik‖ .......................................................................................
57
120
Tabel 20
Waktu mengetahui ‖Tabuik‖ ........................................................
Tabel 21
Tingkat hunian kamar hotel di Sumatera Barat (Hotel bintang) dalam persentase ...........................................................................
Tabel 22
Tingkat hunian kamar hotel di Sumatera Barat (Hotel
57
60
non
bintang) dalam persentase .............................................................
61
Tabel 23
Sampel karakteristik wisatawan internasional ............................
62
Tabel 24
Mata pencaharian wisatawan internasional .................................
62
Tabel 25
Wisatawan internasional menurut kebangsaan .............................
63
Tabel 26
Informasi yang diperoleh wisatawan internasional tentang ―Tabuik‖ .......................................................................................
Tabel 27
64
Informasi yang diperoleh wisatawan internasional tentang melihat acara ―Tabuik‖ .................................................................
64
Tabel 28
Sampel karakteristik masyarakat lokal ..........................................
68
Tabel 29
Informasi yang diperoleh dari masyarakat lokal tentang melihat acara ―Tabuik‖ .............................................................................
69
Tabel 30
Persepsi mastarakat lokal tentang acara ―Tabuik‖ .......................
69
Tabel 31
Pengetahuan masyarakat lokal tentang sejarah ―Tabuik‖ ............
69
Tabel 32
Sumber informasi mengetahui acara ―Tabuik‖ ............................
70
Tabel 33
Persepsi masyarakat lokal tentang acara ―Tabuik‖ ......................
70
Tabel 34
Kesepakatan masyarakat lokal berbagi ―Tabuik‖ ‖ ......................
71
Tabel 35
Persepsi masyarakat lokal Pariaman tentang fungsi―Tabuik‖ .....
72
Tabel 36
Persepsi masyarakat lokal tentang pariwisata ...............................
73
121
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Peta Indonesia & Sumatera Barat ................................................
8
Gambar 2
Peta Administratif Pariaman ...................................................... 10
Gambar 3
Pakaian adat Minangkabau ........................................................ 12
Gambar 4
Rumah adat Minangkabau .......................................................... 13
Gambar 5
Pantai Gandoriah ........................................................................ 16
Gambar 6
Pantai Gandoriah ........................................................................ 16
Gambar 7
Pantai Kata ................................................................................. 17
Gambar 8
Pulau Angso duo ......................................................................... 19
Gambar 9
Penangkaran penyu di Pantai Manggung ................................... 20
Gambar 10
Guci Badano ................................................................................. 20
Gambar 11
Pantai Cermin ............................................................................... 21
Gambar 12
Peta wisata Pariaman .................................................................. 22
Gambar 13
Peta prioritas pembangunan pesisir dan wisata bahari ................. 24
Gambar 14
Tabuik ......................................................................................... 27
Gambar 15
Tabuik........................................................................................... 28
Gambar 16
Gendang Tasa ............................................................................... 29
Gambar 17
Membuat dan menyatukan Tabuik .............................................. 30
Gambar 18
Mengambil Tanah ........................................................................ 31
Gambar 19
Mengambil batang pisang ............................................................ 32
Gambar 20
Mengarak Panja ............................................................................ 32
Gambar 21
Membuang Tabuik ke laut ........................................................... 33
Gambar 22
Surfing di Pulau Mentawai........................................................... 48
Gambar 23
Surfing di Pulau Mentawai........................................................... 48
Gambar 24
Kuliner Tradisional Pariaman ...................................................... 49
122
Gambar 25
Factors influencing spatial pattern of seasonality at a destination .................................................................................... 59
Gambar 26
Hotel NanTongga Pariaman ......................................................... 78
Gambar 27
Fasilitas pariwisata di Pantai Gandoriah ...................................... 79
Gambar 28
Toilet umum yang tidak terawat di Pantai Cermin ...................... 80
Gambar 29
Gazebo yang tidak terawat di Pantai Kata .................................. 80
Gambar 30
Salah satu restoran representatif di Pariaman .............................. 81
Gambar 31
Penampilan Tabuik pada ―The National Cherry Blossom Festival‖ di Washington DC, April, 2006 .................................... 87
Gambar 32
Rumah Tabuik .............................................................................. 89
123
LAMPIRAN Lampiran – 1
Kuesioner untuk Wisatawan Domestik
Lampiran – 2
List of Interview for the International Tourists
Lampiran – 3
Kuesioner untuk Masyarakat Pariaman
Lampiran – 4
Wawancara Kepala Dinas Pariwisata kota Pariaman
124