PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada saat ini, masalah ketersediaan beras merupakan masalah yang cukup memprihatinkan, karena selain perubahan fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian, juga akibat timbulnya masalah baru pada beberapa saat terakhir ini seperti adanya musim kering yang panjang, keterlambatan masa tanam dan adanya krisis ekonomi yang menyebabkan harga saprodi meningkat. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah ini adalah memperluas areal pertanaman padi ke lahan kering di luar Jawa, seperti Sumatera dan Kalimantan. Lahan kering yang berpotensi untuk pengembangan
tanaman pangan
khususnya padi gogo ada sekitar 5,1 juta ha yang tersebar di berbagai propinsi (Tim Peneliti Badan Litbang Pertanian 1998; Hidayat, Soekardi, Prasetyo, 1997). Secara umum budidaya padi gogo, banyak dilakukan petani pada: a) lahan terbuka (ladang/tradisional) dan sekitar bantaran sungai, b) sekitar perbukitan daerah aliran sungai (DAS), dan c) sebagai tanaman sela tanaman pada perkebunan dan tanaman industri (HTI) muda. Potensi lahan kering di Indonesia cukup besar, sekitar 50,5 juta ha telah dimamfaatkan, diantaranya 8,6 juta ha untuk tegalan/kebun, 3,2 juta ha ladang/huma, 8.7 juta ha tanaman kayu-kayuan, 12,1 juta ha perkebunan swasta/negara (http://tumoutou.net/702_07134/supijatno.htm).
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Pengembangan padi gogo untuk tumpangsari sebagai tanaman sela pada areal di bawah tegakan akan menghadapi berbagai kendala, yaitu intensitas cahaya yang rendah, kekeringan, pH rendah dengan Al tinggi serta penyakit blas/karat daun. Dari semua kendala tersebut, intensitas cahaya yang rendah dan kekeringan akan merupakan faktor pembatas terpenting untuk produksi padi gogo sebagai tanaman sela dalam sistem tumpangsari tersebut, walaupun demikian perlu diperhatikan berbagai kendala lainnya. Curah hujan merupakan faktor yang penting bagi pertanian, curah hujan secara langsung akan berpengaruh terhadap ketersediaan air, kurangnya ketersediaan air akan berdampak kekeringan dan sebaliknya apabila kelebihan air akan menimbulkan banjir jika tidak dilakukan pengelolaan dengan baik dan benar. Kekeringan maupun banjir selalu terjadi setiap tahun di indonesia. Air untuk tanaman padi gogo sangatlah sulit diatur karena sumber air berasal dari air curah hujan yang datangnya tidak tentu, tergantung cuaca. Pada saat musim hujan, sering air berlimpah, sedangkan pada musim kemarau sering kali kekurangan air, bahkan tidak ada air (Suparyono dan Setyono, 1997). Padi gogo merupakan salah satu ragam budidaya padi yaitu penanaman padi dilahan kering. Padi gogo umumnya ditanam sekali setahun pada awal musim hujan. Rendahnya produksi padi gogo juga disebabkan masih banyaknya yang menanami lahan kering dengan padi gogo varietas lokal yang berumur panjang. Varietas padi gogo tersebut mempunyai beberapa kelemahan seperti tidak tahan rebah, mudah rontok, berdaya hasil rendah dan umumnya kurang toleran terhadap kekeringan (Prasetyo, 2002).
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Faktor lain yang menyebabkan produktivitas padi gogo lebih rendah dibanding padi sawah oleh karena karakteristik pertumbuhan padi gogo kurang baik dibandingkan dengan padi sawah yaitu tanaman lebih pendek, jumlah anakan produktif lebih sedikit, luas daun lebih kecil, pembungaan lebih lambat, persentase gabah hampa lebih tinggi, produksi bahan kering lebih sedikit, dan indeks hasil lebih rendah dari padi sawah (Yoshida, 1975). Strategi
pengelolaan
tanaman
padi
gogo
untuk
meningkatkan
produktivitasnya antara lain (1) melaksanakan waktu tanam yang tepat dapat menjamin curah hujan dan unsur iklim lainnya yang cukup mulai dari fase vegetatif sampai fase reproduktuif : (2) pemilihan varietas tanaman yang toleran terhadap keadaan kurang air dan tahan serangan hama dan penyakit. Berdasarkan latar belakang inilah saya tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul ”TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP TINGKAT DAN INTERVAL PEMBERIAN AIR”.
Perumusan Masalah
Faktor yang menyebabkan hasil padi gogo rendah adalah lahan kering yang pada umumnya diakibatkan sering terjadi kekurangan air pada fase vegetatip maupun fase reproduktip. Hal tersebut bisa terjadi karena sumber air bagi padi gogo hanya dari curah hujan semata.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Peningkatan produksi padi gogo melalui ekstensifikasi dihadapkan kepada kendala semakin menyempitnya areal produktif untuk padi sawah karena itu perluasan areal dimasa mendatang perlu diarahkan ke lahan marginal. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari pertumbuhan dan produksi varietas padi gogo yang toleran terhadap tingkat interval dan pemberian air. Hipotesis Penelitian
1. Ada perbedaan tanggap varietas padi gogo terhadap interval pemeberian air yang berbeda. 2. Ada perbedaan tanggap varietas padi gogo terhadap tingkat pemberian air yang berbeda. 3. Ada interaksi antara varietas padi gogo terhadap interval pemberian dan tingkat pemberian air.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
TINJAUAN PUSTAKA
Terdapat dua spesies padi yang merupakan tanaman budidaya: Oryza sativa dan O.glaberrima. yang disebut pertama diduga berasal dari daerah hulu sungai di kaki pegunungan Himalaya (India dan Tibet/Tiongkok) dan yang kedua berasal dari Afrika Barat (hulu sungai Niger). Oriza sativa terdiri dari dua varietas : indica dan japonica sinonim sinica. Varietas japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, paleanya memiliki “bulu” (Ing awn), bijinya cenderung panjang.
Varietas indica, sebaiknya berumur lebih pendek, postur lebih kecil,
paleanya tidak berbulu atau hanya pendek saja, dan biji cenderung oval ( www. warintek, 2007). Tumbuhan padi adalah tumbuhan yang tergolong tanaman air (waterplant). Sebagai tanaman air bukanlah berarti bahwa tanaman padi itu hanya bisa tumbuh di atas tanah yang terus menerus digenangi air, baik penggenangan itu terjadi secara alamiah sebagai terjadi pada tanah rawa-rawa, maupun penggenangan itu sengaja sebagai terjadi pada tanah-tanah sawah. Dengan megahnya juga tanaman padi itu dapat tumbuh di tanah daratan atau tanah kering, asalkan curah hujan mencukupi kebutuhan tanaman akan air (Siregar, 1981). Keberhasilan budidaya tanaman ditentukan oleh pertumbuhannya. Jika pertumbuhan tanaman baik, umumnya hasil panen akan baik. Dalam budidaya padi pertumbuhan atau fenotip merupakan gabungan beberapa indikator tumbuh seperti tinggi tanaman, anakan, warna dan luas daun, dan
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
berat bahan hijauan. Dengan memperhatikan masing-masing indikator tumbuh kita dapat menentukan apa yang terjadi pada suatu hamparan pertanaman padi, bahkan dari tanda-tanda yang didapat kita bisa memperkirakan produksi (BPTP, 1988). Untuk pertumbuhan, tanaman memerlukan hara, air dan energi. Hara adalah unsur pelengkap dari komposisi asam nukleik hormon dan enzim yang berfungsi sebagai katalis yang merombak fotosintetat atau respirasi menjadi senyawa yang lebih sederhana dan energi.
Hara dan air diperoleh tanaman padi dari tanah,
sedangkan fotosintetat dihasilkan daun melalui fotosintesa. Walaupun masing-masing indikator tumbuh sangat tergantung pada sifat genetik tanaman namun sifat genetik tanaman ini masih dapat berubah akibat pengaruh lingkungan sehingga akan terbentuk fenotip tertentu. Pertanaman padi gogo seperti tanaman pangan lahan kering lainnya mempunyai persyaratan tumbuh yang hampir sama.
Kendala utama pada
pertumbuhan padi gogo adalah kurangnya air, karena kebutuhan air untuk tanaman hanya mengharapkan hujan semata. Hasil akhir dari pertumbuhan padi adalah produksi gabah. Keseimbangan antara fotosintesa dan respirasi tercermin dari produksi gabah.
Fotosintesa dan
respirasi adalah proses biokimia tanaman padi yang sangat ditentukan oleh ketersediaan hara dan air serta keadaan cuaca/iklim (BPTP, 1999). Tanah Tanah merupakan suatu lingkungan untuk pertumbuhan tanaman yang sangat
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
kompleks. Bagian tanaman yang langsung berhubungan dengan tanah adalah akar, yang merupakan salah satu bagian vital yang berperanan dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman dengan jalan mengabsorpsi hara dan air. Di samping itu akar merupakan bagian tanaman yang berfungsi untuk menegakkan dan berdirinya tanaman (Sarief, 1996). Padi gogo dapat dikembangkan pada berbagai keadaan tanah dan iklim di mana saja karena tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang khusus, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Berdasarkan arahan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan), padi gogo akan diarahkan pengembangannya di 7 propinsi yaitu Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Barat. Dari ke tujuh propinsi tersebut, penyebaran lahan sesuai yang terluas terdapat di Kalimantan Barat (2,2 juta ha) dan Sumatera Selatan (1,4 juta ha) (http://www.litbang.deptan.go.id/ pdf). Padi gogo ditanam pada beberapa jenis tanah, pada daerah datar maupun bergelombang. Untuk perkecambahan biji padi gogo, lahan kering menyediakan air untuk kebutuhan tanaman berasal dari curah hujan. Jenis tanah yang digunakan pada pertanaman padi gogo tidak ada yang spesifik bergantung pada tekstur tanah, pH, kandungan bahan organik dan seluruh faktor yang meliputi kesuburan tanah. Banyak lahan kering yang tergolong untuk tanamana padi gogo, tetapi sebenarnya lahan marginal. Tanah podsolik yang berlereng antara 3-8 %, meskipun mempunyai potensi untuk padi gogo dan tanaman lain di lahan kering, lebih sesuai untuk tanaman tahunan (BPTP, 1988).
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Menurut De Datta dan Feuer (1975) tanah vertisol dan alfisol merupakan tanah yang umum digunakan untuk lahan padi gogo di asia dan didaerah hutan hujan tropis Amerika Selatan. Tanah oksisol merupakan jenis tanah yang banyak dijumpai di Asia Tenggara, di Amerika Selatan dan sebagian Afrika. Tanah hidromorfik dengan permukaan air tanah dangkal selalu digunakan untuk pertanaman padi gogo. Struktur tanah yang baik dimana tanah mempunyai kemampuan menyimpan air yang cukup, mudah penetrasi akar tanaman merupakan tanah yang baik untuk produksi padib gogo. Tingkat kemasaman, penetralan dan kebasaan tanah dinyatakan dalam pH, yaitu logaritma negatif dari konsentrasi ion H+, pH erat kaitannya dengan tingkat pelapukan, macam mineral liat dan KTK (Brady, 1974). Reaksi tanah untuk pertanaman padi gogo adalah sekitar pH 5,5 – 5,6 begitupun banyak lahan padi gogo memiliki pH yang lebih rendah (De Datta dan Feur, 1975). Ponnamperuma (1975) menyimpulkan faktor-faktor pembatas pada lahan padi gogo adalah terbatasnya kelembaban atau ketersediaan air dan keadaan ketersediaan nutrien. Umumnya unsur hara yang dikandung pada lahan kering dalam bentuk oksida, nitrat-nitrogen dan sulfat-sulfur mudah tercuci.
Problema potensial
kemasaman pada tanah kering adalah mangan (Mn) dan keracunan alumunium (Al) sedang pada tanah alkalin terdapat defisiensi ferrum (Fe).
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Pengaruh Faktor Iklim Curah Hujan Curah hujan merupakan faktor iklim yang selalu berubah-ubah dan sulit diramalkan. Setiap daerah memiliki pola curah hujan yang berbeda sehingga baik jumlah sepanjang tahun berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya (Oldeman, 1984). Berdasarkandistribusi curah hujan, Oldeman (1984) membagi pola curah hujan atas tiga tipe yaitu : (1) curah hujan merata sepanjang tahun dan tidak jelas perbedaan antara musim hujan dan musim kering (2) Pola curah hujan monomodal, yaitu dalam satu tahun hanya terdapat satu bulan dimana curah hujannya merupakan yang tertinggi ataupun terendah. Pola curah hujan tipe ini dipengaruhi oleh musim, dan jelas ada musim hujan dan musim kering, (3) pola curah hujan tipe bimodal yaitu dalam satu tahun terjadi dua kali periode dengan curah hujan tinggi dan diantaranya terdapat musim kering. Pola curah hujan dilokasi penelitian yaitu Sumatera Utara adalah tipe curah hujan merata sepanjang tahun dan tidak jelas perbedaan antara musim hujan dan musim kering. Dengan mengetahui pola curah hujan di suatu daerah maka ditetapkan musim pertanaman (growing season), yaitu periode dalam setahun dimana besarnya curah hujan lebih dari setengah evapotranspirasi potensial, ditambah waktu yang diperlukan
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
untuk menguapkan 100 mm air hujan yang masuk ke dalam tanah (Oldeman, Las dan Darwis, 1979) Cahaya Matahari Fotosintesa merupakan hal pokok dalam metabolisme tanaman karena radiasi matahari merupakan satu dari faktor-faktor lingkungan terpenting. Radiasi mempengaruhi organisme melalui energi yang dikandungnya yang diabsorbsi tanaman. Tanaman padi gogo tergolong tanaman perlu cahaya, sehingga kekurangan cahaya berakibat fatal yaitu terganggunya proses metabolisme yang berimplikasi kepada tereduksinya laju fotosintesis dan turunnya sintesis karbohidrat (Murty, Dey, Swain and Baig.,1992).
Faktor
ini secara langsung mempengaruhi tingkat
produktivitas padi gogo yang rendah di bawah naungan. Hale dan Orcutt (1987) berpendapat bahwa adaptasi terhadap naungan dapat melalui 2 cara: (a) meningkatkan luas daun sebagai upaya mengurangi penggunaan metabolit; contohnya perluasan daun ini menggunakan metabolit yang dialokasikan untuk pertumbuhan akar, (b) mengurangi jumlah
cahaya yang
ditransmisikan
dan
direfleksikan (http:/ww/tumoutou.net/702_07134/ supijatno.htm). Pada intensitas cahaya rendah terjadi gangguan translokasi karbohidrat. Murty dan Sahu (1987) melaporkan peningkatan kandungan total amino-N dan N terlarut pada varietas padi yang peka, yang menyebabkan terganggunya sintesis protein dan rendahnya ketersediaan karbohidrat dan tingginya kehampaan.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Fotosintesa merupakan hal pokok dalam metabolisme tanaman karena radiasi matahari merupakan satu dari faktor-faktor lingkungan terpenting. Radiasi mempengaruhi organisme melalui energi yang di kandungnya yang diabsorbsi tanaman. Fotosintesa berlangsung di kloroplas, terbukti bahwa kloroplas yang terisolasi mampu melakukan fotosintesis secara lengkap.
Tidak semua sel mengandung
kloroplas, hanya di dalam sel mesofil dan sel penutup stoma, epidermis batang muda, sel sub epidermal kelopak bunga (Santosa,1993). Penyediaan, mobilitas dan serapan hara oleh tanaman padi juga dipengaruhi radiasi surya serta suhu udara dan suhu tanah (Yoshida, 1981 dalam Las dan Mulyadi, 1986).
Apabila air cukup dan serta hara tidak menjadi faktor pembatas,
maka intensitas radiasi surya merupakan unsur iklim yang sangat menentukan potensi hasil tanaman secara kwantitatif, terutama untuk jenis tanaman kelompok adaptasi C3 dan C4 (Las, 1985).
Unsur hara yang terbawa air ke daun karena transpirasi
merupakan enzim, co-enzim, hormon, sel-sel klorofil (fotosintetat). Laju fotosintesa sangat ditentukan oleh intensitas sinar surya yang sampai ke permukaan daun. Intensitas sinar surya selama 45-30 hari sebelum panen menentukan pengisian malai dan produksi padi (De Datta, 1981). Pertumbuhan ditentukan oleh kerja sama antara faktor genetik dan faktor dalam lainnya dengan lingkungan.
Karena tumbuhan tingkat tinggi merupakan
system banyak sel, maka dapat dibedakan antara faktor dalam sel dan diluar sel. Pengaruh gen tentu berkaitan dengan pen. Hasil penelitian Stansel, Bollich, Thysell
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
and Hall (1965) dan De Datta (1981) menunjukkaan bahwa masa kritis kebutuhan radiasi surya bagi tanaman padi dimulai pada fase pembentukan primordia bunga sampai 10 hari sebelum pemasakan. Radiasi surya juga mempengaruhi produksi klorofil, jumlah dan komposisi kloroplas, struktur daun, bentuk dan gerak membuka dan menutupnya stomata (Weaver dan Clement, 1980). Proses difusi CO2, pergerakan stomata juga dipengaruhi radiasi surya. Pada keadaan CO2 cukup stomata akan tertutup dalam gelap dan stomata akan segera membuka jika ada radiasi surya. Juga ditambahkan ketahanan stomata dari tanaman padi akan menurun secara eksponensial pada peningkatan intensitas cahaya (Horie, 1990). Suhu Suhu berpengaruh langsung pada proses fotosintesa, respirasi, permeabilitas dinding sel, absorpsi air dan hara, transpirasi, aktivitas enzim dan koagulasi protein. Untuk pertumbuhan normal tanaman padi memerlukan lingkungan suhu dalam kisaran 20oc sampai 35oc (Yoshida, 1981). Suhu kritis tersebut bervariasi menurut varietas, lamanya suhu kritis berlangsung, perubahan suhu harian siang dan malam, dan status fisiologi dari tanaman itu sendiri. Padi tergolong jenis tanaman jalur C-3 dalam proses fotosintesanya. Sebagaimana tanaman C-3 maka padi mempunyai titik kompensasi CO2 tinggi dan
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
mampu mengadakan fotorespirasi (Murata, 1961). Suhu udara mempengaruhi baik fotosintesa maupun respirasi. Suhu udara siang dan malam ternyata berpengaruh pada komponen hasil padi. Limbong, et al. menunjukkan bahwa peningkatan suhu di siang hari pada musim kemarau dapat meningkatkan jumlah anakan asalkan suhu malam tidak terlalu tinggi. Ini merupakan gambaran bahwa padi tidak selalu menghasilkan banyak malai pada musim kemarau di semua mintakat agroklimat, karena suhu malam juga menentukan. Yoshida (1981), menambahkan suhu rata-rata harian lebih kecil dari 20oC menyebabkan perkecambahan terlambat disklorasi daun, pembentukan malai tertahan, pembungaan terlambat dan kehampaan gabah tinggi. Kelembaban Udara Kelembaban udara nisbi berpengaruh terhadap evapotranspirasi pada musim kemarau dengan kelembaban rendah, intensitas sinar surya dan suhu tinggi mempercepat laju evapotranspirasi. Bila laju evapotranspirasi tidak diimbangi dengan laju translokasi air ke akar, tanaman padi akan mengalami kekeringan. Kelembaban udara juga mempengaruhi aktivitas fotosintesa padi. Murata (1961) juga menambahkanadanya perubahan pola fotosintesa akibat perubahan kelembaban udara. Dimana ia menyebutkan adanya hubungan antara kelembaban dengan intensitas cahaya dan temperatur. Miyasaka, Munakata, Akita dan Murata (1969),
menyatakan hasil
pengamatan pada perubahan harian fotosintesa tanaman padi. Kecepatan fotosintesa
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
mulai meningkat pada pagi hari dan mancapai maksimum pada pukul 11 kemudian fotosintesa menurun kembali menjelang sore. Miyasaka menambahkan perubahan kegiatan fotosintesa antara pagi dan sore hari disebabkan respirasi yang dipengaruhi oleh temperatur. Juga ditambahkan kemukngkinan ada perbedaan energi pada panjang gelombang antara pagi dan sore hari. Kisaran kelembaban nisbi optimum untuk pagi adalah 50 – 90 %.
Di
Indonesia yang beriklim tropis tanah basah, kelembaban nisbi tidak merupakan kendala bagi usaha peningkatan produksi padi. Tetapi di dataran tinggi kelembaban lebih dari 95 % dapat menyebabkan agregasi tepung sari, dan ini dapat mengganggu penyerbukan (Las dan Fagi, 1988). Pada lahan kering masalah utama adalah ketersediaan air yang sangat sedikit serta fluktuasi kadar air tanah yang besar. Hal ini menyebabkan seluruh proses metabolisme tanaman akan terhambat. Upaya pengembangan padi gogo akan dihadapkan pada kendala ketersediaan air yang rendah. Toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan dapat melalui berbagai mekanisme seperti : menghindari stres (drought escape), mempertahankan potensial air yang tinggi dalam jaringan dan mempertahankan turgor melalui penyesuaian osmotik (osmotic adjusment) dengan mensintesis senyawa osmotikum seperti prolin, glycine betaine dan lainnya (Jones et al., 1981).
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Potensi Varietas Padi Gogo
Pengembangan padi gogo dihadapkan pada berbagai kendala yang sangat kompleks, sehingga diperlukan perbaikan varietas yang berdaya hasil tinggi dengan sifat multitoleran terhadap faktor biofisik dilahan kering. Perbaikan varietas padi gogo untuk lahan kering telah dilakukan cukup lama oleh beberapa peneliti (Lubis, Harahap, Diredja dan Kustianto,. 1993; Kaher, 1993; Lubis et al., 1994; Harahap dan Lubis, 1995; Suwarno dan Lubis, 1995; Harahap et al., 1995). Sebagai contoh adalah Varietas Jatiluhur diketahui toleran terhadap naungan. Potensi hasil varietas ini berkisar antara 2.5 - 3.5 ton/ha pada berbagai kondisi yang beragam, lebih tinggi dari varietas dodokan (1.0 - 3.9 ton/ha). Pada kondisi ternaungi 40 %, varietas Jatiluhur masih mampu berproduksi 2.0 ton/ha, 65 % lebih tinggi dari Dodokan. Selain toleran naungan, varietas Jatiluhur juga tahan penyakit blas, berumur genjah (102-110 hari), namun tidak toleran terhadap cekaman Al, serta rasa nasinya pera (Harahap et al., 1995). Beberapa galur seperti IRAT, Gajah Mungkur dan Selir Pikit yang dihasilkan oleh Balai Penelitian Padi menunjukan sifat-sifat yang toleran terhadap kekeringan.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan dirumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Pelaksanaan penelitian pada bulan Maret 2007 sampai bulan Juli 2007. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga varietas padi gogo, tanah top soil, pupuk Urea 150 kg/ha, TSP 135 kg/ha, KCl 60 kg/ha, dan pestisida. Serta alat-alat yang digunakan, leaf area meter untuk mengukur luas daun, timbangan, pipa plastik, gelas ukur, polybag dan alat-alat lain yang mendukung penelitian. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan petak terpisah (RPT) yang terdiri dari 3 faktor yaitu: Faktor I : Varietas, dengan simbol V sebagai petak utama terdiri dari 3 taraf yaitu : V1
= Varietas Batutugi
V2
= Varietas Limboto
V3
= Varietas lokal karo
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Faktor I I : Interval Pemberian Air, dengan simbol I sebagai anak petak terdiri dari 4 taraf yaitu : I1 = setiap hari I2 = 1 x 2 hari I3 = 1 x 3 hari I4 = 1 x 4 hari Faktor III : Tingkat Pemberian Air, dengan simbol A sebagai anak-anak petak terdiri dari 3 taraf yaitu: A1 = 2 mm / hari = 251,2 cc / polybag A2 = 4 mm / hari = 502,4 cc / polybag A3 = 6 mm / hari = 753,6 cc / polybag Dengan demikian diperoleh 36 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Jumlah tanaman dengan 2 tanaman / polybeg. Berdasarkan perlakuan petak utama, anak petak, dan anak-anak petak maka kombinasi perlakuan adalah sebagai berikut : V1I1A1
V3I2A2
V1I4A3
V1I1A3
V3I2A1
V2I4A2
V1I1A2
V3I2A3
V2I4A1
V1I3A2
V3I3A3
V2I2A2
V1I3A1
V3I3A2
V2I2A1
V1I3A3
V3I3A1
V2I2A3
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
V1I2A3
V3I4A1
V2I1A1
V1I2A2
V3I4A3
V2I1A3
V1I2A1
V3I4A2
V2I1A2
V1I4A1
V3I1A2
V2I3A2
V1I4A3
V3I1A1
V2I3A1
V1I4A2
V3I1A3
V2I3A3
Data hasil pengamatan disusun dalam anova untuk masing-masing peubah. Jika pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati menunjukkan pengaruh yang nyata atau sangat nyata dapat dilanjutkan uji beda rataan dengan uji DMRT, analisis regresi dan korelasi. Metode Analisa Data Percobaan dilakukan menggunakan RPT dalam RAK dengan model matematis adalah sebagai berikut : Y ijkm =
μ + σi + αij +εij + βk+(αβ)jk + εjk +il (αl)jl+(βl)jl+(αβ) jl +(αβ)jl+(αβ) jkl + εijk
Y ijk
: nilai pengamatan pada ulangan ke-i, perlakuan varietas ke j,faktor perlakuan air taraf ke – k, faktor perlakuan intrval pemberian air ke – l.
μ
: rata-rata umum nilai pengamatan
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
σi
: pengaruh ulangan pada taraf ke – i
αj
: pengaruh perlakuan interval varietas
εij
: pengaruh galat pada taraf ke-i dan perlakuan varietas taraf ke-j
βk
: pengaruh perlakuan tingkat pemberian air taraf ke-k
(αβ)jk : pengaruh interaksi perlakuan varietas dengan perlakuan pemberian air taraf ke-k εjk
: pengaruh galat pada taraf ke-l dan perlakuan varietas taraf ke j dan perlakuan pemberian air pada taraf ke – k
il
: pengaruh perlakuan interval pemberian air ke - l
(αl)jl : pengaruh perlakuan interval pemberian air ke – l dan interval pemberian air taraf ke – l (βl)jl : pengaruh interaksi tingkat varietas taraf ke-k (αβl)jl : pengaruh interaksi perlakuan interval pemberian air taraf ke-j dan tingkat pemberian air taraf ke-l (αβ)jl : pengaruh interaksi perlakuan εijk
: pengaruh galat pada taraf ke-I, perlakuan interval pemberian air taraf ke-j dan tingkat pemberian air taraf ke-k.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan tanah Tanah top soil, dikering anginkan dan dihaluskan. Tanah diayak dengan ayakan 3 mm, lalu tanah dimasukkan 10 kg per polybag. Tanah yang digunakan terlebih dahulu sifat fisik dan kimianya dianalisis di laboratorium disajikan pada Lampiran 2. Pupuk Urea diberikan terbagi tiga kali yaitu masing-masing 1/6 dosis yaitu sebanyak 64,8 gr pada umur 2 MST, 3/6 dosis yaitu sebanyak 162 g pada umur 6 MST dan 2/6 dosis yaitu 97,2 g pada fase primordia bunga. Pupuk Tsp 385,92 g dan Kcl sebanyak 172,8 g diberikan saat tugal. Setiap polybag dilengkapi dengan pipa plastik yang ditempatkan dibagian pinggir polibag.
Pipa pada bagian bawah
(terbenam) diberi lubang, agar air dapat masuk ketanah melalui sisi pipa. Sebelum benih ditugal terlebih dahulu tanah dalam polybag disiram sampai mencapai kapasitas lapang. Persiapan Bahan Tanaman Benih padi terlebih dahulu direndam dalam campuran Dithan M 45 sebanyak 2 g / l dan Curater 2G sebanyak 0,1 g. Dithan M 45 diperlukan untuk mencegah penyakit busuk daun. Sedangkan Curater 2G dibutuhkan untuk mencegah hama yang terdapat dalam tanah seperti cacing dan kepinding tanah. Campuran seed treatment tersebut ditambah air secukupnya lalu dimasukkan benih padi dan direndam selama
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
24 jam.
Benih yang telah mengalami seed treatment ditugal sedalam 2-3 cm
sebanyak 5-6 butir per polybag. Penjarangan Penjarangan dilakukan 2 MST, ditinggalkan 2 tanaman per polybag yang homogen dan yang paling bagus pertumbuhannya. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman meliputi pemberantasan hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan insektisida Baycarb dengan konsentrasi 0,5 – 1 l/ha. Frekwensi penyomprotan dilakukan sesuai dengan keadaan serangan hama dan penyakit. Gulma yang tumbuh dalam polybag dicabut secara intensif. Penyiraman Penyiraman diberikan setiap pagi hari sesuai dengan perlakuan yaitu 2 mm/hari (251,2 cc/polybag), 4 mm/hari (502,4 cc/polybag) dan 6 mm/hari 753,6 cc/polybag). Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengamatan dilakukan terhadap komponen pertumbuhan dan komponen hasil dengan metode destruktif. Selama pertumbuhan tanaman dari mulai tugal hingga panen diamati suhu dan kelembaban udara dalam rumah kaca seperti terlihat pada lampiran 16. Kadar air tanah (KAT) di ukur atau diamati tiap 2 minggu sekali
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
sebelum penyiraman, sehingga jumlah pengamatan KAT 6 kali yaitu (2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST). Pengukuran kadar air tanah dengan rumus : berat botol + tanah lembab kadar air =
- 1 x 100 berat botol + tanah kering oven
Pengamatan komponen pertumbuhan diamati pada umur 3,6,9 dan 16 MST yang meliputi : 1. Tinggi tanaman / rumpun di ukur dari permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi 2. Jumlah anakan / rumpun dihitung mulai umur 3 minggu sampai panen 3. Bobot kering jerami / rumpun. Tanaman dipotong-potong dikeringkan dalam oven pada suhu 60 oC sampai bobot stabil. Untuk saat panen berat jerami termasuk berat malai dan gabah. 4. Luas daun Di ukur dengan menggunakan leaf area meter. Pengamatan komponen hasil meliputi : 1. Jumlah malai per rumpun dihitung pada waktu panen. 2. Bobot 1000 butir gabah pada kadar air 14%. 3. Produksi gabah kering per rumpun pada kadar air 14% . 4. Jumlah gabah hampa per rumpun Analisa pertumbuhan dalam penelitian ini dengan formulasi analisis yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. LAB (Laju Asimilasi Bersih) (g.m_2.h_1)
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Nilai laju asimilasi bersih merupakan pertambahan material tanaman dari asimilasi persatuan waktu (Sitompul dan Guritno, 1995) diamati sebanyak tiga kali yaitu 6 mst - 3 mst, 9 mst - 6 mst dan 12 mst - 9 mst dengan persamaan sebagai berikut : (W2 – W1) . ( ln A2 – ln A1) LAB = ( T2 – T1 )
( A2 - A1 )
Dimana : W1 dan W2 = berat kering tanaman pengamatan ke 1 dan 2 A1 dan A2 = luas daun pengamatan ke 1 dan 2 T1 dan T2 = waktu pengamatan ke 1 dan 2 2. LTR (Laju Tumbuh Relatif) (g.tan 2.hari-1) laju tumbuh relatif merupakan hasil bahan kering persatuan bahan kering akhir dan awal dilakukan dan dihitung bersamaan dengan LAB, dengan persamaan sebagai berikut :
ln W2 – ln W1 LTR = T2 – T1 Dimana : W1 dan W2 = berat kering tanaman pengamatan ke 1 dan 2 T1 dan T2 = waktu pengamatan ke 1 dan 2
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tinggi Tanaman / rumpun (cm) Sidik ragam tinggi tanaman padi pada umur 3,6, 9 dan 16 MST dapat dilihat pada Lampiran 5. Dari sidik ragam tersebut terlihat bahwa varietas (V) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada semua pengamatan (3, 6, 9 dan 16 MST). Demikian juga pengaruh interval pemberian air (I) berpengaruh nyata pada umur 3, 6 MST dan sangat nyata pada umur 9 dan 16 MST. Sedangkan perlakuan tingkat pemberian air (A), berpengaruh nyata pada umur 6 MST dan sangat nyata pada umur 9 dan 16 MST. Tinggi tanaman (cm) pada perlakuan varietas, interval dan tingkat pemberian air pada pengamatan 3, 6, 9 dan 16 mst tertera pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 3, 6, 9 dan 16 MST varietas yang tertinggi untuk parameter tinggi tanaman adalah varietas lokal karo (V3) dibandingkan dengan varietas batutugi (V1) dan varietas limboto (V2). Untuk interval pemberian air yaitu pada pemberian satu kali setiap dua hari (I2) memberikan tinggi tanaman tertinggi pada setiap pengamatan dibandingkan dengan I1 (setiap hari), I3 (1x3 hari), dan I4 (1x4 hari). Demikian juga tingkat pemberian air pada volume air 4 mm/hari = 502,4cc/polybag (A2) menunjukkan tinggi tanaman tertinggi dibandingkan
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
dengan tingkat pemberian pada volume 2 mm/hari = 251,2 cc/polybag (A1) dan 6 mm/hari = 753,6 cc/polybag (A3). Tabel 1.Tanggap Tinggi Tanaman (cm) pada Perlakuan Varietas, Interval dan Tingkat Pemberian Air Pengamatan 3, 6, 9 dan 16 Mst Varietas
Tinggi Tanaman (cm) 3 MST
6 MST
9 MST
16 MST
V1 (Batutugi) V2 (Limboto) V3 (Lokal)
50.24 bB 34.50 cC 65. 05 aA
72.69 bB 59.90 cC 88.93 aA
133.87bB 107.13cC 161 . 99aA
149.02 bB 123.12 cC 176.57 aA
I1 (Setiap Hari) I2 (1 x 2 ) I3 (1 x 3 ) I4 (1 x 4 )
49.69 b 50.22 a 50.16 a 49.66 b
73.54 b 74.27 a 74.11 ab 73.44 b
133.97 bB 134.99 aA 134.89 aA 133.47 bB
148.79 bB 150.39 aA 150. 23 aA 148.86 bB
A1(2 mm/251,2 cc) A2(4 mm/502,4 cc) A3(6 mm/753,6 cc)
49.83 50.14 49.83
73.75ab 74.17 a 73.59 b
134.32 bAB 134.84 aA 133.83 CB
149.57 bB 150.14 aB 149,00 cC
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5% dan 1% Perkembangan tinggi tanaman pada setiap varietas, interval pemberian air dan tingkat pemberian air disajikan pada gambar 1, 2 dan 3. keeratan hubungan antara tinggi tanaman dengan komponen tumbuh dan komponen hasil tertera pada Lampiran 14.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Tinggi Tanaman (cm)
1 1 1 1 1
9 7 5 3 1 9 7 5 3 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
V 1 (B a tu tu g i) V 2 (L im b o to ) V 3 (L o k a l)
3 M ST
6 M ST
9 M ST
16 M ST
V A R IE T A S P A D I G O G O
Gambar 1. Tinggi Tanaman (cm) BeberapaVarietas Padi Gogo Umur 3,6,9 dan 16 Mst
Ŷ1 = 131.68 + 2.89 I – 0.61 I2, R2 = 0.99 Ŷ2 = 72.21 +1,70 I – 0.35 I 2, R 2 = 0.98 Ŷ3 = 131.68 + 2.89 I – 0.61 I 2,R2 = 0.99 Ŷ4 = 145.84 + 3.71 I – 0.74 I2, R2 = 0.99
Tinggi Tanaman (cm)
160 3 M ST 6 M ST 9 M ST 16M ST
140 120 100 80 60 40 20 0
1
2
3
4
Interval Pem berian Air (hari)
Gambar 2. Tinggi Tanaman (cm) dengan Interval Pemberian Air pada Umur 3, 6, 9 dan 16 Mst
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Ŷ 1 = 72.33 + 0.96 A – 0,125 A 2, R2 = 1 Ŷ 2 = 132.3 + 1,39 A - 0,19 A2 , R2 = 1 Ŷ 3 = 147.32 + 1.55 A - 0.21 A2, R2 = 1
Tinggi Tanaman (cm)
160 140 A1 A2 A3
120 100 80 60 40 20 6 m st
9 m st
16 m st
Tinggkat Pem berian Air (m m /hari)
Gambar 3. Tinggi Tanaman (cm) dengan Tingkat Pemberian Air pada Umur 6, 9 dan 16 Mst Pada Gambar 1 terlihat bahwa varietas lokal karo (V3) menunjukkan tinggi tanaman tertinggi dibandingkan dengan varietas batutugi (V1) dan varietas limboto (V2) . Gambar 2 dan 3 yang diuji memiliki respon pertumbuhan yang sama terhadap interval pemberian air dengan tinggi tanaman umur 3 – 16 mst
menunjukkan
hubungan kuadratik positif, sedangkan respon varietas terhadap tingkat pemberian air umur 6, 9 dan 16 mst juga menunjukkan hubungan kuadratik positif, hal ini mencerminkan adanya penurunan tinggi tanaman pada setiap interval dan tingkat pemberian air terhadap beberapa varietas padi gogo. Pada tingkat pemberian air 2 mm/hari = 251,2 cc / polybag (A1) dan 6 mm/hari = 753,6 cc / polybag (A3) terjadi pengurangan dan kelebihan jumlah air yang
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
sangat drastis, dengan demikian memasuki fase reproduktif (inisiasi malai) terjadi cekaman air atau kelebihan air. Kelebihan air menyebabkan tanah yang jenuh air dapat menyebabkan terhambatnya aliran udara ke dalam tanah sehingga mengganggu respirasi dan serapan hara oleh akar serta aktivitas mikrobia yang menguntungkan, sedangkan kekurangan air karena suplai air kurang dari akar tanaman. Jumlah Anakan / rumpun Sidik ragam jumlah anakan per rumpun pada umur 3,6, 9 dan 16 mst dapat dilihat pada Lampiran 6. Dari sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan varietas (V) berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan per rumpun pada semua pengamatan (3, 6, 9 dan 16 mst). Perlakuan interval pemberian air (I) berpengaruh sangat nyata pada umur 6, 9 dan 16 mst. Sedangkan perlakuan tingkat pemberian air (A) berpengaruh sangat nyata pada semua umur pengamatan. Demikian juga Interaksi varietas terhadap interval pemberian air (V x I) berpengaruh sangat nyata pada umur 3 MST. Pengaruh varietas, interval pemberian air dan tingkat pemberian air (VxIxA) berpengaruh nyata pada umur 6 mst dan berpengaruh sangat nyata pada 16 mst. Jumlah anakan tiap varietas padi gogo pada interval pemberian air pada pada pengamatan 3 mst tertera pada Tabel 2.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Tabel 2. Tanggap Interval Pemberian Air pada Tiap Varietas Padi Gogo Pengamatan Jumlah Anakan 3 MST Jumlah Anakan I1
I
V1
0.92 deB-E
1.11 b-dA-C
1.08 b-dA-C
1.47 aA
V2
1.28 a-cAB
1.36 abAB
1.36 abAB
1.14 b-dAB
V3
0.58 fDE
0.97 c-eB-D
0.67 efC-E
0.47 fD
Perlakuan
2
I
I4
3
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5% dan 1% Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa kombinasi interval pemberian air 1 x 2 hari (I2) dan 1 x 3 hari (I3 ) menunjukkan jumlah anakan tertinggi terhadap varietas limboto (V2) yaitu 1.36 dan yang terendah pada kombinasi interval pemberian air 1 x 4 hari (I4) terhadap varietas lokal(V3) yaitu 0.47. Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan tiap varietas dibatasi oleh potensi keturunan dimana tiap varietas mempunyai daya tahan tertentu yang membatasi lingkungan yang tidak mendukung untuk pertumbuhannya. Hubungan varietas padi gogo, interval pemberian air dan tingkat pemberian air pada jumlah anakan 6 dan 16 mst tertera pada Tabel 3 dan 4. Dari Tabel 3 dan 4 dapat dilihat bahwa pada pengamatan umur 6 dan 16 MST varietas limboto (V2), interval pemberian setiap dua hari sekali (I2) dan tingkat pemberian air 4 mm/ hari = 502,4 cc/polybag (A2) menunjukkan hubungan yang
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
terbaik untuk parameter jumlah anakan per rumpun terbanyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tabel 3. Tanggap Interval Pemberian dan Tingkat Pemberian Air Terhadap Varietas Padi Gogo pada Jumlah Anakan Pengamatan Umur 6 Mst Jumlah Anakan Perlakuan
A1
A2
A3
V1
I1 I2 I3 I4
3.50 h-k 3.75 gh 3.75 gh 3.16 i-l
3.33 h-k 3.75 gh 3.58 fg 3.58 fg
3.16 i-l 3.50 h-j 3.50 h-j 3.33 h-k
V2
I1 I2 I3 I4
5.00 cd 5.33 bc 5.00 cd 4.33 ef
5.25 bc 6.08 a 5.25 bc 4.58 de
4.41 ef 4.92 cd 5.67 ab 4.75 de
V3
I1 I2 I3 I4
3.00 k-n 3.25 h-l 2.75 mn 2.58 n
3.25 h-l 3.50 h-j 2.83 l-n 2.83 l-n
2.58 n 3.25 h-l 2.75 mn 2.75mm
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5% dan 1%
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Tabel 4. Tanggap Interval Pemberian dan Tingkat Pemberian Air Terhadap Varietas Padi Gogo pada Jumlah Anakan Pengamatan Umur 16 Mst Jumlah Anakan Umur Perlakuan
A1
A2
A3
V1
I1 I2 I3 I4
7.17 efgD-H 7.17 efgD-H 7.33 d-gC-H 6.67 fgH-K
7.33 d-gC-H 7.33 d-gC-H 7.17 e-gD-H 7.00 fgE-H
6.67 fgH-K 7.00 fgE-H 7.17 e-gD-H 6.83 fgF-I
V2
I1 I2 I3 I4
8.33 a-dA-E 9.00 abAB 8.50 abcA-D 7.10 e-gD-H
8.67 abA-C 9.33 aA 9.33 aA 7.70 c-f B-H
8.17 b-dA-F 8.33 a-dA-E 8.50 a-cA-D 8.10 b-e A-G
V3
I1 I2 I3 I4
8.17 b-d A-F 5.50 hjJ-L 5.33 iK-M 4.10 jM
5.50 hjJ-L 6.50 g-lJ-L 6.33 g-lI-L 5.33 iK-M
4.10 jM 5.17 jLM 5.33 iK-M 5.17 jLM
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5% dan 1%
Pengaruh jumlah anakan dengan interval pemberian air terhadap varietas padi gogo umur 3 mst berpola linier positif pada varietas batutugi (V1), kuadratik positif pada varietas limboto (V2) dan berpengaruh tidak nyata pada varietas lokal (V3) terlihat pada Gambar 4.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Jumlah Anakan 3 Mst
Ŷ1 = 0.162 I + 0.74,r = 0.66 Ŷ2 = 1.015 + 0.333 I -0.075 I 2 ,R2 = 0.98 Ŷ3 = tn 2
V1
1.5
V2
1 0.5 0 0
1
2
3
4
Interval Pem berian Air (hari)
Gambar 4. Hubungan Varietas dan Interval Pemberian Air Terhadap Jumlah Anakan pada Umur 3 Mst Pada Gambar 5 varietas yang diuji memiliki respon yang berbeda terhadap interval pemberian air dan tingkat pemberian air terhadap jumlah anakan 6 mst menunjukkan hubungan pola linier negatif I1 (setiap hari), I2 ( interval satu kali setiap dua hari dan I3 (interval satu kali setiap tiga hari) sedangkan I4 ( interval satu kali setiap empat hari) berpola linier positif. Hal ini di duga dengan interval pemberian air setiap hari (I1), satu kali dua hari(I2) dan satu kali tiga hari (I3) pada tingkat pemberian air dengan volume air yang banyak dapat menurunkan jumlah anakan tetapi dapat meningkatkan jumlah anakan pada interval pemberian air satu kali setiap empat hari (I4) dengan tingkat pemberian air pada volume air yang banyak pada varietas batutugi (V1), ini disebabkan karena ekspresi gen dari varietas batutugi dengan perubahan-perubahan kondisi lingkungan (suhu dan internsitas cahaya) dirumah kaca selama penelitian. Pada umur 6 mst suhu dirumah kaca berkisar antara
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
29-30 oC maka memperkecil penguapan baik dari tanaman maupun dari tanah
JUMLAH ANAKAN 6 MST
(evapotraspirasi) sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan jumlah anakan.
6
Y Y Y Y
= = = =
3.666 - 0.167 I 1(r = 0.98) 3.86 - 0.125 I 2 (r = 0.91) 3.9733 - 0.21 I 3 (r = 0,97) 1.67 - 1.28 I4 (r = 0.843)
I1 I2 I3 I4 Li
varietas Batu Tegi (V1)
3
0 2 mm/hari
4 mm/hari
6 mm/hari
Tingkat Pemberian Air
Gambar 5. Hubungan Interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air terhadap Jumlah Anakan pada Umur 6 MST Ŷ 1 = 3.67+ 1.87A-0.54A2, R2 = 1 Ŷ 2 = 2.67+ 3.615A -0.955A2 R2 = 1 Ŷ 3 = 0.335 I3 + 4.6367 (r = 0.96) Ŷ 4 = 0.21 I4 + 4.1333 (r = 0.97) JUMLAH ANAKAN 6 MST
VARIETAS LIMBOTO (V2) 8
I I I I
1 2 3 4
6 4 2 0 2 m m /hari
4 m m /hari
6 m m /hari
Tingkat Pem berian Air
Gambar 6. Hubungan Interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air terhadap Jumlah Anakan pada Umur 6 MST
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Gambar 6 varietas yang di uji memiliki respon yang berbeda terhadap interval pemberian air dan tingkat pemberian air terhadap jumlah anakan 6 mst menunjukkan hubungan linier positif (I4, dan I3) sedangkan I1 dan I2 berpola kuadratik positif terhadap varietas limboto (V2). Menurut Filter dan Hay (1994) respon suatu varietas berbeda terhadap perubahan-perubahan lingkungan, respon tersebut dapat berupa respon yang positif dan negatif tergantung varietas yang di uji. Ŷ 1 = 3.67+ 1.87A-0.54A2,R2 = 1 Ŷ 2 = 2.67+ 3.615A-0.955A2,R2 = 1 Ŷ 3 = 0.335 A + 4.6367 (r = 0.95) Ŷ 4 = 4+ 0.37x-0.04x2,R2 = 1
JUMLAH ANAKAN 6 MST
VARIETAS LOKAL (V3) 6
I I I I
1 2 3 4
4 2 0 2 m m /hari
4 m m /hari
6 m m /hari
Tingkat Pem berian Air
Gambar 7. Hubungan Interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air terhadap Jumlah Anakan Umur 6 MST Sedangkan Gambar 7 menunjukkan hubungan kuadratik positif (I1, I2 dan I4) sedangkan I3 berpola linier positif.
Hal ini berarti dengan interval pemberian air
yang lama pada pemberian air dengan volume yang banyak dapat meningkatkan jumlah anakan tetapi dapat menurunkan jumlah anakan pada I2 dan I3 dengan tingkat pemberian air pada volume yang banyak, ini disebabkan bila tanaman sudah
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
mencapai maksimum dalam kebutuhan air maka bila volume ditingkatkan akan menurunkan jumlah anakan pada varietas lokal (V3). Untuk tanaman lahan kering selama pertumbuhan pada kanopi penuh, jumlah kebutuhan airnya adalah sekitar 125 mm per bulan (Oldeman dkk, 1979). Gambar 8 varietas yang di uji memiliki respon yang berbeda terhadap interval pemberian air dan tingkat pemberian air pada jumlah anakan umur 16 mst, menunjukkan hubungan kuadratik positif (I1, I2 dan I4) dan berpengaruh tidak nyata pada interval pemberian air satu kali setiap tiga hari (I3).
Ŷ 1 = 6.19+ 1.39A-0.41A2,R2 = 1 Ŷ 2 = 6.52+ 0.895A-0.245A2,R2 = 1 Ŷ 3 = tn Ŷ 4 = 5.84+ 1.08A-0.25A2,R2 = 1 Varietas Batu Tugi (V1)
Jumlah Anakan 16 Mst
8 7
I1
6 5
I2
4
I4
3 2 1 0
2 m m /hari
4 m m /hari
6 m m /hari
Tingkat Pem berian Air (hari)
Gambar 8. Hubungan Interval Pemberian Air pada Tingkat Pemberian Air Terhadap Jumlah Anakan Umur 16 Mst
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
JUMLAH ANAKAN 16 MST
Ŷ 1 = 7.15+ 1.6A-0.42A2,R2 = 1 Ŷ 2 = tn Ŷ 3 = 6.01+ 3.32A-0.83A2,R2 = 1 Ŷ 4 = 6.3+ 0.9A-0.1A2,R2 = 1 I1 I3 I4
VARIETAS LIMBOTO (V2)
12 10 8 6 4 2 0
2 m m /hari
4 m m /hari
6m m /hari
Tingkat Pem berian Air
Gambar 9. Hubungan Interval Pemberian Air pada Tingkat Pemberian Air Terhadap Jumlah Anakan Umur 16 Mst
Gambar 9 varietas yang di uji juga memiliki respon yang berbeda terhadap interval pemberian air dan tingkat pemberian air pada jumlah anakan umur 16 mst menunjukkan hubungan kuadratik positif pada (I1,I3 dan I4) sedangkan I2 berpengaruh tidak nyata.
Sedangkan gambar 10 varietas yang di uji menunjukkan hubungan
kuadratik positif (I2, dan I4) dan I1 berpola kuadratik nergatif dan I3 berpengaruh tidak nyata.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Ŷ 1 = 12.114-.575A-0.635A2, R2 = 1 Ŷ 2 = 2.17+ 4.495A-1.165A2,R2 = 1 Ŷ 4 = 1.48+ 3.315A -0.695A2,R2 = 1 Ŷ 3 = tn
JUMLAH ANAKAN UMUR 16
VARIETAS LOKAL (V3) I1 I2 I4
8 6 4 2 0 2 m m /hari
4 m m /hari
6 m m /hari
Tingkat Pem berian Air
Gambar 10. Hubungan Jumlah Anakan dengan Tingkat Pemberian Air Terhadap Interval Pemberian Air Umur 16 Mst Bobot Kering Tanaman / rumpun (g) Sidik ragam bobot kering tanaman / rumpun pada umur 3,6, 9 dan 16 MST dapat dilihat pada Lampiran 7. Dari sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan varietas (V) berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering tanaman per rumpun pada semua pengamatan (3, 6, 9 dan 16 MST). Pengaruh interval pemberian air (I) berpengaruh nyata pada 6 MST serta sangat nyata pada umur 9 MST. Sedangkan perlakuan tingkat pemberian air (A) berpengaruh nyata pada umur 3 MST dan 9 MST. Demikian juga dengan interaksi interval pemberian air (I x A) berpengaruh nyata pada umur 9 mst. Berat kering tanaman / rumpun pada perlakuan varietas, interval dan tingkat pemberian air pada pengamatan 3, 6, 9 dan 16 mst tertera pada Tabel 5.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Tabel 5. Tanggap Berat Kering Tanaman / rumpun pada Perlakuan Varietas, Interval dan Tingkat Pemberian Air pada Pengamatan 3, 6, 9 dan 16 Mst Varietas
Berat Kering Tanaman / rumpun (gr) 3 MST
6 MST
9 MST
16 MST
V1 (Batutugi) V2 (Limboto) V3 (Lokal)
0,12 bB 0,20 aA 0,08 cC
1,34 bB 1,66 aA 1,19 cC
22,27 bB 37,12 aA 13,02 cC
112,99 bB 123,83 aA 107,95 cC
I1 (Setiap Hari) I2 (1 x 2 ) I3 (1 x 3 ) I4 (1 x 4 )
0,14 0,14 0,12 0,12
1,38 dD 1,41 aA 1,41 bA 1,39 cC
23,18 25,26 25,21 22,90
114,36 115,52 115,36 114,36
A1(2 mm/251,2 cc) 0,13 b 1,39 23,75 b 114,56 A2(4 mm/502,4 cc) 0,14 a 1,41 24,68 a 115,31 0,13 bb 1,39 23,98 b 114,89 A3(6 mm/753,6 cc) Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5% dan 1% Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 3, 6, 9 dan 16 MST varietas yang terbaik untuk parameter berat kering tanaman / rumpun adalah varietas limboto (V2) dibandingkan dengan varietas batutugi (V1) dan varietas lokal karo (V3). Untuk interval pemberian air 6 mst yaitu pada pemberian satu kali setiap dua hari (I2) memberikan berat kering tanaman / rumpun terberat pada setiap pengamatan dibandingkan dengan I1 (setiap hari), I3 (1x3 hari), dan I4 (1x4 hari). Demikian juga tingkat pemberian air umur 9 mst pada volume air 4 mm/hari = 502,4 cc / polybag (A2) menunjukkan berat kering tanaman / rumpun terbanyak dibandingkan dengan tingkat pemberian pada volume air 2 mm/hari = 251,2 cc/polybag (A1) dan 6 mm/hari = 753,6 cc/polybag (A3).
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Perkembangan berat kering tanaman per rumpun pada tiap varietas padi gogo
Berat Kering Tanaman (g)
seperti tertera pada Gambar 11.
13 9 .5 119 .5 9 9 .5 7 9 .5 5 9 .5 3 9 .5 19 .5 - 0 .5
V1 (Batutugi) V2 (Lim boto) V3 (Lokal)
3 m st
6 m st
9 m st
16 m st
varietas Padi Gogo
Gambar 11. Berat Kering Tanaman (g) Tiap Varietas Padi Gogo Pengamatan Umur 3, 6, 9 dan 16, mst
Berat Kering Tanaman (g) 3 mst
Ŷ = 0.1 + 0.02 A – 0.003 A2, R2 = 1
0.2
0.1
0 2 mm/hari
4 mm/hari
6 mm/hari
Tingkat Pemberian Air
Gambar 12. Berat Kering Tanaman (cm) pada Tingkat Pemberian Air Umur 3 mst
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Berat Kering Tanaman(g) 6 MST
Ŷ = 1.31 + 0.08I - 0.017 I2, R2 = 0.96
2
1
0 0
1
2
3
4
INTERVAL PEMBERIAN AIR (hari)
Gambar 13. Berat Kering Tanaman per rumpun pada Interval Pemberian Air Umur 6 MST Gambar 11 berat kering tanaman per rumpun (g) pada tiap varietas padi gogo umur 3 sampai 16 mst terlihat bahwa varietas limboto (V2) memiliki bobot kering terberat dibandingkan dengan varietas batutugi (V1) dan varietas lokal (V3). Gambar 12 berat kering tanaman per rumpun (g) pada berbagai tingkat pemberian air umur 3 mst menunjukkan pola kuadratik positif begitu juga dengan gambar 13 interval pemberian air 6 mst menunjukkan pola kuadratik positif. Tinggi rendahnya bobot kering tanaman ditentukan oleh laju fotosintesis yang merupakan penimbunan fotosintat selama pertumbuhan. Hal Ini menunjukkan bahwa dengan penambahan jumlah air pada setiap varietas maka akan dapat meningkatkan bobot kering tanaman, tetapi peningkatan volume air sampai batas maksimum akan menurunkan bobot kering tanaman.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Kekurangan air akan mengurangi kegiatan fotosintesis dan dengan demikian dapat mengganggu produksi karbohidrat. Bobot kering meningkat dengan meningkatnya umur tanaman dan peningkatan tertinggi terjadi dari pengamatan ketiga atau dari umur dua bulan ke umur tiga bulan. Hal ini terjadi pada periode tersebut adalah fase reproduktif (inisiasi malai), bunting dan berbunga (De Datta, 1981). Peningkatan fotosintesis akan meningkatkan asimilat, asimilat ini akan di transportasikan keseluruh jaringan tanaman dan pertumbuhan vegetatifnya seperti peningkatan jumlah anakan, perluasan daun dan berat kering tanaman. Prasita dkk (2001) mengatakan bahwa berat kering tanaman mencerminkan akumulasi senyawa organik yang disintesis tanaman dari senyawa anorganik, terutama air dan karbondioksida. Luas Daun Tanaman Sidik ragam luas daun tanaman pada umur 3,6, 9 dan 16 MST dapat dilihat pada Lampiran 8. Dari sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan varietas (V) berpengaruh nyata terhadap luas daun tanaman pada pengamatan 3 MST. Perlakuan tingkat pemberian air (A) berpengaruh nyata pada umur 3,6 dan 16 MST. Luas daun tanaman pada perlakuan varietas, interval dan tingkat pemberian air pada pengamatan 3, 6, 9 dan 16 mst tertera pada Tabel 6. Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pada pengamatan umur 3 mst varietas yang terbaik untuk parameter luas daun tanaman adalah varietas limboto (V2)
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
dibandingkan dengan varietas batutugi (V1) dan varietas lokal karo (V3). Untuk tingkat pemberian air umur 3, 6 dan 16 mst pada volume air 4 mm/hari = 502,4 cc/polybag (A2)
menunjukkan luas daun terlebar dibandingkan dengan tingkat
pemberian pada volume air 2 mm/hari = 251,2 cc.polybag (A1) dan 6 mm/hari = 753,6 cc/polybag (A3). Tabel 6. Luas Daun Tanaman pada Perlakuan Varietas, Interval dan Tingkat Pemberian Air pada Pengamatan 3, 6, 9 dan 16 Mst Perlakuan
Luas Daun Tanaman 3 MST
6 MST
9 MST
16 MST
V1 (Batutugi) V2 (Limboto) V3 (Lokal)
18,34 a 19,34 a 14,37 b
108,59 113,61 105,78
524,22 532,95 519,30
546,57 552,78 538,42
I1 (Setiap Hari) I2 (1 x 2 ) I3 (1 x 3 ) I4 (1 x 4 )
16,85 18,67 17,61 16,19
111,43 114,09 108,35 103,44
522,04 540,35 522,04 501,07
563,98 568,98 533,99 517,06
A1(2 mm/251,2 cc) A2(4 mm/502,4 cc) A3(6 mm/753,6 cc)
16,07 b 18,43 a 17,54 ab
103,15 b 117,02 a 107,80 ab
518,69 545,40 512,38
539,34 ab 569,38 a 529,06 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5% dan 1% Perkembangan tingkat pemberian air terhadap luas daun tanaman umur 3, 6 dan 16 mst terlihat pada Gambar 14. Luas daun tanaman tiap varietas padi gogo dan interval pemberian air umur 6 mst disajikan pada Tabel 7.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Tabel 7. Tanggap Interval Pemberian Air Terhadap Tiap Varietas Padi Gogo Pengamatan Luas Daun 3 MST Luas Daun Perlakuan V1 V2 V3
I2
I1 104.43 b-eABC 104,24 b-eAB 99.21cdeABC
I3
I4
115.69 abcABC 123.82 abAB 130,65 Aa 113.67 a-Dabc 122,32 abcAB 87.56 eC
90.40 deBC 105.87 b-eABC 115.21 abcABC
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 0.05 Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa luas dau tanaman pada 6 mst tertinggi dijumpai pada kombinasi V2I2 ( varietas limboto pada interval pemberian air satu kali setiap dua hari) yaitu 130.65, sedangkan yang terendah dijumpai pada kombinasi V3I1 (varietas lokal pada interval pemberian air setiap hari) yaitu 99.21.
Luas Daun Tanaman
Ŷ 1 = 10.43 + 3.64 A - 0.41 A2, R2 = 1 Ŷ 2 = 65.32 + 24.83 A – 2,95 A2, R2 = 1 Ŷ 3 = 438.94 + 67.79A – 8.79 A2, R2 = 1
50 0
A1
430 360
A2
290 220
A3
150 80 10
3 m st
6 m st Tingkat Pem berian Air
16 m st
Gambar 14. Luas Daun Tanaman pada Tingkat Pemberian Air Umur 3, 6 dan 16 MST
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Gambar 14 terlihat bahwa varietas yang di uji memiliki respon pertumbuhan berpola kuadratik negatif pada umur 3, 6 dan 16 mst , respon pertumbuhan luas daun tanaman yang terluas pada tingkat pemberian air pada volume 4 mm / hari = 502,4 cc/polybag (A2).
LUAS DAUN 9 MST
Ŷ 1 = 61.225+ 52.454V-11.17V2,R2 = 0.9 Ŷ 2 = tn Ŷ 3 = tn V 1 (Batutug i)
150 120 90 60 30 0 0
1
2
3
4
In te r val Pe m be r ian Air (har i)
Gambar 15. Pengaruh Interval Pemberian Air Terhadap Varietas Padi Gogo pada Luas Daun Tanaman Umur 6 Mst Gambar 15 terlihat bahwa varietas yang di uji memiliki respon pertumbuhan yang berbeda varietas (V1) pola kuadratik positif sedangkan varietas limboto (V2) dan varietas lokal (V3) berpengaruh tidak nyata. Hal ini berarti semakin lama interval pemberian air dapat menurunkan luas daun tanaman, dan sejalan dengan bertambahnya umur tanaman luas daun juga meningkat. Salah satu kriteria varietas padi yang akan tumbuh baik pada lingkungan dengan curah hujan terbatas dan merupakan tanaman ideal adalah toleran terhadap kekeringan dan mampu mempertahankan kehijauan selama kekeringan.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Tanaman akibat traspirasi yang begitu besar sedangkan tanaman kekurangan air maka daun tanaman akan layu dan melindungi stomata dari suhu dan cahaya yang panas. Jumlah Malai / rumpun, Jumlah Gabah (Butir per Malai), 1000 Butir Gabah( g) dan Produksi Gabah/rumpun (g). Sidik ragam jumlah malai per rumpun, jumlah gabah (butir per malai) 1000 butir gabah dan produksi gabah dapat dilihat pada Lampiran 9. Dari sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan varietas (V) berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah malai per rumpun, dan produksi gabah per rumpun (g). Pengaruh interval pemberian air (I) berpengaruh sangat nyata pada produksi gabah per rumpun (g). Sedangkan perlakuan tingkat pemberian air (A) berpengaruh nyata pada jumlah malai per rumpun dan sangat nyata produksi gabah per rumpun (g). Jumlah malai / rumpun, jumlah gabah (butir per malai), 1000 butir gabah (g) dan produksi gabah (g) tertera pada Tabel 8. Perkembangan
jumlah malai per rumpun, jumlah gabah, 1000 butir gabah
dan produksi gabah per rumpun tiap varietas padi gogo, interval pemberian air dan tingkat pemberian air tertera pada Gambar 16, 17 dan 18.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Tabel 8. Tanggap Tiap Varietas Padi Gogo, Interval Pemberian danTingkatPemberian Air pada Jumlah Malai / rumpun, Jumlah Gabah (Butir per Malai), 1000 Butir Gabah dan Produksi Gabah Perlakuan Jlh malai/rumpun Jlh Gabah(butir/malai) 1000 Butir Produksi Gabah V1 (Batutugi) V2 (Limboto) V3 (Lokal)
12,27 bB 16,30 aA 7,16 cC
58.24 bB 73.24 aA 46.27 cC
11.51 bB 16.68 aA 9,14 cC
17.67 bB 24.51 aA 12.19 cC
I1 I2 I3 I4
11.87 12.31 12. 27 11.51
58.77 bC 60.10 aA 59.63 aAB 58,08 bBC
11.74 bC 13.0 aA 12.83 aAB 12.13 bBC
17.51 bB 18,85 aA 18,56 aA 17,55 bB
12.41ab 12.81 a 12.11 b
17.92 bB 18.61 aA 17.84 bB
(Setiap Hari) (1 x 2 ) (1 x 3 ) (1 x 4 )
A1(2 mm/251,2 cc) 11.72 b A2(4 mm/502,4 cc) 12.40 a A3(6 mm/753,6 cc) 11.60 ab
58.94 bB 59.95 aA 59.12 bB
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5% dan 1% Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa pada pengamatan jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per rumpun, 1000 butir gabah dan produksi gabah per rumpun varietas yang terbaik adalah varietas limboto (V2) dibandingkan dengan varietas batutugi (V1) dan varietas lokal karo (V3).
Untuk interval pemberian air (I) yaitu pada
pemberian satu kali setiap dua hari (I2) memberikan nilai tertinggi pada jumlah gabah per rumpun, 1000 butir gabah dan produksi gabah per rumpun dibandingkan dengan I1 (setiap hari), I3 (1x3 hari), dan I4 (1x4 hari). Demikian juga tingkat pemberian air (A) pada volume air 4 mm/hari = 502,4 cc/polybag (A2) menunjukkan jumlah malai per rumpun, jumlah gabah, 1000 butir per rumpun dan produksi gabah terbanyak
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
dibandingkan dengan tingkat pemberian pada volume air 2 mm/hari = 251,2 cc/polybag (A1) dan 6 mm/hari = 753,6 cc/polybag (A3).
8 7 7 6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1
0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5
V 1 (B a tu tu g i) V 2 (L im b o to ) V 3 (L o k a l)
ju m la h m a la i
ju m la h 1 0 0 0 p r o d u k s i g a b ah b u t ir g a b a h
Gambar 16 . Jumlah Malai per rumpun, Jumlah Gabah, 1000 Butir Gabah dan Produksi Gabah per rumpun Tiap Varietas Padi Gogo Ŷ1 = 56.72 + 2.66 I – 0.54I2, R2 = 0.92 Ŷ2 = 9.66 + 2.64 I – 0.5I2, R2 = 0.94 Ŷ3 = 15.22 + 2.92 I – 0.582, R2 = 0.97 jumlah gabah 1000 butir gabah produksi gabah P l (j l h b h)
70 60 50 40 30 20 10 0
1
2
3
4
Interval Pem berian Air(hari)
Gambar 17. Pengaruh Interval Pemberian Air pada Jumlah Gabah, 1000 Butir Gabah dan Produksi Gabah
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Gambar 16 terlihat bahwa varietas limboto (V2) menunjukkan jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per rumpun, 1000 butir gabah dan produksi gabah tertinggi dibandingkan dengan varietas batutugi (V1) dan varietas lokal (V3) . Ŷ1 = 9,85 + 1.24 A – 0.15 A2, R2 = 1 Ŷ2 = 56.18 + 1.87 A – 0.23A2, R2 = 1 Ŷ3 = 10.91 + 1.03 A – 0.14A2, R2 = 1 Ŷ4 = 15.6 + 1.48 A – 0.18A2, R2 = 1 jum lah m alai jum lah gabah 1000 butir produksi gabah
65 55 45 35 25 15 5 2 mm
4 mm
6 mm
Tingkat Pem berian Air
Gambar 18. Pengaruh Tingkat Pemberian Air pada Jumlah Malai per Rumpun, Jumlah Gabah, 1000 Butir Gabah dan Produksi Gabah per Rumpun Pada Gambar 17 dan 18 respon menunjukkan hubungan berpola kuadratik positif terhadap jumlah gabah per rumpun, 1000 butir gabah dan produksi gabah. Begitu juga dengan gambar 19 berpola kuadratik positif. Hal ini berarti dengan interval waktu pemberian air
yang lama dan pemberian air setelah mencapai
maksimum maka dapat menurunkan jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per rumpun,1000 butir gabah dan produksi gabah per rumpun.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Menurut Seemen dalam Sitaniapessy (1982) kebutuhan air tanaman adalah jumlah air yang diserap dan di uapkan oleh tanaman untuk membentuk satu kilogram bahan kering yang dinyatakan dalam kehilangan air.
Justika Baharsyah (1983)
menyatakan hampir semua jenis tanaman setahun membutuhkan sedikit curah hujan (± 100 mm bulan-1) pada saat penanaman sampai panen, tetapi memerlukan curah hujan yang lebih banyak (150 – 250 mm bulan
-1
) selama pertumbuhan dan
pembungaan. Jumlah Gabah Hampa / rumpun Sidik ragam jumlah gabah hampa / rumpun dapat dilihat pada Lampiran 10. Dari sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan varietas (V) dan interval pemberian air (I) berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah gabah hampa. Jumlah gabah hampa / rumpun
pada tiap varietas padi gogo, interval
pemberian air dan tingkat pemberian air tertera pada tabel 9. Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa pada pengamatan jumlah gabah hampa per rumpun tertinggi terlihat pada varietas lokal karo (V3) di ikuti varietas batutugi (V1) dan varietas limboto (V2). Untuk interval pemberian air yaitu pada pemberian setiap hari (I1) dan satu kali setiap empat hari (I4) memberikan jumlah gabah hampa per rumpun terbanyak dan yang paling sedikit pada interval pemberian air setiap dua hari sekali (I 2) dan setiap tiga hari sekali (I 3).
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Tabel 9. Tanggap Tiap Varietas Padi Gogo, Interval Pemberian dan Tingkat Pemberian Air pada Jumlah Gabah Hampa / Rumpun Varietas
Jumlah Gabah Hampa / Rumpun
V1 (Batutugi) V2 (Limboto) V3 (Lokal)
31.167 b 25.167 c 34.583 a
I1 (Setiap Hari) I2 (1 x 2 ) I3 (1 x 3 ) I4 (1 x 4 )
31.296 a 28.555 c 30.074 b 31.296 a
A1(2 mm/251,2 cc) A2(4 mm/502,4 cc) A3(6 mm/753,6 cc)
30.194 30.139 30.583
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5% dan 1% Perkembangan
jumlah gabah hampa per rumpun tiap varietas padi gogo
tertera pada Gambar 19. Perkembangan interval pemberian air terhadap jumlah gabah
Hampa/rumpun
Jumlah Polong
hampa per rumpun (g) disajikan pada Gambar 20. 60 50 40 30 20 10 0 V1
V2
V3
V a rie ta s P a d i G o g o
Gambar 19. Jumlah Gabah Hampa per Rumpun Varietas Padi Gogo.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
2
2
Jumlah Gabah Hampa/rumpun
Ŷ = 34.86 + 4.78 I – 0.98 I , R = 0.79
32 31.5 31 30.5 30 29.5 29 28.5 28 0
1
2
3
4
Interval Pemberian Air (hari)
Gambar 20. Pengaruh Interval Pemberian Air Terhadap Jumlah Gabah Hampa per rumpun (g) Pada Gambar 19 terlihat bahwa varietas limboto (V2) memiliki jumlah gabah hampa/rumpun terendah diikuti dengan varietas batutugi (V1) dan varietas lokal (V3). Sedangkan gambar 20 varietas yang di uji memiliki respon menunjukkan hubungan kuadratik negatif terhadap jumlah gabah hampa per rumpun. Hal ini berarti dengan interval pemberian setiap hari (I1) dan interval pemberian setiap empat hari sekali (I4) dapat menaikkan jumlah gabah hampa per rumpun, hal ini dikarenakan tanaman berada pada kapasitas defisit dan surplus air dimana berada pada batasan maksimum jumlah air yang diperlukan oleh tanaman. Laju Asimilasi Bersih (LAB) Sidik ragam laju asimilasi bersih (LAB) dapat dilihat pada Lampiran 11. Dari sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan varietas (V) berpengaruh sangat nyata terhadap laju asimilasi bersih (LAB) 1, dan 2. pemberian air (I) berpengaruh
Pengaruh interval
nyata pada laju asimilasi bersih (LAB) 1 dan
berpengaruh sangat nyata pada laju asimilasi bersih LAB) 2. Sedangkan perlakuan
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
tingkat pemberian air (A) berpengaruh nyata pada laju asimilasi bersih (LAB) 1. pengaruh varietas terhadap interval pemberian air dan tingkat pemberian air (V x Ix A) berpengaruh sangat nyata pada laju asimilasi bersih (LAB) 3. Laju Asimilasi Bersih (LAB) 1, 2 dan 3 tiap varietas padi gogo, interval pemberian air dan tingkat pemberian tertera pada Tabel 10. Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa pada laju asimilasi bersih (LAB) 1 dan 2 varietas yang terbaik adalah varietas limboto (V2) dibandingkan dengan varietas batutugi (V1) dan varietas lokal karo (V3). Untuk interval pemberian air yaitu pada pemberian satu kali setiap dua hari (I2) memberikan laju asimilasi bersih (LAB) 1 dan 2 yang terbaik dibandingkan dengan I1 (setiap hari), I3 (1x3 hari), dan I4 (1x4 hari). Demikian juga tingkat pemberian air pada volume air 4 mm/hari = 502,4 cc/plybag (A2) menunjukkan laju asimilasi bersih (LAB) 1 terbaik dibandingkan dengan tingkat pemberian pada volume air 2 mm/hari = 251,2 cc/polybag (A1) dan 6 mm/hari = 753,6 cc/polybag (A3).
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Tabel 10. Tanggap Tiap Varietas Padi Gogo, Interval Pemberian dan Tingkat Pemberian Air pada Laju Asimilasi Bersih (LAB) 1, 2 dan 3 Varietas
Laju Asimilasi Bersih (LAB) LAB 1
LAB 2
LAB 3
V1 (Batutugi) V2 (Limboto) V3 (Lokal)
0,36 bB 0,45 aA 0,20 cC
7,04 bB 11,86 aA 4,18 cC
21,38 26,00 14,62
I1 (Setiap Hari) I2 (1 x 2 ) I3 (1 x 3 ) I4 (1 x 4 )
0,30 bB 0,37 aA 0,34 abAB 0,34 abAB
7,29 bB 7,96 aA 7,95 aA 7,57 abAB
17,07 23,46 23,18 18,95
A1(2 mm/251,2 cc) A2(4 mm/502,4 cc) A3(6 mm/753,6 cc)
0,31 b 0,36 a 0,34 ab
7,57 7,89 7,62
19,57 21,23 21,20
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5% dan 1% Laju Asimilasi Bersih (LAB) 3 tiap varietas padi gogo, interval pemberian air dan tingkat pemberian air tertera pada Tabel 11. Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa pada laju asimilasi bersih 3 (9-16 mst) tertinggi dijumpai pada kombinasi V2I2A2 (varietas limboto, interval satu kali setiap dua hari dan tingkat pemberian air pada volume 4 mm/hari = 502,4 cc/polybag) yaitu 32.393 pengamatan jumlah gabah (butir/ malai) sedangkan yang terendah di jumpai pada kombinasi V3I1A3 (varietas lokal, interval pemberian air setiap hari dengan tingkat pemberian air pada volume 6 mm/hari = 753,6 cc/polybag) yaitu 1,980.
Tabel 11. Tanggap Interval Pemberian dan Tingkat Pemberian Air Terhadap
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Varietas Padi Gogo pada Laju Asimilasi Bersih (LAB) 3 Laju Asmilasi Bersih Perlakuan V1
I1 I2 I3 4
A1
A2
A3
25.12 d-fE-I 19.94 h-jK-M 18.24 i-K-O 20.70 g-iJ-M
21.54 g-iI-L 24.58 efFG-I 24.08 fgG-J 15.28 lmO-Q
15.77 14.77 32.39 20.67
h-mN-Q lmO-Q bAB g-iJ-M
V2
I1 I2 I3 I4
19.27 h-jL-N 32.06 bBC 24.06 fgG-J 19.34 h-jL-N
26.13 c-f E-H 35.85 aA 30.14 bcB-D 17.33 j-lM-P
27.27 28.69 27.79 27.51
c-eD-G cdC-E c-eD-G c-eD-G
V3
I1 I2 I3 I4
5.09 rS 28.19 cdD-F 13.90 mnO-R 8.88 pqR
11.47 n-pP-R 32.81 bAB 10.77 o-qQR 8.26 qRS
1.98 13.23 23.30 17.50
sS m-oP-R f-hH-K j-lM-P
I
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5% dan 1% Perkembangan laju asimilasi bersih 1 dan 2 tiap varietas padi gogo tertera pada Gambar 21. Perkembangan interval pemberian air terhadap laju asimilasi bersih 1 dan 2 disajikan pada Gambar 22, sedangkan perkembangan tingkat pemberian air terhadap laju asimilasi bersih (LAB) I terlihat pada Gambar 23.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
LAB 1 dan 2
11.1 9.1
V1 (Batutugi) V2 (Lim boto) V3 (Lokal)
7.1 5.1 3.1 1.1 -0.9
LAB 1
LAB 2 VARIETAS PADI G OG O
Gambar 21. Laju Asimilasi Bersih (LAB) 1 dan 2 pada Varietas Padi Gogo. Ŷ 1 = 0.23 + 0.09 I – 0.017 I2, R2 = 0.66 Ŷ 2 = 6.17 + 1.39 I – 0.26 I2, R 2 = 1
LAB 1 dan 2
10 LAB 1 LAB 2
8 6 4 2 0 0
1
2
3
4
Interval Pem berian Air (hari)
Gambar 22. Pengaruh Interval Pemberian Air Terhadap Laju Asimilasi Bersih (LAB) I dan 2
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Ŷ = 0.19 + 0.07A – 0.017A2, R2 = 0.66
0.4
LAB 1
0.3 0.2 0.1 0 2 m m /hari 4 m m /hari Tingkat Pem berian Air
6 m m /hari
Gambar 23. Pengaruh Tingkat Pemberian Air terhadap Laju Asimilasi Bersih (LAB) I Dari Gambar 21 terlihat bahwa varietas limboto (V2) memiliki laju asimilasi bersih (LAB) tertinggi diikuti dengan varietas batutugi (V1) dan varietas lokal (V3) Dari Gambar 22 dan 23 varietas yang di uji memiliki respon menunjukkan hubungan kuadratik negatif terhadap laju aimilasi bersih (LAB) 2 dan 1. Hal ini berarti dengan interval pemberian setiap hari (I1) dan interval pemberian setiap empat hari sekali (I4) menurunkan laju asimilasi bersih,
hal ini disebabkan tanaman
mengalami cekaman air sehingga dapat menekan laju pertumbuhan yang menyebabkan LAB menurun pada interval pemberian air yang lama (I4), begitu juga dengan tingkat pemberian air pada volume 6 mm menurunkan laju asimilasi bersih ini dikarenakan tanaman berada pada batasan maksimum jumlah air yang diperlukan oleh tanaman. Perhitungan laju asimilasi bersih (LAB) di dasarkan pada peningkatan bahan tanaman per unit luas daun selama periode tertentu. Dengan demikian luas daun
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
mempengaruhi besarnya laju asimilasi bersih (LAB). Pada penelitian ini perhitungan laju asimilasi bersih (LAB) juga didasarkan pada luas daun sehingga terjadinya penurunan laju asimilasi bersih, dengan pertambahan umur tanaman disebabkan oleh pertambahan luas daun yang terlalu cepat dan tidak di imbangi oleh pembentukan bahan kering. Respita dkk (2001) menyatakan bahwa hasil fotosintesis kemudian digunakan sebagai bahan baku pertumbuhan diantaranya untuk pemanjangan dan pemekaran batang serta mempertebal daun sehingga meningkatkan bobot kering pertanaman.
Demikian halnya pada LAB 1, 2 dan 3 dimana jika bobot kering
semakin berat satuan waktu maka LAB yang dihasilkan juga semakin tinggi. Perkembangan kombinasi interval pemberian air dan tingkat pemberian air terhadap laju asimilasi bersih (LAB) 3 disajikan pada Gambar 24, 25 dan 26. Ŷ 1 = 26.51- 0.295A-1.095A2,R2 = 1 Ŷ 2= 2.35+ 24.315A-6.725A2,R2 = 1 Ŷ 3 = 8.805A + 8.6133,r = 0.94 Ŷ 4 = tn
LAB 3
varietas Batu Tugi (V1) I1 I2 I3 P l
45 40 35 30 25 20 15 10 2 m m /hari
4 m m /hari
6 m m /hari
Tingkat Pem berian Air
Gambar 24.Pengaruh Interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air terhadap Laju Asimilasi Bersih (LAB) 3
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Ŷ 1 = 6.69+ 15.44A-2.86A2,R2 = 1 Ŷ 2 = tn Ŷ 3 = 9.55+18.72A-4.21A2,R2 = 1 Ŷ 4 = 11.6+ 39.94A-8.96A2,R2 = 1
LAB 3
Varietas Lim boto (V2)
I1 I3 I4
45 40 35 30 25 20 15 10 2 m m /hari
4 m m /hari
6 m m /hari
Tingkat Pem berian Air
Gambar 25. Pengaruh Interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air terhadap Laju Asimilasi Bersih (LAB) 3 Ŷ 1 = 17.16+ 30.185A-7.935A2,R2 = 1 Ŷ 2 = 0.63+ 40.92A - 12.1A2, R2 = 1 Ŷ 3 = tn Ŷ 4 = tn Varietas Lokal (V3)
I1 I2
LAB 3
41 31 21 11 1 2 m m /hari
4 m m /hari
6 m m /hari
Tingkat Pem berian Air
Gambar 26. Pengaruh Interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air terhadap Laju Asimilasi Bersih (LAB) 3
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Dari Gambar 24 varietas yang di uji memiliki respon menunjukkan hubungan kuadratik positif pada interval pemberian air setiap hari (I1) dan setiap dua hari sekali (I2) dan linier negatif pada interval pemberian air setiap tiga hari sekali (I3) serta tidak nyata pada interval pemberian sekali empat hari (I4). Gambar 25 varietas yang di uji menunjukkan hubungan kuadratik positif terhadap interval pemberian air setiap hari (I1), setiap kali tiga hari (I3) dan setiap kali empat hari (I4) sedangkan interval pemberian setiap kali dua hari (I2) berpengaruh tidak nyata. Gambar 26 pengaruh varietas menunjukkan hubungan kuadratik positif pada interval pemberian air setiap hari (I1) dan interval pemberian setiap kali dua hari (I2) sedang pada interval pemberian air setiap kali tiga hari dan empat hari (I3) dan (I4) berpengaruh tidak nyata. Menurut Stoskopf (1981) faktor-faktor yang mempengaruhi LAB adalah suhu, cahaya, CO2, air, umur daun nutrisi mineral jumlah klorofil dan genotip tanaman. Semakin tinggi laju fotosintesis dan semakin rendah penggunaan asimilat dan respirasi maka semakin tinggi laju asimilasi bersih (LAB). Ketersediaan air juga mempengaruhi luas daun tanaman yang tentunya sekaligus berpengaruh terhadap fotosintesis dan LAB. Jika keadaan lingkungan cukup menguntungkan (iklim) laju asimilasi tanaman padi terdapat pada 8 – 12 MST. Pengauh lingkungan terhadap perkembangan tiap varietas dibatasi oleh potensi keturunan dimana tiap varietas mempunyai daya tahan tertentu yang membatasi lingkungan yang tidak mendukung.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Laju Tumbuh Relatif (LTR) Sidik ragam laju tumbuh relatif (LTR) dapat dilihat pada Lampiran 12. Dari sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan varietas (V) berpengaruh sangat nyata terhadap laju tumbuh relatif (LTR) 3. Perlakuan tingkat pemberian air (A) berpengaruh nyata pada laju tumbuh relatif (LTR) 3. Laju tumbuh relatif
(LTR) 1, 2 dan 3 tiap varietas padi gogo, interval
pemberian air dan tingkat pemberian air tertera pada Tabel 12. Tabel 12. Tanggap Tiap Varietas Padi Gogo,Interval Pemberian dan Tingkat Pemberian Air pada Tumbuh Relatif (LTR) 1, 2 dan 3 Varietas
Laju Tumbuh Relatif (LTR) LTR 1
LTR 2
LTR 3
V1 (Batutugi) V2 (Limboto) V3 (Lokal)
0,83 bB 0,90 aA 0,71 cC
0,88 1,03 0,79
0,55 bB 0,71 aA 0,41 cC
I1 (Setiap Hari) I2 (1 x 2 ) I3 (1 x 3 ) I4 (1 x 4 )
0,79 bB 0, 85 aA 0,84 aA 0,78 bB
0,86 0,94 0,93 0,89
0,54 0,57 0,57 0,54
A1(2 mm/251,2 cc) A2(4 mm/502,4 cc) A3(6 mm/753,6 cc)
0,79 bB 0, 83 aA 0,82 aA
0, 91 0,93 0,92
0,56 a 0,57 a 0,54 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 0.05 Tabel 12 dapat dilihat bahwa pada laju tumbuh relatif (LTR) varietas yang terbaik adalah varietas limboto (V2) dibandingkan dengan varietas batutugi (V1) dan varietas lokal karo (V3). Tingkat pemberian air pada volume air 4 mm/hari = 502,4 cc/polybag (A2)
menunjukkan laju tumbuh relatif (LTR) terbaik dibandingkan
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
dengan tingkat pemberian pada volume air 2 mm/hari = 251,2 cc/polybag (A1) dan 6 mm/hari = 753,6 cc/polybag (A3). Laju tumbuh relatif (LTR) menunjukkan potensi pertumbuhan terhadap tanaman pada tiap satuan waktu pada semua perlakuan, nilai LTR tertinggi pada fase vegetatif dan terendah terjadi setelah fase vegetatif, menunjukkan efisiensi produksi bahan kering tanaman berkurang . Jika dicermati LTR 1, 2 dan 3 nampaknya tidak mempengaruhi oleh kemampuan varietas itu sendiri, dalam hal ini bahwa laju tumbuh relatif tidak harus selalu di ikuti oleh kekuatan bobot kering itu sendiri, sehingga bertolak belakang dengan bobot kering persatuan waktu semakin meningkat maka laju tumbuh relatif semakin meningkat, dalam hal ini varietas padi gogo limboto (V2) menunjukkan nilai tertinggi.
Sesuai dengan pendapat Gardner et al (1991) laju
tumbuh relatif tidak meningkatkan adanya laju pertumbuhan yang konstan selama jangka waktu tertentu dari t1 sampai t2; karna hal itu dapat bervariasi dari nilai laju tumbuh relatif. Dugaan sementara bahwa tanggap tanaman setiap masing-masing varietas berbeda kemampuan jaringan tanamannya untuk membentuk fase vegetatif. Laju tumbuh relatif
(LTR) 2
pada tiap varieas padi gogo dan interval
pemberian air tertera pada Tabel 13. Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa laju tumbuh relatif (LTR) 2 tertinggi dijumpai pada kombinasi V2I2 (varietas limboto pada interval pemberian satu kali setiap dua hari) yaitu 1.04 sedangkan yang terendah di jumpai pada kombinasi V3I4 (varietas lokal pada interval pemberian air satu kali setiap empat hari) yaitu 0.75.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Tabel 13. Tanggap Interval Pemberian Air Terhadap Tiap Varietas Padi Gogo Pengamatan LTR 2 LTR 2 Perlakuan V1 V2 V3
I2
I1 0.92 b 1.03 a 0.77 e
0.94 b 1.04 a 0.85 c
I3 0.93 b 1.04 a 0.81 d
I4 0.92 b 1.03 a 0.75 e
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5% dan 1% Perkembangan laju tumbuh relatif (LTR) 1 dan 3 tiap varietas padi gogo dan pengaruh tingkat pemberian air terlihat pada Gambar 27 dan 28.
V1 (Batutugi) V2 (Lim boto) V3 (Lokal)
0.6
0.1 LTR 1
LTR 3
VARIETAS PADI GOG O
Gambar 27. Laju Tumbuh Relatif (LTR) 3 pada Tiap Varietas PadiGogo
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Ŷ1 = 0.51 + 0.04A – 0.005 A2, , R 2= 1 Ŷ2 = 0.7 + 0.05A – 0.006 A2, , R 2= 1
LTR 1 LTR 3 P l (L
0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 2 m m /hari
4 m m /hari
6 m m /hari
Tingkat Pem berian Air
Gambar 28. Pengaruh Tingkat Pemberian Air terhadap Laju Tumbuh Relatif (LTR) 1 dan 3 Dari Gambar 27 terlihat bahwa varietas limboto (V2) memiliki laju tumbuh relatif (LTR) tertinggi diikuti dengan varietas batutugi (V1) dan varietas lokal (V3) Dari gambar 28 terlihat bahwa hubungan LTR pada tingkat pemberian air berpola kuadratikr positif, hal ini menunjukkan ada penambahan laju tumbuh relatif pada setiap pengamatan tetapi turun kembali bila peningkatan jumlah volume air yang diberikan seiring dengan pertambahan umur tanaman. Pengaruh varietas padi gogo dan interval pemberian air terhadap laju tumbuh relatif 2 terlihat pada Gambar 39.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Ŷ 1 = 0.8925+ 0.0365 I-0.0075 I2,R2 = 0.8364 Ŷ 3 = 0.645+ 0.165 I-0.035 I2, R2 = 0.9153 Ŷ 2 = tn 2 V1 V3 P l
LTR 2
1.5
(V1
1 0.5 0 0
1
2
3
4
Interval Pem berian Air (hari)
Gambar 29. Pengaruh Varietas Padi Gogo dan Interval Pemberian Air terhadap Laju Tumbuh Relatif 2 Dari Gambar 29 terlihat bahwa hubungan LTR 2 dengan tingkat interval pemberian air terhadap beberapa varietas padi gogo berpola kuadratik positif kecuali varietas limboto (V2) tidak nyata, hal ini menunjukkan ada penembahan laju tumbuh relatif (LTR) seiring dengan pertamabahn umur tanaman pada setiap pengamatan tetapi turun kembali setelah mencapai maksimum kecuali (V2). Laju tumbuh relatif terjadi pada periode 6-9 mst kemudian menurun menjelang masa reproduktif, hal ini terjadi karena pada periode 6-9 mst terjadi pembentukan anakan dan daun sehingga pertambahan bahan kering lebih cepat. Penurunan laju tumbuh relatif menjelang fase reproduktif pada umur antara 3 dan 4 bulan disebabkan asimilat yang dibentuk digunakan untuk pengisian gabah (De Datta, 1981).
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Kadar Air Tanah (KAT) Sidik ragam kadar air tanah
2, 4, 6, 8 dan 12 MST dapat dilihat pada
Lampiran 13. Dari sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan interval pemberian air (I) berpengaruh sangat nyata pada kadar air tanah 6 dan 8 MST. Perlakuan tingkat pemberian air (A) berpengaruh sangat nyata pada pengamatan 6, 8 dan12 MST. Pengaruh varietas terhadap interval pemberian air (V x I) berpengaruh sangat nyata pada 4 dan 10 mst. Begitu juga pengaruh varietas terhadap tingkat pemberian air (V x A) berpengaruh sangat nyata pada pengamatan 4 dan 10 MST. Kadar air tanah 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 mst pada tapi varietas padi gogo, interval pemberian air dan tingkat pemberian air tertera pada Tabel 13. Tabel 13. Tanggap Kadar Air Tanah 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 MST pada Tiap Varietas Padi Gogo, Interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air Varietas
Kadar Air Tanah (KAT) 6 MST 8 MST 10 MST
2 MST
4 MST
64,79 62,83 66.95
88,81 91,89 94,07
80,57 84,59 86,64
55,09 59,49 60,73
57,63 60,96 60,96
62,04 62,83 63,75
I1 (Setiap Hari) 71,96 I2 (1 x 2 ) 63,01 I3 (1 x 3 ) 67,19 I4 (1 x 4 ) 55,71
94,20 92,84 89,06 90,28
91,02aA 84,33 bAB 81.59 bB 80,81 bB
80,39 Aa 64,95 Bb 46,03 Cc 42,38Cc
83,19 61,51 48,43 45,53
90.87 70.60 45,45 44.28
A1 (2 mm) A2 (4 mm) A3 (6 mm)
58,91 63,82 95.47
76.97 bB 87,46 aA 88.88 aA
54.78 bB 59.24 aA 61.33 aA
54,78 59,53 61,01
58,94 bB 60,94 bB 68.51 aA
V1(Batutugi) V2 (Limboto) V3 (Loka)
58.91 63,81 71,4
12 MST
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5% dan 1%
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Tabel 13 dapat dilihat bahwa pada kadar air tanah 6, 8 dan 10 mst
interval
pemberian air yaitu pada pemberian setiap hari (I1) menunjukkan angka tertinggi terhadap kadar air tanah dibandingkan dengan I2 (1 x 2 hari), I3 (1x3 hari), dan I4 (1x4 hari). Demikian juga tingkat pemberian air pada volume air 6 mm/hari = 753,6 cc/polybag (A3)
menunjukkan angka tertinggi pada pengamatan, 6, 8 12 MST
dibandingkan dengan tingkat pemberian pada volume air 2 mm/hari = 251,2 cc/polybag (A1) dan 4 mm/hari = 502,4 cc/polybag (A2). Turunnya kadar air tanah yang sangat besar terdapat pada perlakuan interval pemberian air setiap empat hari sekali (I4) dan tingkat pemberian air pada volume 2 mm / hari = 251,2 cc/polybag sedangkan kadar air tanah tertinggi terdapat pada interval pemberian air setiap hari (I1) dengan tingkat pemberian air pada volume 6 mm/hari = 753.6 cc/polybag. Hal ini disebabkan oleh pertambahan umur tanaman maka kadar air tanah semakin menurun akibat dari evotranspirasi yaitu peningkatan air yang hilang melalui transpirasi akibat dari peningkatan bobot kering tanaman (Lamid, 1984). Kadar air tanah tiap varietas padi gogo dan tingkat pemberian air
pada
pengamatan 4 dan 10 mst tertera pada Tabel 14.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Tabel 14. Tanggap Tingkat Pemberian Air Terhadap Tiap Varietas Padi Gogo pada Kadar Air Tanah Pengamatan 4 Mst dan 10 Mst KAT 4 MST Perlakuan
A1
A2
A3
KAT 10 MST A
1
A2
A3
V1
84.0bB
91.0 aAB 97.1 aA
51.7 dC
V2
84.1bB
94.4 aA
56.6 b-dA-C 62.0 a-cA-C 64,2 abAC
V3
97.4aA
91.8 aAB 94.5 aA
94.7 aA
54.3cdA-C
61.8 a-cA-C 66.1 abAB
66,7 aA 53,2 cdBC
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5% dan 1% Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa kadar air tanah 4 mst tertinggi dijumpai kombinasi V1A3 (varietas batutugi pada tingkat pemberian air dengan volume 6 mm/hari = 753,6 cc/polybag) yaitu 97.12 sedangkan yang terendah di jumpai pada kombinasi V1A1 (varietas batutugi pada tingkat pemberian air dengan volume 2 mm/hari = 251,2 cc/polybag) yaitu 84.05. Pada pengamatan 10 mst kadar air tanah tertinggi tertinggi dijumpai kombinasi V1A3 (varietas batutugi pada tingkat pemberian air dengan volume 6 mm/hari = 753,6 cc/polybag) yaitu 66,79 sedangkan yang terendah di jumpai pada kombinasi V1A1 (varietas batutugi pada tingkat pemberian air dengan volume 2 mm/hari = 251,2 cc/polybag) yaitu 51.72. Perkembangan varietas padi gogo dan tingkat pemberian air terhadap kadar air 4 dan 10 mst terlihat pada Gambar 30 dan 31.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Ŷ 1 = 73.89+ 11.765A-1.605A2,R2 = 1 Ŷ 2 = 66.22+ 21.685A-3.795A2,R2 = 1 Ŷ 3 = tn Kadar Air Tanah 4 mst
V1 V2
90 75 60 45 30 15 0 2 m m /hari
4 m m /hari
6 m m /hari
Tingkat Pem berian Air
Gambar 30. Pengaruh Tingkat Pemberian Air Terhadap Varietas Padi Gogo pada Kadar Air 4 Mst Ŷ 1 = 7.535A + 42.56,r = 0.77 Ŷ 2 = 48.2+ 10A-1.55A2 R2 = 1 Ŷ 3 = 40.54+ 29.895A-8.555A2,R2 = 1 Kadar Air Tanah 10 mst
V1 V2
90 75 60 45 30 15 0
V3
2 m m /hari
4 m m /hari Tingkat Pem berian Air
6 m m /hari
Gambar 31. Pengaruh Tingkat Pemberian Air Terhadap Varietas Padi Gogo pada Kadar Air 10 Mst Gambar 30 varietas yang di uji memiliki respon yang berbeda terhadap tingkat pemberian air pada kadar air 4 mst varietas batutugi (V1) menunjukkan hubungan linier positif kecuali varietas limboto (V2) dan varietas lokal (V3) menunjukkan hubungan kuadratik positif terhadap tingkat pemberian air yang
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
berbeda. Gambar 31 varietas yang di uji memiliki respon dengan pola kuadratik positif pada varietas limboto (V2) dan varietas karo (V3) sedangkan varietas batu tegi (V1) menunjukkan hubungan pola linier positif. Perkembangan interval pemberian air kadar air terhadap pengamatan 10 mst dan tingkat pemberian air terhadap kadar air 6,8 dan12 mst tertera pada Gambar 32 dan 33.
Ŷ 1 = 92,79 – 3.34 I, r = 0.93 Ŷ 2 = 106.63 + 28,11 I – 2.96 I2, R2 = 0.98
100
6 m st
80
8 m st
60 40 20 I1
I2 I3 Interval Pemberian Air
I4
Gambar 32.Pengaruh Interval PemberianAir pada Kadar Air Tanah Pengamatan 10 Mst
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Kadar Air Tanah 6,8 dan 12 mst
Ŷ 1 = 57.37 +12,07 A-1,14A2, R 2= 1 Ŷ 2 = 51.9 + 1.64 A, r = 0.98 Ŷ 3 = 53,23 + 2,39 A, r = 0.94 6 m st 8 m st 12 m s t
90 75 60 45 30 15 0 2 m m /h ar i
4 m m /h ar i
6 m m /h ar i
T in g k at Pe m b e r ian Air
Gambar 33. Pengaruh Tingkat Pemberian Air pada Kadar Air Tanah Pengamatan 6,8 dan12 Mst Gambar 32 Hubungan Kadar Air Tanah dengan Interval Pemberian menunjukkan respon linier positif pada umur 6 mst sedangkan umur 8 mst menunjukkan kuadratik negatif. Hal ini disebabkan semakin bertambah umur tanaman maka kebutuhan air akan semakin banyak dan tidak di imbangi dengan laju evapotrasnspirasi. Gambar 33 menunjukkan hubungan kuadratik positif pada umur 6 mst, linier negatif pada 8 mst dan linier negatif pada 12 mst, dimana semakin tinggi tingkat pemberian air yang diberikan maka kadar air tanah semakin tinggi. Forest dan Reyniers (1985) menyatakan kebutuhan air tanaman dan evapotranspirasi maksimum (ETM) dan besarnya merupakan perkalian antara evapotraspirasi potensial dengan koefesien tanaman.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Pengaruh varietas padi gogo terhadap tingkat pemberian air menunjukkan bahwa semakin sedikit jumlah volume air dari sejak padi ditugal semakin rendah kadar air tanahnya dan begitu sebaliknya semakin besar volume air yang diberikan maka kadar air tanahnya semakin tinggi, ini diakibatkan oleh perbedaan air yang di uapkan melalui transpirasi dan evaporasi sebagai akibat dari perbedaan bobot kering tanaman pada umur yang berbeda.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Pembahasan
Pengaruh Varietas terhadap Peertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi Gogo Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh sangat nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 3 – 16 minggu setelah tanam (mst). Hal ini di duga karena secara genetis varietas yang di uji berbeda responnya terhadap lingkungan dan memiliki potensi yang sama dalam pertumbuhan tanaman padi serta dapat beradaptasi dengan baik sehingga dapat berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Sejalan dengan pernyataan Nyakpa dkk (1988) menyatakan bahwa setiap varietas memiliki respon yang berbeda terhadap kondisi lingkungan yang berbeda. Tanaman tertinggi diperoleh pada varietas lokal (V3) untuk semua umur pengamatan di ikuti dengan varietas batutugi (V1) dan varietas limboto (V2) ini menunjukkan bahwa potensi varietas tersebut telah nampak pada saat tanaman umur 3 mst sampai umur 16 mst.
Pertumbuhan setiap varietas berbeda pada kondisi
lingkungan yang sama karena setiap varietas memiliki kemampuan genetik yang berbeda tanggapnya terhadap kondisi lingkungannya. Lakitan (1996) menyatakan bahwa peubah tinggi tanaman bukanlah merupakan indikator yang baik untuk mengukur pertumbuhan dan produksi bahan kering sebab meningkatnya ukuran tinggi tanaman tidak hanya disebabkan oleh meningkatnya bahan kering namun juga dapat disebabkan adanya kompetisi antara tanaman dalam perolehan cahaya matahari.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Perlakuan varietas berpengaruh sangat nyata pada jumlah anakan pada umur 3 – 16 mst, varietas limboto (V2) secara genetik memiliki keunggulan dari varietas lainnya dalam hal jumlah anakan sehingga berpengaruh pada jumlah anakan yang dibentuk. Hal ini diduga kemampun varietas limboto (V2) dapat beradaptasi dalam lingkungan dan mempunyai kemampuan dalam hal memaksimalkan penyerapan sinar matahari.
Hasil uji korelasi antara tinggi tanaman dengan jumlah anakan
menunjukkan nilai yang cukup tinggi yaitu r = 0.85 (lampiran 14). Perlakuan varitas berpengaruh sangat nyata pada berat kering tanaman pada awal pertumbuhan masing-masing varietas sudah menunjukkan potensi dalam penumpukan bahan kering tanaman. Varietas mulai menunjukkan bobot kering pada umur 6 – 9 minggu setelah tanam (mst), varietas limboto (V2) memiliki bobot kering tanaman tertinggi pada setiap umur pengamatan di ikuti dengan varietas batutugi (V1) dan varietas lokal (V3) ini menunjukkan bahwa bobot kering dan jumlah anakan mempunyai hubungan yang erat (0.85), semakin banyak jumlah anakan maka bobot kering juga semakin meningkat. Varietas berpengaruh nyata pada umur 3 minggu setelah tanam (mst) dan tidak nyata pada umur pengamatan 6, 9 dan 16 mst. Luas daun terluas terdapat pada varietas limboto (V2) diikuti dengan varietas batutugi (V1) dan varietas lokal (V3). Ini menunjukkan bahwa total luas daun padi gogo sangat dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman itu sendiri, karena variasi pertumbuhan padi gogo dipengaruhi juga oleh umur tanaman, pada umur tertentu varietas memiliki perbedaan karena metabolisme tanaman memiliki respon yang sangat baik terhadap lingkungan walau tidak
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
berpengaruh nyata tetapi dari angka yang ada varietas lomboto (V2) menunjukkan yang terbaik pada semua umur pengamatan sehingga mampu meningkatkan aktivitas sel untuk perluasan daun.
Garner dkk (1991) menyatakan bahwa aktivitas
pembelahan sel dipengaruhi oleh lingkungan dan genetik tanaman, secara genetis tanaman tertentu dapat lebih aktif dalam melakukan pembelahan sel. Perlakuan varietas pada pengamatan luas daun secara umum berpengaruh tidak nyata pada umur 6, 9 dan 16 mst. IRRI (1977) menyebutkan bahwa sifat daun yang dikehendaki adalah daun yang tumbuhnya tegak, kecil, tebal dan pendek. Asumsi tersebut sejalan dengan hasil penelitian terutama jika dihubungkan dengan pengaruh varietas pada luas daun per rumpun dan hasil bobot kering tanaman dimana varietas memberikan pengaruh sangat nyata terhadap bobot kering tanaman namun tidak berpengaruh nyata pada luas daun. Hasil tersebut membuktikan bahwa bobot kering tanaman dipengaruhi oleh luas daun namun dipengaruhi oleh efisiensi fotosintesis, sedangkan efisiensi fotosintesis itu sendiri sangat dipengaruhi oleh luas daun per rumpun. Varietas juga memberikan pengaruh sangat nyata pada jumlah malai, jumlah gabah, berat 1000 butir gabah , produksi gabah dan jumlah polong hampa. Varietas limboto secara konsisten memberikan hasil yang lebih tinggi pada parameter komponen hasil dibandingkan dengan varietas batutugi (V1) dan varietas lokal (V3). Perbedaan hasil dari varietas tersebut di duga disebabkan oleh potensi kemampuan yang berbeda dalam menghasilkan jumlah anakan produktif.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Dari hasil analisis korelasi person antara variabel respon ke yang lainnya berkorelasi nyata kecuali luas daun. Sutoro dkk (1992) menyatakan bahwa terdapat keeratan hubungan antara pertumbuhan dan produksi tanaman dan varietas yang responsif terhadap mutu lingkungan dengan optimal sehingga produksi lebih tinggi. Pengaruh laju asimilasi bersih (LAB) dan laju tumbuh relatif (LTR) berpengaruh sangat nyata pada umur 3-6, 6-9 dan 9-16 mst. LAB dan LTR tertinggi diperoleh pada varietas limboto (V2) di ikuti varietas batutugi (V1) dan varietas lokal (V3), hal ini menunjukkan kemampuan tanaman oleh total luas daun dan berat kering yang lebih besar sehingga produksi semakin meningkat. Hasil penelitian Husin, Toha, Permadi, Prayitno (2005 ) varietas limboto dan batu tugi setelah diadakan rangking berdasarkan varietas yang di tanam di desa Rama Murti kecamatan Seputih Raman Lampung, varietas limboto dan batu tegi menjadi pilihan petani karna produktivitas rata-rata gabah kering (GKP) mencapai 6,7 ton/ha, disamping banyak kelebihan lain seperti tertera pada deskripsi lampiran 3 dan 4. Tanggap Interval Pemberian Air terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi Gogo Empat interval pemberian air telah diuji dalam penelitian ini yaitu pemberian setiap hari (I1), Pemberian satu kali dua hari (I2), Pemberian satu kali tiga hari (I3) dan Pemberian satu kali empat hari (I4). Suhu selama penelitian dirumah kaca berada pada kisaran 29 oC sampai 39 o
C, sedangkan intensitas cahaya diukur sebanyak tiga kali dan tiga tahap yaitu pagi
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
hari sekitar 60 – 70 cal cm-2 hari -1, siang hari 250 -290 cal cm-2 hari
-1
dan sore hari
sekitar 80 – 90 cal cm-2 hari -1. Interval pemberian air berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 3,6 mst dan sangat nyata pada umur 16 mst sedangkan pada umur 9 mst tidak berpengaruh nyata. Berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan 6, 9 dan 16 mst dan tidak nyata pada umur 3 mst. Berat kering berpengaruh nyata 6 dan 9 mst sedangkan pada umur 3 dan 16 mst tidak berpengaruh nyata. jumlah gabah, 1000 butir gabah dan produksi gabah berpengaruh nyata sedang jumlah malai per rumpun jumlah gabah hampa serta kadar air tanah 4 dan 12 mst tidak berpengaruh nyata. Laju asimilasi Bersih (LAB) berpengaruh nyata dan sangat nyata pada semua pengatan. Demikian juga laju tumbuh relatif (LTR) berpengaruh nyata pada pengamatan 1 dan 2 kecuali pada laju tumbuh relatif 3. Pada penelitian ini di duga kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman padi gogo terus meningkat dari awal penanaman sampai fase reproduktif sedangkan parameter tidak berpengaruh nyata terjadi kehilangan air yang tidak begitu besar akibat dari suhu dirumah kaca berada pada kisaran 28 oC dan 29 o
C, dan intensitas cahaya matahari hanya mencapai angka 250-260 cal cm-2 hari -1. Interval pemberian air tidak memberikan pengaruh hal ini diduga kebutuhan
air tanaman adalah untuk mengimbangi kehilangan air melalui evapotranspirasi dari tanaman sehat, tanaman dapat tumbuh dilahan yang luas dimana kondisi air dan kesuburan tanahnya tidak dalam keadaan terbatas serta dapat mencapai produksi potensial pada lingkungan pertumbuhannya (Doorenbos dan Pruitt, 1987).
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Pada semua parameter diperoleh perlakuan (I2) yaitu interval pemberian satu kali setiap dua hari hal ini mencukupi pertumbuhan tanaman padi gogo dan mampu mengimbangi kehilangan air akibat dari transpirasi dan evaporasi, dan terendah pada (I4) Interval pemberian air satu kali setiap empat hari, yang mana jumlah air yang semakin
menurun
dan
mengakibatkan
tanaman
kekurangan
air
sehingga
pertumbuhan tanaman semakin jelek, sedangkan interval pemberian setiap hari I1 terjadi kelebihan air sehingga ruang udara yang tidak cukup untuk difusi oksigen dan mengakibatkan perakaran tanaman terhambat, sedangkan perlakuan I3 interval pemberian satu kali setiap tiga hari pertumbuhan tanaman masih dapat ditolerir tetapi dari hasil yang ada masih berada dibawah perlakuan I2 interval pemberian satu kali setiap dua hari. Soepardi (1983) membagi air tanah dalam tiga bentuk yaitu (1) air bebas atau air berlebihan, yaitu air yang melebihi kapasitas lapang, air ini kurang berguna bagi tanaman; (2) Air tersedia, merupakan air yang terdapat antara kapasitas lapang dan titik layu permanen, air ini tersedia bagi tumbuhan; (3) Air tidak tersedia, yaitu air yang di ikat oleh tanah pada titik layu permanen. Untuk tanaman lahan kering selama pertumbuhan pada kanopi penuh, jumlah kebutuhan airnya adalah sekitar 125 mm per bulan (Oldeman et al., 1979). Forest dan Reyniers (1985) menyatakan kebutuhan air tanaman dan evapotranspirasi maksimum (ETM) dan besarnya merupakan perkalian antara evapotranspirasi potensial dengan koefesien tanaman.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Tanggap Tingkat Pemberian Air terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi Gogo Tingkat pemberian air berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 6 mst dan sangat nyata pada umur 9, 16 mst sedangkan pada umur 3 mst tidak berpengaruh nyata. Berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan pada semua umur pengamatan. Berat kering berpengaruh nyata pada umur 3 dan 9 mst sedangkan pada umur 6 dan 16 mst tidak berpengaruh nyata. Luas daun tanaman berpengaruh nyata pada umur 3,6 dan 16 mst sedang umur 9 mst tingkat pemberian air. Jumlah malai, 1000 butir gabah berpengaruh nyata sedangkan Jumlah gabah dan produksi gabah berpengaruh sangat nyata. Jumlah gabah hampa tidak berpengaruh nyata. kadar air tanah berpengaruh sangat
nyata pada semua pengamatan. Laju asimilasi Bersih
(LAB) berpengaruh nyata pada pengamatan 3-6, sangat nyata pada pengamatan 9-16 dan tidak berpengaruh nyata pada pengamatan 6-9 mst. Demikian juga laju tumbuh relatif (LTR) berpengaruh sangat nyata pada pengamatan 3-6, berpengaruh nyata 9-16 mst dan tidak nyata pada pengatan 6-9 mst. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemberian air pada volume 4 mm (A2) per hari memberikan respon yang terbaik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman padi gogo dibandingkan dengan pemberian air pada volume 2 mm per hari (A1) dan 6 mm per hari (A2). Hal ini disebabkan kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman padi gogo mencapai maksimum pada volume 4 mm per hari (A2) sedangkan pada volume 2 mm per hari ( A1) tanaman mengalami defisit air sedangkan pada volume 6 mm per hari (A3) tanaman mengalami surplus air.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan jumlah air yang diterima pada interval waktu yang berbeda pada fase tumbuh yang sama. Pada tingkat pemberian air 4 mm (A2) keadaan pemberian tersebut sesuai dengan kebutuhan air tanaman padi gogo yaitu kebutuhan air meningkat sejak tanam dan terbanyak pada stadia pembungaan (Israelsen dan Hansen, 1962; Oldeman dan Free, 1982; Hamzah, 1984). Untuk mengetahui perbedaan curah hujan antara tingkat pemberian air (2 mm, 4 mm, dan 6 mm) serta pengaruh interval pemberian air (curah hujan) selama setiap hari (I1), satu kali dua hari (I2), satu kali tiga hari (I3) dan satu kali empat hari(I4) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman maka dilakukan percobaan dirumah kaca. Bila curah hujan pada fase vegetatif sangat tinggi sedangkan pada fase reproduktif sangat rendah maka hasil akan turun (Jana dan De Datta, dalam De Detta dan Vergara, 1985). Laju kebutuhan tanaman sejalan dengan laju transpirasi (Tomar dan O’toole dalam Oldeman dan Free, 1982). Transpirasi tanaman padi meningkat mulai dari awal pertumbuhan dan mencapai 3-4 mm hari
-1
pada tingkat pertumbuhan jumlah
anakan maksimum. Pengaruh Kombinasi Interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo Kombinasi kedua faktor perlakuan interval pemberian air dan tingkat pemberian air berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan pada umur terhadap jumlah anakan 6 dan 16 mst juga laju asimilasi bersih (LAB) 3.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Hasil penelitian diperoleh angka kombinasi perlakuan tertinggi pada varietas batutugi (V1), varietas limboto (V2) dan varietas lokal (V3) yaitu pada kombinasi I2 A2 (interval satu kali setiap dua hari pada volume 4 mm/hari) dan terendah terdapat pada kombinasi perlakuan I4A1 (interval setiap kali empat hari pada volume 2 mm/hari = 251,2 cc/polybag) dan I1A3 (pemberian setiap hari pada volume 6 mm/hari = 753,6 cc/polybag). Hal ini diduga interval pemberian air satu kali setiap dua hari (I2) dengan volume 4 mm/hari merupakan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman padi gogo, sedangkan kombinasi interval pemberian I4A1 (interval satu kali setiap empat hari pada volume 2 mm/hari) dan I1A3 (pemberian setiap hari pada 6 mm/hari) menunjukkan jumlah anakan terendah dimana terjadinya kekurangan suplai air dan juga suplai air yang berlebihan. Kebutuhan air tanaman dipengaruhi oleh besarnya evaporasi dan transpirasi (Suparman, 1987). Jumlah air yang harus diberikan untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi dan untuk menghindari kelebihan air harus disesuaikan dengan kemampun tanah memegang air, air yang tersedia bagi tanaman terletak antara kapasitas lapang (pF 2,7) dan titik layu permanen (pF 4,2) (Sopardi, 1979). Kekurangan air tanaman dapat di sebabkan oleh kehilangan air yang berlebihan atau kurangnya air absorbsi oleh akar atau dapat juga oleh keduanya (Kramer, 1983). Beberapa kerusakan akibat kekeringan yaitu fotosintesis menurun akibat stomata dan aktivitas kloroplas menurun, inisiasi daun pada jaringan maristem
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
lambat, pembelahan dan pembesaran sel terganggu, perluasan daun terhambat, penuaan lebih cepat, mengurangi pembentukan gabah. Dengan demikian agar air cukup perlu perencanaan yang tepat (BPTP, 1999).
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Varietas yang paling adaptif terhadap kekeringan (interval pemberian air dan tingkat pemberian air) serta yang paling tanggap terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman adalah varietas limboto. 2. Interval pemberian air 1 x 2 hari paling efektif untuk pertumbuhan dan produksi semua varietas yang di uji. 3. Tingkat pemberian air (volume air) untuk pertumbuhan dan produksi tanaman semua varietas terdapat pada tingkat pemberian (volume 4 mm/hari = 502,4 cc/polybag) untuk interval 1 x 2 hari. 4. Pertumbuhan dan produksi tanaman terbaik dijumpai pada kombinasi inteval satu kali setiap dua hari dengan volume 4 mm/hari = 502,4 cc/polybag).
Saran Untuk memperoleh hasil padi gogo yang memadai perlu ditetapkan waktu bertanam yang tepat yaitu dengan curah hujan 15 hari dalam sebulan dengan volume air 4 mm/hari dengan menggunakan varietas limboto.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 1990. Pengaruh Kekeringan pada Padi Sawah. Laporan Kemajuan Penelitian Seri Agron. Padi. LP3. Bogor. Biro Pusat Statistik. 1999. Statistic of year 1999. BPS, Jakarta. BPTP. 1999. Padi. Pusat Penelitian Pengembangan Tanaman Pangan Bogor, Bogor. BPTP. 1994. Kekurangan Air dan Kerusakan yang diakibatkannya. (Sebuah Rangkuman). Medan. Brady, N.C. , 1974. The Nature and Properties of Soils. Mac Millan Pub. Co. Inc. New York. hal 639 De Datta, S.K. 1981. Principles and Practises of Rice Production. John Wiley Sons. New York. 618p De Datta, S.K., and R. Feuer. 1975. Soil on Which Upland Rice is Grown. InMajor Research in Upland Rice. Los Banos, Philippines. IRRI. Gardner, F. P; R.B. Peerce and R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan dari Physiologi of Crop Plants. Oleh Susilo H. Penerbit UI Press Jakarta. Harahap, Z., Suwarno, E. Lubis dan T. W. Susanto. 1995. Padi Unggul Toleran Kekeringan dan Naungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Hal 21 Herawati, T., dan Saaludin, D. 1995. Pengaruh Naungan Pada Berbagai Stadia Per tumbuhan Terhadap Hasil Dan Komponen Hasil Tiga Varietas Kedelai (Glycine max (L) Merr). Majalah Ilmiah Universitas Jambi No. 44.Universitas Jambi. hal 59 Hale, M. G. and D. M. Orcutt. 1987. The Physiology of Plants under Stress. JohnWiley and Sons, New York. 206 p. Hidayat, A., M. Toha, K. Permadi. 1997. Ketersediaan Sumberdaya Laha danArahan Pemamfaatan untuk Beberapa Komoditas. Prosiding Pertemuan Pembahas dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Hal 1-20
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Horrie, T. , 1990. Studies on Photosyntesis and Primary Production Rice Plants in Relation to Meteorological Enviromenment. 3. a Model for Stimulation of Net Photosythesis, Transpiration and Imperatures of a leaf and Test of Is Validity, J. Agri. Meteor. Hal 35. http://tumoutou. net/702-07134/supijono.htm 2007. http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/files/06-lahan.pdf 2007 Israelsen, W and V. E Hansen. 1962. Irrigation Principles and Practices. John Wiley and Sons Inc, New York, London Justika Baharsyah., S. 1983. Sumberdaya Tanaman untuk Memamfaatkan Keadaan Iklim secara Efesien. Rapat Teknis Klimatologi Pertanian. DirektoratPerlindungan Tanaman, Departemen Pertanian. 29 p. Las. I dan A. M. Fagi., 1988. Lingkungan Tumbuh Padi dalam Padi I. Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. hal: 167 Las, I., 1985. peta Agroklimat dan Potensi Pertanaman Berdasarkan Sifat Hujan dan Tanah. Suatu Pemikiran Seminar Ballitan. Bogor. 1985. Padi Palawija. Ballitan Bogor. Hal 151 Lubis, E., Z. Harahap, M.Diredja dan B. Kustianto. 1993. Perbaikan Varietas Padi Gogo. Dalam M. Syam, Hermanto, A. Musaddad dan Sunihardi (Eds.), hal. 437. Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian. Miyasaka, A., K. Munakata. S. Akita and Y. Murata. 1969. Studies on the Photosyntesis and Respiration of Rice Population Trough Continuous Measurement. 3. djurnal Changes of the Photosyntesis. Proc. Crop. Sci-Soc. Japan 30 (suppl. 2). 41-42p.
Murata, Y. 1961. Studies on photosynthesis in Rice Plants and its Cultural Significance. Bul. Nat. Inst. Agri. Sci, D.9 : 1-169 Murty, K.S., S.K. Dey, P. Swain, and M.J. Baig. 1992. Low Light Adapted Restorers of Different Maturity Duration for Hybrid Rice Breeding. Int. Rice Res. Newsletter. 17p Murty, K.S., and G. Sahu. 1987. Impact of Low Ligh Stress on Growth and Yield of Rice.p.94. in S.K.Dey and M.J. Baig (Eds), pp 94. Weather and Rice, Proc. International Workshop on impact of Weather Parameters on Growth andyield of Rice. IRRI. Los Banos. Phillipines.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Oldeman, L.R. 1984. Upland Rice Growing Evironmeat. Methot forCharacterization and Zonation in Asia an Overview of Upland Rice Research. IRRI, LosBanos, Philippines. 247p. Oldeman, L.R., I. Las., and S. N. Darwis. 1979. An Agroclimatic map of Sumatera. Contr. Cent. Res . Inst. for Agric. 52p. Ponnamperuma, F. N., 1975. Growth Limiting Factors of Aerobic Sil. In Major Research In Upland Rice. Los Banos, Philippines : IRRI. Rusprasita, Y; L. Austina; Syekh dan M. E. Premono. 2001. Status dan Efisiensi Nitrogen selama Pertumbuhan Tanaman. Jurnal Biosain V0l. 1. No.1 Pasuruan. Sarief, S. E., 1996. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung. hal 49 Santosa, 1993. Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. hal 40,78 Siregar, H., 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya, Bogor. hal 39.Stansel, J.W, C. N. Bollich, J.R. Thysell and V.L. Hall, 1965. The influence of Light Intensity and Nitrogen Fertility on Rice Yields Components. Rice. Hal 68. Suparyono, dan Setyono., A., 1997. Mengatasi Permasalahan Budi Daya Padi. Penebar Swadaya. Jakarta. Stoskopf, N.C. 1981. Understanding cop Production. Reston Publishing Company. Inc. Reston, Virginia A Prentile – Hall Company. 433 p. Trikoesoemaningtyas. 2001. Fisiologi dan Pewarisan Sifat Efisiensi Kalium dalam Keadaan Tercekam Aluminium pada Padi Gogo (Oryza sativa L.). Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Weaver, J.E. and F. E. Clement. 1980. Plant Ecology. Tata Mc. Grow Hill Publishing Co. Ltd, New Delhi. 121p
www. Warintek, Progressio.or.id/Pertanian /Padi.htm.2007. Yoshida, S,. 1981. Fundamental of Philippines. 269p.
Rice Crop. Science. IRRI, Los Banos,
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
LAMPIRAN 1. LABORATORIUM
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Lampiran 2. Deskripsi Padi Gogo Varietas Batutugi Nomor Pedigri Golongan Umur Tanaman Bentuk Tanaman Tinggi Tanaman Anakan Produktif Warna kaki Warna Batang Warna Telinga Daun Warna Lidah Daun Warna Helai Daun Muka Daun Posisi Daun Daun Bendera Bentuk Gabah Warna Gabah Kerontokan Kerebahan Tekstur Nasi Bobot 1000 Butir Kadar Amilosa Hasil Ketahanan Katahanan
: TB154E-TB-2 : Cere : 116 hari : Tegak : 124 cm : Sedikit : Hijau : Hijau : Tidak Bewarna : Tidak Bewarna : Hijau : Kasar : Tegak : Mendatar : Bulat Sedang : Kuning Bersih : Sedang : Tahan : Pulen : 25 gram : 22.3 % : 3.0 t/ha gabah kering giling :Tahan terhadap blas daun, blas leher, bercak daun coklat, agak toleran terhadap keracunan Al dan bereksi moderat terhadap kekeringan.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Lampiran 3. Deskripsi Padi Gogo Varietas Limboto Nomor pedigri Golongan Umur Tanaman Bentuk Tanaman Tinggi Tanaman Anakan Produktif Warna kaki Warna batang Warna Daun Telinga Warna Lidah Daun Warna Daun Muka Daun Daun Bendera Bentuk Gabah Warna Gabah Kerontokan Kerebahan Tekstur Nasi Potensi Hasil Bobot 1000 Butir Kadar amilosa Ketahanan terhadap Hama dan Penyakit Anjuran
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
S3385-5e-16-3-2 Care 105 hari Tegak 95 – 100 cm 13 – 15 batang Hijau Hijau Putih Putih Hijau Kasar sebelah bawah daun Tegak Ramping Kuning bersih Sedang Sedang Pulen 3 – 5 ton/ha 26 – 27 gram 23 %
: Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3, tahan lalat bibit, tahan penyakit blas, kekeringan dan Al. : Cocok ditanam dilahan sawah maupun lahan kering pada musim hujan, untuk lahan kering sebaiknya tidak lebih dari 500 m dpl
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Lampiran 4. Konversi Pemberian Air
Luas Permukaan Polybag Π . r 2 = 3,14 x 20 cm x 20 cm = 1256 cm2 Tinggi Air 2 mm = 1256 cm 2 x 2 mm = 1256 cm2 x 0,2 cm = 251,2 cm3 = 251,2 cc = 251,2 ml Tinggi Air 4 mm = 1256 cm 2 x 4 mm = 1256 cm 2 x 0,4 cm = 502,4 cm3 = 502,4 cc = 502,4 ml Tinggi Air 6 mm = 1256 cm2 x 6 mm = 1256 cm2 x 0,6 cm = 753,6 cm3 = 753,6 cc = 753,6 ml
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Lampiran 5. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman pada Berbagai Umur Pengamatan Sumber Keragaman
KT db ---------------------------------------------------------------------------3 MST 6 MST 9 MST 16 MST
Blok 2 Varietas (V) 2 Galat (V) 4 Interval Pemberian Air (I) 3 I- linier 1 I- kuadratik 1 I- kubik 1 Interaksi V x I 6 Galat I 18 Tingkat Pemberian Air (A) 2 A-linier 1 A-kuadratik 1 Interaksi V x A 4 Interaksi I x A 6 Interaksi VxIxA 12 Galat 48 Total KK (%) V KK (%) I KK (%) A
107
0,64 tn 8402,25 ** 0,086
3,88 ** 7621,99** 0,211
3,74 tn 27098,85 ** 0,565
5,25 tn 25720,18** 6.141
2,41 * 0,03 tn 7,17 ** 0,03 tn 1,21 tn 0,58
4,55 * 0,31 tn 13,17 ** 0,17 tn 3,55 tn 1,38
14,65 3,55 tn 40,33 ** 0,06 tn 0,74 tn 0,98
19,94 ** 0,00 tn 59,41 ** 0,40 tn 2,10 tn 1,94
1,20 tn 0,00 tn 2,40 tn 1,02 tn 0,50 tn 1,15 tn 0,80
3,21 * 0,45 tn 5,96 * 0,66 tn 2,16 tn 1,61 tn 1,18
9,25 ** 4,45 * 14,06 ** 2,18 tn 1,53 tn 1,41 tn 0,92
11,56 ** 5,89 tn 17,23 ** 1,14 tn 4,53 tn 1,99 tn 2,08
-
-
-
-
0,59 1,53 1,79
0,62 1,59 1,47
0,56 0,74 0,72
1,66 0,93 0,96
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan pada Berbagai Umur Pengamatan Sumber Keragaman
KT db ---------------------------------------------------------------------------3 MST 6 MST 9 MST 16 MST
Blok 2 Varietas (V) 2 Galat (V) 4 Interval Pemberian Air (I) 3 I- linier 1 I- kuadratik 1 I- kubik 1 Interaksi V x I 6 Galat I 18 Tingkat Pemberian Air (A) 2 A-linier 1 A-kuadratik 1 Interaksi V x A 4 Interaksi I x A 6 Interaksi VxIxA 12 Galat 48 Total KK (%) V KK (%) I KK (%) A
107
0,66 tn 3,69 ** 0,149
0,16 tn 42,81** 0,218
0,13 tn 67,73 ** 0,058
0,47 tn 74,62 ** 0,273
0,22 tn 0,05 tn 0,36 tn 0,26 tn 0,39 ** 0,58
1,64 ** 0,69 * 3,80 ** 0,43 * 0,36 tn 0,12
1,06 ** 0,24 tn 2,93 ** 0,00tn 0,16 tn 0,12
3,96 ** 5,79 ** 5,65 ** 0,43 tn 0,58 tn 0,22
0.63 ** 0,11 tn 1,15** 0,07 tn 0,15 * 0,01 tn 0,06
1,06 ** 0,02 tn 0,09 ** 0,02 tn 0,42 ** 0,17 * 0,07
1,02 ** 0,09 tn 1,95 ** 0,06 tn 0,21 * 0,05 tn 0,08
3,07 ** 1,84 * 4,31 ** 0,77 tn 2,32 ** 1,33 ** 0,31
-
-
37,34 29,68 24,38
12,20 9,17 7,01
4,05 5,86 4,80
7,45 6,63 7,89
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Lampiran 7. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Tanaman per Rumpun pada Berbagai Umur Pengamatan Sumber Keragaman
KT db ---------------------------------------------------------------------------3 MST 6 MST 9 MST 16 MST
Blok 2 Varietas (V) 2 Galat (V) 4 Interval Pemberian Air (I) 3 I- linier 1 I- kuadratik 1 I- kubik 1 Interaksi V x I 6 Galat I 18 Tingkat Pemberian Air (A) 2 A-linier 1 A-kuadratik 1 Interaksi V x A 4 Interaksi I x A 6 Interaksi VxIxA 12 Galat 48 Total KK (%) V KK (%) I KK (%) A
107
0,00 ** 0,13 ** 0,000
0,00 tn 2,11** 0,002
4,23 tn 5317,34 ** 0,696
2,51 tn 2369,37 ** 1,319
0,00 tn 0,00 tn 0,01 * 0,00 tn 0,00 tn 0,00
0,01* 0,00tn 0,02** 0,00 tn 0,00tn 0,00
42,52 ** 1,70 tn 125,80 ** 0,05 tn 2,28 tn 1,51
9,84 tn 0,01 tn 29,13 ** 0,37 tn 3,75tn 3,44
0.00 * 0,00 tn 0,00 * 0,00 tn 0,00 tn 0,00 tn 0,00
0,00 tn 0,00 tn 0,01 * 0,00 tn 0,00 tn 0,00 tn 0,00
9,54* 0,90 tn 18,17 ** 0,54tn 5,52 * 2,05 tn 2,07
-
-
7,41 8,56 9,00
3,47 2,91 3,15
3,45 5,09 5,96
5,10 tn 2,03 tn 8,17 tn 3,48 tn 5,50 tn 3,16 tn 3,38 1,00 1,61 1,60
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam Luas Daun Tanaman pada Berbagai Umur Pengamatan Sumber Keragaman
KT db ---------------------------------------------------------------------------3 MST 6 MST 9 MST 16 MST
Blok 2 Varietas (V) 2 Galat (V) 4 Interval Pemberian Air (I) 3 I- kuadratik 1 I- kubik 1 Interaksi V x I 6 Galat I 18 Tingkat Pemberian Air (A) 2 A-linier 1 A-kuadratik 1 Interaksi V x A 4 Interaksi I x A 6 Interaksi VxIxA 12 Galat 48 Total KK (%) V KK (%) I KK (%) A
107
87.86 tn 248.60 * 26.189
214.45 tn 529.37 tn 3255,517
4629.18 tn 1815.17 tn 26153.351
65210.27 tn 1866.00 tn 40728.030
33.39 tn 76.46 tn 10.99 tn 51.21 tn 29.48
524.23tn 348,23tn 124.41tn 2447,14** 463,76
23224.37 tn 3349.46 tn 494,12 tn 12680.56 tn 8752.51
16372.98 tn 41559.63* 3156.84tn 4402.47tn 8920.58tn
51.27 * 38.88 tn 63.67 * 13.91 tn 7.67tn 11.53tn 14.90
1876.65 * 389.95 tn 3363.35 * 641.55 tn 652.10tn 460.60 tn 801.13
11253.54tn 812.99 tn 21694tn 5365.81tn 3804.38 tn 8267.33 tn 7383.88
15803.76 * 1902.01 tn 29705.52 * 5520.33 tn 3217.35tn 7915.38tn 6385.58
29.49 26.08 22.25
52.14 19.68 25.87
30.78 17.81 16.36
36.97 18.39 14.64
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Lampiran 9. Daftar Sidik Ragam Komponen Hasil Sumber Keragaman
KT db ---------------------------------------------------------------------------Jml Malai Jml Gabah 1000 Butir Produksi Gabah
Blok 2 Varietas (V) 2 Galat (V) 4 Interval Pemberian Air (I) 3 I- linier 1 I- kuadratik 1 I- kubik 1 Interaksi V x I 6 Galat I 18 Tingkat Pemberian Air (A) 2 A-linier 1 A-kuadratik 1 Interaksi V x A 4 Interaksi I x A 6 Interaksi VxIxA 12 Galat 48 Total KK (%) V KK (%) I KK (%) A
107
4,32 tn 758,99 ** 3,091
6,67 * 6568,74** 0,763
0,3tn 534,64 ** 3,368
3,83 tn 1,64 tn 9,77 tn 0,09 tn 0,66 tn 2,94
11.53 * 0,21 tn 31,59 ** 2.79tn 1.77 tn 1,14
10,38* 1,17 tn 28,21 ** 1,75 tn 0,37tn 1,08
12,94 ** 0,04 tn 37,65 ** 1,13 tn 1,87 tn 1,10
4,61 * 0,31 tn 8,92 * 1,06 tn 1,08 tn 1,74 tn 1,37
10.56 ** 0,01 tn 21.11 ** 0,88 tn 4,12 ** 4,64 tn 0,98
4,48 * 1,60tn 7,35 * 0,96 tn 3,64 * 0,98 tn 1,16
6,68 ** 0,09 tn 13,26 ** 0,10 tn 2,80 tn 1,57 tn 1,15
14,66 14,30 9,75
1,47 1,80 1,67
14,75 8,34 8,67
0,75 tn 1373,54 ** 0,710
4,65 5,80 5,92
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Jumlah Gabah Hampa / Rumpun Sumber Keragaman
db
Blok 2 Varietas (V) 2 Galat (V) 4 Interval Pemberian Air (I) 3 I- linier 1 I- kuadratik 1 I- kubik 1 Interaksi V x I 6 Galat I 18 Tingkat Pemberian Air (A) 2 A-linier 1 A-kuadratik 1 Interaksi V x A 4 Interaksi I x A 6 Interaksi VxIxA 12 Galat 48 Total KK (%) V KK (%) I KK (%) A
107
KT 1.33tn 818.08** 4.17 45.71** 3.11 tn 106.01** 28.02 tn 13.01tn 6.53 2.11tn 2.72 tn 1.50 tn 11.94tn 11.67 tn 7.80 tn 6.77 6.74 8.43 8.59
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Lampiran 11. Daftar Sidik Ragam Berat Laju Asimilasi Bersih (LAB) 1, 2 dan 3 Sumber Keragaman
KT db ---------------------------------------------------------------------------LAB 1 LAB 2 LAB 3
Blok 2 Varietas (V) 2 Galat (V) 4 Interval Pemberian Air (I) 3 I- linier 1 I- kuadratik 1 I- kubik 1 Interaksi V x I 6 Galat I 18 Tingkat Pemberian Air (A) 2 A-linier 1 A-kuadratik 1 Interaksi V x A 4 Interaksi I x A 6 Interaksi VxIxA 12 Galat 48 Total KK (%) V KK (%) I KK (%) A
107
0,00 tn 0,58 ** 0,005
0,12tn 542,28** 0,228
2,04 tn 1179,90** 4,468
0,02 * 0,01 tn 0,04 * 0,02 tn 0,00 tn 0,00
2,85** 0,95 tn 7,48** 0,12 tn 0,49tn 0,53
269,80** 38,69 ** 760,87 ** 9,84 * 200,04 ** 1,96
0.02 * 0,01 tn 0,03 * 0,00 tn 0,00 tn 0,01 tn 0,01
1,08tn 0,06 tn 2,11 * 0,64tn 0,51 tn 0,48 tn 0,50
21,78 20,53 23,63
-
32,57 ** 47,81 ** 17,33 ** 17,96 ** 162,69 ** 138,13 ** 2,37 -
6,21 9,46 9,20
10,23 6,77 7,45
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Berat Laju Tumbuh Relatif (LTR) 1, 2 dan 3 Sumber Keragaman
KT db ---------------------------------------------------------------------------LTR 1 LTR 2 LTR3
Blok 2 Varietas (V) 2 Galat (V) 4 Interval Pemberian Air (I) 3 I- linier 1 I- kuadratik 1 I- kubik 1 Interaksi V x I 6 Galat I 18 Tingkat Pemberian Air (A) 2 A-linier 1 A-kuadratik 1 Interaksi V x A 4 Interaksi I x A 6 Interaksi VxIxA 12 Galat 48 Total KK (%) V KK (%) I KK (%) A
107
0,00 tn 0,35 ** 0,001
0,00tn 0,50** 0,002
0,01 ** 0,82 ** 0,000
0,03 ** 0,00 tn 0,09 ** 0,00 tn 0,01 tn 0,00
0,01** 0,00 tn 0,03** 0,00 tn 0,00* 0,00
0,00 tn 0,00 tn 0,01 * 0,00 tn 0,01tn 0,00
0.01 ** 0,01 * 0,01 * 0,00 tn 0,01 tn 0,00 tn 0,00
0,00tn 0,00 tn 0,00 0,00tn 0,00 tn 0,00 tn 0,00
0,01 * 0,01 tn 0,00 * 0,00 tn 0,00 tn 0,00 tn 0,00
-
2,75 7,10 5,65
4,35 3,30 4,24
1,86 9,08 8,33
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Lampiran 13. Daftar Sidik Ragam Kadar Air Tanah (KAT) 2, 4, 6, 8 10 dan 12 MST Sumber Keragaman
Kadar Air Tanah (KA db ---------------------------------------------------------------------------2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST
Blok 2 97,9 tn Varietas (V) 2 33,6 tn Galat (V) 4 613,7 Interval Pemberian Air (I) 3 1203,6* I- linier 1 3243,0** I- kuadratik 1 43,9tn I- kubik 1 324,0 tn Interaksi V x I 6 224,6 tn Galat I 18 245,7 Tingkat Pemberian Air (A) 2 1279,2** A-linier 1 2535,0** A-kuadratik 1 23,3tn Interaksi V x A 4 342,9tn Interaksi I x A 6 892,7* Interaksi VxIxA 12 192,8tn Galat 48 213,2 Total KK (%) V KK (%) I KK (%) A
107
38,43 24,31 22,65
154,4tn 154,8tn 180,6tn 200,5tn 343,5tn 255,9tn 30,3 513,2 474,1 115,8tn 582,4** 277,6tn 1506,2** 18,4tn 235,7tn 51,5tn 5,3tn tn 123,9 193,3 tn 92,5 84,5 433,9** 1525,0** 864,1** 2554,1** 3,8tn 496,0* 290,0** 186,3tn 60,1tn 292,9tn 102,6tn 90,8tn 51,0 88,5 5,98 10,44 7,75
26,83 10,89 11,15
473,0tn 114,8tn 338,8
8442,2** 7944,5** 23909,7** 21451,1** 944,60* 2379,0** 472,57tn 3,3tn tn 199,65 323,95tn 228,5 209,2 403,2** 772,7** 33,7tn 12,7tn 142,4tn 126,0tn 72,7
13435,96 tn 36719,8** 2464,0** 1124,13** 227,0tn 165,8
232,6 tn 916,8** 392,5 tn 1647,7** 72,7 tn 185,8tn 622,1** 132,4tn 382,3** 231,0tn 198,0 tn 74,5tn 115,1 141,6 -
37,25 25,86 14,59
280,5 tn 59,0 tn 939,8
30,85 24,24 1,98
48,82 20,51 18,95
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Lampiran 14. Matriks Korelasi antara Berbagai Peubah dari Kombinasi Perlakuan Varietas, Interval Pemberian dan Tingkat Pemberian Air
Korelasi Tinggi Tanaman Luas Daun Berat Kering Tanaman Jumlah Anakan Jumlah Gabah Jumlah Malai Produksi Gabah 1000 Butir Gabah Kadar Air Tanah LAB III LTR III Jumlah Gabah Hampa
Tinggi Tanaman
Luas Daun
-
0.11 -
Berat Kering Tanaman 0.95 0.12 -
Jumlah Anakan
Jumlah Gabah
Jumlah Malai
Produksi Gabah
0,85 0,18 0,85 -
0,87 0,01 0,87 0,78 -
0,97 0,17 0,94 0,88 0,88 -
0,97 0,13 0,97 0,89 0,87 0.96 -
1000 Butir Gabah
Kadar Air Tanah
0,93 0,14 0,97 0,87 0,81 0.92 0,97 -
0,03 0,22 0,04 0,06 0,07 0.02 0,06 0,10 -
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dirumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari pertumbuhan dan produksi varietas padi gogo yang toleran terhadap tingkat interval dan pemberian air. Penelitian ini menggunakan rancangan petak terpisah (RPT) yang terdiri dari 3 faktor yaitu: Faktor I : Varietas Padi Gogo, dengan simbol V sebagai petak utama terdiri dari 3 taraf yaitu :V1(Varietas Batutugi),V2(Varietas Limboto)V3(Varietas lokal karo), Faktor I I : Interval Pemberian Air, dengan simbol I sebagai anak petak terdiri dari 4 taraf yaitu : I1 (setiap hari),I2 (1 x 2 hari) ,I3 (1 x 3 hari),I4 (1 x 4 hari) sedangkan Faktor III : Tingkat Pemberian Air, dengan simbol A sebagai anak-anak petak terdiri dari 3 taraf yaitu: A1 ( 2 mm / hari), A2 (4 mm / hari),A3 ( 6 mm / hari). Parameter yang diamati adalah Tinggi tanaman/rumpun, Jumlah anakan/rumpun, Bobot kering jerami/rumpun, Luas daun,jumlah malai per rumpun, bobot 1000 butir gabah Produksi gabah kering per rumpun ,LAB dan LTR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas yang paling adaptif terhadap kekeringan (interval pemberian air dan tingkat pemberian air) serta yang paling tanggap terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman adalah varietas limboto. Interval pemberian air 1 x 2 hari paling efektif untuk pertumbuhan dan produksi semua varietas yang di uji. Tingkat pemberian air (volume air) untuk pertumbuhan dan produksi tanaman semua varietas terdapat pada tingkat pemberian (volume 4 mm/hari = 502,4 cc/polybag) untuk interval 1 x 2 hari. Pertumbuhan dan produksi tanaman terbaik dijumpai pada kombinasi inteval satu kali setiap dua hari dengan volume 4 mm/hari = 502,4 cc/polybag).
Kata Kunci : Padi Gogo, Interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air.
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
ABSTRACT
This research was conducted at Green House Fakulty of Agriculture University North Sumatera (USU) Medan. This research is conducted to know and study growth and production and variety Upland rice to level interval and giving of water. Objective of this research use split split plot design (RPT) with which consist of 3 factor that is: Factor of I : Variety Upland rice, with symbol of V as especial check consist of 3 level that is : V1(Variety batutugi),V2(Variety Limboto)V3(Variety local), Factor of I I : interval of Water, with symbol of I as check child consist of 4 level that is : I1 (every day), I2( 1 x 2 day) , I3 ( 1 x 3 hari),I4 ( 1 x 4 day) while Factor of III : Level giving of water with symbol of A as check children consist of 3 level that is: A1 ( 2 mm / day), A2 ( 4 mm / hari),A3 ( 6 mm / day). Parameter perceived is high of crop/ clump, amount of children / clump, dry wight of hay / clump, wide of wide of leaf, amount of flowers / clump, wight 1000 grain of rice produce dry of rice / clump, LAB and of LTR. Result of research indicate that most variety of adaptif to dryness (interval giving of water and level giving of water) and also most listen carefully growth and crop production is limboto variety. Interval giving of water 1 x 2 day most effective for the growth and production all variety which in test. Mount giving of water (water volume) for the growth of production and all variety there are at level giving ( volume 4 mm / day = 502,4 cc / polybag) for interval 1 x 2 day. growth and best crop production met at combination of inteval once each every two-day with volume 4 mm / day = 502,4 cc / polybag).
Key words : Upland rice, level interval and giving of water
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ABSTRACT UCAPAN TERIMA KASIH KATA PENGANTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN
………………………………………… ………………………………………… ………………………………………… ………………………………………… ………………………………………… ………………………………………… ………………………………………… ................................................................
i ii iii v vi vii viii ix
PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis Penelitian
………………………………………… ………………………………………… ………………………………………… ………………………………………… …………………………………………
1 1 3 4 4
TINJAUAN PUSTAKA Tanah Pengaruh Iklim Curah Hujan Cahaya Matahari Suhu Kelembaban Udara Potensi Varietas Padi Gogo
………………………………………… ………………………………………… ………………………………………… ………………………………………… ………………………………………… ………………………………………… ………………………………………… ………………………………………….
5 6 9 9 10 12 13 15
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Metode Analisa Data Pelaksanaan Penelitian
…………………………………………. …………………………………………. …………………………………………. …………………………………………. …………………………………………. ………………………………………….
16 15 15 15 17 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan
................................................................. ................................................................. .................................................................
24 24 72
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran
................................................................. ................................................................. .................................................................
82 82 82
DAFTAR PUSTAKA
..................................................................
83
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
DAFTAR LAMPIRAN
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Judul
Halaman
Analisa Tanah Laboratorium Deskripsi Padi Gogo Varietas Batutugi Deskripsi Padi Gogo Varietas Limboto Konversi Pemberian Air Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman pada Berbagai Umur Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan pada Berbagai Umur Daftar Sidik Ragam Berat Kering Tanaman per Rumpun pada Berbagai Umur Daftar Sidik Ragam Luas Daun Tanaman Daftar Sidik Ragam Komponen Hasil Jumlah Gabah Hampa per Rumpun Daftar Sidik Ragam Laju Asimilasi Bersih (LAB) 1, 2 dan 3 Daftar Sidik Ragam Laju Tumbuh Relatif (LTR) 1, 2 dan 3 Daftar Sidik Ragam Kadar Air Tanah 2, 4, 6, 8 10 dan 12 MST Matrik Korelasi Data Iklim Rumah Kaca Denah Percobaan
86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
DAFTAR TABEL No. 1. 2. 3 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Judul
Halaman
Tinggi Tanaman (cm) pada Perlakuan Varietas, Interval dan Tingkat Pemberian Air pada Pengamatan 3, 6, 9 dan 16 Mst Hubungan Varietas Padi Gogo dengan Interval Pemberian Air pada Jumlah Anakan 3 MST Pengaruh Varietas pada Interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air Terhadap Jumlah Anakan 3 dan 9 MST Hubungan Varietas Padi Gogo, Interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air pada Jumlah Anakan 6 MST Jumlah Anakan Berbagai Varietas Padi Gogo, Interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air pada Umur 16 Mst Berat Keing Tanaman / rumpun pada Perlakuan Varietas, Interval dan Tingkat Pemberian Air pada Pengamatan 3, 6, 9 dan 16 Mst Bobot Kering Tanaman (g) Interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air Umur 9 MST Luas Daun Tanaman pada Perlakuan Varietas, Interval dan Tingkat Pemberian Air pada Pengamatan 3, 6, 9 dan 16 Mst Luas Daun Tanaman Berbagai Varietas padi Gogo dan Interval Pemberian Air Umur Daun 6 MST Jumlah Malai / rumpun, Jumlah Gabah (Butir per Malai), 1000 Butir Gabah dan Produksi Gabah Jumlah Gabah (Butir/malai), 1000 butir Gabah (g) Interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air Produksi Gabah/rumpun (g) Berbagai Interval Pemberian Air pada Berbagai Tingkat Pemberian Air Jumlah Polong Hampa / Rumpun pada Berbagai Varietas Padi Gogo, Interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air Laju Asimilasi Bersih (LAB) 1, 2 dan 3 Berbagai Varietas Padi Gogo, Interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air Laju Asimilasi Bersih (LAB) 3 Berbagai Varietas Padi Gogo, interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air Laju Tumbuh Relatif (LTR) 1, 2 dan 3 Berbagai Varietas Padi Gogo, Interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air Laju Tumbuh Relatif (LTR) I pada Berbagai Interval Pemberian Air dan Berbagai Tingkat Pemberian Air Laju Tumbuh Relatif (LTR) II pada Berbagai Varieas Padi Gogo dan Interval Pemberian Air Kadar Air Tanah 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 MST pada Berbagai Varietas Padi Gogo, Interval Pemberian Air dan Tingkat Pemberian Air
25 29 29 30 31 39 42 44 45 48 49 50 55 58 59 65 66 67 72
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
20. 21.
Kadar Air Tanah Berbagai Varietas Padi Gogo dan Tingkat Pemberian Air pada Pengamatan 4 dan 10 MST Kadar Air Tanah Berbagai Varietas Padi Gogo dan Tingkat Pemberian Air pada Pengamatan 2 dan 10 MST.
73 74
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan keharibaan Allah S.W.T, karna berkat hidayah dan karuniaNya penulis yang diberikan kesehatan dan kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “TANGGAP BEBERAPA VARIETAS
PADI
GOGO
TERHADAP
INTERVAL
DAN
TINGKAT
PEMBERIAN AIR”. Saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr.Ir.B. Sengli J. Damanik, MSc, selaku Pembimbing Utama, dan Prof. Dr. Ir. T. M. Hanafiah Oeliem, DAA, selaku pembimbing anggota dan Prof. Dr. R.K.Damanik, Dipl.Ing.Agr., selaku anggota pembimbing yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan, saran sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan. Saya menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya mengharapkan kritikan dan bimbingan dari semua pihak demi kesempurnaan proposal ini, semoga dapat bermamfaat bagi kita semua.
Medan, Februari 2008 Hormat Penulis
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR
TESIS Oleh LAILA NAZIRAH 057001002/AGR
SEKOLAH PASCASARJANA UNUVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
Judul Tesis Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi
: TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR : Laila Nazirah : 057001002 : Agronomi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. B. Sengli. J.Damanik, M.Sc) Ketua
(Prof. Dr Ir T.M.Hanafiah Oeliem, DAA) Dipl.Ing.Agr) Anggota
Ketua Program Studi (Prof. Dr. Ir. B. Sengli. J.Damanik, M.Sc) B.M.Sc)
(Prof. Dr. Sc.R.K.Damanik, Anggota
Direktur (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa,
Tanggal Lulus : 12 Maret 2008
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR
TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Pertanian dalam Program Studi Agronomi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh LAILA NAZIRAH 057001002/AGR
SEKOLAH PASCASARJANA UNUVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.w.t atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Penulis
menyadari
sepenuhnya
dari
mulai
perencanaan
penelitian,
pelaksanaan penelitian hingga penulisan tesis ini, penulis banyak menerima bantuan dari banyak pihak, baik berupa doa, dorongan semangat, perhatian, bimbingan, tenaga, fasilitas, materi, dana dan sebagainya. Dalam tulisan ini penulis mencoba semampunya untuk menuangkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian dan tulisan ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang terdalam kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc., selaku Ketua Komisi Pembimbing
yang
telah
begitu
banyak
membantu
penulis
dalam
menyelesaikan tesis ini. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. T. M. Hanafiah Oeliem, DAA dan Prof. Dr. R.K.Damanik, Dipl.Ing.Agr.,selaku Anggota Komisi Pembimbing yang juga telah banyak membantu penulis dalam penulisan tesis ini. 3. Ibu Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa, B. Msc., selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana USU dan Bapak Prof. Dr. Chairuddin Lubis, selaku Rektor USU Medan yang
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008
telah menerima dan mendidik penulis sebagai mahasiswa di sekolah Pasca Sarjana USU. 4. Ayahanda H.Moh. Amin Pandrah dan ibunda Hj. Asmaul Husna yang telah memberikan dorongan
dan bantuan doa serta materi selama penulis
menyelesaikan studi di Sekolah Pasca Sarjana USU medan. 5. Spesial buat Suami tercinta dan anak-anakku tersayang yang dengan penuh kesabaran dan pengertian serta memberi dorongan kepada penulis selama study maupun selama penelitian berlangsung. 6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.
Medan,
Maret 2008
penulis
LAILA NAZIRAH : TANGGAP BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP INTERVAL DAN TINGKAT PEMBERIAN AIR, 2008