PENDAHULUAN
Latar Belakang Di Indonesia, jagung merupakan sumber bahan pangan penting setelah beras. Selain sebagai bahan pangan, jagung juga banyak digunakan sebagai bahan pakan ternak. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan jagung juga semakin meningkat, namun tidak diikuti oleh peningkatan produksi sehingga terjadi kekurangan setiap tahunnya sebesar 1,3 juta ton yang harus dipenuhi melalui impor. Untuk menutupi kekurangan pasokan jagung perlu diupayakan melalui peningkatan produksi (Bakhri, 2007). Usaha peningkatan produksi jagung di Indonesia telah ditingkatkan melalui dua program utama yakni: (1) Ekstensifikasi (perluasan areal) dan (2) intensifikasi (peningkatan produktivitas). Program peluasan areal tanaman jagung selain memanfaatkan lahan kering juga lahan sawah, baik sawah irigasi maupun lahan sawah tadah hujan melalui pengaturan pola tanam. Usaha peningkatan produksi jagung melalui program intensifikasi adalah dengan melakukan perbaikan teknologi dan manajemen pengelolaan. Usaha-usaha tersebut nyata meningkatkan produktivitas jagung terutama dengan penerapan teknologi inovatif yang lebih berdaya saing (produktif, efisien dan berkualitas) telah dapat menghasilkan jagung 7 – 9 ton/ha seperti ditemukan varietas ungul baru dengan tingkat produktvitas tinggi dan metode manajemen pengelolaan tanaman dan sumberdaya secara terpadu (Bakhri, 2007). Kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pakan, pangan, dan industri lainnya semakin meningkat. Sekitar 3,5 juta ton biji jagung per tahun diserap oleh
Universitas Sumatera utara
pabrik pakan di Jawa Timur, dan sisanya sekitar 2,0 juta ton diserap oleh pabrik pakan di Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, dan Sulawesi Selatan. Untuk pakan ternak monogastrik (unggas) diperlukan tambahan asam amino esensial lisin dan triptofan dari sumber lain yang sebagian besar masih diimpor. Pada tahun 2004, di Cilegon, Banten, telah beroperasi pabrik pengolahan jagung terpadu untuk menghasilkan tepung, protein, minyak, dan tetes jagung dengan kapasitas 1.000 ton biji jagung per hari atau 330.000 ton jagung per tahun, di mana 70% bahan bakunya masih diimpor (Azrai dkk, 2005). Jagung di Indonesia ditanam dilahan kering dengan produktivitas rata-rata 1,3-1,8 t/ha. Rendahnya produktivitas tersebut antara lain karena serangan hama, kurang lebih 7 hama ditemukan di pertanaman jagung antara lain: lundi, rayap, kumbang tanah, ulat tanah, penggerek batang, penggerek tongkol dan lalat bibit (Sarwono dkk, 2003). Salah satu kendala penting dalam upaya peningkatan produksi jagung adalah gangguan biotis yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu gangguan oleh makroorganisme yang dikenal dengan gangguan hama, dan gangguan oleh mikroorganisme yang disebut sebagai gangguan penyakit (Shurtleff, 1980). Bahkan pada tanaman tertentu hama merupakan kendala utama. H. armigera Hubner. dan O. furnacalis Guenee adalah serangga hama penting tanaman jagung di Indonesia. Kehilangan hasil yang diakibatkan oleh hama O. furnacalis Guenee mencapai 20 hingga 80%. Usaha pengendalian yang biasa dilakukan oleh petani adalah penyemprotan insektisida. Namun larva O. furnacalis Guenee menyerang dan hidup di dalam batang tanaman jagung sehingga sulit dicapai dengan insektisida semprot (Nonci et al, 2000).
Universitas Sumatera utara
Gen Bt merupakan hasil isolasi bakteri tanah Bacillus thuringiensis. Bakteri ini telah digunakan oleh petani di negara maju sebagai insektisida hayati yang aman sejak puluhan tahun yang lalu. Dari penelitian yang ada, umumnya tanaman tahan serangga yang berhasil ditransformasikan berasal dari gen cryBt (Cristal Bt) meracuni hama serangga dari ordo lepidoptera dan coleoptera. Racun Bt akan melekat dalam usus serangga khususnya usus tengah. Keadaan tersebut akan menyebabkan bocornya usus sehingga cairan yang ada akan merembes keluar
daerah
antara
usus
dan
mengakibatkan
matinya
serangga
(Herman, Kusumanegara, dan Diani, 2004). Jagung Bt adalah jagung transgenik yang mengandung gen cryIA(b). Apabila ada ulat dari ordo lepidoptera yang memakan bagian-bagian jagung tersebut, ulat akan mati, karena bagian tersebut mengandung gen kristal protein Bt. Sasaran (target) utama serangga hama yang dituju dalam penggunaan jagung Bt adalah penggerek batang jagung (O. furnacalis Guenee) dan penggerek tongkol jagung (H. armigera Hubner.) (Herman, Kusumanegara, dan Diani, 2004). Jagung PRG stacked MON 89034 x NK603 adalah jagung PRG yang mengandung gabungan beberapa gen (stacked genus) yang merupakan persilangan jagung PRG Bt MON 89034 dengan PRG NK603. Jagung PRG Bt MON 89034 x NK603 mengandung gen cry1A.105 dan cry2Ab2 yang berasal dari Bacillus thurungiensis yang memproduksi protein Cry1A.105 dan Cry2Ab2,dan bertanggung jawab dengan ketahanan terhadap serangga hama penggerek jagung, dan gen cp4 epsps yang mengkode protein CP4 EPSPS untuk toleran terhadap glikosat (Monsanto, 2009).
Universitas Sumatera utara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gen Bt aman terhadap organisme non target. Menurut Sindermann (2006), Palmer dan Krueger (2000) dan Teixeira (2006a) bahwa paparan protein Cry1A.105 dan CryAb2 memiliki resiko minimal terhadap organisme tanah dan spesies decomposer seperti cacing tanah dan Collembola. Selain itu telah dilakukan beberapa studi pengaruh paparan protein Cry1A.105 dan CryAb2 terhadap serangga non target yang menunjukkan bahwa sama seperti protein Cry Bt lainnya, Cry1A.105 dan Cry2Ab tidak menghasilkan efek buruk pada level paparan di lapangan pada perwakilan spesies yang berguna sebagai lebah madu, Apis mellifera L. ;Collembola, Folsomia candida; Predator Orius sp., Orius insidious; kepik, Coleomegilla maculata; parasitoid, Ichneumon promissorius. (Richards, 2006a; Richards, 2006b; Maggi, 2000a; Maggi, 2000b; Levine dan uffman, 2005; Teixeira, 2006b; Teixeira, 2006c). Walaupun demikian penggunaan gen dari berbagai sumber dengan teknik rekayasa genetik itu menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan dampak negative yang ditimbulkan bagi keamanan lingkungan. Kekhawatiran keamanan lingkungan tersebut bisa berupa potensi tanaman PRG untuk menjadi gulma, atau terjadi hama super , atau perpindahan gen asing dari tanaman PRG ke tanaman non-PRG atau ke kerabat liarnya. penelitian secara bertahap perlu dilakukan. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian Uji Ketahanan Beberapa Varietas Jagung Terhadap Penggerek Batang (O. furnacalis Guenee) dan Penggerek Tongkol (H. armigera Hubner) Di Lapangan Uji Terbatas.
Universitas Sumatera utara
Tujuan Penelitian Untuk mendapatkan varietas jagung yang tahan tehadap hama O. furnacalis Guene dan H. armigera Hubner. di Lapangan Uji Terbatas. Hipotesis Penelitian •
Varietas jagung stacked MON 89034 x NK 603 dan MON 89034 tahan terhadap serangan hama O. furnacalis Guenee dan H. armigera Hubner
Kegunaan Penelitian -
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan varietas baru yang tahan terhadap hama O. furnacalis Guene dan H. armigera Hubner dan mengurangi penggunaan insektisida.
-
Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
-
Sebagai bahan informasi bagi semua pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera utara