ISSN : 2087-0795
PENDAHULUAN Alam
banyak
dengan pengalaman hidupnya ber-
memberikan
inspirasi bagi setiap seniman baik itu bagi pemusik, penari maupun perupa. Bagi seorang seniman alam memiliki makna tersendiri sesuai
interaksi dengan alam. Interaksi antara manusia dan alam sekitar banyak hubungannya dengan penciptaan karya seni baik dari sisi motivasi penciptaan maupun hasilnya
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
25
ISSN : 2087-0795
kemudian. Ilmu kebudayaan meng-
mendorong seniman penghuninya
ajarkan
banyak
melukiskannya. “Di mana kekuatan
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
alam terasa sebagai sesuatu yang
alam
telah
tidak menyenangkan, seperti misa-
mengubah habitatnya menjadi suatu
lnya di daerah utara yang kepalang
tempat yang lebih cocok dan lebih
dinginnya atau panas teriknya gurun
enak
di daerah tropis, seni
bahwa
manusia
sekitarnya.
Manusia
ditinggali-walaupun
tidak
mengambil
jarang mereka kebablasan dalam
bentuk sebagai pelarian tidak saja
melakukannya
seperti yang akhir-
dari kenyataan yang berat itu, tetapi
akhir ini terjadi di Indonesia; mem-
bahkan juga dari sesuatu yang
babat hutan seenaknya yang me-
melambangkannya,” Di tanah tropis
nimbulkan bahaya banjir dan longsor
Afrika yang bergurun pasir itu, para
bahkan kalau musim kemarau akan
senimannya tidak pernah merekam
kekurangan air bersih. Dan seperti
bentuk-bentuk organis yang elemen-
yang terjadi di Sidoharjo dimana ke-
ter sekalipun di sekitarnya, dan se-
salahan manusia dalam pemanfaat-
baliknya mereka lari kepada bentuk-
an alam, menjadikan lumpur yang
bentuk
ada di perut bumi
keluar tidak
menjadikannya jauh- jauh bertolak
terbendung menenggelamkan rumah
dari bentuk aslinya. Demikian kesim-
penduduk – tetapi manusia juga ti-
pulan Herbert Read.
geometris
abstrak
dan
dak sedikit dibentuk oleh alam se-
Namun apabila kita meng-
kitarnya. Di satu sisi manusia telah
arahkan pandangan ke Indonesia,
menciptakan sawah ladang, perkam-
kiranya kita perlu mengerenyitkan
pungan, kota-kota besar dengan
kening. Indonesia yang indah ini
gedung-gedungnya yang sering di-
tidak menarik seniman-seniman In-
juluki
beton
donesia di masa lalu untuk ber-
dengan nuansa positif dan nega-
tindak sama. Seniman-seniman In-
tifnya.
donesia masa lampau tidak pernah
sebagai
belantara
Seperti itu tampak pula da-
tergoda untuk melukiskan bentuk-
lam seni. Alam yang indah menarik
bentuk di alam ini seperti adanya.
pelukis untuk merekamnya dengan
Mereka lebih tertarik untuk melukis-
berbagai modus dan sarana, dan
kan
sebaliknya, alam yang tidak indah
sifatnya: baik tangkapan kehalusan
dan tidak nyaman ditinggali tidak
jiwa maupun pandangan religiusnya;
26
sesuatu
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
yang
lebih
dalam
ISSN : 2087-0795
dan bantuk-bentuk yang dilahirkan-
kiranya dapat diterangkan bahwa
nya selalu merupakan simbol-simbol
walau melukiskannya tidak seperti
yang kasat mata dari apa-apa yang
apa adanya (tidak realistik), tetapi
tidak terlihat itu. Patung-patung Bu-
baik patung Budha maupun lukis
dha dari Borobudur, misalnya, bu-
Kamasan atau yang lain, semuanya
kanlah merupakan gambaran orang
menggambarkan bentuk-bantuk di
atau dewa yang sedang bersamadi,
alam. Maka yang perlu diterangkan
melainkan gambaran ketenangan,
adalah mengapa seniman-seniman
keluhuran, atau kesempurnaan Sang
Indonesia dimasa lalu tidak pernah
Budha. Mengherankan, bahwa se-
tergoda untuk melukiskan bentuk-
pintas sepintas lalu kitapun tidak
bentuk dialam itu seperti adanya.
peka akan ketidakrealistitikan pa-
Tetapi seniman sekarangpun juga
tung-patung Budha dari Borobudur
melakukan seperti yang dilakukan
itu. Baru kalau kita mengamatinya
seniman dimasa lalu. Walaupun pro-
dengan kuda-kuda rasio, kita akan
ses awal meniru alam untuk peng-
lihat bahwa lengannya tidak anato-
kayaan bentuk dan teknik, namun
mis, rambutnya tidak wajar, dan
dalam pencapaiannya seniman ha-
telinganya terlampau lebar (Soedar-
rus bisa mengungkapkan makna
so Sp,2006:18).
yang terkandung dalam alam (Soe-
Contoh di atas kebetulan di-
darso Sp, 2006:18).
ambil dari yang paling “realistik” PEMBAHASAN
diantara seni Indonesia masa lalu. Maka tidaklah mengherankan bahwa
I Made Arya Palguna, salah
keadaan yang dimaksud di atas
seorang perupa yang sangat intensif
akan jauh lebih terasa apabila yang
berkarya seni lukis dan karya tiga
kita hadapi adalah wayang kulit,
dimensional, yang bertemakan te-
lukis Kamasan, motif pa‟ tedong dari
ntang alam. Palguna tetap konsisten
Toraja, ataupun motif-motif gruda
dalam caranya menghadirkan figur,
atau lar dalam seni batik. Ke-
binatang, dan lanskap. Demikian pu-
semuanya itu terinspirasi dari alam
la dengan caranya ia mengerjakan
kemudian digayakan bentuknya dan
komposisi-komposi bentuk yang di-
memiliki makna yang lebih menda-
namis. Sebagian pada bentuk figur
lam. Dalam hubungannya dengan
cenderung
rumusan Herbert Read di depan,
karakter wajah. Cita-cita hampir se-
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
sama
terutama
pada
27
ISSN : 2087-0795
tiap
pelukis
adalah
menemukan
saja? Sulit kiranya untuk menseja-
karakter tutur pada media kanvas,
jarkan karya-karya Palguna dengan
walaupun tidak sedikit seniman ter-
seni poster atau sekedar menilai ke-
jebak dengan gayanya sendiri men-
cendrungan ilustrasi pada
jadikan karyanya tidak berkembang.
Palguna sebagai bentuk yang me-
Palguna menyadari ini, hampir se-
ngejar aspek formalis semata. Lalu
puluh tahun palguna menemukan
bagaimana kita memahami kecen-
tehnik dan karater seperti itu. Kita
derungan ilustrasi pada karya- karya
bisa melihat sosok-sosok yang hadir
Palguna?.
karya
pada bidang kanvas ini digambar
Kita perlu melihat sejarah in-
tanpa perlu hadir secara realis. Lu-
dividu Palguna yang besar dari
wes dan bervolume. Mata sosok itu
lingkunngan masyarakat tradisi di
diberi aksen putih. Gambaran anato-
Bali. Ia besar di Ubud, Bali, daerah
mi demikianpun mengundang kesan
yang terkenal memiliki sejarah tradisi
jenaka, tampil dengan postur kikuk
dan religiusitas. Di daerah ubud juga
dan kenes. Begitu pula dengan
tumbuh dan berkembang seni tradisi
caranya ia membangun lanskap se-
hingga kontemporer. Palguna juga
bagai latar belakang karyanya yang
berkesempatan
kebanyakan adalah alam. Hal yang
seni sejak kecil hingga SMSR di
juga ajeg terlihat adalah pada tekstur
Bali, lalu ia lanjutkan ke studio seni
yang menghiasi komposisi bidang-
lukis FSR ISI Yogyakarta. Walau
bidang kanvasnya. Ini sebuah teknik
berbekal pendidikan modern, karya-
tersendiri yang ditentukan Palguna
karya Palguna kecendrungan ilus-
untuk mendapatkan nuansa artistik
trasi. Palguna seperti menghidupkan
pada karya-karyanya.
dan meneruskan tradisi perupa Prasi
menekuni
bidang
bahkan mungkin tanpa sadar PalguGAYA ESTETIS PALGUNA
na jalani.
Ada kekuatan ilustratif pada
Rupa ilustrasi paling awal di
karya-karya palguna ini. Disini kita
Bali adalah seni Prasi yang merupa-
bertanya, apakah kita bisa menya-
kan ilustrasi visual pada lembaran
makan kecendrungan ilustrasi Pa-
daun lontar. Teknik pengerjaannya
lguna dengan seni poster misalnya?
memerlukan
Atau apakah Palguna sekedar asik
dengan cara dipahat. Tradisi seni
bermain-main dengan aspek ilustrasi
Prasi ini kemudian mempengaruhi
28
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
ketrampilan
khusus
ISSN : 2087-0795
pola dasar kreasi lukisan wayang
narasi ajaran agama Hindu di Bali.
gaya Kamasan Klungkung.
Sebagai mana diketahui umat Hindu mengekspresikan jiwa keindahannya dalam cara yang sesuai dengan waktunya,
mereka
selalu
lebih
menghargai konsep spiritual dan cinta kepada alam (nature) melebihi yang lain, dengan demikian kita akan menemukan bahwa apresiasi dan kreasi keindahan alam menaikan peranan yang sangat penting, maka dalam lukisan terhadap dewa-dewa dan manusia, sifat-sifat kejiwaan lebih menonjol dari bentuk Gambar 01 Seni Prasi dari daun lontar
lahiriah. Itu sebabnya, tradisi cerita bergambar atau gambar bercerita, dan ilustrasi mendapat tempat serta
Ikonografi yang tampak pada
kesempatan
untuk
tumbuh
dan
seni Prasi adalah wayang yang
berkembang luas di Bali hingga se-
digunakan untuk melukiskan ajaran
karang ini melalui media-media dan
kebajikan agama Hindu. Pada kreasi
teknik ungkap yang beragam. Dalam
pertama, seni Prasi menarasikan
kreasi
dan
pengekspresian dari apresiasi jiwa
memvisualisasikan
peristiwa
simbolik
peristiwa-
melalui
epos
tersebut
tampak
cara
keindahan dalam karyanya yang
Ramayana, Sutasoma, Tantri, Maha-
kaya
brata dan beragam cerita rakyat.
unik.(A.A.M. Djelantik, 1999:193)
akan
fantasi
dan
sangat
Kreasi kedua bisa kita lihat pada
Cara Palguna dalam meng-
bagaimana perupa Klungkung me-
ekspresikan dan menyampaikan pe-
mindah narasi-narasi itu pada lukis-
san-pesan ini serupa tapi tak sama
an yang kemudian kelak menjadi
dengan tradisi seni prasi. “Keseru-
tradisi lukis gaya Kamasan Klung-
paan yang tak sama” ini rupanya
kung. Perluasan media ungkap dan
disengaja oleh Palguna. Ia memang
teknik ini menjadi sebuah kreatifitas
menaruh minat dan ingin menerus-
tersendiri
kan tradisi seni Prasi ini. Bila pada -
dalam
mentransformasi
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
29
ISSN : 2087-0795
Gambar 02 Lukis gaya Kamasan Klungkung
Seni Prasi dan gaya seni lukis
alam, manusia, kemudian perihal
Klungkung memiliki aspek dekorasi
kejeniusan dan religiusitas. Ketiga,
pekat dan ketajaman detail, maka
keserupaan
pada goresan Palguna, pertama,kita
komposisi pengaturan latar belakang
bisa melihat adanya jarak antar
dan depan yang serentak hadir
obyek, sapuan warna dan penge-
sejajar (flat), nuansa ini menga-
lolaan bidang komposisi yang se-
burkan persfektif jauh dekat , tetapi
perlunya dan jauh untuk mendeko-
justru ini yang dieksplorasi oleh
rasinya secara penuh.
Palguna, sebagai mana dalam gaya
Kedua, bila pada tradisi Prasi kita
menikmati
tampak
Klungkung.
pada
Keempat,
bagaimana
salah satu penanda kuat dorongan
tetuah religi dan cerita rakyat, maka
empati Palguna pada warisan tradisi
tema-tema
pun
ini adalah pada abstraksi figur-figur
cenderung menyampaikan sejumlah
dalam karya lukis Palguna seperti
tetuah nya dalam merespon situasi
menyerupai wayang. Inilah jalan
aktual yang bersinggung dengan
estetik yang ditempuh oleh Palguna.
30
bisa
Kamasan
juga
karya
Palguna
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
ISSN : 2087-0795
Bila seni modern memisahkan diri
rijan (almarhum) sebagai juru kunci
dari lembaga relegi dan mendirikan
Merapi, misalnya, memperlihatkan
“fakultas”
hubungan
pengetahuannya
(art
herarki
spiritual
yang
world) sendiri, maka corak karya-
kental itu. Mbah Marijan dengan
karya
ketajaman
Palguna
ini
membuktikan
spiritualnya
(waskita)
semacam bentuk percabangan yang
mampu menembus esensi dari fe-
lain, sebuah sikap estetik Palguna
nomena erupsi Merapi. Ia dengan
yang masih ingin merajut “dialog”
kewaskitaannya mampu menjawab
dengan
warisan
secara jitu hal-ikhwal Merapi. Ia
tradisi Prasi, dengan cara memba-
bahkan tidak setuju jika Merapi
hasakannya secara Palguna. Se-
dikatakan meletus, tetapi dengan
buah citra lain dari Prasi.
fenomena wedus gembel-nya diya-
leluhur,
dengan
kini bahwa „disini‟ tengah terjadi prosesi gaib. Dengan kewaskita-
ALAM MERAPI SPIRITUAL PALGUNA
annya itu, Mbah Marijan mampu
Gunung Merapi dalam bingkai masyarakat agraris di sekitarnya merupakan simbol kosmis. Dalam konteks ini, manusia merupakan
meyakinkan
atau tempat para dewa bersemayam. Karena itu, hubungan antara manusia disekitarnya dengan merapi tak lagi memperlihatkan hubungan rasional yang berjarak (positivistik). Tetapi, hubungan yang terjadi lebih memperlihatkan hubungan herarki
orang
(khu-
susnya orang-orang sekitar merapi) apa yang sebenarnya tengah terjadi di puncak Merapi. Itu Merapi. Fenomenanya be-
bagian dari kesatuan kosmis, dimana gunung diyakini sebagai pusat
semua
gitu dahsyat. Ia bagaikan „entitas‟ tersendiri yang dapat ditafsirkan macam-macam
dari
yang
sekedar
fenomen fisik hingga masuk kedemensi spiritual. Kedahsyatan itulah yang menggerakkan seorang pelukis kontemporer, I Made Palguna,
untuk
mendekati
Merapi
spiritual, yaitu antara yang „meng-
dengan seperangkat tafsirnya. Ke-
ayomi‟ dan yang „diayomi‟, antara
tika Merapi tengah memperlihatkan
yang „memberkahi‟ dan yang „di-
aktivitasnya yang begitu tinggi, ia
berkahi‟, antara yang „gaib‟ dan yang
naik mendekati Merapi. Di sebuah
„wujud‟.
tempat dengan jarak tertentu, ia
Munculnya sosok Mbah Ma-
mengamati Merapi dan kehidupan
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
31
ISSN : 2087-0795
orang-orang di sekitarnya. Dengan
tradisional Bali, yang meletakkan gu-
jarak itu, ia mencoba melihat, me-
nung
mahami, dan menghayati hubungan
Gunung (Meru/Mahameru) merupa-
Merapi dengan masyarakat sekitar-
kan lambang kemestaan, di mana
nya. Dengan jarak itu pula, ia
didalamnya dipercaya terdapat kua-
mencoba
fenomena
sa adikodrati yang menguasai kuasa
Merapi dengan seperangkat insting
duniawi. Gambaran tentang gunung
kreatifnya, yang didasarkan atas
yang begitu agung secara kon-
analisis
emosional,
septual berupa bentuk segitiga. Te-
kultural, dan spiritual. Disinilah, ia
tapi, gunung secara metaforis ter-
menarik garis hubung antara dirinya
manifestasikan dalam berbagai eks-
(subjek) dengan Merapi (obyek).
presi.
menafsirkan
persepsional,
dalam
bingkai
spiritual.
Garis hubung ini dibangun dari rasa
Konsep gunung sebagai me-
kekaguman dan ketakjubannya atas
tafor spiritual dan sosial, jauh se-
fenomena
begitu
belumnya terlihat diberbagai budaya
dahsyat itu. Tetapi, kekaguman dan
rupa tradisional di Indonesia. Bentuk
ketakjuban itu tetap terasa dipahami
arsitektur candi, Pura/puri, masjid,
dengan nalarnya sebagai individu
ornamen, gunungan, atap rumah
modern, yang berjarak dan kritis.
joglo, misalnya, semua bertolak dari
Dalam posisi demikian, ia/individu
konsep
(Palguna) bersifat otonom. Karena
kosmis. Di dalam bentuk itu terdapat
Itulah, ia dapat menafsirkan segala
konsep dunia atas (dewa-dewa), du-
yang dilihat dan dipahami dengan
nia tengah (manusia), dunia bawah
konfigurasi intelektual dan kultural-
(hewan dan alam). Tiga dunia ini
nya.
terletak dalam satu garis vertikal,
Merapi
yang
gunung
sebagai
simbol
Ini terlihat pada karya-karya-
yang satu dengan lainnya saling
nya yang merepresentasikan gu-
berhubungan. Jika salah satu dunia
nung (Merapi) dengan kehidupan
itu goncang, maka goncang pula
masyarakat
sebagai
keseluruhannya. Karena itu, dalam
sumber tematisnya. Kemunculan gu-
konsep ini, kita melihat adanya
nung dalam karya-karya mutakhir-
harmoni, walaupun masing-masing
nya bisa dibaca sebagai manifestasi
seperti memperlihatkan paradoks.
kultur dasarnya. Kultur dasar itu
Sebab, dunia dewa tentu berbeda
bersumber
dengan dunia manusia dan hewan.
32
disekitarnya
dari
kultur
agraris
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
ISSN : 2087-0795
Dunia manusia, juga jauh
pelukis kontemporer, yang inklusif
berbeda dengan dunia para dewa
(terbuka), yang sadar dengan apa
dan
yang digagas dan diekspresikannya.
hewan.
gunung
Namun,
(Merapi)
gambaran
dalam
lukisan
Kesadaran itu sebenarnya merupa-
Palguna tidak memperlihatkan gu-
kan manifestasi idiologi
nung sebagai subjek. Gunung dalam
Palguna sebagai pelukis kontempo-
gambaran Palguna lebih tambak
rer, yang secara mendasar
sebagai objek. Ini terlihat gunung
membingkai dua entitas sekaligus,
digambarkan dalam bentuk lebih
yaitu tradisional dan modern, yang
kecil dibanding manusia. Posisi gu-
komunal dan
nung selalu be-rada di belakang
vensional dan progresif.
(latar
belakang
figur
personal
ingin
personal, yang kon-
manusia),
berada dikejauhan, dan figur manusia secara dominan menjadi titik sentralnya. Lihatlah, misalnya dalam karya” Anak-anak Lereng Gunung Bermain”,
“Keluarga
Peternak”,
“Bermain”. Dalam lukisan -lukisan tersebut, kita melihat sosok gunung (Merapi) yang tenang, indah, dan mewartakan kedamaian. Tapi juga kita melihat arak-arakan awan putih yang
bergumpal-gumpal
mun-cul
dari perut gunung, ratusan burung terbang liar, yang secara alamiah Gambar 03
menandakan Merapi akan “marah”. Cara pengambaran seperti itu jelas memperlihatkan dimensi
Keluarga Peternak, 140 x 180 cm, acrylik on canvas, 2006 Sumber: Katalog Pameran tunggal I Made Arya Palguna, Atap Langit, 2006.
modernitas, yang meletakkan manusia sebagai subjek yang otonom, sebagai pusat perhatian dan aktivi-
Berbeda dengan pengambar-
tas kultural. Dimensi modenitas ini
an seperti di atas, ada sebuah
sekaligus memperlihatkan pemaha-
lukisan bertajuk “Feel so Small” yang
man Palguna dalam bingkai sebagai
memperlihatkan cara penggambaran
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
33
ISSN : 2087-0795
yang lain. Dalam lukisan ini terlihat
yang transenden dan imanen, antara
jelas
berubah
yang tradisional dan modern, antara
sebagai subjek yang menguasai
yang subjek dan objek, dalam kon-
manusia
teks
gunung
(Marapi)
(objek).
Figur
manusia
membangun
identitas
dan
digambarkan kecil berada di tengah
idiologi personalnya. Justru dalam
semesta Merapi yang tampak putih
tegangan macam inilah, seorang
bersih. Figur itu tak dapat dikenali
pelukis terus dapat memperlihatkan
identitas personal-kulturnya.
kreativitasnya. Tanpa tegangan, se-
Ia seolah sebagian kecil dari
orang pelukis akan berada dalam
semesta yang terbentang luas. Ke-
ruang harmoni, tanpa gejolak, tanpa
beradaannya telah dibingkai oleh
daya kritis. Sebaiknya, dengan te-
keberadaan semesta gunung (Me-
gangan, seperti yang terlihat dalam
rapi). Dalam konteks ini, figur ma-
diri Palguna, lukisannya menyimpan
nusia dapat dipahamisebagai mani-
makna kritis, dan
festasi dari „mikro kosmos‟ sedang-
temuan kreatif yang
kan bentangan semesta sebagai „
personal.
memperlihatkan ontentik dan
makro kosmos‟.
TENTANG RITUS AIR SEBAGAI BAGIAN DARI ALAM
Dengan
cukup
gamblang
Palguna memberi jalan pada kita untuk melihat air di sejumlah karyakaryanya yang lain. Kegamblangan ini kian dimudahkan ketika palguna menhadirkan berbagai ilustrasi peris-
Gambar 04
Feel so small, 140 x 180 cm, acrylik on canvas, 2006 Sumber: Katalog Pameran tunggal I Made Arya Palguna, Atap Langit, 2006.
tiwa-peristiwa yang berkait dengan air dan akrab bagi kita, diantaranya: tentang pemanasan global, bencana banjir dan lumpur. Peristiwa-peristiwa itu tidak lain adalah kejadian
Dua gejala penggambaran
aktual yang kerap kita lihat dan
tersebut memperlihatkan bahwa Pal-
dengar di berbagai media massa.
guna berada dalam tegangan antara
Peristiwa-peristiwa itu mengandung
34
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
ISSN : 2087-0795
zat mineral yaitu air. Pokok ini yang
adaan yang tak menentu, kadang
hendak Palguna sampaikan kepada
panas, kadang dingin dengan siklus
kita
yang
tak menentu”, ujar Palguna. Dalam
mengambil tema”Ritus Air”. Titik bi-
“In God Hand” (2008), nampak tiga
dik air ini sengaja dia ambil sebagai
buah helai daun yang berisi air
mula dia menggambar ekspresi-
dalam volume yang tak sama, pada
ekspresinya atas berbagai hal ten-
lukisan ini Palguna ingin mengingat-
tang peristiwa alam yang menyen-
kan Tuhan yang mengatur pemba-
tuhnya.
gian air yang berbeda-beda ini.
dalam
karya-karyanya
Dengan cara menggunakan air
sebagai
metafora
Palguna
sedang merisalahkan keprihatinannya pada ambisi manusia yang ingin menaklukan alam, ambisi manusia yang
ingin
menguasai
sesama
dengan cara kekerasan. Ambisiambisi manusia ini didorong oleh tiadanya keseimbangan, absennya kontrol manusia pada azas keselarasan, dan hubungannya dengan sang Pencipta. Dari segi tematik, asas transedental dan hubungan horisontal dengan sesama dan alam
Gambar 05 Swim Litttle Bear,....Swim, 200cm x 250 cm, acrylik on canvas, 2008 Sumber: Katalog Pameran tunggal I Made Arya Palguna, Ritus Air, 2008.
ini yang coba diingatkan oleh Palguna pada pentingnya melakoni aksi
Palguna juga menaruh per-
hidup yang berimbang. Pandangan
hatian pada fenomena lumpur Sido-
etis Palguna bisa kita amati misalnya
harjo, dalam “Swim Little
pada “Glass Chamber” (2008) me-
Swim” (2008), karya ini sengaja ia
nampilkan sosok-sosok yang ter-
buat
kurung dalam rumah kaca. Tampak
anak didaerah bencana. Salah satu
figur laki-laki dan perempuan, ada
karya Palguna yang menantang pe-
yang tertunduk, dan seperti ada
nafsiran kita lebih jauh pada “Men-
yang meronta dalam rumah trans-
jilat Hujan” (2008), Nampak sosok
paran, “Karya ini terinspirasi dari ke-
laki-laki itu menengadah ke langit,
sebagai simpati
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
Bear,....
pada anak-
35
ISSN : 2087-0795
lidahnya menjulur dan mencokok air
Dalam karya ini, berbagai masalah
hujan. Tentang ini Palguna bertanya:
mengenai lingkungan, keresahan so-
“bagaimana seandainya kita menjilat
sial dan sebagainya, bisa disejukkan
hujan? Asin tentunya, mungkin dari-
dengan ritual keagamaan. Sebagai
pada menjilat ludah?”
penanda dan dalam tujuan tertentu suara genta adalah sebuah peringatan, pengingat bagi siapapun yang
menghuni
alam
semesta.
Barangkali obyek ini merupakan genta spiritual Palguna, genta yang juga diperlukan bagi siapapun yang alpa.
Gambar 06 Menjilat Hujan, 200cm x 250 cm, acrylik on canvas, 2008 Sumber: Katalog Pameran tunggal I Made Arya Palguna, Ritus Air, 2008.
Obyek terakhir adalah “Santih, Santih, Santih”, sebuah genta raksasa. Inilah salah satu karya tiga dimensi Palguna yang terbuat dari bahan fiber, bentuk gentanya mirip dengan genta aslinya namun ukurannya yang berbeda. Dalam genta Gambar 07
ini Palguna akan mengisinya dengan aksara-aksara dan menyilahkan kita untuk mendengar bunyi doa didalam
Santi, Santi, Santi, Feber, 2008 Sumber: Katalog Pameran tunggal I Made Arya Palguna, Ritus Air, 2008.
genta. Genta ini biasanya digunakan dalam upacara-upacara relegi ketika air suci dikeluarkan kepada umat.
36
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
ISSN : 2087-0795
KESIMPULAN Dalam konteks yang berlapis DAFTAR PUSTAKA
seperti yang disebutkan di atas, kita dapat melihat posisi artistik-estetik dan konseptual lukisan Palguna.
Read,
Gunung (Merapi) dan Air merupakan bagian dari alam yang dipahami dalam berbagai dimensi itu, ternyata tetap diletakkan dalam bingkai spiritual. Disinilah, kita dapat menarik hubungan antara individu (Palguna) dengan alam dalam orbit kesadaran-
Herbert, Seni: Arti dan Problematiknya, Duta Wacana University Prees, Yogyakarta, 2000.Soedarso Sp, Trilogi Seni, Badan Penerbit ISI Yogyakarta, Yogyakarta, 2006.
Marianto, M. Dwi, Menempa Quanta Mengurai Seni, Badan Penerbit ISI Yogyakarta, Yogyakarta, 2011.
nya sebagai manusia yang hidup dalam tegangan tradisional dan modern. Seperti yang tersebut didepan, Palguna memang akrab dan bahkan dekat sekali dengan alam di sekitarnya, namun kedekatan ini tidak menimbulkan kekaguman pada bentuk-bentuk luarnya, melainkan pada
Holt,
Claire, Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia, Diterjemahkan oleh Prof. Dr. R.M. Soedarsono, Bandung: Arti.Line, 1967.
A.A.M Djelantik, Estetika Sebuah Pengantar, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, Bandung, 1999.
hakekat yang ada didalamnya. Dalam
seni,
alam
kadang-kadang
dipandang sebagai tema, kadangkadang sebagai motif, dan kadangkadang pula sebagai obyek studi atau menjadi sumber inspirasi para seniman.
Lebih
memaknai
Katalog Pameran tunggal I Made Arya Palguna, Ritus Air, 2008. Katalog Pameran tunggal I Made Arya Palguna, Atap Langit, 2006.
alam
sebagai bagian dari proses kreatif untuk mengungkap
makna
yang
tersembunyi dalam alam. *Penulis adalah Dosen Seni Rupa Murni ISI Surakarta
Vol. 6, No. 1, Juli 2014
37