Modul ke:
PENDAHULUAN BAHASA INDONESIA PUSPA RAGAM BAHASA INDONESIA
Fakultas
………………….. Program Studi
………………… www.mercubuana.ac.id
Dadi Waras Suhardjono, S.S., M.Pd.
Latar Belakang Bangsa Indonesia yang sudah memiliki bahasa Indonesia sudah seharusnya mengerti, memahami, menggunakan, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Perlakuan tersebut dapat dilakukan orang Indonesia asalkan didasari dengan rasa memiliki dan bangga berbahasa Indonesia.
Rasa bangga terhadap bahasa pasti juga akan dibarengi dengan sikap menjaga serta berusaha melestarikan bahasa Indonesia, tentunya dalam konteks yang baik dan benar. Oleh karena itu, dalam semua aspek kehidupan masyarakat, orang Indonesia harus mulai menggeliat dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan diiringi sikap rendah hati, sopan, dan jujur, sehingga yang tercermin adalah watak bangsa yang luar biasa.
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh manusia mempunyai berbagai ragam atau variasi. Variasi tersebut terdiri dari dialek, idiolek, slank, pidgin, dan kreol. Bentukbentuk variasi tersebut tentunya mempunyai keterkaitan dengan masyarakat pemakainya yang memiliki latar belakang budaya sama/berbeda.
Bahasa mempunyai peranan di bidang komunikasi dalam berbagai konteks. Konteks yang dimaksud adalah konteks bahasa, baik tulisan maupun lisan. Dalam hal ilmu kebahasaan, konteks serta peristiwa tutur dikaji dalam sebuah ilmu yang disebut pragmatik.
Di sini humor menjadi bagian hidup sehari-hari. Humor tidak mengenal kasta sosial dan dapat bersumber dari berbagai aspek kehidupan. Humor adalah cara melahirkan suatu pikiran, baik dengan kata-kata/verbal, atau dengan jalan lain yang melukiskan suatu ajakan yang menimbulkan simpati dan hiburan. Dengan demikian, humor membutuhkan suatu proses berpikir. Seorang pakar budaya Jawa, Poerbatjaraka (dalam Vivin, 2003) mengatakan bahwa dengan humor orang dibuat tertawa, sesudah itu orang tersebut diminta untuk memikirkan/merenungkan isi/kandungan humor tersebut, kemudian disusul dengan berbagai pertanyaan yang relevan yang akhirnya disuruh berwawas diri.
B. Bahasa Indonesia dan Kekuasaan Masalah tentang siapa yang menggunakan bahasa apa (atau siapa menggunakan jenis bahasa apa) serta bagaimana sikap orang terhadap bahasa (atau terhadap jenis bahasa) itu adalah masalah yang terkait dengan kekuasaan dan masyarakat (Thomas dan Shan Wareng, 2006:17).
Perbedaan Penggunaan Bahasa antara Laki-laki dengan Wanita Teori perbedaan yang dimaksud adalah tentang teori dominasi. Dalam teori tersebut timbul dua masalah, yang pertama wanita digambarkan sebagai “korban tak berdaya” dan yang kedua pria dipandang sebagai pihak yang merendahkan wanita.
1. Kekuatan Bahasa Indonesia Kekuatan bahasa, dalam hal ini bahasa Indonesia, apabila dihubungkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Massaru Emoto menyatakan bahwa energi positif yang terdapat dalam bahasa mampu membentuk kristal yang sangat indah, sedangkan yang diberikan energi negatif menghasilkan Kristalkristal yang buruk, bahkan ada yang mirip dengan gambaran hantu. 2. Pendidikan Karakter Ratna menyampaikan bahwa pada usia di bawah tujuh tahun merupakan saat yang tepat bagi anak untuk diajarkan pendidikan karakter. Usia tersebut adalah usia yang sangat tepat dalam pembentukan watak, akhlak, atau karakter bangsa. Pada usia tersebut, perlu ditanamkan Sembilan pilar karakter yang penting, yaitu; (1) cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya, (2) tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian, (3) kejujuran, (4) hormat dan santun, (5) kasih sayang, (6) percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, (7) keadilan dan kepemimpinan, (8) baik dan rendah hati, (9) toleransi, cinta damai, dan persatuan.
3. Bahasa Indonesia dan Pendidikan Karakter Indonesia Bahasa Indonesia menjadi bahasa yang sangat penting di republik ini, sehingga sudah selayaknya diperjuangkan. Kesadaran akan pentingnya bahasa Indonesia juga harus diimplementasikan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. D. Bahasa Indonesia dan Media Massa Perkembangan media massa saat ini sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan menjamurnya media massa baik tulis maupun elektronik di Indonesia. Pada zaman Orde Baru, Indonesia hanyab memiliki TVRI, RRI, serta media cetak yang sangat terbatas. Semua itu di bawah pengawasan pemerintah.
Pada Juli 2013 dua perwakilan Indonesia, yaitu KBRI di Paris dan Berlin melaksanakan Lomba Pidato Bahasa Indonesia. Lomba Pidato Bahasa Indonesia tersebut merupakan lomba yang kedua kalinya dilaksanakan oleh KBRI.
Pemerintah Daerah Ho Chi Minh City, Vietnam, mengumumkan bahwa bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua secara resmi pada Desember 2007, kata seorang diplomat Indonesia.
Terima Kasih Dadi Waras Suhardjono, S.S., M.Pd.