I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin 2004). Erosi merupakan
tiga
proses
yang
berurutan,
yaitu
pelepasan
(detachment),
pengangkutan (transportation), dan pengendapan (deposition) bahan-bahan tanah oleh penyebab erosi (Asdak 1995). Di daerah-daerah tropis yang lembab seperti di Indonesia, air merupakan penyebab utama terjadi erosi, sedangkan untuk daerah-daerah panas yang kering, angin merupakan faktor penyebab utama. Erosi tanah yang disebabkan oleh air meliputi 3 tahap, yaitu: a. Tahap pelepasan partikel tunggal dari massa tanah. b. Tahap pengangkutan oleh media yang erosif seperti aliran air dan angin. c. Tahap pengendapan, pada kondisi dimana energi yang tersedia tidak cukup lagi untuk mengangkut partikel. (Suripin 2004) Percikan air hujan merupakan media utama pelepasan partikel tanah pada erosi yang disebabkan oleh air. Butiran air hujan mengenai permukaan tanah yang gundul, mengakibatkan partikel tanah terlepas dan terlempar ke udara. Gravitasi bumi membuat partikel tersebut jatuh kembali ke bumi. Partikel-partikel tanah tersebar ke arah bawah searah lereng pada lahan yang miring. Partikel-partikel tanah yang terlepas akan menyumbat pori-pori tanah. Percikan air hujan juga menimbulkan pembentukan lapisan tanah keras pada lapisan permukaan yang mengakibatkan kapasitas dan laju infiltrasi tanah menurun. Genangan air di permukaan tanah bisa terjadi pada kondisi intensitas hujan melebihi laju infiltrasi, yang kemudian akan menjadi aliran permukaan. Aliran permukaan ini menyediakan energi untuk mengangkut partikel-pertikel yang terlepas baik oleh percikan air hujan maupun oleh keberadaan aliran permukaan itu sendiri. Energi aliran permukaan ini akan menurun dan kemudian tidak mampu lagi mengangkut
partikel tanah yang terlepas, partikel tanah tersebut akan mengendap baik untuk sementara atau tetap (Suripin 2004). Tahun 2010 terjadi letusan gunung Merapi yang terletak di Kabupaten Sleman, Provinsi DIY, Kabupaten Klaten, Magelang, dan Boyolali di Provinsi Jawa Tengah. Salah satu lokasi yang terkena dampak dari erupsi Merapi ini adalah Dukuh Kaliwuluh, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten yang terletak di lereng tenggara dari gunung Merapi. Penggunaan lahan di dukuh Kaliwuluh didominasi oleh tegalan dengan cengkeh, kacang tanah, dan ubi kayu sebagai tanaman utam. Erupsi gunung Merapi memiliki bahaya primer dan sekunder dan dapat merusak lahan. Secara umum kerusakan lahan akibat erupsi adalah kehilangan beberapa atau banyak plasma nutfah dan biodiversitas tumbuhan berubah, daerah tangkapan air menghilang, kerusakan hutan, dan bahkan sumber air tertutup, serta saluran-saluran air menghilang (Rahayu et al. 2014) Dampak dari letusan gunung Merapi mengakibatkan kerusakan lahan dan membuatnya menjadi terbuka, sedangkan material debu dan pasir yang dominan pada tekstur tanah di lereng Merapi sangat rentan terhadap bahaya erosi. Harjadi dan Agtriariny (1997) mengatakan bahwa tekstur berpengaruh pada erodibilitas tanah yaitu dengan semakin kasar tekstur tanah, nilai K akan cenderung semakin besar yang berarti bahwa semakin tinggi nilai K, tanah tersebut akan semakin peka atau mudah tererosi. Sebaliknya, semakin halus tekstur suatu tanah, nilai K akan semakin rendah yang berarti tanah tersebut resisten terhadap erosi. Hal ini diakibatkan karena dengan semakin kasar tekstur tanah maka bahan organik akan berkurang karena banyak yang tercuci akibat permeabilitas yang cepat dan didukung oleh struktur yang cenderung granuler. Penggunaan lahan sangat mempengaruhi laju erosi, seperti
yang
dikemukakan oleh Sukresno (1993) bahwa erosi yang terjadi di kawasan hutan Waduk Gajah Mungkur (di hulu DAS Bengawan Solo) sebesar 82,2 ton/ha/th, sedangkan pada lahan pekarangan yang merupakan kebun campuran erosi yang terjadi sebesar 138 ton/ha/th, dan pada lahan tegalan yang ditanami tanaman semusim (padi gogo, jagung, kedele, kacang tanah dan ketela pohon) di sekitar
Waduk Gajah Mungkur tersebut erosinya berkisar antara 211,5-729,4 ton/ha/th. Nilai tersebut sangat jauh apabila dibandingkan dengan penggunaan lahan lain misal pada lahan tidak terusik. Ariyanto et al. (2008) melaporkan bahwa erosi pada hutan yang tidak terusik di DTA Waduk Sempor Kabupaten Kebumen Jawa Tengah sebesar 34,2 ton/ha/th. Sedimen yang kecil pada sungai dan danau dapat mencemari air dengan kekeruhan sangat tinggi sehingga mengurangi penetrasi sinar matahari dan mempengaruhi suhu air. Erosi menyumbangkan logam berat atau racun lain yang terabsorbsi dengan partikel halus, selain itu erosi juga mengakibatkan penurunan kualitas air (Toy et al. 2002 cit Narcisa G. Pricope 2009). Oleh karena itu diperlukan suatu usaha untuk mengetahui besar erosi. Usaha untuk mengetahui besar erosi dapat dilakukan secara langsung, tetapi hal ini membutuhkan waktu pengamatan yang relatif lama dan memerlukan biaya yang mahal, baik untuk instalasi alat, pengoperasian, maupun pemeliharaan alat. Penggunaan model dapat menjadi salah satu alternatif. Model prediksi erosi itu sendiri cukup beragam, antara lain USLE (Universal Soil Loss Equation), ANSWER (Areal Nonpoint Source Watershed Environment Respon Simulation), GUEST (Griffith University Erosion System Template) dan model-model prediksi lain. Penelitian ini digunakan metode USLE karena cukup sederhana dan sangat baik apabila digunakan di daerah yang faktor utama penyebab erosi adalah air. Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memprakirakan besar erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang berbeda. USLE memungkinkan perencana memprediksi laju erosi rata-rata lahan tertentu pada suatu kemiringan dengan pola hujan tertentu untuk setiap jenis tanah dan penerapan pengelolaan lahan (tindakan konservasi lahan). USLE dirancang untuk memprediksi erosi jangka panjang dari erosi lembar (sheet erosion) dan erosi alur di bawah kondisi tertentu. Persamaan tersebut juga dapat memprediksi erosi pada lahan-lahan non pertanian, tapi tidak dapat untuk memprediksi pengendapan dan tidak memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai (Suripin 2004).
B. Perumusan masalah Masalah yang dapat dirumuskan dari latar belakang antara lain: 1. Berapa nilai prediksi erosi pada beberapa tipe penggunaan lahan dan kemiringan yang berbeda? 2. Bagaimana tingkat bahaya erosi pada beberapa tipe penggunaan lahan dan kemiringan yang berbeda? 3. Bagaimana indeks bahaya erosi pada beberapa tipe penggunaan lahan dan kemiringan yang berbeda? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Memprediksi erosi pada beberapa tipe penggunaan lahan dan kemiringan yang berbeda 2. Mengetahui tingkat bahaya erosi pada beberapa tipe penggunaan lahan dan kemiringan yang berbeda 3. Mengetahui indeks bahaya erosi pada beberapa tipe penggunaan lahan dan kemiringan yang berbeda D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian adalah: 1. Memberikan informasi tentang nilai prediksi erosi pada beberapa tipe penggunaan lahan dan kemiringan yang berbeda 2. Memberikan informasi tentang tingkat bahaya erosi pada beberapa tipe penggunaan lahan dan kemiringan yang berbeda 3. Memberikan informasi tentang indeks bahaya erosi pada beberapa tipe penggunaan lahan dan kemiringan yang berbeda