I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di dunia semakin meningkat dari tahun ketahun. Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar saat ini, akan melonjak menjadi sembilan miliar pada tahun 2045. Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki laju pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Setiap tahun penduduk indonesia bertambah empat juta jiwa, kondisi ini sangat memprihatinkan. Data sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan penduduk indonesia berjumlah 237,6 juta jiwa. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia masih terus berlangsung sampai saat ini, jumlahnya dari tahun ke tahun terus bertambah. Bagi Indonesia dengan jumlah penduduk yang sangat besar, masalah pangan selalu merupakan masalah yang sensitif. Pertambahan penduduk meningkatkan kebutuhan pangan sekaligus juga menurunkan luas dan kemampuan lahan untuk menyediakan pangan dikarenakan penduduk yang demikian banyak akan menggunakan lahan untuk perumahan, perkantoran, industri, dan fasilitas lain yang akan mengurangi ketersediaan sumber daya lahan pertanian untuk produksi pangan. Semakin meningkatnya kebutuhan pangan akibat laju pertumbuhan yang tinggi di Indonesia. Berdasarkan
permasalahan-permasalahan
tersebut,
maka
kebijakan
pembangunan pertanian diperioritaskan beberapa program kerja yang dijabarkan dalam beberapa kegiatan, dengan tujuan untuk mencapai sasaran dari pembangunan pertanian. Salah satunya adalah program ketahanan pangan. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. 1
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Badan Litbang telah menghasilkan dan mengembangkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), yang ternyata mampu meningkatkan produktivitas padi serta lebih efisien. Dalam upaya pengembangan PTT secara nasional, Kementerian Pertanian meluncurkan Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Program SL-PTT merupakan program nasional pemerintah Indonesia sejak tahun 2008. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian pangan nasional khususnya padi. Pada awal tahun 2011 total luas areal padi di Indonesia mencapai 12.879.039 Ha, produksi mencapai 64.329.329 ton dengan produktivitas hanya mencapai 49 kuintal per hektar, jauh dari standar yang diharapkan yakni dapat menghasilkan lebih dari 100 kwintal per hektar (Maryani dkk, 2014). Pelaksanaan SLPTT sebagai pendekatan pembangunan tanaman pangan, khususnya dalam mendorong peningkatan produksi padi nasional telah terbukti mengungkit pencapaian produksi, namun kedepan dengan berbagai tantangan yang lebih beragam maka diperlukan penyempurnaan dan atau peningkatan kualitas baik pada tatanan perencanaan dan operasionalisasi di lapangan. Sejalan dengan hal tersebut diatas, maka pada tahun 2015 upaya peningkatan produksi padi difokuskan pada kawasan tanaman pangan, melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT). GP-PTT merupakan salah satu program yang ada dalam UPSUS (Upaya Khusus). Beberapa program yang ada dalam pelaksanaan UPSUS (Upaya Khusus) adalah Pengembangan Jaringan Irigasi, Optimasi Lahan, Optimasi Perluasan Areal Tanam Kedelai Melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT- Kedelai, Perluasan Areal Tanam Jagung (PAT- Jagung), dan Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) padi, jagung, dan kedelai. UPSUS merupakan suatu program yang dibuat oleh pemerintah yang bertujuan dapat mencapai swasembada pangan dengan meningkatkan produktivitas dan indeks pertanaman melalui peningkatan ketersediaan air irigasi, benih, pupuk, dan alsintan serta memberikan fasilitasi pendampingan dari penyuluh, perguruan tinggi, serta Tentara Nasional Indonesia (TNI). Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT), yaitu kegiatan peningkatan produktivitas akan difokuskan melalui pola kawasan yang terintegrasi dari hulu sampai hilir, peningkatan jumlah paket bantuan sebagai
2
instrumen stimulan, serta dukungan pendampingan dan pengawalan. Terpadu dalam hal ini yakni pada proses pelaksanaannya dimana adanya pengawalan dan pendampingan dilakukan oleh penyuluh, babinsa, serta mahasiswa/instansi pendidikan. Penyuluh, mahasiswa, dan bintara pembina desa (Babinsa) menjadi unsur penting dalam menggerakkan para petani pelaku utama untuk dapat menerapkan program GP-PTT padi untuk mencapai swasembada berkelanjutan. Melalui GP-PTT, petani diharapkan dalam menerapkan ilmu yang mereka peroleh saat mendapat kegiatan GP-PTT, mampu menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan (melakukan/mengalami kembali), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji berdasarkan spesifik lokasi. GP-PPT adalah salah satu program mendukung peningkatan produksi padi, jagung, kedelai dan ubi kayu. Padi merupakan komoditas terpenting dari komoditas yang lainnya, karena padi adalah makanan pokok sebagian besar masyarakat di Indonesia. Pada GP-PTT petani dapat langsung menerapkan teknologi budidaya spesifik lokasi yang merupakan hasil rekomendasi dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) setempat. Melalui GP-PTT petani akan mampu mengelola potensi sumberdaya yang tersedia secara terpadu dalam budidaya padi di lahan usahataninya spesifik lokasi, sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi. Namun demikian wilayah di luar GP-PTT harus tetap dilakukan pembinaan, pendampingan dan pengawalan sehingga produksi dan produktivitas tetap dapat meningkat, mengingat sasaran produksi yang telah ditetapkan meningkat dari tahun sebelumnya. Dalam rangka meningkatkan produksi padi dan mewujudkan swasembada pangan, Daerah Istimewa Yogyakarta telah aktif melaksanakan program Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) di 5 kabupaten yaitu Kabupaten Sleman, Gunungkidul, Bantul, Kota Yogyakarta, dan Kulonprogo. Diantara lima kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulonprogo yang mendapatkan program GP-PTT untuk komoditas padi. Kecamatan Kalasan merupakan wilayah yang berada dekat dengan perkotaan. Wilayah yang dekat dengan perkotaan menyebabkan sebagian lahan dimanfaatkan
3
untuk perumahan. Walaupun demikian, masih ada beberapa lahan yang dapat digunakan untuk pertanian khususnya padi. Sehingga program GP-PTT padi cukup prospektif di Kecamatan Kalasan. Kecamatan Kalasan dipilih dalam pelaksanaan GP-PTT khusus untuk komoditas padi karena letak daerah yang strategis baik sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Keadaan tersebut menjadi suatu hal yang menarik untuk melakukan penelitian di Kecamatan Kalasan mengenai partisipasi petani dalam program GP-PTT padi. Oleh karena itu, program GP-PTT padi cukup prospektif di Kecamatan Kalasan. Kecamatan Kalasan dipilih dalam pelaksanaan GP-PTT khusus untuk komoditas padi karena letak daerah yang strategis baik sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Keadaan tersebut menjadi suatu hal yang menarik untuk melakukan penelitian di Kecamatan Kalasan mengenai partisipasi petani dalam program GP-PTT padi. Keberhasilan pelaksanaan Program Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) 2015 sangat ditentukan oleh partisipasi dari petani setempat secara langsung, maka partisipasi petani dalam program ini merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dikaji. Mikkelsen (1999), menyatakan partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka. Partisipasi pihak-pihak yang terlibat dianggap sebagai jalan untuk meraih kesuksesan dalam meningkatkan produksi serta mewujudkan ketahanan pangan. B. Rumusan Masalah Program Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) merupakan program utama yang telah dibuat oleh Kementrian Pertanian dengan upaya mewujudkan swasembada pangan. Tujuan dari program GP-PTT padi adalah petani akan mampu mengelola potensi sumberdaya yang tersedia secara terpadu dalam budidaya padi di lahan usahataninya spesifik lokasi, sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi. Kemudian dapat memenuhi kebutuhan beras masyarakat Indonesia sehingga dapat mewujudkan swasembada pangan. Program GP-PTT 2015 merupakan program pemerintah yang baru dirintis oleh pemerintah. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan penelitian tentang
4
bagaimana partisipasi petani mengenai Program Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT). Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan dikaji antara lain : 1. Sejauhmana tingkat partisipasi petani dalam Program Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) padi Tahun 2015 ? 2. Faktor internal dan faktor eksternal apa saja yang berhubungan dengan partisipasi petani dalam Program Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP - PTT) padi Tahun 2015? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui sejauhmana tingkat partisipasi petani dalam program GP-PTT padi di Kecamatan Kalasan Tahun 2015. 2. Mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan partisipasi petani dalam program GP-PTT padi di Kecamatan Kalasan Tahun 2015. D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat bagi beberapa pihak yaitu: 1.
Bagi peneliti, sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana (S1) Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
2.
Bagi peneliti lain, dapat dimanfaatkan sebagai salah satu referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan program Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu.
3.
Bagi pemerintah, dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan program Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu.
4.
Bagi petani, dapat dimanfaatkan sebagai informasi mengenai perkembangan program Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu.
5