I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sektor petanian merupakan sektor yang mempunyai peran vital di Indonesia.Pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian yaitu kontribusi produk dalam sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan juga kontribusi pasar. Peran penting lainnya adalah dalam penyediaan kebutuhan pangan manusia apalagi dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang berarti bahwa kebutuhan akan pangan juga semakin meningkat. Di Indonesia sebagai Negara agraris, ada peran tambahan dari sektor pertanian yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat yang sebagian besar sekarang berada di bawah garis kemiskinan. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), jumlah penduduk miskin pada tahun 2004 mencapai 36,147 juta orang, dan 21,265 juta (58,8%) di antaranya bekerja di sektor pertanian (Kartaadmaja, 2010). Dewasa ini sektor pertanian di Indonesia masih digambarkan sebagai sektor usaha skala ekonomi kecil. Penguasaan lahan yang sempit, teknologi budidaya yang masih sederhana serta terbatasnya modal usaha menjadi masalah yang dihadapi oleh pelaku usahatani. Petani skala kecil seringkali kekurangan informasi mengenai harga pasar. Padahal informasi pasar memegang peranan penting dalam penjualan produk hasil pertanian itu sendiri. Selain informasi pasar, petani juga dihadapkan pada masalah ketersediaan bahan baku pertanian (saprodi) seperti pupuk dan benih. Begitu juga dengan petani tebu, bahan baku gula. Gula merupakan salah satu kebutuhan manusia. Di Indonesia sendiri kebutuhan akan gula cukup tinggi sehingga memaksa pemerintah untuk mengimpor gula demi memenuhi kebutuhan negara. Ini merupakan dampak masih belum berimbangnya antara kebutuhan gula dengan hasil produksi gula negara merupakan
tanaman perkebunan yang mempunyai peran sangat vital
Tebu karena
sebagai bahan baku pembuat gula. Produktivitas tebu yang tinggi akanmemengaruhi produksi gula negara sehingga membantu negara mengurangi ketergantungan impor gula yang tentunya
lebih menghemat devisa negara. Industri gula tentunya
diharapkan dapat meningkatkan produksi untuk mengurangi ketergantungan impor.Salah satunya dengan berpartisipasi dalam peningkatan produksi tebu.
1
Partisipasi peningkatan produksi tebu ini dapat dicapai dengan melakukan kemitraan dengan petani tebu di wilayah sekitar industri gula. Kemitraan merupakan kerjasama oleh dua pihak dengan prinsp saling membutuhkan dan saling menguntungkan. Landasan peraturan mengenai kemitraan di Indonesia diatur oleh Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997 yang menyebutkan bahwakemitraan kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau denganUsaha Besar disertai pembinaan dan Pengembangan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Sehingga dengan adanya hal ini, maka hubungan yang dibangun antara Usaha Besar dan Usaha Menengah harus sinergis demi menunjang keberhasilan program. Keberhasilan program kemitraan ditentukan oleh banyak faktor. Limerick dan Cunnington dalam Asosiasi Teh Indonesia (1999) menjelaskan, faktor-faktor penentu keberhasilan kemitraan antara lain: 1. Tergantung pada tingkat fleksibilitas para manajer perusahaan, karena pengelolaan kemitraan bersifat horizontal. 2. Adanya peranan yang jelas dari setiap individu dalam pengelolaan kemitraan. 3. Adanya sistem komunikasi yang handal. 4. Adanya pemahaman dan keyakinan para manajer bahwa berkompetensi secara berkelompok melalui kemitraan akan lebih bermanfaat dibandingkan dengan berkompetensi secara individu. 5. Kesesuaian gerak, persepsi, dan tujuan dari tiap-tiap pihak yang bermitra. 6. Adanya kejelasan tujuan kemitraan strategis yang mudah untuk diamati dan diukur. 7. Adanya penanganan berbagai isu sensitif secara cepat dan tepat terutama yang berkaitan dengan kejujuran dan keadilan. 8. Adanya sistem pemanfaatan yang handal. Faktor-faktor keberhasilan ini akan menunjang manfaat yang diperoleh kedua belah pihak. Kemitraan antara industri gula dengan petani tebu dilakukan dengan cara pemberian fasilitas untuk menunjang proses produksi tebu oleh industri gula dengan petani tebu. Fasilitas yang diberikan antara lain dengan memberikan modal untuk
2
produksi, teknologi, dan kepastian dalam pembelian hasil produksi. Sedangkan petani tebu melaksanakan proses produksi sesuai dengan petunjuk teknis dari industri gula. Kedua cara ini dinilai menguntungkan satu sama lain. Salah satu industri gula yang melaksanakan kemitraan dengan petani tebu ialah Pabrik Gula Trangkil.Pabrik Gula (PG) Trangkil merupakan salah satu industri gula tertua di Pati Jawa Tengah dimana produk yang dihasilkan dipercaya memiliki kualitas terbaik dibandingkan dengan industri gula lainnya di wilayah Pati dan sekitarnya .PG Trangkil menjadikan sebagian petani-petani tebu yang berada di wilayah binaan sebagai mitra kerja. Kemitraan PG Trangkil diharapkan menjadi batu loncatan petani tebu mitra dalam meningkatkan kesejahteraan baik secara sosial, ekonomi maupun teknis. Adanya bantuan kredit modal maupun sarana produksi (saprodi) akan mengurangi beban petani khususnya secara finansial dalam melaksanakan usahatani tebu. Bantuan-bantuan yang diberikan ini memberikan manfaat baik bagi petani sehingga memungkinkan petani dalam meningkatkan kesejahteraan ketika bermitra dengan PG Trangkil.
3
B. Perumusan Masalah Kemitraan merupakan bentuk kerjasama antara pelaku usaha menengah dengan usaha kecil.Kemitraan telah banyak dijalankan industri-industri di Indonesia tak terkecuali industri gula tebu.Industri gula tebu melaksanakan program kemitraan dengan menggandeng petani tebu sebagai mitra. Petani tebu disini berperan sebagai penyedia bahan baku, sedangkan industri gula sebagai pengolah. Salah satu industri gula yang melaksanakan program kemitraan ialah PG Trangkil. PG Trangkil merupakan salah satu industri gula yang melaksanakan kemitraan. Dalam mencukupi kebutuhan tebu untuk proses produksi, PG Trangkil mengandalkan tebu rakyat guna memenuhi bahan baku. Oleh karena itu, PG Trangkil mengajak petani tebu bekerjasama.Dalam hal ini, petani tebu diajak menjadi mitra PG Trangkil.Namun, tidak semua petani tebu mengikuti program kemitraan dan memilih menjadi petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM). Atas dasar uraian di atas maka penelitian ini mengkaji beberapa permasalahan, yaitu sebagai berikut: 1. Sejauh mana tingkat kemitraan antara petani tebu dengan PG Trangkil? 2. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemitraan antara petani tebu dengan PG Trangkil? 3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari adanya program Kemitraan PG Trangkil terhadap petani tebu di Kecamatan Trangkil? C. Tujuan 1. Mengetahui tingkat kemitraan antara petani tebu dengan PG Trangkil. 2. Mengidentifikasikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemitraan antara petani tebu dengan PG Trangkil. 3. Menganalisis dampak kemitraan PG Trangkil terhadap usahatani tebu di Kecamatan Trangkil
4
D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi instansi yang terkait penelitian ini dapat menjadi referensi pengembangan dalam membina hubungan kemitraan dengan petani tebu. 2. Bagi pihak yang memerlukan dapat dijadikan sebagai referensi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian. 3. Bagi peneliti sebagai sarana pengembangan pola pikir berbasis ilmiah dan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan derajat Strata 1 (S1) di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
5