I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai
peranan
yang sangat
besar dalam
pertumbuhan ekonomi negara terutama negara yang bercorak agraris seperti Indonesia. Salah satu subsektor pertanian yang sangat berperan dalam pembudidayaan sumber daya di perairan adalah perikanan. Subsektor perikanan mempunyai peranan yang cukup penting, karena mampu menghasilkan protein hewani dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi perikanan yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup nelayan, mendukung pembangunan wilayah dengan tetap memperhatikan kelestarian dan fungsi lingkungan hidup serta merupakan penyumbang devisa melalui ekspor. Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan melalui agroindustri. Menurut Austin (1981) agroindustri adalah perusahaan yang memproses bahan nabati (yang berasal dari tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan) yang mempunyai nilai lebih. Proses yang digunakan mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Salah satu contoh dari agroindustri yang ada di Indonesia adalah agroindustri pangan. Keberadaan agroindustri pangan di Indonesia dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak serta mampu mendorong berdirinya industri penunjang seperti industri pengolahan makanan, industri kemasan, industri mesin dan peralatan pengolahan pangan. Salah satu agroindustri pangan yang sedang berkembang adalah agroindustri pengolahan ikan lele. Bahan dasar yang digunakan adalah ikan lele. lkan lele adalah jenis ikan air tawar yang paling banyak diminati serta dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Hampir semua restoran atau di warungwarung menyediakan menu pecel lele maupun lalapan lele. Selain dagingnya gurih, ikan lele mempunyai keunggulan tak bersisik dan bisa bertahan hidup
1
2
lebih lama sehingga mempermudah proses pengolahan. Ikan lele mengandung protein yang tinggi dan zat penguat tulang (kalsium) yang baik untuk makanan anak balita. Selain itu lele juga mengandung mineral lain yang penting pula untuk kesehatan tubuh (Hertami, 1986). Berikut data produksi perikanan budidaya Jawa Tengah tahun 2009-2013. Tabel 1. Data Produksi Perikanan Budidaya Jawa Tengah 2009-2013 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Komoditas
Udang Windu Udang Vaname Udang lainnya Kerapu Rumput Laut Nila Ikan Mas Bandeng Kakap Patin Lele Gurame Lainnya Jumlah
2009 3.581 1.006 6.733 7 8.892 20.073 3.899 48.541 32 429 28.290 6.145 17.023 144.651
Produksi (ton) 2010 2011 2012 3.028 2.373 2.711 1.858 1.962 3.421 5.030 1.969 1.786 11 12 12 16.015 44.507 41.155 28.715 41.122 50.791 4.973 6.348 7.127 57.201 64.305 64.038 33 0 0 1.038 1.135 1.342 36.768 54.088 62.686 7.475 9.404 10.373 13.851 15.638 16.278 175.996 242.863 261.720
2013 33.580 13.872 16.506 68 59.545 72.350 10.321 79.096 21 2.240 75.236 9.753 16.627 389.215
Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2015 Berdasarkan data produksi perikanan budidaya Jawa Tengah maka dapat diketahui bahwa total produksi perikanan budidaya selalu meningkat setiap tahunnya. Produksi perikanan budidaya hingga tahun 2013 sebesar 389.215 ton. Ikan lele merupakan salah satu ikan air tawar yang paling banyak dibudidayakan setelah bandeng. Produksi ikan lele pada tahun 2013 mencapai 75.236 ton. Kabupaten Boyolali memiliki potensi perikanan yang cukup besar untuk usaha budidaya ikan lele. Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Boyolali adalah jenis perikanan darat seperti tambak, sawah, kolam serta karamba dan perairan umum seperti waduk, sungai, telaga dan rawa. Diantara potensi
3
perikanan tersebut, salah satu jenis usaha perikanan yang banyak dilakukan oleh beberapa masyarakat Kabupaten Boyolali adalah usaha budidaya ikan dalam kolam. Kolam di daerah Boyolali biasanya digunakan untuk budidaya ikan air tawar salah satunya yaitu lele. Ikan lele merupakan ikan yang paling banyak dibudidayakan di Kabupaten Boyolali dibandingkan dengan ikan lainnya yaitu sebesar 18.907.598 kg dan luas lahan yang digunakan 307.662 m 2. Berikut ini data produksi ikan menurut jenis di Kabupaten Boyolali tahun 2014. Tabel 2. Data Produksi Ikan Menurut Jenis di Kabupaten Boyolali Tahun 2014 No 1 2 3 4 5
Komoditas Lele Nila Karper Gurame Patin Jumlah
Produksi (kg) 18.907.598 4.032.119 846.161 36.422 109.767 23.934.317
Luas (m2) 307.662 65.217 35.481 1.064 448 409.872
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, 2015 Kampung Lele adalah sebutan untuk Desa Tegalrejo karena sebagian besar penduduk berprofesi sebagai pembudidaya lele. Pada tahun 1990 diawali oleh tiga orang petani di Desa Tegalrejo yaitu Sugiarno, Sugiardi, dan Darsino bermula dari pekarangan rumah yang dijadikan sebagai usaha pembesaran budidaya lele. Usaha lele digunakan sebagai usaha sampingan dari usaha pokok bercocok tanam padi dan palawija. Masyarakat Desa Tegalrejo menganggap usaha pembesaran budidaya lele tidak menguntungkan dan berisiko tinggi, tetapi Sugiarno, Sugiardi dan Darsino tetap menjalankan dan lebih berusaha untuk mengembangkan. Pada tanggal 20 Februari 2007 kampung lele mendapat kunjungan dari presiden Rebuplik Indonesia, bapak Susilo Bambang Yudoyono. Presiden memberikan penghargaan kepada Darsino selaku ketua Kelompok Mina Karya Utama Yaitu Satya Lancana Wira Karya. Tahun 2009 Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad berkunjung dan memberikan perluasan kolam pada Kampung Lele untuk meningkatkan produksi dan memperluas trobosan pasar sehingga dapat menjamin produksi pasar.
4
Desa Tegalrejo merupakan salah satu desa di Kabupaten Boyolali yang membudidayakan ikan lele dalam jumlah cukup besar yaitu sekitar 10-12 ton/hari dengan luas kolam 25 Ha (Samodro, 2011). Ikan lele tersebut dijual dalam bentuk ikan segar untuk memenuhi kebutuhan pasar Yogyakarta, Solo, Klaten, Boyolali, dan Salatiga. Di daerah tersebut banyak terdapat agroindustri pengolahan ikan lele salah satunya adalah KUB Karmina (Kelompok Usaha Bersama Karya Mina Utama). KUB Karmina merupakan salah satu pelaku usaha yang bergerak di bidang pengolahan makanan yang berbahan dasar ikan lele. Bermula dari ketersediaan bahan baku yang berlimpah di Desa Tegalrejo, agroindustri ini menciptakan produk-produk olahan lele berkualitas. KUB Karmina berdiri pada tahun 2007 yang dipimpin oleh Ibu Triasning Sigit Supomo. Jumlah anggota yang ada sampai saat ini adalah 15 orang. Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi adalah ikan lele. KUB Karmina hanya mengambil bahan baku dari petani lele di daerah sekitar. Pemasok bahan baku ini tidak bergantung pada satu petani saja, bahkan 3-5 petani. Harga lele segar dari petani yaitu Rp 17.000/kg. Produk olahan yang dihasilkan dari KUB Karmina ada 7 macam yaitu abon (pedas dan gurih), keripik daging, keripik kulit, keripik sirip, kerupuk, bakso dan nugget. Harga untuk masing-masing produk olahan lele berbeda-beda, untuk abon Rp 110.000/kg, keripik daging Rp 90.000/kg, keripik kulit Rp 100.000/kg, keripik sirip Rp 70.000/kg, kerupuk Rp 40.000/kg, Bakso Rp 60.000/kg dan nugget Rp 75.000/kg. KUB Karmina melakukan proses produksi 3 kali dalam seminggu. Dalam satu kali produksi, ikan lele yang dibutuhkan bisa mencapai 160 kg dengan ukuran 1-3 ekor/ kg. Produk olahan dikemas secara dengan menarik dalam ukuran mulai dari 100 gr hingga 1 kg per bungkus. Hasil produksinya selain sudah tersedia
di semua toko oleh-oleh maupun minimarket yang ada di wilayah
Boyolali juga telah tersebar luas di Pulau Jawa seperti Solo, Yogyakarta, Salatiga, Semarang, Surabaya, Jakarta bahkan pernah sampai di meja makan Istana Negara.
5
Usaha agroindustri pengolahan ikan lele diharapkan dapat memberikan keuntungan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, agar dapat mencapai tujuan terlebih dahulu dilakukan sebuah studi kelayakan untuk menilai investasi yang ditanamkan di agroindustri tersebut layak atau tidak layak untuk dijalankan. Apabila usaha tersebut layak untuk dijalankan maka akan memberikan keuntungan, namun bila usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan maka akan mengalami kerugian. Untuk meminimalkan atau menghindari risiko di masa yang akan datang perlu perencanaan yang tepat agar dana yang diinvestasikan dapat memberikan keuntungan. Agroindustri pengolahan ikan lele di KUB Karmina dalam menjalankan usahanya belum melakukan analisis kelayakan khususnya dari segi finansial yang berguna untuk mengetahui kelayakan dalam penanaman investasinya. Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah acuan untuk pelaku usaha dalam mengambil keputusan berkenaan dengan kegiatan dan keberlangsungan usahanya. B. Rumusan Masalah Ikan lele merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi yang sampai saat ini dikembangkan di Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. Hambatan yang dihadapi para pengusaha agroindustri pengolahan ikan lele adalah masalah ekonomi. Hambatan tersebut misalnya kenaikan biaya input seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya transportasi dan lain-lain. Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu analisis kelayakan finansial dan sensitivitas, sehingga dapat memberikan gambaran kepada pengusaha
bagaimana melakukan usaha yang
menguntungkan dengan memperhitungkan berbagai biaya dan faktor produksi. Dengan analisis kelayakan finansial maka dapat memberikan keputusan kepada pengusaha agroindustri pengolahan ikan lele apakah usaha yang dijalankan menguntungkan atau tidak menguntungkan. Penelitian mengenai kelayakan finansial dan sensitivitas agroindustri pengolahan ikan lele di KUB Karmina Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali dilakukan dengan penilaian mengenai manfaat secara finansial yang diperoleh
6
dari usaha tersebut. Dalam melakukan usaha agroindustri seringkali hanya memikirkan
keuntungan
dalam
jangka
pendek,
sehingga
kurang
mempertimbangkan bagaimana usaha mampu bertahan dan memberikan keuntungan dalam jangka panjang. Dalam kegiatan usaha agroindustri ada perubahan sejumlah faktor produksi yang dipengaruhi oleh nilai rupiah dan inflasi. Oleh karena itu, para pengusaha harus siap dalam menghadapi jika terjadi kenaikan jumlah biaya produksi, penurunan jumlah produksi, bahkan kenaikan harga jual produk. Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kelayakan finansial agroindustri pengolahan ikan lele di KUB Karmina Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali? 2. Bagaimana tingkat sensitivitas agroindustri pengolahan ikan lele di KUB Karmina Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui tingkat kelayakan finansial agroindustri pengolahan ikan lele di KUB Karmina Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali? 2. Mengetahui tingkat sensitivitas agroindustri pengolahan ikan lele di KUB Karmina Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali? D. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang akan diperoleh dari penelitian yang akan dilakukan adalah: 1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7
2. Bagi pengusaha agroindustri pengolahan ikan lele, menjadi bahan pertimbangan atau masukan (informasi) dalam menentukan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengurangi risiko atau kendala dalam usaha agroindustri pengolahan ikan lele. 3. Bagi pembaca, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian guna menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya 4. Bagi pemerintah, dapat memberikan kontribusi bagi pengambil Kebijakan dalam bidang pertanian khususnya subsektor perikanan, dalam usaha peningkatan kesejahteraan petani.