I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sektor pertanian dan sektor industri merupakan sektor yang penting bagi perekonomian Indonesia. Di Indonesia, sektor industri berkaitan erat dengan sektor pertanian terutama industri yang menggunakan bahan baku dari hasil pertanian. Salah satu komoditi pertanian yang digunakan sebagai bahan baku industri adalah kedelai. Hal ini disebabkan karena sebagian besar konsumsi kedelai dalam bentuk olahan. Produk kedelai sebagai olahan terdiri dari dua macam yaitu produk fermentasi dan bukan fermentasi. Salah satu industri yang menggunakan bahan baku kedelai adalah industri tahu. Pengolahan kedelai menjadi tahu akan memberikan nilai tambah. Selain memberikan nilai tambah, produksi tahu mengakibatkan adanya permintaan kedelai. Permintaan kedelai untuk bahan baku industri merupakan permintaan turunan dari permintaan tahu. Permintaan kedelai dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain harga input, harga output dan faktor teknis. Perubahan harga kedelai sering dialami oleh pengrajin tahu dan akan berpengaruh pada biaya produksi. Perkembangan sektor industri yang menggunakan bahan baku komoditi pertanian akan berpengaruh terhadap sektor pertanian. Salah satu pengaruh sektor industri adalah permintaan terhadap komoditi pertanian seperti kedelai. Permintaan kedelai dapat meningkat karena adanya industri pengolahan kedelai. Hal ini dapat dilihat pada kurva permintaan kedelai yang bergeser ke kanan. Pergeseran kurva permintaan ini bukan karena pengaruh harga kedelai. Gambar 1.1. menunjukkan permintaan kedelai sebelum dan sesudah ada industri pengolahan kedelai. Perkembangan industri pengolahan kedelai akan menggeser kurva permintaan kedelai ke kanan yaitu dari D0 menjadi D1. Konsumen akan membeli lebih banyak lagi kedelai pada tingkat harga yang sama, atau mereka akan membeli kuantitas yang sama pada tingkat harga yang lebih tinggi.
1
P
D1 D0 Q
O
Gambar 1.1. Permintaan Kedelai Tahu merupakan salah satu produk olahan kedelai tanpa melalui proses fermentasi. Pada industri tahu, kedelai merupakan bahan baku utama dan sulit digantikan dengan bahan baku lain. Kedelai yang digunakan sebagai bahan baku adalah kedelai impor. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan kedelai yang tinggi dan tidak diimbangi dengan produksi kedelai. Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan kedelai, pemerintah harus mengimpor kedelai. Menurut Handayani (2013) kebutuhan nasional untuk kedelai mencapai 2,6 juta ton per tahun. Menurut data BPS, produksi kedelai nasional tahun 2010 sebanyak 908,11 ribu ton. Ini berarti kekurangannya sebesar 1,7 juta ton harus dipenuhi dengan mengimpor dari negara lain seperti Amerika Serikat, Brazil, Malaysia, Argentina, Kanada dan Thailand. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 65% kebutuhan kedelai nasional dipenuhi dengan kedelai impor. Hasil penelitian Irwan (2010), menyatakan bahwa rata-rata jumlah kedelai yang diolah per hari pada kelompok industri tahu skala kecil, sedang dan besar masing-masing sebesar 240 kilogram, 340 kilogram, dan 475 kilogram. Kedelai
sebagai bahan baku akan mendapatkan perlakuan pengolahan
sehingga akan meningkatkan nilai guna dan nilai tambah. Pertambahan nilai dalam proses pengolahan diperhitungkan sebagai selisih antara nilai komoditi yang dihasilkan dengan nilai faktor produksi yang digunakan selama proses berlangsung, seperti input tambahan, tenaga kerja, jasa modal dan manajemen. Dengan menghitung nilai tambah dari kedelai menjadi tahu dapat diketahui rasio nilai tambah
2
itu termasuk besar, sedang atau kecil. Menurut Hubeis cit. Ngamel (2012), jika besarnya rasio nilai tambah < 15%, maka nilai tambahnya rendah; jika besarnya rasio nilai tambah (15-40)%, maka nilai tambah sedang; dan jika besar rasio nilai tambah >40%, maka nilai tambah tinggi. Jika nilai tambah yang dihasilkan dari produksi tahu tinggi, hal ini dapat meningkatkan permintaan kedelai. Permintaan kedelai merupakan permintaan turunan yang terjadi karena adanya permintaan tahu yang merupakan output. Suatu kurva permintaan turunan bisa berubah juga karena kurva permintaan dasar (primary demand) bergeser atau karena perubahan margin pemasaran. Permintaan input dipengaruhi faktor harga input tersebut, harga input lain yang digunakan untuk produksi dan harga output. Salah satu input lain yang digunakan dalam industri tahu adalah tenaga kerja. Selain harga input dan output, permintaan input juga dipengaruhi oleh faktor teknis. Dalam industri tahu, perubahan yang sering terjadi adalah perubahan harga kedelai. Hal ini akan berdampak pada nilai tambah dan keuntungan yang akan diperoleh industri tahu. Jika harga kedelai meningkat dan harga tahu tetap akan mengakibatkan nilai tambah berkurang, begitu juga dengan keuntungan. Perubahan harga kedelai yang sering terjadi cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan untuk jangka pendek perubahan harga kedelai fluktuatif. Salah satu faktor yang menyebabkan harga kedelai tidak stabil adalah persediaan kedelai dalam negeri yang terbatas sehingga menggunakan kedelai impor untuk mencukupi kebutuhan kedelai dalam negeri. Ketergantungan akan kedelai impor menyebabkan harga domestik dipengaruhi harga kedelai dunia. Harga kedelai mengalami peningkatan yang tinggi pada tahun 2008, dari harga Rp 3.500,00 per kilogram menjadi Rp 7.500,00 per kilogram. Rata-rata harga kedelai di Indonesia dari tahun 2007 sampai 2013 dapat dilihat pada tabel 1.1.
3
Tabel 1.1. Harga Kedelai di Indonesia Tahu 2007-2013 No Tahun Harga (Rp/kg) 1 2007 3.500 2 2008 7.500 3 2009 8.657 4 2010 8.486 5 2011 8.814 6 2012 9.202 7 2013* 10.682 Sumber : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Kementrian Pertanian dan Daftar Harga Kementrian Perdagangan (*data sementara) Tabel 1.1. menunjukkan rata-rata harga kedelai di Indonesia dari tahun 2007 sampai 2013. Data tersebut menunjukkan harga kedelai dalam jangka panjang terus mengalami peningkatan. Peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2008 dari harga yang berkisar antara Rp 3.500,00 menjadi Rp 7.500,00 per kilogram dan puncaknya terjadi pada tahun 2013 yang harga kedelai mencapai lebih dari Rp 10.000,00 per kilogram. Kenaikan harga kedelai menyebabkan keuntungan yang diperoleh industri tahu menurun. Hal ini disebabkan karena kenaikan harga kedelai sebagai input tidak diimbangi dengan kenaikan harga tahu sebagai output sehingga biaya produksi meningkat sedangkan penerimaan tetap. Selain itu, karena kenaikan harga kedelai yang tinggi, industri tahu bisa mengurangi produksi sehingga konsumen sulit memperoleh tahu karena produk yang terbatas dan permintaan kedelai juga akan menurun. Harga kedelai yang fluktuatif akan berdampak pada pendapatan industri tahu sehingga perlu diketahui pengaruh yang terjadi jika ada perubahan terhadap harga input maupun output. Kota Magelang adalah salah satu daerah yang memproduksi tahu. Industri tahu berada di Kecamatan Magelang Selatan dan tersebar dibeberapa wilayah. Bahkan beberapa wilayah di Kecamatan Magelang Selatan menjadi sentra industri tahu. Di Kecamatan Magelang Selatan terdapat lebih dari 100 pengrajin tahu. Industri tahu menjadi salah satu sumber penghasilan penduduk di wilayah tersebut dan banyak menyerap tenaga kerja. Pengrajin tahu di Kecamatan Magelang Selatan sudah ada sejak lama, dan salah satu kendala yang sering dialami dari dulu hingga sekarang adalah fluktuasi harga kedelai.
4
B. Rumusan Masalah Nilai input yang dibutuhkan dan output yang dihasilkan pada suatu industri tergantung dengan jumlah dan harga. Nilai input dan output akan berpengaruh terhadap nilai tambah yang diperoleh. Ketika kenaikan harga input tidak diikuti dengan kenaikan harga output maka menyebabkan nilai tambah dan keuntungan suatu industri akan berkurang. Hal ini dapat berpengaruh terhadap permintaan kedelai karena jika nilai tambah dan keuntungan yang dihasilkan dari industri tahu rendah, pengrajin akan mengurangi produksi sehingga permintaan kedelai akan berkurang. Pada industri tahu, perubahan harga input terutama harga kedelai sangat fluktuatif dan harga tahu cenderung tetap karena jika harga tahu dinaikkan akan berdampak pada penjualan yang menurun. Selain harga input dan output, faktor lain yang mempengaruhi permintaan adalah faktor teknis. Perubahan harga sering terjadi dan menjadi salah satu kendala dalam industri tahu. Perubahan harga ini bisa terjadi pada input maupun output. Dari uraian tersebut dapat ditarik rumusan masalah yang akan dianalisis lebih lanjut. Adapun rumusan masalah tersebut adalah: 1. Bagaimana nilai tambah yang diperoleh industri tahu? 2. Apakah harga kedelai, harga tahu, upah tenaga kerja, frekuensi masak dan takaran per masak berpengaruh terhadap permintaan kedelai.? 3. Bagaimana sensitivitas keuntungan, titik impas dan shut down point industri tahu terhadap perubahan harga input dan output? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui nilai tambah industri tahu. 2. Mengetahui pengaruh harga kedelai, harga tahu, upah tenaga kerja, frekuensi masak dan takaran per masak terhadap permintaan kedelai. 3. Menganalisis sensitivitas keuntungan, titik impas dan shut down point industri tahu terhadap perubahan harga input dan output.
5
D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Bagi industri, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang nilai tambah, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai, dan senitivitas industri tahu terhadap perubahan harga. 2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapakan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam mengambil kebijakan tentang industri tahu dan komoditi kedelai. 3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengalaman kerja di lapangan selain sebagai bahan pembuatan skripsi sebagai syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan strata 1 di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. 4. Bagi pihak lain, diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan referensi untuk penelitian lebih lanjut.
6