PENCITRAAN BRIGHTNESS MODE (B-MODE) ULTRASONOGRAFI UNTUK DETEKSI KEBUNTINGAN DAN PENGAMATAN PERKEMBANGAN FETUS KUCING (Felis catus)
KLACIPTA DAMELKA
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
ABSTRACT KLACIPTA DAMELKA. Brightness Mode (B-Mode) Ultrasonography Imaging to Detect Pregnancy and Fetal Development of Feline (Felis catus). Supervised by DENI NOVIANA and SABDI HASAN ALIAMBAR. The purpose of this research was to determine the age of pregnancy using gestational sacs size and fetal head diameter, furthermore to observe and study the organogenesis of fetal using the imaging of B-Mode ultrasonography (USG). The study was performed by using transducer 3-5 Mega Hertz (MHz) sector scanners with curved type and using 5 MHz linear array scanner type in dorsal or lateral recumbency position. The results confirmed variety alteration of shape and structure according to their gradually echogenocity i.e. from anechoic (black) to hyperechoic (white). The length and width of gestational sacs and fetal head diameter of nine pregnant cats were measured along with observed of fetal organogenesis. On the 17th days of pregnancy, the average length of gestational sacs was 1.97 ± 0.579 cm and became 4.52 ± 0.929 cm on the 37th days of pregnancy. On the 17th days of pregnancy the average width of gestational sacs was 1.68 ± 0.385 cm and became 3.84 ± 0.146 cm on the 37th days of pregnancy. On the 25th days, fetal head diameter average was 0.76 ± 0.107 cm and increased on the 63rd days of pregnancy (2.33 ± 0.106 cm). The first pregnancy sign can be observed on day 7th through the imaging of B-Mode USG indicated by the appearance of gestational sacs. The first fetal heart beat can be seen and calculated on day 20th. The development of vertebrae, stomach, and liver that will dominate the abdominal cavity can be observed between day 25th and 26th of pregnancy. On the 27th days of pregnancy, fetal movement can be observed. Between day 33rd and 36th of pregnancy, os vertebrae and os costae can be seen clearly. On the same period the stomach size is increase, front and hind limb fingers had formed and urinary bladder can be seen. The size of stomach, liver and urinary bladder were increase along with the increase of the age of pregnancy. Keywords: feline, fetus, pregnancy, ultrasonography.
ABSTRAK KLACIPTA DAMELKA. Pencitraan Brightness Mode (B-Mode) Ultrasonografi untuk Deteksi Kebuntingan dan Pengamatan Perkembangan Fetus Kucing (Felis catus). Dibimbing oleh DENI NOVIANA dan SABDI HASAN ALIAMBAR. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk memperkirakan umur kebuntingan kucing yang dideteksi melalui ukuran kantung kebuntingan dan diameter kepala fetus serta melihat dan mempelajari perkembangan organ dalam fetus dengan menggunakan tampilan Brightness Mode (B-Mode) Ultrasonografi (USG). Diagnosa USG ditampilkan dengan menggunakan transducer/probe tipe sector scanner dengan frekuensi 3-5 Mega Hertz (MHz) berbentuk kurva dan tipe linear-array scanner dengan frekuensi 5 MHz melalui posisi pemeriksaan dorsal atau lateral recumbency. Hasil USG memperlihatkan adanya berbagai jenis perubahan bentuk dan struktur berdasarkan derajat echogenisitas yakni anechoic (hitam) sampai hyperechoic (putih). Sembilan kucing betina yang dideteksi bunting diukur dengan menggunakan parameter panjang dan lebar kantung kebuntingan dan parameter diameter kepala fetus serta diamati perkembangan organ fetusnya. Pada hari ke-17 kebuntingan, rata-rata panjang kantung kebuntingan 1.97 ± 0.579 cm dan menjadi 4.52 ± 0.929 cm pada hari ke-37. Ratarata lebar kantung kebuntingan pada hari ke-17 sebesar 1.68 ± 0.385 cm dan menjadi 3.84 ± 0.146 cm pada hari ke-37. Pada hari ke-25, rata-rata diameter kepala fetus 0.76 ± 0.107 cm dan meningkat pada umur kebuntingan ke-63 menjadi 2.33 ± 0.106 cm. Melalui tampilan B-Mode USG, tanda kebuntingan pertama kali dapat diamati pada hari ke-7 yaitu terlihatnya kantung kebuntingan. Denyut jantung fetus dapat dilihat dan dihitung pertama kali pada hari ke-20 kebuntingan. Bakal tulang punggung, lambung dan hati yang mendominasi rongga abdomen dapat diamati antara hari ke-25 dan 26 kebuntingan. Pada hari ke-27, dapat diamati pergerakan fetus. Antara hari ke-33 dan 36, tulang punggung dan costae terlihat lebih jelas, lambung membesar, jari jemari kaki depan dan belakang sudah terbentuk, dan terlihat bakal vesika urinaria pertama kali pada hari ke-33 masa kebuntingan. Ukuran lambung, hati dan vesika urinaria akan semakin membesar seiring dengan bertambahnya umur kebuntingan. Kata kunci: bunting, fetus, kucing, ultrasonografi
PENCITRAAN BRIGHTNESS MODE (B-MODE) ULTRASONOGRAFI UNTUK DETEKSI KEBUNTINGAN DAN PENGAMATAN PERKEMBANGAN FETUS KUCING (Felis catus)
KLACIPTA DAMELKA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
Judul
: Pencitraan Brightness Mode (B-Mode) Ultrasonografi untuk Deteksi Kebuntingan dan Pengamatan Perkembangan Fetus Kucing (Felis catus) : Klacipta Damelka : B04104071
Nama NRP
Disetujui
Dr. Drh. Deni Noviana
Dr. Drh. Sabdi Hasan Aliambar, MS
Pembimbing I
Pembimbing II
Diketahui
Dr. Nastiti Kusumorini Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Tanggal Lulus:
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 22 Januari 1986 sebagai anak pertama dari pasangan bernama Syafrizal dan Hj.Syahrinurmi. Pada tahun 1992, penulis memasuki Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Guguk, Padang Tujuh, Sumatera Barat. Pada tahun 1995, penulis pindah sekolah dan melanjutkan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Pagi Jakarta Selatan. Pendidikan selanjutnya ditempuh di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 245 Jakarta Selatan. Pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 90 Jakarta Selatan. Kemudian tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Fakultas Kedokteran Hewan. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan dan kepengurusan organisasi Himpunan Minat dan Profesi (HIMPRO) Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik, Komunitas Seni Teater Ilmiah (STERIL). Penulis juga aktif menjadi panitia kegiatan dalam maupun luar kampus. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi yang berjudul: “Pencitraan
Brightness
Mode
(B-Mode)
Ultrasonografi
untuk
Deteksi
Kebuntingan dan Pengamatan Perkembangan Fetus Kucing (Felis catus)” dengan bimbingan dari Dr. Drh. Deni Noviana dan Dr. Drh. Sabdi Hasan Aliambar, MS.
KATA PENGANTAR Tak ada kata yang terucap selain Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala petunjuk-Nya sehingga karya kecil ini dapat penulis selesaikan. Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia, lindungan, bimbingan, kasih sayang serta limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berupa penulisan skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada: 1
Dr. Drh. Deni Noviana dan Dr. Drh. Sabdi Hasan Aliambar, MS sebagai dosen pembimbing atas segala bimbingan, nasehat dan pengarahannya.
2
Dr. Drh. Agus Wijaya, MSc selaku dosen penilai dan Dr. Drh. Muhammad Agil, MSc, Agr selaku dosen penguji atas saran, kritik dan penilaiannya.
3
Direktur Rumah Sakit Hewan Pendidikan IPB atas segala bantuan dalam peminjaman alat USG yang digunakan untuk penelitian ini.
4
Drh. Henny Endah A, MSc selaku pemilik Kawai Cat Lovers atas segala bantuan, keramahan serta kucing-kucing bunting yang digunakan untuk penelitian.
5
Drh. Dudung Abdullah selaku dosen pembimbing akademik atas nasehat dan bimbingannya selama penulis menjadi mahasiswa.
6
Kedua orang tua: Bapak Syafrizal dan Ibu Hj. Syahrinurmi serta seluruh keluarga besar atas doa dan dukungan yang selalu diberikan baik moril maupun materi.
7
Drh. Ulum, Drh. Yoli, Kak Riki dan staf-staf klinik yang telah banyak membantu terselesaikannya penelitian ini.
8
Teman-teman seperjuangan di Lab. Bagian Bedah dan Radiologi Iya, Bibin, Dimut atas bantuan dan kebersamaannya.
9
Vet Angel’s (Inge, Ay2, Dhe, Chamut, Iya, Na) untuk bantuan dan dorongan semangatnya sehingga penulis berusaha menyelesaikan sidang dengan sebaik-baiknya.
10 Teman-teman Asteroidea’41 yang terus berjuang untuk wisudanya. Penulis sadar dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Walaupun demikian penulis mengharapkan semoga penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Agustus 2008
Klacipta Damelka
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xi
PENDAHULUAN .................................................................................... 1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... Klasifikasi Kucing (Felis catus) .......................................................... Karakteristik Kucing ............................................................................ Anatomi Sistem Reproduksi Betina ..................................................... a. Ovarium ...................................................................................... b. Oviduct ....................................................................................... c. Uterus ......................................................................................... d. Cervix ........................................................................................ e. Vagina ........................................................................................ f. Organ Kelamin Luar ................................................................... Ultrasonografi ...................................................................................... A. Pengertian Dasar Ultrasonografi ............................................... B. Interaksi Ultrasound dengan Jaringan ....................................... C. Karakteristik Transducer ........................................................... D. Interpretasi Gambar ................................................................... Brightness Mode (B-Mode) .................................................................. Normal Ultrasonografi Organ Genital pada Hewan Kecil ................... Teknik Pengambilan Gambar ............................................................... a. Posisi Hewan dalam Pengambilan Gambar ................................ b. Daerah Orientasi ......................................................................... c. Arah Probe ................................................................................. Kebuntingan ......................................................................................... a. Periode Kebuntingan .................................................................. b. Penentuan Umur Kebuntingan ................................................... c. Diagnosis Kebuntingan .............................................................. d. Perkiraan Jumlah Fetus ..............................................................
4 4 4 6 6 7 8 9 9 10 10 10 12 13 14 14 15 16 16 17 17 17 18 18 19 19
BAHAN DAN METODE ......................................................................... Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. Bahan dan Alat Penelitian .................................................................... Metode Penelitian .................................................................................
20 20 20 22
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 24
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 39 Kesimpulan ........................................................................................... 39 Saran ..................................................................................................... 40 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 41
DAFTAR TABEL Halaman 1
Perkembangan ukuran kantung kebuntingan fetus kucing (Felis catus) dengan pencitraan B-Mode USG pada hari ke-17 sampai ke-37 masa kebuntingan ................................... 25
2
Perkembangan diameter kepala fetus kucing (Felis catus) dengan pencitraan B-Mode USG pada hari ke-25 sampai ke-63 masa kebuntingan ................................... 27
3
Identifikasi dan perkembangan organ-organ fetus kucing melalui pemeriksaan USG pada hari ke-0 sampai ke-20 masa kebuntingan ...................................... 29
4
Identifikasi dan perkembangan organ-organ fetus kucing melalui pemeriksaan USG pada hari ke-21 sampai ke-41 masa kebuntingan .................................... 33
5
Identifikasi dan perkembangan organ-organ fetus kucing melalui pemeriksaan USG pada hari ke-42 sampai ke-63 masa kebuntingan .................................... 36
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Sistem reproduksi kucing betina dilihat dari arah ventral ............. 6
2
Area penerimaan frekuensi pada sonogram ................................... 13
3
Sonogram dari organ abdomen bagian hipogastrikus normal ....... 16
4
Macam-macam alat USG: Kaixin KX 5100V, Aloka SSD-550, Aloka Pro Sound SSD 4000 ..........................................................
21
5
Jenis-jenis probe: linear array scanner dan sector scanner berbentuk kurva .............................................................................. 21
6
Preparasi hewan .............................................................................. 22
7
Pengambilan gambar dengan arah probe longitudinal dan transversal pada posisi hewan dorsal dan lateral recumbency ................................. 23
8
Hubungan antara rata-rata panjang kantung kebuntingan dengan hari kebuntingan serta standar deviasi pada umur ke-17 sampai ke-37 masa kebuntingan dengan menggunakan analisis regresi linear ............................................... 26
9
Hubungan antara rata-rata lebar kantung kebuntingan dengan hari kebuntingan serta standar deviasi pada umur ke-17 sampai ke-37 masa kebuntingan dengan menggunakan analisis regresi linear ............................................... 26
10
Hubungan antara rata-rata diameter kepala dengan hari kebuntingan serta standar deviasi pada umur ke-25 sampai ke-63 masa kebuntingan dengan menggunakan analisis regresi linear ............................................... 28
11
Sonogram dari kantung kebuntingan pada hari ke-7, 14, 17, dan 20 masa kebuntingan ................................................................ 30
12
Sonogram dari organ fetus pada hari ke-27, 33, 35, dan 37 masa kebuntingan ................................................................ 35
13
Sonogram dari organ fetus pada hari ke-45, 50, 51, dan 59 masa kebuntingan ................................................................ 38
PENDAHULUAN Latar Belakang Kucing (Felis catus) merupakan hewan yang sangat digemari oleh manusia karena memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan baik, mempunyai daya reproduksi yang tinggi dan perawatannya mudah. Dalam kehidupan sehari-hari kucing dikenal sebagai hewan peliharaan yang jinak dan selalu dekat dengan manusia sehingga pemilik memberikan perhatian yang lebih kepada kesehatan dan kesejahteraan hewan. Daya bereproduksi kucing yang tinggi disebabkan karena kucing merupakan hewan polyestrus (Zambelli dan Prati 2006). Periode estrus dapat bertahan sekitar 4-6 hari bahkan lebih lama bila ada perkawinan, diikuti oleh refleks ovulasi yang dikeluarkan kucing pada hari ketiga. Ovulasi pada kucing betina diinduksi oleh koitus dan beberapa perkawinan mungkin diperlukan sebelum ovulasi terjadi. Estrus sering berakhir secara mendadak 24 jam setelah koitus, sehingga tidak memungkinkan terjadinya perkawinan lebih lanjut (Jackson 2004). Periode kebuntingan kucing antara 58-70 hari dan rata-rata 63 hari (Plumb 2005). Beberapa metode untuk mendeteksi kebuntingan dapat dilakukan dengan palpasi abdominal, tes ELISA, radiografi abdominal dan scanning ultrasonografi abdomen. Metode diagnosa dengan palpasi abdominal paling baik dilakukan pada umur 3-4 minggu kebuntingan ketika kantung kebuntingan dari fetus terpalpasi dalam kornua uteri. Pada tahap ini kantung kebuntingan berdiameter 1-2 cm (Jackson 2004). Menurut Broaddus dan Albert (2005) kelebihan dari palpasi abdominal yaitu metode yang cepat dilakukan, akurat, dan relatif lebih murah walaupun harus memerlukan latihan dan pengalaman. Kekurangan dari metode ini yaitu palpasi sulit dilakukan bila induk gelisah, tegang dan memiliki kelebihan berat badan (obesitas). Palpasi kurang memuaskan setelah kebuntingan 4 minggu karena kantung kebuntingan membesar secara cepat dan menjadi kurang tegang setelah tahap kebuntingan ini. Pada akhir kebuntingan (umur 6 minggu ke atas) masing-masing fetus dapat dipalpasi dan gerakan fetus terdeteksi. Fetus sangat mudah untuk dikelirukan dengan uterus kosong yang berkontraksi keras (Jackson 2004). Diagnosa dengan tes ELISA menggunakan hormon relaksin yang
dihasilkan oleh setiap fetus sehingga dapat diperkirakan jumlah fetus yang ada. Hormon relaksin ditemukan dalam darah hewan bunting pada hari ke-25 dari kebuntingan (Jackson 2004). Radiografi abdominal hanya dapat dilakukan setelah 35 hari kebuntingan ketika pembentukan organ fetus sudah lengkap. Stuktur tulang fetus menggunakan x-Ray terlihat sekitar umur 40 hari kebuntingan. Pencitraan ultrasonografi real-time B-Mode memberikan metode deteksi kebuntingan yang sangat akurat. Pada kebuntingan 5 minggu fetus-fetus dapat segera terdeteksi, jantung fetus dapat dilihat, dan denyut jantung dapat dihitung (Jackson 2004). Pencitraan USG pada sistem reproduksi selama kebuntingan memberikan informasi tentang tahapan perkembangan embrio dan fetus. Keuntungan lain dari USG yaitu dapat mendeteksi kebuntingan dini. Metode menggunakan USG lebih akurat untuk mendeteksi kebuntingan dibandingkan metode palpasi abdominal atau x-Ray walaupun tidak terlalu akurat dalam memperkirakan jumlah fetus (Zambelli dan Prati 2006). Ultrasonografi aman digunakan karena tidak membahayakan dokter maupun pasien. Deteksi kebuntingan menggunakan USG dapat memperkirakan umur kebuntingan, jumlah fetus yang berkembang dan dapat melihat perkembangan organ-organ fetus. Perkiraan umur kebuntingan dapat dilakukan dengan mengukur diameter kantung kebuntingan, diameter kepala, dan perkembangan organ-organ fetus yang terbentuk. Di Indonesia, penggunaan USG pada hewan untuk pemeriksaan kebuntingan tidak terlalu banyak karena alat USG yang khusus untuk hewan memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan alat USG khusus manusia. Beberapa praktisi menggunakan alat USG untuk manusia sehingga bila digunakan untuk memperkirakan umur kebuntingan hewan tidak bisa dikalkulasi secara otomatis oleh mesin. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian terhadap ukuran kantung kebuntingan dan diameter kepala fetus sehingga didapatkan persamaan linear yang dapat diaplikasikan untuk penghitungan umur kebuntingan menggunakan alat USG yang tidak khusus untuk hewan. Penelitian ini juga mengamati perkembangan organ-organ fetus sebagai parameter dalam menentukan umur kebuntingan.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan umur kebuntingan kucing yang dideteksi melalui ukuran kantung kebuntingan dan kepala fetus serta melihat dan mempelajari perkembangan organ dalam fetus dengan menggunakan tampilan B-Mode USG.
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kucing (Felis catus) Kucing (Felis catus) adalah sejenis karnivora kecil yang telah dijinakkan selama ribuan tahun, termasuk dalam keluarga Felidae dan dekat dengan manusia karena memiliki daya adaptasi yang cukup baik dan kemampuan untuk berburu binatang kecil pengganggu. Keluarga Felidae terdiri dari 3 subkeluarga yaitu Nimravinae dan Acinonychinae yang sudah punah serta Felinae yang dikelompokkan menjadi kucing besar (genus Panthera) dan kucing kecil (genus Felis) (Royal Canin 2004). Taksonomi kucing menurut Linnaeus (1758) yaitu sebagai berikut: Kingdom
: Animalia
Superphylum
: Deuterostomia
Phylum
: Chordata
Subphylum
: Vertebrata
Infraphylum
: Gnathostomata
Superclass
: Tetrapoda
Class
: Mamalia
Ordo
: Carnivora
Subordo
: Feliformia
Family
: Felidae
Subfamily
: Felinae
Genus
: Felis
Species
: Felis catus
Karakteristik Kucing (Felis catus) Keturunan kucing yang sering disebut sebagai kucing ras atau galur murni seperti Siam, Turkish Angora, Manx, Chartreux yang benar-benar mengalami pencatatan antara 30 dan 40 keturunan (Anonim 2007). Kucing dibedakan menjadi kucing berambut pendek (domestic shorthair cats) dan kucing berambut panjang (domestic longhair cats). Kucing berambut pendek lebih aktif dan memiliki masa pubertas lebih awal dibandingkan kucing
berambut panjang (Nash 2007). Pubertas kucing umumnya terjadi pada umur 4-12 bulan (Plumb 2005). Kucing berambut pendek (Siam, Birman, Abyssinian), dewasa kelamin lebih cepat yaitu 4-6 bulan sedangkan kucing berambut panjang (Persia) dewasa kelamin terjadi pada umur 1 tahun (Royal Canin 2004). Kucing jantan biasanya memiliki berat badan sekitar 4,1-6,4 kg sedangkan kucing betina sekitar 2,2-4,5 kg. Kucing memiliki berbagai macam warna seperti warna hitam atau putih dan banyak corak tambahan dari warna kuning, coklat, abu-abu, dan merah (Anonim 2007). Indra penciuman kucing tajam dan memiliki alat khusus disebut organ vomeronasal yang digunakan untuk mendeteksi bau. Bau adalah cara berkomunikasi yang penting dan digunakan untuk menyebarkan informasi mengenai identitas, status sosial, dan status reproduksi dari kucing. Kucing sangat sensitif pada bunyi berfrekuensi tinggi yaitu 60 kilo Hertz (kHz) yang membuat kucing dapat mendeteksi suara ultrasonik rodensia. Kucing juga mampu mendeteksi bunyi 200 sampai 400 Hertz (Hz) hanya untuk periode waktu yang pendek. Kucing memiliki penglihatan stereoskopis yang baik, mampu melihat dan mendeteksi gerakan dalam gelap karena memiliki struktur tapetum cellulosum yang memantulkan cahaya kembali ke dalam retina. Rentang penglihatan kucing dari 25 cm sampai 2 m (Meadows dan Flint 2006). Pada siang hari, mata kucing terlindung oleh suatu diafragma iris (selaput pelangi) yang membantu untuk meniadakan cahaya siang hari dengan menjadikan pupil lebih kecil, sampai hanya merupakan celah vertikal saja (Redaksi Ensiklopedia Indonesia 2003). Kucing yang pertama kali mengalami masa subur akan menunjukkan perubahan khas dalam tingkah laku yaitu menjadi jinak secara berlebihan, mengguling-gulingkan badan dilantai dan mengeong panjang. Kucing termasuk kelompok ovulator yang dirangsang, artinya proses kawin akan merangsang ovulasi yaitu pelepasan telur dari indung telur. Kucing betina sering kawin dengan beberapa kucing jantan sehingga anak yang dilahirkan memiliki warna yang berbeda-beda. Sekitar 12 jam sebelum melahirkan, kucing tampak tidak tenang, gelisah, nafsu makan berkurang, lebih banyak mengeong dan meminta untuk ditemani manusia (Meadows dan Flint 2006).
Anatomi Sistem Reproduksi Betina Sistem reproduksi betina lebih kompleks dari jantan karena memiliki lebih banyak fungsi yang harus dilakukan dalam kegiatan reproduksi (Colville dan Bassert 2002). Organ reproduksi betina terdiri dari 2 ovarium dan saluran reproduksi betina yang terbentuk dari 2 tuba uterina (oviduct/tuba fallopi), uterus, vagina, dan organ kelamin bagian luar (Reece 2006). Saluran reproduksi posterior terdiri dari vagina, vestibulum, dan vulva sebagai organ kopulatoris dan jalan kelahiran (Kahn et al. 2005).
Gambar 1. Sistem reproduksi kucing betina dilihat dari arah ventral. 1. Aorta ; 2. Vena cava kaudal; 3. Ginjal kanan; 4. Ureter; 5. Ovarium; 6. Mesovarium; 7. Cornua uterus; 8. Corpus uterus; 9. Rektum; 10. Vesika urinaria (dari Dyce et al: Textbook of Vaterinary Anatomy, 2002) a. Ovarium Ovarium terletak pada bagian dorsal dari ruang abdomen di dekat ginjal kiri dan kanan, memiliki 2 fungsi utama yaitu menghasilkan sel reproduksi (ovum) untuk perkembangan oocyte setelah aktivitas dari siklus ovarium dan memproduksi hormon yang terdiri dari estrogen dan progesteron (Colville dan Bassert 2002). Mesovarium adalah ligamentum lata yang menggantung setiap
ovarium yang terdiri dari medula dan korteks. Lapisan paling luar korteks ovari disebut surface epithelium, tersusun dari selapis sel kuboid yang disebut germinal epithelium. Germinal epithelium yaitu penebalan lapisan epitel peritoneum yang membungkus
gonad
sejak awal
perkembangannya.
Korteks atau zona
parenkimatosa dibungkus oleh tunica albuginea yang secara langsung berada di bawah peritoneum dan berfungsi sebagai tempat perkembangan dan regresi berbagai tahapan folikel (Dyce et al. 2002). Folikel yang terdapat didalam korteks ovari diklasifikasikan menjadi folikel primordial, folikel primer, folikel sekunder dan folikel de Graaf. Medula ovari atau zona vaskulosa terletak ditengah dan berisi jaringan ikat longgar, pembuluh darah, pembuluh limfe, dan syaraf (Reece 2006). Ovarium kucing berbentuk oval dan memiliki panjang 8-9 mm. Folikel yang matang berdiameter 2-3 mm. Berbeda dengan anjing, mesosalpinx kucing tidak mengandung jaringan lemak (adiposa) dan hanya melapisi lateral permukaan ovarium. Hilus mengandung rete ovarii (McEnte 1990).
b. Oviduct Oviduct juga dikenal sebagai tuba fallopi dan tuba uterin yaitu saluran kecil, berliku-liku yang merupakan perpanjangan dari ujung cornua uteri. Fungsi oviduct adalah menerima dan menyalurkan ovum dari ovarium ke cornua uteri dan sebagai tempat fertilisasi antara ovum dan sperma. Oviduct terbagi menjadi tiga bagian yaitu infundibulum, ampula, dan isthmus. Infundibulum terletak dekat ovarium di ujung dari setiap oviduct. Otot yang membentuk struktur berupa corong seperti jari di tepi infundibulum dan tidak bertaut atau menempel pada ovarium disebut fimbrae. Fimbrae berfungsi menangkap ovum hasil ovulasi. Lumen oviduct terdiri dari sel sekretori dan silia. Sel-sel tersebut merupakan otot licin sirkular dan longitudinal yang berfungsi menyediakan lingkungan sesuai untuk transportasi ovum dan sperma agar terjadi fertilisasi (Colville dan Bassert 2002; Reece 2006). Mesosalphinx adalah alat penggantung berupa ligamentum lata yang merupakan lanjutan dari mesovarium ditutupi oleh lapisan serosa (Reece 2006).
Ampula adalah saluran yang terletak di bagian proksimal setelah infundibulum, berfungsi sebagai tempat terjadinya fertilisasi antara ovum dan sperma. Isthmus merupakan saluran yang lebih berliku-liku, sempit dan bergabung dengan apeks cornua uteri disebut utero-tubal junction atau salpingouterine junction (Dyce et al. 2002). Rata-rata panjang oviduct sekitar 5-8 cm. Kranial dari masing-masing oviduct merupakan bagian lateral bursa ovarium dan ke kaudal adalah bagian medial mesosalphinx (Getty 1975). Dinding oviduct terdiri dari lapis mukosa, muskularis, dan serosa. Lapis mukosa mengandung lamina epithelial dan lamina propria yang tidak berkelenjar. Lapis muskularis terdiri dari lapis sirkuler pada bagian dalam dan lapis longitudinal di bagian luar (McEnte 1990).
c. Uterus Uterus atau rahim adalah organ muskuler, memiliki rongga dan berbentuk seperti huruf Y berfungsi menyediakan tempat untuk melakukan implantasi dan perkembangan fetus jika terjadi fertilisasi, melindungi dan memberi makan fetus sampai fetus dilahirkan serta membantu mendorong kelahiran melewati jalan kelahiran keluar tubuh. Uterus terdiri dari corpus, cervix, dan dua cornua (Colville dan Bassert 2002; Dyce et al. 2002; Reece 2006). Bagian kaudal dari corpus uteri bergabung dengan cervix dan bagian kranial bercabang menjadi dua disebut cornua uteri. Mesometrium adalah lapisan serosa yang dilanjutkan dengan ligamentum lata berfungsi menggantung semua organ uterus pada bagian dorsal abdomen (Colville dan Bassert 2002). Dinding tebal uterus dibentuk oleh tiga lapisan yaitu perimetrium, myometrium, dan endometrium. Perimetrium merupakan lapisan serosa yang terletak paling luar dari uterus dan ditutupi oleh lapisan visceral peritoneum. Lapisan muskuler tebal yang terdiri dari sel-sel otot licin longitudinal dan sirkular yang dipisahkan oleh stratum vascular jaringan ikat disebut dengan myometrium (Colville dan Bassert 2002; Dyce et al. 2002). Myometrium mengalami hipertrofi selama kebuntingan dengan meningkatkan jumlah dan ukuran sel. Fungsi myometrium yaitu membantu mendorong fetus saat terjadi proses kelahiran (Reece 2006). Endometrium adalah lapisan mukosa, tersusun atas columnar
epithelium dan tubular glands yang mensekresikan mukus. Endometrium memiliki ketebalan dan vaskularisasi yang bervariasi sesuai dengan perubahan hormonal ovarium dan kebuntingan. Sekresi kelenjar endometrium berfungsi menyediakan nutrisi untuk embrio sebelum plasentasi (perkembangan membran plasenta), setelah terjadi plasentasi nutrisi disediakan oleh darah yang berasal dari induk (Reece 2006).
d. Cervix Bagian uterus yang sering disebut leher uterus yang memiliki dinding tebal, terletak di kaudal, dan merupakan otot spincter licin yang mengatur keluar masuk organisme dari dan ke dalam vagina atau uterus disebut cervix. Cervix umumnya terletak di dalam rongga pelvis di antara rektum dan kantung kemih/vesica urinaria. Sedangkan corpus dan cornua uteri terletak diantara massa intestine di daerah abdomen (Dyce et al. 2002). Cervix uteri lebih tebal dibandingkan dengan vagina. Ventral cervix berbentuk silinder hilang karena tekanan dari dinding vagina (Getty 1975). Cervix memiliki otot spincter licin yang sangat kuat dan menutup erat kecuali saat estrus dan melahirkan. Mukus yang terlihat saat estrus merupakan sekresi sel goblet cervical. Sel goblet mensekresi mukus selama kebuntingan dan mencegah terjadinya infeksi bakteri yang masuk melalui vagina (Reece 2006).
e. Vagina Vagina adalah bagian dari saluran kelamin betina yang terletak di dalam pelvis antara uterus (kranial) dan vulva (kaudal), berfungsi sebagai alat kopulatoris dan saluran kelahiran saat partus. Selaput lendir vagina terdiri dari sel-sel epitel squamos berlapis dan memiliki sedikit kelenjar. Legokan yang dibentuk oleh penonjolan bagian kranial cervix ke dalam vagina disebut fornix. Pada beberapa binatang, fornix hanya tampak secara dorsal dan pada hewan lain tampak lengkap melingkari cervix (Reece 2006). Lapisan muskularis vagina tebal dan terdiri dari serabut sirkular (Getty 1975). Vagina terdiri dari dua bagian yaitu portio vaginalis cervicis (kranial) dan vestibulum vaginae (kaudal). Portio vaginalis cervicis merupakan bagian cervix
uteri yang menonjol ke dalam vagina dan dibatasi oleh epitel squamosa berlapis. Sedangkan vestibulum vaginae adalah perpanjangan dari orificium urethralis ke vulva bagian luar merupakan kombinasi fungsi reproduksi dan urinarius (Dyce et al. 2002). Dinding vagina terdiri dari tunika mukosa-submukosa, tunika muskularis, dan tunika adventisia atau serosa. Epitel squamosa berlapis mengalami perubahan selama terjadi siklus estrus. Tunika muskularis terdiri dari selapis sirkuler tebal dan selapis tipis longitudinal luar otot polos. Tunika adventisia terdiri dari jaringan ikat longgar, pembuluh darah, syaraf, dan ganglia. Vagina dan vestibulum memiliki panjang 4 cm (McEnte 1990).
f. Organ Kelamin Luar Organ kelamin luar terdiri dari vulva/feminine pudendum, labia, dan clitoris. Vulva merupakan bagian kaudal alat kelamin betina yang mengalami perluasan dari vagina hingga keluar. Vestibulum vagina merupakan bagian dari vulva yaitu organ kelamin luar antara vagina dan labia /bibir vulva (Reece 2006). Vulva memiliki tepi tebal yang merupakan ujung dari ventral commissura. Ada dua otot sirkuler yang dihubungkan dengan vestibulum dan vulva. Constrictor vestibule muscle terdapat di kranial, kuat dan tidak lengkap pada permukaan dorsal vestibulum tetapi bersatu di batas kaudal spincter ani externus. Serabut diagonalnya mengelilingi urethra, vestibulum, dan kaudal vagina. Weak constrictor vulvae terdapat di kaudal vestibulum berlanjut ke dorsal dengan spincter ani externus sama-sama mengelilingi vulva dan vestibulum (Getty 1975). Vestibulum lebih pendek dan memiliki dinding yang kurang elastis daripada vagina (Dyce et al. 2002). Vestibulum berkembang dari sinus urogenital embryonic dan mirip dengan urethra jantan. Urethra merupakan saluran yang membawa keluar urin dari vesika urinaria terletak didasar vestibulum. Pada kucing, kelenjar vestibular major kecil dan terletak dilateral dinding vestibulum. Sedangkan kelenjar vestibular minor lebih sering terlihat dan salurannya terbuka (Getty 1975). Kedua kelenjar tersebut menghasilkan sekresi mukosa untuk lubrikasi saat koitus dan parturasi. Dinding vestibular memiliki vaskularisasi yang baik dengan konsentrasi vena dari potongan lateral jaringan erectile yang disebut
bulbus vestibular. Vulva dilindungi oleh labia yang bertemu di dorsal dan ventral commisura yang dinamakan labia mayor dan minor (Dyce et al. 2002). Clitoris homolog dengan penis pada jantan karena memiliki struktur dasar yang sama dan hanya terletak di dalam commisura ventralis. Clitoris memiliki jaringan erektil dan kelenjar yang disuplai oleh akhir syaraf sensoris (Colville dan Bassert 2002).
Ultrasonografi A. Pengertian Dasar Ultrasonografi Ultrasound ialah gelombang suara yang memiliki frekuensi lebih besar daripada suara yang didengar manusia (20 Hz-20 kHz) yaitu antara 2-10 MHz dan panjang gelombang yang pendek kurang dari 1 mm. Diagnostik ultrasound adalah suatu teknik mendiagnosa gambaran organ yang dihasilkan oleh interaksi antara gelombang suara berfrekuensi tinggi dengan organ (Barr 1990). Alat bantu yang digunakan untuk mentransmisikan gelombang suara tersebut disebut probe atau transducer. Teknik USG tergantung dari kapasitas piezoelektrik yaitu kristal yang terdapat dalam transducer (scan head) yang dapat mengubah aliran listrik bertegangan tinggi menjadi gelombang suara berfrekuensi tinggi. Besarnya perubahan bentuk dari listrik sebanding dengan besarnya voltase dan menghasilkan kekuatan dari ultrasound. Intensitas dari ultrasound (dalam watt per unit area) berhubungan dengan area tempat daya berada dan begitu kegunaan persilangan area penampang sinar menjadi maksimal pada penentuan panjang focal zone (Goddard 1995). Efisiensi konversi transducer yaitu mengubah energi listrik menjadi energi suara/accoustic power (England dan Allen 1990). Frekuensi getaran gelombang ultrasound dihubungkan ke kristal meskipun akan terpengaruh dengan listrik. Frekuensi gema kristal tergantung dari ketebalannya. Frekuensi yang dikeluarkan dan panjang gelombang berbanding terbalik, misal pada frekuensi 2 MHz akan memiliki panjang gelombang sekitar 0,8 mm (Goddard 1995). Ultrasound ditransmisikan ke pasien dari transducer dan disebarkan melalui jaringan-jaringan. Kecepatan penyebaran gelombang ke jaringan tergantung pada karakteristik jaringan. Refleksi yang dihasilkan akan kembali ke transducer,
kemudian dibentuk satu signal listrik dan ditampilkan berupa kumpulan titik-titik pada layar yang disebut sonogram dalam dua dimensi (England dan Allen 1990). Diagnostik ultrasound menggunakan prinsip pulse-echo yang dapat menghasilkan gambar pada tayangan scanner yang berhubungan dengan “accoustic impedance” atau resistensi jaringan yang dijumpai oleh gelombang ultrasound. Ultrasound tidak dapat berpindah melalui udara (accoustic barrier). Medium terbaik untuk penghantaran ultrasound adalah cairan dan dihantarkan melalui kompresi atau penghalusan gelombang-gelombang (Goddard 1995).
B. Interaksi Ultrasound dengan Jaringan Menurut Goddard (1995) kontak yang terjadi antara transducer dan permukaan tubuh mengakibatkan gelombang suara segera dilepaskan menuju jaringan. Kekuatan refleksi gelombang tergantung dari beberapa faktor, tetapi yang utama ialah perbedaan accoustic impedance pada jaringan. Dengan kata lain, setiap jaringan memiliki derajat resistensi yang berbeda untuk dapat dilalui gelombang suara atau accoustic impedance. Gelombang suara yang bertemu dengan suatu interface (jarak) antar 2 buah jaringan dengan accoustic impedance yang berbeda, sebagian dari gelombang tersebut direfleksikan dan sebagian akan diteruskan. Kecepatan rata-rata dari gelombang suara melewati jaringan lunak 1540 m/s; melewati tulang 4000 m/s dan melewati udara 300 m/s (Barr 1990). Karakter dari refleksi signal tergantung atas rasio ukuran reflector dan panjang gelombang. Pada interface (jarak) jaringan, gradient densitas mungkin terlihat oleh beberapa area echo yang dihasilkan. Kecepatan ultrasound pada beragam jaringan memiliki densitas 1500-1600 m/s (Goddard 1995). Sentuhan yang baik antara transducer dan pasien sangat penting untuk mentransmisikan gelombang suara. Hal ini diperoleh melalui pencukuran rambut pada area yang akan digunakan, pembersihan kulit dan penggunaan gel (England dan Allen 1990).
C. Karakteristik Transducer Kristal pada transducer menghasilkan gelombang suara yang memiliki frekuensi. Semakin tinggi frekuensi ultrasound yang dihasilkan oleh transducer, resolusi gambar yang didapat akan semakin tinggi tetapi atenuasi (kehilangan intensitasnya) semakin besar sehingga daya penetrasi rendah. Gelombang suara dari transducer diubah menjadi gelombang listrik dan membentuk kumpulan titiktitik pada sonogram, memiliki tiga zona antara lain Fresnel zone, focal zone, dan Fraunhofer zone. Fresnel zone merupakan bagian yang paling dekat dengan jaringan, terjadi pola-pola difraksi komplek, gambaran area yang memiliki frekuensi gelombang suara yang paling besar sehingga terlihat kurang fokus. Focal zone merupakan gambaran area sonogram dimana gelombang suara paling fokus pada jaringan sehingga resolusi gambar yang dihasilkan juga paling bagus. Fraunhofer zone ialah gambaran area yang memperoleh sedikit frekuensi gelombang suara sehingga resolusi gambar yang dihasilkan semakin berkurang (Barr 1990).
Gambar 2. Area penerimaan frekuensi pada sonogram (dari Barr: Diagnostic Ultrasound in the Dog and Cat, 1990)
D. Interpretasi Gambar Menurut Barr (1990) dan Widmer et al (2004) ada tiga jenis echo yang dapat dilihat pada sonogram, yaitu: 1. Hyperechoic / Echogenic : echo yang dihasilkan terang/cerah, memperlihatkan warna putih pada hasil scan (sonogram), menunjukkan echo yang lebih tinggi dibandingkan sekelilingnya (highly-reflective interface), seperti tulang, udara, kolagen dan lemak. 2. Hypoechoic / Echopoor : echo yang dihasilkan sedikit atau lebih rendah daripada sekelilingnya (intermediate reflection/transmission), memperlihatkan warna abu-abu hitam pada hasil scan, seperti pada jaringan lunak. 3. Anechoic / Echolucent
: tidak ada echo yang dihasilkan, memperlihatkan
warna hitam pada hasil scan dan menunjukkan complete transmission dari suara, seperti cairan pada kantung kemih. Tulang dan udara menghasilkan gambar yang bersifat hyperechoic karena menghambat laju gelombang suara. Pada interface antara jaringan lunak-udara, sekitar 99% gelombang suara akan direfleksikan, sedangkan antara jaringan lunak-tulang, sekitar 30% gelombang suara direfleksikan dan sisanya diserap oleh tulang (Barr 1990).
Brightness Mode (B-Mode) B-Mode menggunakan gelombang ultrasound multiple dan pantulan (echo) yang kembali dari setiap gelombang dianalisa. Kemudian hasil analisa echo yang kembali direpresentasikan sebagai titik-titik/dot pada layar monitor, posisi pada layar monitor merepresentasikan posisi dari struktur bagian dalam tubuh yang direfleksikan. Derajat kekuatan echo ditunjukkan oleh brightness dot pada layar monitor. Real-time scanning, paparan gelombang suara dipancarkan secara berurutan baik oleh sekelompok kristal piezoelektrik maupun sebuah kristal piezoelektrik yang bergerak. Gambaran potongan melintang didapat dan ditampilkan dengan sangat cepat dan diperbaharui secara terus menerus sehingga memungkinkan pergerakan struktur organ terlihat. Real time B-mode merupakan model ultrasound yang umum digunakan pada kedokteran manusia maupun kedokteran hewan (Barr 1990).
Normal Ultrasonografi Organ Genital pada Hewan Kecil Ultrasonografi (USG) pertama kali digunakan untuk mendiagnosa kebuntingan, tetapi saat ini sudah sering digunakan untuk mendiagnosa sejumlah besar penyakit abdominal (Lamb dalam Goddard 1995). Ovarium yang normal sulit diidentifikasi pada anjing dan kucing menggunakan ultrasonografi. Hewan yang diperiksa dalam posisi berdiri, ovarium cenderung turun secara ventral bergantung dengan mesovarium. Hal ini membantu mengidentifikasi ginjal pertama dan kemudian bergerak secara ventral dan kaudal untuk mencari ovarium (Barr 1990). Menurut England dan Allen (1990) pemeriksaan uterus menggunakan USG lebih mudah dalam posisi dorsal atau lateral recumbency. Uterus nongravid normal pada anjing dan kucing biasanya tidak tampak bila dideteksi menggunakan ultrasonografi. Pada anjing, ovum yang hypoechoic menggambarkan cervix terkadang dapat diidentifikasi berada antar dinding dorsal dari vesika urinaria dan colon descendens. Tanduk uterus yang terletak di kranial vesika urinaria tidak dapat diidentifikasi dengan mudah karena tidak dapat dibedakan dengan putaran usus besar (Barr 1990). Corpus uterus terletak di dorsal vesika urinaria dan di ventral dari kolon. Cornua uterus sulit dilihat bila tidak terjadi pembesaran dan lumen uterus biasanya tidak dapat dibedakan bila diperiksa dengan USG (Luther 2008). Pada kucing dan anjing yang berukuran kecil, disarankan menggunakan transducer berfrekuensi 7,5 MHz untuk memeriksa struktur superfisial. Transducer yang berfrekuensi 3,5-5 MHz diperlukan untuk memeriksa rongga thorax dan abdominal anjing berukuran medium dan besar (Barr 1990). Pada sonogram di bawah ini, area hyperechoic (stuktur putih) pada bagian ventral merupakan gambaran colon. Area anechoic (struktur hitam) pada bagian dorsal merupakan gambaran dari vesika urinaria. Uterus normal biasanya terletak di sebelah dorsal vesika urinaria dan disebelah ventral colon atau terletak diantara kedua organ tersebut. Ukuran diameter uterus kucing yang kecil dan diapit oleh dua organ menyebabkan uterus normal tidak terlihat dengan menggunakan USG (Barr 1990).
Gambar 3. Sonogram dari organ abdomen bagian hipogastrikus normal yang tidak memperlihatkan adanya uterus. Tanda panah putih menunjukkan bentukan vesika urinaria dan tanda panah hitam menunjukkan bentukan colon. Bar (garis putih) = 1 cm. Teknik Pengambilan Gambar a. Posisi Hewan dalam Pengambilan Gambar Menurut Barr (1990) pemeriksaan uterus menggunakan USG lebih mudah dilakukan dalam posisi dorsal atau lateral recumbency, tetapi dapat juga dilakukan dalam posisi berdiri. Beberapa kucing melakukannya dengan menaikkan kaki depannya dan dipegang sedangkan kaki belakang dijadikan tumpuan di meja. Pada anjing dan kucing, vesika urinaria yang penuh dapat berfungsi sebagai tanda sehingga transducer harus digerakkan ke arah kranial sampai vesika urinaria teridentifikasi. Cervix, corpus uterus, dan bifurcation biasanya terletak di sebelah dorsal vesika urinaria dan ventral dari colon. Beberapa ultrasonografer memilih untuk memeriksa organ daerah abdomen dengan USG dalam posisi dorsal recumbency.
b. Daerah Orientasi Pemeriksaan menggunakan USG terlebih dahulu harus mengetahui anatomi dari hewan yang akan diperiksa. Pemeriksaan uterus memiliki daerah orientasi yang serupa dengan pemeriksaan vesika urinaria. Vesika urinaria berlokasi di daerah ventral flank terhadap tuber coxae. Sedangkan uterus terletak di sebelah dorsal vesika urinaria (Widmer et al 2004). Menurut Goddard (1995) uterus yang dapat teridentifikasi terletak di dorsal atau dorso-lateral terhadap vesika urinaria dan terlihat seperti pipa. Pada saat melakukan pemeriksaan, terlebih dahulu
dilakukan pencukuran rambut terhadap daerah orientasi yang telah ditentukan untuk memberikan gambaran sonogram yang lebih jelas. Dyce et al (2002) menyatakan bahwa corpus dan cornua uteri biasanya hilang tertutup akibat massa intestine di dalam abdomen. Corpus uterus saat prepubertas dan keadaan tidak bunting, memiliki diameter kurang dari 1 cm. Oleh sebab itu, uterus jarang terlihat di dalam gambaran sonogram.
c. Arah probe Menurut Widmer et al (2004) arah probe dalam pemeriksaan USG terhadap ginjal maupun organ yang memiliki bentuk tiga dimensi terdapat tiga arah dalam penggunaan probe yakni dorsal, sagital, dan transversal. Arah dorsal membagi dua tubuh sama besar kanan dan kiri serta sejajar sumbu tubuh. Arah sagital membagi organ menjadi dua bagian yang tidak sama besar dan 90o terhadap arah dorsal. Arah transversal membagi organ menjadi dua bagian dengan cara berlawanan sumbu tubuh atau posisi menyilang 90o terhadap sagital dan dorsal. Pada uterus, arah probe yang digunakan yaitu arah sagital dan transversal karena uterus berbentuk tubular atau pipa.
Kebuntingan Kebuntingan adalah dimulai dari ovum yang mengalami fertilisasi hingga melahirkan termasuk implantasi dan plasentasi (Barr 1990). Menurut Jackson (2004), kebuntingan bukan merupakan suatu penyakit tetapi fungsi reproduksi alami tubuh. Kebuntingan atau gestasi adalah ovum yang mengalami fertilisasi, akhirnya berkembang menjadi fetus (Reece 2006). Umur kebuntingan dapat diperkirakan dari struktur fetus seperti pengukuran kantung kebuntingan (Gestational sacs diameter/GSD), diameter kepala fetus (Head diameter/HD), dan diameter badan fetus (Body diameter/BD). Umumnya ultrasonografi merupakan metode yang tidak akurat dalam menentukan jumlah anak (fetus) yang akan dihasilkan (Luther 2008).
a. Periode Kebuntingan Periode kebuntingan berkisar antara 63-65 hari tetapi rata-rata 63 hari atau 9 minggu (Dyce et al 2002). Umur kebuntingan yang lebih dari 63 atau 64 hari harus berhati-hati dan dilaporkan kepada dokter hewan, pasien yang terlambat melahirkan harus diperiksa setiap hari khususnya mendekati hari ke-70 karena berkaitan dengan batas maksimum waktu yang aman dari kebuntingan normal (Jackson 2004). Lama kebuntingan kurang dari 60 hari menunjukan terjadinya penurunan daya hidup dari keturunannya. Adanya variasi lama kebuntingan dapat disebabkan oleh jenis kucingnya, pada kucing Siam rata-rata 63 hari dan pada kucing Persia adalah 65 hari. Selain itu lama kebuntingan juga dapat disebabkan oleh variasi spesies dan secara umum lama kebuntingan ada hubungannya dengan ukuran badan dari kucing. Umumnya anak yang dihasilkan dari setiap kebuntingan adalah 4-6 ekor anak dan rata-rata 3 ekor anak per tahun (Plumb 2005). Banyaknya perkawinan tidak ada hubungannya dengan banyak keturunan yang dihasilkan
b. Penentuan Umur Kebuntingan Penampakan ultrasonografi dari suatu organ fetus dapat berguna untuk memperkirakan umur kebuntingan, contohnya vesika urinaria fetus yang mulai dapat terlihat pada hari ke-20 menjelang akhir kebuntingan. Pada kucing, panjang dari tulang punggung (crown-rump) tidak dapat dijadikan sebagai dasar dalam menentukan umur kebuntingan. Pengukuran diameter tubuh dan kepala fetus memiliki keakuratan yang tinggi dalam memperkirakan umur kebuntingan dan menentukan kelahiran. Kebuntingan pada kucing mulai dapat didiagnosa 11 hari setelah kawin. Pemeriksaan negatif palsu dapat terjadi akibat mengabaikan fetus karena adanya gas atau feses yang menimbulkan bayangan. Pemeriksaan positif palsu terjadi karena melihat lengkung dari usus halus yang kosong tetapi bila dilakukan pemeriksaan kembali usus halus bisa terlihat tubular, sedangkan kantung kebuntingan tidak seperti itu (Goddard 1995).
c. Diagnosis Kebuntingan Menurut Zambelli et al (2002a) kantung kebuntingan pertama kali terdeteksi menggunakan USG pada hari ke-10 setelah kawin sedangkan menurut Goddard (1995) kantung kebuntingan mulai dapat terlihat pada hari ke-17 setelah kawin, akan berbentuk bulat, struktur anechoic, rata-rata memiliki diameter 2 mm. Kantung kebuntingan berisi fetal pada cairan amniotik yang pertama kali terlihat antara 24–28 umur kebuntingan. Sebelum ini terjadi tidak mungkin bisa membedakan uterus dari cairan isi perut. Plasenta dapat diidentifikasi dari bentuk cincin hypoechoic yang terdapat disekeliling kantung. Dengan adanya cairan maka janin kelihatan sebagai echogenic, struktur yang berbentuk koma. Ukuran dan perkembangan fetus pada tahap ini sangat mungkin berubah karena adanya perbedaan waktu kawin dan konseptus (Goddard 1995). Pada hari ke-28 dalam jaringan fetus dapat terdeteksi denyut jantung yang berdenyut antara 120-140 x/menit dan umumnya pergerakan fetus terlihat (Barr 1990). Menurut Barr (1990) saat umur 38 - 45 hari kebuntingan, perkembangan organ dapat diketahui menggunakan ultrasonografi, jantung lebih mudah dilihat dan terdapat struktur anechoic dengan dinding yang echogenic sebagai pembagian kamar dan katup jantung. Hari ke-45 dari kebuntingan, 90% fetus dapat diidentifikasi lambung (struktur anechoic) yang berada di kaudal hati (Goddard 1995).
d. Perkiraan Jumlah Fetus Penetapan jumlah fetus dilakukan pada awal kebuntingan, paling mudah pada 28-35 hari kebuntingan ketika fetus masih kecil. Bila fetus sudah cukup besar perhitungan bisa sangat membingungkan karena hanya penampang tubuh fetus yang terlihat dan dapat juga terjadi penghitungan ganda pada fetus yang sama atau ada fetus yang tidak terhitung (Barr 1990).
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bagian Bedah dan Radiologi Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Kawai Cat Lovers di Komplek Laladon Permai dan di Rumah Sakit Hewan Pendidikan IPB. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2007 sampai dengan Juni 2008.
Bahan Penelitian Hewan Percobaan Hewan yang diamati pada penelitian kali ini adalah berjumlah sembilan (n=9) ekor kucing betina yang telah dikawinkan, dicatat waktu kawinnya dan didiagnosa mengalami kebuntingan.
Media USG (Gel Accoustic) Gel ini digunakan sebagai media dalam perpindahan/penghantaran gelombang ultrasound yang dikeluarkan oleh alat Ultrasonografi (USG). Gel ini terbuat dari bahan polimer, air, approved food color, humectants, parfum dan pengawet yang tidak memberikan efek negatif pada pasien.
Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan yaitu alat USG tampilan B-Mode (Kaixin KX 5100V, Aloka SSD-550, Aloka Pro Sound SSD-4000), transducer/probe dengan frekuensi 3-5 MHz tipe sector scanner berbentuk kurva dan 5 MHz tipe lineararray
scanner,
video
printer,
video
recorder
yang
digunakan
untuk
mendokumentasikan hasil gambar USG yang diam maupun bergerak, gunting, tissue, sisir, clipper.
A
B
C
X
Gambar 4. Macam-macam alat USG:
Y
Gambar 5. Jenis-jenis probe: X. Linear
A. Kaixin KX 5100V
array scanner, Y. Sector
B. Aloka SSD-550
scanner berbentuk kurva
C. Aloka Pro Sound SSD 4000
Metode Penelitian Pengambilan Gambar Kucing betina dikawinkan terlebih dahulu kemudian dicatat tanggal kawin untuk menentukan umur kebuntingannya. Kucing yang sudah dikawinkan diperiksa menggunakan USG. Sebelum dilakukan pemeriksaan, tentukan terlebih dahulu daerah orientasi dan lakukan pencukuran rambut untuk memberikan gambaran sonogram yang lebih jelas (Gambar 6). Pengambilan gambar dapat dilakukan dengan posisi baik dorsal maupun lateral recumbency dan dilanjutkan pemberian gel USG di daerah yang akan diletakkan probe (Gambar 7). Interpretasi bentukan dan perubahan ukuran serta organ apa saja yang terdeteksi dilakukan saat itu juga (real time). Ukuran diameter kantung kebuntingan dan kepala fetus kucing dicari yang benar-benar maksimal kemudian lakukan pengukuran yang secara otomatis angka akan muncul pada monitor USG. Sonogram disimpan dalam bentuk gambar digital, bentuk video dengan handycam dan hewan didokumentasikan melalui kamera digital. A
B
Gambar 6. Preparasi Hewan: A. Pencukuran Rambut, B. Pemberian Gel.
A
B
C
D
Gambar 7. Pengambilan gambar dengan arah dan posisi: A. Dorsal recumbency dengan arah probe longitudinal, B. Dorsal recumbency dengan arah probe transversal, C. Lateral recumbency dengan arah probe longitudinal dan D. Lateral recumbency dengan arah probe transversal. Interpretasi Sonogram Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan ultrasonografi diamati langsung berdasarkan parameter pergerakan yang terjadi, perubahan ukuran, perubahan bentuk, dan perubahan echogenisitas yang terdapat pada sonogram. Analisa Data Hasil penelitian pengukuran panjang dan lebar kantung kebuntingan serta diameter kepala fetus menggunakan nilai rata-rata dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik yang disertai analisa persamaan regresi linear. Sedangkan perkembangan organ-organ dalam fetus kucing ditampilkan dengan analisa deskriptif untuk setiap perkembangan umur kebuntingan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tanda kebuntingan yang pertama kali diamati adalah kantung kebuntingan dengan struktur anechoic, berbentuk bulat pada hari ke-7 kebuntingan. Data kantung kebuntingan yang didapat hanya pada satu ekor kucing karena posisi dan peletakkan probe sangat mempengaruhi terlihat atau tidaknya kantung kebuntingan sehingga harus tepat pada daerah yang akan diperiksa. Ukuran diameter kantung kebuntingan yang sangat kecil dapat juga mempengaruhi sulitnya deteksi kantung kebuntingan dan dalam beberapa kondisi sering dikelirukan dengan loop dari usus. Data rata-rata panjang dan lebar kantung kebuntingan pada hari ke-7 tidak dapat ditampilkan pada gambar grafik karena hanya satu yang teridentifikasi. Pada hari ke-14, data rata-rata diameter kantung kebuntingan hanya didapatkan pada dua kucing sehingga belum bisa mewakili semua kucing. Pengukuran baru dapat dilakukan pada hari ke-17 kebuntingan karena kebuntingan sudah teridentifikasi dengan jelas dan tidak dikelirukan lagi dengan loop dari usus, ukuran kantung kebuntingan lebih besar dibandingkan loop usus dan terlihat adanya massa yang berbentuk ”koma” di dalam kantung kebuntingan tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan, hubungan antara panjang dan lebar kantung kebuntingan dengan umur kebuntingan serta adanya nilai standar deviasi dapat dilihat pada tabel 1. Pada umur kebuntingan awal yaitu hari ke-17 dengan rata-rata panjang kantung kebuntingan dan standar deviasi sebesar 1.97 ± 0.579 cm sedangkan pada hari ke-37 ukuran panjang kantung kebuntingan meningkat lebih dari 2 kali lipat yaitu menjadi 4.52 ± 0.929 cm. Rata-rata lebar kantung kebuntingan dan standar deviasi pada hari ke-17 sebesar 1.68 ± 0.385 cm. Ukuran lebar kantung kebuntingan juga meningkat lebih dari 2 kali lipat pada hari ke-37 yaitu sebesar 3.84 ± 0.146 cm. Pada hari ke-37 kebuntingan terlihat standar deviasi yang cukup besar yaitu 4.52 ± 0.929 cm untuk rata-rata panjang kantung kebuntingan dan 3.05 ± 0.760 cm pada hari ke-31 kebuntingan untuk rata-rata lebar kantung kebuntingan. Penyimpangan yang besar ini dapat dipengaruhi oleh faktor fetus karena pengamatan tidak selalu pada fetus yang sama sehingga mendapatkan ukuran kantung kebuntingan yang berbeda-beda serta dimungkinkan
juga karena teknik pengukuran dengan posisi dan arah probe saat pengambilan data yang kurang tepat. Pada gambar 8, hubungan antara rata-rata panjang kantung kebuntingan dengan hari kebuntingan serta standar deviasi dengan menggunakan analisis regresi linear didapat persamaan linear yang dapat memperkirakan umur kebuntingan yaitu x = (y + 0.6674)/0.1431, dimana x adalah hari kebuntingan dan y adalah rata-rata panjang kantung kebuntingan dan hubungan antara rata-rata lebar kantung kebuntingan dengan umur kebuntingan serta standar deviasi yang ditentukan dengan menggunakan analisis regresi linear yaitu didapatkan persamaan linear x = (y + 0.2798)/0.1075, dimana x adalah hari kebuntingan dan y adalah rata-rata lebar kantung kebuntingan (Gambar 9). Persamaan linear panjang dan lebar kantung kebuntingan ini dapat digunakan untuk mengetahui umur kebuntingan dini yaitu umur kebuntingan yang kurang dari 40 hari dengan menghitung panjang dan lebar dari kantung kebuntingan. Kelebihan dari pengukuran kantung kebuntingan yaitu dapat mengetahui umur kebuntingan dini. Menurut Zambelli et al (2002a), kekurangan dari pengukuran kantung kebuntingan setelah 30 hari kebuntingan yaitu kantung kebuntingan yang mudah berubah bentuk karena adanya tekanan dari probe sehingga ukuran tidak dapat dipercaya. Pengukuran kantung kebuntingan harus memperhatikan posisi hewan dan arah probe yang tepat pada daerah yang akan diperiksa serta harus konsisten dalam pengukuran panjang dan lebar kantung kebuntingan. Tabel 1. Perkembangan ukuran kantung kebuntingan fetus kucing (Felis catus) dengan pencitraan B-Mode USG pada hari ke-17 sampai ke-37 masa kebuntingan Umur kebuntingan Diameter kantung kebuntingan Panjang (cm) Lebar (cm) 17 hari 1.97 ± 0.579 1.68 ± 0.385 19 hari 2.03 + 0.099 1.70 ± 0.283 21 hari 2.01 + 0.219 1.84 ± 0.212 2.23 ± 0.223 23 hari 2.55 + 0.464 2.46 ± 0.443 25 hari 3.02 + 0.479 27 hari 3.41 + 0.296 2.57 ± 0.300 29 hari 3.36 + 0.474 2.90 ± 0.215 31 hari 3.72 + 0.104 3.05 ± 0.760 33 hari 4.11 + 0.426 3.23 ± 0.492 35 hari 4.47 + 0.589 3.35 ± 0.501 37 hari 4.52 + 0.929 3.84 ± 0.146
Rata-rata
Persamaan
Rata-rata Panjang Kantung Kebuntingan (cm)
6 x = (y + 0.6674)/ 0.1431 5 4 3 2 1 0 15
20
25
30
35
40
Hari Kebuntingan (hari)
Gambar 8. Hubungan antara rata-rata panjang kantung kebuntingan dengan hari kebuntingan serta standar deviasi pada umur ke-17 sampai ke-37 masa kebuntingan dengan menggunakan analisis regresi linear. Rata-rata
Persamaan
Rata-rata Lebar Kantung Kebuntingan (cm)
6 x = (y + 0.2798)/ 0.1075 5 4 3 2 1 0 15
20
25
30
35
40
Hari Kebuntingan (hari)
Gambar 9. Hubungan antara rata-rata lebar kantung kebuntingan dengan hari kebuntingan serta standar deviasi pada umur ke-17 sampai ke-37 masa kebuntingan dengan menggunakan analisis regresi linear. Pada tabel 2 dapat dilihat perkembangan ukuran kepala fetus kucing dengan pemeriksaan B-Mode USG. Pada hari ke-25, rata-rata diameter kepala fetus dan standar deviasi yaitu 0.76 ± 0.107 cm sedangkan pada umur kebuntingan ke-63 diameter kepala fetus meningkatan lebih dari 2 kali lipat menjadi 2.33 ± 0.106 cm. Kebuntingan ke-31 hari sebesar 0.91 ± 0.050 cm sedangkan pada hari ke-43 terlihat standar deviasi yang cukup besar yaitu 1.57 ± 0.204 cm. Penyimpangan yang besar ini dapat dipengaruhi oleh faktor fetus karena pengamatan tidak selalu pada fetus yang sama sehingga mendapatkan ukuran diameter kepala fetus yang
berbeda-beda serta dimungkinkan juga karena teknik pengukuran dengan posisi dan arah probe saat pengambilan data yang kurang tepat. Tabel 2. Perkembangan diameter kepala fetus kucing (Felis catus) dengan pencitraan B-Mode USG pada hari ke-25 sampai ke-63 masa kebuntingan Umur kebuntingan Diameter kepala (cm) 25 hari 0.76 ± 0.107 27 hari 0.82 ± 0.112 29 hari 0.90 ± 0.112 31 hari 0.91 ± 0.050 33 hari 1.07 ± 0.155 35 hari 1.29 ± 0.061 37 hari 1.33 ± 0.066 39 hari 1.44 ± 0.084 41 hari 1.50 ± 0.183 43 hari 1.57 ± 0.204 45 hari 1.61 ± 0.120 47 hari 1.69 ± 0.130 49 hari 1.77 ± 0.078 51 hari 1.86 ± 0.073 53 hari 1.92 ± 0.125 55 hari 2.02 ± 0.148 57 hari 2.05 ± 0.071 59 hari 2.16 ± 0.104 61 hari 2.28 ± 0.068 63 hari 2.33 ± 0.106 Hubungan antara diameter kepala fetus dengan umur kebuntingan serta standar deviasi yang ditentukan dengan menggunakan analisis regresi linear didapatkan
persamaan
untuk
memperkirakan
umur
kebuntingan
x = (y + 0.2625)/0.0415, dimana x adalah hari kebuntingan dan y adalah rata-rata diameter kepala fetus (Gambar 10). Persamaan ini dapat digunakan untuk mengetahui umur kebuntingan lebih dari 30 hari dengan menghitung diameter kepala fetus. Kelebihan dari pengukuran diameter kepala fetus yaitu dapat mengetahui umur kebuntingan lebih dari 30 hari sedangkan kekurangan dari pengukuran ini karena adanya perbedaan ukuran kepala fetus yang terdapat di dalam satu kebuntingan menyebabkan penyimpangan yang besar atau kecil pada standar deviasi.
Diameter Kepala Fetus (cm)
Rata-rata
Persamaan
3 y = 0.0415x - 0.2625 2.5 2 1.5 1 0.5 0 20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
Hari Kebuntingan (hari)
Gambar 10. Hubungan antara rata-rata diameter kepala fetus dengan hari kebuntingan serta standar deviasi pada umur ke-25 sampai ke-63 masa kebuntingan dengan menggunakan analisis regresi linear. Pada tabel 3 dapat dilihat organ fetus yang teridentifikasi dan perkembangannya, fungsi serta perbedaan derajat echogenisitas dari organ yang terbentuk pada hari ke-0 sampai ke-20 masa kebuntingan. Tanda kebuntingan yang dapat diamati pertama kali adalah kantung kebuntingan dengan struktur normal anechoic, berbentuk bulatan kecil pada hari ke-7 dari umur kebuntingan (Gambar 11 A). Data yang didapat hanya pada satu ekor kucing karena posisi dan peletakkan probe sangat mempengaruhi terlihat atau tidaknya kantung kebuntingan sehingga harus tepat pada daerah yang akan diperiksa. Ukuran diameter kantung kebuntingan yang sangat kecil dapat juga mempengaruhi sulitnya deteksi kantung kebuntingan dan dalam beberapa kondisi sering dikelirukan dengan loop dari usus. Antara hari ke-14 dan 20 masa kebuntingan, fetus tidak terlihat dengan baik bila menggunakan USG, yang terlihat hanya bentukan seperti “koma” (hypoechoic) yang dikelilingi oleh cairan amnion dan belum dapat dibedakan bagian kepala dan badan fetus. Organ jantung (hypoechoic) dan lumen jantung (anechoic) dapat terlihat pada umur kebuntingan 20 hari dan denyut jantung sudah dapat dihitung tetapi batas antara kepala dan badan (isoehoic) belum terlihat jelas. Pada hari kebuntingan ke-7, embrio dan plasenta masih belum terlihat dan kantung kebuntingan berisi kantung kuning telur. Kantung kebuntingan dapat terlihat lebih dini bila posisi hewan dan probe yang digunakan tepat berada pada
bagian uterus yang terdapat kantung kebuntingan. Ukuran panjang dan lebar kantung kebuntingan makin meningkat dari 8.3 mm dan 7.4 mm pada hari ke-7 masa kebuntingan menjadi 45.2 mm dan 38.4 mm pada hari ke-37. Hal ini merupakan akibat bentuk bulat kantung kebuntingan mengalami sedikit pemanjangan sehingga memperlihatkan bentuk oval seperti lemon (Zambelli dan Prati 2006). Pemanjangan kantung kebuntingan bisa diakibatkan karena pertumbuhan dan perkembangan embrio menjadi fetus serta
adanya
perkembangan organ-organ (organogenesis) fetus yang semakin membesar. Pada hari ke-14 dari kebuntingan, kantung kebuntingan masih berbentuk bulat dengan dinding hyperechoic. Pada hari yang sama, perkembangan plasenta dapat terlihat di dalam kantung kebuntingan sebagai dua garis hyperechoic yang terpisah oleh sebuah garis hypoechoic. Embrio pertama kali dapat dideteksi sekitar hari ke-14 dari kebuntingan sebagai benda padat yang menempel pada dinding kantung kebuntingan yang menonjol ke dalam ruang kantung kebuntingan, berbentuk ”koma” dan dikelilingi oleh cairan amnion tetapi organ embrio belum terbentuk (Gambar 11 B). Tabel 3. Identifikasi dan perkembangan organ-organ fetus kucing melalui pemeriksaan USG pada hari ke-0 sampai ke-20 masa kebuntingan Umur Kebuntingan 0–13 hari
Organ yang Teridentifikasi dan Perkembangannya Gestational sacs
Derajat Echogenisitas
14–20 hari
Gestational sacs
Anechoic
Fetus yang berbentuk “koma” Jantung
Hipoechoic Hypoechoic dengan lumen anechoic
Batas antara kepala dan badan belum terlihat
Kepala dan badan isoechoic
Keterangan
Anechoic
Berdenyut
A
B
C
D
Gambar 11: A. Sonogram dari kantung kebuntingan pada hari ke-7 dari kebuntingan dengan probe arah longitudinal. Huruf gs1 dan gs2 menunjukkan kantung kebuntingan. Tanda panah putih menunjukkan vesika urinaria. B. Sonogram dari kantung kebuntingan pada hari ke-14 dari kebuntingan dengan probe arah transversal. Perkembangan plasenta dapat terlihat di dalam kantung kebuntingan sebagai dua garis hyperechoic yang terpisah oleh sebuah garis hypoechoic. Tanda panah putih tebal merupakan embrio (hyperechoic) yang menonjol ke dalam ruang kantung kebuntingan. Tanda panah putih biasa menunjukkan cairan amnion. C. Sonogram dari kantung kebuntingan pada hari ke-17 dari kebuntingan dengan probe arah transversal. Panah putih merupakan embrio yang berada ditengah dan terpisah dari dinding kantung kebuntingan. D. Sonogram dari kantung kebuntingan pada hari ke-20 dari kebuntinga dengan probe arah transversal. Tanda panah putih tebal menunjukkan embrio yang berada ditengah kantung kebuntingan. Tanda panah putih biasa menunjukkan cairan amnion. Bar (garis putih) = 1 cm.
Pada hari ke-17 sampai ke-20 kebuntingan, embrio dengan struktur hypoechoic terlihat terpisah dari dinding kantung kebuntingan tetapi belum terlihat pembagian-pembagian daerah kepala dan badan sehingga derajat echo yang dihasilkan sama (isoechoic). Kemudian, embrio akan bergerak ke tengah kantung kebuntingan pada hari ke-17 kebuntingan (Gambar 11 C). Denyut jantung dapat terdeteksi dan dihitung pada hari ke-20 ditandai dengan adanya kerlap-kerlip di bagian tengah massa fetus. Jantung memiliki struktur hypoechoic dengan lumen berstruktur anechoic karena lumen berisi darah. Batas kepala dan badan fetus belum terlihat pada hari ke-20 kebuntingan sehingga struktur kepala dan badan isoechoic yaitu derajat echo yang dihasilkan sama (Gambar 11 D). Menurut Goddard (1995) denyut jantung dapat dideteksi pada umur kebuntingan ke-24 hari, ditandai dengan kerlap-kerlip yang cepat di bagian tengah massa fetus. Denyut jantung fetus biasanya dua kali denyut jantung induk antara 150-220 x/menit (Jackson 2004). Penetapan jumlah fetus dilakukan pada awal kebuntingan, paling mudah pada 28-35 hari kebuntingan ketika fetus masih kecil. Bila fetus sudah cukup besar perhitungan bisa sangat membingungkan karena hanya penampang tubuh fetus yang terlihat dan dapat juga terjadi penghitungan ganda pada fetus yang sama atau ada fetus yang tidak terhitung (Barr 1990). Pada tabel 4 dapat terlihat perkembangan organ-organ fetus pada hari ke-21 sampai ke-41 kebuntingan. Pada umur kebuntingan 25-26 hari selain denyut jantung yang sudah konsisten, batas kepala, leher, dan badan mulai terlihat jelas serta bakal tulang punggung (hyperechoic) dan bakal lambung (anechoic) juga mulai terlihat tetapi belum ada pergerakan dari fetus. Umur 27-32 hari kebuntingan fetus sudah mulai bergerak aktif, aorta terlihat dengan struktur anechoic dan bakal kaki depan dan belakang terlihat (hypoechoic). Bentuk tulang punggung (hyperechoic) lebih jelas dan jari jemari kaki depan-belakang fetus terlihat. Organ hati terlihat, berfungsi melakukan sistem sirkulasi melalui vena porta dan lambung belum berfungsi dalam metabolisme tubuh fetus. Pada umur kebuntingan antara 33-36 hari terlihat bakal vesika urinaria (anechoic), katup jantung (hyperechoic), orbita (anechoic) dan cerebrum (hypoechoic) terlihat jelas. Pada hari ke-35, paru-paru terlihat dengan struktur hypoechoic. Batas antara atrium dan ventrikel jantung terlihat karena adanya kerja
katup jantung yang membuka dan menutup saat darah di pompa dari atrium ke ventrikel. Tulang punggung dan costae terlihat lebih jelas, hati mendominasi rongga abdomen fetus terlihat pada umur kebuntingan antara 37-41 hari. Lambung pertama kali terlihat sebagai anechoic karena penuh berisi cairan pada hari ke-25 kebuntingan tetapi belum melakukan fungsi sebagai sistem pencernaan karena fetus mendapatkan makanan dari induk selama fetus masih di dalam kandungan. Hari yang sama terlihat juga bakal tulang belakang dengan struktur hyperechoic tetapi belum ada pergerakan dari fetus. Antara hari ke-27 dan 32 kebuntingan, aorta terlihat lebih jelas dan sudah berfungsi melakukan sistem peredaran darah. Aorta terlihat sebagai struktur anechoic karena berisi darah yang akan diedarkan ke seluruh tubuh fetus. Pergerakan fetus sudah dapat terlihat pada hari ke-27 kebuntingan dan bentukan bakal kaki depan dan belakang terlihat sebagai struktur hypoechoic karena struktur masih berupa jaringan lunak (Gambar 12 A). Menurut Barr (1990) antara umur kebuntingan 34-37 hari (terkadang lebih awal), perbedaan kepala dan tubuh fetus dapat diidentifikasi dan terlihat pergerakan yang aktif dari fetus tersebut. Aorta terlihat sebagai struktur anechoic yang berbentuk tubular berada di ventral columna spinalis dan berhubungan dengan jantung dan hati. Pembuluh darah umbilikus terlihat sebagai penghubung dinding umbilikal dengan hati. Menurut Zambelli et al (2002b) sebelum hari ke-30 kebuntingan perbedaan organ fetus masih sulit untuk dilihat karena derajat echogenisitas yang sama, agar perbedaan mudah diamati maka penggunaan probe dengan arah longitudinal pada fetus dapat dilakukan sehingga semua organ terlihat secara bersamaan. Hal ini, memudahkan untuk membedakan organ-organ tersebut. Pemeriksaan dengan USG, struktur organ tubuh fetus akan lebih jelas diidentifikasi setelah hari ke-30 kebuntingan. Pada hari yang sama, bagian dada dan kepala fetus merupakan area hyperechoic tanpa adanya accoustic shadow yang terlihat karena struktur tersebut hanya terdiri dari beberapa tulang muka dan diapysis tulang dada. Membran fetus dapat sangat mudah terlihat sampai umur kebuntingan ke-30 dan sangat sulit sampai umur ke-45 kebuntingan.
Tabel 4. Identifikasi dan perkembangan organ-organ fetus kucing melalui pemeriksaan USG pada hari ke-21 sampai ke-41 masa kebuntingan Umur Kebuntingan 21–24 hari
25–26 hari
27–32 hari
Organ yang Teridentifikasi dan Perkembangannya Jantung
Bentuk fetus teramati
Derajat Echogenisitas Hypoechoic dengan lumen anechoic Hypoechoic
Batas antara kepala dan badan belum terlihat Jantung Bakal tulang punggung
Kepala dan badan isoechoic Hypoechoic Hyperechoic
Lambung
Anechoic
Belum berfungsi
Batas antara kepala, leher dan badan terlihat jelas Fetus belum ada pergerakan Jantung Aorta terlihat jelas
Hypoechoic Anechoic
Berdenyut Melakukan sistem sirkulasi darah
Bakal tulang punggung dan costae Lambung
Keterangan Berdenyut
Berdenyut
Hyperechoic Anechoic
Belum berfungsi
Batas antara kepala, leher dan badan terlihat lebih jelas Ada pergerakan fetus
33–36 hari
37–41 hari
Bakal kaki depan dan belakang Jantung Katup jantung
Hypoechoic Hypoechoic Hyperechoic
Tulang punggung sudah terbentuk dan jelas Lambung membesar Hati
Hyperechoic
Paru-paru Jari jemari kaki depan dan belakang terlihat Orbita Bakal vesika urinaria
Hypoechoic Hyperechoic Anechoic Anechoic
Menampung urin
Cerebrum Jantung (batas atrium dan ventrikel) Tulang punggung lebih jelas Costae Hati (dominan)
Hypoechoic Hypoechoic
Berdenyut
Anechoic Hypoechoic
Hyperechoic Hyperechoic Hypoechoic
Berdenyut Membuka dan menutup pada saat terjadi sistem sirkulasi darah di jantung
Belum berfungsi Melakukan sistem sirkulasi melalui vena porta Belum berfungsi
Melakukan sistem sirkulasi melalui vena porta
Antara hari ke-33 dan 36 kebuntingan, vesika urinaria dapat diidentifikasi dengan struktur anechoic di daerah kaudal abdomen di dekat tali pusar, lambung dan hati yang berisi cairan. Vesika urinaria juga dapat diidentifikasi lebih awal pada hari ke-29 dan 30 kebuntingan dengan struktur anechoic yang terletak dibagian kranial pelvis dan di dekat tali pusar/umbilical cord (Zambelli dan Prati 2006). Stuktur anechoic vesika urinaria karena berisi cairan urin yang berasal dari ginjal. Pada hari ke-33 kebuntingan, jari jemari terlihat jelas karena memiliki struktur hyperechoic dan cerebrum terlihat jelas dengan struktur hypoechoic karena berupa jaringan lunak (Gambar 12 B). Cerebral choroid plexi terlihat sebagai dua struktur hyperechoic simetris yang mengelilingi otak (Zambelli et al. 2002b). Pada hari ke-35 katup jantung terlihat lebih jelas dengan struktur hyperechoic karena katup terdiri dari jaringan ikat kolagen dan bakal orbita terlihat dengan struktur anechoic berbentuk bulat. Katup jantung berfungsi untuk membuka dan menutup saat darah di pompa dari atrium ke ventrikel jantung tetapi antara atrium dan ventrikel jantung masih sulit untuk dibedakan. Pada hari yang sama, paru-paru terlihat dengan struktur hypoechoic karena tidak berisi udara (Gambar 12 C dan D). Penampakan ultrasonografi dari suatu organ fetus dapat berguna untuk memperkirakan umur kebuntingan, contohnya vesika urinaria fetus yang mulai dapat terlihat pada hari ke-20 menjelang akhir kebuntingan (Goddard 1995). Menurut Zambelli dan Prati (2006) ginjal terlihat pertama kali pada umur kebuntingan ke-39 hari, berbentuk ellip yang terletak di ventro-lateral columna spinalis dan isoechoic dengan hati. Pada hari ke-50 mungkin dapat dibedakan korteks dan medulla. Menurut Goddard (1995) tulang rangka (skeletal) fetus menjadi jelas pada umur kebuntingan 40 hari ketika tulang fetus terlihat hyperechoic dan membentuk accoustic shadows. Tulang rangka (skeletal), kepala, columna spinalis dan costae fetus menghasilkan refleksi yang kuat sehingga lebih jelas terlihat dan lebih mudah diidentifikasi.
A
B
C
D
Gambar 12: A. Sonogram dari organ fetus pada hari ke-27 kebuntingan dengan probe arah longitudinal. Tanda panah putih tebal menunjukkan bakal kaki depan, tanda panah putih tipis menunjukkan kepala fetus dan tanda panah putih sedang menunjukkan badan fetus. B. Sonogram dari organ fetus pada hari ke-33 kebuntingan dengan arah probe longitudinal. Tanda panah putih menunjukkan jari jemari fetus, tanda panah putih tebal merupakan cairan amnion. C. Sonogram dari organ fetus pada hari ke-35 kebuntingan dengan arah probe longitudinal. Tanda kepala panah putih menunjukkan paru-paru fetus, tanda panah putih tebal menunjukkan cerebrum dan tanda panah putih biasa menunjukkan bakal orbita. D. Sonogram dari organ fetus hari ke-37 kebuntingan dengan arah probe longitudinal. Terlihat organ jantung, lambung, hati yang mendominasi, vesika urinaria, tulang punggung serta cairan amnion yang berkurang (panah putih). Tanda panah putih tebal menunjukkan paru-paru. Bar (garis putih) = 1 cm
Pada tabel 5 dapat dilihat perkembangan organ fetus pada hari ke-42 sampai ke-63 kebuntingan. Pada kebuntingan antara 42-44 hari, batas antara atrium dan ventrikel jantung terlihat karena adanya kerja katup jantung yang membuka dan menutup saat darah di pompa dari atrium ke ventrikel. Tulang punggung dan costae terlihat lebih jelas, hati mendominasi rongga abdomen fetus, diameter kantung kebuntingan membesar tetapi cairan amnion mulai berkurang. Pada kebuntingan 45-49 hari, ukuran lambung membesar dan hati tetap mendominasi rongga abdomen fetus. Tulang tengkorak dan vesika urinaria terlihat lebih jelas. Pada akhir umur kebuntingan yaitu 50-63 hari, cerebrum terlihat jelas, vesika urinaria membesar dan lambung membesar dengan hati tetap mendominasi tubuh fetus. Tabel 5. Identifikasi dan perkembangan organ-organ fetus kucing melalui pemeriksaan USG pada hari ke-42 sampai ke-63 masa kebuntingan Umur Kebuntingan 42–44 hari
45–49 hari
50–63 hari
Organ yang Teridentifikasi dan Perkembangannya Jantung (batas atrium dan ventrikel) Katup jantung
Derajat Echogenisitas Hypoechoic
Keterangan
Hyperechoic
Membuka dan menutup saat terjadi sistem sirkulasi darah di jantung
Tulang punggung lebih jelas Costae Lambung Hati (dominan)
Hyperechoic Hyperechoic Anechoic Hypoechoic
Tulang kaki depan dan belakang terbentuk (jari jemari) Diameter gestational sacs lebih besar Cairan amnion berkurang Jantung Ukuran lambung lebih besar Hati lebih jelas
Hyperechoic
Vesika urinaria Jantung Ukuran hati membesar (mendominasi)
Anechoic Hypoechoic Hypoechoic
Cerebrum terlihat jelas
Hypoechoic
Vesika urinaria membesar Lambung (ukuran membesar)
Anechoic Anechoic
Berdenyut
Belum berfungsi Melakukan sistem sirkulasi melalui vena porta
Anechoic Anechoic Hypoechoic Anechoic Hypoechoic
Berdenyut Belum berfungsi Melakukan sistem sirkulasi melalui vena porta Belum berfungsi Berdenyut Melakukan sistem sirkulasi melalui vena porta
Belum berfungsi Belum berfungsi
Bagian jantung yaitu atrium dan ventrikel mulai dapat dibedakan antara hari ke-37 dan 44 dari kebuntingan. Costae terlihat lebih jelas sebagai struktur hyperechoic dan hati mendominasi bagian tubuh fetus karena hati sudah berfungsi melakukan sistem sirkulasi darah melalui vena porta. Hati memiliki struktur hypoechoic karena berupa jaringan lunak. Cairan amnion berkurang karena perkembangan dari fetus yang semakin lama mendominasi kantung kebuntingan sehingga ukuran kantung kebuntingan juga semakin besar (Gambar 13 A). Tulang rangka (skeletal) juga sudah terlihat jelas antara umur ke-37 dan 44 kebuntingan. Ukuran lambung terlihat semakin besar antara umur kebuntingan ke-45 dan 49 dan hati juga semakin mendominasi (Gambar 13 B). Menurut Zambelli et al (2002b) usus halus dan usus besar sulit terlihat karena ukuran hati yang besar sehingga mendominasi rongga perut. Menurut Goddard (1995) hari ke-45 dari kebuntingan, 90% fetus dapat diidentifikasi lambung (struktur anechoic) yang berada di kaudal hati. Umur kebuntingan antara hari ke-50 dan 63, ukuran vesika urinaria membesar karena ginjal yang sudah berfungsi dengan optimal sedangkan ukuran lambung semakin membesar. Dengan bertambahnya umur dan perkembangan fetus selama kebuntingan maka diameter kepala fetus akan semakin besar juga (Gambar 13 C dan D). Menurut Zambelli dan Prati (2006) setelah kebuntingan ke-50, cairan allantois terlihat sangat sedikit mengelilingi fetus. Hati tetap mendominasi bagian tubuh fetus. Pada 20 hari akhir kebuntingan, ginjal dapat terlihat dan lebih echogenic dari ginjal hewan dewasa. Vaskularisasi fetus lebih jelas, usus mungkin dapat terdeteksi (Goddard 1995). Rata-rata diameter lambung pada hari ke-30 kebuntingan sebesar 0.36 ± 0.010 akan semakin membesar dan berkembang menjadi 1.18 ± 0.016 pada hari ke-60 kebuntingan (Zambelli dan Prati 2006).
A
B
C
D
Gambar 13: A. Sonogram dari organ fetus hari ke-45 kebuntingan dengan arah probe longitudinal. Terlihat lambung yang membesar, jantung, sternum dan tulang belakang. B. Sonogram dari organ fetus hari ke-50 kebuntingan dengan arah probe longitudinal. Pengukuran diameter kepala fetus. Tanda panah putih tipis menunjukkan mulut fetus, tanda panah putih sedang menunjukkan cerebrum dan tanda panah putih tebal menunjukkan tengkorak fetus. C. Sonogram dari organ fetus hari ke-51 kebuntingan dengan arah probe longitudinal. Terlihat orbita, tengkorak dan mulut fetus. D. Sonogram dari organ fetus hari ke-59 kebuntingan dengan arah probe longitudinal. Os vertebrae dan jantung fetus yang terlihat sangat jelas. Bar (garis putih) = 1 cm
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan •
Perkembangan ukuran kantung kebuntingan dan diameter kepala fetus kucing
(Felis catus) dengan pencitraan B-Mode USG dapat digunakan
untuk mengetahui umur kebuntingan dengan persamaan linear. Persamaan linear panjang dan lebar kantung kebuntingan untuk memperkirakan umur kebuntingan yaitu x = (y + 0.6674)/0.1431 dan x = (y + 0.2798)/0.1075, dimana x adalah hari kebuntingan dan y adalah rata-rata panjang dan lebar kantung kebuntingan. Persamaan ini dapat digunakan untuk mengetahui umur kebuntingan di bawah umur 40 hari. Sedangkan persamaan linear diameter kepala fetus yang digunakan untuk memperkirakan umur kebuntingan x = (y – 0.2625)/0.0415, dimana x adalah hari kebuntingan dan y adalah diameter kepala fetus. Persamaan ini dapat digunakan untuk mengetahui umur kebuntingan di atas umur 30 hari. •
Tanda kebuntingan pertama kali yang dapat diamati dengan tampilan BMode USG adalah kantung kebuntingan pada hari ke-7 kebuntingan. Denyut jantung dapat dilihat dan dihitung pertama kali pada hari ke-20 kebuntingan. Bakal tulang punggung, lambung dan hati yang mendominasi rongga abdomen dapat diamati antar hari ke-25 dan 26 kebuntingan tetapi pergerakan fetus belum teramati. Pada hari ke-27 kebuntingan, pergerakan fetus terlihat aktif. Antara hari ke-33 dan 36 kebuntingan, tulang punggung dan costae terlihat lebih jelas, lambung membesar, jari jemari kaki depan dan belakang sudah terbentuk serta bakal vesika urinaria pertama kali teramati pada hari ke-33 kebuntingan. Pada akhir kebuntingan (umur > 40 hari), semua organ dalam fetus terbentuk dan ukuran lambung, hati serta vesika urinaria akan semakin membesar seiring dengan bertambahnya umur kebuntingan.
Saran •
Pengembangan yang lebih luas diperlukan terhadap penggunaan USG pada sistem organ lainnya selain pemeriksaan kebuntingan hewan.
•
Penelitian lebih lanjut dibutuhkan dalam penggunaan teknik echo-Doppler untuk memberikan informasi kesehatan fetus dan perkembangan plasenta.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2007. Kucing. http://en.wikipedia.org/wiki/Kucing. [30 Desember 2007] Barr F. 1990. Diagnostic Ultrasound in the Dog and Cat. Oxford: Blackwell Scientific Publications. hlm. 1-12 dan 78-88. Broaddus B, Albert DV. 2005. A Comparison of Methods for Early Pregnancy Diagnosis. Proceedings 2nd. Florida Dairy Road Show. Colville T, Bassert JM. 2002. Clinical Anatomy and Physiology for Veterinary Technicians. USA: MOSBY. hlm. 329-334. Dyce KM, Sack WO, Wensing CJG. 2002. Textbook of Veterinary Anatomy. Ed ke-3. USA: Saunders. hlm. 192-197 dan 438-442. England GCW, Allen WE. 1990. The veterinary Annual 30. London: Butterworth&Co. Getty R. 1975. The Anatomy of the Domestic Animals. Ed ke-5. Philadelphia: WB Saunders. hlm. 1584-1588. Goddard PJ. 1995. Veterinary Ultrasonography. England: CAB International. hlm. 1-17 dan 60-70. Jackson PGG. 2004. Handbook of Veterinary Obstetrics. Ed ke-2. London: Elsevier. hlm. 141-165. Kahn CM, et al. 2005. The Merck Veterinary Manual. Ed ke-9. USA: Merck&Co., Inc. Luther LE. 2008. The Ultrasonographic Diagnosis of Pregnancy in the Dog and Cat. http://www.soundveteducation.com/assets/The%20ultrasonographic%20dia gnosis%20of%20pregnancy%20in%20the%20dog%20and%20cat_notes.pdf [26 Maret 2008] McEnte K. 1990. Reproductive Pathology of Domestic Animals. California: Academic Press,Inc. Meadows G, Flint E. 2006. Buku Pegangan bagi Pemilik Kucing. Batam: Karisma Publishing Group. hlm. 56-60. Nash H. 2007. FAQs on Reproduction (Heats and Pregnancies). http://www.peteducation.com/article_cfm?cls=1cat=1314&articleid=922 [1 April 2008]
Plumb DC. 2005. Veterinary Drug Handbook. Ed ke-5. USA: Blackwell Publishing. hlm. 1243. Redaksi Ensiklopedia Indonesia. 2003. Ensiklopedia Indonesia Seri Fauna Mammalia 2. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve. Royal Canin. 2004. The Cat Encyclopedia. Paris: Aniwa Publishing. Reece WO. 2006. Functional Anatomy and Physiology of Domestic Animals. Ed ke-3. Australia: Blackwell Publishing Asia. hlm. 404-409 dan 424-425. Widmer WR, David SB, Larry GA. 2004. Ultrasonography of the Urinary Tract in Small Animals. JAVMA. 225(1): 46-54. Zambelli D, Castagnetti C, Belluzzi S, Bassi S. 2002a. Correlation Between the Age of the Conceptus and Various Ultrasonographic Measurements During the First 30 Days of Pregnancy in Domestic Cats (Felis catus). Theriogenology 57: 1981-1987. Zambelli D, Caneppelle B, Bassi S, Paladini C. 2002b. Ultrasound Aspects of Fetal and Extrafetal Structures in Pregnant Cats. Journal of Feline Medicine and Surgery. 4: 95-106. Zambelli D, Prati F. 2006. Ultrasonography for Pregnancy Diagnosis and Evaluation in Queens. Theriogenology 66: 135-144.