PROFIL HEMATOLOGI SELAMA PROSES KESEMBUHAN SKIN FLAPS H-PLASTY DAN LINEAR CLOSURE PADA KUCING LOKAL (Felis catus)
HASTJARJO FLEURYANTARI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Hematologi Selama Proses Kesembuhan Skin Flaps H-plasty dan Linear Closure pada Kucing Lokal (Felis catus) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2015 Hastjarjo Fleuryantari NIM B04110023
ABSTRAK HASTJARJO FLEURYANTARI. Profil Hematologi Selama Proses Kesembuhan Skin Flaps H-plasty dan Linear Closure pada Kucing Lokal (Felis catus). Dibimbing oleh DENI NOVIANA dan GUNANTI. Skin flaps merupakan salah satu prosedur bedah rekonstruksi untuk penutupan luka. Tujuan penelitian ini adalah melihat profil hematologi selama proses kesembuhan luka menggunakan teknik skin flaps H˗plasty dan linear closure pada kucing (Felis catus). Pembuatan luka dengan luas 2x2 cm dilakukan pada daerah toraks 6 kucing lokal jantan sehat yang dibagi kedalam dua kelompok. Penutupan luka dilakukan dengan teknik skin flaps H-plasty dan linear closure sesuai kelompok. Pengambilan darah sebanyak 1 ml dilakukan secara aseptis pada vena saphena pada hari ke˗0 pra operasi, hari ke˗3, 6, 9, dan 12 pasca operasi skin flaps. Hasil rata-rata jumlah SDM, hemoglobin, hematokrit, MCHC, dan trombosit tidak menunjukkan perbedaan signifikan (P>0.05) antar kelompok perlakuan H-plasty dengan linear closure. Berbeda dengan parameter MCV dan MCH yang menunjukkan perbedaan signifikan (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Pengamatan rata-rata jumlah SDM, hemoglobin, hematokrit, MCV, MCH, MCHC dan trombosit menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0.05) diantara hari pengamatan. Kedua teknik skin flaps menunjukkan nilai rata˗rata jumlah profil hematologi yang fisiologis selama proses kesembuhan luka. Kata kunci: H-plasty, kucing, linear closure, profil hematologi, skin flaps
ABSTRACT HASTJARJO FLEURYANTARI. Hematology Profiles in Wound Healing Skin Flaps H-Plasty and Linear Closure in Domestic House Cats (Felis catus). Supervised by DENI NOVIANA and GUNANTI. Skin flaps is one of reconstructive surgery procedures for wound closure. The objective of this research is to observe hematology profiles during wound healing of skin flaps H˗plasty and linear closure technique in cats. Wounds of 2x2 cm were made at the thorax area of 6 healthy male domestic house cats which were divided into two groups. Wound closure was done by using skin flaps H-plasty and linear closure according to the respective groups. Blood of 1 ml was drawn from the saphenous vein on the first day before surgery, 3rdday, 6thday, 9thday, and 12thday post-surgery. The results of the average number of erythrocyte, hemoglobin, hematocrit, MCHC and thrombocyte showed insignificant differences (P>0.05) whereas MCV and MCH showed significant differences (P<0.05) between H˗plasty and linear closure. The results of the average number of erythrocyte, hemoglobin, hematocrite, MCV, MCH, MCHC and trombocyte showed significant differences (P<0.05) between observation days. These two techniques showed physiological average number of blood profiles during wound healing of skin flaps. Keywords: cats, hematology profiles, H-plasty, linear closure, skin flaps
PROFIL HEMATOLOGI SELAMA PROSES KESEMBUHAN SKIN FLAPS H-PLASTY DAN LINEAR CLOSURE PADA KUCING LOKAL (Felis catus)
HASTJARJO FLEURYANTARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi : Profil Hematologi Selama Proses Kesembuhan Skin Flaps H-plasty dan Linear Closure pada Kucing Lokal (Felis catus) Nama
: Hastjarjo Fleuryantari
NIM
: 804110023
Disetujui oleh
Prof Drh Deni Noviana, PhD
Tanggal Lulus:
Dr Drh Gunanti, MS Pembimbing II
Pembimbing I
'0 7 SEP 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul karya ilmiah ini adalah “Profil Hematologi Selama Proses Kesembuhan Skin Flaps H-plasty dan Linear Closure pada Kucing Lokal (Felis catus)”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Drh Deni Noviana, PhD selaku pembimbing I, Dr Drh Gunanti, MS selaku pembimbing II, dan Drh Erwin, MSc yang telah membantu selama penelitian dan pengumpulan data. Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Drh Hera Maheshwari, MSc selaku pembimbing akademik yang telah membimbing selama kuliah. Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada kedua orang tua penulis, Bapak Banudojo Hastjarjo dan Ibu Sri Lestari, seluruh keluarga serta teman-teman atas segala doa dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Semoga penulis dapat menghasilkan karya ilmiah yang bermanfaat bagi penulis dan juga bagi pembaca.
Bogor, September 2015 Hastjarjo Fleuryantari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Skin Flaps
2
Darah
4
METODE
6
Waktu dan Tempat Penelitian
6
Bahan
6
Alat
6
Prosedur Percobaan
6
Prosedur Analisis Data
7
HASIL DAN PEMBAHASAN SIMPULAN DAN SARAN
7 12
Simpulan
12
Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
13
RIWAYAT HIDUP
15
DAFTAR TABEL 1 Profil hematologi normal kucing 2 Rata-rata jumlah SDM (x106/μl) selama proses kesembuhan skin flaps pada kucing lokal 3 Rata-rata jumlah hemoglobin (g/dl) selama proses kesembuhan skin flaps pada kucing lokal 4 Rata-rata jumlah hematokrit (%) selama proses kesembuhan skin flaps pada kucing lokal 5 Rata-rata jumlah MCV(fl) selama proses kesembuhan skin flaps pada kucing lokal 6 Rata-rata jumlah MCH (pg) selama proses kesembuhan skin flaps pada kucing lokal 7 Rata-rata jumlah MCHC (%) selama proses kesembuhan skin flaps pada kucing lokal 8 Rata-rata jumlah trombosit (x103/μl) selama proses kesembuhan skin flaps pada kucing lokal
5 8 9 9 10 10 11 12
DAFTAR GAMBAR 1 Teknik H˗plasty 2 Teknik linear closure
3 3
PENDAHULUAN Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh terbesar dan terletak paling luar yang berfungsi sebagai pelindung dari lingkungan luar (Dallas 2003). Kulit termasuk organ yang paling rentan terjadinya kerusakan karena langsung berhubungan dengan dunia luar. Luka pada kucing dapat terjadi akibat trauma, kecelakaan, luka gigitan, luka bakar, nekrosa akibat infeksi bakteri dan sebagainya (Clarke dan Findji 2011; Savini et al. 2012). Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian dari jaringan tubuh. Luka juga didefinisikan sebagai kerusakan fisik akibat dari terbukanya atau hancurnya kulit yang menyebabkan ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal (Nagori dan Solanki 2011). Luka dengan kehilangan kulit yang luas membutuhkan jaringan penutup untuk mengatasinya. Salah satu pilihan dokter hewan untuk menangani luka tersebut adalah dengan melakukan pembuatan flaps, namun apabila luka sangat besar dibutuhkan operasi transplantasi kulit. Perkembangan ilmu bedah khususnya transplantasi kulit menghasilkan metode baru yang sering dilakukan yaitu skin grafting, microvascular free flaps, dan skin flaps (Langley˗Hobbs et al. 2014). Skin flaps merupakan salah satu prosedur bedah yang dilakukan untuk menutup luka disebabkan oleh trauma, cedera, gigitan hewan, hingga pasca pengangkatan tumor (Allen et al. 1997). Flaps adalah hasil sayatan jaringan yang ditarik dari suatu bagian tubuh ke bagian tubuh lain dan masih memiliki hubungan suplai darah dengan jaringan asal (Langley˗Hobbs et al. 2014). Berdasarkan suplai darah flaps dapat diklasifikasikan menjadi local skin flaps dan distant skin flaps. Local skin flaps dibagi menjadi rotating flaps dan advancement flaps. Terdapat dua teknik yang termasuk ke dalam advancement flaps, yaitu single pedicle advancement flap dan bipedicle advancement flap. Jenis H˗plasty flaps dan linear closure flaps termasuk klasifikasi single pedicle advancement flap (Smith 2010). Persembuhan luka secara klinis dapat terlihat dengan bertemunya kedua tepi luka. Kesembuhan flaps dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik seperti penyebab luka, ketegangan flap, tingkat kesehatan, umur pasien, maupun faktor intrinsik seperti adanya hematom di bawah kulit, dan suplai darah yang tidak memadai. Pembentukan dan perkembangan pembuluh darah atau angiogenesis serta terdapatnya bekuan darah di daerah luka merupakan hal yang sangat berpengaruh pada proses penyembuhan luka (Mast 2000). Fase awal penyembuhan luka adalah reaksi hemostatik berupa pembekuan darah, reaksi vaskuler dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan reaksi seluler sebagai respon inflamasi. Hal ini akan mempengaruhi respon tubuh individu secara lokal maupun sistemik (Sjamsuhidayat dan Wim 2004). Pemeriksaan darah pra dan pasca operasi menggambarkan kondisi tubuh kucing secara sistemik. Kehilangan darah pasca operasi skin flaps menyebabkan dehidrasi yang berpengaruh pada gambaran sel darah merah kucing. Gambaran sel darah trombosit juga akan terpengaruh karena berperan dalam kesembuhan luka, yaitu dalam pembentukan sumbat mekanik selama respon homeostatis
2 normal terhadap cedera vaskuler pasca operasi skin flaps. Penelitian ini dilakukan pada pendekatan respon vaskuler dengan melihat gambaran sel darah merah (SDM), hemoglobin (Hb), hematokrit (Hct), Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH), Mean Corpuscular Hemoglobin Consentration (MCHC), dan trombosit pada kucing lokal menggunakan dua teknik skin flaps yang berbeda.
Perumusan Masalah Bagaimana profil sel darah merah (SDM), hemoglobin (Hb), hematokrit (Hct), indeks eritrosit yang terdiri dari Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH), serta Mean Corpuscular Hemoglobin Consentration (MCHC), dan trombosit dalam proses kesembuhan luka menggunakan teknik skin flap H˗plasty dan linear closure pada kucing lokal?
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil hematologi pada kucing lokal selama proses kesembuhan luka menggunakan teknik skin flaps H˗plasty dan linear closure. Profil hematologi yang diamati adalah sel darah merah (SDM), hemoglobin (Hb), hematokrit (Hct), indeks eritrosit, dan trombosit.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi dalam dunia kedokteran hewan praktisi tentang profil hematologi kucing lokal selama proses kesembuhan luka dengan teknik skin flaps H˗plasty dan linear closure. Pendekatan profil hematologi meliputi sel darah merah (SDM), hemoglobin (Hb), hematokrit (Hct), indeks eritrosit, dan trombosit.
TINJAUAN PUSTAKA Skin Flaps Skin flaps adalah cangkok jaringan kulit beserta jaringan lunak dibawahnya yang diangkat dari tempat asalnya. Flaps yang dipindahkan akan membentuk pendarahan baru di tempat resipien. Definisi flap sendiri adalah suatu unit jaringan yang dipindahkan dari satu area (donor site) ke area yang lain (recipient site) dengan masih mempertahankan sistem aliran darahnya sendiri (Hidajat 2009). Metode bedah rekonstruksi skin flaps dapat mengurangi resiko terjadinya infeksi sekunder yang tidak diinginkan dari infeksi sekunder. Suplai darah jaringan flap berasal dari subdermal plexus kulit, dan memiliki batasan normal ketika bagian jaringan penutup terlalu panjang ataupun dirotasi lebih
3 dari 90˚. Flaps ini hanya bergantung pada pembuluh darah subdermal sehingga tidak sesuai untuk luka kulit yang terlalu luas dan cacat pada ekstremitas bawah. Metode ini masuk ke dalam metode local flaps, yaitu ketika daerah kulit dan jaringan donor site langsung disambungkan dengan recipient site tanpa mengganggu suplai darahnya. Local flaps terbentuk dengan membebaskan bagian lapisan jaringan kulit dan diregangkan untuk menutup luka. Metode penggunaan local flap diklasifikasikan sebagai advancement flaps, dan rotation flaps (Koch 2011). Teknik advancement flaps dilakukan dengan pembuatan insisi diluar dari luka secara paralel sehingga menghasilkan bentuk persegi panjang dengan salah satu ujung tersisa utuh. Kulit berbentuk persegi panjang tersebut dibebaskan dari jaringan subkutan kemudian ditarik ke depan untuk menutup luka. Advancement flaps terdiri dari single pedicle advancement flap dan bipedicle advancement flap. Single pedicle flap cocok untuk menutup luka pada berbagai lokasi kulit (Hunt et al. 2001). Skin flaps dengan teknik H˗plasty dan linear closure termasuk ke dalam single pedicle advancement flap. Prinsip dari kedua teknik ini sama hanya perbedaan terletak pada bentuk pembuatan luka insisi, sehingga menghasilkan pola akhir yang berbeda. Teknik H˗plasty menggunakan dua single flaps dari setiap sisi untuk menutup luka. Kulit ditarik menuju luka tanpa menarik bagian lateral. Teknik ini biasa digunakan pada luka yang berbentuk persegi (Koch 2011). Teknik linear closure yaitu teknik yang dilakukan pada luka dengan bentuk fusiform atau elips ditutup dengan jahitan yang dimulai pada bagian paling luas. Jahitan berikutnya dilakukan pada setiap segmen yang dibagi kembali menjadi setengah secara menerus untuk mendapatkan hasil linear tanpa terbentuk “telinga anjing” (Fossum et al. 2013).
Gambar 1 Teknik H˗plasty; paired single advancement flap (Koch 2011).
Gambar 2 Teknik linear closure. bentuk luka fusiform/elips (1), jahitan dimulai pada bagian paling luas (2), dilanjutkan membagi setengah setiap segmen luka dengan jahitan menerus (3) (Fossum et al. 2013).
4 Darah Sistem sirkulasi darah merupakan bagian dari mekanisme transportasi tubuh yang terdiri dari jantung, pembuluh darah dan darah. Darah merupakan jaringan yang mengalir dan bersirkulasi melalui saluran vaskuler. Darah membawa berbagai kebutuhan hidup bagi semua sel˗sel tubuh dan menerima produk buangan hasil metabolisme untuk diekskresikan melalui organ ekskresi (Jain 1993). Darah terdiri atas plasma darah (mengandung garam terlarut, hormon, lemak, gula, protein), sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (limfosit), dan keping darah (platelet) (Stockham dan Scott 2002). Darah adalah jaringan yang sangat khusus, terdiri dari beberapa jenis sel tersuspensi dalam medium cairan yang disebut plasma. Plasma terdiri dari 91˗92% air dan 8˗9% larutan misalnya protein, lipid, dan elektrolit (Deldar 1998). Darah memiliki struktur yang bervariasi dan melakukan berbagai fungsi. Salah satu fungsi utamanya adalah transportasi pada sel darah merah disekitar tubuh dan semua bahan dalam plasma. Hewan hidup secara konstan mengabsorbsi substansi yang berguna seperti oksigen dan makanan serta substansi lain yang kemudian harus didistribusikan ke seluruh tubuh. Fungsi lain darah adalah melepaskan bahan limbah seperti karbondioksida sehingga darah merupakan sistem jaringan transport. Komponen seluler terdiri dari sel˗sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit (Dallas 2003). Profil hematologi merupakan salah satu parameter dari status kesehatan hewan karena darah mempunyai fungsi penting dalam pengaturan fisiologis tubuh. Menurut Meyer dan Harvey (2004), jumlah eritrosit, nilai hematokrit dan kadar hemoglobin berjalan sejajar satu sama lain apabila terjadi perubahan. Tabel 1 Profil hematologi normal kucing
Parameter Eritrosit (x106/ 𝜇l) Hemoglobin (g/dl) Hematokrit (%) MCV (fl) MCH (pg) MCHC (%) Trombosit (x105/ 𝜇l)
Profil hematologi menurut Jain (1993) Smith & Triastuty (2006) Mangkoewidjojo (1998) 5˗10 5.5˗8.5 4.09˗8.15 8˗15 13˗15 5.6˗13.78 24˗45 30˗45 15.76˗36.4 39˗55 ˗ 32.27˗52.15 13.5˗17.5 ˗ 11.31˗19.71 30˗36 ˗ 32.53˗40.95 3˗8 3.45 0.86˗4.84
Sel darah merah (eritrosit) diproduksi di sumsum tulang aktif. Fungsi utama sel darah merah adalah membawa oksigen dari organ pernapasan ke jaringan. Sel˗sel ini tidak memiliki inti dan memberikan bentuk cakram bikonkaf. Sel darah merah dikelilingi oleh membran elastis tipis dan bagian dalam sel diisi dengan hemoglobin pigmen merah yang membawa oksigen (Dallas 2003).
5 Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam 100 ml darah. Nilai hematokrit ditentukan dengan penambahan antikoagulan pada darah dan kemudian disentrifugasi dalam tabung. Hematokrit seringkali disebut packed cell volume karena hasil sentrifugasi tersebut yang menyebabkan endapan di dasar tabung (Cunningham dan Klein 2007). Nilai hematokrit dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran sel, serta temperatur lingkungan (Guyton dan Hall 2006). Hemoglobin (Hb) menyebabkan warna merah pada sel darah merah (eritrosit). Adanya kandungan besi (Fe) dalam hemoglobin tersebut yang menyebabkan darah berwarna merah. Kemampuan darah untuk mengangkut oksigen tergantung pada jumlah hemoglobin yang terkandung dalam darah dan karakteristik kimiawi Hb itu sendiri. Hemoglobin berada dalam eritrosit sehingga memungkinkan untuk memperoleh data klinis yang berhubungan antara konten darah, SDM, konten Hb dalam setiap eritrosit, dan hematokrit. Kadar hemoglobin sangat mempengaruhi kondisi fisiologis suatu individu hewan, hal ini terkait dengan fungsinya sebagai pengikat oksigen. Kadar hemoglobin dalam darah menjadi salah satu parameter untuk mengukur keadaan anemia dari suatu individu hewan. Kadar hemoglobin untuk setiap hewan berbeda˗beda antara satu sama lain. Perbedaan kadar hemoglobin ini dipengaruhi oleh jumlah zat besi di dalam tubuh (Cunningham dan Klein 2007). Indeks eritrosit terdiri dari Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH), dan Mean Corpuscular Hemoglobin Consentration (MCHC). Ketiga indeks tersebut mencirikan tingkat hemoglobinisasi dari populasi eritrosit. Nilai MCV mengindikasi volume rata˗rata sel darah merah. Bila nilai MCV berada di atas kisaran normal disebut makrositik, sedangkan bila berada di bawah kisaran normal disebut mikrositik. Indeks MCH adalah nilai yang mengindikasikan berat hemoglobin rata˗rata didalam sel darah merah, dan oleh karenanya menentukan kuantitas warna (normokromik, hipokromik, hiperkromik) sel darah merah. MCH juga dapat dikatakan sebagai jumlah perbandingan antara kadar hemoglobin dengan jumlah eritrosit. Mean Corpuscular Hemoglobin Consentration (MCHC) merupakan perhitungan yang menjelaskan persen volume hemoglobin dalam eritrosit. Indeks MCHC mengukur konsentrasi hemoglobin rata˗rata dalam sel darah merah, semakin kecil sel maka semakin tinggi konsentrasinya. MCHC berupa nilai konsentrasi hemoglobin dalam sebuah sel darah merah. Apabila nilai MCHC berada di atas kisaran normal maka disebut hiperkromik, sedangkan bila berada di bawah kisaran normal disebut hipokromik (Rizzi et al. 2010). Trombosit atau keping darah (platelets) adalah benda darah paling kecil berukuran 2 sampai 4 𝜇m. Trombosit merupakan pertahanan pertama melawan pendarahan ketika terjadi kerusakan pembuluh darah, terutama berkaitan dengan trombosis, inflamasi dan neoplasia. Membran trombosit mengandung fosfolipid yang berperan dalam mengaktifkan berbagai hal dalam proses pembekuan darah (Boudreaux 2010).
6
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Divisi Bedah dan Radiologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor yang berlangsung pada bulan Desember 2014 sampai Maret 2015. Sampel darah diuji di laboratorium komersial, apotek YASA. Bahan Pada penelitian ini menggunakan 6 ekor kucing lokal Indonesia (Felis catus) dengan jenis kelamin jantan, umur 1˗2 tahun dan bobot badan 2˗3 kg. Bahan penelitian terdiri dari atropine sulfat 0.025%, ketamin HCl 10% (Ketalar®), xylazin HCl 2% (Xyla®), poviderm iodine, alkohol 70%, NaCl 0,9%, amoxiclav 62.5 mg/kg BB (Claneksi®), penisilin cair 15000˗20000 IU/ml (Penisilin G®), metronidazole 40 mg/kg BB, praziquantel˗pyrantel pamoate 40 mg/kg BB, kain kasa, tampon dan benang silk. Alat Alat yang digunakan antara lain kandang kucing, timbangan manual, seperangkat alat bedah minor (empat buah towel clamp, satu buah gagang scalpel beserta blade, satu buah dressing forcep, satu buah tissue forcep, satu buah gunting lurus (tajam˗tajam), satu buah gunting lurus (tajam˗tumpul), empat buah hemostat anatomis, dua buah hemostat bengkok anatomis, satu buah hemostat lurus sirurgis, dua buah hemostat bengkok sirurgis, dan satu buah needle holder), kain penutup (duk), jarum berpenampang bulat dan segitiga, alat pencukur rambut, disposable syringes 1 mL dan 3 mL, plester, vacum tab berisi antikoagulan EDTA (Ethylene Diamaine Tetraacetic Acid), microwave, dan alat pemeriksaan darah (hematology analyzer). Prosedur Percobaan Enam ekor kucing lokal Indonesia (Felis catus) dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok 1 menggunakan teknik H˗plasty dan kelompok 2 menggunakan teknik linear closure dengan masing˗masing kelompok terdiri dari 3 ekor kucing. Penelitian ini sudah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik Hewan IPB dengan nomor sertifikat 19˗2014 IPB. Kucing diadaptasikan selama 2 minggu dalam kandang individu, diberi makan 2 kali sehari dan air minum secara ad libitum. Sebelum penelitian, kucing harus dipastikan dalam keadaan sehat dan dilakukan pemeriksaan fisik, pemberian antibotik, dan deworming. Kucing diberi anthelmintik praziquantel˗pyrantel pamoate (40 mg/kg BB) 1 kali, anti˗protozoa metronidazole (40 mg/kg BB) selama 3 hari, antibiotik amoxiclav (62.5 mg/kg BB) selama 5 hari dan vitamin secara per oral. Semua kucing dipuasakan selama 8 jam sebelum operasi dilakukan. Bobot badan kucing ditimbang terlebih dahulu, kemudian obat˗obatan
7 dipersiapkan sesuai dosis, yakni tahap pra anestesi (atropin sulfat dengan dosis 0.025 mg/kg BB) diinjeksi secara subcutan (SC) 10 menit sebelum diberi kombinasi sedativa (xylazine dengan dosis 2 mg/kg BB) dan anestetikum (ketamin dengan dosis 10 mg/kg BB) yang diinjeksi secara intramuskular (IM). Kombinasi kedua obat ini saling melengkapi antara efek analgesik dan relaksasi otot. Ketamin memberikan efek analgesik sedangkan xylazine menyebabkan relaksasi otot yang baik. Pemberian atropin sulfat sebelumnya berfungsi sebagai obat premedikasi yang dapat mengurangi efek negatif dari obat anestesi seperti hipersalivasi (Yudanianti 2010). Kucing yang sudah memasuki tahap anestesi kemudian diposisikan lateral recumbency, dan dilakukan pembuatan luka pada daerah toraks dengan luas 2x2 cm menggunakan scalpel. Kulit untuk flapping dilakukan pada daerah lateral toraks dengan teknik skin flaps H˗plasty (kelompok 1), dan dengan teknik linear closure (kelompok 2). Luka insisi kulit diberi penisilin cair (15000˗20000 IU/ml) secara topikal dan dijahit dengan pembuatan flaps menggunakan benang silk ukuran 3/0 pola jahitan sederhana, dengan teknik skin flaps sesuai kelompok. Selanjutnya luka dibalut dengan kasa steril yang mengandung poviderm iodine selama 10 hari, kasa diganti sebanyak 3 kali yaitu pada hari ke˗3, 6 dan 9 (Mathes et al. 2010). Pengambilan darah dilakukan secara aseptis pada vena saphena atau vena cephalica antibrachii dorsalis menggunakan disposable syringe dan dimasukkan ke dalam vacum tab berisi antikoagulan EDTA (Furman et al. 2014). Volume yang diambil sebanyak 1 ml. Pengambilan darah dilakukan pada hari ke˗0 pra operasi, hari ke˗3, 6, 9, dan 12 pasca operasi skin flaps dilakukan. Pemeriksaan profil hematologi rutin dilakukan dengan menggunakan mesin penghitung otomatis (hematology analyzer) untuk pemeriksaan darah complete blood cell. Pemeriksaan darah tersebut meliputi sel darah merah (SDM), hemoglobin (Hb), hematokrit (Hct), Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH), Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC), dan trombosit.
Prosedur Analisis Data Data kuantitatif hasil penilaian gambaran sel darah merah (SDM), hemoglobin (Hb), hematokrit (Hct), Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH), Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC), dan trombosit akan dianalisis dengan anova yang dilanjutkan dengan uji Duncan menggunakan software SPPS 21.
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil hematologi merupakan salah satu parameter dari status kesehatan hewan karena darah mempunyai fungsi penting dalam pengaturan fisiologis tubuh. Profil hematologi menjadi salah satu parameter keberhasilan teknik penutupan luka dengan skin flaps. Pengamatan profil hematologi bertujuan
8 untuk melihat perubahan sistemik yang mungkin terjadi pada tubuh hewan pasca operasi skin flaps. Profil hematologi yang diamati meliputi sel darah merah (SDM), hemoglobin (Hb), hematokrit (Hct), indeks sel darah merah yang terdiri atas Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH), serta Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC), dan trombosit. Rata˗rata jumlah SDM, hemoglobin, hematokrit, MCHC, dan trombosit tidak menunjukkan perbedaan signifikan (P>0.05) antar kelompok perlakuan kelompok H-plasty dengan kelompok linear closure. Rata-rata jumlah masingmasing parameter pun masih dalam kondisi fisiologis. Berbeda dengan parameter MCV dan MCH yang menunjukkan perbedaan signifikan (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Pengamatan jumlah SDM, hemoglobin, hematokrit, MCV, MCH, MCHC dan trombosit yang dilakukan pada hari ke˗0 pra operasi, hari ke˗3, 6, 9, dan 12 pasca operasi skin flaps dilakukan menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0.05) diantara hari pengamatan. Tabel 2 Rata-rata jumlah SDM (x106/μl) selama proses kesembuhan skin flaps pada kucing lokal Waktu pengamatan hari ke- (pasca operasi) 0 3 6 9 12
Kelompok H-plasty 5.70±0.35a,x 4.37±0.38b,x 4.20±0.20b,x 4.50±0.10b,x 5.23±0.15c,x
Linear closure 5.53±0.12a,x 4.37±0.06b,x 4.20±0.10b,x 4.47±0.32b,x 5.27±0.23a,x
Keterangan: Huruf superscript yang beda (a,b,c) pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (P<0.05) antar waktu pengambilan sampel darah. Huruf superscript yang sama (x) pada baris yang sama menyatakan tidak adanya perbedaan nyata (P>0.05) antar kelompok perlakuan.
Rata-rata jumlah SDM antar kelompok H-plasty dengan kelompok linear closure yang disajikan pada tabel 2 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0.05). Penurunan rata-rata jumlah SDM terjadi pada hari ke-3 hingga hari ke-6, dan kembali naik pada hari ke˗9 dan hari ke˗12 pasca operasi skin flaps. Perbedaan signifikan (P<0.05) pada hari pengamatan terlihat antara hari ke-0 dengan ke-3 hingga ke-9, namun tidak signifikan (P>0.05) dengan hari ke˗12. Hal ini diduga terjadi akibat dilakukan pembuatan luka operasi sehingga terjadi penurunan yang signifikan hingga hari ke-3. Pembuatan luka menyebabkan kerusakan fisik akibat dari terbukanya atau hancurnya kulit yang menyebabkan ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal (Nagori dan Solanki 2011). Kondisi ini menyebabkan banyak pembuluh darah dan jaringan yang terpotong sehingga terjadi penurunan jumlah SDM. Peningkatan kembali jumlah SDM hingga hari ke-12 diduga karena tubuh berusaha mengembalikan kondisi fisiologis atau homeostasis tubuh. Menurut Meyer dan Harvey (2004), eritrositosis (peningkatan eritrosit) disebabkan oleh kontraksi limpa atau dehidrasi. Kontraksi limpa dirangsang oleh pelepasan epinefrin yang terjadi saat sakit, ketakutan, atau latihan.
9 Tabel 3 Rata-rata jumlah hemoglobin (g/dl) selama proses kesembuhan skin flaps pada kucing lokal Waktu pengamatan hari ke- (pasca operasi) 0 3 6 9 12
H-plasty 13.27±0.47a,x 11.07±0.61b,x 12.20±0.60c,x 12.93±0.61ac,x 13.73±0.12a,x
Kelompok Linear closure 13.93±0.30a,x 11.60±0.26b,x 11.53±0.64b,x 12.23±0.35b,x 13.20±0.40a,x
Keterangan: Huruf superscript yang beda (a,b,c) pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (P<0.05) antar waktu pengambilan sampel darah. Huruf superscript yang sama (x) pada baris yang sama menyatakan tidak adanya perbedaan nyata (P>0.05) antar kelompok perlakuan.
Tabel 3 menunjukkan rata-rata jumlah hemoglobin antar kelompok tidak memiliki perbedaan yang signifikan (P>0.05), namun pada waktu pengamatan terdapat perbedaan yang signifikan (P<0.05). Kenaikan dan penurunan rata-rata jumlah hemoglobin sejalan dengan rata-rata jumlah SDM pada waktu pengamatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Meyer dan Harvey (2004) yang menyatakan bahwa jumlah eritrosit, nilai hematokrit dan kadar hemoglobin berjalan sejajar satu sama lain apabila terjadi perubahan. Penurunan jumlah hemoglobin terjadi dari hari ke-0 hingga hari ke-3 dan kembali naik pada hari ke-6 hingga hari ke-12 untuk masing-masing kelompok. Kadar hemoglobin sangat mempengaruhi kondisi fisiologis suatu individu hewan, hal ini terkait dengan fungsinya sebagai pengikat oksigen. Kadar hemoglobin dalam darah menjadi parameter untuk mengukur keadaan anemia dari suatu individu hewan (Cunningham dan Klein 2007). Menurut Triastuty (2006), profil darah hemoglobin normal kucing sebesar 5.6˗13.78 g/dl dan menurut Jain (1993) 8-15 g/dl, sehingga data yang disajikan pada tabel 3 untuk kedua kelompok menunjukkan kisaran normal. Tabel 4 Rata-rata jumlah hematokrit (%) selama proses kesembuhan skin flaps pada kucing lokal Waktu pengamatan hari ke- (pasca operasi) 0 3 6 9 12
Kelompok H-plasty Linear closure a,x 34.67±4.93 35.67±4.93a,x b,x 30.33±1.53 30.33±1.53b,x 32.33±1.15b,x 32.67±1.15ab,x b,x 34.00±1.00 31.00±1.00b,x ab,x 34.67±1.15 33.33±1.15ab,x
Keterangan: Huruf superscript yang beda (a,b) pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (P<0.05) antar waktu pengambilan sampel darah. Huruf superscript yang sama (x) pada baris yang sama menyatakan tidak adanya perbedaan nyata (P>0.05) antar kelompok perlakuan.
Rata-rata jumlah hematokrit kelompok H-plasty dan linear closure berdasarkan tabel 4 menunjukkan perbedaan signifikan (P<0.05) pada waktu pengamatan namun tidak signifikan (P>0.05) antar kelompok perlakuan.
10 Menurut Guyton dan Hall (2006), nilai hematokrit biasanya sebanding dengan jumlah SDM pada ukuran eritrosit normal, oleh karena itu penurunan yang terjadi sama dengan yang terjadi pada jumlah rata-rata SDM. Penurunan nilai hematokrit diduga karena kehilangan darah yang bersifat akut akibat operasi. Mulai hari ke-6 terjadi peningkatan kembali seiring dengan eritrositosis yang terjadi. Eritrositosis ditandai dengan nilai hematokrit yang tinggi karena peningkatan jumlah eritrosit akibat peningkatan produksi eritropoeitin (Meyer dan Harvey 2004). Peningkatan dan penurunan hematokrit untuk kedua kelompok menunjukkan kisaran nilai fisiologis normal. Nilai hematokrit pada hari ke˗12 kembali normal seperti pada hari ke˗0, yaitu pra operasi skin flaps. Tabel 5 Rata-rata jumlah MCV (fl) selama proses kesembuhan skin flaps pada kucing lokal Waktu pengamatan hari ke- (pasca operasi) 0 3 6 9 12
Kelompok H-plasty 64.00±8.72a,x 90.00±1.00b,x 90.33±1.15b,x 90.67±0.58b,x 49.33±1.15c,x
Linear closure 49.67±3.06a,y 46.00±1.00b,y 46.33±1.53b,y 45.00±1.00b,y 46.00±0.00b,x
Keterangan: Huruf superscript yang beda (a,b,c) pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (P<0.05) antar waktu pengambilan sampel darah. Huruf superscript yang beda (x,y) pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan.
Tabel 6 Rata-rata jumlah MCH (pg) selama proses kesembuhan skin flaps pada kucing lokal Waktu pengamatan hari ke- (pasca operasi) 0 3 6 9 12
Kelompok H-plasty 23.17±4.07a,x 30.00±0.00b,x 30.07±0.12b,x 30.00±0.00b,x 16.17±1.04c,x
Linear closure 18.33±2.52a,y 16.90±0.46ab,y 16.00±1.00ab,y 15.33±0.58ab,y 15.00±0.00b,x
Keterangan: Huruf superscript yang beda (a,b,c) pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (P<0.05) antar waktu pengambilan sampel darah. Huruf superscript yang beda (x,y) pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan.
Indeks eritrosit terdiri dari Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH), dan Mean Corpuscular Hemoglobin Consentration (MCHC). Tabel 5 dan 6 menunjukkan rata˗rata jumlah MCV dan MCH memiliki perbedaan yang signifikan (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Menurut Triastuty (2006) profil darah MCV 32.27˗52.15 fl, MCH 11.31˗19.71 pg, dan MCHC 32.53˗40.95%. Apabila ditinjau dari literatur tersebut, rata-rata jumlah MCV dan MCH pada kelompok H-plasty menunjukkan nilai di atas normal pra operasi skin flaps. Hal ini menunjukkan kondisi awal rata˗rata individu pada kelompok H-plasty sudah berada pada kondisi tidak fisiologis.
11 Rata˗rata jumlah MCV dan MCH pada kelompok H-plasty menunjukkan hasil yang berada diatas normal hingga hari ke˗9 dan menjadi normal pada hari ke˗12. Kondisi berbeda terjadi pada kelompok linear closure yang menunjukkan jumlah rata-rata MCV dan MCH di setiap waktu pengamatan berada dalam kisaran normal. Nilai MCV mengindikasi volume rata˗rata sel darah merah. Nilai MCV berada di atas kisaran normal disebut makrositik, sedangkan di bawah kisaran normal disebut mikrositik. Indeks MCH adalah nilai yang mengindikasikan berat hemoglobin rata˗rata didalam sel darah merah, dan oleh karenanya menentukan kuantitas warna (normokromik, hipokromik, hiperkromik) sel darah merah (Rizzi et al. 2010). Kelompok H˗plasty mengalami peningkatan MCV dan MCH hingga hari ke˗9 menunjukkan terjadi anemia makrositik. Hal ini diduga karena pendarahan lebih banyak terjadi dibandingkan dengan perlakuan kelompok linear closure. Tabel 7 Rata-rata jumlah MCHC (%) selama proses kesembuhan skin flaps pada kucing lokal Waktu pengamatan hari ke- (pasca operasi) 0 3 6 9 12
Kelompok H-plasty Linear closure 32.33±0.58a,x 36.70±4.59a,y a,x 33.17±0.29 35.03±0.95ab,x 33.40±0.53a,x 33.33±0.58b,x a,x 33.33±0.58 32.67±0.58b,x 34.83±1.04a,x 32.67±0.58b,x
Keterangan: Huruf superscript yang beda (a,b) pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (P<0.05) antar waktu pengambilan sampel darah. Huruf superscript yang beda (x,y) pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan.
Rata˗rata jumlah MCHC yang ditunjukkan pada tabel 6 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0.05) antar kelompok perlakuan kecuali pada hari ke˗0. Kecenderungan kenaikan jumlah rata˗rata MCHC terjadi pada kelompok H˗plasty sedangkan pada linear closure cenderung menurun dari hari ke˗0 hingga ke˗12. Hal ini disebabkan karena kondisi anemia makrositik yang terjadi pada kelompok H˗plasty. Kondisi fisiologis kedua kelompok tidak sama namun masih berada pada kisaran normal. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) berupa nilai konsentrasi hemoglobin dalam sebuah sel darah merah. Apabila nilai MCHC berada di atas kisaran normal maka disebut hiperkromik, sedangkan bila berada di bawah kisaran normal disebut hipokromik (Rizzi et al. 2010). Data untuk kedua kelompok berada di kisaran normal pada setiap waktu pengamatan sehingga dapat dikatakan normokromik. Hasil interpretasi dari indeks eritrosit pada kelompok H˗plasty menunjukkan terjadi anemia makrositik normokromik. Menurut Willard dan Tvetden (2012), anemia makrositik normokromik dapat disebabkan oleh terlalu banyak penekanan pada vitamin B12 atau defisiensi folat. Hal ini diduga karena individu kucing pada kelompok H˗plasty cenderung memiliki temperamen tinggi sehingga mudah stres dan mempengaruhi penyerapan vitamin.
12 Indeks eritrosit dipergunakan secara luas dalam mengkalsifikasi anemia atau sebagai penunjang dalam membedakan berbagai macam anemia. Hasil interpretasi dari indeks eritrosit pada kelompok H˗plasty menunjukkan kondisi anemia makrositik normokromik. Namun demikian, karena berdasarkan rata˗rata jumlah SDM, hemoglobin dan hematokrit yang menunjukkan hasil pada kisaran normal, kedua kelompok dapat dikatakan berada pada kondisi normal. Tabel 8 Rata-rata jumlah trombosit (x103/μl) selama proses kesembuhan skin flaps pada kucing lokal Waktu pengamatan hari ke- (pasca operasi) 0 3 6 9 12
Kelompok H-plasty Linear closure ab,x 274.33±29.84 289.00±24.06ab,x 264.33±15.31a,x 286.00±10.39ab,x abc,x 295.00±14.00 299.00±9.54bc,x 309.00±10.15bc,x 300.67±1.16bc,x c,x 324.00±30.20 301.67±10.41bc,x
Keterangan: Huruf superscript yang beda (a,b,c) pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (P<0.05) antar waktu pengambilan sampel darah. Huruf superscript yang sama (x) pada baris yang sama menyatakan tidak adanya perbedaan nyata (P>0.05) antar kelompok perlakuan.
Menurut Triastuty (2006) trombosit normal kucing adalah 86˗484 x103/μl sehingga rata˗rata jumlah trombosit yang disajikan pada tabel 8 berada dalam kondisi normal. Penurunan dan peningkatan rata-rata jumlah trombosit pada kedua kelompok terjadi pada waktu pengamatan yang sama. Perbedaan signifikan (P>0.05) terlihat di waktu pengamatan pada kelompok H-plasty sedangkan kelompok linear closure tidak menunjukkan perbedaan signifikan (P<0.05). Menurut Jain (1993) tubuh akan berespon dengan menghasilkan trombopoeitin pada saat terjadi penurunan jumlah trombosit yang beredar dalam sirkulasi. Proses ini ditandai dengan peningkatan kembali rata-rata jumlah trombosit yang terjadi pada hari ke-6 pasca operasi. Rata-rata jumlah trombosit pada kelompok linear closure pada waktu pengamatan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan diduga karena jumlah sayatan yang dilakukan pada kelompok ini lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok H-plasty, sehingga menunjukkan data yang lebih konstan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Profil hematologi yang meliputi sel darah merah (SDM), hemoglobin (Hb), hematokrit (Hct), indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC), dan trombosit pada kucing lokal selama proses kesembuhan luka menggunakan teknik skin flaps H˗plasty dan linear closure menunjukkan nilai rata˗rata jumlah yang fisiologis.
13
Saran Teknik skin flaps H-plasty dan linear closure dapat diaplikasikan dengan baik untuk penutupan luka berdasarkan tidak adanya perubahan yang signifikan pada profil hematologi.
DAFTAR PUSTAKA Allen SW, Miller MA, Haas KM. 1997. Repair of a facial defect with an interpolation skin flap in a cat. J Am Vet Med Assoc. 210(9):1319-1321. Boudreaux MK. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology. Ed ke-6. Weiss DJ, Wardrop KJ, editor. Iowa (US): Blackwell Publishing Ltd. Clarke BS, Findji L. 2011. Bilateral caudal superficial epigastric skin flap and perineal urethrostomy for wound reconstruction secondary to traumatic urethral rupture in a cat. Vet Comp Orthop Traumatol. 24(2):142-145. Cunningham JG dan Klein BG. 2007. Texbook of Veterinary Physiology. Ed ke˗4. Missouri (US): Saunders Elsivier. Dallas S. 2003. Animal Biology and Care. Oxford (GB): Blackwell Publish. Deldar A. 1998. Text Book of Veterinary Histology.Ed ke˗5. Maryland (US): Williams & Wilkins Lippincott. Fossum TW, Dewey CW, Horn CV, Johnson AL, MacPhail CM, Radlinsky MG, Schulz KS, Willard MD. 2013. Small Animal Surgery. 4th ed. Missouri (US): Mosby Elsevier. Furman E, Leidinger E, Hooijberg EH, Bauer N, Beddies G, Moritz A. 2014. A retrospective study of 1,098 blood samples with anemia from adult cats: frequency, classification, and association with serum creatinine concentration. J Vet Intern Med. 28(5):1391-7. Guyton AC, Hall JE. 2006. Medical Physiology. Ed ke˗11. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hidajat N. 2009. Basic Knowledge for Skin Flap Surgery. [Internet]. [diunduh 2014 Nov 21]. Tersedia pada: http://pustaka.unpad.ac.id/wp˗content/uploads/2009/04/basic_knowledge_fo r_flap_surgery.pdf. Hunt GB, Tisdall PL, Liptak JM, Beck JA, Swinney GR, Malik R. 2001. Skinfold advancement flaps for closing large proximal limb and trunk defects in dogs and cats. Vet Surg. 30(5):440-448. Jain NC. 1993. Essential of Veterinary Hematology. Philadelphia (US): Lea & Febiger. Junqueira LC. 2007. Persiapan Jaringan untuk Pemeriksaan Mikroskopik Histology Dasar: teks dan atlas. Ed ke˗10. Jakarta (ID): EGC. Koch D. 2011. Handout Advanced Course in Soft Tissue Surgery. Ed ke˗1. [Internet]. [diunduh 2014 Nov 8]. Tersedia pada: http://www.dkoch.ch/xp_wysiwyg_media/English_Website/Handout_Adva nced_Course_in_Soft_Tissue_Surgery_2011.pdf.
14 Langley˗Hobbs SJ, Demetriou JL, Ladlow JF. 2014. Feline Soft Tissue and General Surgery. New York (US): Saunders Elsevier. Mast AB. 2000. Normal Wound Healing Plastic Surgery, Indications, Operations and Outcomes. St Louis (US): Mosby. Mathes DW, Noland M, Graves S, Schlenker R, Miwongtum T, Storb T. 2010. A preclinical canine model for composite tissue transplantation. Reconstr Microsurg. 26:201˗207. Meyer DJ, Harvey JW. 2004. Veterinary Laboratory Medicine Interpretation and Diagnosis. Philadelphia (US): W.B Saunders Company. Nagori BD dan Solanki R. 2011. Role of medicinal plants in wound healing. Res J Med Pl. 5(4):392˗405. Rizzi TE, Clinkenbeard KD, Meinkoth JH. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology. Ed ke-6. Weiss DJ, Wardrop KJ, editor. Iowa (US): Blackwell Publishing Ltd. Savini V, Cecinati V, Onofrillo D, Consilvio NP, Polilli E, Crescenzi C, Fazii P, D'Antonio D. 2012. Surgical wound infection by Streptococcus pneumoniae after a cat-scratch disease. Int J Low Extrem Wounds. 11(4):311-312. Sjamsuhidayat R dan Wim de Jong, 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed ke˗2. Jakarta (ID): EGC. Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID): UI Pr. Smith K. 2010. Soft Tissue Surgery 2010 Mar 20; Selangor, Malaysia. Selangor : Malaysian Small Animal Veterinary Association. Stockham SL, Scott MA. 2002. Fundamental of Veterinary Clinical Pathology. Ed ke˗1. US: Iowa State Pr. Triastuty FN. 2006. Gambaran darah kucing kampung (Felis domestica) di daerah Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Willard MD, Tvetden H. 2012. Small Animal Clinical Diagnosis by Laboratory Methods. Ed ke˗5. Missouri (US): Elsevier. Yudaniayanti IS, Maulana E, Ma’rufl A. 2010. Profil penggunaan kombinasi ketamin-xylazine dan ketamin-midazolam sebagai anestesi umum terhadap gambaran fisiologis tubuh pada kelinci jantan. Vet Med. 3(1):24.
15
RIWAYAT HIDUP Hastjarjo Fleuryantari lahir di Jenewa pada tanggal 5 Oktober 1993. Penulis merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak Banudojo Hastjarjo dan Ibu Sri Lestari. Penulis sekolah di sekolah dasar Ecole des Boudines, Jenewa tahun 1999˗2003 dan melanjutkan hingga lulus di SD Katolik Ricci 2 tahun 2005. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Katolik Ricci 2 tahun 2008, kemudian melanjutkan sekolah menengah atas di sekolah SMA Katolik Ricci 2 pada tahun 2008 dan lulus tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan dengan Mayor Kedokteran Hewan. Selama menjadi mahasiswa, penulis tergabung dalam beberapa organisasi. Adapun organisasi yang diikuti yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB (2011-2015), Himpunan Minat dan Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik Eksotik (HKSA) (2012˗2015) sebagai kepala divisi eksternal (2013˗2014). Penulis juga mengikuti magang profesi dan beberapa kepanitiaan kegiatan kampus Fakultas Kedokteran Hewan IPB.