SONOGRAM LAMBUNG, DUODENUM, DAN PANKREAS NORMAL PADA KUCING KAMPUNG (Felis catus)
HASTIN UTAMI DAMAYANTIE
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sonogram Lambung, Duodenum, dan Pankreas Normal pada Kucing Kampung (Felis catus) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2013 Hastin Utami Damayantie NIM B04080175
ABSTRAK HASTIN UTAMI DAMAYANTIE. Sonogram Lambung, Duodenum, dan Pankreas Normal pada Kucing Kampung (Felis catus). Dibimbing oleh Rr. SOESATYORATIH dan DENI NOVIANA. Ultrasonografi (USG) adalah teknik pencitraan diagnostik berbasis gelombang ultrasound yang digunakan untuk menggambarkan struktur internal termasuk tendon, otot, sendi, pembuluh darah, dan organ internal abdomen untuk mengetahui adanya kelainan patologis atau lesi-lesi. Alat ini juga dapat digunakan untuk membantu meneguhkan diagnosis suatu penyakit dan mengenali kelainan bentuk, ukuran, ataupun tingkat ekhogenitas suatu organ. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran spesifik dari organ internal; lambung, duodenum dan pankreas normal dari kucing kampung (Felis catus) serta mengidentifikasi tiap lapisan dan ukurannya. Alat ultrasonografi yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe dua dimensi dan transduser berfrekuensi 7.5 MHz. Pemeriksaan dilakukan pada empat ekor kucing kampung jantan sehat dengan berat badan 3.04.0 kg. Lambung dan duodenum diamati pada posisi kucing right recumbency dengan posisi transduser transversal dan sagital. Pankreas diamati pada posisi kucing dorsal recumbency dengan posisi transduser sagital. Hasil pengamatan menunjukkan sonogram lambung dan duodenum memiliki lapisan dinding dengan berbagai ekhogenitas seperti mukosa dan tunika muskularis hipoekhoik, submukosa dan serosa hiperekhoik. Sonogram pankreas terlihat seperti gambaran yang homogen hipoekhoik. Pengukuran tebal lapisan lambung dan duodenum serta diameter pankreas juga dilakukan pada penelitian ini. Kesimpulannya adalah ultrasonografi memberikan gambaran yang baik terhadap bentuk dan struktur internal lambung, duodenum, pankreas serta dapat membedakan tiap lapisan lambung dan duodenum. Kata kunci: sonogram, lambung, duodenum, pankreas, kucing kampung (Felis catus)
ABSTRACT HASTIN UTAMI DAMAYANTIE. Sonography of The Normal Domestic Cat (Felis catus) Stomach, Duodenum, and Pancreas. Supervised by Rr. SOESATYORATIH and DENI NOVIANA. Ultrasonography (USG) is an ultrasound-based diagnostic imaging technique used for visualizing internal body structures including tendons, muscles, joints, vessels and abdominal internal organs for possible pathology or lesions. It is can be used also to help confirming the diagnosis of a disease and recognizing uncommon forms, size, and echogenity of each organs. The purpose of this research is to obtain sonogram from specific internal organs; normal stomach, duodenum and pancreas of domestic cats (Felis catus) thus identify each layer and size. The research performed with two-dimensional ultrasonography and a transducer frequency of 7.5 MHz. It is performed on four healthy male domestic cats with 3.0 - 4.0 kg body weight. Stomach and duodenum were observed at right
lateral recumbency with transverse and sagittal planes transducer. Pancreas was observed in dorsal recumbency position at the transducer sagittal projection. The result showed stomach and duodenum sonogram were multi-variety of echogenic wall layer such as hypoechoic mucosa and tunica muscularis, hyperechoic submucosa and serous. While pancreas sonogram show as homogen hypoechoic structure. The research also figure out the stomach and duodenum layer thicknesses and the diameter of pancreas. As an overall conclusion, ultrasonography gives a good overview for the form and internal structure of the stomach, duodenum, pancreas and can define each layer of the stomach and duodenum. Keyword: sonography, stomach, duodenum, pancreas, domestic cat (Felis catus)
SONOGRAM LAMBUNG, DUODENUM, DAN PANKREAS NORMAL PADA KUCING KAMPUNG (Felis catus)
HASTIN UTAMI DAMAYANTIE
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi: Sonogram Lambung, Duodenum, dan Pankreas Normal pada Kucing Kampung (Felis catus) Nama : Hastin Utami Damayantie NIM : B04080175
Disetujui oleh
drh. Rr. Soesatyoratih, M.Si Pembimbing I
drh. Deni Noviana, Ph.D Pembimbing II
Diketahui oleh
drh. Agus Setiyono, MS, Ph.D, APVet (K) Wakil Dekan
Tanggal Lulus:
PRAKATA Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Ilahi Rabbi, karena hanya dengan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya semata yang mampu mengantarkan penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan ke hadirat junjungan dan teladan umat Islam sepanjang zaman, nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa setiap hal yang tertuang dalam skripsi yang berjudul Sonogram Lambung, Duodenum, dan Pankreas Normal pada Kucing Domestik (Felis catus) tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan materil, moril dan spritual dari banyak pihak. Untuk itu penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: drh. Rr. Soesatyoratih, M.Si dan drh. Deni Noviana, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi atas ilmu, nasehat, kritik, saran, dan kesabarannya dalam membimbing penulis Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik PT. Karindo alkestron selaku penyedia peralatan ultrasonografi drh. M. Fakhrul Ulum M.Si, drh. Devi dan staf Bagian Bedah dan Radiologi Teman-teman sepenelitian (Ruri, Nisa, Pras, Ayip, Andi, Erli, Rio, Ajeng, Lynn, Meydi, Yiyi, Nengsih) dengan semangat dan kerjasamanya selama penelitian dan penyusunan skripsi Orang tua, Hery Kurniawan serta seluruh keluarga atas do’a dan dukungannya Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan PT. Indorama yang telah memberikan beasiswa selama perkuliahan kepada penulis Teman-teman Avenzoar 45 Teman-teman wisma edelweiss, Nceng, Gita, Iin, Ratih, Pipit, Inul, Afifah, dan Cik gu Tiada balasan yang dapat penulis berikan selain do’a semoga Allah SWT memberikan imbalan yang lebih baik atas segala jerih payahnya. Akhir kata penulis ucapkan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan dan membutuhkannya. Bogor, Januari 2013 Hastin Utami Damayantie
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Kucing Kampung
2
Anatomi Lambung, Duodenum, dan Pankreas
3
Pemeriksaan Darah
4
Ultrasonografi (USG)
4
METODE
7
Waktu dan Tempat Penelitian
7
Hewan Penelitian
7
Alat dan Bahan Penelitian
7
Metode Penelitian
8
Prosedur Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN
10 10
Pemeriksaan Fisik dan Darah Kucing
10
Sonogram Lambung, Duodenum, dan Pankreas Kucing
13
Ukuran Ketebalan Lambung, Duodenum, dan Pankreas Kucing
16
SIMPULAN DAN SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
21
RIWAYAT HIDUP
24
DAFTAR TABEL 1 Ketebalan dinding pada tiap segmen saluran pencernaan normal di anjing dan kucing 2 Hasil pemeriksaan fisik kucing 3 Hasil pemeriksaan darah kucing 4 Hasil pengukuran sonogram lambung, duodenum, dan pankreas pada kucing kampung (Felis catus)
7 11 12 16
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8
Kucing kampung (Felis catus) Skema anatomi organ dalam ruang abdomen Sonogram lambung,duodenum, dan pankreas normal Pengukuran sonogram duodenum dengan Image J® Pengukuran sonogram pankreas dengan Image J® Sonogram lambung posisi berbaring lateral kanan (right recumbency) Sonogram duodenum posisi berbaring lateral kanan (right recumbency) Sonogram pankreas lobus kanan posisi berbaring dorsal (dorsal recumbency)
2 3 6 10 10 13 14 15
DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil pemeriksaan fisik kucing 2 Hasil pemeriksaan darah kucing
21 23
PENDAHULUAN Latar Belakang Kucing adalah hewan yang sangat digemari karena memiliki daya adaptasi yang baik dan perawatan yang relatif mudah. Dalam kehidupan sehari-hari kucing dikenal sebagai hewan peliharaan yang jinak dan sangat dekat dengan pemiliknya. Meskipun perawatannya mudah, hewan ini sangat rentan dengan penyakit seperti penyakit respirasi, urogenital serta penyakit pada saluran dan organ pencernaan (Penninck dan d’Anjou 2008). Gangguan pada saluran dan organ pencernaan merupakan penyakit yang banyak terjadi pada kucing. Gangguan yang umumnya terjadi pada kucing diantaranya gastritis, dilatasi usus, obstruksi gastrointestinal, enteritis, dilatasi lambung, pankreatitis, dan neoplasia (Penninck dan d’Anjou 2008). Diagnosis yang tepat dibutuhkan untuk mendeteksi adanya kelainan yang menggambarkan penyakit agar mudah untuk dilakukan pengobatan. Kondisi fisik hewan, profil darah, dan ciri khas penyakit terkadang tidak mencukupi untuk meneguhkan diagnosis yang dicurigai. Alat seperti radiografi dan ultrasonografi dapat membantu dalam meneguhkan diagnosis penyakit. Ultrasonografi (USG) adalah teknik pencitraan diagnostik berbasis gelombang ultrasound yang digunakan untuk menggambarkan struktur internal termasuk tendon, otot, sendi, pembuluh darah, dan organ internal abdomen untuk mengetahui adanya kelainan patologis atau lesi-lesi. Pemeriksaan USG bersifat non-invasif dan non radiasi sehingga lebih disukai oleh pemilik hewan. Ultrasonografi telah dianggap sebagai salah satu teknik pencitraan yang paling baik untuk evaluasi organ di rongga perut atau abdomen (Arambulo dan Wrigley 2003; Gaschen 2009). Menurut Noviana et al. (2012) USG digunakan dalam dunia kedokteran manusia dan hewan sebagai sarana penunjang diagnosis yang cepat, tepat dan akurat terutama jika dikombinasikan dengan hasil penemuan klinis, pemeriksaan radiografi, dan pemeriksaan laboratorium. Ultrasonografi dapat mengidentifikasi adanya benda asing berdasarkan bentuk, ukuran, ataupun tingkatan ekhogenitas suatu organ (Kealy dan McAlister 2000). Pada pemeriksaan ultrasonografi dilakukan evaluasi abnormalitas termasuk ukuran, ekhogenitas ataupun pergerakan. Metode ini dapat membantu menentukan status kesehatan hewan. Pustaka yang sesuai dibutuhkan sebagai pembanding untuk ukuran normal, namun pustaka yang tersedia umumnya adalah pustaka asing yang kemungkinan memiliki perbedaan dalam hal kondisi hewan. Studi untuk mengetahui data-data normal pada kucing kampung diperlukan untuk membantu praktisi mendapatkan pustaka yang sesuai dengan hewan yang ada di wilayahnya.
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran ultrasonografi (sonogram) lambung, duodenum dan pankreas normal dari kucing kampung (Felis catus) serta mengidentifikasi tiap lapisan dan ukurannya.
2 Manfaat Penelitian ini memiliki manfaat yaitu untuk memberikan data normal berupa sonogram lambung, duodenum, dan pankreas pada kucing kampung (Felis catus). Manfaat lain yang diharapkan dari penelitian ini yaitu sebagai data pembanding ukuran lambung, duodenum, dan pankreas pada kucing dengan ras lain.
TINJAUAN PUSTAKA Kucing Kampung (Felis catus) Kucing merupakan karnivora kecil dari famili Felidae yang telah dijinakkan selama ribuan tahun (Suwed dan Budiana 2006). Kucing adalah salah satu hewan kesayangan yang sering dijadikan sebagai hewan peliharaan. Manusia juga sering membutuhkan kucing untuk mengontrol yang merusak tanaman (Lipinski et al. 2007). Menurut Fowler (1993) kucing diklasifikasikan ke dalam: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Sub Filum : Vertebrata Kelas : Mamalia Ordo : Carnivora Sub Ordo : Conoidea Famili : Felidae Sub Famili : Felinae Genus : Felis Spesies : Felis catus Gambar 1 adalah contoh kucing kampung yang digunakan dalam penelitian ini.
Gambar 1 Kucing kampung (Felis catus)
Kucing yang sehat cenderung terlihat lincah, mempunyai rambut yang cerah, sikap berdiri dan kondisi fisik yang baik. Menurut Widodo et al. (2011) kucing sehat memiliki suhu tubuh berkisar antara 38.0 oC – 39.3 oC, frekuensi pernapasan 26-48 kali/menit, dan frekuensi nadi 110-130 kali/menit.
3 Anatomi Lambung, Duodenum, dan Pankreas Lambung kucing dapat dibagi menjadi dua daerah, yaitu kranial dan kaudal. Berdasarkan regionya lambung terbagi menjadi 4 bagian diantaranya kardia, fundus, korpus pada daerah kranial dan pilorus pada daerah kaudal. Kardia merupakan daerah sempit perbatasan antara lambung dengan esofagus. Fundus merupakan bagian pada lambung yang biasa terlihat adanya gas pada saat radiografi abdomen dan terlihat hiperekhoik pada pemeriksaan ultrasonografi (USG). Fundus merupakan bagian lambung setelah kardia dan berada di bagian kiri lambung. Korpus merupakan bagian terbesar dari lambung yang menghubungkan fundus dengan pilorus (Suchodolski 2008). Menurut Steiner et al. (2008) batas pilorus ditandai dengan penebalan otot sirkuler. Usus halus terdiri dari 3 bagian yang dimulai dengan duodenum, jejunum, dan ileum. Duodenum dimulai setelah pilorus, berukuran pendek, dan terfiksasi pada bagian dorsal dari abdomen oleh mesoduodenum. Jejunum dan ileum merupakan bagian usus halus yang tidak terfiksasi dengan baik. Secara umum, kedua usus tersebut berada pada posisi ventral dari abdomen (Dyce et al. 2002). Saluran usus pada dasarnya adalah tabung berotot dengan berbagai diameter dan struktur mukosa yang berbeda di setiap bagian dari saluran tersebut (duodenum, jejunum, ileum). Variasi diameter, struktur mukosa dan fungsi berhubungan dengan peran fisiologis yang berbeda dari masing-masing daerah (Steiner et al. 2008). Dinding usus dan lambung dibagi menjadi empat lapisan yaitu mukosa, submukosa, tunika muskularis, dan serosa. Lapisan ini bisa terlihat dalam pemeriksaan USG berdasarkan perbedaan ekhogenitasnya (Steiner et al. 2008). Menurut Suchodolski (2008) dinding lambung bagian mukosa dan submukosa yang kosong akan menjadi lipatan-lipatan. Pankreas merupakan kelenjar berukuran relatif kecil dan berhubungan dengan duodenum di dorsal rongga abdomen, pankreas terdiri dari dua lobus panjang, lobus kanan terletak di dorsal duodenum dan kemudian berjalan ventral dari ginjal kanan dan lobus kaudatus hati. Lobus kiri berjalan antara antrum lambung dan kolon transversal, sebelah dorsal limpa. Bagian lobus yang lebih tipis dari pankreas memanjang pada permukaan kaudal lambung yang berhadapan dengan limpa di dalam omentum (Dyce et al. 2002). Skema anatomi organ dalam abdomen dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Skema anatomi organ dalam abdomen. a: kardia; b: fundus; c: korpus; d: pilorus; e & f: duodenum desenden & asenden; g & h: pankreas lobus kanan & kiri; i: jejunum; j: ileum; k: kolon asenden; l: sekum; m: kolon transversal; n: kolon desenden; o: limpa (Noviana 2012).
4 Pemeriksaan Darah Pemeriksaan darah merupakan salah satu pemeriksaan laboratoris yang penting untuk mengetahui status kesehatan bagi setiap individu. Pengujian darah bertujuan untuk pemeriksaan kesehatan secara umum, penunjang diagnosis terhadap pasien, pemeriksaan kemampuan tubuh melawan infeksi dan mengevaluasi perkembangan dari status penyakit tertentu. Pemeriksaan darah perlu dilakukan untuk meyakinkan bahwa kucing yang digunakan dalam kondisi sehat. Pemeriksaan darah yang dilakukan yaitu pemeriksaan hematologi rutin dan kimia darah. Pemeriksaan hematologi lengkap meliputi pemeriksaan hemoglobin, leukosit, trombosit, eritrosit, hematokrit, dan diferensiasi sel darah putih (Jain 1993). Pemeriksaan kimia darah berupa SGPT (Serum Glutamat Piruvat Transminase) dan SGOT (Serum Glutamat Oksaloasetat Transminasi). Keduanya merupakan enzim transaminase yang dihasilkan terutama oleh sel–sel hati. Keadaan sel–sel hati yang rusak akan diikuti dengan peningkatan kadar kedua enzim tersebut. Enzim SGPT berperan dalam deaminasi asam amino, pengeluaran gugus amino dari asam amino (Guyton dan Hall 1997; Hayes 2007). Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permeabilitas membran akan mengakibatkan enzim GOT (Glutamat Okasaloasetat Transminase) dan GPT (Glutamat Piruvat Transminase), arginase, laktat dehidrogenase dan Gamma Glutamil Transminase bebas keluar sel, sehingga enzim masuk ke pembuluh darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat (Girindra 1986). Indikator yang lebih baik untuk mendeteksi kerusakan jaringan hati adalah SGOT dan SGPT, karena kedua enzim tersebut akan meningkat terlebih dahulu dan peningkatannya lebih drastis bila dibandingkan dengan enzim-enzim lainnya (Amin 1995; Calbreath 1982). Adanya kerusakan pada hati, otot jantung, pankreas, otak, ginjal dan otot rangka bisa dideteksi dengan mengukur kadar SGOT. Kadar SGOT bisa menjadi tinggi pada kasus seperti hepatitis, radang pankreas, malaria, infeksi hati stadium akhir, dan adanya penyumbatan pada saluran empedu. Kadar SGPT menjadi tinggi pada kerusakan hati kronis dan hepatitis. Kadar SGPT dan SGOT dianggap abnormal jika nilai yang didapat 2-3 kali lebih besar dari nilai normalnya. Melalui hasil tes laboratorium, keduanya dianggap memberi gambaran adanya gangguan pada hati. Gangguan pada hati seperti perlemakan memperbesar kemungkinan terjadinya pankreatitis yang merupakan indikasi bahwa pankreas dalam kondisi tidak normal atau tidak sehat (Amin 1995). Hubungan antara kesehatan hati dan pankreas juga disebabkan karena kesamaan pada awal tahap perkembangan embrional. Hati dan pankreas merupakan perkembangan dari kelenjar usus yang pada tahap dewasa akan membentuk saluran yang bermuara di duodenum.
Ultrasonografi (USG) Aplikasi USG pertama pada hewan digunakan untuk mengukur ketebalan pada ternak potong seperti sapi potong dan babi, berikutnya mulai digunakan untuk mendiagnosis kebuntingan pada domba dan kambing serta estimasi ketebalan lemak pada kuda. Aplikasi USG dewasa ini digunakan sebagai alat
5 bantu diagnostik suatu penyakit dengan melihat gambaran organ dalam hewan (Noviana et al. 2012).
Prinsip Kerja Ultrasonografi Prinsip kerja USG menggunakan prinsip yang disebut pulse-ekho. Ultrasound pulse ditransmisikan melalui transduser dan berpindah menembus jaringan tubuh yang lebih profundal. Ekho akan terjadi jika ultrasound pulse mengenai permukaan struktur tertentu atau organ interface di dalam tubuh hewan, ekho yang terjadi akan dikembalikan ke transduser dan disebut gelombang ekho (Noviana et al. 2012). Gelombang ekho atau suara yang kembali ke transduser bertanggung jawab untuk memproduksi gambar. Semakin besar jumlah ekho/suara yang kembali ke transduser semakin terang gambar yang ditampilkan pada layar (Mannion 2006).
Karakteristik Transduser Mannion (2006) menyatakan bahwa di dalam sebuah transduser terdapat kristal piezoelectric yang menentukan frekuensi gelombang suara yang keluar. Transduser memiliki tujuan ganda yaitu mengubah energi listrik menjadi energi suara dan energi suara menjadi energi listrik kembali. Diameter kristal bervariasi tergantung tujuan penggunaan transduser. Kristal pada transduser memproduksi gelombang suara dengan karakteristik semakin tinggi frekuensi ultrasound yang dihasilkan oleh transduser maka resolusi gambar yang dihasilkan akan semakin tinggi, tetapi atenuasi yang dihasilkan juga semakin besar sehingga daya penetrasinya rendah. Transduser dengan frekuensi yang tinggi biasanya digunakan untuk superficial imaging.
Prinsip Interpretasi Gambar Prinsip interpretasi gambar USG berdasarkan kepada derajat atau intensitas ekho yang kembali menuju transduser. Menurut Widmer et al. (2004) ada tiga jenis ekho yang dapat dilihat pada sonogram, antara lain hiperekhoik atau echogenic, hipoekhoik atau echopoor dan anekhoik. Hiperekhoik menunjukkan ekhogenitas tinggi, artinya ekho yang dihasilkan terang sehingga terlihat warna putih pada hasil sonogram. Hiperekhoik menunjukkan highly-reflective interface, contohnya tulang, udara, kolagen dan lemak. Hipoekhoik menunjukkan ekhogenitas rendah, artinya ekho yang dihasilkan sedikit sehingga terlihat warna abu-abu pada hasil sonogram. Hipoekhoik menunjukkan intermediate reflection/transmission, contohnya semua jaringan lunak. Menurut Arambulo dan Wrigley (2003) jaringan lunak mampu melemahkan sebagian gelombang suara USG yang di transmisikan. Anekhoik menunjukkan tidak ada ekho yang dihasilkan sehingga terlihat warna hitam pada hasil sonogram. Anekhoik menunjukkan gelombang suara yang ditransmisikan seluruhnya, contohnya cairan,
6 urin dan darah. Cairan termasuk anekhoik walaupun kehadiran suatu partikulat didalamnya akan menyebabkan terbentuknya ekho (Noviana et al. 2012).
Ultrasonografi Lambung, Duodenum, dan Pankreas Normal Kucing Gas di saluran pencernaan biasanya mengganggu transmisi gelombang ultrasound dan dapat memproduksi artefak. Pengisian air ke dalam lambung yang kosong harus dilakukan sebelum pemeriksaan ultrasonografi. Hal ini bertujuan agar lambung menggelembung dan gas dapat berpindah. Dinding lambung dan usus memiliki struktur lapisan yang dapat ditembus dengan tranduser resolusi tinggi. Terdapat empat lapisan saluran pencernaan yang bisa diidentifikasi melalui ultrasonografi dari lumen sampai serosa. Permukaan mukosa terlihat hiperekhoik karena berdekatan dengan lumen, lapisan mukosa terlihat hipoekhoik, submukosa terlihat hiperekhoik, muskularis mukosa terlihat hipoekhoik, dan serosa terlihat hiperekhoik. Lapisan mukosa sering terlihat lebih tebal daripada lapisan muskularis mukosa, tetapi terlihat sama tebal saat terjadi gerakan peristaltik (Penninck dan d’Anjou 2008). Sonogram lambung dan duodenum normal menurut Penninck dan d’Anjou (2008) dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Sonogram lambung, duodenum, dan pankreas; A: sonogram pankreas berbentuk seperti kait di bagian paling distal dari lobus kiri, B dan C: sonogram lambung dengan posisi hewan dorsal recumbency pada posisi transduser transversal dan sagital, D: keberadaan gas dan feses dalam saluran pencernaan seringkali membuat accoustic shadowing (S), E dan F: sonogram duodenum dengan posisi hewan dorsal recumbency pada posisi transduser transversal dan sagital (Penninck dan d’Anjou 2008).
Menurut Penninck dan d’Anjou (2008) ketebalan dinding, lapisan, dan motilitas saluran pencernaan dapat di evaluasi dengan ultrasonografi. Ukuran dinding saluran pencernaan akan berubah jika terjadi kerusakan. Ketebalan saluran pencernaan dipengaruhi oleh tingkat distensi dan ukuran hewan. Menurut Kealy dan McAllister (2000) saat relaksasi dinding lambung berukuran tebal 2-3 mm. Dinding duodenum memiliki tebal maksimal 5 mm (Penninck dan d’Anjou 2008). Variasi ketebalan dinding tiap segmen saluran pencernaan normal di anjing dan kucing dapat dilihat pada Tabel 1.
7 Tabel 1. Ketebalan dinding pada tiap segmen saluran pencernaan normal di anjing dan kucing Organ Anjing (mm) Kucing (mm) Lambung
2-5
1.7-3.6
Doudenum
3-6
2.0-2.5
Jejunum
2-5
2.0-2.5
Ileum Colon
2-4 2-3
2.5-3.2 1.4-2.5
Sumber : Penninck et al. (1989); Newell et al. (1999); Goggin et al. (2000); dan Delaney et al. (2003)
Pankreas merupakan kelenjar yang relatif berukuran kecil dan berhubungan dengan duodenum di dorsal rongga abdomen. Pemeriksaan pankreas cukup sulit untuk dilakukan. Kedekatan posisi anatomi pankreas dengan lambung dan duodenum mempersulit pencitraan jika terdapat akumulasi gas di saluran pencernaan tersebut. Sonogram yang menunjukkan pankreas yang mengalami pembesaran akan terlihat tidak beraturan dan hiperekhoik (Noviana et al. 2012). Sonogram pankreas normal menurut Penninck dan d’Anjou (2008) dapat dilihat pada Gambar 3 (A).
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai bulan Juli 2012 di Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Hewan Penelitian Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 4 ekor kucing kampung jantan (Felis catus) yang berumur 3-5 tahun dengan bobot badan 3.0-4.0 kg. Kucing berasal dari lingkar Kampus IPB Dramaga
Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas : 1 set peralatan ultrasonografi tipe dua dimensi merk Sonodop S8®, transduser frekuensi 7.5 MHz, sarung tangan, pencukur rambut, tabung penampung darah/ vacutainer, cooler box, kandang kucing, alas kandang, spoit 1 ml, 3 ml dan 20 ml, tourniquet, stetoskop, termometer, stopwatch, gunting, kapas, stomach tube, flash disk, dan kamera digital untuk mendokumentasikan hasil penelitian.
8 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan kucing komersial, air mineral, gel USG, tisu, alkohol 70%, atropin sulfat 0.25%, ketamin 10%, xylazin 2%, dan Zipyran® (praziquantel).
Metode Penelitian Adaptasi Hewan Kucing dikandangkan dan diberi pakan kucing komersial sebanyak 150 gram/ekor/hari serta diberi minum secara ad libitum. Kandang dan alas kandang tempat feses juga dibersihkan setiap hari. Pemberian pakan dan pembersihan kandang dilakukan 2 kali sehari. Satu minggu sebelum pemeriksaan USG, kucing diberi anthelmintik zipyran® dengan dosis 25 mg/kg bobot badan (BB). Zipyran® merupakan anthelmintik spektrum luas dan sangat efektif untuk mengatasi cacing pita (cestoda) yang umumnya terdapat di saluran pencernaan (Allen et al. 1993).
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat status kesehatan hewan secara umum sebelum dilakukan pemeriksaan selanjutnya. Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah menentukan sinyalemen yang meliputi nama hewan, jenis hewan, bangsa atau ras, jenis kelamin, umur, warna kulit dan rambut, berat badan dan ciri-ciri khusus. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan suhu tubuh, pulsus atau denyut nadi, dan frekuensi respirasi.
Pemeriksaan Darah Pengambilan darah dilakukan di vena cephalica antibrachii dorsalis pada daerah kaki depan kucing. Proses pengambilan dilakukan tanpa pembiusan dan kucing diposisikan senyaman mungkin sehingga pengambilan darah tidak menyakiti operator maupun kucing. Rambut pada daerah yang telah ditentukan dicukur dan dibasahi dengan alkohol 70% sebelum dilakukan pengambilan darah. Pengambilan darah diawali dengan pemasangan tourniquet/alat pembendung sehingga vena terlihat jelas. Jarum ditusukkan ke dalam lumen vena dengan posisi sejajar terhadap pembuluh darah, kemudian dilakukan aspirasi. Posisi pengambilan darah yang benar ditandai dengan adanya darah diujung spoit. Pengambilan darah dilakukan sebanyak 1.5 ml setiap ekor kucing. Tourniquet dilonggarkan jika darah yang diambil telah cukup, bagian penusukan ditutup dengan kapas dan jarum ditarik kembali. Spoit yang berisi darah ditempatkan ke dalam tabung penampung darah yang sudah mengandung antikoagulan atau vacutainer. Tabung disimpan di dalam cooler box kemudian dilakukan pemeriksaan darah lengkap serta SGOT dan SGPT terhadap sampel darah tersebut di Laboratorium YASA Bogor.
9 Persiapan Hewan Kucing dipuasakan makan selama 8 sampai 12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG). Kucing diberi premedikasi atropin dengan dosis 0.025 mg/kg BB kemudian dianastesi dengan kombinasi xylazin 2% dan ketamin 10% dengan dosis masing-masing 2 mg/kg BB dan 10 mg/kg BB. Kucing yang telah teranastesi dicukur rambut bagian abdomen agar memberikan gambaran sonogram yang lebih jelas. Pencukuran rambut dilakukan pada bagian xiphisternum sampai di bawah umbilikus daerah tulang pubis.
Pengambilan Gambar Pengisian air minum dengan dosis 6 ml/kg BB ke dalam lambung dengan menggunakan stomach tube dilakukan sebelum pengambilan gambar. Pemberian air minum bertujuan untuk mengisi lambung dan memindahkan gas lambung yang dapat mengganggu transmisi gelombang ultrasound serta memproduksi artefak saat pemeriksaan USG (Noviana et al. 2012). Pemberian gel USG juga dilakukan sebagai media transmisi gelombang suara. Pemeriksaan ultrasonografi lambung dan duodenum dilakukan dengan posisi kucing berbaring lateral kanan. Posisi transduser sagital atau sejajar terhadap sumbu tubuh dan transversal atau memintas sumbu tubuh dan diletakkan di kaudal tulang rusuk terakhir. Pemeriksaan USG pankreas kanan dilakukan dengan posisi kucing berbaring dorsal recumbency/telentang. Transduser diposisikan sagital dan diletakkan di kaudal tulang rusuk terakhir sejajar linea alba bergeser ke tubuh bagian kanan serta sedikit ditekan.
Interpretasi Gambar Pengamatan yang dilakukan terhadap sonogram adalah dengan mengidentifikasikan struktur/bentuk, ekhogenitas, lapisan yang terlihat dan pengukuran ketebalan. Pengukuran dilakukan terhadap sonogram dengan menggunakan software MacBiophotonics ImageJ© (NIH 2009). Parameter yang diukur adalah tiap lapisan dinding lambung dan duodenum yang meliputi serosa, tunika muskularis, sub mukosa, dan mukosa serta ketebalan dinding yang merupakan ukuran tebal dari lapisan terluar (serosa) sampai dengan lapisan terdalam (mukosa). Pengukuran juga dilakukan pada diameter atau ketebalan pankreas lobus kanan. Masing-masing lapisan lambung ataupun duodenum diukur dengan memperhatikan batas ekhogenitas lapisan yang berada di atas dan di bawah lapisan yang dihitung. Misalnya mukosa dihitung dari batas antara lumen dan submukosa, begitu pula submukosa dihitung dari batas antara mukosa. Contoh gambar skema pengukuran tiap lapisan dinding pada duodenum dapat dilihat pada Gambar 4. Pengukuran pankreas dilakukan pada diameter atau ketebalan pankreas lobus kanan. Tebal pankreas dihitung dari batas lemak yang terlihat hiperekhoik sampai dengan batas lemak berikutnya. Contoh pengukuran sonogram pankreas dapat dilihat pada Gambar 5.
10
Gambar 4 Pengukuran sonogram duodenum dengan Image J®. A: Sonogram duodenum pada posisi transduser sagital. l: lapisan lumen, M: mukosa, SM: submukosa, TM: tunika muskularis, dan S: serosa. B: Skema sonogram duodenum (Penninck dan d’Anjou 2008), d: tebal mukosa yang diukur adalah sepanjang garis kuning.
Gambar 5 Sonogram pankreas kanan dengan posisi transduser sagital. d : Ukuran tebal pankreas yang dihitung adalah sepanjang garis putih.
Prosedur Analisis Data Pada masing-masing pengukuran dilakukan tiga kali pengulangan. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Fisik dan Darah Kucing Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah kucing yang dilakukan sebelum pemeriksaan USG bertujuan untuk meyakinkan bahwa kucing yang digunakan pada penelitian merupakan kucing yang sehat. Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu signalement (ciri hewan), keadaan umum, dan status present hewan. Hasil pemeriksaan fisik kucing berupa suhu badan, frekuensi napas, dan frekuensi nadi dapat dilihat pada Tabel 2.
11
Kucing 1 2 3 4 Rata-rata Referensi*
Tabel 2 Hasil pemeriksaan fisik kucing Parameter Frekuensi Frekuensi Suhu (˚C) Napas Nadi (x/menit) (x/menit) 37.0 36 114 38.4 36 96 38.2 44 100 38.5 60 99 38.0 44 102 38.0-39.3a 26-48a 110-130a 90-120b
Warna Mukosa Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda
*Sumber : aWidodo et al. (2011); bBirchard dan Sherding (2006)
Berdasarkan hasil yang didapat keseluruhan kucing memiliki warna mukosa mulut merah muda (rose) yang merupakan warna mukosa normal pada kucing. Warna kuning pada mukosa terlihat pada hewan yang mengalami ikterus (Widodo et al. 2011). Nilai rataan suhu tubuh dan frekuensi napas juga berada dalam kisaran normal, sedangkan rataan frekuensi nadi nilainya sedikit di bawah kisaran normal menurut Widodo et al. (2011) yaitu di bawah 110-130 kali per menit, namun jika dibandingkan dengan Birchard dan Sherding (2006) rataan frekuensi nadi kucing yang didapat masih dalam kisaran normal yaitu antara 90-120 kali per menit sehingga dapat dikatakan kucing yang diperiksa dalam kondisi normal kucing sehat. Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan hewan secara laboratoris. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan hematologi rutin dan kimia darah. Pemeriksaan hematologi rutin meliputi hemoglobin, leukosit, trombosit, eritrosit, hematokrit, dan diferensiasi leukosit sedangkan pemeriksaan kimia darah meliputi SGOT dan SGPT. Pengujian SGOT dan SGPT dilakukan untuk menilai adanya gangguan fungsi hati yang berhubungan dengan kesehatan pankreas. Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase (SGOT) merupakan enzim terdapat pada hati, otot jantung, otak, ginjal, otot-otot rangka, pankreas, dan jaringan lain. Kadar SGOT sering diuji untuk menilai kesehatan hati, namun tidak lebih spesifik dibandingkan dengan SGPT. Hal ini dikarenakan SGPT hanya terdapat pada organ hati. Kadar SGPT menjadi tinggi contohnya pada kerusakan hati kronis dan hepatitis. Nilai SGOT dan SGPT dianggap abnormal jika nilai hasil pemeriksaan 2-3 kali lebih besar dari nilai normal. Melalui hasil tes laboratorium, keduanya dianggap memberi gambaran adanya gangguan pada hati. Gangguan pada hati seperti perlemakan memperbesar kemungkinan terjadinya pankreatitis yang merupakan indikasi bahwa pankreas dalam kondisi tidak normal atau tidak sehat (Amin 1995). Hubungan antara kesehatan hati dan pankreas juga disebabkan karena kesamaan pada awal tahap perkembangan embrional. Hati dan pankreas merupakan perkembangan dari kelenjar usus yang pada tahap dewasa akan membentuk saluran yang bermuara di duodenum. Hasil pemeriksaan darah kucing pada parameter hemoglobin (Hb), leukosit (White Blood Cell/WBC), Trombosit, eritrosit (Red Blood Cell/RBC), hematokrit (Packed Cell Volume/PCV), SGOT, dan SGPT dapat dilihat pada Tabel 3.
12
Kucing
Tabel 3 Hasil pemeriksaan darah kucing Parameter WBC Trombosit RBC PCV (/µL) (ribu/µL) (juta/µL) (%) 9.6 124 3.9 34
1
Hb (g/dL) 11.6
2
12.4
9.4
117
4.1
37
34
57
3
12.6
9.2
208
4.1
37
18
16
4
13.3
10.0
251
4.8
39
40
70
12.5
9.55
175
4,2
37
32
50
8.0-15a
5.5-19.0a
200-377a
5.0-10.0a
24-45a
14-38b
30-100b
Rataan Referensi*
SGOT (IU/L) 36
SGPT (IU/L) 57
a
*Sumber : Thrall et al. (2005); bJain (1993) Keterangan: g = gram; dL = desiliter; µL = mikroliter; Hb = hemoglobin, WBC = White Blood Cell, RBC = Red Blood Cell, PCV = Packed Cell Volume, SGOT = Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase; SGPT = Serum Glutamat Piruvat Transaminase; IU = International Unit; L = Liter.
Berdasarkan hasil yang didapat terlihat hampir semua pemeriksaan menunjukkan hasil yang baik yaitu menunjukkan kucing dalam kondisi sehat. Hasil pemeriksaan leukosit, dan deferensiasi leukosit (Lampiran 2) menunjukkan hasil yang masih berada pada kisaran normal. Nilai rataan eritrosit dan trombosit terlihat cenderung rendah namun dapat dikatakan kucing masih dalam kondisi yang baik karena parameter lainnya seperti Hb, PCV, ataupun mukosa mulut menunjukkan nilai yang masih dalam kisaran normal kucing sehat. Jumlah eritrosit dalam darah secara fisiologis dipengaruhi oleh nutrisi, temperatur lingkungan (Schalm 1975) dan keadaan lingkungan (Swenson 1984) sedangkan menurut Kelly (1974) jumlah trombosit secara fisiologis dipengaruhi oleh kelelahan, exercise, dan temperatur lingkungan. Nilai eritrosit dan trombosit pada hasil pemeriksaan darah yang cenderung rendah mungkin terjadi karena kucing yang digunakan dalam penelitian berbeda dengan pustaka yang didapat berdasarkan beberapa faktor di atas. Menurut Thrall et al. (2005) kadar SGPT normal pada kucing sehat adalah antara 30-100 IU/L dan kadar SGOT normal adalah antara 14-38 IU/L. Berdasarkan hasil pemeriksaan, semua kucing mempunyai kadar SGOT dan SGPT yang normal karena masih dalam kisaran tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kucing yang digunakan tidak mengalami gangguan fungsi hati yang berhubungan dengan kesehatan pankreas. Pemeriksaan fisik maupun darah memperlihatkan kondisi kucing yang sehat sehingga dapat dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan ultrasonografi.
13 Sonogram Lambung, Duodenum, dan Pankreas Kucing Lambung Lambung kucing berada di kranial abdomen, kaudal diafragma dan hati (Kealy dan McAlister 2000). Ultrasonografi (USG) lambung terlihat dari kardia sebelah kiri sampai dengan pylorus (Burk dan Feeney 2003). Menurut Noviana et al. (2012) pemeriksaan ultrasonografi lambung posisi berbaring lateral kanan dapat untuk mengamati bagian pilorus dan duodenum Hasil sonogram lambung dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Sonogram lambung posisi hewan berbaring lateral kanan (right recumbency). A: Sonogram lambung pada posisi transduser transversal dan B: sonogram lambung pada posisi transduser sagital. S: lapisan serosa, TM: tunika muskularis, SM: submukosa, dan M: mukosa.
Berdasarkan hasil USG yang didapat, gambaran lambung terlihat seperti kantong yang anekhoik dikarenakan lambung terisi air sebelum dilakukan pemeriksaan dengan USG. Pengisian air ke dalam lambung membuat lumen bersentuhan dengan air dan gelombang suara ditransmisikan seluruhnya sehingga terlihat warna hitam yang disebut anekhoik. Di dalam daerah lumen yang anekhoik terlihat titik-titik putih/hiperekhoik yang merupakan sisa gas lambung atau sisa makanan yang terjebak di dalam air. Menurut Noviana et al. (2012) cairan termasuk anekhoik, namun jika terdapat partikulat di dalamnya akan menyebabkan terbentuknya ekho. Akumulasi gas dapat terlihat pada lambung dengan kasus gastritis yang mengakibatkan dilatasi lambung dan disertai dengan adanya peradangan yang ditandai dengan penebalan lapisan lambung. Lambung dengan posisi transduser transversal terlihat lebih membulat dibandingkan dengan yang sagital yaitu lebih memanjang dan melebar. Lapisan lambung pada posisi transduser transversal maupun sagital terdiri dari mukosa, sub mukosa, muskularis mukosa, dan serosa. Lapisan mukosa dan muskularis mukosa terlihat hipoekhoik karena keduanya lebih banyak tersusun dari otot-otot polos, sedangkan submukosa dan serosa terlihat hiperekhoik karena salah satu penyusunnya yaitu jaringan ikat seperti kolagen. Sonogram yang didapat menunjukkan tingkat ekhogenitas dengan batasan yang jelas pada tiap lapisan lambung. Menurut Noviana et al. (2012) kasus tumor dapat menunjukkan sonogram adanya massa jaringan lunak dengan bentuk tidak teratur serta ekhogenitas hipo-hiperekhoik yang biasanya menempel pada lapisan dinding lambung. Menurut J. Kealy dan McAllister (2000) lapisan lambung dapat dilihat
14 jelas dengan USG jika menggunakan transduser resolusi tinggi yaitu sekitar 5-7.5 MHz, ketika digunakan resolusi rendah lapisan lambung hanya terlihat sebagai struktur yang hiperekhoik.
Duodenum Duodenum kucing dapat ditemukan dengan menelusuri pylorus. Posisi duodenum konsisten dengan dinding abdomen dari kanan (Burk dan Feeney 2003). Hasil pemeriksaan ultrasonografi (USG) duodenum dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Sonogram duodenum posisi hewan berbaring lateral kanan (right recumbency). A: Sonogram lambung pada posisi transduser transversal dan B: sonogram lambung pada posisi transduser sagital. S: lapisan serosa, TM: tunika muskularis, SM: submukosa, dan M: mukosa
Sonogram duodenum yang didapat terlihat berbentuk normal atau tidak terjadi pembesaran. Usus yang mengalami pembesaran (distensi) biasanya diakibatkan oleh akumulasi campuran gas dan cairan (Noviana et al. 2012). Duodenum dengan posisi transduser transversal terlihat berbentuk oval karena transduser memotong duodenum secara melintang. Sedangkan pada posisi transduser sagital transduser memotong duodenum secara memanjang sehingga yang terlihat pada hasil sonogram adalah bentuk yang lebih panjang atau tubular. Duodenum terlihat terbagi menjadi dua bagian oleh garis hiperekhoik yang merupakan lumen. Lumen membagi antara dua lapisan dinding duodenum. Lumen duodenum terlihat hiperekhoik karena tidak terisi air seperti pada lambung yang terlihat anekhoik. Sonogram yang didapat menunjukkan kondisi yang baik dari duodenum yaitu jelas terlihat lapisannya dengan ekhogenitas yang merata. Area yang memiliki focal hipoekhoik atau massa yang ekhogenitasnya tidak merata atau jika terdapat nodul-nodul yang disertai penebalan dinding merupakan tanda terjadinya peradangan (Kealy dan McAllister 2000). Lapisan yang terlihat pada duodenum sama dengan yang terlihat pada lambung yaitu mukosa, submukosa, muskularis mukosa, dan serosa. Mukosa dan muskularis mukosa terlihat hipoekhoik karena tersusun dari lapisan otot, sedangkan submukosa dan serosa lebih terlihat hiperekhoik karena lebih dominan tersusun dari jaringan ikat seperti kolagen. Batas antar lapisan pada sonogram yang didapat terlihat jelas dengan ekhogenitas yang merata. Menurut Noviana et al. (2012) lapisan mukosa yang
15 menebal dengan bentuk permukaan yang bergelombang serta ekhogenitas yang tidak merata an-hipoekhoik adalah beberapa tanda terjadinya enteritis (duodenitis). Lapisan duodenum sama dengan lapisan lambung yaitu hanya dapat dilihat menggunakan transduser beresolusi tinggi yaitu sekitar 5-7.5 MHz. Lapisan duodenum pada posisi transduser transversal maupun sagital terdiri dari mukosa, sub mukosa, muskularis mukosa, dan serosa. Lapisan mukosa dan muskularis mukosa terlihat hipoekhoik karena keduanya lebih banyak tersusun dari otot-otot polos, sedangkan submukosa dan serosa terlihat hiperekhoik karena salah satu penyusunnya yaitu jaringan ikat seperti kolagen. Pankreas Pankreas terletak dalam ruang retroperitoneal di sekitar tulang vertebra lumbalis yang pertama atau kedua, dan posisinya bervariasi ketika respirasi (Kealy dan McAlister 2000). Pada penelitian ini diamati pankreas pada lobus bagian kanan dengan posisi transduser sagital. Lobus bagian kanan terdapat di mesoduodenum dorsomedial dari descending duodenum, ventral ginjal kanan dan ventrolateral vena porta (Saunders 1991). Menurut Burk dan Feeney (2003) pankreas dapat dilihat dengan USG di kaudal lambung dan medial duodenum. Hasil sonogram pankreas dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Sonogram pankreas kanan posisi hewan berbaring dorsal (dorsal recumbency) dan posisi transduser sagital. a: Sonogram organ pankreas berbentuk seperti kait. Tanda panah: batas pankreas oleh jaringan lemak.
Menurut Noviana et al. (2012) pankreas merupakan kelenjar yang relatif berukuran kecil dan berhubungan dengan duodenum di dorsal rongga abdomen. Pemeriksaan pankreas cukup sulit untuk dilakukan. Kedekatan posisi anatomi pankreas dengan lambung dan duodenum mempersulit pencitraan jika terdapat akumulasi gas di saluran pencernaan tersebut. Pankreas normal merupakan struktur yang hipoekhoik homogen dikelilingi dengan jaringan lemak yang hiperekhoik (Kealy dan McAllister 2000). Sesuai dengan pustaka hasil sonogram pankreas kanan yang didapat terlihat hipoekhoik homogen bertekstur kasar seperti hati dan dikelilingi batas lemak hiperekhoik yang ditunjukkan dengan tanda panah pada Gambar 3. Sonogram yang menunjukkan pankreas yang mengalami pembesaran akan terlihat tidak beraturan dan hiperekhoik (Noviana et al. 2012). Bentuk seperti kait pada ujung distal pankreas menurut Etue et al. (2001) dapat ditemukan pada ujung distal pankreas lobus kanan kucing, hal ini sama seperti
16 yang terlihat pada hasil sonogram pankreas lobus kanan yang menunjukkan bentuk seperti kait (a).
Ukuran Ketebalan Lambung, Duodenum, dan Pankreas Kucing Berdasarkan hasil sonogram melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) pada lambung, duodenum, dan pankreas kucing kampung (Felis catus) didapatkan hasil pengukuran ketebalan dengan menggunakan Image J®. Ukuran yang dapat dilihat pada Tabel 4 merupakan rataan yang didapat dari keempat kucing yang diamati dan setelah dilakukan tiga kali pengulangan. Tabel 4 Hasil Pengukuran Sonogram Lambung, Duodenum, dan Pankreas pada Kucing Kampung (Felis catus) Posisi transduser Referensi Parameter Transversal Sagital (cm)* (cm) (cm) Lambung mukosa 0.034 ± 0.006 0.048 ± 0.007 sub mukosa 0.029 ± 0.002 0.033 ± 0.003 tunika muskularis 0.031 ± 0.002 0.032 ± 0.004 serosa 0.033 ± 0.003 0.031 ± 0.014 0.170-0.360a 0.030-0.050b
tebal dinding
0.127 ± 0.007
0.143 ± 0.024
Duodenum mukosa sub mukosa tunika muskularis serosa
0.110 ± 0.024 0.050 ± 0.012 0.050 ± 0.014 0.043 ± 0.003
0.103 ± 0.024 0.049 ± 0.007 0.058 ± 0.012 0.045 ± 0.010
tebal dinding
0.254 ± 0.039
0.267 ± 0.047
0.200-0.250a 0.030b
0.343 ± 0.120
0.450c 0.430d
Pankreas lobus kanan
*Sumber : aPenninck et al. (1989); Newell et al. (1999); Goggin et al. (2000); Delaney et al. (2003), bKealy dan McAllister (2000), cEtue et al. (2001), dHecht et al. (2006).
Hasil pengukuran menunjukkan rataan ketebalan dinding lambung yaitu 0.127 ± 0.007 cm pada posisi transduser transversal atau 0.143 ± 0.024 cm pada posisi transduser sagital. Hasil yang didapat lebih rendah jika dibandingkan dengan diameter lambung pada penelitian Penninck et al. (1989); Newell et al. (1999); Goggin et al. (2000); dan Delaney et al. (2003) yaitu kurang dari 1.7-3.6 mm atau 0.170-0.360 cm. Hal ini diperkirakan karena jenis, bobot badan ataupun usia kucing yang digunakan dalam penelitian berbeda dengan yang digunakan pada pustaka. Ukuran rata-rata tiap lapisan lambung dengan posisi transduser transversal ataupun sagital menunjukkan perbedaan yang sangat kecil namun dapat dilihat
17 bahwa ukuran lapisan mukosa lebih tebal dibandingkan dengan lapisan lainnya. Hal ini sesuai dengan Penninck dan d’Anjou (2008) yang mengatakan bahwa lapisan mukosa sering terlihat lebih tebal, tetapi terkadang mukosa dan muskularis mukosa bisa sama tebalnya selama gerakan peristaltik. Ketebalan lambung pada hasil bisa dikatakan dalam kondisi baik, karena umumnya jika terjadi abnormalitas ataupun terjadi kerusakan lambung, dinding/lapisan lambung akan menebal. Menurut Kealy dan McAllister (2000) tebal dinding lambung normal pada saat relaksasi yaitu sekitar 3-5 mm atau 0.300-0.500 cm. Kerusakan dinding lambung akibat gastritis akan menyebabkan penebalan dinding >7 mm atau 0.700 cm. Hasil pengukuran duodenum menunjukkan bahwa rata-rata ketebalan dinding duodenum yaitu 0.254 ± 0.039 cm pada posisi transduser transversal dan 0.267 ± 0.047 cm pada posisi transduser sagital (Tabel 1). Berdasarkan penelitian Penninck et al. (1989); Newell et al. (1999); Goggin et al. (2000); dan Delaney et al. (2003) diameter duodenum kucing yaitu sebesar 2.0-2.5 mm atau 0.200-0.250 cm, sedangkan menurut Kealy dan McAllister (2000) tebal duodenum bisa mencapai 3 mm. Hasil yang didapat memiliki kisaran yang mendekati kedua pustaka tersebut diperkirakan karena adanya perbedaan pada hewan yang digunakan dalam penelitian. Karakteristik hewan seperti jenis hewan, bobot badan, jenis diet ataupun usia kemungkinan mempengaruhi hasil sonogram yang didapat. Ukuran rata-rata tiap lapisan duodenum dengan posisi transduser transversal ataupun sagital menunjukkan perbedaan yang sangat kecil diantara sub mukosa, muskularis mukosa, dan serosa. Namun dapat dilihat bahwa ukuran lapisan mukosa lebih tebal dibandingkan dengan lapisan lainnya. Hal ini sesuai dengan Penninck dan d’Anjou (2008) yang mengatakan bahwa lapisan mukosa sering terlihat lebih tebal, tetapi terkadang mukosa dan muskularis mukosa bisa sama tebalnya selama gerakan peristaltik. Pengukuran ketebalan pankreas dilakukan hanya pada ketebalan pankreas kanan posisi transduser sagital. Hasil pengukuran sonogram pankreas kanan dengan posisi transduser sagital memiliki ketebalan sebesar 0.343 ± 0.120 cm. Berdasarkan penelitian Etue et al. (2001) ketebalan lobus kanan pankreas kucing yaitu 4.5 mm atau 0.450 cm, sedangkan pada penelitian Hecht et al. (2006) ketebalan pankreas lobus kanan sekitar 4.3 mm atau 0.430 cm. Hasil penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kedua penelitian di atas, hal ini mungkin dikarenakan kucing yang digunakan dalam penelitian berbeda jenis, usia, ataupun bobot badannya.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Ultrasonografi memberikan gambaran yang baik terhadap bentuk dan struktur internal lambung, duodenum, dan pankreas serta dapat membedakan lapisan pada lambung dan duodenum. Setiap lapisan memiliki ketebalan yang berbeda dan ekhogenitas yang khas dari mukosa sampai dengan serosa.
18 Saran 1. 2.
Disarankan kepada Dokter hewan praktisi untuk menggunakan ultrasonografi dalam membantu evaluasi lambung, duodenum, dan pankreas Perlu diadakan penelitian tentang bagian lain dari lambung, duodenum, dan pankreas seperti bagian pilorus atau kardia lambung, bagian usus halus yang lain seperti jejunum dan ileum, atau pankreas lobus kiri.
19
DAFTAR PUSTAKA Allen DG, Pringle JK, Smith DA, Conlon Peter. 1993. Handbook of Veterinary Drugs. Philadelphia: J.B. Lippincott Company. Amin I. 1995. Pengaruh Pemberian Seduhan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica, VAL) Terhadap Aktivitas SGOT dan SGPT [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Arambulo RC dan Wrigley R. 2003. Ultrasonography of the Acute Abdomen. J Clinical Techniques in Small Animal Practice. 18: 20-31. Birchard SJ dan Sherding RG. 2006. Saunders Manual of Small Animal Practice. Ed ke-2. Pennsylvania: W.B. Saunders Company. Burk R, Feeney D. 2003. Small Animal Radiology and Ultrasonography A Diagnostic Atlas and Text. USA: Elsevier Science. Callbreath DF. 1982. Clinical Chemisthry. USA: WB Saunder Company. Delaney F, O’Brien RT, Waller K. 2003. Ultrasound Evaluation of Small Bowel Thickness Compared to Weight in Normal Dogs. J Vet Radiol Ultrasound. 44: 577-580. Dyce KM, Sack WO, Wensing CJG. 2002. Textbook of Veterinary Anatomy 3rd Ed. USA: W.B. Saunders Company. Etue SM, Penninck DG, Labato MA, Pearson S, Tidwell A. 2001. Ultrasonography of The Normal Feline Pancreas and Associated Anatomical Landmarks: A Prospective Study of 20 Cats. J Vet Radiol Ultrasound. 42: 330-336. Fowler ME. 1993. Wild Life Medicine Caurse. USA: Directorate General of Livestock Services. Gaschen L. 2009. Update on Hepatobiliary Imaging. Veterinary Clinics of North America: Small Animal Practice, Vol 39 (3). Hlm. 439-467. Girinda A. 1986. Patologi Klinik Veteriner. Bogor: Fakultas kedokteran Hewan IPB. Goggin JM, Biller DS, Debey BM, Pickar JG, Mason D. 2000. Ultrasonographic measurement of gastrointestinal wall thickness and the ultrasonographic appearance of the ileocolic region in healthy cats. J Am Anim Hosp Assoc. 36: 224-228. Guyton AC dan Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Jakarta: EGC Hayes MA. 2007. Patophysiology of The Liver. USA: W.B. Saunder Company. Hecht S, Penninck DG, Mahony OM, King R, Rand WM. 2006. Relationship Pancreatic Duct Dilation to Age and Clinical Finding in Cats. J Vet Radiol Ultrasound. 47: 287-294. Jain NC. 1993. The cat: normal hematology with comments on response to disease. Di dalam: Schalm’s Veterinary Hematology, 4th ed. Philadelphia: Lea dan Febiger. Kealy JK dan McAllister. 2000. Diagnostic Radiology and Ultrasonography of the Dog and Cat 3rd Ed. Philadelphia: W.B. Saunder Company. Kelly WR. 1974. Veterinary Clinical Diagnosis. Ed ke-3. London: Bailliere Tindal.
20 Lipinski MJ, Y Amigues, M Blasi. 2007. An international parentage and identification panel for the domestik cat (Felis catus). J Anim Genet. 38: 371-377 (480). Mannion P. 2006. Diagnostic Ultrasound in Small Animal Practice. Oxford: Blackwell Publishing company. [NIH] National Institut of Health. 2009. Image J Software. [Terhubung Berkala]. http://rsbweb.nih.gov/ij/download.html. [15 Januari 2012]. Newell SM, Graham JP, Roberts GD, Ginn PE, Harrison JM. 1999. Sonography of The Normal Feline Gastrointestinal Tract. J Vet Radiol Ultrasound. 40: 40-43. Noviana D, Aliambar SH, Ulum MF, dan Siswandi R. 2012. Diagnosis Ultrasonografi pada Hewan Kecil. Bogor: IPB Press. Penninck DG dan d’Anjou MA. 2008. Atlas of Small Animal Ultrasonography. New Jersey: Blackwell Publishing. Penninck DG, Nyland TG, Fisher PE, Kerr Ly. 1989. Normal Ultrasonography of The Canine Gastrointestinal Tract. J Vet Radiol Ultrasound. 30: 272-276. Saunders HM. 1991. Ultrasonography of The Pancreas. J Probl Vet Med. 3: 583603. Schalm OW. 1975. Veterinary Hematology. Ed ke-2. Philadelphia: Lea & Febiger. Suchodolski JS. 2008. Stomach. Di dalam: Small Animal Gastroenterology. Steiner JM. Editor. Jerman: Schultersche. Suwed MA dan Budiana NS. 2006. Membiakkan Kucing Ras. Jakarta : Penebar Swadaya. Hlm. 5-10. Steiner JM, Allennspach K, Batt RM, Bilzer T, Boari A et al. 2008. Small Animal Gastroenterology. Hannover: Schlutersche Verlagsgesenllschaft mbH. Swenson MJ. 1984. Dukes Physiology of Domestic Animal. Ed ke-10. Ithaca and London: Cornell University Press. Thrall MA, Baker DC, Campbell TW, Denicola D, Fettman MJ et al. 2005. Veterinary Hematology and Clinical Chemistry. USA: Blackwell Publishing. Widmer WR, Biller DS dan Larry GA. 2004. Ultrasonography of the Urinary Tract in Small Animal. Journal of the American Veterinary Medical Assosiation. 225(1): 46-54. Widodo S, Sajuthi D, Choliq C, Wijaya A, Wulansari R, Lelana RPA. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor: IPB Press.
21
LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil pemeriksaan fisik kucing Parameter
Kucing 1
Kucing 2
Kucing 3
Kucing 4
Jenis hewan/spesies Ras/breed
Kucing Kampung
Kucing Kampung
Kucing Kampung
Warna rambut dan kulit
Putih,bela ng hitam
Abu-abu putih
Jenis kelamin Berat badan (kg)
Jantan 3
Tanda khusus
Ekor pendek
-
-
Baik Jinak Baik Bagus Tegak pada ke-4 kaki 37,0
Jantan 3.1 Ekor hitam pendek Sedang Lincah Sedang Sedang Tegak pada ke-4 kaki 38,4
Kucing Kampung Hitam,bel ang cokelat Jantan 3.2
Sedang Agresif Sedang Bagus Tegak pada ke-4 kaki 38,2
Sedang Lincah Sedang Sedang Tegak pada ke-4 kaki 38,5
114
96
100
99
36
36
44
60
Lembab Pink ≠ discharge
Lembab Pink ≠ discharge
Lembab Pink ≠ discharge
Lembab Pink ≠ discharge
Pink
Pink
Pink
Pink
Sudah tumbuh semua Tidak ada discharge
Sudah ganti semua Tidak ada discharge
Sudah tumbuh semua Tidak ada discharge
Sudah ganti semua Tidak ada discharge
Tersembunyi Merah
Tersembunyi Merah
Tersembunyi Merah
Tersembunyi Merah
Perawatan Habitus/tingkah laku Gizi Pertumbuhan badan Sikap berdiri Suhu tubuh (˚C) Frekuensi nadi (x/menit) Frekuensi nafas (x/menit) Hidung Kelembaban Warna Lainnya
Hitamputih Jantan 3.5
Mulut Warna mukosa Gigi geligi Lainnya Mata Membrana niktitan Konjungtiva
22
Sklera Silia Lainnya
muda Putih Normal Tidak ada discharge
muda Putih Normal Tidak ada discharge
muda Putih Normal Tidak ada discharge
muda Putih Normal Tidak ada discharge
Ada
Ada
Ada
Ada
Tegak Sedang Tidak ada
Tegak Bersih Tidak ada
Tegak Bersih Tidak ada
Tegak Bersih Tidak ada
Tidak teraba
Tidak teraba
Tidak teraba
Tidak teraba
Tidak ada respon batuk
Tidak ada respon batuk
Tidak ada respon batuk
Tidak ada respon batuk
Telinga Respon mendengar Posisi Kebersihan Krepitasi Leher Limf. Retropharingealis Trachea
23 Lampiran 2 Hasil pemeriksaan darah kucing Parameter
Hemoglobin (g/dL) Eritrosit (juta/µL) Hematokrit (%) Trombosit (ribu/µL) Leukosit (ribu/µL) Hitung Jenis Eosinofil (%) Batang (%) Segmen (%) Limfosit (%) Monosit (%) Basofil (%) SGOT (IU/L) SGPT (IU/L)
Jain (1993)
Kucing 1
2
3
4
rataan
11.6 3.9 34
12.4 4.1 37
12.6 4.1 37
13.3 4.8 39
12.5 4.2 37
8.0-15.0 5.0-10.0 24-45
124
117
208
251
175
200-377
9.6
9.4
9.2
10.0
9.55
5.5-19.0
0 0 30 69 1 0 36 57
2 0 59 36 3 0 34 57
2 0 40 58 0 0 18 16
2 0 70 28 0 0 40 70
1.5 0 49.8 47.8 1 0 32 50
2-12 0-3 35-75 20-55 1-4 0
Thrall et al. (2005)
14-38 30-100
Keterangan: g = gram; dL = desiliter; µL = mikroliter; Hb = hemoglobin, WBC = White Blood Cell, RBC = Red Blood Cell, PCV = Packed Cell Volume, SGOT = Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase; SGPT = Serum Glutamat Piruvat Transaminase; IU = International Unit; L = Liter.
24
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 29 Januari 1991 sebagai putri tunggal dari pasangan Satiman Ruslan dan Watini. Pada tahun 2008 penulis lulus dari SMA 49 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN) dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH IPB). Selama perkuliahan penulis masuk Himpunan Minat dan Profesi (HIMPRO) Ruminansia pada tahun 2008/2010. Penulis juga pernah menjabat sebagai pengurus di Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FKH IPB sebagai sekretaris divisi 2008/2009 dan bendahara umum tahun 2008/2010.