PENANGGULANGAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN
DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR BIDANG PERLINDUNGAN PERKEBUNAN Surabaya, Februari 2013
KATA PENGANTAR Dengan memanjat syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan ridhoNya telah dapat disusun Brosur Penanggulangan Gangguan Usaha Perkebunan,
terutama
yang
berkaitan
dengan
Gangguan non OPT di Jawa Timur. Brosur ini diharapkan dapat menjadi tambahan bekal bagi petugas khususnya dan petani pada umumnya. Brosur ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu pendapat
dan
saran
dari
semua
pihak
sangat
diharapkan dan semoga brosur ini dapat bermanfaat untuk semuanya. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur Bidang Perlindungan Perkebunan Surabaya, Pebruari 2013
I. PENDAHULUAN Perkebunan
merupakan
salah
satu
subsektor
strategis yang secara ekonomis,ekologis dan sosial budaya
mempunyai
peranan
penting
dalam
pembangunan. Sebagai salah satu kegiatan ekonomi berbasis
pedesaan,
perkebunan
menjadikan
sebagai
sumber
usaha
agribisnis
pendapatan
dan
lapangan kerja bagi jutaan petani. Dalam pembangunan perkebunan penyediaan lahan mutlak diperlukan. Lahan merupakan media utama untuk pengembangan komoditi perkebunan, baik untuk perkebunan swasta dan perkebunan besar nasional
maupun
pembangunan dalam
perkebunan
perkebunan
penyediaan
rakyat.
akan
lahannya
Kegiatan
terkendala masih
jika
terdapat
permasalahan yang belum terselesaikan. Pembangunan perkebunan kedepan dihadapkan pada berbagai tantangan diantaranya izin usaha (HGU), sengketa tanah dengan masyarakat, anomali
iklim
yang
ekstrim
dan
gangguan
organisme
pengganggu tanaman perkebunan. Melihat banyaknya tantangan-tantangan tersebut, maka perlu dilakukan upaya untuk mengatasi dan mengendalikan
terhadap
Gangguan
Usaha
Perkebunan yang timbul maupun yang terjadi dimasa yang akan datang.
II. PERMASALAHAN USAHA PERKEBUNAN Kegiatan perlindungan perkebunan tidak hanya berkaitan dengan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tetapi juga yang berkaitan dengan gangguan non Organisme Pengganggu Tumbuhan
seperti izin
usaha (HGU), sengketa tanah dengan masyarakat, okupasi lahan oleh masyarakat, penjarahan dan yang tidak kalah penting adalah anomali iklim yang ekstrim. Izin Usaha (HGU) Jangka waktu HGU menurut UU no 5 tahun 1960 pasal 29 adalah diberikan paling lama 25 tahun (ayat 1) dan untuk perusahaan diberikan paling lama 35 tahun ( ayat 2) dan bisa diperpanjang
kembali
sesuai
dengan
dengan
diperpanjang
keadaan
paling
perusahaan
lama
25
tahun.
Namun, RUTR ( Rencana Umum Tata Ruang) wilayah yang dibuat sesudah ada perkebunan dan areal perkebunan tersebut peruntukannya sudah menjadi fungsi lain, sehingga perpanjangan HGU tidak diterbitkan. Disamping itu ada hambatan dari Pejabat Pemerintah Daerah yang mempersulit dan meminta persyaratan berbagai macam, misalnya dana
kompensasi,
retribusi
dan
mendapatkan
lahan, pembagian keuntungan perusahaan. Sengketa Tanah dengan Masyarakat. Masyarakat untuk
penggarap
memperoleh
hak
mempunyai atas
tanah.
keinginan Tuntutan
masyarakat tersebut telah berkembang menjadi konflik yang berdampak pada kerugian material dan non material. Diantaranya pada kondisi sosial, ekonomi serta keamanan masyarakat dan wilayah.
Gangguan keamanan yang tidak tertangani akan menyebabkan dibidang
menurunnya
perkebunan
minat
dan
investasi
menurunkan
keberhasilan pada sisi on-farm dan off-farm.
Okupasi Lahan Okupasi
adalah
penyerobotan
lahan
oleh
masyarakat. Okupasi lahan akan berdampak pada kinerja
pembangunan
perkebunan
dengan
terganggunya investasi di bidang perkebunan Anomali Iklim Anomali iklim adalah penyimpangan iklim yang sangat ekstrim. Salah satu dampak anomali iklim adalah
kemarau
panjang
yang
akan
mengakibatkan kekeringan di areal perkebunan. Kekeringan
akan
menurunkan
produktifitas
tanaman, kematian tanaman dan tanaman rentan terhadap serangan hama penyakit. Kekeringan juga dapat menyebabkan kebakaran areal lahan. Sebaliknya, musim hujan yang terjadi secara terus menerus
akan
menyebabkan
banjir
di
areal
perkebunan, sehingga menyebabkan hilangnya lapisan tanah atas yang subur, menghambat terjadinya penyerbukan, tanaman rentan terhadap hama
penyakit
dan
pengeringan produksi.
menghmbat
proses
III. UPAYA PENANGGULANGAN Gangguan
Usaha
Perkebunan
yang
berkepanjangan akan mengakibatkan penurunan produksi, dan akhirnya
menurunkan daya saing
produk agribisnis perkebunan di pasar internasional. Penyelesaian konflik ini hanya mungkin dilakukan melalui
pendekatan
sekaligus
mampu
yang
komprehensif
menyelesaikan
yang
permasalahan
jangka pendek dan jangka panjang. Beberapa cara yang
dapat
dilakukan
untuk
penanggulangan
Gangguan Usaha Perkebunan adalah: Penanganan Konflik HGU (izin usaha dan sengketa tanah) Upaya
penanganan
konflik
HGU
melalui
jalur
LIGITASI yaitu jalur peradilan umum atau peradilan Tata Usaha Negara (Peratun) dan jalur Non LIGITASI yaitu melalui arbitrase (Perwasitan), mediasi dan negoisasi (Perundingan) dengan pihak-pihak yang
terlibat konflik sehingga tercapai kesepakatan yang dapat diterima semua pihak. Untuk mencegah konflik, perlu adanya kemitraan antara pemilik kebun dengan masyarakat sekitar kebun dan tentunya pihak instansi teknis untuk melakukan
monitoring
yang
teratur
terhadap
perkembangan pengelolaan kebun. Disamping
itu
Perkebunan
perlu yang
ditetapkan
Tata
mampu
Ruang
menjangkau
penggunaan lahan untuk perkebunan dan industri turunannya kedepan. Penanganan penjarahan dan okupasi lahan Penanganan kasus khusus seperti okupasi lahan dan penjarahan
oleh
masyarakat
sekitar
dapat
dilakukan secara internal. Pimpinan perusahaan haruslah proaktif dalam menyelesaikan konflik yang berkepanjangan. Bila tidak bisa dilakukan secara internal dilanjutkan dengan koordinasi dengan pihak
kepolisian
dan
dilanjutkan
ke
tingkat
pengadilan. Namun demikian, penataan struktur usaha
perkebunan
dengan
membuka
kemungkinan pemerintah
partisipasi daerah
untuk
masyarakat menikmati
dan
manfaat
perkebunan yang berada di daerahnya perlu dilakukan. Sehingga masyarakat tidak melakukan penjarahan dan okupasi lahan lagi. Penanggulangan Kekeringan Dengan adanya anomali iklim yang sangat ekstrim dapat menyebabkan kekeringan pada lahan atau tanaman sehingga mempengaruhi Untuk
mengantisipasi
terjadinya
sangat merugikan tersebut maka
produktivitas. kondisi
yang
dilakukan
tindakan dengan kegiatan mitigasi iklim yaitu tindakan
yang
dilakukan
untuk
meringankan
dampak perubahan iklim sehingga tidak menjadi lebih buruk/parah (IPCC). Berikut beberapa teknik
mitigasi yang dapat
dimanfaatkan untuk penanggulangan kekeringan: 1. Pembuatan Rorak Pembuatan lubang penampungan air atau rorak di kombinasikan dengan penambahan bahan organik. Ukuran rorak 0,8 x 0,4 x 0,4m
yang dibuat sebanyak 50% dari jumlah pohon contoh dengan letak saling menyilang. Bahan organik yang digunakan berasal dari serasah atau sisa-sisa daun kering yang ada disekitar tanaman dan hewan ternak.
2. Pembuatan Istana Cacing Istana cacing yang berfungsi untuk mempercepat dekomposisi
bahan
organik
dibuat
dengan
menggali lubang berdiameter 10 - 15 cm dengan kedalaman
50. Setiap tanaman dibuatkan 2
lubang. Pada lubang tersebut diisikan kompos atau pupuk kandang ataupun seresah tanaman untuk mendorong
berkembangnya
populasi
cacing
tanah. Jika populasi cacing jumlahnya sedikit maka dapat diintrodusir dari tempat lain.
3. Model Irigasi Tetes (Water drip) Model
irigasi
tetes
dibuat
dengan
menggantungkan 1 - 3 buah bumbung/ botol bekas
air mineral per pohon kakao pada
ketinggian 50 cm dari permukaan tanah. Bambu petung atau botol air mineral bekas bervolume 1,5 L dapat digunakan. Bagian bawah alat ini dibuat lubang kecil untuk dapat meneteskan air secara perlahan sehingga membasahi daerah perakaran. Diperkirakan botol yang berisi air tersebut akan habis menetes dalam 1-2 hari. Pengisian
air
dilakukan
apabila
air
dalam
bumbung telah habis, terutama pada bulanbulan kering.
4. Pemberian Bahan Organik Bahan organik berupa seresah, pupuk kandang ataupun kompos dibumbunkan pada daerah perakaran secara melingkar disekitar leher akar sebanyak 2-4kg/pohon.
5. Penggunaan pupuk anorganik Campuran pupuk Urea, SP-36 dan KCL (2:1:1) diberikan 2 kali, saat awal dan akhir musim penghujan dengan dosis masing-masing sebesar 0,25kg/pohon. 6. Penanaman Pohon Pelindung Pohon
pelindung
ditanam
minimal
100-300
pohon/ha. Selanjutnya dilakukan penjarangan sesuai kebutuhan.
Penanggulangan curah hujan yang berlebih - Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hilangnya lapisan tanah yang subur beserta sumber daya hayati yang terdapat didalamnya, misalnya dengan pembuatan teras, rorak dan pemberian mulsa. Adanya teras akan mngurangi laju air limpasan sehinggga tidak akan
mengikis
lapisan
tanah
yang
subur,
disamping itu teras juga membuat air masuk kedalam lapisan tanah. Rorak
yang diatur
berselang seling mengikuti kontur tanah selain memperlambat laju aliran air limpasan dengan memberi kesempatan air masuk kedalam lobang rorak,
juga
dapat
sebagai
tempat
untuk
meletakkan sumber bahan organik kebun. Mulsa akan dapat melindungi permukaan tanah dari derasnya kekuatan butir-butir hujan yang dapat merusak agregat tanah. - Hujan yang lebat dan berkepanjangan dapat menghambat akhirnya
terjadinya
dapat
penyerbukan
menyebabkan
yang
banyaknya
bunga yang tidak terserbuk dan gagal menjadi calon buah. Mengingat bahwa morfologi dan genetika bunga tidak dapat diubah, maka cara mengatasinya dengan penanaman klon atau varietas yang tahan terhadap iklim basah. -
Untuk mengatasi perkembangan hama dan penyakit karena kondisi kebun yang lembab adalah dengan pengelolaan pangkasan baik terhadap tanaman pokok maupun penaung. Pemangkasan
yang
diperlukan
adalah
pemangkasan tajuk untuk pengaturan cahaya sehingga mengurangi kelembaban yang dapat menyebabkan
perkembangan
hama
dan
penyakit dan juga dapat mengurangi sumber penyakit di atas pohon, pemangkasan sanitasi untuk membuang buah busuk dan dan dahan serta ranting yang mati. Apabila diperlukan populasi cabang penaung dikurangi sampai 50% sehingga
kelembabapan
kebun
dapat
dikendalikan dalam kisaran yang diperlukan.
- Hujan yang berlebih baik intensitas maupun periodenya dapat menyebabkan membusuknya bakal buah dan dapat menghambat proses proses pembentukan buah serta berpengaruh juga
terhadap
mengatasinya
pengeringan dapat
hasil.
Untuk
dipergunakan
mesin
pengering maupun bangunan pengering surya sederhana yaitu dengan menggunakan atap plastik
transparan
sehingga
tidak
perlu
mengkhawatirkan turunnya hujan lagi.
IV. PENUTUP Upaya penanggulangan GUP non OPT dapat dilakukan dengan: 1.
Komunikasi yang intensif dengan pihak-pihak yang bersengketa (masyarakat, perusahaan, perkebunan, dll) dengan mengenali secara cermat serta mengetahui: -
Inti permasalahan sengketa dan latar belakang masalah
-
Tuntutan penyelesaian yang diminta.
2. Masyarakat secara terbuka dengan pihak-pihak yang bersengketa
untuk
membahas
permasalahan
tersebut agar diperoleh penyelesaian yang sifatnya “win-win solution” dengan memperhatikan aspek hukum. 3. Fasilitasi terkait
pertemuan
dengan
melibatkan
instansi
yang memiliki kewenangan sesuai bidang
tugas dan fungsinya untuk penyelesaian secara musyawarah. 4. Selain itu dapat juga dilakukan dengan tindakan mitigasi
iklim
untuk
mengurangi
dampak
dari
perubahan iklim sehingga tidak terjadi lebih parah/ buruk.