ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2011 PENAMPILAN AGRONOMIK DAN POLA ISOZIM DARI LIMA BELAS GENOTIPE BAWANG MERAH Oleh : Siti Nurchasanah dan Noor Farid Laboratorium Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman Fakultas Pertanian Unsoed ABSTRAK
Penggunaan varietas unggul merupakan salah satu cara yang efektif dalam rangka peningkatan produksi bawang merah. Perakitan varietas bawang merah telah dilakukan dan diperoleh tahan bercak ungu dan hasil tinggi. Keragaman genetik suatu individu dapat diidentifikasi melalui karakter agronomik dan analisis isozim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik berdasarkan pengamatan agronomik dan isoenzim pada genotipe bawang merah. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan 15 genotipe bawang merah berdasarkan pengamatan agronomik dan pola dendogram isozim. Hasil analisis pola pita isozim menggunakan 3 sistem enzim (ACP, EST, MDH dan PER) menunjukkan keragaman diantara genotip bawang merah dan diperoleh 4 kelompok. Pengelompokan berdasarkan pengamatan agronomik berbeda dengan hasil pengelompokan isozim. Kata kunci : isozim, genotip,bawang merah, agronomik
ABSTRACT
Adopted of superior varieties is one effective way to increase shallots production. Shallots varieties assembly has been carried out and obtained to purple blotch resistant and high yield. Individual genetic variability can be identified through agronomic characters and isoenzyme analysis. This study aims to determine the diversity based on observations of agronomic and genetic isoenzymes in shallots genotypes. Research results show that there is a difference15 hallots genotypes based on observations of agronomic and dendogram pattern of isoezyme. Isoenzyme banding pattern analysis using 3 enzyme systems (ACP, EST, MDH and PEX) show the diversity among genotypes of shallots and obtained 4 groups. Grouping based on the agronomic observation different with isoenzyme groupings results Key words: izozyme, genotype, shallot, agronomic
PENDAHULUAN Produktivitas
merah telah dilakukan di Unsoed. Sampai bawang
merah
saat ini kegiatan tersebut telah diperoleh
Indonesia masih rendah maka perlu adanya
sejumlah genotipe bawang merah yang
peningkatan produktivitas bawang merah.
tahan penyakit bercak ungu, ataupun daya
Hal ini dapat dicapai dengan penggunaan
hasil. Varietas bawang merah yang telah
varietas yang berdaya hasil tinggi (Duriat
ada mempunyai daya hasil antara 7 sampai
et al. 1999). Bawang merah merupakan
12 t/ha dengan umur sekitar 60 sampai 70
salah satu tanaman sayuran yang penting,
hst.
karena kandungan gizi, posisi penawaran
Mengingat
keterbatasan
koleksi
dan permintaan yang tinggi. Selain itu,
plasma nutfah bawang merah maka perlu
bawang merah menjadi tanaman unggulan
upaya peningkatan keragaman. Terdapat
daerah
Indonesia.
variasi ketahanan terhadap penyakit bercak
Percobaan mutasi dan persilangan bawang
ungu pada sejumlah varietas bawang
di
19
propinsi
217
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2011 merah yang telah dilakukan mutasi dengan
kodominan dan tidak dibutuhkan banyak
radiasi sinar gamma (Sunarto, et al., 2004).
materi sampel. Kelemahan isozim adalah
Bagaimana
mengidentifikasi
yang dapat dideteksi terbatas, tidak dapat
genotipe bawang merah untuk membeda
deteksi adanya perubahan urutan basa
satu dengan yang lain, maka dilakukan
nukleotida DNA yang tidak merubah
pengamatan agronomik, maupun sampai
urutan asam amino polipepteda (Roose,
tingkat gen. Pengamatan agronomik sering
1988).
terganggu
Pengaruh
untuk mengetahui keragaman, kekerabatan
lingkungan terhadap kergaman agronomik
dan penanda/marker toleransi. Analisis
lebih besar dari pada keragaman genetik
pola isozim telah banyak digunakan pada
sehingga kurang mencerninkan keragaman
pisang (Yuniastuti et. al., 1997), padi
(Yee et al, 1999).
(Farid et al., 2004), cabai merah (Farid dan
oleh
Banyak
lingkungan.
metoda
yang
telah
dikembangkan untuk menilai keragaman genetika
dari
pengamatan
Isozim memberikan manfaat
Darini, 2007) dan bawang merah (Sunarto et al., 2004).
agronomik,
Tujuan penelitian ini adalah: 1.
enzim, gen dan DNA. Salah satu metoda
Mengetahui
pendugaan
genotipe
keragaman
yang
kurang
keragaman
bawang
genetik
merah
antar
berdasarkan
dipengaruhi lingkungan oleh lingkungan
analisis isozim; dan 2. Mendapatkan
adalah isozim. Isozim adalah enzim yang
perbedaan antara genotipe bawang merah
diproduksi dari gen, terdiri atas berbagai
dengan pengamatan karakter agronomik.
molekul aktif dengan struktur berbeda tetapi mengkatalisis reaksi kimia yang
METODA PENELITIAN
sama (Adam, 1983). Perbedaan suatu
Waktu dan tempat penelitian
sistem enzim dapat dilihat adanya pola pita
Penelitian ini dilaksanakan di kebun
yang terbentuk dari proses elektroforesis
percobaan Fakultas Pertanian Unsoed,
yang telah diwarnai. Perbedaan pola pita
Laboratorium
berkaitan
Fakultas Pertanian Unsoed, Purwokerto
langsung
dengan
perbedaan
PAU
IPB
Pemuliaan Bogor.
Tanaman
bobot dan muatan listrik asam amino
dan
Waktu
yang
penyusun enzim yang diamati. Susunan
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
asam amino bermacam-macam protein
selama 6 bulan.
tersebut disandikan oleh susunan basa
Materi penelitian dan metoda
nukleotida dari DNA yang tertentu untuk
Materi penelitian ini menggunakan
setiap jenis enzim (Ghesquiere, 1984).
varietas bawang merah Bima Curut,
Kelebihan lain dari isozim adalah bersifat
Bangkok, dan Kuning Tablet serta galur
218
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2011 hasil persilangan tetua tersebut. Inokulan
diameter umbi, bobot brangkasan dan
jamur Altenaria porii yang digunakan hasil
bobot umbi serta ketahanan terhadap
pengembangan
Penyakit
penyakit bercak ungu. Pengamatan gejala
Unsoed.
penyakit
Tanaman
Laboratorium
Fakultas
Pertanian
bercakungu
dilakukan
pada
Materi untuk isozim berupa: pati kentang;
tanaman 2 minggu setelah inokulasi.
L-asam askorbat, L-sistein, Triton-X-100,
Inokulasi
PVP-40 dan Na2HPO4.2H2O (bahan buffer
berumur 18 hst sebanyak 3x106 kondia/ml.
pengekstrak
Identifikasi
(bahan
);
L-Histidin
buffer
monohidrat,
gel); Tris
monohidrat
Asam
sitrat
hidroksimetil
dilakukan
dengan
setelah
genotipe
isozim
yaitu
tanaman
bawang
merah
enzim
PER
(peroksidase), EST (esterase), MHD (malat
aminometan (bahan buffer elektroda);
dehedrogenase)
Sodium fosfat, 1-Naftil asetat, 2-Naftil
phospatase). Analisis pola pita isozim
asetat, Aseton, Fast Blue RR salt (bahan
menurut
pewarna esterase); Natrium asetat, CaCl2,
Analisis isozim dari tiap enzim pada tiap
H2O2,
genotipe bawang merah diambil dari daun
3-amino-9 etilkarbasol (bahan
pewarna peroksidase); Tris-HCl, NAD
Dunn
dedan dan
ACP Everitt
(acip (1982).
yang muda.
Malic acid, NBT atau MTT, PMS (bahan
Metode evaluasi ketahanan terhadap
pewarna malat dehidrogenase); Buffer
penyakit
Natrium asetat, Na-α-naftil asam fosfat,
dilakukan
MgCl2, Fast Garnet GBG salt (bahan
Heruprayitno (1989). Karakter ketahanan
pewarna asam fosfatase); Bromfenol biru
terhadap penyakit bercak ungu adalah :
(pewarna penanda migrasi pita) (Wendel
Intensitas serangan penyakit bercak ungu.
dan Weeden, 1989).
Pengamatan dilakukan mulai 6-18 hari
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang dicoba S1067, S2087,
S2087, S3457, S5489, S1567, S3512, S5577), dan tetua (varietas Bima Curut, Bangkok serta Kuning Tablet)) dengan 3 kali ulangan.
Tanaman bawang merah
yang dicoba diinokulasi dengan konidia Alternaria porri. Karakter yang diamati : tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah umbi,
ungu
seperti
yang
Prihatingsih
(1990)
dan
setelah inokulasi. Persentase tanaman yang terserang dihitung berdasarkan rumus :
sebanyak 15 genotipe (S1789, S2897, S3713, S4298, S6987,
bercak
P=
a a+b
x 100%
Keterangan : P = Persentase serangan a = Jumlah tanaman yang terserang b = Jumlah tanaman yang sehat Intensitas serangan dihitung berdasar rumus : I=
(n x v) ZxN
x 100% 219
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2011 Keterangan:
penyakit bercak ungu pada 15 genotipe
I = Intensitas serangan
bawang merah yang dicoba dapat dilihat
n = Jumlah tanaman dari tiap kategori serangan
pada Tabel 1. Dari Tabel 1, terlihat bahwa
v = Nilai skor tiap kategori serangan N = Jumlah diamati
tanaman
sampel
yang
tanaman
yang
paling
tinggi
genotipe S1789 dan S2897 dan terrendah yaitu S4298, sedangkan 3 varietas bawang merah berada antaranya.
Z = Nilai skor serangan tertinggi
adalah
Berdasarkan
individu
intensitas serangan penyakit bercak ungu
tanaman berdasarkan skor sebagai berikut :
maka genotipe bawang merah yang tahan
0 = tidak ada gejala serangan
adalah S6987, S5577 dan tergolong agak
1 = 0 < x < 20 % bagian tanaman yang terserang
tahan yaitu Kuning Tablet.
Kategori
serangan
tiap
2 = 20 < x < 40 % bagian tanaman yang terserang
Adapun
genotipe bawang merah yang tergolong rentan penyakit bercak ungu adalah S3512,
3 = 40 < x < 60 % bagian tanaman yang terserang
S2087, S1789, S1067, dan S1567.
4 = 60 < x < 80 % bagian tanaman yang terserang
(2004) pada pengujian bawang merah hasil
5 = 80 < x < 100 % bagian tanaman yang terserang
Karakter jumlah daun dari genotipe
Ketahanan terhadap penyakit bercak
Hal
yang sama telah diperoleh Sunarto et al. mutasi. bawang
merah
terlihat
bahwa
yang
telah
terbanyak pada genotipe S5489, S1067
ditentukan Kadu et al. (1978) (Tabel 1).
diikuti S3713, sedangkan yang paling
Data karakter agronomik dianalisis dengan
sedikit
adalah
S3512
uji F dilanjutkan dengan UJGD taraf 5
Jumlah
daun
yang
persen (Regina et al., 1987).
mendukung fotosintesis sehingga dapat
ungu
mengikuti
kriteria
yang
dan
Bangkok.
banyak
akan
berpotensi hasil yang besar. Daun yang HASIL DAN PEMBAHASAN
cukup dengan kandungan klorofil yang
Berdasarkan pengamatan karakter agronomik
dan
ketahanan
terhadap
padat
akan
meningkatkan
220
Kriteria Imun (I) Tahan (T) Agak Tahan (AT) Agak Rentan (AR) Rentan (R) Sangat Rentan (SR)
dan
akumulasi fotosintesis (Wang et al., 1999).
Tabel 1. Kriteria ketahanan terhadap penyakit bercak ungu sebagai berikut () No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
laju
Intensitas Serangan (%) 0 0 <x<5 5 < x < 10 10 < x < 25 25 < x < 50 50 < x
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2011 Tabel 2. Penampilan karakter pertumbuhan dan hasil serta serangan penyakit bercak ungu dari hasil persilangan bawang merah yang diuji dibanding dengan tetuanya Genotipe
Tinggi tanaman (cm)
S1789 S2897 S3713 S4298 S6987 S1067 S2087 S3457 S5489 S1567 S3512 S5577 Bima Curut
38,5 e 41,3 f 28,5 cd 11,0 a 32,0 d 20,5 b 27,0 c 30,5 d 18,5 b 19,0 b 26,0 c 31,7 d 28,5 cd 30,5 d 32,4 d
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Bangkok
Kuning Tablet
Intensitas serangan penyakit (%) 32,22 g 21,11 f 20,00 ef 11,11 bc 3,22 a 29,43 g 41,54 h 30,91 g 21,67 f 25,56 fg 45,56 i 4,52 a 17,90 d 19,35 de 9,48 bc
Karakter Jumlah daun 6,3 bc 6,2 bc 15,3 e 5,3 bc 6,3 bc 25,2 f 4,6 ab 8,2 cd 4,3 ab 4,3 ab 3,3 a 26,2 f 7,3 c 3,3 a 9,3 d
Jumlah umbi per rumpun
Diameter umbi (cm)
Bobot brangkasan (g)
2 ,3ab 2,3 ab 3,2 b 1,3 a 9,2 d 2,3 ab 3,3 b 1,3 a 1,3 a 8,2 d 1,3 a 1,3 a 2,3 ab 1,3 a 5,3 c
1,6 g 0,9 de 0,9 de 1,4 fg 0,9 de 1,3 f 0,4 ab 0,7 cd 0,8 d 0,3 a 0,5 bc 1,5 g 0,3 a 0,9 de 1,2 f
15,5 c 17,0 de 12,0 b 17,6 de 12,0 b 33,2 f 12,2 b 4,5 a 16,2 cd 11,9 b 16,2 cd 11,9 b 12,0 b 4,7 a 5,7 a
Bobot umbi (g) 12,8 j 8,0 g 3,2 b 5,7 f 7,0 g 9,5 h 4,6 de 4,0 cd 3,3 b 1,4 a 8,1 g 10,3 i 4,8 e 4,6 de 8,8 gh
Angka dalam kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda pada taraf UJGD 5 % Jumlah umbi yang terbanyak dihasilkan
Dari hal ini terlihat bahwa genotipe
oleh genotipe bawang merah S6987, S1567
bawang merah yang tahan penyakit bercak
diikuti Kuning Tablet. Genotipe bawang
ungu dan hasil umbi tinggi adalah S5577.
merah yang menghasilkan jumlah umbi
Genotipe bawang merah tahan agak rentan
sedikit adalah S3457, S5489,
bercak ungu dan hasilnya tinggi adalah
S3512,
S5577 dan Bangkok (Tabel 2). Berdasarkan diameter umbi, genotipe bawang merah yang umbinya besar adalah
S1789 dan S1067. Jadi genotipe bawang merah tersebut perlu dicoba lebih lanjut pada tingkat lapang.
S2897, S5577, dan S4298 sedangkan yang
Berdasarkan Gambar 1 dan gambar 2
terkecil adalah S1567, Bima Curut, S2087,
terlihat adanya perbedaan antara genotipe
S3512.
bawang merah yang dicoba.
Bobot brangkasan yang terberat
Nampak 3
adalah genotipe bawang merah S1067,
varietas yang dicoba berada satu kelompok
diikuti S4298, S2897, S3512 dan S5489.
berjarak genetik dengan jarak keragaman
Karakter yang penting adalah bobot umbi,
di bawah 10, ini menunjukkan adanya
dari Tabel 2, genotipe bawang merah yang
keragaman yang sempit. Bila dilihat pada
menghasilkan bobot umbi terberat adalah
jarak genetik 20 ada 3 kelompok bawang
S1789, menyusul genotipe S5577, S1067,
merah berdasarkan pola dendogram enzim
dan Kuning Tablet.
peroksidase.
Kelompok
pertama
mempunyai 10 genotipe bawang merah
221
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2011 yang sekelompok dengan 3 varietas yang
Nampaknya bawang merah dapat
dicoba (S5577, Bima Curut, Kuning
dibedakan
Tablet, Bangkok, S2087, S1567, S4298,
dibandingkan dengan EST dan ACP.
S1067, S2897, S6987) dan kelompok
Identifikasi berdasarkan isoenzim pada
kedua mempunyai 4 genotipe (S1789,
bawang
S3713,
yang
termasuk dengan isozim PER yang dapat
kelompok ketiga hanya mempunyai 1
diperoleh keragaman (Arifin et al, 1999;
genotipe (S5489).
Sunarto et al, 2004).
S3457,
S3512)
serta
dengan
merah
telah
isozim
PER
dilakukan
dan
Penggunaan PER
Berdasarkan pola dendogram enzim
tidak dapat membedakan pada pola isozim
EST dan ACP bawang merah yang dicoba
nanas (De Wald et al, 1988; Mustikartini,
ada 2 kelompok dengan jarak genetik 0,20,
2002).
tetapi dengan MHD semua genotipe sama
telah dilakukan oleh Sujalmo (2005), dari
(data tidak ditampilkan). Tanaman kenaf
hasil penelitian didapatkan keragaman
dapat
diantara
dibedakan
berdasarkan
pola
isoenzim katalase (CAT), tetapi pola yang
Penelitian mengenai isozim juga
galur
padi
gogo
toleran
kekeringan.
berbeda dengan isozim EST (Febria at al, 2002).
Genotipe
(jarak genetik %) 0 5 10 15 20 25 +---------+---------+---------+---------+---------+
S5577 Bima Curut Kuning Tablet Bangkok S2087 S1567 S4298 S1067 S2897 S6987 S1789 S3713 S3457 S3512 S5489
Gambar 1. Dendogram kemiripan genetik 15 genotipe bawang merah berdasarkan PER
222
enzim
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2011 (jarak genetik %) 0 5 10 15 20 25 +---------+---------+---------+---------+---------+
Genotipe
S5577 Bima Curut Bangkok S6987 S4298 S1067 S2087 Kuning Tablet S2897 S1567 S3713 S3457 S1789 S3512 S5489
Gambar 2. Dendogram kemiripan genetik 15 genotipe bawang merah berdasarkan gabungan enzim (ACP, EST dan PER). Hasil dendogram gabungan dari ketiga
enzim
yang digunakan
dapat
pembeda antar genotipe bawang merah yang tersebut
digunakan.
Genotipe-genotipe
dikelompokkan
menjadi
4
dan Kuning Tablet adalah S3713, S3457, S1789, S3512, dan S5489. Berdasarkan
pola
dendogram
yang
dihasilkan dari isoenzim (Gambar 1 dan 2) ternyata
berbeda
dengan
pengamatan
kelompok pada koefisien genetik 0,20.
agronomik (Tabel 1) pada bawang merah.
Kelompok pertama terdiri dari 4 genotipe
Jadi penentuan perbedaan agronomik dan
bawang merah (S5577, Bima Curut,
isozim dari 15 genotipe bawang merah
Bangkok dan S6987) dan kelompok kedua
mengahasil pola tertentu dari tiap-tiap
ada 6 genotipe (S4298, S1067, S2087,
pengamatan.
Kuning Tablet, S2897, S1567). Kelompok ketiga terdiri dari 4 genotipe ( (S3713, S3457, S1789, S3512) dan kelompok keempat mempunyai 1 genotipe (S5489). Berdasarkan 3 enzim tersebut, genotipe bawang merah yang tidak sekelompok dengan varietas Bima Curut, Bangkok,
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada perbedaan 15 genotipe bawang merah
berdasarkan
pengamatan
223
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2011 agronomik
dan
pola
dendogram
isozim. 2. Terdapat 4 kelompok genotipe dari 15 genotipe bawang merah yang dicoba berdasarkan 3 enzim (PER, EST dan ACP).
Kelompok
yang
berbeda
dengan 3 varietas bawang merah (Bima Curut, Bangkok dan Kuning Tablet) adalah : S3713, S3457, S1789, S3512, dan S5489. 3. Isoenzim dengan enzim PER dapat membedakan genotipe bawang merah yang diuji. 4. Genotipe yang tahan bercak ungu dan hasil tinggi dari 15 genotipe bawang merah yang dicoba adalah S5577. 5. Pengelompokan pengamatan
berdasarkan agronomik
berbeda
dengan hasil pengelompokan isozim. Saran Penggunaan isozim pada bawang merah dapat digunakan dengan enzim PER dan perlu adanya pengujian lebih lanjut genotipe S5577.
Tanksley SD, Orton TJ. editor. Isoenzymes in plant genetic and breeding. Part A. Elsevier. Amsterdam. P.381-399. Arifin, N.S. and H. Okubo. 1996. Geographical distribution of allozyme pattern in shallot (Allium cepa var. ascolonicum Bakker) and wakegi onion (A.x wakegi Araki). Euphytica 91:305-313. Dunn, G. and B.S. Everitt. 1986. An introduction to mathematical taxonomy. Canbirdge Univ. Press. Canbridge. Duriat A.S., A.H. Permadi, D. Djuariah, E.Purwati, S Sehat, U. Sumpena, Y. Kusdriyani, Suwandi, A.K. Karjadi, N. Sumarni, N. Gunadi, Y. Hilman, E. Sumiati, R. Rosliani, W. Setiawati. L. Prabaningrum, T.K. Moekasan, N. Gunaeni, B.K. Udiarto, N. Hartuti, dan D. Histifariani. 1999. Teknologi unggulam Balitsa, sebuah penawaran bagi agribisnis sayuran. Balitsa, Lembang. Farid, N., Darjanto, dan Suwarto. 2004. Studi Morfologi dan Fisiologgi Padi Gogo Toleran Kekeringan serta Uji Daya Hasil untuk Pembentukan Varietas Toleran Kekeringan yang Berdaya Hasil Tinggi. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian. Unsoed. Purwokerto.
Unsoed
yang
telah
kepercayaan
dan
dana
Farid, N., dan Darini S.U. 2007. Studi genetik dan ketahanan terhadap penyakit virus tanaman cabai merah untuk perakitan varietas yang tahan virus serta daya hasil tinggi. Laporan Penelitian Riset Grand TPSDP Bacth III Unsoed. Fakultas Pertanian. Unsoed. Purwokerto.
Adam WT. 1983. Application of isozymes in tree breeding. In
Febria CI, Lita S, Sudjindro, Arifin NS. 2002. Keragaman genetik plasma nutfah kenaf (hibisus cannabinus l.) dan beberapa species yang sekerabat berdasarkan analisis isozim. Biosain, vol. 2(1): 29-39.
UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti
menyampaikan
terima
kasih kepada Proyek TPSDP ADB Batch III
tahun
2007
memberikan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
224
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2011 Ghesquiere M. 1984. Enzymes polymorphism in oil palm (Elaieis quineenis Jacq) I. Genetic control of nine enzyme systems. Oleagineux. 39: 361-574. Heruprayitno. 1999. Hama dan penyakit bawang di kabupaten Bantul, Upaya pengendalian dan permasalahannya. Lokakarya Pengembangan budidaya bawang putih Daerah Tingkat II Bantul. Daerah Istimewa Yogyakarta 7 – 8 Maret 1989 di Unwama, Yogjakarta. Kadu, I.K., H.F. B.B. More, and P.G. Utikar. 1978. Field Reaction of Chilli Germplasm to Anthraknose. Indian Phytopathology. Vol. 31. P : 378-9. Prihatiningsih, N. 1990. Epidemi penyakit trotol pada tanaman bawang. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana, UGM. Jogjakarta. Regina CL, SD Schlotzhauer, JC Parker. 1976. SAS/STAT Guide for personal computer. SAS Institute Inc., Cary. NC. Roose ML. 1988. Isoenzymes and DNA restriction fragmen length polimorphisms in citrus breeding and systematics. Proceedings of the International Society of Citiculture. 1: 155-165. Mustikartini ED. 2005. Analisis pola hubungan antara morfologi, isozim dengan fitohormon pada berbagai bahan perbanyakan vegetatif nenas
subang. Tesis. Pascasarjana. IPB. Bogor.
Sekolah
Sujalmo, A.P. 2005. Keragaman Genetik Beberapa Galur Padi Gogo Toleran Kekeringan Melalui Studi Pola Pita Isozim. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Sunarto, Totok, A.D.H., Lukas, S., Suwarto, dan N. Farid., 2004. Peningkatan mutu bibit bawang merah (Allium cepa L.) Brebes tahap II. Laporan Penelitian, Kerjasama Bappeda Brebes-LP Unsoed. Purwokerto. Wang, G., M. S. Kang, O. Moreno. 1999. Genetic analysis of grain-filling rate and duration in maize rice-growing. Field Crops Research. 61 : 211-222. Weeden NF, Wendel JF. 1989. Genetic and Plant Isozymes In Isozymes in plant biology. Eds. DE Soltis, PS Soltis. Diocorides Press. Portland, Oregon. pp. 46 – 72. Yee E, Kidwell KK, Silis GR, Lumpkin TA. 1999. Diversity among selected Vigna angularis (Azuki) Accessions on the basis of RAPD and AFLP marker. Crop Sci. 39: 268-275. Yuniastuti, E., R. Megia, S. Haran, dan A. Hartana. 1997. Keanekaragaman pola pita isoenzim beberapa kultivar pisang (Musa spp.) Indonesia. P : 458 - 464. In : A.A. Daradjat et. al. (Eds). Pemuliaan meningkatkan daya saing komiditas pertanian Indonesia. Peripi. Bandung.
225