Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
Etalase Susunan REDAKSI
Mediakom Penanggung Jawab drg. Tritarayati,SH Redaktur Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS Drs. Sumardi Editor/Penyunting Dra. Hikmandari A., M.Ed drg. Anitasari SM. Prawito, SKM, MM Busroni S.IP Mety Setyowati, SKM Aji Muhawarman, ST Desain Grafis dan Fotografer Resty Kiantini, SKM, M.Kes Dewi Indah Sari, SE, MM Sri Wahyuni, S.Sos, MM Giri Inayah, S.Sos. R. Yanti Ruchiati Wayang Mas Jendra, S.Sn Sekretariat Agus Tarsono Waspodo Purwanto Hambali Yan Zefrial Alamat Redaksi Pusat Komunikasi Publik Gedung Kementerian Kesehatan RI Blok A, Ruang 107 Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta 12950 Telepon 021-5201590; 021-52907416-9 Fax 021- 5223002; 021-52960661 Email
[email protected] [email protected] Call Center 021-500567, 021-30413700 Redaksi menerima naskah dari pembaca: dapat dikirim ke alamat email redaksi
drg. Tritarayati, SH
Untuk Apa Merokok?
L
ebih banyak rugi, dari manfaatnya. Lima belas jenis penyakit akan menggerogoti tubuh, akibat merokok. Mulai dari rambut rontok, gangren (matinya jaringan tubuh) sampai amputasi kaki, bila dibiarkan dan tak mendapat perawatan yang tuntas. Belum lagi penyakit stroke, penyebab kematian terbesar di dunia. Pemakaian tembakau salah satu faktor risiko terbesar untuk penyakit ini. Rokok menyebabkan jantung berdebar, hipertensi, penyumbatan arteri yang dapat menyebabkan serangan jantung. Rokok juga merusak kulit, berubah menjadi keriput, bahkan menyebabkan kanker kulit. Memutihkan lensa mata, yang dapat menyebabkan katarak dan kebutaan. Merusak kantong udara pada paruparu, menurunkan kapasitas paru-paru untuk menghisap oksigen dan melepaskan CO². Merokok beresiko kanker servik dan uterus. Menganggu kesuburan pada wanita, komplikasi selama masa kehamilan dan saat kelahiran bayi. Meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah. Kegagalan kehamilan/abortus terjadi 2-3 lebih besar bagi wanita perokok. Bila berhenti merokok, manfaat segera terasa. Enam jam setelah berhenti merokok, denyut nadi dan tekanan darah kembali normal. Dua belas jam berikutnya, karbon monoksida ( CO) meninggalkan sistem peredaran darah dan pernapasan. Setelah satu hari, tekanan darah lebih rendah dan kegiatan jantung lebih kuat. Satu tahun, risiko serangan jantung menurun sampai setengah, dibanding dengan perokok aktif. Jika berheti merokok setalah 5-15 tahun, risiko stroke menurun sampai tingkat bukan perokok. Mediakom edisi 24, mengetengahkan dampak buruk merokok pada perokok, pesan iklan rokok yang menyesatkan dan keuntungan berhenti merokok. Juga menyajikan peringatan Hari Tanpa Tembakau sedunia (HTTS) di Kota Padang Panjang Sumbar. Tak ketinggalan mengangkat berbagai topik penyakit dan pencegahannya. Semoga dapat menjadi referensi dan antisipasi agar tidak terinfeksi. Selamat membaca….!n Redaksi No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
Daftar Isi 7
10 19 17 23
Cover: Pembacaan dukungan anak Indonesia untuk bebas tembakau Foto: Ratna Datu
3
Etalase
4
Daftar Isi
6
Surat Pembaca
7
Info Sehat
Lingkar Pinggang Indikator Kesehatan Kuku Bersih dan Sehat Senam Otak Keuntungan Berhenti Merokok dimulai dari 20 Menit Pertama Konsumsi Besar Merah, Kurangi Risiko Penyakit Jantung
10 Ragam
Ngantuk, Tapi tak dapat tidur Politeknik Kesehatan Ternate Terus Dikembangkan
16 Kolom
Solusi Penerbitan Media Pemerintah
17 Media Utama
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
Rakerkesnas: Tingkatkan Sinergi dan Koordinasi Untuk Capai Target MDGs Forum Komunikasi Bidang Kesehatan Rekomendasi dan Rencana Tindak Lanjut Sekilas Tentang MDGs Padang Panjang Tuan Rumah Peringatan Htts 2010 Apa Kata Mereka Tentang Larangan Iklan Rokok
Daftar Isi 33
39 49 28 57
46 54
27 Peristiwa
49 Nasional
Clinical Governance, Pendekatan Baru Tingkatkan Pelayanan Kesehatan di RS Kemenkes Buka Pelayanan Terpadu Rsup Hasan Sadikin Miliki Gedung Pelayanan Terpadu dan Askes Center Sidang World Health Assembly Ke-63
37 Stop Press
Hari Malaria Sedunia 2010 Berantas Malaria Aceh Canangkan Bebas Malaria 2015 Pengobatan Hemofilia diupayakan melalui Jamkesmas
44 Potret
Dr. Ahmad Azis Wasis Budiharto
Penyakit Menular Bersumber Binatang di Maluku Utara Untuk Menjaga Mutu Pelayanan Peralatan Kesehatan Perlu Kalibrasi
54 Daerah
Pasang Surut Pembangunan Kesehatan Provinsi Maluku Utara
56 Siapa Dia
Christian Sugiono Cathy Sharon Nicholas Saputra Ratih Sanggarwati
58 Lentera
Panggung Sandiwara Membangun Interaksi Sosial No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
Surat Pembaca
Peserta Askes
Selama ini jaminan kesehatan untuk anak kami sebenarnya sudah dicover ASKES, tetapi jaminan gol. II b hanya sebagian, karena obat-obatan, bone cement, & jaringan tulang dll yang harganya relatif mahal tidak masuk dalam ASKES. Sedangkan anak kami Andika (8 tahun) menurut dokter yang menanganinya harus mendapatkan perawatan (operasi) dan penanaman tulang berulang kali secara berkala selama usia pertumbuhan. Anak kami sudah operasi yang ke 5 di RSUP Dr. Soetomo Karang Menjangan Surabaya untuk pengambilan Bone Cement dan Pencangkokan Tulang sementara. Seperti yang pernah disampaikan Staf Ahli Pembiayaan Kesehatan Depkes RI pada acara Barometer di Stasiun TV swasta pada tanggal 10 Februari 2010 bahwa orang mampu tapi tidak mampu untuk membiayai Pengobatan secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama dijamin Pemerintah seperti kasus yang terjadi pada anak Bilqis ( Menderita kelainan hati). Apakah hal itu benar? apakah PNS gol II seperti kami bisa mendapatkannya? Dan kalau bisa bagaimana cara mendapatkan jaminan tersebut? Akhmad Syaifudin Jawab: Saudara Akhmad Syaifudin, semoga anak Anda segera mendapat kesembuhan. Kami sampaikan mulai 1 Juli 2010, PNS tidak lagi cost sharing (ditanggung sebagian) untuk pembiayaan perawatan dan pengobatan, semua akan ditanggung oleh Askes. Untuk informasi lebih lanjut, Saudara dapat menghubungi PT Askes setempat. Redaksi
Jawab: Penggunaan Jamkesmas, hanya untuk masyarakat miskin yang mendapat persetujuan Bupati / Wali Kota yang terdaftar dalam peserta Jamkesmas Kabupaten/ Kota. Kami sarankan Saudara dapat mencoba menghubungi Pemda untuk mendapat Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah ). Redaksi
Informasi Thalasemia
Saya telah melakukan pemeriksaan laboratorium dan dinyatakan Beta Thalashemia demikian juga adik. Riwayat pemeriksaan : melakukan pemeriksaan ke RS Dr. Soetomo akibat kelelahan yang sangat rujukan dari RSUD Bangil Pasuruan Pengobatan : tidak ada, hanya berinisiatif minum suplemen Folat dan Fe organik dan adik : Nama : Arum Rahardhini Umur : 15 Thn Tahun pemeriksaan Lab (pengekan diagnosa) : 2006 Riwayat pemeriksaan & Penyakit : penegakan diagnosa di RSSA Malang, seminggu yg lalu Tranfusi Hb: 6,5 Pengobatan / terapi : Mohon Info yang selengkapnya tentang Thalasemia, dan harus kemana bila saya berada di Jawa Timur ? apa ada rumah sakit rujukan ? atau lembaga sosial yang menyediakan info selengkapnya di sekitar Provinsi. Jawa Timur. Mohon bantuannya, terima kasih. aryatama rahardhiman” <
[email protected]>
Menggunakan Jamkesmas
Assalamualaikum wr. wb. Anak kami 3 tahun tidak dapat mendengar,saran dokter pakai alat bantu dengar. kami mohon kepada Kemenkes supaya kami bisa membeli alat bantu dengar tersebut melalui Jamkesmas agar anak kami dapat mendengar dan berbicara. Mudahmudahan harapan kami dikabulkan. Terima kasih. Afniati, Kabupaten Aceh Tamiang 24472 hp 085277892330.
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
Jawab: Untuk informasi Thalasemia, Mediakom edisi 24, juga mengetengahkan thalasemia. Silahkan membaca. Sedangkan untuk mendapat informasi tentang Thalasemia dapat menghubungi Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalassaemia Indonesia (POPTI) Cabang Surabaya, Bp. Purnomo Sekretariat FK Unair RSU Dr. Soetomo Jl. Prof. Dr. Moestopo 6-8 Surabaya. Redaksi.
Info Sehat
Lingkar Pinggang Indikator Kesehatan
Kuku Bersih dan Sehat
dari 89 cm (35 inci). Semakin tinggi kadar kolesterol jahat, maka semakin panjang ikat pinggang orang tersebut. Sebuat riset yang dilakukan di Universitas Birmingham, Inggris menunjukkan bahwa sel lemak di sekitar pinggang bukanlah bongkahan lemak yang pasif melainkan sel-sel aktif berlebih yang dapat mengacaukan stabilitas insulin dan meningkatkan tekanan darah dan kolesterol dalam darah. Penyakit seperti jantung dan diabetes kini tak lagi menghantui mereka yang nampak berisi dari luar, namun juga orang-orang yang kelihatan langsing. Maka jangan pernah lengah.n www.info-sehat.com
istimewa
istimewa
B
anyaknya lemak di pinggang adalah salah satu peringatan untuk mengubah lifestyle menjadi lebih sehat lagi. Menurut sebuah kampanye antiobesitas di Inggris, mengukur lingkar pinggang dengan meteran adalah tolok ukur kesehatan yang lebih akurat daripada menimbang berat badan. Dengan mengukur lingkar pinggang, resiko terkena diabetes tipe 2 dan penyakit jantung dapat diprediksi lebih akurat. Mereka yang mempunyai resiko paling tinggi untuk terkena penyakit yang bersangkutan dengan obesitas adalah pria yang mempunyai lingkar pinggang lebih dari 101 cm (40 inci) dan wanita dengan lingkar pinggang lebih
K
uku kaki ternyata bisa menjadi barometer kesehatan. Bahkan terkadang tanda-tanda penyakit sistemik bisa diketahui dari kondisi kuku kaki. Sebagai contoh, kuku kaki yang bergelombang dan menebal bisa jadi merupakan manifestasi dari penyakit psoriasis. Kuku kaki yang cekung tidak cembung seperti normal dapat menunjukkan kekurangan zat besi atau anemia. Walaupun tidak terlalu mengganggu, ternyata kuku yang sakit tidak boleh dianggap remeh. Apalagi jika menderita diabetes atau gangguan sirkulasi darah. Bahkan kuku yang masuk ke dalam daging biasa kita sebut cantengan juga tidak bisa dianggap enteng. Terutama jika penderita diabetes atau gangguan sirkulasi darah, jangan iseng mencoba mengobati sendiri ini. Apalagi jika daerah ini sudah terinfeksi. Segera pergi ke dokter spesialis kulit atau spesialis kaki, yang dapat mendiagnosa kemudian merawat dengan tindakan dan obat yang tepat. Ada satu lagi penyakit kuku yang biasanya tidak terlalu mendapat perhatian kita, tetapi sesungguhnya mencakup 50% kasus kelainan kuku. Infeksi jamur pada kuku atau onychomycosis, biasanya dapat diderita kuku
kaki tanpa menimbulkan rasa sakit. Tetapi penyakit ini dapat mengubah kualitas dan warna kuku kaki, sehingga menjadi buruk kondisinya. Sesungguhnya kondisi ini adalah infeksi di bawah permukaan kuku yang disebabkan oleh jamur. Ketika No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
Info Sehat organisme-organisme bersarang di sana, biasanya kuku akan menjadi gelap warnanya dengan disertai bau yang tidak sedap. Jika tidak ditindak, infeksi bisa menyebar ke kuku kaki lain, kulit bahkan ke kuku jari tangan. Jika tetap tidak dirawat, infeksi ini dapat menyebar dan mengganggu kemampuan seseorang untuk berjalan. Mungkin tidak perlu terlalu kuatir dengan penyakit-penyakit di atas. Bila rajin pedicure di salon 1 minggu sekali. Tetapi belum menjamin, karena pada peralatan pedicure salon yang kemungkinan besar tidak streril atau dibersihkan dengan baik, justru bisa banyak bakteri atau bahkan virus yang tersembunyi. Proses pedicure, yang biasanya termasuk membersihkan kulit kering di sekitar kuku, tak jarang jika dilakukan pegawai salon yang belum berpengalaman dapat menyebabkan luka kecil. Luka sekecil apapun akan menyebabkan darah seseorang menempel pada peralatan yang digunakan, dan bisa dibayangkan bila berapa orang yang berdarah akibat menggunakan peralatan yang sama dan jika salah satu orang yang di pedicure menderita penyakit, misalnya hepatitis C. Jika memang tidak bisa hidup tanpa pedicure, dapat diantisipasi dengan membeli peralatan pedicure pribadi yang lengkap dan selalu membawanya ke salon langganan. Sebab di Indonesia belum ada peraturan yang mengharuskan salon untuk membersihkan peralatannya. Paling tidak jika memakai peralatan sendiri, bisa memastikan peralatan itu selalu bersih. n www.info-sehat.com
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
Senam Otak
T
ahukah anda bahwa otak kita terdiri dari 10 milyar sel syaraf (neutron). Seringkali otak kita kehilangan konsentrasi, apalagi saat kita dalam keadaan lelah, tertekan, atau stess. Oleh karena itu kita butuh senam otak untuk menyegarkan otak. Tujuannya adalah untuk menjadikan sisi kiri dan sisi kanan otak bekerja dengan selaras. Berikut ini tata caranya : Minum Air Putih Meminum air putih merupakan dasar perawatan otak dan system syaraf. Berguna untuk membuat rileks pikiran dan badan, sehingga otak kita lebih siap untuk menerima informasi.
Membuat Angka 8 Cobalah untuk membuat angka delapan diudara didepan anda, mulai dari sisi kiri, bergerak ke bawah, bergerak ke tengah, naik keatas, kemudian bergerak untuk menyelesaikan bagian atas, cobalah selama lima menit, terutama sebelum membaca pelajaran atau hafalan. Hal ini dapat mengurangi rasa kantuk dan dapat menghafal lebih jelas. Gunanya untuk meningkatkan kemampuan membaca dan pemahaman yang menggabungkan otak kiri dengan otak kanan. Menekan Kening Caranya tekan kening perlahan-lahan, tekan dengan menggunakan dua jari pada kening sebelah kiri dan kanan kira-kita tepat di tengah-tengah garis antara garis rambut dan alis, tahan selama tiga sampai sepuluh menit. Gunanya untuk melepaskan ketegangan dan meningkatkan aliran darah ke otak. Menguap Dengan menguap sembari memijat rahang, akan membuat pandangan anda menjadi lebih rileks dan mampu menjaga konsentrasi ketika anda banyak mengalami tekanan mental. Menggambar Coretan Gambarlah coretan apa saja pada kertas dengan menggunakan kedua tangan secara bersamaan. Hal ini baik untuk meningkatkan kemampuan koordinasi dengan menyelaraskan kedua sisi otak. Ini juga akan membantu untuk mengikuti arahan secara lebih efektif dan memperbaiki teknik pengucapan serta kemampuan matematis.
Info Sehat Menggosok Pusar dan Dada Letakkanlah satu tangan anda pada pusar, sementara tangan lain di tulang dada (tepat di bawah tulang leher) gosoklah kedua bagian tersebut dengan lembut selama kurang lebih sepuluh detik. Berguna untuk
Keuntungan Berhenti Merokok dimulai dari 20 Menit Pertama Perubahan tubuh setelah berhenti merokok : • Dalam 20 menit Tekanan darah dan denyut jantung membaik • Dalam 12 jam Tingkat karbon monoksida di dalam darah kembali ke normal • Dalam 48 jam Sistem aliran darah membaik dan fungsi jantung dapat meningkat • Dalam 2-12 minggu Nikotin tidak terdeteksi lagi dari dalam tubuh, indera pengecap dan penciuman membaik • Dalam 1-9 bulan Nafas pendek (sesak) dan batukbatuk berkurang • Dalam 1 tahun Risiko untuk terjadinya jantung koroner berkurang setengahnya dibandingkan dengan perokok • Dalam 10 tahun Risiko kanker paru setengahnya dibandingkan perokok • Dalam 15 tahun Risiko serangan jantung dan stroke turun ke tingkat yang sama dengan yang bukan perokok Manfaat lainnya yaitu : • Menghemat Uang Anda tidak lagi harus menyisihkan uang untuk membeli rokok, misalnya dalam 1 hari uang membeli rokok sebanyak Rp.10.000, maka : - 1 minggu menjadi Rp.70.000 - 1 bulan menjadi Rp.300.000 - 1 tahun menjadi Rp.3.600.000 - 5 tahun menjadi Rp.18.000.000 - 20 tahun menjadi Rp.72.000.000 n sumber: leaflet RSUP Persahabatan
mengurangi kebingungan, merangsang energi, serta membantu berfikir dengan lebih jernih. Dengan beberapa latihan tadi, sikap easy going akan membantu dalam upaya meminimalisir gangguangangguan pada otak kita, karena konsentrasi merupakan kebiasaan yang dapat dilatih dan bukan bakat ataupun bawaan. Semoga bermanfaat. n www.voa-islam.com
Konsumsi Beras Merah, Kurangi Risiko Penyakit Jantung
K
ebiasaan mengkonsumsi beras putih mengakibatkan minimnya ketertarikan kita pada jenis beras lain. Padahal, secara genetis beras terbagi menjadi beberapa jenis, seperti beras putih, beras merah, beras hitam dan beras ketan. Padahal, setiap jenis beras mengandung manfaat yang tak terduga. Hasil riset yang dipresentasikan pada Experimental Biology Annual Conference di Anaheim, California, AS mengungkapkan beras merah dan setengah-giling bisa mengurangi risiko penyakit jantung dan tekanan darah tinggi. Peneliti juga melaporkan beras merah ternyata jauh lebih baik ketimbang beras putih saat melindungi tubuh dari tekanan darah tinggi dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah). “Penelitian kami menunjukkan adanya potensi dari beras yang mungkin menjadi titik awal yang baik untuk mencari obat preventif untuk penyakit kardiovaskuler,” kata peneliti Satoru Eguci, profesor fisiologi di Temple University School of Medicine di Philadelphia, AS. Sebelumnya, Eguci dan kolega mengatakan penelitian mereka mencatat kandungan beras merah mampu melawan protein yang dikenal sebagai angiotensin II yang memberikan kontribusi untuk tekanan darah tinggi dan penyumbatan arteri. Kandungan tersebut berada pada lapisan beras terkelupas ketika beras merah diubah menjadi beras putih. Namun, lapisan itu bisa dipertahankan bila digiling menggunakan alat tradisional seperti yang dilakukan masyarakat Jepang. n gi-sumber www.republika.co.id No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
Ragam Insomnia transien.
Ngantuk, tapi Tak Dapat Tidur
Tipe insomnia ini sangat mungkin dialami oleh setiap orang. Insomnia ini dapat mengusik sesorang ketika ada faktor pemicu “stresor akut”, sehingga ada perubahan dalam sirkadian (siklus 24 jam), jet lag dan jadwal kerja dapat menjadi pencetus. Insomnia transien, muncul dalam bentuk kesulitan tidur yang berlangsung kurang dari seminggu. Keluhan ini akan mulai mengganggu ketika seseorang mengalami masalah. Sifatnya temporer dan akan kembali normal, ketika akar masalah teratasi.
Insomnia jangka pendek Insomnia jangka pendek biasanya berlangsung satu sampai empat minggu. Gangguan tidur ini umumnya terjadi karena datangnya stressor berat yang berkelanjutan. Penyakit akut dan obat-obatan juga dapat menjadi penyebab.
istimewa
Insomnia kronis
S
ebagian orang begitu mudah tidur. Duduk di kursi sebentar, sambil bersandar langsung tidur. Mendengar ceramah di masjid langsung pulas. Termasuk ketika duduk di kendaraan umum atau mobil pribadi. Apalagi sengaja rebahan di tempat tidur, tak perlu menunggu waktu hitungan puluhan menit, langsung pulas. Ada yang memberi julukan “pelor”, begitu nempel molor. Tapi, ada sebagian orang yang susah tidur. Sudah berusaha untuk tidur, tapi tak kunjung tidur juga. Padahal persiapan sudah maksimal. Mulai dari lampu kamar diredupkan, 10
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
tubuh direbahkan, berusaha rileks, serileks-rileksnya, kemudian mata dipejamkan, berharap segera tidur pulas dan bangun dalam keadaan segar. Secara fisik badan telentang, mata terpejam, tapi pikiran tetap melayang-layang, mengenang berbagai peristiwa kehidupan, hingga larut malam belum tertidur juga. Jika demikian terus berulang mereka akan menderita insomnia. Ada tiga jenis insomnia yang sering dialami oleh penderita, seperti diungkapkan oleh Dr. Nurmiati Amir SpKJ (K) dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Berikut ciri dan cara penanganannya.
Orang yang terkena insomnia kronis, akan terganggu bermingguminggu susah tidur. Bahkan ada yang keluhannya menetap sampai hitungan tahun. Bagi penderita insomnia kronis, mulai tidur merupakan tantangan besar. Mereka butuh berjam-jam di peraduan untuk dapat tidur pulas. Kalaupun akhirnya tertidur, sering terbangun dan susah tidur lagi. Bangun tidur dengan rasa penat yang masih tersisa, juga merupakan tanda insomnia. Mereka juga akan sering mengeluhkan kondisinya, mudah marah, uring-uringan dan tidak dapat berkonsentrasi dengan baik dalam pekerjaan. Banyak penyebab yang membuat orang terus menderita insomnia
Ragam kronis yakni adanya depresi, penyakit tertentu, bipolar dan penyalahgunaan zat tertentu juga berperan dalam kasus ini. Munculnya insomnia kronis bukan karena faktor tunggal, dapat juga merupakan akibat perubahan struktur kimia otak dan hormon otak, serta gangguan psikisatris sebagai pelengkapnya.
Tatalaksana Insomnia Tatalaksana insomnia harus dirancang secara individual. Sebab, setiap orang memiliki karakteristik yang unik. Lamanya waktu tidur setiap orang juga berbeda. Ada yang cukup empat sampai enam jam, tapi ada juga yang harus delapan jam, baru merasa segar
setelah bangun tidurnya. Khusus untuk insomnia transien, dapat diatasi dengan menerapkan higiene tidur menjadi kebiasaan, yakni bangun pagi teratur, tidur begitu ngantuk dan tidur di siang hari. Selain itu, hindari coklat, merokok dan alkohol. Selain higiene tidur, juga harus mampu mengelola stres. Upayakan agar tidak merasa tertekan dengan persolan hidup, walau banyak persoalan. Caranya, serahkan persoalan itu kepada yang Maha Kuasa, setelah berikhtiar dan berdo’a. Jangan banyak dipikirkan. Jangan pula membiasakan membawa pekerjaan ke tempat tidur. Higiene tidur dapat dilatih dengan mengawali tidur dengan
berwudhu dan melakukan relaksasi. Berdoa dan berzikir akan membantu suasana batin lebih tenang. Kemudian redupkan lampu kamar untuk memudahkan terlelap. Mengapa redup lebih baik ?. dr.Nurmiati mengatakan, mendekati pukul sembilan malam, melatonin mulai diproduksi tubuh. Gelap akan memicu pengeluarannya. Seiring dengan itu, suhu tubuh menurun. Matapun tertidur lelap. Untuk insomnia kronis, penderita harus melakukan konsultasi dan berobat kepada dokter. Jangan menggunakan obat-obatan yang tidak atas resep dokter, karena bukan kesembuhan yang akan didapat, tapi justru bisa berdampak negatif lainnya. nPra
Politeknik Kesehatan Ternate Terus Dikembangkan
I
ndonesia sebagai negara dengan ribuan pulau, memiliki tantangan tersendiri dalam pengelolaan kesehatan penduduknya. Antara lain bagaimana mengatasi penyakit yang khas pada warga kepulauan. Ketersediaan tenaga-tenaga terampil di bidang kesehatan yang sesuai merupakan solusi penting, sehingga pengembangan jenis pendidikan pada politeknik kesehatan (Poltekkes) di berbagai daerah merupakan langkah yang strategis. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan bagian integral dalam pembangunan kesehatan untuk mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri. Keberhasilan pembangunan kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama SDM kesehatan yang bermutu dan mampu berperan sebagai pemikir, perencana, pelaksana, penggerak, dan pengawas
pembangunan kesehatan. Di era keterbukaan ini, lalu lintas penduduk dan arus informasi sedemikian derasnya, masyarakat semakin kritis terhadap segala aspek, termasuk terhadap pelayanan kesehatan. Kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan semakin meningkat, sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan kemampuan ekonomi masyarakat yang semakin tinggi. Perubahan dan perkembangan ini tentu saja sangat mempengaruhi orientasi pelayanan kesehatan. Jika semula pelayanan bersifat kuratif dan rehabilitatif bagi perorangan, di masa sekarang dan yang akan datang sudah dituntut menjadi pelayanan yang lebih bersifat promotif dan preventif bagi seluruh penduduk. TENAGA YANG SESUAI Implikasi dari perubahan orientasi pelayanan No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
11
Ragam kesehatan adalah perubahan pendekatan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Di samping itu juga diperlukan penyesuaian karakteristik maupun mutu SDM kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan tersebut. Dalam upaya menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi, maka jumlah dan mutu SDM
kesehatan perlu ditingkatkan melalui pengembangan jenis pendidikan. Ini menjadi tantangan pemerintah, khususnya pemerintah daerah yang lebih memahami jenis tenaga kesehatan apa yang diperlukan di daerah masing-masing. Tujuan pendidikan tenaga kesehatan untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang terampil dan
Politeknik Kesehatan Ternate
Sejarah Politeknik Kesehatan Ternate
P
oliteknik Kesehatan (Poltekkes) Ternate , merupakan salah satu Sekolah Kesehatan yang bernaung dibawah Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
12
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
(BPPSDMK) bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan akademik atau profesional yang lebih berorientasi pada kebutuhan lapangan kerja (Link and match). Politeknik Kesehatan Ternate, merupakan konversi
Ragam bermutu tinggi. Tenaga kesehatan yang dihasilkan harus memenuhi kebutuhan pelayanan, baik dalam jenis, jumlah, kualifikasi dan terdistribusi secara merata. INSPIRASI DARI MALUKU UTARA Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang profesional seperti Perawat, Bidan, Gizi, Analis Kesehatan,
mulai dari Sekolah Penjenang Kesehatan Umum (SPKU), berdasarkan SK Menkes RI. Nomor : 05/B.V/Pend.17, tanggal 9 Januari 1971 dengan lamanya pendidikan dua tahun atau 4 semester. Pendidikan ini berlangsung selama + 8 tahun. Kemudian pada tahun 1979 SPKU dikonversi menjadi Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) bedasarkan SK. MENKES RI. Nomor 84/Kep/Diklat/Kes tanggal 8 September 1978 dengan lama pendidikan 3 tahun (VI Semester) dengan menerima peserta didik dari lulusan SLTP melalui SIPENSIMARU Pendidikan Tenaga Kesehatan (Diknakes). Perkembangan selanjutnya pendidikan SPK dirasakan kurang layak dalam menghadapi segala tuntutan kehidupan masyarakat yang semakin kompleks, hal ini sejalan dengan lajunya kemajuan pengetahuan dan teknologi khususnya dibidang kesehatan, tentu akan berpengaruh pada orientasi pelayanan kesehatan. Implikasi perubahan tersebut adalah perubahan pendekatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam tatanan nyata, maka adaptasi karakteristik maupun kualitas SDM kesehatan mendapat perhatian yang sangat srategis. Untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu maka kualitas SDM kesehatan perlu ditingkatkan melalui pengembangan pendidikan. Wacana semacam ini semakin memperkecil peluang pendidikan SPK ditandai dengan dibukanya Program DIII Keperawatan (Akper Depkes Ternate) berdasarkan SK. MENKES RI. Nomor : 11.01.09, tanggal 15 April 1998 dan disusul dengan pembukaan Program D III Kebidanan (AKBID Depkes Ternate) berdasarkan SK MENKES RI. Nomor : HK.00.06.1.3.1438 tanggal 15 Mei 2000. Akademi Keperawatan (Akper) pada tahun pertama dan kedua melaksanakan program khusus bagi lulusan SPR dan SPK dengan lama pendidikan 4 semester. Selanjutnya pada tahun ketiga dan seterusnya
Kesehatan Lingkungan, Farmasi, Elektromedik dan Rontgen, Kementerian Kesehatan mempunyai 33 Politeknik Kesehatan di seluruh Indonesia, satu diantaranya adalah Politeknik Kesehatan Ternate di Maluku Utara. Politeknik Kesehatan Ternate menyelenggarakan tiga Jurusan, yaitu Jurusan Keperawatan, Jurusan Kebidanan, dan Jurusan Gizi, ditambah dua Program Studi yaitu
bersama-sama dengan Akademi Kebidanan (AKBID) menerima peserta didik dari lulusan SLTA / MAN, dan Jalur Khusus. Sesuai kebijakan Pemerintah (Depkes) dalam menyederhanakan manajemen maupun administrasi kependidikan, semua Pendidikan Program D III Kesehatan digabung menjadi satu lembaga yaitu POLITEKNIK KESEHATAN. Dengan demikian pada tahun 2001 AKPER dan AKBID Depkes Ternate dimerjer menjadi satu yaitu POLITEKNIK KESEHATAN TERNATE berdasarkan SK.MENKES RI. Nomor : 1207/MENKES/SK/ XI/2001 tanggal 12 Nopember 2001, dan selanjutnya berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI Nomor HK. 00.006.1.4.2.0226 tanggal 1 Juli 2004 dibentuk Jurusan Gizi.
JURUSAN KEPERAWATAN Jurusan Keperawatan Poltekkes Ternate berpedoman pada Kurikulum Nasional D III Keperawatan tahun 1999 yang diberlakukan pada tahun Akademik 2002/2003. Beban studi program D III Keperawatan 108 SKS (90%) dari kurikulum lengkap dan dimungkinkan penambahan 12 SKS untuk muatan lokal sehingga dapat mencapai 120 SKS (12 - 24 SKS kurikulum Institusi) dilaksanakan dalam 6 semester. Kurikulum terdiri dari sejumlah mata kuliah wajib dan mata kuliah muatan lokal. Mata kuliah wajib adalah mata kuliah yang menunjang pembentukan kepribadian dan kompetensi profesional seorang lulusan yang merupakan kesiapan baginya dalam memasuki kehidupan bermasyarakat. Mata kuliah wajib terdiri dari : Mata Kuliah Umum (MKU) sebagai Pelengkap (11,1 %), yang terdiri dari mata kuliah: Agama, Pancasila, Kewiraan, Etika Umum, Biologi, Fisika, Psikologi dan Sosiologi Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK) sebagai Penunjang (23,15 %) yang terdiri dari : Anatomi, Fisiologi, Mikrobiologi, Parasitologi, Farmakologi, Ilmu
No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
13
Ragam Diploma IV Bidan Pendidik, dan Diploma IV Keperawatan Gawat Darurat Peminatan Kesehatan Kelautan yang dimulai sejak tahun 2008. Poltekkes Ternate bersama-sama dengan Pusat Diknakes dan Direktorat Kesehatan TNI-AL mengembangkan D-IV Keperawatan Gawat Darurat Peminatan Kesehatan Kelautan. Program ini ditujukan
Gizi, Biokimia, Patologi, Biostatistik, Epidemiologi, Demografi Kesehatan Lingkungan, Ilmu Bedah, Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Kesehatan Anak, Obstetric dan Ginekologi, Psikiatri, Kepemimpinan dan Manejemen, Komunikasi, Keperawatan Professional, Konsep Dasar Keperawatan, Kebutuhan Dasar Manusia, Etika Keperawatan, Pendidikan Kesehatan, Pengantar Riset, Dokumentasi Keperawatan. Mata Kuliah Keahlian (MKK) sebagai mata kuliah Inti (65,74 %), yang terdiri dari : Keperawatan Medikal Bedah, Keperawatan Anak, Keperawatan Maternitas, Keperawatan Jiwa, Keperawatan Gawat Sarurat, Keperawatan Komunitas, Keperawatan Keluarga, Keperawatan Gerontik, serta 12 SKS muatan lokal. Selain mengikuti mata kuliah, peserta didik juga diwajibkan mengikuti praktek terdiri dari : Praktek Laboratorium, Praktek Keperawatan Klinik, Praktek Keperawatan Klinik dan Praktek Keperawatan Komunitas. Pencapaian kompetensi (target) Praktek Keperawatan Klinik dan Praktek Lapangan (komunitas) berdasarkan pada pedoman. Penilaian Hasil Belajar Kegiatan dan kemajuan belajar peserta didik dilakukan secara berkala dalam bentuk penugasan individu, penugasan kelompok, seminar, dan ujian. Sedangkan penilaian praktek klinik dan praktek lapangan dilaksanakan pada lahan praktek berdasarkan pedoman praktek. Ujian diselenggarakan melalui ujian tengah semester, ujian akhir semester dan ujian akhir program. Penilaian hasil belajar dinyatakan dengan huruf A, B, C, D dan E yang masing – masing bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0. Lama pendidikan D-III Keperawatan bagi lulusan SMU adalah 3 Tahun (6 semester) dengan masa terpanjang 10 semester.
14
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
untuk mendidik perawat yang bertugas di rumah sakit maupun Puskesmas daerah perifer, untuk menangani kasus-kasus gawat darurat yang terjadi pada masyarakat maupun olahragawan perairan. Dalam proses pembelajaran, mahasiswa program ini melaksanakan praktik klinik di Lembaga Kesehatan Keangkatan Lautan (LAKESLA) Surabaya, RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie
Ijazah dan Transkrip Bagi peserta didik yang telah menyelesaikan proses belajar dan dinyatakan lulus berhak untuk memperoleh ijazah dan transkrip dari institusi.
JURUSAN KEBIDANAN Jurusan Kebidanan Poltekkes Ternate meyelenggarakan pendidikan dengan menggunakan petunjuk teknis yang diterbitkan oleh Pusat Diknakes Depkes RI. Pendidikan diselenggarakan dengan dua metode : a. Peyelenggaraan pendidikan 6 semester dengan beban studi 110 SKS bagi lulusan SMU yang terdiri dari teori 50 SKS (46,4 %), praktikum dan klinik 60 SKS (54,5 %). b. Peyelenggaraan pendidikan 4 – 6 semester dengan beban studi 80 - 90 SKS (10 SKS muatan lokal) bagi peserta didik dengan latar belakang Bidan A. Mata Kuliah Wajib Mata kuliah wajib adalah mata kuliah yang menunjang pembentukan kepribadian dan kompetensi profesional seorang lulusan yang merupakan kesiapan baginya dalam memasuki kehidupan bermasyarakat. Mata kuliah wajib terdiri dari : Mata Kuliah Perkembangan Keterampilan (MPK) : Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Inggris. Mata Kuliah Khusus Ketrampilan (MKK) : Anatomi, Fisiologi, Biologi Reproduksi, Biokimia, Fisika Kesehatan, Farmakologi, Mikrobiologi, Keterampilan Dasar Praktek klinik, Obstetri , Ginekologi, Ilmu Kesehatan Anak, Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi, Psikologi, Epidemiologi, dan Biostatistik, Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) : Askeb I (Kehamilan), Askeb II (Persalinan), Askeb III (Nifas), Askeb IV (Patologi Kebidanan), Askeb V
Ragam Ternate, dan Puskesmas dalam wilayah Kota Ternate. Pengembangan wilayah provinsi dari dua Kabupaten dan 1 Kota menjadi 6 Kabupaten dan 2 Kota jelas berimplikasi pada penyerapan tenaga kesehatan yang dihasilkan, seperti rumah sakit, puskesmas, Dinas Kesehatan, perusahaan, klinik swasta, klinis atau rumah sakit bersalin, dan sebagainya.
(Kebidanan Komunitas), Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita,Kesehatan Reproduksi, Pelayanan KB, Dokumentasi Kebidanan, Praktek Klinik Kebidanan. Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB) : Konsep kebidanan, Etika Profesi dan Hukum Kesehatan, Komunikasi dan Konseling Dalam Praktek Kebidanan, Mutu Layanan Kebidanan, Metode Penelitian dan Karya Tulis Ilmiah Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) : Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Promosi Kesehatan, Organisasi , dan Manajemen Pelayanan Kesehatan. Seperti halnya pada jurusan keperawatan, pada jurusan kebidanan juga diadakan Praktek Laboratorium, Praktek Klinik Kebidanan, Praktek Kebidanan Komunitas . Pencapaian Kompetensi (target) : - ANC antara 100 - 120 Bumil per mahasiswa latar belakang SMU dan 50 – 60 Bumil per mahasiswa latar belakang Bidan. - INC 50 – 60 Bulin per mahasiswa latar belakang Umum 25 – 40 latar belakang Bidan - PNC 50 – 60 Bulin per mahasiswa latar belakang Umum 25 – 40 latar belakang Bidan - IUD 3 – 5 PUS per mahasiswa latar belakang Umum dan 5 – 10 latar belakang Bidan - Asuhan Kebidanan pada Anak dan Balita 20 dan 25. Lama pendidikan D-III Kebidanan bagi lulusan SMU adalah 3 Tahun atau 6 semester dengan masa terpanjang 10 semester; Lama pendidikan D-III Kebidanan bagi lulusan Bidan adalah 2 Tahun atau 4 semester dengan masa terpanjang 10 semester.
JURUSAN GIZI Kurikulum Poltekkes Depkes Ternate Jurusan Gizi berpedoman pada Kurikulum Nasional D III Gizi tahun 2004 yang diberlakukan pada tahun Akademik 2004/2005. Beban studi program D III Keperawatan 108
Disamping itu, ada kemungkinan dikembangkan jurusan atau program studi lain yang sangat dibutuhkan di berbagai daerah, seperti analis kesehatan. Ketersediaan tenaga analis kesehatan ini sangat penting dalam penentuan diagnosa penyakit di laboratorium. Hal ini merupakan rencana pengembangan program studi di Poltekkes Ternate. Semoga ! npra
SKS (90%) dari kurikulum lengkap dan dimungkinkan penambahan 12 SKS untuk muatan lokal sehingga dapat mencapai 120 SKS (12 - 24 SKS kurikulum Institusi) dilaksanakan dalam 6 semester. Kurikulum terdiri dari sejumlah mata kuliah wajib dan mata kuliah muatan lokal. Mata kuliah wajib terdiri dari : Mata Kuliah Umum (MKU) sebagai Pelengkap (11,1 %), Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK) sebagai Penunjang (23,15 %); dan Mata Kuliah Keahlian (MKK) sebagai mata kuliah Inti (65,74 %). Penyelenggaraan Praktek terdiri dari : Praktek Laboratorium, Praktek Keperawatan Klinik, dan Praktek Keperawatan Komunitas. Pencapaian kompetensi (target) Praktik Klinik Keperawatan dan Praktek Lapangan (Komunitas). Lama pendidikan D-III Keperawatan bagi lulusan SMU adalah 3 Tahun (6 semester) dengan masa terpanjang 10 semester. Jumlah Pendaftar (SIPENSIMARU) Tahun Akademik 2008/2009 Jurusan Keperawatan : 168 Peserta Jurusan Kebidanan : 224 Peserta Jurusan Gizi : 63 Peserta Prodi D-IV Bidan Pendidik : 23 Peserta Prodi D-IV Gadar : 11 Peserta Lintas Provinsi : 7 Peserta Jumlah Mahasiswa tahun akademik 2009/2010 sebanyak 1.343 mahasiswa. - Jurusan Keperawatan : 493 Peserta - Jurusan Kebidanan : 672 Peserta - Jurusan Gizi : 147 Peserta - Prodi D-IV Bidan Pddk : 20 Peserta - Prodi D-IV Gadar : 11 Peserta
No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
15
Kolom Solusi Penerbitan Media Pemerintah
H
Oleh: Prawito
idup segan,mati tak mau.Demikian pola penerbitan media pemerintah. Media seringkali terbit molor, tak sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.Bahkan tidak sedikit institusi pemerintah yang mampu menerbitkan majalah atau bulletin, tapi menjadi terbitan yang perdana,sekaligus terakhir.Bangkit,lalu tumbang dan akhirnya mati. Begitulah seterusnya, tak pernah ada kelanjutan penerbitan yang bertahan lama. Sebelumnya, ada dua terbitan di lingkungan Kementerian Kesehatan yang agak eksis, yakni Majalah Kesehatan terbitan Biro Hukum dan Organisasi dan Bina Diknakes diterbitkan Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. Keduanya terdistribusi keseluruh Indonesia. Majalah Kesehatan disebarluaskan melalui dinas kesehatan dan rumah sakit vertikal. Sedangkan Bina Diknakes di distribusikan ke politeknik kesehatan seluruh Indonesia. Sayang, kedua terbitan itu hanya bertahan beberapa tahun saja. Seiring dengan perjalanan waktu dan perubahan kebijakan struktur Kementerian Kesehatan, Majalah Kesehatan, berganti nama menjadi Buletin Kesehatan. Sementara Bina Diknakes, kemudian bermetamorfosis menjadi Media PPSDM Kesehatan yang diterbitkan Badan PPSDM Kesehatan. Selain itu ada juga penerbitan kecil-kecilan yang bersifat sporadik oleh beberapa instutusi kesehatan seperti Badan Litbangkes, Direktorat Bina Pelayanan Medik, Direktorat Bina Pelayanan Masyarakat dan Pusat Promosi Kesehatan. Hasil terbitannya berupa bulletin dengan distribusi terbatas, sehingga sedikit dari kalangan internal Kementerian Kesehatan yang mengenalnya. Akhir tahun 2006, bangkit kembali media baru bernama Mediakom. Penerbitan bertaraf nasional yang diterbitkan oleh Pusat Komunikasi Publik. Tampilan cukup meyakinkan, walau isi sering kali kurang uptodate. Misal tulisan yang terjadi bulan Januari, baru beredar bulan Maret. Pendistribusian cukup luas meliputi semua puskesmas, rumah sakit vertikal, politeknik kesehatan, dinas kesehatan kota/kabupaten dan provinsi di seluruh Indonesia. Kenyataannya, pengelolaan mediakom masih belum optimal, hal itu terbukti penerbitan belum sesuai jadwal yang ditetapkan yakni setiap bulan Februari, April, Juni, Agustus, Oktober dan Desember. Kendala yang dihadapi sama dengan media sebelumnya, kurang naskah. Usulan solusi Untuk lebih mengenali kendala penerbitan media, berikut gambaran kendala secara umum, sehingga semua pihak dapat berkontribusi memberi solusi yang tepat, guna meningkatkan kualitas penerbitan media di Kementerian 16
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
Kesehatan. Pertama penulis. Kurang penulis, dapat dihitung dengan jari, bahkan kurang dari 10 jari yang produktif menulis dengan standar jurnalistik. Wajar, bila media pemerintah selalu kesulitan memenuhi kebutuhan naskah. Sekalipun ada yang mengelola dan tersedia dana, karena kurang naskah, menyebabkan penerbitan tidak sehat. Walau dapat saja meminta orang lain menulis artikel. Tapi penerbitan model ini, tak akan bertahan lama, ia akan segera tamat. Karena kurang naskah, media internal sering telat terbit. Setelah terbitpun tidak semua artikel memenuhi kriteria jurnalistik. Banyak tulisan media internal seperti makalah, menggunakan bahasa dewa dan kalimat panjang yang membuat pembaca tersengal. Akibatnya media internal kurang minat untuk dibaca. Solusi dari problem di atas, harus memproduksi penulis baru. Makin banyak penulis makin baik bagi institusi. Sebab institusi akan memiliki SDM yang mampu menulis artikel. Jika banyak artikel, pengelola media akan banyak pilihan. Media akan menampilkan artikel yang baik, sedang yang kurang baik ada kesempatan bagi penulis untuk memperbaiki. Dengan demikian, media akan menampilkan artikel yang enak dibaca dan perlu. Untuk melahirkan penulis sebaiknya institusi menyelenggarakan pelatihan jurnalistik. Melalui pelatihan ini diharapkan menumbuhkan motivasi dan menambah keterampilan menulis. Selanjutnya, perlu dibentuk forum penulis kesehatan yang beranggotakan alumni peserta pelatihan. Termasuk peminat menulis yang belum sempat mengikuti pelatihan. Melalui forum ini peserta saling belajar, bertukar pengalaman dan mengasah keterampilan menulis. Kedua, pengelola. Pengelola merupakan usur penting berikutnya. Tanpa pengelola yang fokus, media tidak akan terbit secara rutin. Umumnya, PNS yang bekerja di Kementerian mempunyai tugas pokok, sementara mengelola media terkadang hanya tugas tambahan. Ketiga, dana. Pendanaan menjadi faktor penentu. Sebab setelah ada bahan media, membutuhkan dana pencetakan dan opreasional. Untuk itu institusi harus mengalokasikan anggaran penerbitan media setiap tahun sesuai kebutuhan. Bila penulis, pengelola dan ketersediaan dana dapat bersinergi dengan baik, maka dapat dipastikan penerbitan media pemerintah dapat berkembang dengan baik, tidak menutup kemungkinan sejajar dengan penerbitan komersial. Dampak berikutnya akan menghadirkan suasana kondusif yang akan mendorong kelahiran penulis berbakat dengan gagasan cemerlang di bidang kesehatan. Semoga...!n
Media Utama
Media Utama
Rakerkesnas:
Tingkatkan Sinergi dan Koordinasi untuk Capai Target MDGs
M
enteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH membuka Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) Tahun 2010, 5 Mei 2010 di Jakarta. Rapat dihadiri Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta, berbagai nara sumber dari Kementerian Negara/Lembaga, Pejabat Struktural dan Staf Khusus Menteri Kesehatan, Direktur RS Vertikal, Pimpinan UPT Kementerian Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, Direktur Rumah Sakit Provinsi/ Kabupaten/Kota se- Indonesia, serta Pimpinan Organisasi Profesi. Menurut Menkes, Rakerkesnas ini penting sebagai upaya meningkatkan koordinasi dan sinergi antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) sesuai proporsi dan kemampuan masing-masing. Target MDGs yang berkaitan dengan kesehatan adalah Penurunan angka kematian anak, Meningkatkan kesehatan ibu, dan Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya. Menkes dalam sambutannya menyatakan sasaran pembangunan kesehatan tahun 2010 – 2014, meliputi 8 prioritas, yaitu 1) meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat, 2) menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular; 3) menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan antar tingkat sosial ekonomi serta gender; 4) meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan; 5) meningkatnya No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
17
Media Utama Menkes membuka Rakerkesnas
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat; 6) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis di daerah DTPK; 7) pengendalian penyakit tidak menular di seluruh provinsi; serta 8) pelaksanaan standar pelayanan minimal (SPM) di seluruh kabupaten/ kota. Untuk mencapai kedelapan sasaran strategis pembangunan kesehatan, dibutuhkan reformasi kesehatan masyarakat yang mendasar untuk mencapai tujuan tersebut. Berkaitan dengan hal itu, Kementerian Kesehatan telah menetapkan tim penyusun roadmap yang terdiri dari unsur Kementerian Kesehatan,lintas sektor, para pakar, akademisi dan pelaksana di lapangan. Tim telah berhasil menyusun roadmap reformasi kesehatan masyarakat meliputi 7 prioritas, yaitu: Pertama, Revitalisasi pelayanan kesehatan dasar, hal ini perlu dilakukan dalam rangka mendukung berjalannya kegiatan pelayanan kesehatan dasar. Salah satu upaya penting dalam revitalisasi kesehatan dasar adalah Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yaitu bantuan pembiayaan untuk operasional Puskesmas khususnya untuk mendukung upaya promotif dan preventif. Selama ini, komponen biaya operasional Puskesmas belum optimal dianggarkan oleh 18
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
pemerintah daerah. Kedua, di bidang sumber daya manusia, khususnya dalam upaya meningkatkan keberadaan (distribusi) dan menjamin mutu tenaga kesehatan. Distribusi tenaga kesehatan di daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan perlu mendapat perhatian khusus. Oleh karena itu perlu disusun skenario jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang dalam perencanaan dan pengembangan sumberdaya manusia kesehatan. Ketiga, penggalakan pemanfaatan obat generik untuk meringankan biaya pelayanan kesehatan karena sebagian besar biaya pelayanan ditentukan untuk pembelian obat. Di lain pihak perlu mempersiapkan diri agar mampu memproduksi bahan baku obat sendiri, mengingat pada saat ini 80% dari bahan baku obat berasal dari luar negeri. Juga memperkuat penggunaan jamu agar dapat dijadikan sebagai obat juga ditingkatkan dengan saintifikasi jamu. Keempat, jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) dengan berbagai cara penjaminan saat ini baru mencapai 50,8% penduduk yang mempunyai jaminan kesehatan, dengan kontribusi terbesar dari peserta Jamkesmas. Perluasan cakupan kepesertaan terus
diupayakan secara bertahap pada tahun 2014 sebagai implementasi UU SJSN mencapai 245,3 juta penduduk (100% penduduk). Kelima, mengatasi permasalahan pelayanan kesehatan di Daerah yang Bermasalah Kesehatan (PDBK) dengan pendekatan spesifik yang tidak bisa disamakan dengan daerah lainnya. Hasil Riskesdas tahun 2007 menghasilkan instrumen pengukuran Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM). Dengan IPKM, dapat diketahui dimana daerahdaerah bermasalah tersebut dapat dipetakan berdasarkan peringkat kabupaten/kota. Keenam, Reformasi Birokrasi dalam arti yang lebih luas, memberikan makna muatan antisipatif untuk menghindari terjadinya penyimpanganpenyimpangan administratif. Saat ini proses pengadaan barang dan jasa di Kementerian Kesehatan seluruhnya sudah melalui proses e-procurement. Reformasi birokrasi juga harus memberikan ruang untuk terjadinya transparansi data base dan prosedurprosedur pelayanan adminstrasi di Kementerian Kesehatan. Ketujuh, World Class Health Care. Sudah saatnya masyarakat Indonesia mendapatkan pelayanan kesehatan dengan taraf Internasional, sehingga tidak perlu lagi warga negara Indonesia berobat keluar negeri. Selain memenuhi tuntutan masyarakat, upaya ini juga akan mengurangi mengalirnya devisa Indonesia yang cukup besar ke luar negeri. Rakerkesnas Tahun 2010 mengangkat tema "Melalui Good Governance Kita Wujudkan Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan". Beberapa topik yang dibahas diantaranya Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, Kebijakan Pengawasan dan Langkah-langkah Mencapai Good Governance di Lingkungan Kemkes, dan Strategi Inovatif dalam Akselerasi Pencapaian Target MDGs dan Neglected Desease.nSmd, pra, giri
Media Utama Peserta Rakerkesnas
Forum Komunikasi Bidang Kesehatan
R
akerkesnas yang diselenggarakan tanggal 4-7 Mei di Jakarta merupakan kegiatan tahunan Kementerian Kesehatan. Rakerkesnas merupakan forum komunikasi, konsultasi dan sinkronisasi program kesehatan antara Pusat, Provinsi, Kabupaten/ Kota, UPT Kementerian Kesehatan dan seluruh stakeholders yang berperan dalam pembangunan kesehatan. Tema Rakerkesnas tahun 2010 “Melalui Good Governance Kita Wujudkan Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”. Tema tersebut diharapkan menjadi kesamaan pandang tentang arah pembangunan kesehatan untuk bersinergi dan berkoordinasi dalam hal pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan pembangunan kesehatan. Mekanisme Rakerkesnas Tahun 2010 berbeda dengan
rakerkesnas sebelumnya. Pelaksanaannya terdiri dari 3 bagian yang berlangsung secara simultan, pertama penyajian informasi yang bertujuan memberikan arah dan tuntunan sesuai dengan fungsi Stewardship Kementerian Kesehatan. Arahan tersebut difokuskan kepada Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Provinsi/ Kabupaten/ Kota, seluruh Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan serta mitra kerja lain yang berperan dalam peningkatan upaya kesehatan di tingkat pusat dan daerah. Kedua informasi yang bersifat interaktif, yakni paparan berbagai program Kementerian Kesehatan berbentuk No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
19
Media Utama Pameran Poster Kesehatan yang “dikawal” oleh masing – masing unit penanggung jawab program. Penanggung jawab harus mencatat seluruh masukan serta memberikan jawaban bagi pertanyaan dan kritik yang berasal dari peserta rakerkesnas. Kegiatan ini merupakan desk yang bersifat dua arah sehingga dapat diidentifikasi berbagai bottleneck yang terjadi di tingkat pelaksanaan teknis. Dari forum ini diharapkan seluruh Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/ Kota dapat berperan aktif dan menarik manfaat secara maksimal guna perbaikan pelaksanaan program. Hal ini dilakukan karena berdasarkan pengalaman menunjukkan bahwa tanya jawab dalam forum yang besar tidak akan memadai dalam rangka mengakomodir begitu banyaknya permasalahan teknis yang terjadi di lapangan. Ketiga diskusi kelompok antara Pusat dan Dinas
Kesehatan Propinsi serta RS UPT Vertikal guna mendorong percepatan pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) 2015. Untuk mencapai hal tersebut memerlukan upaya bersama antara pusat dan daerah. Pada sesi ini dilaksanakan pula seminar paralel kelompok PNBP yang diikuti oleh UPT Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Provinsi Kabupaten/ Kota agar memperoleh informasi tentang pengelolaan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Badan Layanan Umum secara benar. Untuk memberikan masukan, arahan, dan pengalaman dari Kementerian/Lembaga lainnya, telah dihadirkan Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan dan Direktur Badan Layanan Umum Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI. n Smd, Pra
Rekomendasi dan Rencana Tindak Lanjut
Bentuk kegiatan ini adalah Pameran Poster Kesehatan yang disajikan oleh masing – masing unit penanggung jawab program di tingkat Kementerian Kesehatan. Hal ini dilakukan karena berdasarkan pengalaman menunjukkan bahwa tanya jawab dalam forum yang besar tidak dapat diakomodir. Sehinggga melalui forum ini diharapkan seluruh peserta Rakerkesnas dapat memanfaatkan secara maksimal guna perbaikan pelaksanaan program. Pada umumnya topik dan materi yang disajikan dalam Rakerkesnas sangat menarik, namun tidak semua materi dapat mengakomodir seluruh keinginan peserta, hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu. Disamping itu masih banyak peserta yang kurang memahami substansi materi yang disampaikan sehingga menimbulkan antusiasme peserta untuk melontarkan pertanyaan – pertanyaan yang menjadi catatan penting yang perlu tindaklanjut. Secara umum seluruh pertanyaan peserta dapat dirangkum sebagai berikut: Mekanisme penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan, Pembagian kuota Jamkesmas, Pengelolaan PNBP di rumah sakit BLU dan Puskesmas, Pemenuhan kebutuhan, distribusi, pendayagunaan dan insentif tenaga dokter spesialis di DTPK, dan rumah sakit daerah. Disamping itu, ada pertanyaan dukungan regulasi dan sumber daya bagi implementasi SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota, Implementasi Bantuan Operasional Kesehatan, dukungan terhadap penelitian dan para peneliti di daerah, tindaklanjut investigasi food security di daerah, istilah obat generik dan obat paten, ketetapan Kemenkes RI yang belum mengakomodasi jenis obat dan bahan habis pakai yang dibutuhkan di daerah, serta perlindungan hukum terhadap jajaran kesehatan.
R
akerkesnas mengagendakan tiga kelompok diskusi yakni pencapaian target MDGs 2015, Pengelolaan PNBP dan dialog-pusat daerah. Diskusi pencapaian target MDGs sebagaimana tertuang dalam Inpres 3/2010, dilakukan oleh Pusat, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota terpilih dan RS UPT Vertikal. Diskusi telah menghasilkan kesepakatan dan komitmen bersama untuk meninindaklanjuti pelaksanaan rencana aksi. Diskusi yang membahas pengelolaan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Badan Layanan Umum diikuti oleh Kepala UPT Vertikal di lingkungan Badan PPSDM, Badan Litbangkes, Ditjen P2PL, Ditjen Bina Kesmas dan Kepala Dinas Kabupaten/ Kota. Demikian juga dialog interaktif diikuti pusat, daerah, Kepala Dinas Kabupaten/ Kota, Direktur Rumah Sakit Daerah Provinsi/ Kabupaten/ Kota. Diskusi interaktif merupakan desk bersifat dua arah yang bertujuan memberikan informasi, mencatat seluruh masukan/ kritik serta memberikan jawaban atas pertanyaan yang berasal dari peserta Rakerkesnas. 20
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
Media Utama
Rekomendasi
Beberapa rekomendasi penting terkait dengan komitmen pusat dan daerah dalam pencapaian MDGs, yaitu 1) mengerahkan seluruh sumber daya, 2) menyusun dan menindaklanjuti Rencana Aksi MDGs (SPM, PONED, PONEK, gizi, penyakit menular, lingkungan sehat, dll), 3) pemerintah daerah kabupaten/ kota meningkatkan anggaran kesehatan, 4) menyediakan regulasi di tingkat pusat/ daerah, 5) rumah sakit memberikan dukungan dalam upaya akselerasi pencapaian MDGs, 6) dinas kesehatan provinsi/ kabupaten/ kota akan melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah daerah, DPRD dan stakeholders, 7) membangun sinergisme antara RSUD dan kepala dinas provinsi/ kabupaten/ kota dalam mendukung program MDG’s di daerah.
Rencana Tindak lanjut
n Menyusun instrumen Pelaporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Program Prioritas Terkait MDGs
tahun 2010, khususnya pada goals ke 1, 4, 5, 6 dan 7 yang terkait bidang kesehatan. n Melaksanakan Rapat Koordinasi antara Kementerian Kesehatan dan seluruh Dinas Kesehatan Provinsi berkala setiap dua bulan. n Melakukan Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan komitmen dalam matriks Rencana Tindak Program Pembangunan Millenium (Inpres 3/ 2010) menggunakan metode evaluasi Inpres I/ 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional. Untuk percepatan pencapaian MDGs, Kementerian Kesehatan RI akan mengawal substansi program Gizi Masyarakat, Kesehatan Ibu dan Anak, Penanggulangan dan Pengendalian Penyakit dan Lingkungan Sehat, yang didukung oleh manajemen kesehatan dan program penunjang lainnya npra
Sekilas Tentang Millennium Development Goals
P
ada bulan September 2000, Kepala Pemerintahan dari 189 negara menandatangani deklarasi yang disebut sebagai Millennium Declaration. Millennium Declaration ini mengandung 8 poin dan 18 target yang harus dicapai sebelum tahun 2015.
Delapan poin ini tergabung dalam tujuan yang dinamakan Millennium Development Goals (MDGs). Sebutan bahasa Indonesianya adalah Tujuan Pembangunan Milenium. Kepala Pemerintahan yang hadir dan menandatangani deklarasi Milenium itu tidak
No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
21
Media Utama hanya negara-negara kaya, tapi juga negara-negara yang termasuk dalam jajaran negara miskin dan berkembang.
Tujuan Pembangunan Milenium
Tujuan pembangunan milenium merupakan agenda serius untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan tingkat kehidupan yang disetujui oleh para pemimpin dunia pada Millennium Summit (pertemuan tingkat tinggi Millenium) pada bulan September 2000. Untuk setiap tujuan terdapat satu atau lebih dari satu target yang telah disetujui untuk tahun 2015, dengan menggunakan tahun 1990 sebagai titik awal. 1. Mengentaskan kemiskinan ekstrim dan kelaparan (MDG ke-1) • Target 1: Mengurangi jumlah penduduk yang mengalami kemelaratan ekstrim hingga separuhnya • Target 2: Mengurangi jumlah penduduk yang mengalami kelaparan hingga separuhnya 2. Mewujudkan pendidikan dasar bagi semua (MDG ke-2) • Target 3: pada tahun 2015 semua anak Indonesia baik laki-laki maupun perempuan mampu memperoleh pendidikan dasar yang lengkap. 3. Mendorong adanya kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan (MDG ke-3) • Target 4: Menghilangkan perbedaan jender pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. 4. Mengurangi jumlah kematian anak (MDG ke-4) • Target 5: pada tahun 2015 dapat menurunkan kematian anak-anak usia di bawah 5 tahun hingga dua per tiganya (dari kondisi tahun 1990). 5. Meningkatkan derajat kesehatan ibu (MDG ke-5) • Target 6: pada tahun 2015 dapat menurunkan tingkat kematian ibu dalam proses melahirkan hingga tiga per empatnya (dari kondisi tahun 1990) 6. Memerangi penyakit HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya (MDG ke-6) • Target 7: Menghentikan kecenderungan penyebaran HIV/AIDS di Indonesia • Target 8: Menghentikan kecenderungan penyebaran Malaria dan penyakit-penyakit utama lainnya di Indonesia. 7. Menjamin kelestarian lingkungan hidup (MDG ke7) • Target 9: Mengintegrasikan prinsip-prinsip 22
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
pembangunan berkelanjutan kedalam kebijakan dan program-program Pemerintah, mengurangi hilangnya sumber daya lingkungan • Target 10: Mengurangi jumlah penduduk yang tidak memiliki akses kepada air minum sehat dan sanitasi dasar hingga separuhnya. • Target 11: Mencapai perbaikan yang signifikan bagi kehidupan penduduk yang tinggal di daerah-daerah kumuh hingga separuhnya. 8. Mengembangkan kemitraan global untuk tujuan pembangunan (MDG ke-8) • Target 12: Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem keuangan yang berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada diskriminasi. Termasuk komitmen terhadap pemerintahan yang baik, pembangunan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional dan internasional. • Target 13: Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara kurang berkembang, dan kebutuhan khusus dari negara-negara terpencil dan kepulauan-kepulauan kecil. Ini termasuk pembebasan-tarif dan kuota untuk ekspor mereka; meningkatkan pembebasan hutang untuk negara miskin yang berhutang besar; pembatalan hutang bilateral resmi; dan menambah bantuan pembangunan resmi untuk negara yang berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan. • Target 14: Membantu kebutuhan-kebutuhan negara-negara berkembang dan negaranegara kepulauan kecil (melalui program pembangunan berkelanjutan bagi negaranegara kepulauan kecil dan ketentuan sidang umum ke-22). • Target 15: Menghadapi secara komprehensif dengan negara berkembang dengan masalah hutang melalui pertimbangan nasional dan internasional untuk membuat hutang lebih dapat ditanggung dalam jangka panjang. • Target 16: Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan untuk kaum muda. • Target 17: Dalam kerja sama dengan pihak farmasi untuk menyediakan akses obat penting yang terjangkau oleh negara-negara berkembang. • Target 18: Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi. nSmd
Media Utama Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia di Padang Panjang
T Padang Panjang Tuan Rumah Peringatan Htts 2010
ingginya jumlah perokok, menempatkan Indonesia pada urutan ketiga setelah China dan India dengan konsumsi 220 milyar batang pada tahun 2005. Kalau harga sebatang rokok Rp 300,- saja, berarti setiap tahun enam puluh enam triliun rupiah dibelanjakan untuk rokok. Padahal rokok banyak mudharatnya. Saatnya melindungi masyarakat terutama anak-anak dan perempuan dari bahaya asap rokok. Kota Padang Panjang menjadi tuan rumah puncak peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) tahun 2010. Pemilihan kota ini karena berdasarkan penilaian, Padang Panjang sebagai salah satu dari 18 Kabupaten/ Kota yang telah menerapkan kawasan tanpa rokok di 7 tempat yaitu sekolah, tempat ibadah, sarana kesehatan, tempat kerja, angkutan umum, tempat rekreasi dan tempat kegiatan proses belajar mengajar. Di samping itu, Padang Panjang merupakan kota pertama di Indonesia yang menerapkan larangan iklan, promosi, maupun sponsorship rokok. Keberhasilan Kota Padang Panjang ini patut dijadikan contoh untuk daerah-daerah lainnya di Indonesia. Pada acara ini, diserahkan penghargaan WHO kepada Walikota Padang Panjang. Juga diserahkan penghargaan Gubernur Sumatera Barat kepada Walikota Padang Panjang, Walikota Payakumbuh, Walikota Padang, dan Bupati Sijunjung serta Bupati Agam. “Konsumsi rokok merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya penyakit tidak menular seperti No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
23
Media Utama
Penyair Taufik Ismail dan Prof. Dr. Amin Sweeney, Guru Besar Sastra Melayu Universitas California, Barkeley California AS, membacakan puisi Bahaya Rokok pada acara HTTS Padang Panjang kardiovaskuler, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, kanker paru, kanker mulut, dan kelainan kehamilan. Penyakit itu, saat ini menjadi penyebab kematian utama di dunia, termasuk Indonesia. Menurut WHO, rokok adalah pembunuh di tengah-tengah masyarakat. Setiap detik, satu orang meninggal akibat merokok. Rokok, juga membunuh separuh dari masa hidup perokok, dan separuh perokok meninggal pada usia 35-69 tahun”, ujar Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih. “Data epidemi dunia menunjukkan, rokok membunuh lebih lima juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini terus berlanjut, diproyeksikan pada tahun 2020 terjadi 10 juta kematian, dengan 70% di negara sedang berkembang”, imbuh Menkes. Asap rokok mengandung lebih 4.000 senyawa kimia, 43 diantaranya bersifat karsinogen. Tidak ada kadar paparan minimal dalam asap rokok yang “aman”. Asap 24
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
dari ujung rokok yang terbakar disebut asap rokok sampingan (side stream smoke) bahayanya 3 kali lebih dari asap rokok yang dihisap perokok. Lima puluh tujuh persen rumah tangga di Indonesia mempunyai sedikitnya satu perokok, dan hampir semua perokok (91,8 %) merokok di rumah. Seseorang bukan perokok yang menikah dengan perokok mempunyai risiko kanker paru sebesar 20-30 %, dan mempunyai risiko terkena penyakit jantung”. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia tahun 2006 melaporkan, 64,2% anak sekolah terpapar asap rokok. Sebanyak (37,3%) pelajar merokok, dan 3 diantara 10 pelajar pertama kali merokok sebelum berusia 10 tahun (30,9%). Pengendalian rokok merupakan tanggung jawab semua komponen bangsa, baik individu, masyarakat, pemerintah maupun parlemen. Karena itu, kawasan tanpa rokok perlu dikembangkan untuk mempersempit area bagi perokok. Komitmen bersama dari lintas sektor dan berbagai elemen akan sangat berpengaruh pada keberhasilan penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) tersebut, ujar Menkes. Sampai saat ini 18 Kabupaten/kota telah memiliki kebijakan dalam KTR. Kabupaten/kota yang sudah mempunyai Perda adalah Palembang, DKI Jakarta, Bogor, Surabaya, Padang Panjang. Sedangkan provinsi yang telah mensosialisasikan dan merencanakan KTR adalah Sumsel, Sumbar, Bali, Kalbar, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, DI Yogyakarta, Sulsel, NTB dan NTT. Dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dinyatakan, tembakau dan produk tembakau merupakan zat adiktif. Hal ini tercantum dalam pasal 113 yang mengatur pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif. Pada ayat 2 disebutkan “zat adiktif meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya”. Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan rokok ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan (pasal 114). Pemerintah Daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok di wilayahnya (pasal 115 ayat 2). Karena itu, untuk melaksanakan amanah UU, telah disusun RPP tentang Pengamanan Produk Tembakau sebagai Zat Adiktif bagi Kesehatan. Dalam memperingati HTTS 2010, telah dibentuk panitia peringatan dengan empat bidang yaitu bidang penggerakan masyarakat, bidang media dan informasi, bidang lomba dan bidang acara puncak. Panitia terdiri dari unsur Kementerian Kesehatan, Lintas Sektor, Swasta, LSM Peduli Masalah Rokok, Organisasi Kemasyarakatan, organisasi profesi dan organisasi internasional dengan
Media Utama Ibu Menkes menyerahkan penghargaan WHO Award kepada Walikota Padang Panjang
tema “ Gender and Tobacco with an Emphasis on Marketing to Women ”. Selain acara puncak, juga diselenggarakan berbagai kegiatan seperti penyelenggaraan seminar, Forum Anak Bebas Tembakau, Jumpa Pers, Lomba foto dan penulisan artikel, Aksi Simpatik di bundaran Hotel Indonesia dengan membagikan PIN, selebaran, stiker dan lain-lain. Menurut Kepala Perwakilan WHO untuk Indonesia, Kanchit dalam sambutannya menyatakan peringatan HTTS adalah momentum untuk menyuarakan bahaya rokok kepada semua orang. Semua orang, khususnya wanita dan anak-anak adalah target utama industri rokok. Hal ini dilakukan, karena Industri rokok harus mencari perokok baru karena perokok lama meninggal disebabkan penyakit akibat rokok. Meskipun wanita dewasa Indonesia umumnya tidak merokok, namun ada kekhawatiran diantara perempuan di perkotaan tertarik iklan, promosi dan sponsor rokok. Hal ini sejalan gencarnya iklan rokok yang menggambarkan wanita perokok terlihat modern. Gubernur Sumatera Barat, Marlis Rahman dalam sambutannya menyatakan, hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 di Provinsi Sumatera Barat ditemukan umur merokok tertinggi pada usia produktif, yaitu umur 25-64 tahun. Dan persentase tertinggi pertama kali merokok, pada kelompok usia 15-19 tahun, disusul usia 20-24 tahun, dan bahkan ada yang berusia 10-14 tahun. Perokok di Provinsi Sumatera Barat sebagian besar merokok di dalam rumah. Dari catatan yang dapat dikumpulkan statistik, 82,8% perokok merokok di dalam
rumah. Hal ini juga akan mempengaruhi anggota keuarga lain yang menjadi perokok pasif di dalam rumah tersebut, termasuk ibu hamil dan anak-anak. Berdasarkan gambaran itu terlihat konsumsi tembakau atau rokok telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu segera ditangani secara bersama-sama, komprehensif dan konsisten. ”Saya mengharapkan melalui kegiatan ini, komitmen dari berbagai pihak tentang pengendalian tembakau, khususnya perlindungan masyarakat dari bahaya rokok dan tembakau dapat direalisasikan di kota-kota lainnya di daerah Sumatera Barat”, ujar Marlis Rahman. Walikota Padang Panjang dr. H. Suir Syam, minta HTTS dijadikan momentum untuk bersatu dan bangkit dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Kota Padang Panjang dijadikan tempat acara puncak peringatan HTTS berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah kota dalam melahirkan Perda No.8 tahun 2009 tentang kawasan tertib merokok dan kawasan larangan merokok. ”Melalui momentum ini, kami selaku walikota dan secara pribadi mengajak dan menghimbau hadirin, terutama warga Kota Padang Panjang untuk berhenti merokok sekarang juga. Begitu banyak mudharat daripada manfaat merokok. Lindungilah keluarga kita dan anak-anak kita dari bahaya asap rokok. Marilah kita ciptakan lingkungan yang sehat dan bebas asap rokok sehingga anak-anak kita dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang sehat, berkualitas. Sekali lagi selamatkan dan lindungi diri kita dan keluarga kita dari bahaya rokok”, ujar dr. H.Suir Syam.npra No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
25
Media Utama
Apa Kata Mereka Tentang Larangan Iklan Rokok Taufan
Pimpinan Radio Bahana FM Padang Panjang. Pada awal tahun 2005, Walikota Padang Panjang, dr. H. Suir Syam dalam berbagai kesempatan menyampaikan statemen bahwa ”Tidak ada lagi iklan rokok di Padang Panjang”. Waktu itu, belum menyebutkan secara spesifik di mana. Statement itu, menurut saya sebagai pengelola radio, ”sangat membunuh”. Kemudian, 2007, Walikota sudah mengatakan ”tidak ada lagi penyiaran iklan rokok di Padang Panjang”. Karena radio Bahana telah ada kerja sama dengan perusahaan rokok, kami diundang untuk membahas imbauan walikota. Pak Firdaus ( akrab dipanggil Feri) sebagai Marketing berusaha meminta penjelasan kepada walikota. Satu kali surat ke pemerintah kota tidak digubris. Kedua kali, minta ketemu dengan walikota belum juga dijadwalkan. Surat ketiga, diantar lagi untuk bertemu dengan walikota meminta penjelasan. Ini penting, karena iklan bagi media merupakan sumber pendapatan utama. Hampir 50% pendapatan dari iklan, dan iklan rokok menyumbang Rp 9-10 juta rupiah per bulan. Setelah berdiskusi dengan dr. H. Suir Syam, Walikota Padang Panjang, 26
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
kami menyadari bahwa rokok lebih besar bahayanya bagi kesehatan. ”Carilah iklan yang tidak merugikan kesehatan masyarakat”, kira-kira begitu imbau Pak Wali. Tetapi Pak Wali juga memberi solusi, imbuhnya. Akhirnya, melalui Humas dan SKPD kami memperoleh iklan sebagai pengganti iklan rokok. Sejak 2009, kami tidak lagi menayangkan iklan rokok.
Fauziah Fauzan, SE, Akt, M.Si.
Direktur Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang. Awalnya larangan merokok dilakukan di ruangan ini (sambil menunjuk ruangan rapat berukuran 3x 5 meter itu). Kemudian diperluas ke ruangan lainnya. Semua staf juga dilarang merokok termasuk di halaman kantor dan sekolah/ perguruan. Bahkan anggota satpam berani menegur tamu yang coba-coba merokok di halaman kantor. Dalam kurikulum juga kami masukkan materi bahaya merokok bagi kesehatan. Diharapkan, anakanak juga menyampaikan kepada orang tuanya. Di tempat ini juga dihasilkan ijtima (pendapat ulama) yang mengharamkan rokok bagi ibu hamil dan anak-anak. Jadi bagi kami, larangan iklan, promosi dan sponsorship rokok sangat sesuai dengan visi dan misi kami dalam
mendidik anak-anak generasi penerus bangsa.
Forum Anak Bebas Tembakau Sumatera Barat.
Forum Anak Bebas Tembakau di Sumatera Barat. Kota Padang Panjang sebagai salah satu kota di Indonesia yang telah melindungi masyarakatnya, khususnya generasi muda dari bahaya rokok dengan tidak menerima iklan, promosi, dan sponsor rokok. Karena itu, untuk melindungi generasi muda kami mendambakan Indonesia bebas dari segala bentuk iklan rokok. Dengan ini kami mewakili anak-anak Indonesia sebagai generasi penerus mendukung lahirnya peraturan yang : 1. Melarang segala bentuk iklan, promosi, dan sponsor rokok agar kami tidak terjerumus menjadi perokok 2. Menjadikan tempat-tempat umum sebagai kawasan bebas dari asap rokok agar kami dapat tumbuh dan berkembang secara optimal 3. Menaikan harga rokok dan melarang penjualan rokok secara batangan agar tidak terjangkau oleh anak-anak Demikianlah harapan kami, agar anak-anak Indonesia dapat meneruskan cita-cita bangsa. npra
Peristiwa
Clinical Governance, Pendekatan Baru Tingkatkan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
C
linical Governance, merupakan pendekatan baru untuk menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan bermutu, berdasarkan standar pelayanan yang tinggi, dengan dukungan lingkungan kerja yang kondusif dan tenaga kesehatan yang
profesional. Pendekatan baru tersebut untuk menjawab lima penyebab kegagalan pelayanan kesehatan yakni; tidak tepat sasaran, pelayanan kuratif mahal dan jatuh miskin, terkotak-kotak dan tidak holistik, tidak aman dan alokasi dana tidak tepat. Hal ini disampaikan oleh Dr.dr. Sutoto, M.Kes Plt Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik pada Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) di Jakarta. Menurut Sutoto, ada empat komponen utama dalam definisi clinical governance, yakni Accountability, dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, etik, moral, dan berbasis pada bukti terkini dan terpercaya (evidance
based practice). Continuous quality improvement, upaya peningkatan mutu harus dilakukan secara terus menerus, komprehensif, dan berkesinambungan. High quality standard of care, upaya pelayanan kesehatan harus didasari oleh standar tertinggi yang diakui secara profesional dan Environment, memfasilitasi dan menciptakan lingkungan yang menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan yang bermutu. Untuk meningkatkan pelayanan mutu pelayanan kesehatan, diperlukan pengembangan institusi yang meliputi: klasifikasi dan perijinan RS (A,B,C,D), akreditasi rumah sakit (5,12,16 pelayanan), pengembangan RS pendidikan dan jejaringnya, peningkatan Labkes (BLK) yang terakreditasi, pengembangan RS bergerak dan pengembangan RS menuju pelayanan kelas dunia (World Class Hospital). Disamping pengembangan institusi, juga harus melakukan pengembangan pelayanan kesehatan yakni; penerapan standar pelayanan minimal RS, program RS sayang ibu dan bayi dan pelayanan obstetri neonatal No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
27
Peristiwa emegensi komprehensip ( PONEK) di rumah sakit. Juga diselenggarakan pengembangan kemanan pasien melalui : adverse event, clinical risk management, program pengendalian resistensi anti mikroba (PPRA), pencegahan & engendalian infeksi (PPI) dan PPI TB. Selain itu, dikembangkan pula pelayanan tuberculosis, HIV/AIDS di RS Rujukan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), peningkatan mutu pelayanan gawat darurat dan pelayanan darah aman, pengembangan pelayanan kedokteran keluarga ( dr & drg), peningkatan pelayanan pengobatan komplementer - alternatif, pengembangan upaya pelayanan kesehatan jiwa prima. Juga dikembangkan pelayanan keperawatan dan kebidanan, peningkatan mutu pelayanan
penunjang medik (radioterapi, kedokteran nuklir, KMKF, dan PME), pengembangan sistem INA-DRG, peningkatan kapasitas tempat tidur kelas III di rumah sakit, pelayanan kesehatan bagi jamaah haji Indonesia di embarkasi dan pelayanan kesehatan di Institusi Lembaga Permasyarakatan. Untuk mendukung peningkatan mutu layanan, maka SDM kesehatan harus dikembangkan khususnya; percepatan peningkatan pendidikan dokter spesialis berbasis kompetensi (PDSBK), peningkatan kemampuan teknis SDM kesehatan di rumah sakit (PONEK, Gawat darurat, Akreditasi, DOTS-TB, PPI/PPI TB, pelayanan darah), peningkatan SDM Keperawatan dengan sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional (SP2KP) dan peningkatan mutu eksternal (PME) SDM
penunjang medik. Lebih lanjut Sutoto mengatakan, peningkatan mutu pelayanan kesehatan sangat diperlukan dalam mencapai sasaran dan tujuan dari RPJMN dan Renstra Kemenkes 20102014 serta pencapaian MDGs. Dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dapat dilakukan melalui good clinical governance & good corporate governance. Untuk itu perlu koordinasi dan sinergi peran Pusat dan Daerah dalam melaksanakan upaya dan kebijakan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Koordinasi tersebut juga dilakukan dengan organisasi profesi dan asosiasi terkait (PERSI, AIPKI, KKI, IDI, PDGI, IBI, PPNI dll) serta Pusat Pendidikan SDM Kesehatan, khususnya Fakultas Kedokteran penyelenggara pendidikan dokter spesialis.npra
Kementerian Kesesehatan Buka Pelayanan Terpadu
U
ntuk mendukung pelaksanaan Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, mulai tanggal 26 Mei 2010, Kementerian Kesehatan membuka Unit Layanan Terpadu dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Sebelumnya, Kementerian Kesehatan telah membuka layanan informasi dan pengaduan pelayanan kesehatan di Puskesmas dan 28
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
Unit Pelayanan Terpadu
Peristiwa
Pusat Tanggap dan Respon Cepat
Rumah Sakit atau Pusat Tanggap dan Respon Cepat (PTRC) melalui telepon 021- 500567, call center 021-30413700 atau email info@ puskom.depkes.go.id dan
[email protected]. Ketiga unit layanan ini, dibuka setiap hari kerja, Senin–Jumat mulai pukul 08.00–16.00 WIB. Untuk memperoleh layanan Unit Pelayanan Terpadu, pemohon harus datang ke Kantor Kementerian Kesehatan, Jl. HR Rasuna Said, Blok X-5 No. 4-9 Jakarta Selatan di Gedung Prof. dr. Sujudi, lantai 5. Sedangkan layanan pengadaan barang dan jasa secara elektronik dapat diakses melalui website : www/LPSE.depkes.go.id. Unit Pelayanan Terpadu memberikan 10 bidang layanan yaitu : Perijinan Sarana Sediaan Farmasi, Pedagang Besar Farmasi (PBF), Bahan Baku Obat, dan Ekspor
Impor Narkotika, Psikotropika dan Prekusor. Perijinan Sertifikat Sarana Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT). Pengurusan Registrasi Alat Kesehatan dan PKRT. Rekomendasi Sekolah Kesehatan. Ethical Clearance Penelitian Kesehatan. Registrasi Dokter/ Dokter Gigi. Rekomendasi Pengobat Tradisional Asing. Rekomendasi/ Perijinan, Penetapatan Kelas dan Akreditasi Rumah Sakit, Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) dan Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan (KALK). Pengaduan Masyarakat dan Pelayanan Publik, serta Urusan Kepegawaian. Tata cara memperoleh layanan. Pemohon harus datang ke gedung baru Kementerian Kesehatan lantai 5. Di pintu masuk, pemohon mengambil nomor antrian sesuai dengan
keperluan dengan cara menekan touchscreen. Setelah mengambil nomor antrian, pemohon menunggu di ruang yang telah disediakan. Sambil menunggu panggilan melalui layar monitor, disediakan televisi dan bacaan. Di unit layanan terpadu ini disediakan 11 loket layanan. Untuk memperoleh informasi lengkap tentang pelayanan Loket 1, 2 , dan 3, contoh formulir dan status perkembangan berkas, pemohon dapat mengakses melalui website : www.binfar.depkes.go.id Sedangkan informasi pelayanan Loket 4 secara lengkap, pemohon dapat menghubungi Sekretariat Badan Pemberdayaan dan Pengembangan SDM Kesehatan (Badan PPSDM Kesehatan) di nomor telepon 021-7245517 ext. 2046, 3035, 3040, 3029 atau email: hukormas_
[email protected]. nSmd No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
29
Peristiwa Menkes Meresmikan Instalasi Pelayanan Terpadu
Rsup Hasan Sadikin Miliki Gedung Pelayanan Terpadu dan Askes Center
R
umah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin (RSHS), kini miliki Gedung Pelayanan Terpadu dan Askes Center. Gedung Pelayanan Terpadu dikhususkan melayani rawat inap pasien peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Sedangkan Askes Center untuk pelayanan peserta Askes yaitu pegawai negeri sipil (PNS), para pensiunan PNS dan pensiunan TNI, Polri dan 30
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
anggota keluarganya. Peresmian gedung dilakukan oleh Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH tanggal 27 April 2010 disaksikan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Menkes mengatakan, dengan adanya gedung pelayanan terpadu, pelayanan kesehatan keluarga miskin dan tidak mampu dapat ditingkatkan, merata, bermutu dan terjangkau serta tidak diskriminasi. Karena itu, seluruh unsur pemberi pelayanan diminta bekerja sama dan bahu membahu dengan semua pihak terkait
Peristiwa Menkes Meresmikan Askes Center RSUP Hasan Sadikin Bandung
dalam memberikan pelayanan yang terbaik pada seluruh lapisan masyarakat dengan memperhatikan 5 nilai (taglines), yaitu : pro-rakyat, inklusif, responsif, efektif, dan bersih. Menurut Menkes, pelayanan kepada masyarakat miskin merupakan amanat Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan bahwa negara wajib melindungi masyarakat miskin. Salah satu program yang telah dilaksanakan Pemerintah untuk mewujudkan amanat konstitusi adalah program Jamkesmas, sehingga masyarakat miskin dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara gratis baik di Puskesmas maupun di rumah sakit. “Melalui program Jamkesmas, pemerintah dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya”, ujar Menkes. Untuk mendukung pelaksanaan program Jamkesmas, para tenaga kesehatan di rumah sakit harus bekerja secara profesional, berorientasi kepada kepuasan pasien serta melindungi keselamatan pasien sesuai amanat
Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, kata Menkes. Pembangunan kesehatan periode 2010–2014 menititikberatkan pada upaya promotif dan preventif tanpa melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif. Perkembangan terakhir menunjukkan pelayanan kesehatan telah beralih dan berorientasi kepada paradigma baru yaitu adanya pergeseran dari pelayanan medis atau medical care ke pemeliharaan kesehatan atau health care. “Paradigma ini diharapkan menghasilkan efektifitas organisasi sehingga rumah sakit dapat lebih mandiri dan dapat mengembangkan diri untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat”, ujar Menkes Selain itu, pemerintah juga berusaha untuk mencapai universal coverage atau Jamkesmas Semesta pada tahun 2014. Bagi masyarakat yang sehat, pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan keluarga dan masyarakat, serta lebih memprioritaskan upaya memelihara dan menjaga yang sehat agar semakin sehat dan merawat No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
31
Peristiwa yang sakit agar menjadi sehat. Untuk mencapai itu, berbagai upaya harus dilaksanakan antara lain meningkatkan cakupan, keterjangkauan, dan mutu pelayanan kesehatan, tanpa memandang apakah yang berobat kaya ataupun miskin, ujar Menkes. Menkes menambahkan, salah satu dampak positif keberhasilan pembangunan nasional adalah terjadinya perubahan sosial budaya masyarakat. Selain itu, masyarakat juga semakin kritis dan mulai cenderung menuntut pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, lebih baik, dan lebih ramah. Agar tuntutan ini dapat dipenuhi maka salah satu prasyarat adalah meningkatnya mutu pelayanan kesehatan, termasuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, ujar Menkes. “Gedung pelayanan terpadu dibangun untuk mencapai salah satu sasaran RSHS, yaitu “Terlayaninya semua pasien Gakin yang berobat ke RSHS secara bermutu”. Pencapaian sasaran ini diharapkan dapat mendukung pencapaian salah satu output pelayanan kesehatan rujukan bagi masyarakat miskin seperti ditetapkan dalam Renstra Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010-2014, yaitu “Meningkatnya Pelayanan Kesehatan Rujukan bagi Penduduk Miskin di RS” , ujar Dirut RSHS Dr. De Is M. Rizal Chaidir, SpOT(K), M.Kes (MMR), FICS. Adapun pengembangan Askes Center adalah untuk meningkatkan pelayanan informasi dan penanganan keluhan ; mempercepat pelayanan administrasi dan pelayanan klaim; dan meningkatkan hubungan kemitraan antara RSHS, PT Askes dan peserta, ujar dr. M.
De Is M. Rizal. Menurut Dirut RSHS, Gedung Pelayanan Terpadu dibangun 6 lantai (termasuk attic) plus basement dengan kapasitas 400 TT, terdiri dari 360 TT untuk Ruang Rawat Biasa, 32 TT untuk Ruang Isolasi dan 8 TT untuk High Care Unit. Basement dimanfaatkan untuk tempat parkir, Lantai 1 untuk Public Utility, Ruang Isolasi dan HCU, Lantai 2 s.d. 5 untuk Ruang Rawat Biasa, dan Lantai 6 (attic) untuk perkantoran. Ditambahkan, gedung untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin ini belum seluruhnya dilengkapi dengan fasilitas perawatan yang memadai, terutama tempat tidur pasien. Berkaitan dengan hal itu, Gubernur Propinsi Jawa Barat telah memberikan bantuan sebesar Rp 5 Milyar untuk pembelian 350 buah tempat tidur pasien. Adapun Askes Center dilengkapi dengan sistem informasi yang sudah bersinergi antara SIM RSHS dan SIM PT Askes secara on line, sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih mudah dan lebih cepat. Mudahan-mudahan dengan adanya Pelayanan Rawat Inap Terpadu Jamkesmas dan Jamkesda dan Askes Center on line ini dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit kami kepada masyarakat pada umumnya, dan masyarakat miskin (Gakin) dan peserta Askes pada khususnya. “Kami masih terus memerlukan dukungan Menteri Kesehatan, terutama untuk mewujudkan RSHS sebagai salah satu RS yang akan ditingkatkan menjadi Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia (RSI-KD) seperti ditetapkan dalam Roadmap Reformasi Kesehatan Masyarakat”, ujar Dirut RSHS. nSmd/DS
Sidang World Health Assembly Ke-63
32
S
idang ke-63 World Health Assembly (WHA) telah diselenggarakan di Jenewa, pada tanggal 17-21 Mei 2010. Sidang dihadiri para delegasi yang dipimpin oleh 134 menteri kesehatan dari 187 negaranegara anggota WHO. Sidang tahunan WHO tersebut dipimpin Menkes Tunisia,
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
Mr. Mundher A. Zenadi. Delegasi RI dipimpin Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH, beranggotakan unsur Kementerian Kesehatan, Kemlu dan Perwakilan Tetap RI (PTRI) Jenewa. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama yang juga anggota Delegasi RI melaporkan untuk Mediakom.
Peristiwa Menkes pada sidang WHA
Sidang WHA ke-63 telah mengesahkan 20 resolusi dan 1 keputusan sebagai hasil pembahasan Komite A (isu-isu teknis kesehatan) dan Komite B (isu-isu terkait program, administrasi dan keuangan) yang keseluruhannya dicapai melalui konsensus. Sidang dibuka 17 Mei 2010 oleh Presiden WHA ke-62, Dr. Nimal Sripala de Silva (Sri Lanka) dan selanjutnya posisi tersebut dilanjutkan oleh Presiden WHA ke63 terpilih, Dr. Mundher A Zenadi (Tunisia). Menteri Kesehatan RI yang merupakan anggota Executive Board (EB) WHO telah diminta sebagai wakil EB pada Sesi Komite A Sidang ke-63 WHA. Dirjen WHO, Margaret Chan, dalam sambutan pengantar general discussion mengenai “Health Related Millenium Goals”, menghimbau negara-negara anggota untuk kembali memperkuat upaya pencapaian MDGs. Juga disampaikan, sejumlah kemajuan yang dicapai dalam penanganan kesehatan publik antara lain penurunan jumlah kematian anak; penurunan kasus tuberkulosis dan malaria; pentingnya upaya-upaya untuk mengurangi kematian akibat pneumonia; pemberantasan campak; pencegahan hepatitis virus terutama B dan C; pencegahan penyakit menular; strategi untuk mengurangi penggunaan alkohol khususnya terhadap anak-anak; dan rencana strategis baru bagi pemberantasan polio. Menteri Kesehatan RI dalam kesempatan sesi Pleno tanggal 17 Mei 2010, menyatakan, strategi pemenuhan target di bidang kesehatan ibu dan anak serta HIV/AIDS merupakan komponen penting bagi
pencapaian keseluruhan target Millenium Development Goals (MDGs). Ditegaskan kembali bahwa pencapaian MDGs merupakan kewajiban moral, tidak sekedar memenuhi kewajiban internasional, namun juga memenuhi kepentingan nasional dalam meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Pada tanggal 18 Mei 2010, sidang telah mendengarkan keynote speech Presiden Liberia, Ellen Johnson Sirleaf yang menyampaikan pengalaman negaranya dalam membangun sistem kesehatan publik setelah berakhirnya perang. Sidang juga telah mendengarkan pernyataan para menteri kesehatan dari berbagai negara mengenai pengalamannya masingmasing dalam pencapaian target MDGs 4, 5 dan 6. Salah satu hal yang paling mengemuka dalam pidato para Menkes tersebut adalah himbauan dibangunnya suatu kerjasama yang bersifat mutual benefit, dan didukung oleh kepemimpinan dan komitmen yang kuat serta pemberdayaan masyarakat. Sidang juga telah mencatat sejumlah isu-isu yang krusial sebagai berikut : Pandemic Influenza Preparedness Sidang WHA ke-63 telah mengadopsi rancangan resolusi atas inisiatif Indonesia mengenai Pandemic Influenza Preparedness (PIP), yang menyepakati dilanjutkannya negosiasi PIP Framework bagi sharing of virus of influenza and access to vaccines and other benefit dan kesediaan negara-negara untuk membahas Standard Material Tranfer Agreement (AMTA) serta melaporkannya melalui sidang EB ke-128 kepada sidang ke-62 WHA tahun 2011. Counterfeit Medical Products Pembahasan agenda mengenai Counterfeit Medical Products merupakan salah satu isu yang alot pembahasannya dalam sidang ke-63 WHA. Brazil, India dan negara-negara Afrika tidak menginginkan IMPACT (International Medical Products Anti-Counterfeiting Taskforce) sebagai badan bentukan WHO dan sejumlah negara maju, yang dinilai sebagai “mekanisme” No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
33
Peristiwa terselubung yang digunakan produsen obat negara maju untuk melawan obat generik yang diproduksi negara berkembang. Isu ini akhirnya disepakati dibahas melalui suatu time limited and result oriented inter-governmental working group guna membahas peran WHO dalam hal mengatur ketersediaan obat dan produk kesehatan yang berkualitas, aman dan terjangkau, serta membahas peran IMPACT dan WHO.
Kriteria pemilihan Direktur Jenderal WHO Ghana, yang didukung oleh negara-negara Afrika berupaya mengajukan rancangan resolusi mengenai pemilihan Dirjen WHO yang kriterianya didasarkan pada rotasi kawasan. Upaya ini ditentang oleh Canada dan negara-negara maju yang mengajukan rancangan resolusi kriteria pemilihan Dirjen WHO yang didasarkan pada merit, profesionalisme, dan kualitas. Melalui perdebatan yang alot dan memakan tiga hari pembahasan, pada akhirnya rancangan resolusi usulan Ghana/ Afrika gagal memperoleh dukungan, setelah dikalahkan melalui voting dengan selisih tipis 71 Vs 73 suara.
Pertemuan Bilateral Dalam kesempatan pertemuan bilateral dengan Mesir, Saudi Arabia, Sudan, Timor-Leste yang telah dilakukan pada tanggal 17-18 Mei 2010, Menkes RI telah menjajaki kerjasama antara lain dalam pengembangan kerjasama produksi vaksin, fasilitas kesehatan haji; penyediaan dan pengembangan SDM kesehatan; dan penanggulangan bencana. Pada pertemuan dengan Menkes Mesir, disepakati keinginan 34
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
kedua negara untuk melakukan kerjasama dalam produksi vaksin bagi negara berkembang maupun dalam perundingan PIP Framework, dan kerjasama dalam pertukaran pengalaman di bidang Universal Insurance Coverage. Pada pertemuan dengan Sudan, Menkes Sudan menyampaikan undangan kepada Menkes RI untuk berkunjung, dan ajakan untuk penyusunan rencana aksi untuk kerjasama di bidang kesehatan, di bidang pengembangan SDM, penanggulangan bencana, permintaan pembelian vaksin influenza secara langsung dari Bio Farma serta pengembangan sistem pelayanan kesehatan dasar. Pada pertemuan Menkes RI dengan Menkes Arab Saudi, Arab Saudi sepakat bahwa kerjasama Indonesia-Arab Saudi perlu ditingkatkan. Dalam kaitan ini, pemerintah Arab Saudi akan mengkaji permintaan Indonesia tentang pembukaan klinik haji di luar musim haji. Pemerintah Arab Saudi juga berkeinginan untuk meningkatkan kerjasama terutama untuk pengadaan tenaga dokter, dokter spesialis, perawat, dan teknisi, serta kerjasama peningkatan kompetensi berbahasa Inggris bagi tenaga kesehatan Indonesia. Menkes Arab Saudi juga mengundang Menkes RI untuk dapat hadir pada International Conference on Mass Gathered di Jeddah yang akan diselenggarakan pada tahun 2010.
Foreign Policy and Global Health Pada tanggal 18 Mei 2010, Menkes RI juga telah memimpin pertemuan kelompok negara yang tergabung dalam Foreign Policy and Global Health Initiative, yaitu Indonesia, Thailand, Afrika
Selatan, Perancis, Senegal, Norwegia dan Brazil. Pertemuan mengeluarkan Joint Communique yang menegaskan pentingnya peran pengelolaan kesehatan dalam mempercepat pencapaian isu-isu kesehatan dalam MDGs khususnya peningkatan kesehatan ibu dan anak serta pencegahan dan pengendalian penyakit menular termasuk HIV/AIDS. Menkes RI juga telah mendorong adanya tata kepemerintahan dalam bantuan internasional bagi pencapaian MDGs melalui sinergi dan sinkronisasi dengan kebijakan strategi pembangunan nasional.
Pertemuan Menteri Gerakan Non Blok (GNB) Dalam kesempatan berpartisipasi pada Pertemuan Para Menkes Kelompok GNB, yang bertemakan “Strengthening the International Health System and Reinforcing Health Security against Pandemic” tanggal 18 mei 2010, Menkes RI telah menyampaikan pernyataan mengenai pentingnya pengaturan virus sharing dan benefits sharing yang adil, transparan, dan setara serta akses terhadap vaksin bagi negara-negara berkembang dalam mengatasi situasi pandemi. Pertemuan dipimpin oleh Menkes Mesir (selaku Ketua GNB) dan dihadiri oleh negara-negara anggota GNB dan observer.
Side Events Menkes RI dan Delegasi RI telah berpartisipasi dalam sejumlah side events, yang diselenggarakan selama tanggal 17-21 Mei 2010, masingmasing: Peluncuran prakarsa AS mengenai Global Health Initiative (GHI) dengan alokasi bantuan sebesar US$ 63 milyar selama enam tahun yang
Peristiwa
Menkes berdiskusi dengan delegasi negara lain difokuskan pada dukungan dalam peningkatan kesehatan perempuan, bayi yang baru lahir dan anak-anak. AS juga berinisiatif untuk melakukan penjajakan kerjasama di bidang kesehatan khususnya polio dan kesehatan reproduksi antara AS dengan negara-negara OKI. Pada pertemuan dengan the Global Fund for AIDS, Tuberculosis and Malaria (GFATM), telah dibicarakan keinginan GFATM untuk bertemu dengan Presiden RI pada akhir bulan Juni 2010. Melalui kunjungan tersebut diharapkan dapat ditandatangani Round-9 yang diajukan Indonesia. GFATM menilai bahwa Indonesia merupakan negara “contoh” di dalam konteks WHO, Asia, OKI, serta bisa menyuarakan kepentingan-kepentingan public health dalam kerangka G20. GFATM juga mengharapkan peran Indonesia agar negara-negara OKI bersedia menjadi donor bagi GFATM. Pada pertemuan dengan Deputy Executive Director UNAIDS, telah ditawarkan bantuan UNAIDS dalam bidang surveilans epidemiology terhadap HIV/AIDS di Indonesia. Pada tanggal 8-10 Juni 2010 tim surveilans UNAIDS akan datang ke Indonesia
yang dikoordinasikan dengan kantor UNAIDS di Indonesia. Dalam kaitan ini UNAIDS akan memanfaatkan kunjungan tersebut sekaligus untuk meningkatkan kerjasamanya dengan Pemerintah Indonesia. Pada pertemuan dengan Kepala Sekretariat WHO Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), kami telah membicarakan kemungkinan mengkaji berbagai peluang peningkatan kerjasama dalam kerangka nasional maupun internasional. Dalam kaitan ini, FCTC juga menawarkan bantuan teknisnya kepada Pemerintah Indonesia khususnya dalam kerangka ratifikasi konvensi tersebut. Dirjen Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes, pada tanggal 19 Mei 2010 telah diminta sebagai Co-Chair bersama Assistant DG WHO, Dr. Eric Laroche pada side event mengenai pengalaman penanganan kesehatan saat terjadinya gempa bumi dengan mengambil contoh kasus di Haiti, China dan India. Pada pertemuan dengan International Narcotics Control Board (ICNB), telah ditawarkan kepada Indonesia bantuan capacity building
terkait pengembangan data base dan klasifikasi pseudo dan efedrin. Delegas RI juga telah melakukan pembicaraan dengan Senior Advisor of the DG-WHO, Mr. Keiji Fukuda, guna menindaklanjuti kerjasama pembangunan Collaborating Center untuk Vaksin Influenza di Indonesia. Delegasi RI juga telah berpartisipasi sebagai salah seorang pembicara pada resepsi yang diselenggarakan oleh International Federation of Manufacturers Association (IFPMA) pada tanggal 19 mei 2010, melalui presentasi bertema “Women’s Health”. Pada tanggal 19 Mei 2010, Menkes RI juga telah menerima Senior Expert WHO, Mr. Tikki Pangestu yang menawarkan kerjasama dalam “Genomics and Public Health” dengan Pemerintah Indonesia. Beberapa pertemuan dan sideevents lainnya yang dihadiri oleh Delegasi RI adalah “Panel Discussion on 21st Century Approaches to Public Health Governance” (yang diselenggarakan oleh the Public Health Agency of Canada; pertemuan dengan Profesor Kenzo Kikuni dari the Sasakawa Foundation yang menawarkan kerjasama penanganan Lepra; Pertemuan dengan “Stop TB” Foundation; Pertemuan dengan “Roll Back Malaria”; dan Pertemuan dengan GAVI (the Global Alliance for Vaccines and Immunisation). Sehari setelah berlangsungnya sidang ke-63 WHA, pada tanggal 22 Mei 2010 dilangsungkan sidang ke-127 Executive Board. Pada sidang tersebut, Indonesia tidak lagi menjabat sebagai anggota EB, dan duduk sebagai peserta dengan klasifikasi negara WHO non-Executive Board. Kedudukan Indonesia digantikan oleh Timor Leste yang mewakili kawasan Asia Tenggara No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
35
Peristiwa DAFTAR RESOLUSI 1. Pandemic influenza preparedness: sharing of influenza viruses and access to vaccines and other benefits; 2. Implementation of the International Health Regulation (2005); 3. The Establishment of the Working Group on Research and Development Goals; 4. Monitoring of the achievement of the health-related Millenium Development Goals; 5. International recruitment of health personnel: draft global code of practise; 6. Infant and young child nutrition; 7. Birth defects; 8. Food safety; 9. Prevention and control of non-communicable diseases: implementation of the global strategy; 10. Strategies to reduce the harmful use of alcohol: draft global strategy; pada EB untuk periode 2010-2011. Disela-sela sidang ke-63 WHA, telah diselenggarakan pula upacara pemberian Health Award, masingmasing untuk Sasakawa Health Prize (yang diberikan kepada Dr. Xueping Du, Directior of the Yue Tan Community Health Service Center of FuXing Hospital, China); United Arab Emirates Health Foundation Prize (diberikan kepada National Center for Diabetes, Endocrinology and Genetics, Jordan dan the Early Childhood Intervention Programme, Regional Administration of Health of Alentejo, Portugal; serta Dr LEE Jongwook Memorial Prize for Public Health (kepada Action for Aids, Singapura). Keberhasilan sidang ke-63 WHA yang dalam waktu lima hari berhasil menyelesaikan 20 resolusi dan 1 keputusan merupakan suatu capaian yang dinilai sangat baik. Namun demikian, beberapa negara mulai menyuarakan agar sidang-sidang WHO pada tingkat regional lebih diefektifkan guna menyelesaikan sejumlah isu bersama, tanpa harus menjadi perdebatan 36
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
11. Tuberculosis control; 12. Viral hepatitis; 13. Leishmaniasis control; 14. Smallpox eradication: destruction of variola virus stocks; 15. Availability, safety and quality of blood products; 16. Strategic Approach to International Chemicals Management; 17. Counterfeit medical products; 18. Treatment and prevention of pneumonia; 19. Health conditions in the accupied Palestinian territory, including east Jerusalem, and in the occuppied Syrian Golan; 20. Partnership; 21. Decision on Appoinment of representatives to the WHO Staff Pension Committee
berkepanjangan pada sidang WHA yang sangat padat agendanya. Delegasi RI pada sidang ke-63 WHA telah memberikan kontribusi aktif dalam hampir seluruh mata agenda sidang. Selain itu, Delegasi RI juga telah berhasil memperlancar disahkannya tiga rancangan resolusi menjadi resolusi sidang ke-63 WHA, masingmasing mengenai keberlanjutan perundingan Pandemic Influenza Preparedness Framework. Resolusi mengenai “Improvement of health throughsafe and environmentally sound waste management”, serta Resolusi mengenai viral hepatitis. Terkait dengan disahkannya Resolusi “Improvement of Health Through Safe and Environmentally Sound Waste Management”, Executive Secretary of the Basel Convention, Ms. Katharina Kummer, secara khusus telah mengapresiasi upaya Pemerintah RI dalam menggolkan resolusi dimaksud. Disahkannya resolusi mengenai kelanjutan perundingan Pandemic Influenza Preparedness (PIP) merupakan kelanjutan keberhasilan Indonesia dan beberapa negara
yang tergabung dalam like-minded countries dalam menciptakan mutual trust di antara negara-negara kunci bagi pentingnya pengaturan virus sharing dan benefits sharing yang adil, transparan, dan setara. Kesediaan negara-negara untuk membahas Standard Material Transfer Agreement (SMTA) merupakan manifestasi kesadaran masyarakat internasional bagi pentingnya ketersediaan dan akses vaksin dalam mengatasi pandemik tidak hanya di negara berkembang namun juga negara maju. Profil diplomasi Indonesia di bidang kesehatan telah mendapat apresiasi dari negara berkembang lainnya mengingat kemajuan yang dicapai Indonesia di bidang kesehatan maupun komitmen dalam mendorong kerjasama internasional yang adil dan berimbang di bidang kesehatan publik global. Beberapa negara secara informal telah menyatakan apresiasinya kepada Delegasi RI atas kontribusi positif Delegasi RI pada pembahasan sejumlah resolusi sidang ke-63 WHA. npra
Stop Press
Hari Malaria Sedunia 2010
U
ntuk mengatasi malaria, pada pertemuan WHA 60 tanggal 18-23 Mei 2007 telah disepakati komitmen global tentang eliminasi malaria setiap negara dan merekomendasikan bagi negaranegara yang endemis malaria memperingati Hari Malaria Sedunia setiap tanggal 25 April. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja dalam menuju eliminasi malaria serta meningkatkan kepedulian dan peran aktif masyarakat dalam penanggulangan dan pencegahan malaria. Tahun ini merupakan tahun ketiga peringatan Hari Malaria Sedunia dengan tema ”BERSAMA KITA BERANTAS MALARIA”. Tujuannya untuk meningkatkan
kemitraan dalam mencapai eliminasi malaria di Indonesia. Selain itu juga untuk meningkatnya kesadaran para mitra untuk berperan aktif dalam eliminasi malaria, meningkatnya komitmen para penentu kebijakan di Pusat dan Daerah untuk melakukan eliminasi malaria, serta meningkatnya kemitraan dalam kegiatan eliminasi malaria. Peringatan Hari Malaria Sedunia (HMS) tahun 2010 diharapkan dapat lebih meningkatkan advokasi, edukasi dan sosialisasi kepada semua stakeholder dan masyarakat sehingga eliminasi malaria dapat segera dicapai. Mengingat malaria merupakan masalah yang komplek terkait dengan aspek penyebab penyakit (parasit), lingkungan (fisik dan biologis) dan nyamuk Menkes meresmikan Malaria Center di Halsel
No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
37
Stop Press Menkes mengunjungi stan pameran di Malaria Center, Halsel
sebagai vektor penular maka eliminasi malaria harus dilaksanakan secara bersama dengan para mitra terkait dan menjadi bagian integral dari pembangunan nasional. Peringatan HMS Tahun 2010 diisi dengan berbagai kegiatan di Pusat maupun Daerah, diantaranya Workshop Nasional tentang Penelitian Malaria di Indonesia tanggal 10 Mei 2010, Workshop Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Eliminasi Malaria tanggal 18 Mei 2010. Sedangkan pada puncak acara akan dilakukan peresmian Malaria Center di Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara oleh Menteri Kesehatan tanggal 24 April 2010. Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka kematian ibu hamil, bayi dan balita. Setiap tahun lebih dari 500 juta penduduk dunia terinfeksi malaria dan lebih dari 1.000.000 orang meninggal dunia. Kasus terbanyak 38
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
terdapat di Afrika dan beberapa negara Asia termasuk Indonesia, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa bagian negara Eropa. Sedangkan di Indonesia, sampai tahun 2009, sekitar 80% Kabupaten/ Kota masih termasuk katagori endemis malaria dan sekitar 45% penduduk bertempat tinggal di daerah yang berisiko tertular malaria. Sementara jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2009 sebanyak 1.143.024 korban. Jumlah ini mungkin lebih kecil dari keadaan yang sebenarnya karena lokasi yang endemis malaria adalah desa-desa yang terpencil dengan sarana transportasi yang sulit dan akses pelayanan kesehatan yang rendah. Upaya pemerintah dalam program pengendalian malaria yaitu Diagnosa Malaria harus terkonfirmasi mikroskop atau Rapid Diagnostic Test; Pengobatan menggunakan Artemisinin Combination Therapy; Pencegahan penularan malaria melalui: distribusi kelambu (Long Lasting Insecticidal Net), Penyemprotan rumah, repellent, dan lain-lain; Kerjasama Lintas Sektor dalam Forum Gebrak Malaria; dan Memperkuat Desa Siaga dengan pembentukan Pos Malaria Desa (Posmaldes). Seseorang yang terkena malaria dapat mengalami anemia. Pada kasus malaria berat dapat menyebabkan koma, kegagalan multi organ serta menyebabkan kematian.Namun malaria dapat dicegah. Cara mencegah malaria yaitu dengan menghindari gigitan nyamuk malaria diantaranya dengan tidur di dalam kelambu, mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk (Repelent); membersihkan tempattempat hinggap/istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk; membunuh nyamuk dewasa dengan menyemprot rumah-rumah dengan racun serangga; membunuh jentik-jentik nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik; membunuh jentik nyamuk dengan menyempot obat anti larva (jentik) pada genangan air dan melestarikan hutan bakau di rawa-rawa sepanjang pantai. nSmd
Stop Press Menkes beri sambutan pada Hari Malaria Sedunia
Bersama Kita Berantas Malaria
I
ndonesia merupakan salah satu negera yang belum bebas dari penyakit malaria. Pemerintah telah membuat rencana pengendalian malaria secara bertahap, hingga 2030 diharapkan seluruh wilayah telah dapat melaksanakan pengendalian malaria secara intensif dan integratif, sehingga eliminasi malaria dapat tercapai di Indonesia. Keberhasilan rencana pemerintah tersebut juga menuntut partisipasi aktif seluruh warga masyarakat. Meskipun kesehatan penduduk dunia mengalami kemajuan signifikan, namun malaria masih menjadi penyakit yang memerlukan perhatian khusus. Data menunjukkan bahwa secara keseluruhan terdapat 3,2 miliyar penderita malaria didunia yang tersebar di 107 negara. Perubahan iklim global telah mengakibatkan kemampuan nyamuk semakin meningkat untuk
menularkan malaria. Penyakit yang menimbulkan kematian lebih dari 1 juta penduduk dunia pada 2005 itu juga dicatat sebagai penyakit yang muncul kembali (re-emerging desease) di sejumlah negara yang semula telah bebas dari malaria, antara lain di Asia Tengah, Eropa Timur dan Asia Tenggara. Indonesia merupakan salah satu negara yang masih berisiko malaria. Sampai dengan tahun 2009, sekitar 80 persen kabupaten/kota masih termasuk katagori endemis malaria dan sekitar 45 persen penduduk bertempat tinggal di daerah yang berisiko tertular malaria. Jumlah kasus malaria klinis yang dilaporkan pada tahun 2009 sebanyak 1.143.024 orang. Jumlah ini mungkin lebih besar dari keadaan yang sebenarnya, mengingat lokasi endemis malaria adalah desa-desa yang terpencil, dengan sarana transportasi yang sulit dan akses
pelayanan kesehatan juga masih rendah, sehingga banyak penderita malaria tidak tercover dengan pelayanan kesehatan dan tidak terlaporkan. Menurut perhitungan ahli ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria sebesar itu maka kerugian ekonomi yang dapat ditimbulkan mencapai sekitar Rp 3,3 triliun sebagai akibat dari tidak dapat bekerja selama satu minggu, biaya pengobatan dan lain-lain. Angka itu belum termasuk biaya sosial seperti menurunnya tingkat kecerdasan anak dan menurunnya kualitas sumber daya manusia yang berdampak pada penurunan produktivitas.
Kategori daerah endemis
Menyadari hal itu pemerintah telah melakukan upaya mengatasinya supaya angka kejadian malaria dapat terus diperkecil. Bila tahun 2006 terdapat sekitar 2 juta kasus malaria klinis, tahun 2007 turun menjadi 1,75 juta kasus. Jumlah penderita positif malaria No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
39
Stop Press
Pengasapan nyamuk oleh petugas kesehatan
(hasil pemeriksaan mikroskop positif terdapat parasit malaria) tahun 2006 sekitar 350 ribu kasus, pada tahun 2007 turun menjadi sekitar 311 ribu kasus. Untuk memudahkan pencegahan dan penanganan kasus malaria,di negara kita daerah endemi malaria dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu: endemis tinggi, endemis sedang, endemis rendah dan non endemis. Suatu daerah termasuk endemis tinggi apabila kejadian malaria per tahun (Annual Parasite Incidence - API) lebih dari 5 per 1.000 penduduk. Provinsi Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, dan NTT termasuk dalam kategori ini. Disebut endemis sedang jika API berkisar 1 hingga kurang dari 5 per 1.000 penduduk, yaitu sebagian P. Kalimantan, P.Sulawesi, dan beberapa provinsi di Sumatera. Adapun daerah endemis rendah apabila API 0 - 1 per 1.000, di antaranya sebagian P.Jawa dan Bali. Sedangkan yang disebut nonendemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria (bebas dari malaria) atau API = 0, yaitu DKI Jakarta. 40
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
Langkah Bertahap
Dengan kondisi daerah yang beragam seperti disebut di atas, pemerintah telah menyusun rencana secara bertahap membebaskan seluruh penduduk dari penyakit ini. Tahun 2010 wilayah DKI, Bali, Batam sudah bebas dari malaria, menyusul tahun 2015 adalah seluruh Jawa, NAD, Kepulauan Riau. Dan tahun 2020 giliran seluruh Sumatera, NTB, Kalimantan, Sulawesi.Dan pada tahun 2030 bebas malaria di daerah Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan NTT. Untuk itu pada tahun 2010 ini semua kabupaten/kota ditargetkan telah mampu melaksanakan pemeriksaan sediaan darah malaria dan memberikan pengobatan yang tepat dan terjangkau, sehingga pada 2020 seluruh wilayah Indonesia sudah dapat melaksanakan intensifikasi dan integrasi dalam pengendalian malaria. Tahun 2010 ini beberapa langkah pengendalian penyakit malaria antara lain adalah dengan melakukan sosialisasi dan peningkatan kualitas pengobatan obat anti malaria dengan Artemisinin Combination Test (ACT) di seluruh Indonesia. Selain itu juga diupayakan peningkatan penemuan kasus dan kualitas pemeriksaan laboratorium/mikroskop. Pemerintah juga melakukan perluasan cakupan
penemuan, pengobatan dan pencegahan penularan malaria, melalui intensifikasi dan integrasi pengendalian malaria, khususnya di semua provinsi di Kalimantan dan Sulawesi. Upaya lain adalah peningkatan perlindungan penduduk berisiko dan pencegahan penularan malaria, khususnya melalui kegiatan integrasi dengan kesehatan ibu hamil dan program imunisasi lengkap pada bayi dan balita dengan pembagian kelambu berinsektisida dan imunisasi lengkap pada bayi dan balita. Pendistribusian kelambu gratis juga dilakukan di daerah endemis malaria tinggi dan sedang, yaitu di Sumatera dan wilayah Indonesia Timur.
Malaria Center
Berkenaan dengan Hari Malaria Sedunia pada 25 April ini, pemerintah meresmikan Malaria Centre di Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Pendirian lembaga koordinasi penanggulangan penyakit malaria ini merupakan inisiatif penting dan stretegis dari pemerintah daerah. Hal ini mengingat bahwa malaria merupakan permasalahan utama kesehatan masyarakat di Maluku Utara khususnya Halmahera Selatan, yang berdampak luas terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Diharapkan Malaria Center sebagai wadah dapat menghimpun, menggerakkan, mengkoordinasikan serta mensinergikan segenap potensi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk menanggulangi malaria. Bagaimanapun, partisipasi dan kontribusi pemerintah daerah beserta segenap warga masyarakat akan sangat menentukan keberhasilan pencapaian target yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.n Smd
Stop Press Paduan suara ibu-ibu dan anak-anak Aceh menyanyikan lagu "Bebas Malaria"
Pencanangan Aceh bebas Malaria oleh Prof. Tjandra Yoga Aditama
Aceh Canangkan Bebas Malaria 2015
G
ubernur, Irwandi Yusuf mencanangkan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam bebas malaria pada tahun 2015. Sedangkan taget nasional, Indonesia bebas malaria pada tahun 2030. Pencanangan dilakukan di Puskesmas Lamtuba Kab Aceh Besar, Selasa (22/6) dihadiri Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Kepala Dinas Kesehatan NAD dr. A. Yani dan Wakil Bupati Aceh Besar Anwar Ahmad. Menurut Prof. Tjandra, Provinsi NAD merupakan provinsi pertama di pulau Sumetera yang mencanangkan eliminasi malaria. Dipilihnya Puskesmas Lamtuba sebagai tempat pencanangan, karena pada tahun 2006 angka kejadian malaria (Annual Parasitical Index) adalah 2/1000 dan sekarang berhasil diturunkan menjadi
0,2/1000, artinya program eliminisasi malaria memang secara nyata dapat dilakukan. Pada kesempatan tersebut Kementerian Kesehatan menyerahkan bantuan sebesar Rp 7 milyar untuk mewujudkan Aceh bebas malaria pada tahun 2015. Menurut Prof. Tjandra, bantuan sebesar itu diantaranya diperuntukkan bagi pengadaan perlengkapan. Penyerahan bantuan secara simbolis diserahkan Dirjen P2PL kepada Gubernur NAD. Selain bantuan itu, Kementerian Kesehatan lewat program penyehatan lingkungan, juga menyediakan sarana air bersih untuk sekitar 300 desa di Aceh. “ Aceh sebagai daerah awal pencanangan bebas malaria karena termasuk satu diantara 242 kabupaten/kota di Indonesia yang mengalami endemis “, ujar Prof. Tjandra.
Daerah dikatakan endemis malaria, apabila API-nya > 0 - 50 per 1000 penduduk. Berdasarkan data 2009, dijumpai 29.655 kasus klinis malaria yang tersebar di 23 kabupaten/kota di Aceh. Kasus terbanyak di Aceh Timur (4.642), Banda Aceh (3.105), dan Aceh Besar (2.542). Karena itu empat kabupaten/ kota di Aceh dijadikan pilot project pencanangan bebas malaria 2015 yaitu Aceh Besar, Aceh Timur, Aceh Jaya dan Aceh Selatan. Sehari sebelumnya, Dirjen P2PL melakukan kunjungan ke Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP ) Kelas 3 Sabang, salah satu KKP termuda karena baru berumur sekitar 2 tahun. Pada kesempatan tersebut, Dirjen P2PL juga bersilaturahmi dengan Sekretaris Daerah Sabang. Menurut Sesda Sabang, pemerintah daerahnya mentargetkan Sabang bebas malaria pada tahun 2013. n Smd No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
41
Stop Press
Pengobatan Hemofilia diupayakan melalui Jamkesmas
P
enderita hemofilia membutuhkan transfusi faktor pembekuan darah untuk kelangsungan hidupnya. Melalui program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Kementerian Kesehatan mengupayakan pengobatan gratis bagi penderita hemofilia yang tergolong masyarakat miskin, ujar Menkes dalam pidato yang dibacakan dr. Ratna Rosita, MPHM, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan dalam memperingati Hari Hemofilia Sedunia tanggal 17 April 2010 di Jakarta. Hemofilia adalah kelainan perdarahan akibat kurangnya produksi salah satu faktor pembekuan darah dalam tubuh. Penyakit ini menyebabkan tubuh penderita tidak mampu menghentikan perdarahan apabila penderita terluka dan mengalami perdarahan. Keadaan ini dapat menimbulkan kecacatan fisik penderita dan berujung kepada kematian apabila tidak atau terlambat ditangani. ”Setiap orang yang mengidap hemofilia harus menyadari risiko yang akan dihadapi. Saling bertukar informasi merupakan metode yang efektif untuk belajar dari pengalaman penderita yang lain, sehingga dapat mengurangi risiko-risiko tersebut”, ujar Menkes. Kementerian Kesehatan sangat mendukung upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI) dalam bentuk wadah/perhimpunan yang bertujuan membantu meningkatkan taraf hidup penderita hemofilia. ”Dengan adanya perhimpunan ini, diharapkan penderita dan keluarga penderita dapat saling bertukar informasi, sehingga menambah pemahaman tentang hemofilia dan langkah-langkah yang harus diambil agar tidak menambah tingkat keparahan penyakitnya”, tambah Menkes. Ketua HMHI Prof. Dr. dr. Moeslichan MZ, Sp.AK (K), mengatakan di Indonesia jumlah penderita hemofilia diperkirakan mencapai 20.000 orang. Namun dari jumlah itu, baru 1.236 penderita dan kelainan perdarahan lainnya tercatat di HMHI. Hal ini menunjukkan baru sekitar 5% kasus yang terdiagnosis. “ Hingga saat ini, sebagian besar penderita kelainan 42
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
perdarahan di seluruh dunia termasuk di Indonesia belum terdiagnosis dengan tepat dan pengobatan yang sesuai”, kata Prof. Dr. dr. Moeslichan MZ, Sp.AK (K). Hari Hemofilia Sedunia diperingati setiap tanggal 17 April. Tahun ini tema yang dipilih adalah The Many Faces of Bleeding Disorder : United to Achieve Treatment for All atau “ Bersatu mencapai pengobatan bagi semua “. Sementara itu Prof. Dr. Djajadiman Gatot, Sp.A (K) Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Hemofilia RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo mengatakan, diagnosis beberapa jenis kelainan perdarahan cukup sulit dan membutuhkan fasilitas laboratorium canggih. Hal inilah yang menjadi kendala dalam diagnosis. Selama ini banyak anggapan bahwa kelainan perdarahan hanya dialami laki-laki saja (hemofilia). Pada kenyataannya ada jenis-jenis kelainan perdarahan selain hemofilia yang dapat mengenai baik laki-laki maupun
Stop Press perempuan, seperti penyakit Von Willebrand, tromopati (gangguan fungsi trombosit) dan kekurangan faktorfaktor pembekuan lainnya. Sebagian besar dari penyakit ini, gejalanya ringan, sehingga sering kali tidak disadari dan tidak terdeteksi. Namun pada wanita, hal ini dapat menjadi masalah serius, bila terjadi perdarahan paska melahirkan atau menstruasi berkepanjangan.
Penyebab Hemofilia
2. Hemofilia sedang, frekuensi timbulnya perdarahan tidak sesering Hemofilia berat. Mempunyai kadar faktor pembeku darah 1-5%. 3. Hemofilia ringan, jarang terjadi perdarahan kecuali jika terjadi luka besar seperti tindakan pencabutan gigi, operasi atau khitan. Mempunyai kadar faktor pembeku darah 5-30%. Kadar faktor pembeku darah dapat diketahui melalui pemeriksaan darah di laboratorium.
Hemofilia merupakan kelainan bawaan sejak lahir yang diturunkan oleh kromosom X. Wanita berperan sebagai pembawa (carrier) sifat hemofilia yang diturunkan kepada anak lelakinya. Hemofilia tidak
Pengobatan Hemofilia
mengenal ras, perbedaan warna kulit atau suku bangsa. Tetapi kebanyakan kasus hemofilia terjadi pada pria. Wanita akan benar-benar mengalami hemofilia jika ayahnya adalah seorang hemofilia dan ibunya adalah pembawa sifat (carrier). Hal ini sangat jarang terjadi.
pencegahan dan pengobatan jika terjadi perdarahan. Bila terjadi perdarahan, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah RICE yaitu Rest (istirahatkan anggota tubuh yang mengalami perdarahan), Ice (kompreslah bagian yang terluka dengan es), Compress (tekan dan ikat tidak terlalu keras dengan perban elastis), Elevation (letakan bagian yang sakit dalam posisi lebih tinggi dari dada dengan menggunakan bantal). Untuk menjaga kadar faktor pembeku dalam darah (VIII & IX) dan sebagai pencegahan terjadinya perdarahan dapat dilakukan pemberian faktor pembeku VIII & IX dalam bentuk suntikan/injeksi. Saat ini pemberian tersebut telah dikemas sedemikian rupa sehingga mudah untuk dipakai/digunakan sendiri di rumah (terapi mandiri). Meskipun sampai saat ini belum ada terapi yang dapat menyembuhkan hemofilia tapi dengan pengobatan yang memadai, para penderita dapat hidup dengan baik dan sehat. n Smd/DS, Wikipedia
Jenis Hemofilia
Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu hemofilia A dan hemofilia B. Hemofilia A disebabkan oleh kekurangan Faktor VIII dalam darah, sedangkan hemofilia B disebabkan oleh kekurangan Faktor IX. Tingkat normal Faktor VIII dan Faktor IX adalah 50-200%. Sedangkan pada orang sehat, nilai rata-rata kedua faktor pembeku darah itu adalah 100%. Berdasarkan kadar faktor pembeku darah tersebut dapat dibagi menjadi : 1. Hemofilia berat, sering terjadi perdarahan tanpa sebab yang jelas (spontan), frekuensi perdarahan sering. Mempunyai kadar faktor pembeku darah kurang dari 1%.
Seperti halnya penyakit genetis lain, sampai saat ini belum ada terapi yang dapat menyembuhkan hemofilia secara total. Penanganan ditujukan untuk
No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
43
Potret Dr. Ahmad Azis
Orang Tua Banyak Karya
“O
rang tua”, begitu para kolega memanggil. Pensiunan dokter Puskesmas itu berpenampilan sederhana, humoris, dermawan dan relegius. Ia lebih senang bergaul bersama dhuafa di pedalaman
44
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
desa, dari pada menjadi pejabat struktural hidup di kota. Mengapa?, rupanya kejujuran, kepolosan dan kesederhanaan orang desa Malifut lebih berkenan dihatinya. Walau, tanah kelahirannya Kota Ternate, Azis lebih nyaman tinggal bersama masyarakat di Desa Malifut, Halmahera Utara. Dokter, lulusan Fakultas
kedokteran Universitas Padjajaran tahun 1975 ini lebih memilih Malifut Halmahera Utara sebagai tempat pengabdiannya, dari pada Kota Ternate. Tepatnya menjadi Kepala Puskesmas Malifut, Kabupaten Halmahera Utara. Pada tahun 1989 pernah diminta menjadi Direktur RSUD dati II Maluku Utara, hanya 6 bulan dilakoni, setelah itu kembali ke
Potret Malifut, habitat lamanya. Di Malifut, walau bukan penduduk asli, tapi kehadirannya sangat dinanti dan kepergiannya ditangisi. Kini, Ia telah kembali ke Ternate dan berkalikali meminta pensiun dari berbagai amanah sosial di Malifut. Tapi, posisi kehormatan itu tetap disematkan padanya. Misalnya sebagai komisaris Bank Perkreditan Rakyat dan Ketua Koperasi Unit Desa di Malifut. Gubernur, Wakil Gubernur, Wali Kota, Bupati apalagi insan kesehatan sangat mengenal kepribadiannya. Mereka akrab, berbincang, bercanda layaknya sahabat saja. Tak ada protokoler birokrasi yang membatasi, mengalir begitu alami. Mengapa ini terjadi ? Azis, tipologi dokter pengabdi berdasarkan panggilan hati, bukan materi. Ya, bukan materi. Untuk hal ini, ia pernah menolak ajakan gubernur secara bijak untuk menempati posisi tertentu di ibu Kota Provinsi, termasuk ajakan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Khusus pemberantasan penyakit malaria, dr. Azis merupakan sosok utama dibalik layar dalam mendirikan Malaria Center. Predikat itu disematkan dari banyak pihak, baik dari provinsi, kabupaten/kota, bahkan ditingkat pusat.“dr. Azis itu tokoh, saya hormat dan salut atas semangat dan pemikirannya”, kata dr. Made Kasubdit Malaria, Direktorat Jenderal P2PL Kemkes, Jakarta. Saat peresmian Malaria Center oleh Menteri Kesehatan, Ia pun hadir dengan tampilan yang sangat sederhana. Tak memakai baju batik, Safari apalagi setelan Jas. Azis hanya mengenakan kaos putih berkerah,berbaur bersama masyarakat, seperti masyarakat awan, sehingga orang tak
menyangka dialah penggagasnya. Berangkat dari keprihatinan yang mendalam, muncul keinginan besar untuk membantu masyarakat terhindar dari penyakit malaria. Apalagi, Maluku Utara sangat terkenal sebagai daerah endemis Malaria. Sudah banyak korban jatuh sakit, bahkan meninggal akibat malaria. Dari sinilah gagasan mendirikan Malaria Center bermula.
“dr. Azis itu tokoh, saya hormat dan salut atas semangat dan pemikiranya” dr. Made Kasubdit Malaria “Bayangkan…!, mereka insinyurinsinyur hebat dari jawa, lalu mati kena malaria kan kasihan”, ungkapan keprihatinan usai melakukan pemeriksaan darah kepada semua karyawan salah satu perusahaan swasta di Malaku Utara. “Ternyata semua karyawan positif malaria”, ujar dr. Azis sedih. Alhamdulillah kasus malaria dapat ditangani dengan baik, walau ada dua orang yang meninggal karena sudah terlambat. Peristiwa seperti ini sering terjadi, sehingga membuat Malaria Center terus mengabdi untuk kebaikan masyarakat. dr. Azis memang bukan sembarang dokter. Selain menguasai teknis medis kedokteran, juga tokoh masyarakat yang religius. Tak suka publikasi, sederhana dan bersahaja.
Semangat untuk membantu orang lain luar biasa, walau secara fisik sudah renta. Azis sebagai sosok motivator ulung, mampu memberi arahan dan kegiatan yang harus dilakukan dalam pemberantasan malaria, tanpa harus diminta, apalagi menunggu honor. Bahkan Ia selalu mengaitkan pengabdian dengan balasan akhirat. Tak semata-mata urusan dunia dan materi. ”Setiap orang, pada dasarnya akan memperoleh rezeki, baik yang taat maupun pembuat kerusakan, setiap orang bebas memilih. Jika bekerja karena kepentingan, maka akan berakhir di comberan, tempat yang kotor. Sebaliknya, jika bekerja untuk kebaikan, maka kebaikan yang akan didapat yaitu: rezeki, pertolongan dan kemudahan hidup”, urai Azis. Bahkan untuk membantu orang lain, Azis rela mengalokasikan seluruh gajinya di Global Fund Rp 4,4 juta/bulan untuk membayar hutang koperasi kepada pihak lain. Sebab koperasi tersebut bangkrut setelah kerusuhan Maluku tahun 1999, yang berakibat menyisakan hutang. Ia tak peduli dengan keputusan tersebut, walau dr. Muh (Kadinkes Halsel) memberi masukan untuk meninjau ulang. “Kalian belum sampai”, tutur Azis singkat. dr. Azis mempunyai banyak gagasan-gagasan segar. Ibarat kapal kecil yang sarat dengan penumpang, nyaris tenggelam. Teman-teman seangkatannya-pun mengatakan demikian. Hampir mati, sebab banyak gagasan, tapi tak ada yang menindaklanjuti. Sampai akhirnya ketemu dengan dr. Muh. Alhabsi Iswahyudi yang melaksanakan gagasan, seperti program “Malaria Center”.nPra
No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
45
Potret
Wasis Budiharto
Profesor Riset Pertama Bidang Kesehatan Masyarakat
P
rofesor Wasis Budiharto merupakan profesor riset pertama Bidang Kesehatan Masyarakat dalam era restrukturisasi Balitbangkes. Hal ini untuk mengantisipasi dinamika super cepat ilmuilmu kesehatan dan menjadi salah satu ’masinis’ lokomotif pembangunan kesehatan menekuni penelitian hingga usia pensiun. Hal ini disampaikan Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH pada sambutan pengukuhan profesor riset Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
46
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
Kementerian Kesehatan 17 Maret 2010, di Jakarta. Keprofesoran merupakan kewajiban dan bukan hak. Janji kepada publik sebagai wujud rasa tanggungjawab keilmiahan untuk membaktikan diri bagi penelitian dan pengembangan kesehatan sesuai dengan bidang kepakaran. Untuk itu masyarakat menunggu karya-karya para profesor riset di Badan Litbang Kesehatan baik yang berupa hasil penelitian, konsep yang dapat diterapkan serta teknologi kesehatan yang unggul, nyata, bermanfaat serta dapat segera diterapkan. Bahkan selayaknya secara etikolegal mampu menjadi ’roh’ dari hukum kesehatan masyarakat yang baru, ujar Menkes. Menurut Menkes pembangunan kesehatan di Indonesia yang diselenggarakan secara menyeluruh dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya. Pembangunan kesehatan dewasa ini semakin penting, sebab kesehatan sebagai hak azazi manusia, sekaligus investasi keberhasilan pembangunan bangsa. Searah dengan kebijakan mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan sebagai visi Kementerian Kesehatan dan menyongsong dinamika super cepat perkembangan rumpun ilmu
Potret kesehatan, seluruh peneliti telah menyepakati perlunya restrukturisasi organisasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Salah satu tekadnya memanfaatkan ilmu-ilmu di luar bidang kesehatan sebagai ilmu bantu menyelesaikan semua permasalahan kesehatan yang lintas sektor. Dari 8 fokus program pembangunan kesehatan saat ini,
mengalami kemajuan yang sangat pesat melampaui perkembangan sebelumnya. Contoh adalah teknologi sel punca, bioinformatika, nanoteknologi ruang angkasa, transplantasi jaringan, pariwisata kesehatan, keselamatan pasien, hak kesehatan kaum rentan dan studi lintas-budaya kesehatan, ujar Menkes. Menurut Menkes derivasi ilmu-
kepentingan kemanusiaan akan maksimal dalam wadah penelitian dan pengembangan. Menkes mengakui berbagai hasil penelitian kesehatan telah banyak berperan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan, seperti halnya penelitian-penelitian yang berkaitan dengan riskesdas yang semakin banyak dipakai sebagai pedoman penyelenggaraan program
ilmu kesehatan klasik yang dimotori oleh ilmu kedokteran, kesehatan masyarakat dan keperawatan berjalan makin kompleks. Bahkan berkaitan dengan ilmu-ilmu humaniora seperti antropologi, hukum, etika, ekonomi dan sosiologi seolah saling klaim siapa penggerak utamanya. Sinergi dan harmonisasi ilmu dan teknologi kesehatan tersebut yang senantiasa mengedepankan kebaruan demi
kesehatan, manajemen rumah sakit, puskesmas dengan jajaran fasilitas pelayanannya maupun upaya-upaya kesehatan berbasis masyarakat, seperti posyandu, poskesdes, desa siaga maupun upaya kesehatan lainnya. Bahkan program penanggulangan kesehatan daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan terluar (DTPK) juga didasarkan pada analisis lanjut hasil riskesdas, dengan terobosan
Foto bersama keluarga
peran humaniora sebagai ilmu bantu di bidang kesehatan seperti ilmu ekonomi, sosiologi, antropologi, hukum, psikologi dan etika amatlah penting. Khususnya dalam menyelesaikan masalah mendasar yang mempengaruhi kesehatan seperti kemiskinan dan ketidaktahuan masyarakat, kata Menkes. Di lain pihak, ilmu pengetahuan di bidang kesehatan pada beberapa dekade terakhir telah
No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
47
Potret penerapan konsep IPKM olahan para peneliti balitbangkes yang kemudian juga dipergunakan untuk estimasi konsep dan pelaksanaan BOK (Bantuan Operasional Kesehatan). Hasil-hasil penelitian tersebut merupakan aset yang sangat besar dalam pembangunan kesehatan, karena selain dapat dipakai sebagai dasar kebijakan untuk merumuskan strategi pelaksanaannya, sekaligus juga sebagai pencerah rasionalitas program bagi para birokrat pemangkunya. Rasanya sulit bagi Kementerian Kesehatan untuk dapat merumuskan strateginya tanpa harus mempertimbangkan hasilhasil penelitian sebagai ’evidence based’ yang seharusnya mewarnai setiap kebijakan publiknya sebagai pertanggungjawaban moral sebagaimana yang diharapkan dalam implementasi pakta integritas setiap pejabat Kementerian Kesehatan, ujar Menkes. Wasis dalam orasinya yang berjudul ”Pergeseran Orientasi Pelayanan Kesehatan dalam Konteks Pembiayaan dan Anggaran” mengemukakan anggaran kesehatan semestinya 15% dari APBN (standar WHO), tapi tahun 2009 baru 2,64% atau Rp 18,8 triliun yang seharusnya Rp 155, 6 triliun. Disamping itu masih ada ketidakadilan anggaran kesehatan individu antara rakyat miskin dan para pejabat. Contoh di Papua APBD tahun 2008, rakyat miskin hanya mendapat jatah anggaran kesehatan Rp 137.000/ tahun, gubernur mendapat Rp 150.000.000 / tahun dan anggota DPRD mendapat Rp 48.000.000 / tahun. Setara dengan 350 kali anggaran kesehatan orang miskin. Lebih lanjut Wasis mengatakan, sekalipun anggaran kesehatan dinaikan Rp 5,8 triliun tahun 2005 menjadi Rp 16 triliun tahun 2008, atau meningkat 276 persen dalam kurun waktu 3 tahun. Meningkat 48
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
Masih ada ketidakadilan anggaran kesehatan individu antara rakyat miskin dan para pejabat. lagi menjadi 19,3 triliun tahun 2009, tetap saja masih jauh dari kisaran yang ditetapkan minimal 5 % dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jika berpatokan pada Tap MPR No.5 / 2003 yang mengharuskan anggaran kesehatan mencapai 15 % dari jumlah APBN. Sampai saat ini Indonesia hanya mampu mematok anggaran kesehatan sekitar 2,2-2,5 % dari APBN. Merujuk pada penelitian yang dilakukan di daerah uji coba program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi keluarga miskin (JPK Gakin) menunjukan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin baru
mencapai 2,76%-7,62% sedangkan ketentuannya mencapai 10-18% dari seluruh orang miskin per bulan. Penelitian lain menunjukkan bahwa hubungan antara penyedia layanan dan klien selalu timpang. Meskipun sudah membayar bukan berarti layanan akan lebih baik. Bahkan beberapa fasilitas yang disediakan seperti layanan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin digunakan oleh orang yang tidak semestinya. Jika dikaji secara mendalam, sebenarnya inti masalah kemiskinan terletak pada apa yang disebut deprivation trap yang terdiri atas lima ketidak beruntungan yang melilit kehidupan keluarga miskin, meliputi (1) kemiskinan itu sendiri, (2) kelemahan fisik (3) keterasingan (4) kerentaan dan (5) ketidakberdayaan. Hal yang harus menjadi perhatian adalah kerentaan dan ketidakberdayaan. Sebab dua jenis ini sering menjadi orang miskin bertambah miskin, kata Wasis. Menurut Wasis, langkah terobosan yang dapat dilakukan dalam mengatasi terbatasnya pembiayaan dan anggaran kesehatan di daerah, yaitu penyelenggaraan kesehatan yang berbasisi masyarakat sendiri. Hal ini menjadikan pemaknaan atas hidup sehat menjadi budaya baru, dalam rangka membangun kepercayaan, penghargaan atas hak hidup dan menyuburnya normanorma kemanusiaan lainnya. Terjadinya perubahan paradigma sentralisasi menjadi desentralisasi memberikan konsekuensi terhadap pergeseran orientasi pelayanan kesehatan dari kuratif-rehabilitatif menjadi preventif promotif, pendekatan fisik organik menjadi pendekatan paradigma sehat yang holistik dengan pendekatan masyarakat, pasif-reaktif dan individual centered, menjadi proaktif dan community centered, ujar Wasis.n pra
Nasional
Menkes kunjungi pasien malaria di RSUD Labuha Halsel
Penyakit Menular Bersumber Binatang di Maluku Utara
M
enteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH memperingati Hari Malaria Sedunia (HMS) 25 April 2010, di Malaria Center, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Peringatan tersebut mempunyai makna yang luar biasa bagi pemberantasan penyakit malaria di dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Pemilihan tempat peringatan di Malaria center, bukan kebetulan, tapi memang dirancang sedemikian rupa, sehingga bermakna bagi pemberantasan penyakit malaria di Indonesia. Maluku Utara telah menurunkan angka kasus malaria klinis secara signifikan. Keberhasilan ini tidak terlepas keterlibatan Malaria Center yang dikembangkan di Maluku Utara. Malaria center merupakan lembaga koordinatif dalam penanggulangan penyakit malaria dengan penanggung jawab Kepala Daerah, Gubernur pada level Provinsi dan Bupati/ Wali Kota pada Level Kabupaten / Kota. Khusus Maluku Utara, saat ini malaria center sudah berdiri di Kota Ternate, Kota Tidore, Kota Tidore Kepulauan, Halmahera Barat, Halmahera selatan dan Halmahera
Tengah dalam tahap penyelesaian. Malaria Center sebagai sebuah sistem yang terdiri dari 5 matriks yakni Sumber Daya Manusia, Logistik, Laboratorium, Recording dan Reporting, serta Anggaran. Melalui sistem ini diharapkan penganggulangan akan berjalan terus menerus atau berkesinambungan, tidak hanya sporadis berdasar pesanan atau momentum tertentu. Untuk menjaga kesinambungan program, diperlukan keterlibatan masyarakat melalui upaya partisipatory learning and action. Untuk menggerakkan sistem, maka SDM menjadi matriks pertama dan utama yang menentukan berhasil tidaknya suatu program. Sebab logistik dapat disediakan, anggaran dapat diusulkan, laboratorium dapat dibangun dan recording dan reporting dapat disusun. Semua itu harus dikerjakan oleh manusia. Oleh sebab itu membutuhkan manusia yang mempunyai nurani dan kemauan untuk bekerja secara baik. Tidak cukup mempunyai keterampilan. Sebab banyak orang terampil, tapi tidak optimal dalam bekerja. Oleh sebab itu SDM yang terampil tersebut harus mendapat sentuhan nurani. Sehingga mereka sadar dalam bekerja, bertanggung jawab, amanah dan ikhlas. SDM seperti No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
49
Nasional inilah yang mampu bekerja dalam rentang waktu yang panjang, kuat menanggung beban, sehingga menghasilkan output yang optimal. Untuk menunjang operasional Malaria Center perlu menyediakan logistik, berupa obat-obatan, reagensia, alat kesehatan, insektisida dan lain-lain. Menyiapkan laboratorium sebagai upaya penegakan kasus dan bukti profesionalisme terhadap hasil diagnosa. Melakukan recording dan reporting dengan menggunakan format yang mudah, tapi mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan. Kemudian untuk memperlancar operasional diperlukan sejumlah anggaran.
Penyakit Menular bersumber binatang
Secara nasional ada beberapa penyakit bersumber binatang yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan yakni Malaria, Filariasis, Demam Berdarah, Chikungunya, Rabies, Flu Burung, Pes, Antraks, Schistozomiasis, Leptospirosis, Japanese Encephalitis dll. Sementara untuk Maluku Utara, penyakit menular bersumber binatang yang dikelola yakni Malaria, Filariasis, Demam Berdarah dan Rabies. Sehubungan dengan Hari Malaria Sedunia di Maluku Utara, akan disampaikan dampak buruk Malaria, Filariasis, Demam Berdarah dan Rabies yang terjadi di Maluku 50
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
Utara dan bagaimana strategi penanggulangannya, khususnya Malaria. Sebab Maluku Utara sebagai salah satu wilayah endemis malaria pada tahun 2003 memiliki angka klinis 95,5%. Artinya dalam 1000 penduduk terdapat 95 orang terinfeksi malaria. Malaria Malaria apabila menyerang pada kelompok pada ibu hamil, berdampak buruk pada janin. Jumlah parasit cenderung 10 x lipat dibanding dengan wanita tidak hamil dan akhirnya terjadi anemi berat. Selama kehamilan, parasit malaria dalam plasenta dapat mengganggu penyaluran oksigen
dan nutrisi dari ibu ke janin. Risiko lainnya akan terjadi aborsi spontan, bayi lahir mati, kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah. Bila menyerang pada kelompok balita, akan mengakibatkan perkembangan otak tidak maksimal. Otak menjadi kosong seperti kurang gizi. Jika terjadi pada usia pra sekolah dan usia sekolah, akan mengakibatkan tingginya angka absensi, sehingga peyerapan pelajaran tidak optimal. Jika menyerang kelompok usia produktif akan kehilangan 40-60% produktifitasnya. Selain tinjauan penyakit, dapat juga dihitung kerugian material. Pada tahun 2003 total kunjungan penderita malaria 71.240 kasus. Dengan menggunakan kerugian
materi akibat malaria, Prof. Ascobat Gani, Maluku Utara mengalami kerugian Rp 23,8 Milyar. Melalui bantuan Global Fund sejak tahun 2003, pemerintah melakukan berbagai intervensi berupa penemuan kasus, pengobatan, kelambunisasi, penyemprotan rumah, peningkatan mutu sumber daya pelaksanaan kegiatan lain untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat malaria. Selama 5 tahun melakukan intensifikasi penanggulangan penyakit malaria, puskesmas telah menemukan kasus malaria mengalami penurunan, hingga Oktober 2008 penurunannya sebesar 57%. Informasi ini juga
diperkuat oleh data rawat inap di RSUD H.Chasan Boesoirie Ternate. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari upaya penanggulangan yang dilaksanakan secara sistematis dengan nama Malaria center. Untuk mendukung pelaksanaan operasional penanggulangan malaria, Pemerintah daerah menggelontorkan dana Rp 50.000/ kasus. Sebagai contoh di Halmahera Utara tahun 2007 mempunyai kasus 62,6‰ ( 11.450 kasus/ tahun), maka untuk menurunkan 1.448 kasus mengalokasikan dana Rp 572.500.000 selama 5 tahun. Filariasis Filariasis bukanlah penyakit yang dapat menimbulkan kematian. Namun akibat yang ditimbulkan
Nasional kecacatan seumur hidup. Penyebab kemiskinan dan kebodohan akibat pembesaran pada kaki, tangan, scrotum dll. Oleh sebab itu harus dilakukan eliminasi. Hal ini telah menjadi komitmen global hingga tahun 2020. Filariasis disebabkan oleh cacing filaria yang bersarang di kelenjar limfe dan ditularkan oleh sejenis nyamuk anopheles, aedes, culex dan monsonia. Berdasarkan Survey Darah Jari yang dilakukan tahun 2005-2006 terdapat 5 kabupaten / kota yang memiliki angka mikrofilaria rate di atas 1 %, yakni Kota Tidore (1,3%), Halmahera Barat ( 2,29%), Halmahera Utara (1,49%), Halmahera Tengah
daerah, sementara obat disiapkan oleh pemerintah provinsi dan pusat. Sedangkan Kota Ternate, Kabupaten Halmahera selatan dan Halmahera Timur direkomendasikan melaksanakan Survey Darah Jari.
(1,2%) dan Kepulauan Sula ( 1,5%). Terhadap 5 kab/kota tersebut direkomendasikan untuk melakukan pengobatan massal selama 5 tahun berturut-turut yang mencakup seluruh penduduk, kecuali: 1). anak-anak usia < 2 tahun menunggu sampai umur 2 tahun. 2) Ibu hamil dan menyusui, menunggu sampai lepas menyusui. 3) Orang yang sedang sakit menunggu sembuh, 4) Penderita filariasis dengan serangan akut, menunggu sampai sembuh. 5) orang tua yang lemah. 6) penderita dengan serangan epilepsi. Hingga saat ini, baru Kota Tidore Kepulauan yang melaksanakan pengobatan massal tahun pertama. Operasional kegiatan pengobatan dibebankan kepada pemerintah
( Kematian) < 1%, Frekwensi KLB < 5 % dari jumlah desa di Kab /Kota dan angka bebas jentik > 95%. Khusus Maluku Utara, sejak 3 tahun terakhir, pada tahun 2006 hanya 2 kabupaten yang setiap tahun terjadi KLB yakni Kota Ternate dan Kota Tidore dengan jumlah penderita 138 dan CFR sebesar 2,9 %. Pada tahun 2007 penyakit ini mulai menyebar ke 7 kabupaten, kecuali Sula Kepulauan dengan IR (angka kejadian) sebesar 27/100.000 penduduk. Sesuai dengan pemantauan Iswahyudi, SKM ( Tim Malaria Center Malut), nyamuk penular demam berdarah biasanya berada di pot bunga, penampung air dispenser, penampung air kulkas, drum penampung air, bak mandi, botol,
Demam Berdarah Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aides Aegepty ini sudah lama di kenal di Maluku Utara. Kasus pertama muncul di Indonesia tahun 1968 dan di Maluku Utara pada tahun 1980-an. Indikator keberhasilan penanggulangan DBD tahun 2010 menggunakan incidence rate (kejadian baru) sebesar < 5/100.000 penduduk, Case Fatality Rate
gelas aqua dan kulit-kulit kelapa yang dibelah. Rabies Di beberapa negara Amerika Latin, penyakit rabies ditularkan oleh Kelelawar Vampir. Sehingga ada sebagian orang yang mendengar penyakit rabies, langsung terpikir dengan cerita horor yang biasa ditonton yakni Drakula/Vampir. Rabies dilaporkan pertama kali tahun 2300 SM. Kemudian abad I, Aulus Cornelius Celcius telah mendiskripsikan penyakit ini secara akurat. Tepatnya 1880, Lius Pastur mengembangkan vaksin rabies. Rabies, virus yang menyerang otak dan system syaraf menyebar dari binatang, terutama mamalia ke manusia. Binatang yang terinfeksi menyebarkan virus melalui gigitan, cakaran dan jilatan. Virus ini banyak ditemukan pada air liur binatang. Di Asia paling banyak disebabkan oleh gigitan anjing dengan masa inkubasi 6 hari-6 tahun. Penyakit ini mulai muncul di Maluku Utara sejak februari 2005, yakni daerah Tobelo. Hingga tahun 2008, secara komulatif rabies sudah menyebar di 5 kabupaten / kota yakni Halut, Halbar, Haltim, Halsel dan Halteng. Bila terpapar rabies, segera cuci luka dengan sabun dan air mengalir. Lakukan disenfeksi dengan ethanol atau iodium. Jika tidak ada infeksi mendesak, luka jangan dijahit. Kesuksesan Maluku Utara menjadi tempat penyelenggaraan HMS, diharapkan menjadi pendorong bagi peningkatan penanggulangan penyakit malaria khususnya dan penyakit bersumber binatang pada umumnya. Sebab selain malaria, penyakit menular bersumber binatang lainnya juga tetap menjadi ancaman bagi masyarakat bila tak diwaspadai.npra No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
51
Nasional
Untuk Menjaga Mutu Pelayanan Peralatan Kesehatan Perlu Kalibrasi
U
ntuk menghadapi persaingan di Era Globalisasi, para pengelola fasilitas pelayanan kesehatan dituntut meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan menuntut perbaikan pengelolaan semua sumber daya kesehatan termasuk layanan pengujian dan kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan kesehatan. Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, telah ditetapkan target peningkatan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan sebanyak 231 fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi kualitas sesuai standar aman serta sebanyak 800 fasilitas pelayanan kesehatan yang telah melakukan kalibrasi dan proteksi radiasi. Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan dr. Ratna Rosita, MPHM dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan, Sukendar Adam, DIM, M.Kes, ketika membuka rapat kerja Pusat Sarana Prasarana dan Peralatan Kesehatan dengan Unit Pelaksana Teknis (Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan) di Solo tanggal 14-17 April 2010. “Jaminan kualitas dalam pengujian dan kalibrasi merupakan tuntutan bagi para penerima jasa layanan 52
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
kesehatan. Oleh karena itu, sumber daya yang ada perlu dikelola dengan sebaik-baiknya. Pengelolaan pelayanan pengujian dan kalibrasi pada fasilitas pelayanan kesehatan yang baik adalah pengelolaan yang memenuhi kaidah ketentuan pengelolaan layanan pengujian dan kalibrasi”, ujar dr. Ratna Rosita. Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 50% peralatan kesehatan di negara berkembang tidak berfungsi, karena kurang pemeliharaan. Salah satu cara untuk mengatasinya yaitu dengan melakukan pengujian dan kalibrasi pada sarana, prasarana dan peralatan kesehatan yang ada, tambah Sesjen. Sesjen menambahkan, upaya mewujudkan jaminan kualitas Sarana Prasarana dan Peralatan Kesehatan (SPA) pada fasilitas kesehatan bukan hanya tanggung jawab Kemkes RI tetapi juga stakeholder, sehingga diperlukan peran aktif rumah sakit dan Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/ Kota untuk mewujudkan SPA yang baik. “Fasilitas pelayanan kesehatan dituntut memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang berorientasi pada kesehatan individu, mencakup promosi kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta rehabilitasi”, kata dr. Ratna Rosita. Kepala Pusat Sarana Prasarana dan Peralatan Kesehatan Sukendar Adam, menyatakan, sesuai UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan
Nasional
bahwa pemerintah bertanggung jawab atas segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien dan terjangkau. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, menyebutkan bahwa setiap peralatan kesehatan wajib dilakukan pengujian dan kalibrasi. Dalam melaksanakan amanat itu, Kementerian Kesehatan melakukan langkah strategis melalui standarisasi, advokasi, pengamanan (safety), monitoring dan evaluasi serta akreditasi dan sertifikasi. “Terkait strategi pengamanan (safety), pemerintah mewajibkan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan yang digunakan di sarana pelayanan kesehatan di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK)”, kata Sukendar Adam. Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 530/ Menkes/PER/IV/2007, saat ini telah dimiliki 4 BPFK yaitu BPFK Jakarta dengan wilayah kerja meliputi : DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogjakarta, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Lampung. BPFK Surabaya, dengan wilayah kerja : Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Timur. BPFK Medan, dengan wilayah kerja meliputi : NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Riau Daratan, Riau Kepulauan dan Bengkulu. BPFK Makasar, dengan wilayah kerja meliputi : Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utatra, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
Untuk meningkatkan cakupan pelayanan sekaligus mendekatkan pelayanan kepada pelanggan, saat ini telah dibentuk Unit Fungsional BPFK, yaitu Unit Fungsional BPFK Jakarta di Solo dan Palembang. Unit Fungsional BPFK Surabaya di Banjarmasin. Adapun yang sedang dalam proses operasional adalah Unit Fungsional BPFK Makassar di Papua, sedang dalam proses operasional Permintaan dan pelaksanaan pengujian, kalibrasi dan proteksi radiasi sarana, prasarana dan peralatan kesehatan yang dilakukan BPFK terus mengalami peningkatan. Karena itu BPFK terus meningkatkan profesionalisme dan mengembangkan sumberdaya yang dibutuhkan, tambah Sukendar Adam. Peningkatan profesionalisme dilakukan melalui akreditasi institusi dan sertifikasi SDM yang ada. Saat ini beberapa laboratorium BPFK telah mendapatkan akreditasi ISO 17025 yaitu BPFK Jakarta untuk Lab. suhu, tekanan, massa, volume, kelistrikan dan Pengukuran Dosis Personal (PDP) sedang dalam proses akreditasi. BPFK Surabaya untuk Lab. suhu, tekanan, PDP dan Keluaran Paparan Radiasi (Compliance Test), sedang dalam proses. BPFK Makassar untuk Lab. PDP serta BPFK Medan untuk Lab. PDP. Sertifikasi dilakukan oleh beberapa lembaga sertifikasi seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nasional (BAPETEN) dan lainnya.n Smd/Yuni
No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
53
Siapa Dia Ade Rai Mau Sehat, Lakukan 3 Hal
M
waktu yang terbuang tidak produktif dan rasa sakit yang dirasakan. Bila semua di rupiahkan, tentu menjadi mahal. Apa yang dilakukan pada acara Hari Kesehatan Dunia ini sangat baik, dengan adanya pesan pesan hidup sehat. Sebab kalau sampai jatuh sakit, yang repot bukan hanya yang sakit, tapi juga yang sehat. Sebab yang sehat juga harus memelihara yang sakit. Apalagi kalau sampai meninggal, kata Ade Rai. n pra, yuli
m
i.co
lag
kapan
au sehat, lakukan 3 hal. Begitu pesan Binaragawan Ade Rai. Agar tubuh sehat tetap sehat harus melakukan olah raga secara teratur, makan makanan yang sehat dan istirahat yang cukup. Sehat itu tidak menarik, dikala sehat. Tapi sehat itu menjadi menarik dikala sakit. Dikala sakit sehat terasa begitu nikmat, bahkan lebih nikmat dari nikmat yang lain, seperti uang, harta dan popularitas. Ade mengajak, ketika sehat mari menjaga kesehatan. Ia menganalogkan seperti pohon. Pohon yang sehat bercabang tiga. Yakni mau meluangkan waktu untuk berolahraga atau aktivitas gerak. Kedua mau meluangkan waktu untuk mengatur apa yang dikonsumsi. Harus diingat bahwa mulut adalah sumber kesehatan juga sumber kesakitan, semuanya berasal dari mulut. Ketiga mau meluangkan waktu untuk istirahat yang cukup. Ade mengingatkan, jika ke 3 cabang itu di lakukan, Isnya Allah sehat. Sebenarnya, sehat itu murah dan sakit itu mahal. Mahal karena harus mengeluarkan biaya pengobatan, perawatan,
Elsa Nasution Perbanyak Makan Buah
A 56
Mediakom No.XXIII/APRIL/2010
kapanlagi.com
walnya terpaksa, selanjutnya menjadi kebiasaan. Itulah pengalaman Elsa Manora Nasution, perenang nasional yang kini meneguhkan dirinya menjadi atlet perenang internasional. Kini. renang sudah menjadi gaya hidup harian, sehingga melakukannya penuh kesadaran, bahkan menjadi kebutuhan. Sehingga kalau tidak berolah raga, merasa ada yang kurang lengkap. Walau sewaktu masih kecil melakukan olah raga merasa dipaksa oleh orang tua, begitu kata Elsa. Menurut Elsa pola hidup sehat yakni selain melakukan olah raga, harus makan yang teratur dan makan makanan sehat. Boleh sih jajan, tapi sedikit
saja. Sebab banyak makanan jajanan yang mengandung lemak dan kolesterol. Jadi ada baiknya ibu yang bisa masak kembalilah memasak di rumah sehingga tahu apa yang dimakan tidak mengandung bahan pengawet atau segala macam yang merusak kesehatan. Buah bagus untuk dikonsumsi. Selain memberi manfaat dalam memperlancar proses pencernaan, juga dapat mengurangi kolesterol. Mempercepat penyerapan zakzat gizi lainnya. Ada baiknya juga dipagi hari sarapan buah. Misalnya sarapan buah pisang atau apel. Memberi pengaruh awet muda, karena kulitnya tampak segar.“ Silahkan mencoba….!”, kata Elsa. n pra,yuli
Siapa Dia Olga Lidya Pasar Tradisional Lebih Seru…! Olga mengatakan khususnya Indonesia banyak sekali penyakit yang berhubungan dengan paru-paru. Diantara penyebabnya karena polusi udara. Agar kualitas udara lebih baik, harus semakin banyak orang menanam pohon, berhenti membakar sampah dan merokok. Sekarang sudah semakin banyak informasi dan semakin maju, bahwa sampah itu bisa menjadi berkah. Nah contoh paling gampang daun daun sampah pasar duitnya banyak, bisa menjadi kompos loh, bisa dijual kemudian juga untuk yang plastic bisa dijual untuk didaur ulang. Sebab sampah yang tidak diolah akan menjadi bencana dan penyakit. Olga mengajak masyarakat dan Gubernur, Wali Kota dan Bupati diseluruh Indonesia memanfaatkan sampah. Sebab sampah itu sebenarnya bisa menjadi berkah dan mendatangkan keuntungan yang sangat banyak. n pra,yuli
kapanlagi.com
M
enurut Olga, belanja ke pasar tradisional lebih seru, dari pada belanja di supermarket. Sebab dapat berinteraksi, menawar barang dengan penjual secara alamiah. Oleh sebab itu, pasar harus sehat. Sehingga pasar terbebas dari bau busuk, becek dan lalat. Penjualnya sehat, barang yang dijual sehat, terjamin, aman dan pembelinya juga sehat. Kebetulan, Olga juga sebagai duta penanam pohon. Ketika dirumah sering menanam pohon, merawat, memupuk dan merawatnya. Ia mengajak kepada masyarakat untuk menanam pohon apa saja di rumah masing-masing. Sebab pohon dapat menyerap CO2 dan mengeluarkan O2. Sehingga udara menjadi lebih bersih. Olga mengaku, selain menanam pohon sendiri di rumah, juga menerapkan program adopsi pohon. Sudah ada 100 pohon yang diadopsi. Ia berharap semakin banyak masyarakat yang melakukan gerakan menanam pohon.
Adrian Maulana Hidup Lebih Percaya Diri
D
istimewa
oaku Harapanku, Air Mata Ibu Tersayang, Buah Hati Mama dan Kampus Cinta bagian kecil karya Adrian Maulana. Bintang sinetron dan pemandu acara ini mulai dikenal saat mengikuti ajang pemilihan Abang None Jakarta tahun 1992. Kemudian namanya mulai muncul diberbagai media infotainment. Maulana mengaku, sewaktu masih kuliah dan lulus sebagai insinyur berat badan 93 kg. Sayang insinyur tehnik mesin sampai sekarang belum pernah diterapkan. Ia memilih menjalani gaya hidup sehat. Sehingga memberi kesempatan berbuat lebih banyak bagi masyarakat, yakni “membuat inspirasi masyarakat Indonesia, pentingnya gaya hidup sehat”, ujar Adrian. Adrian yang juga binaragawan ini perlu mengucapkan rasa terima kasih kepada Ade Rai selaku mentornya. Mungkin, bila tak mengenal Ade Rai, “masih tetap gemuk, muka jerawatan dan tak percaya diri”, aku Adrian.
Lebih lanjut Adrian mengaku sebelum menjalani hidup sehat, sebulan sekali ke dokter kulit untuk facial, minum obat-obatan dan memakai krem pagi, krem malam. Kegiatan ini selain menguras biaya juga waktu. Setelah berdisiplin menjalani gaya hidup sehat bertahun-tahun, akhirnya dikenal di dunia entertainment dengan badan baru dan kehidupan baru. Adrian berprinsip karena hidup cuma sekali dan sebentar, maka harus dimanfaatkan yang sebaik-baiknya. Menjaga kesehatan dengan memilih makanan yang tepat. Misalnya makan nasi merah, ayam yang dibakar atau direbus. Jangan makan goreng-gorengan dll, sebelum terlambat atau terlanjur sakit. Seandainya benar dokter yang memvonis umur tinggal 6 bulan lagi. “saya yakin akan melakukan apapun untuk bisa mendapat kehidupan atau kesehatannyakembali. Walau dengan menjual rumah dan mobil untuk mendapatkan kesehatannya kembali. Sayang sering sekali sudah terlambat. Jadi untuk apa menyia-nyiakan hidup?”, ujar Adrian. npra,yuli No.XXIII/APRIL/2010 Mediakom
57
Siapa Dia Christian Sugiono
A
kapanlagi.com
rtis pria, Christian Sugiono, mengaku dirinya adalah seorang pribadi yang sangat cinta kebersihan dan sangat peduli dengan lingkungan hidup yang sehat. Di tengah panas dan kotornya kota Jakarta, Christian menyatakan dirinya tetap ingin membiasakan hidup secara bersih dan sehat. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai usaha yang dilakukannya dalam membiasakan pola hidup bersih dan sehat. “Kalau aku suka warna-warna hijau seperti tanaman, dan itu sudah diterapkan di rumahku. Terus buang sampah juga aku pisah, yang recycle dan yang nggak recycle. Selain itu, kalau aku belanja, aku bawa tas besar, biar nggak harus pakai kantung plastik lagi. Jadi belanjaannya aku masukin ke dalam tas,” jelas Christian. Christian mengaku, kebiasaan hidup disiplin terhadap kebersihan tersebut didapatnya saat dirinya masih tinggal di Jerman. Karena menurut Christian kebiasaan itu baik, dia membawa dan membiasakan hidup sehat ketika dirinya harus pulang ke Jakarta. “Hal itu aku lakukan sejak aku tinggal di Jerman. Karena kalau di Jerman, kantong plastik itu bayar, nah itu kebawa sampai sekarang,” imbuh suami dari Titi Kamal tersebut. Christian mengatakan dirinya sangat bangga bisa bergabung dalam acara yang mengajak masyarakat untuk peduli akan lingkungan hidup. Christian mengaku dirinya juga akan memberi tahu orang-orang terdekat untuk lebih memperhatikan akan pentingnya hidup sehat dan diawali dengan peduli akan lingkungan. n Kapanlagi.com
Cathy Sharon: Peduli Hidup Sehat
56
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
bukan sekedar urusan perut kenyang.” Cathy bertekad mengurangi makanan berkarbohidrat dan berlemak. Sebagai gantinya ia memilih makanan yang banyak mengandung protein, vitamin dan berserat. “Aku suka makan beras merah, sayur dan buah,” cetusnya serius. Untuk soal makanan, pemeran film layar lebar Barbi3 inipun agak berkompromi dan bersikap luwes bila sedang kumpul dengan teman-temannya. “Selama ada pilihan menunya aku pasti dilahap. Tetapi kalau tidak ada menunya, ya aku icip-icip sedikit saja!” ngi istimewa
C
antik dan enerjik. Itulah kesan saat menjumpai mantan Video Jockey MTV Cathy Sharon. “Aku peduli kesehatan, tahun ini aku ingin fokus untuk menyehatkan diri,badan dan pikiran,” jelas nona blasteran Prancis, Amerika Serikat dan Tionghoa, sebagaimana dikutip dari Tempo Interaktif. Karena tekadnya itu, Cathy pun mulai menata gaya hidup dan pola makan. Kesibukannya sebagai artis yang sangat menyita waktu mulai dibenahi dengan selektif. “Aku mulai rajin ke gym, lalu memilih makanan yang sehat. Jadi makan
Siapa Dia Tips Sehat Ala Nicholas Saputra
istimewa
T
iap orang punya cara masing – masing untuk menjaga kesehatan dan merilekskan tubuh. Bagi aktor Nicholas Saputra, olahraga dan pola makan sehat adalah jawabannya. Sebagai seorang aktor, Ia merasakan sekali pentingnya stamina prima demi kelancaran aktivitas. Ia sedang menggilai berenang yang biasa dilakukannya empat sampai lima kali seminggu Selain berenang, Ia juga berolahraga bulu tangkis dan tenis. Pilihan olahraga bulu tangkis atau tenis bukan tanpa alasan. Ia mengaku suka menggeluti olahraga yang ada unsur permainan daripada olahraga di pusat kebugaran. Lagipula, ia tidak suka bersosialisasi di gym. Selain olahraga, Nicholas juga menganut pola makan sehat. Bahkan antara olahraga dan pola makan, Ia membuatnya saling support . Prinsipnya, ia harus giat olahraga supaya bisa leluasa makan. Walaupun mengatakan tidak memantangi suatu jenis makanan, Nicholas tetap menjauhi jeroan dan kikil. nwww.heart-break.com
Ratih Sanggarwati: Menyusui Anak Karena Janji
kapanlagi.com
R
atih Sanggarwati menyusui ketiga anaknya dengan ASI eksklusif semata-mata karena janjinya kepada Tuhan. “Saya pernah berjanji, jika Allah SWT memberikan kesempatan kepada saya untuk mengandung dan melahirkan anak, maka saya akan memberikan ASI eksklusif untuk anak saya,” kata Ratih Sanggarwati sebagaimana dikutip dari www.kapanlagi.com dalam sebuah talkshow di Yogyakarta. Peragawati kelahiran Ngawi, 8 Desember 1962 ini menceritakan pengalamannya dalam menjaga komitmen yang telah dia buat untuk menyusui ketiga anaknya dengan ASI ekslusif. “Anak pertama, saya beri ASI selama 10 bulan, anak kedua selama 2 tahun, dan anak ketiga selama 1 tahun,” kata dia. Menurut pengamatannya, anak yang paling cerdas, sehat, dan kuat adalah anak keduanya. “Ketika kelas 2 SD, anak kedua saya sudah khatam Al Quran, padahal kakaknya belum,” kata dia. Ia mengimbau ibu-ibu peserta talkshow yang memiliki bayi untuk tetap memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan pertama. Ketika salah seorang peserta bertanya karena merasa bingung antara memilih menyusui anaknya dan menuntut ilmu ke luar negeri, None Jakarta 1984 ini menyarankan untuk memilih menjalankan perintah agama yaitu menyusui anak.
“Kita semua berdoa, semoga ibu mendapatkan kesempatan sepuluh kali lipat untuk menuntut ilmu ke luar negeri. Tapi kesempatan untuk menyusui anak hanya datang satu kali,” katanya.n gi No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
57
Lentera
Panggung Sandiwara Oleh: Prawito
H
idup di dunia sejatinya hanya permainan dan semu. Permainan, artinya tak serius, seperti panggung sandiwara. Manusia memerankan tokoh tertentu, sesuai dengan skenario Sang pemilik kehidupan. Persis seperti sang dalang memerankan wayang. Ada wayang yang perannya lama dan ada pula yang sebentar, tergantung lakon.Wayang sama sekali tak punya kewenangan meminta peran tertentu.Wayang hanya mengikuti apa maunya dalang, termasuk lakon apa yang akan dimainkan, pasrah. Dipanggung sandiwara dunia, para tokoh memerankan dengan nuansa senang, sedih, cinta, benci dan sifat lainnya. Setelah permainan usai berganti dengan suasana baru yang berbeda. Rasa senang, sedih, cinta dan benci panggung kehidupan, tak ada yang abadi, sampai cerita kehidupan usai. Untuk itu, cintailah dan bersenanglah yang proporsional. Jika harus bersedih, jangan berlebihan dan berkepanjangan, demikian juga benci. Sebab bisa jadi saat ini membenci, lain kali mencintai. Saat ini senang, lusa membuat kecewa dan sedih. Namanya juga sandiwara, tak ada yang sejati. Karena manusia tak kuasa menolak dan memilih peran tertentu yang sesuai keinginan, agar tidak bertambah susah dan dapat menikmati peran yang tak disukai, maka terimalah peran itu dengan senang hati. Setelah menerima peran dengan senang hati, ada tiga sifat yang harus dikombinasikan untuk menjadi aktor panggung yang damai, menyenangkan dan produktif yakni; selalu berbuat baik, memaafkan dan mengakui keterbatasan. Mempraktekkan ketiga sifat itu memang sangat sulit. Tapi lebih sulit bila tak mempraktekkan, karena berdampak negatif bagi kesehatan jiwa. Selalu berbuat baik; sebagai aktor selalu berbuat baik kepada siapa saja dan kapan saja sesuai kemampuan. Membalas kebaikan orang lain dengan kebaikan. Sehingga saling berbalas kebaikan. Membalas keburukan dengan kebaikan, sampai mereka menjadi teman yang sangat dekat. Bila tak berubah menjadi baik, doakan semoga menjadi lebih baik. Jangan balas keburukan dengan keburukan, sebab akan menjadi keburukan kuadrat (saling berbalas keburukan). Memang berat dan susah membalas keburukan dengan 58
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
kebaikan. Apalagi perlakuan buruk itu terus berulang. Belum terlihat tanda-tanda akan menjadi lebih baik. Tapi yakinlah, membalas keburukan dengan kebaikan lebih baik dari pada membalas dengan keburukan. Memang menyadarkan orang yang senang berbuat buruk membutuhkan waktu dan proses. Tak secepat membalikan telapak tangan. Membutuhkan kesabaran dan waktu untuk berproses. Bersabarlah menunggu perubahan. Apalagi orang yang anda harap berubah adalah orang dekat (pasangan suamiistri, anak, saudara, teman dan tetangga, dll ). Memaafkan; manusia tak ada yang sempurna, termasuk diri kita. Tapi setiap manusia juga mempunyai potensi kelebihan, siapapun dia. Tak ada manusia yang isinya hanya kelemahan semata. Ini bergantung dari cara mengekprlorasi. Semakit cermat mengekplorasi, makin banyak potensi terpendam yang terungkap. Menyadari ketidaksempurnaan manusia, mengurangi peluang untuk kecewa. Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya rasa kecewa, karena tidak sesuai antara harapan dan kenyataan, maka harus mengedepankan sifat maaf dan memaafkan. Meminta maaf atas keterbatasan, setelah berusaha maksimal, merupakan cara bijak untuk meredakan emosi dan konflik. Memberi maaf kepada orang lain atas keterbatasan juga cara bijak untuk memperbaiki kinerja dan memperbaharui harapan bersama yang belum tercapai. Menyadari keterbatasan; keterbatasan itu niscaya. Terimalah keterbatasan itu apa adanya. Cantik, suatu saat akan keriput, umur ada ajalnya, harta ada habisnya, jabatan punya batas waktu, cerdas ada pikunnya, cinta mempunyai siklus pasang surut dan sehat ada saatnya sakit. Menyadari keterbatasan akan memudahkan meminta maaf dan memberi maaf. Meminta maaf bukanlah perbuatan aib yang harus dihindari, apalagi hanya sekedar mempertahankan gengsi. Yakinlah, meminta maaf tak mengurangi harga diri, tapi akan meningkatkan integritas diri, demikian juga memberi maaf. Mengakui keterbatasan dan permintaan maaf, bukanlah kelemahan, tapi bukti awal dari kesiapan memperbaiki diri dengan penuh kesadaran, nyaman dan damai.n
Lentera
Membangun Interaksi Sosial
M
anusia sebagai makluk sosial, tak mungkin berlepas diri berinteraksi dengan orang lain. Mulai dari orang tua, suami, istri, anak, saudara, pimpinan, staf dan teman sejawat. Interaksi tersebut seringkali menemui persoalan,berupa salah komunikasi sehingga dapat menyebabkan salah persepsi. Apabila tidak mendapat penyelesaian yang tepat dan cepat dapat menyebabkan polemik, konflik yang tak berkesudahan, bahkan sampai pada pertengkaran. Sebab masing-masing pihak merasa benar. Tak ada yang mau mengalah. Kondisi seperti di atas sering kita temukan dalam interaksi sosial di rumah, tetangga dan ditempat kerja. Mereka saling berkonflik karena berbagai sebab, bukan saja karena masalah komunikasi, tapi dapat disebabkan masalah kompetisi yang tidak disikapi secara matang oleh mereka yang bersitegang. Padahal, era kompetisi ditengah interaksi sosial merupakan hal wajar. Bagaimana kiat membekali diri agar dapat melalui interaksi dan kompetisi dengan wajar, enjoy dan elegan ? Berikut beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian. Mencintai, tumbuhkan rasa cinta untuk mencintai. Sebab, cinta merupakan rahim yang akan melahirkan harmonisasi dalam berinteraksi. Keharmonisan rumah tangga, lingkungan kerja atau komunitas tertentu, akan terbentuk, bila interaksi dilandasi rasa cinta. Rasa yang dapat melembutkan hati, mencerahkan pemikiran dan menumbuhkan kegembiraan. Cinta mampu menyaring pilihan kata yang tepat dan terasa sejuk bagi pendengarnya. Nasehat yang mampu membangkitkan motivasi dan menerobos sekat primordialisme. Untuk membahas cinta lebih rinci, ada beberapa komponen cinta yang harus dipenuhi yakni; perhatian, penumbuhan potensi dan merangkai potensi menjadi kekuatan besar. Ketiga komponen itu tersebut harus secara bertahap mendapat prioritas dalam membangun interaksi. Perhatian, merupakan langkah awal untuk mencintai suatu objek. Perhatian terhadap objek harus menemukan potensi inti yang dimiliki dan kekurangan yang ada padanya. Potensi dan kekurangan menjadi satu kesatuan yang harus diterima secara utuh keberadaannya. Sebab, dengan mengakui objek secara utuh akan menyuburkan tumbuhnya benih-benih harmonisasi dalam berinteraksi
Kekurangan tidak menghambat untuk berinteraksi lebih intens. Kekurangan menjadi peluang untuk mengembangkan interaksi menjadi lebih baik. Oleh sebab itu pasangan suami-istri yang telah puluhan tahun berinteraksi akan lebih mudah membangun harmonisasi dibanding pengantin baru, demikian pula dengan membangun interaksi di tempat kerja. Penumbuhan potensi, cinta yang benar akan menumbuhkan potensi objek yang dicintai. Betapa banyak orang tua yang mencintai putra-putrinya, Ia berusaha untuk menumbuhkan potensinya. Seiring umur pertumbuhan, maka akan makin jelas kecenderungan potensi masingmasing objek yang dicintai. Upaya pertumbuhan potensi ini harus diiringi dengan keuletan, kesabaran dan lapang dada. Sebab banyak rintangan yang menyertai proses pertumbuhan potensi. Oleh sebab itu dibutuhkan daya tahan dengan tidak mudah menyerah, kecewa dan putus asa dalam rentang waktu pertumbuhan potensi sampai berhasil. Merangkai potensi, setelah menumbuhkan potensi, maka fase berikutnya merangkai potensi dari masingmasing objek. Proses perangkaian ini membutuhkan kecermatan dan waktu. Sebab merangkai potensi ini seperti merangkai puzzle, bila belum cocok harus merangkai kembali sampai terbentuk sinergi, menjadi kekuatan besar yang mengaggumkan. Merangkai potensi membutuhkan kearifan sikap dan perilaku. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya konflik dan pertengkaran. Kemampuan dan kearifan merangkai potensi ini dimiliki oleh orang yang mempunyai kematangan emosi. Ia tak mudah tersinggung, banyak mendengar dari pada bicara, mempunyai kemampuan merenung dan merangkai lintasan-lintasan pikiran positif dari setiap objek yang dicintai. Bila dapat melalui rangkaian cinta di atas, maka kehadirannya dalam interaksi sosial akan menjadi perekat konflik dan pemberi solusi dari setiap problem yang muncul. Sehingga interaksi sosial terasa indah, menggembirakan dan produktif. Memang merangkai cinta ini tidak mudah, tapi dapat dipelajari dan diimplementasi. Selamat memperbaiki diri, untuk membangun interaksi. n
No.XXIV/JUNI/2010 Mediakom
59
60
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010